• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigen dengan Minuman Air Biasa terhadap Nilai VEP1, KVP, dan Frekuensi Napas pada Latihan Fisik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigen dengan Minuman Air Biasa terhadap Nilai VEP1, KVP, dan Frekuensi Napas pada Latihan Fisik"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

FITRAH SARI

080100215

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh

FITRAH SARI

080100215

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigen dengan Minuman Air Biasa terhadap Nilai VEP1, KVP, dan Frekuensi Napas pada Latihan Fisik

Nama : Fitrah Sari NIM : 080100215

Pembimbing Penguji I

(dr.Maya Savira, M.Kes) (dr.Delyuzar, Sp.PA(K) NIP. 19761119 200312 2 001 NIP. 19630219 199003 1 001

Penguji II

(dr.Nelly E.Samosir, Sp.PK) NIP. 19690906 200501 2 002

Medan, Desember 2011 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(4)

ABSTRAK

Beberapa tahun terakhir ini, air minum beroksigen dipasarkan dengan klaim bahwa air minum tersebut memiliki beragam manfaat yang dapat menyehatkan tubuh karena mengandung tujuh sampai sepuluh kali kadar oksigen yang lebih tinggi daripada air minum biasa. Salah satu manfaat yang dinyatakan adalah meningkatnya ketahanan selama berolahraga.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan manfaat air minum beroksigen dibandingkan air minum biasa pada sistem respirasi melalui evaluasi nilai VEP1 (Volume Ekspirasi Paksa dalam 1 detik), KVP (Kapasitas Vital Paksa), dan frekuensi napas sebagai variabel.

Studi eksperimental ini menggunakan desain parallel group pre and post test.

Subjek penelitian merupakan laki-laki yang berusia 19 sampai 22 tahun dan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (n=38). Dengan metode acak sederhana, subjek dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama diberi air minum beroksigen (n=19) sedangkan kelompok kedua diberi air minum biasa (n=19). Kemudian subjek melakukan latihan fisik berupa berlari di atas treadmill dengan protokol modifikasi Balke. Pengukuran VEP1, KVP, dan frekuensi napas dilakukan sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik tersebut.Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows v.18.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (interval kepercayaan 95%, p > 0.05) dalam hal perubahan VEP1, KVP, dan frekuensi napas setelah melakukan latihan fisik antara kelompok yang minum air beroksigen dengan yang minum air biasa.

(5)

ABSTRACT

In recent years, oxygenated water has been marketed with claims that it has a variety of benefits that make body more healthy because it contains seven to ten times higher amount of oxygen than plain drinking water. One of those claimed benefits is enhancing exercise endurance.

This study aims to investigate the benefits of oxygenated drinking water compared to plain drinking water on the respiratory system by evaluating the values of FEV1 (Forced Expiratory Volume in 1 second), FVC (Forced Vital Capacity), and respiratory rate as variables.

This expreimental study used a parallel group pre and post-test design. The subjects involved are men aged 19 to 22 years old and registered as students in Medical Faculty of Sumatera Utara University (n=38). By simple random sampling subjects were divided into two groups. The first group consumed oxygenated water (n=19) whereas the other group consumed plain (n=19). Subjects underwent physical exercise using treadmill with modified Balke protocol. The measurement of FEV1, FVC, and respiratory rate were done before and after physical exercise. Data processing is done by using SPSS for Windows v.18.0.

The results showed that there were no significant differences (95% confidence interval, p > 0.05) in the changes of FEV1, FVC, and respiratory rate after physical exercise among the group who drank oxygenated water compared to those who drank plain water.

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Sungguh tidak ada nikmat-nikmat-Nya yang pantas untuk diragukan apalagi didustakan. Berkat rahmat dan pertolongan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

Dengan segala keterbatasan penulis menyadari bahwa penelitian dan penulisan laporan hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan. Oleh karena itu dengan tulus penulis mengharapkan masukan dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenanlah penulis menyatakan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada:

 dr.Maya Savira, M.Kes, dosen pembimbing yang sangat sabar dan bersahabat, terima kasih atas semua bimbingan dan kelapangan hati beliau.

 Seluruh staf pengajar departemen Ilmu Kedokteran Komunitas (IKK) FK USU, yang melalui kuliah-kuliahnya telah membantu penulis memahami ilmu statistika kedokteran.

 Ketua departemen Fisiologi FK USU, dr.Eka Roina, M.Kes beserta para pegawai yang sangat mempermudah penulis dalam hal pemakaian alat treadmill selama penelitian berlangsung.

 dr.Yetty Machrina, M.Kes dan dr.Milahayati Daulay, M.Kes yang beberapa kali ikut memberi sumbangsih pemikiran bagi penelitian ini.

 Staff divisi skills lab FK USU, Bang Indra dan Bang Binsar yang dengan sabar telah membantu penulis dalam kendala-kendala yang dialami selama pemakaian alat spirometri.

(7)

Allah senatiasa meridhoi keduanya. Begitu pun untuk Kakanda Cut Eka Fitri dan Adinda M.Agung Wahyudi atas doa dan dukungannya. Terakhir kepada “para calon tetangga di syurga”, saudara/i seperjuangan di PHBI FK USU, terima kasih atas segala persaudaraan yang terpelihara selama ini. Semoga Allah senantiasa persatukan hati-hati kami dalam cinta kepada-Nya.

Akhirnya penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat siapa saja yang membutuhkannya.

Medan, Desember 2011

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... i

ABSTRAK……….. .. ii

ABSTRACT………. .. ii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI………... vi

DAFTAR TABEL………... ix

DAFTAR GAMBAR... .. x

DAFTAR LAMPIRAN... ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi dan fisiologi paru-paru ... 5

2.2. Latihan fisik... 6

2.2.1. Treadmill... ... 6

2.2.1.1 Pengertian ... 6

(9)

2.3. Pengaruh latihan fisik terhadap sistem

pernapasan (respirasi) ………...……… …. 9

2.3.1. Respons paru pada saat aktivitas fisik / olahraga ... 9

2.4. Uji fungsi paru ... 10

2.5. Minum Beroksigen ... 11

2.5.1.Transpor oksigen ... 11

2.5.2. Pengosongan lambung dan absorpsi cairan ... 13

2.5.3.Manfaat minuman beroksigen pada latihan fisik ... 14

2.5.4. Pengaruh minuman beroksigen terhadap fungsi paru ... 14

2.6. Kerangka teori penelitian ... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep... 17

3.2. Definisi Operasional ... 17

3.3. Hipotesis………... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian ... 19

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 19

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 20

(10)

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian……… 22

5.1.1. Deskripsi Lokasi penelitian ………... 22

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden………... 23

5.1.3. Hasil Analisa Statistik... 23

5.2. Pembahasan……… 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan... 28

6. 2. Saran... 28

DAFTAR PUSTAKA... 29

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Gradasi/tingkatan latihan fisik ... 6

2.2. Protokol Bruce ... 8

2.3. Protokol Balke... 8

2.4. Protokol Balke modifikasi ... 8

2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengosongan isi lambung ... 13

5.1. Karakteristik dasar subjek penelitian ... 23

5.2. Perubahan nilai VEP1, KVP, dan frekuensi napas sebelum dan sesdudah latihan fisik pada kelompok air minum biasa ... 23

5.3. Perubahan nilai VEP1, KVP, dan frekuensi napas sebelum dan sesudah latihan fisik pada kelompok air minum beroksigen ... 23

(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Daftar Riwayat Hidup

2. Lembar Persetujuan (Informed Consent) Penelitian 3. Surat Izin Penelitian

4. Data Induk

5. Output SPSSUji Perbandingan MeanKarakteristik Subjek Penelitian 6. Output SPSSUji T Berpasangan Kelompok Air Minum Beroksigen 7. Output SPSSUji T Berpasangan Kelompok Air Minum Biasa

(14)

ABSTRAK

Beberapa tahun terakhir ini, air minum beroksigen dipasarkan dengan klaim bahwa air minum tersebut memiliki beragam manfaat yang dapat menyehatkan tubuh karena mengandung tujuh sampai sepuluh kali kadar oksigen yang lebih tinggi daripada air minum biasa. Salah satu manfaat yang dinyatakan adalah meningkatnya ketahanan selama berolahraga.

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan manfaat air minum beroksigen dibandingkan air minum biasa pada sistem respirasi melalui evaluasi nilai VEP1 (Volume Ekspirasi Paksa dalam 1 detik), KVP (Kapasitas Vital Paksa), dan frekuensi napas sebagai variabel.

Studi eksperimental ini menggunakan desain parallel group pre and post test.

Subjek penelitian merupakan laki-laki yang berusia 19 sampai 22 tahun dan terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (n=38). Dengan metode acak sederhana, subjek dibagi ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama diberi air minum beroksigen (n=19) sedangkan kelompok kedua diberi air minum biasa (n=19). Kemudian subjek melakukan latihan fisik berupa berlari di atas treadmill dengan protokol modifikasi Balke. Pengukuran VEP1, KVP, dan frekuensi napas dilakukan sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik tersebut.Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows v.18.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (interval kepercayaan 95%, p > 0.05) dalam hal perubahan VEP1, KVP, dan frekuensi napas setelah melakukan latihan fisik antara kelompok yang minum air beroksigen dengan yang minum air biasa.

(15)

ABSTRACT

In recent years, oxygenated water has been marketed with claims that it has a variety of benefits that make body more healthy because it contains seven to ten times higher amount of oxygen than plain drinking water. One of those claimed benefits is enhancing exercise endurance.

This study aims to investigate the benefits of oxygenated drinking water compared to plain drinking water on the respiratory system by evaluating the values of FEV1 (Forced Expiratory Volume in 1 second), FVC (Forced Vital Capacity), and respiratory rate as variables.

This expreimental study used a parallel group pre and post-test design. The subjects involved are men aged 19 to 22 years old and registered as students in Medical Faculty of Sumatera Utara University (n=38). By simple random sampling subjects were divided into two groups. The first group consumed oxygenated water (n=19) whereas the other group consumed plain (n=19). Subjects underwent physical exercise using treadmill with modified Balke protocol. The measurement of FEV1, FVC, and respiratory rate were done before and after physical exercise. Data processing is done by using SPSS for Windows v.18.0.

The results showed that there were no significant differences (95% confidence interval, p > 0.05) in the changes of FEV1, FVC, and respiratory rate after physical exercise among the group who drank oxygenated water compared to those who drank plain water.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kerja utama sistem pernapasan adalah memfasilitasi pertukaran gas antara darah yang bersirkulasi terhadap jaringan tubuh dan mengeliminasi karbondioksida (Hazinski, 2003). Pemeriksaan fungsi paru sangat bermanfaat dalam menegakkan diagnosis atau memantau perkembangan penyakit sistem pernapasan (Wirdjodiadjo, 1993). Uji olahraga juga merupakan pendekatan yang lebih langsung untuk mendeteksi gangguan difusi, juga untuk bentuk-bentuk lain penyakit pernapasan (Cooper, 1990).

Uji fungsi paru sejak lama dikenal sebagai sarana penting dalam mendeteksi berbagai kelainan paru. Spirometri digunakan untuk mengukur kapasitas vital dan subdivisinya serta kecepatan aliran ekspirasi atau inspirasi. Ada banyak penilaian yang biasa dilakukan di antaranya adalah volume ekspirasi adalah volume ekspirasi paksa pada detik pertama (VEP1)/force expiration volume in 1 second

(FEV1) dan kapasitas vital paksa (KVP)/force volume capacity (FVC) (Haddad, 2004).

Pemberian oksigen selama melakukan latihan fisik akan meningkatkan kandungan oksigen arteri, menurunkan ventilasi paru, denyut jantung submaksimal dan asam laktat yang rendah, dan meningkatkan konsumsi oksigen maksimal (Wilmert, 2002).

(17)

Hal tersebut belum jelas terbukti kebenarannya, dikarenakan secara teori, oksigen yang mengalami absorpsi melalui sistem gastrointestinal hanya memberikan kandungan jumlah oksigen yang sedikit daripada jumlah oksigen yang didapat dari sistem pernapasan (Hampson, Pollock, Piantadosi, 2003; Zablocki, 2001).

Oleh karena itu, penelitian tentang beragam produk yang beredar -tidak hanya minuman beroksigen- menjadi sangat diperlukan untuk membuktikan kebenaran manfaat yang dijanjikan oleh produsennya. Hal ini menjadi penting mengingat masyarakat Indonesia merupakan tipe masyarakat yang cenderung konsumtif yang sangat rentan tersugesti oleh iklan-iklan yang sedikit saja persuasif meskipun belum jelas benar apakah produk yang diiklankan tersebut memang memiliki manfaat sesuai yang diharapkan atau tidak. Hal ini pula yang mendorong peneliti untuk mengajukan usulan penelitian ini.

Pakdaman menyatakan bahwa pemberian minuman beroksigen dapat mengurangi hipoksia termasuk asma, mencegah hipoventilasi karena penurunan fungsi saluran napas termasuk pada trauma paru, penyakit paru obstruktif, dan lain-lain (Pakdaman, 1985). Matondang dalam penelitiannya tentang pengaruh minuman beroksigen terhadap fungsi paru dan VO2max pada anak SLTP menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara mengkonsumsi air beroksigen dengan air minum biasa saat latihan fisik terhadap perubahan VEP1, KVP, frekuensi napas, dan nilai VO2max (Matondang, 2008).

(18)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut.

Apakah ada perbedaan pengaruh antara pemberian air minum beroksigen dibanding air minum biasa terhadap perubahan VEP1, KVP, dan frekuensi napas pada dewasa berusia 19-22 tahun yang melakukan latihan fisik?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian air minum beroksigen dibandingkan dengan air minum biasa terhadap perubahan VEP1, KVP, dan frekuensi napas pada laki-laki berusai 19-22 tahun setelah melakukan latihan fisik.

1.3.2. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Mengetahui perbedaan rata-rata nilai VEP1 sesudah melakukan latihan fisik antara kelompok peminum air beroksigen dengan peminum air biasa. 2. Mengetahui perbedaan rata-rata nilai KVP sesudah melakukan latihan fisik

antara kelompok peminum air beroksigen dengan peminum air biasa. 3. Mengetahui perbedaan rata-rata nilai frekuensi napas sesudah melakukan

latihan fisik antara kelompok peminum air beroksigen dengan peminum air biasa.

4. Membuktikan kebenaran manfaat minuman beroksigen seperti yang dijanjikan produsen.

1.4. Manfaat Penelitian 1. Bidang Penelitian

(19)

terhadap perubahan VEP1, KVP, dan frekuensi napas pada dewasa berusia 19-22 tahun setelah melakukan latihan fisik.

2. Bidang Pendidikan

Proses penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk melatih berpikir secara logis dan sistematis serta mampu menyelenggarakan penelitian berdasarkan metode yang benar.

3. Bidang Pelayanan Masyarakat

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan fisiologi paru-paru

Fungsi utama paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara udara atmosfer dan darah. Dalam menjalankan fungsinya, paru-paru ibarat sebuah pompa mekanik yang berfungsi ganda, yakni menghisap udara atmosfer ke dalam paru (inspirasi) dan mengeluarkan udara alveolus dari dalam tubuh (ekspirasi). Untuk melakukan fungsi ventilasi, paru-paru mempunyai beberapa komponen penting, antara lain (Guyton, 1983 ; Wenzel dan Larsen, 1996) :

a. Dinding dada yang terdiri dari tulang, otot, saraf perifer.

b. Parenkim paru yang terdiri dari saluran napas, alveoli, dan pembuluh darah.

c. Dua lapisan pleura, yakni pleura viseralis yang membungkus erat jaringan parenkim paru, dan pleura parietalis yang menempel erat ke dinding toraks bagian dalam. Di antara kedua lapisan pleura terdapat rongga tipis yang normalnya tidak berisi apapun.

d. Beberapa reseptor yang berada di pembuluh darah arteri utama. Volume paru-paru dibagi menjadi empat macam, yakni (Guyton, 1983) :

a. Volume tidal merupakan volume udara yang diinspirasikan dan diekspirasikan pada setiap pernapasan normal;

b. Volume cadangan merupakan volume tambahan udara yang dapat diinspirasikan di atas volume tidal normal;

c. Volume cadangan ekspirasi merupakan jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi kuat setelah akhir suatu ekspirasi;

d. Volume residual adalah volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi kuat.

Dalam menguraikan peristiwa-peristiwa pada siklus paru-paru, juga diperlukan kapasitas paru-paru yaitu (Guyton, 1983):

1. Kapasitas inspirasi

(21)

3. Kapasitas vital paksa 4. Kapasitas total paru-paru.

2.2. Latihan fisik

Latihan fisik / olah raga adalah pergerakan tubuh yang dilakukan oleh otot dengan terencana dan berulang yang menyebabkan peningkatan pemakaian energi dengan tujuan untuk memperbaiki kebugaran fisik (Committee on sports medicine and fitness, 1994).

Pada umumnya, latihan fisik menggambarkan proses metabolik yang menyediakan energi untuk kontraksi otot seperti aerobik (dengan oksigen) ataupun anaerobik (tanpa oksigen) (Homsby, 2005). Derajat beratnya latihan fisik dibuat berdasarkan:

a. keluaran energi (energy expenditure) / menit. Pemakaian energi adalah besarnya oksigen yang digunakan (O2 uptake) per menit;

b. kekuatan (Watt); c. nadi (pulse rate).

Tabel 2.1. Gradasi/tingkatan latihan fisik Jenis latihan

(22)

Menurut Suyono (2004) dalam Makmur (2008), kerja treadmill ditandai oleh adanya peningkatan pada setiap kemiringan yang dinyatakan sebagai persen (%), kecepatan treadmill atau keduanya. Derajat kemiringan menunjukkan jumlah elevasi jarak dengan menggunakan satuan kaki (feet) untuk setiap 100 kaki jarak perjalanan.

2.2.1.2 Langkah kerja

Menurut Jones (2007), treadmill test dapat dibagi menjadi beberapa tahap. Tahap pertama digunakan untuk menentukan kebutuhan oksigen dan respon denyut jantung terhadap rentang kecepatan berlari. Dimana setiap tahapan berdurasi 3 menit dan ditingkatkan 1,0 km per jam untuk setiap tahapan. Subjek minimal dapat menyelesaikan 5 tahapan pertama dan maksimal 9 tahapan.

Menurut Brown (2006), protokol Bruce merupakan salah satu protokol

treadmill yang paling sering digunakan. Menurut protokol ini, kecepatan dan tingkatan diubah setiap 3 menit. Keuntungan dari protokol ini, test yang dilakukan relatif singkat. Protokol Bruce yang dimodifikasi berfungsi agar individu tersebut dapat melakukan pemanasan sebelum masuk ke tahap pertama.

Menurut Brown (2006), protokol Balke digunakan untuk kecepatan berjalan yang spontan dengan penambahan tingkatan 2,5 % setiap 2 menit. Protokol Balke merupakan alat test diagnostik terbaik untuk individu dengan kapasitas fungsional yang rendah. Selain itu terdapat juga protokol Balke

(23)

Tabel 2.2. Protokol Bruce

*tahap 0 dan 0,5 disebut sebagai protokol bruce modifikasi Sumber : Brown (2006)

(24)

2.3. Pengaruh latihan fisik terhadap sistem pernapasan (respirasi)

Selama latihan fisik, jumlah oksigen yang masuk ke aliran darah pada paru meningkat karena jumlah oksigen yang ditambahkan pada tiap unit darah dan aliran darah paru per menit meningkat (Ganong, 2003 ; Shepherd, 1963).

Pada permulaan latihan fisik, terdapat kenaikan ventilasi yang tiba-tiba, selanjutnya diikuti oleh kenaikan yang perlahan. Pada latihan fisik sedang, peningkatan ventilasi terutama disebabkan dalamnya pernapasan, kemudian diikuti oleh peningkatan kecepatan pernapasan pada latihan fisik berat. Peningkatan yang mendadak pada permulaan latihan fisik diduga disebabkan karena rangsangan psikis dan impuls aferen propioreseptor dalam otot, tendon dan sendi. Peningkatan ventilasi sebanding dengan peningkatan konsumsi oksigen, tetapi mekanisme yang bertanggung jawab untuk perangsangan pernapasan ini tetap merupakan masalah yang masih banyak dipertentangkan. Peningkatan suhu tubuh mungkin berperan. Mungkin sensitivitas pusat pernapasan terhadap CO2 meningkat sehingga walaupun PCO2 rata-rata tidak meningkat, CO2 inilah yang bertanggung jawab untuk peningkatan ventilasi. Oksigen juga berperan sebagian walaupun kekurangan oksigen menurunkan PO2 arteri (Shepherd, 1963 ; Hargeaves, 2003 ; Mcllroy, 1963).

Pada saat latihan fisik berat, pendaparan (buffer) karena peningkatan jumlah asam laktat yang dihasilkan mengeluarkan lebih banyak CO2 dan lebih lanjut hal ini meningkatkan vemtilasi. Dengan meningkatnya pembentukan asam, ventilasi meningkat dan pembentukan CO2 tetap sebanding. Jadi, CO2 alveolar dan CO2 arteri relatif hanya sedikit berubah dan PO2 alveolar juga turun, demikian juga PCO2 arteri (Ganong, 2003).

2.3.1. Respons paru pada saat aktivitas fisik / olahraga

(25)

paru-paru ini dapat diukur. Spirometer digunakan untuk mengukur kapasitas vital dan subdivisinya serta kecepatan aliran ekspirasi atau inspirasi. Ada banyak penilaian yang biasa dilakukan salah satunya adalah volume ekspirasi paksa dalam satu detik (VEP1) dan kapasitas vital paksa (KVP) (Haddad, 2003).

2.4. Uji fungsi paru

Volume ekspirasi paksa pada detik pertama dan KVP adalah pemeriksaan uji fungsi paru yang sederhana dan relatif murah dimana KVP merupakan jumlah udara yang dapat dikeluarkan pada suatu ekspirasi paksa sesudah suatu inspirasi maksimal, sedangkan VEP1 adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan pada satu detik pertama suatu ekspirasi paksa sesudah suatu inspirasi maksimal. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk konfirmasi diagnosis, menentukan faktor pencetus serta menilai beratnya kelainan dan respons pengobatan (Anderson, 2002; Panditi dan Silverman, 2003; Martin, Landau, dan Phelan, 1980).

Nilai VEP1 < 80% atau VEP1/KVP < 80% menunjukkan indikasi obstruksi jalan napas. Perbandingan VEP1 dan KVP > 80% mengindikasikan fungsi jalan napas yang normal. Dikatakan asma episodik jarang jika nilai VEP1/KVP > 80%, episodik sering jika nilai VEP1/KVP 60 - 80% dan asma persisten jika VEP1/KVP < 60% (Rahajoe, 2004).

Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian besar volume dan kapasitas paru-paru dengan menggunakan alat spirometer (American Thoracic Society, 1987). Spirometer elektronik dapat mengukur berbagai macam parameter fungsi paru, misalnya VEP1, KVP, dan lain sebagainya (Hodgkin, 1984; Higenbottam, 1986; American Thoracic Society,1991).

(26)

2.5. Minuman beroksigen 2.5.1.Transpor oksigen

Transpor oksigen merupakan bagian dari respirasi eksternal, yaitu tahap pengangkutan oksigen dari paru – paru ke jaringan. Respirasi eksternal meliputi pertukaran udara antara atmosfir dan paru – paru, pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara paru – paru dan darah, pengangkutan oksigen dan karbon dioksida oleh darah dan pertukaran gas antara darah dan sel – sel jaringan (Bamford, 1999). Oksigen diangkut oleh darah sebagian besar (sekitar 97%) dalam bentuk terikat dengan hemoglobin, dan sisanya dalam bentuk terlarut dalam plasma.38 Sekitar 0,17 ml oksigen secara normal ditranspor dalam keadaan terlarut ke jaringan oleh tiap 100 ml plasma darah dan lebih kurang 5 ml oksigen yang ditranspor oleh hemoglobin. Oleh karena itu, sejumlah oksigen dalam bentuk terlarut yang ditranspor ke jaringan adalah kecil, hanya sekitar 3% dari jumlah total bila dibandingkan dengan 97% yang ditranspor oleh hemoglobin. Selama kerja berat, bila transpor meningkat 3 kali lipat, jumlah relatif yang ditranspor dalam bentuk terlarut turun manjdai 1,5 %. Bila seseorang bernapas dengan oksigen pada tekanan parsial oksigen alveolus (PAO2) yang sangat tinggi, jumlah yang ditranspor dalam bentuk terlarut dapat menjadi berlebihan sehingga terjadi kelebihan oksigen jaringan (Bamford, 1999).

Besarnya PAO2 dapat dihitung dengan persamaan (Fikri, 2005): PAO2 = (PB-PH20) FiO2 - PaCO2 x 1/RQ; dimana:

PAO2 = tekanan parsial oksigen alveolus

PB = tekanan barometer pada permukaan laut (780 mmHg) PH2O = tekanan uap air (57 mmHg)

FiO2 = fraksi oksigen saat inspirasi PaCO2 = tekanan parsial CO2 di arteri RQ = respiratory quetiont

(27)

Perbedaan tekanan ini yang menyebabkan oksigen berdifusi dari alveolus dan arteri atau P(A-a)O2 normalnya < 20 mmHg. Jika perbedaannya > 60 mmHg berarti terjadi gangguan difusi. Pengangkutan oksigen dalam tubuh melibatkan fungsi paru dan oksigen yang ditranspor dari jaringan tergantung dari jumlah oksigen yang masuk ke paru-paru, difusi oksigen antara alveolus dan arteri, aliran darah ke jaringan dan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen (Fikri, 2005).

Transpor oksigen dalam darah ada 2 bentuk yaitu terlarut dalam plasma dan terikat dengan hemoglobin. Sesuai dengan hukum Henry, jumlah oksigen yang larut dalam plasma berhubungan langsung dengan PaO2. Karena oksigen relatif tidak larut dalam air, maka hanya 3 ml oksigen yang diangkut dalam bentuk terlarut setiap 1 L darah pada PaO2 100 mmHg atau 0,003 ml oksigen dalam 1 ml darah (Fikri, 2005).

Selain terlarut dalam plasma, oksigen diangkut hemoglobin dan bersifat reversibel. Secara sederhana ikatan kimia oksigen dan hemoglobin adalah

O2 + Hb HbO2 (Ganong, 2003).

Oksigen terikat pada sisi hem dari hemoglobin. Presentasi sisi heme hemoglobin yang mengikat oksigen tersebut disebut saturasi oksigen (SaO2). Bagian hem dari molekul hemoglobin mampu mengikat empat molekul oksigen. Saturasi oksigen tidak menunjukkan jumlah total oksigen dalam darah, karena tidak semua oksigen terikat dengan hemoglobin (Ganong, 2003). Saturasi oksigen dipengaruhi oleh tekanan oksigen (PaO2), suhu, pH, PaCO2, dan kadar enzim 2,3-DPG. Peningkatan suhu, PaCO2, 2,3-DPG dan penurunan pH darah akan menurunkan afinitas hemoglobin terhadap oksigen (Fikri, 2005).

Darah pada orang normal mengandung hemoglobin hampir 15 gram dalam tiap 100 ml darah, dan tiap gram hemoglobin dapat berikatan dengan maksimal kira-kira 1,34 ml oksigen. Rata – rata hemoglobin dalam 100 ml darah dapat bergabung dengan total sekitar 20 ml oksigen bila tingkat kejenuhan 100%. Ini biasanya dinyatakan sebagai 20% volume (Ganong, 2003).

(28)

delivery (DO2). Oxygen delivery adalah jumlah oksigen yang diangkut ke jaringan setiap menit dan ini merupakan salah satu fungsi utama kardirespirasi. Jumlah oksigen yang ditranspor dari paru-paru ke jaringan tergantung dari aliran darah ke jaringan dan kandungan oksigen dalam darah (oxygen content). Oxygen content

disebut sebagai jumlah total oksigen yaitu jumlah oksigen yang terlarut dalam plasma ditambah oksigen yang terikat dalam hemoglobin. Jumlah total oksigen yaitu oksigen yang dipergunakan setiap menit untuk keperluan jaringan ditentukan oleh jumlah oksigen yang ditranspor setiap 100 mL darah dan kecepatan aliran darah (Fikri, 2005).

2.5.2. Pengosongan lambung dan absorpsi cairan

Kecepatan zat-zat nutrisi termasuk air dan elektrolit masuk ke dalam sistemik tergantung pada laju pengosongan lambung dan laju absorpsi cairan dari usus halus. Dalam keadaan biasa terdapat keseimbangan antara laju pengosongan lambung dengan laju absorpsi usus halus (Nieuwenhoven dan Brummer, 2000). Beberapa faktor yang diketahui berpengaruh terhadap laju pengosongan isi lambung tertera pada tabel 2.

Tabel 2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengosongan isi lambung

Faktor Pengaruh

Volume Pertambahan volume, meningkatkan laju pengosongan Kandungan kalori Semakin besar kalori, menurunkan laju pengosongan Osmolalitas Pertambahan osmolalitas memperlambat laju

pengosongan

pH Pertambahan nilai keasaman mengurangi laju

pengosongan

Intensitas kegiatan Pertambahan intensitas menurunkan laju pengosongan Stres Pertambahan tingkat stres menurunkan laju pengosongan Dehidrasi Tingkat dehidrasi berbanding terbalik dengan laju

pengosongan

Sumber : Nieuwenhoven V, Brummer RM, Brouns F38 (2000)

(29)

Absorpsi minuman beroksigen masuk ke kapiler membran mukosa saluran cerna kemudian ke vena portal dan masuk ke sirkulasi hati serta ke seluruh sirkulasi tubuh. Peningkatan oksigen dalam darah ini akan mencapai organ tubuh mengikuti jalur hematogen (Pakdaman, 1985).

2.5.3. Manfaat minuman beroksigen pada latihan fisik

Oksigen diperlukan tubuh untuk reaksi oksidasi. Pada manusia, oksigen diangkut melalui darah oleh hemoglobin dari paru – paru ke jaringan. Minuman beroksigen mampu berdifusi ke dalam darah melalui absorpsi di saluran intestinal dan mukosa lainnya setelah dikonsumsi (Pakdaman, 1985). Jenkins dkk melaporkan bahwa dijumpai peningkatan waktu ketahanan sebesar 11% pada latihan fisik yang mengkonsumsi minuman beroksigen (Jenkins et al, 2002).

2.5.4. Pengaruh minuman beroksigen terhadap fungsi paru

Pakdaman menyatakan bahwa pemberian minuman beroksigen dapat mengurangi hipoksia termasuk asma, mencegah hipoventilasi karena penurunan fungsi saluran napas termasuk pada trauma paru, penyakit paru obstruktif, dan lain-lain (Pakdaman, 1985). Sebuah studi pada tahun 1997 pada Texas Women’s University mendapati pelari jarak 5 km yang minum air beroksigen lebih cepat berlari dengan VO2max yang lebih tinggi dibandingkan yang minum air biasa. Tetapi pada penelitiannya, Wilmert N dkk menyimpulkan minuman beroksigen tidak memberikan pengaruh terhadap VO2max (Wilmert et al, 2002).

Matondang dalam penelitiannya tentang pengaruh minuman beroksigen terhadap fungsi paru dan VO2max pada anak SLTP menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara mengkonsumsi air beroksigen dengan air minum biasa saat latihan fisik terhadap perubahan VEP1, KVP, frekuensi napas, dan nilai VO2max (Matondang, 2008).

2.6. Kerangka teori penelitian

(30)

tujuan untuk memperbaiki kebugaran fisik. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi latihan fisik, lingkungan, cairan, dan IMT (Indeks Masa Tubuh).

Pada penelitian ini ketiga faktor tersebut (IMT, lingkungan, dan cairan) dipertimbangkan. Adapun latihan fisik yang dilakukan adalah berupa treadmill yang merupakan latihan fisik/olahraga aerobik (lebih empat menit). Selama latihan fisik, ada tiga sistem yang memberi respons atau pengaruh dari latihan fisik tersebut, yaitu sistem kardiovaskular, sistem pernapasan dan sistem otot skeletal. Pada sistem pernapasan, terjadi peningkatan ventilasi yang ditandai dengan peningkatan frekuensi pernapasan, PCO2 dan PO2 masih dalam batas normal. Sedangkan ventilasi itu sendiri dipengaruhi oleh fungsi paru yaitu VEP1 dan KVP. Meskipun pembagian latihan fisik terdiri dari aerobik dan anaerobik, tapi sering kedua jenis latihan fisik tersebut terdapat bersamaan. Bila latihan fisik menggunakan sistem energi anaerobik (asam laktat), maka terjadi penurunan pada pH.

Pada latihan fisik juga terjadi peningkatan kebutuhan oksigen yang digunakan untuk kontraksi otot selama latihan fisik. Hal ini terlihat pada sistem otot skeletal yang membutuhkan energi yang tinggi untuk dikirim ke jaringan otot selama latihan fisik. Pada sistem kardiovaskular yang mengalami perubahan saat latihan fisik adalah jantung dan sirkulasi perifer. Pada jantung, terjadi peningkatan denyut jantung dan curah jantung. Kemudian diikuti oleh perubahan pada sirkulasi perifer berupa peningkatan tekanan darah. Sedangkan pada sistem respirasi akan terjadi terjadi penurunan kapasitas faal paru yang meliputi VEP1 dan KVP, yang diikuti dengan peningkatan laju nafas.

(31)

pembuluh darah dan selanjutnya dikirim ke jaringan, dalam hal ini adalah otot skeletal, maka dalam penyerapannya di saluran cerna, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya seperti tertera pada gambar berikut.

Gambar 1. Kerangka teori penelitian Keterangan:

(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

3.2. Definisi operasional

- Latihan fisik pada penelitian ini adalah latihan fisik dengan menggunakan

treadmill.

- Minuman beroksigen adalah minuman yang mengandung oksigen 7 - 10

kali lebih banyak dibandingkan air biasa.

- Air minum biasa adalah air minum dalam kemasan yang terbukti tidak

menimbulkan efek.

- IMT adalah Indeks Masa Tubuh, berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m)

kuadrat.

- VEP1 (volume ekspirasi paksa dalam 1 detik) adalah jumlah udara dalam

liter yang dapat dikeluarkan pada satu detik pertama suatu ekspirasi paksa setelah inspirasi maksimal.

- Latihan fisik

- Minuman beroksigen - Minuman air putih biasa

(33)

- KVP (kapasitas vital paksa) adalah jumlah udara dalam liter yang dapat

dikeluarkan pada suatu ekspirasi paksa setelah inspirasi maksimal.

- Treadmill adalah alat yang digunakan untuk melakukan latihan fisik. - Spirometer adalah alat yang digunakan untuk uji fungsi paru terutama

untuk melihat VEP1 dan KVP.

3.3. Hipotesis

(34)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode parallel group pre and post test design yakni mengukur nilai VEP1, KVP, dan frekuensi napas sebelum dan sesudah melakukan latihan fisik pada laki-laki kelompok usia 19-22 tahun yang diberi minuman beroksigen dibandingkan dengan yang diberi minuman air biasa.

4.2. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pengambilan dan pengumpulan data akan dilakukan selama bulan November sampai Desember 2011.

4.3. Populasi dan sampel penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2008, 2009, dan 2010. Subyek penelitian yang dipergunakan pada penelitian ini adalah laki-laki usia 19-22 tahun yang dipilih dengan cara simplerandom sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak yang sederhana. Pemilihan sampel dipilih yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian ini.

Kriteria inklusi :

- mahasiswa FK USU 2008, 2009 dan 2010 - berumur 19-22 tahun

- sehat jasmani

- tidak melakukan olahraga rutin

Kriteria eksklusi :

- memiliki riwayat penyakit berat - merokok, mengkonsumsi alkohol

(35)

Adapun besarnya sampel ditentukan dengan rumus berikut ini (Haryuna, 2011).

n1 = n2 = 2 (Zα + Zβ)S 2 (X1– X2)

S = Simpang baku dari kedua kelompok = 6 Zα = Tingkat kepercayaan 95% = 1,96 Zβ = Kekuatan uji = 80% = 0,20 = 0,842 X1– X2 = Perbedaan klinis yang diinginkan = 5,5

Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel 19 orang per kelompok.

4.4. Teknik pengumpulan data

1. Subyek yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki FK USU kelompok umur 19-22 tahun yang memenuhi kriteria inklusi. 2. Data dasar subyek meliputi berat badan, tinggi badan, dan usia dicatat

dalam satu lembaran isian (lampiran).

3. Kemudian secara acak sederhana, subyek yang berjumlah 38 orang, dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu 19 orang kelompok kontrol (minum air biasa, merk Aqua®) dan 19 orang kelompok perlakuan (minum air beroksigen, merk Oxion®). Lima belas menit sebelum latihan fisik dilakukan, subyek pada kelompok kontrol diberi 400 cc air putih, dan subyek pada kelompok perlakuan diberi minuman beroksigen sebanyak 400 cc.

(36)

5. Latihan fisik memakai alat diminta untuk berlari menggunakan treadmill Cardiosoft GE Stress Test System T-2100 dengan menggunakan protokol

Balke modifikasi yang dilakukan selama 12 menit.

6. Diperiksa kembali nilai VEP1 dan KVP dengan spirometer dengan prosedur yang sama seperti di atas. Frekuensi napas juga diukur kembali dengan cara yang sama seperti sebelumnya.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

(37)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (USU), Medan. Laboratorium Fisiologi FK USU memiliki fasilitas yang memadai untuk melakukan penelitian, seperti alat treadmill Cardiosoft GE-2100 yang disertai alat pengukur EKG, pengukur berat badan dan tinggi badan. Laboratorium Fisiologi FK USU terletak di lantai 2 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Gedung Fakultas Kedokteran USU terdapat di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Jl.Dr.Mansur No.5 Medan dengan batas wilayah:

batas utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan batas selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU batas timur : Jalan Universitas, Padang Bulan batas barat : Fakultas Psikologi USU

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden

(38)

Tabel 5.1. Karakteristik dasar subjek penelitian

Pada tabel 5.2, terjadi penurunan nilai VEP1 dan KVP pada kelompok peminum air biasa tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah latihan fisik (interval kepercayaan 95%, p<0.05). Sedangkan frekuensi napas menunjukkan peningkatan dengan perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah latihan fisik (interval kepercayaan 95%, p<0.05).

Tabel 5.2. Perubahan nilai VEP1, KVP, dan frekuensi napas sebelum dan sesudah latihan fisik pada kelompok air minum biasa

*) Terdapat perbedaan yang bermakna

Pada tabel 5.3, terjadi penurunan nilai VEP1 dan KVP pada kelompok peminum air beroksigen tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah latihan fisik (interval kepercayaan 95%, p<0.05). Sedangkan frekuensi napas menunjukkan peningkatan dengan perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah latihan fisik (interval kepercayaan 95%, p<0.05).

Tabel 5.3. Perubahan nilai VEP1, KVP, dan frekuensi napas sebelum dan sesudah latihan fisik pada kelompok air minum beroksigen

(39)

Pada tabel 5.4, perbedaan nilai VEP1 dan frekuensi napas sebelum melakukan akivitas fisik menunjukkan perbedaan yang bermakna. Sedangkan perbedaan nilai KVP sebelum serta perbedaan nilai VEP1, KVP, dan frekuensi napas sesudah latihan fisik menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna di antara kedua kelompok (interval kepercayaan 95%, p<0.05). Sedangkan frekuensi napas menunjukkan peningkatan dengan perbedaan yang bermakna antara sebelum dan sesudah latihan fisik (interval kepercayaan 95%, p<0.05).

Tabel 5.4. Perbandingan perubahan nilai VEP1, KVP, dan frekuensi napas sebelum dan sesudah latihan fisik pada kedua kelompok

Air biasa Air beroksigen

p

Frekuensi napas sebelum 19.00 (1.05) 18.74 (2.13) 0.016* Frekuensi napas sesudah 23.11 (1.69) 23.63 (2.54) 0.359

*) Terdapat perbedaan yang bermakna

5.2. Pembahasan

(40)

bersuhu kamar dan terhindar dari cahaya matahari langsung. Seluruh subjek telah menghabiskan minuman dalam waktu yang relatif singkat, tanpa membiarkan minuman terbuka tanpa ditutup.

Pertanyaan berikutnya ialah bagaimana oksigen tersebut bisa masuk ke dalam pembuluh darah melalui saluran pencernaan. Promosi yang dilakukan oleh produsen minuman beroksigen menyatakan bahwa kandungan oksigen di air tersebut akan diserap melalui sistem pencernaan dan segera dapat dimanfaatkan oleh tubuh. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Pakdaman (1985) bahwa absorpsi air oksigen pada saluran cerna dapat dinilai dengan pemeriksaan PaO2 darah. Setelah lima menit minum air beroksigen akan terjadi peningkatan PaO2 darah. Selama tiga sampai empat jam kandungan oksigen tetap tinggi didalam darah. Absorpsi minuman beroksigen masuk ke kapiler membran mukosa saluran cerna kemudian ke vena portal dan masuk ke sirkulasi hati serta ke seluruh sirkulasi tubuh. Tentunya ini masih perlu dibuktikan lebih lanjut.

Sebagai perbandingan, Goubault C dkk (2001) dalam penelitiannya tentang pengaruh inhalasi salbutamol terhadap latihan fisik dengan menggunakan protokol Bruce pada atlit bukan penderita asma melihat hubungan antara efek tersebut terhadap fungsi paru dan VO2max. Hasilnya didapati bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna antara pemberian salbutamol dibandingkan plasebo terhadap latihan fisik.

(41)

kekuatan, daya tahan dan kecepatan. Tetapi pada penelitiannya Willmert N dkk (2002) menyimpulkan bahwa minuman beroksigen tidak memberikan pengaruh terhadap VO2max.

Sebelum membahas lebih lanjut hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa pada tabel 5.4 dijumpai perbedaan bermakna antara kelompok air biasa dan kelompok air beroksigen justru pada nilai VEP1 sebelum (p = 0.043) dan frekuensi napas sebelum (p = 0.016). Hal ini terjadi karena pada penelitian ini nilai normal VEP1, KVP, maupun frekuensi napas tidak menjadi bagian dari kriteria inklusi atau eksklusi bagi subjek. Peneliti memakai kriteria sehat jasmani, tidak memiliki riwayat penyakit berat, tidak merokok, dan tidak melakukan olahraga rutin sebagai upaya untuk mengoptimalkan penyetaraan karakteristik di antara kedua kelompok khususnya yang berkaitan dengan nilai VEP1, KVP, maupun frekuensi napas sebelum melakukan latihan fisik. Oleh karena itu, hal ini menjadi salah satu masukan dari peneliti untuk penelitian-penelitian terkait berikutnya, yakni agar nilai normal VEP1, KVP, dan frekuensi napas menjadi bagian dari kriteria inklusi untuk semakin mempertajam hasil penelitian.

(42)

masalah dengan proses pengikatan oksigen atau tidak. Pada penelitian ini pengukuran Hb subjek tidak dilakukan.

Selain manfaat pengkonsumsian air beroksigen dalam jangka pendek, ada beberapa penelitian lainnya yang berkaitan dengan pengaruh minuman beroksigen dalam jangka panjang. Gruber R, Axmann S, dan Schoenberg MH (2005), melaporkan dalam suatu penelitian double blind randomized terhadap 24 relawan (usia 18-23 tahun) dengan kesimpulan bahwa mengkonsumsi minuman beroksigen dalam waktu yang lama tidak memberikan bahaya yang nyata terhadap hati, darah, dan sistem imun. Sebaliknya Schoenberg MH, Hierl TC, Wohlgemuth N, Nilsson UA (2002) melaporkan dalam suatu penelitian prospektif double blind

(43)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Tidak ada perbedaan bermakna antara mengkonsumsi air beroksigen dengan air minum biasa terhadap perubahan nilai VEP1, KVP, dan frekuensi napas setelah melakukan latihan fisik pada laki-laki usia 19-22 tahun.

6.2. Saran

Adapun saran peneliti berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui absorpsi oksigen di dalam saluran cerna pada pemberian oksigen secara oral.

2. Dibutuhkan pengukuran kadar Hemoglobin subjek sebelum menjalani intervensi untuk menilai apakah subjek berkemungkinan memiliki masalah dengan proses pengikatan oksigen atau tidak.

3. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh pemberian minuman beroksigen terhadap KVP, VEP1, dan frekuensi nafas dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan kardiorespirasi.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

American Thoracic Society, 1987. Standarization of spirometry-1987 update. Am Rev Respir Dis, 136: 1285-98.

American Thoracic Society, 1991. Lung function testing: selection of reference values and interpretative strategies. Am Rev Respir Dis, 144: 1202-18.

Anderson, S.D., 2002. Exercise-induced asthma in children: a marker of airway inflammation. MJA, 6: 61-63.

Baba, R., Nagashima, M., Nagano, Y., Ikoma, M., Nishibata, K., 1999. Role of the oxygen uptake efficiency slope in evaluating exercise tolerance. Arch Dis Child, 81: 73-75.

Baker JD, Carey DG, Beck BK, 2001. Penta-process purified oxygenated water improves athletic performance. Department of health and human performance, University of St.Paul, Minnesota.

Bamford, J., 1991. Using heart rate as a tool to gauge exercise intensity. J Perf Enhan, 1: 21-30

Brown. S.P., Miller. W.C., Eason J.M. 2006. Exercise Physiology Basic of Human Movement in Health and Disease. United States: Lippincott Williams and Wilkins, 487-488

Chaudhuri, S.K., 2004. Physiology of exercise. In: Chaudhuri, S.K., ed. Concise medical physiology. 4th ed. Calcutta: New Central Book Agency, 404-11.

Committee on Sports Medicine and Fitness, 1994. Assesing physical activity and fitness in the office setting. Pediatrics, 93: 686-9.

(45)

Ganong, W.F., 2003. Respiratory adjustments in health and disease. In: Ganong, W.F., ed. Review of medical physiology. 21st edition. New York: Lange Medical book, 685-8.

Garcia, S., Fernandez, M.J., Solis, M.S., Martinez, I., Flores, D.P., Ahumada, M.P., 1998. Exercise- induced asthma in children: a comparative study of free and treadmill running.Ann Allergy, 80: 232-236.

Goubault, C., Perault, M.C., Leleu, E., Bouquet, S., Legros, P., Vandel, B., et al., 2001. Effects of inhaled salbutamol in exercising non-asthmatic athletes.

Thorax, 56: 675-9.

Grant,S., Corbett, K.,Amjadt, A.M., Wilson, J., Aitchisont, T., 1995. A comparison of methods of predicting maximum oxygen uptake. J Sports Med,29(3): 147-152.

Gruber R, Axmann, Schoenberg MH, 2005. The influence of oxygenated water on the immune status, liver enzymes, and the generation of oxygen radicals: a prospective, randomized, blinded clinical study (abstract). Clin Nutr,

24(3): 407-14.

Guyton, A.C., 1983. Ventilasi Paru-paru. In: Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC, 1-13.

Haddad, G.G., Fontan, J.J.P., 2004. Development and function of the respiratory system. In: Behrman RE, Kleigman RM, Jenson HB, ed. Nelson textbook of pediatrics. 17th edition. Philadelphia: Saunders, 1357-80.

Hargeaves, M., 2003. Oxygen transport system. In: Hargeaves, M. & John, H., ed.

Physiological bases of sports performance. Australia: McGraw Hill, 46-55.

(46)

Hazinski, T.A. , 2003. The respiratory system. In: Rudolph, C.D. & Rudolph, A.M., ed. Rudolph’s pediatrics. 21st edition. San Fransisco: Prentice Hall International, Inc., 1905-22.

Higenbottam, T., 1986. Respiratory function test. Medicine International; 1393-9.

Hodgkin, J.E., 1984. Routine pulmonary function tests. In: Burton, G.G., Hodgkin, J.E.,ed. Respiratory care: a guide to clinical practice, 2nd Edition. Philadelphia: JB Lippincott, 231-238.

Hornsby, W.G., 2005. Management of competitive athletes with diabetes.

Diabetes spectrum, 18: 102-126.

Jenkins, A., Baynard, T., Moreland, M., Miller, W.C., Fernhall, B., 2002. The effect of oxygenated water on percent arterial oxygen saturation, performance and recovery during exercise. Med Sci Sports Excer, 33: 1-14.

Makmur, N.I., 2008. Pengaruh Latihan Fisik terhadap Tekanan Darah Anak Obes di Kotamadya Medan.

Martin, A., Landau, L.I., Phelan, P.D., 1980. Lung function in young adults who had asthma in childhood. Am Rev Respir Dis, 122: 609-676.

Matondang, M.A., 2008. Pengaruh minuman beroksigen dibanding minum air biasa terhadap nilai VEP1, KVP, VO2 max dan frekuensi napas pada latihan fisik. Medan: Bagian IKA FK USU - RSHAM, 37.

Mcllroy, M.B., 1963. The respiratory response to exercise. Pediatrics, 2: 680-682.

(47)

Mukhtar, Z., 2011. Stastika kedokteran dan uji hipotesis. In: Mukhtar, Z., ed.

Desain penelitian klinis dan statistika kedokteran. Medan: USU Press, 109-116.

Nestle N, Baumann T dan Niessner R, 2003. Oxygen determination in oxygen-supersaturated drinking waters by NMR relaxometry (abstract). Water Res, 37(14): 3361-6.

Nieuwenhoven, V., Brummer, R.M., Brouns, F., 2000. Gastrointestinal function during exercise comparison of water, sports drink with caffeine. J Appl Physiol, 89: 1079-85.

Pakdaman, A., 1985. Oxygen-enriched water andoral oxygen therapy. German Copyright Law: 1-20.

Panditi, S. & Silverman M., 2003. Perception of exercise-induced asthma by children and their parents. Arch Dis Child, 88: 807-818.

Rahajoe, N., Supriyatno, B., Setyanto, B.D., 2004. Pedoman nasional asma anak.

Jakarta: UKK Pulmonologi PP IDAI, 1-14.

Sabapathy, S., Kingsley, R.A., Schneider, D.A., Adams, L., Marris, N.R., 2004. Continuous and intermittent responses in individuals with chronic obstructive pulmonary disease. Thorax, 59: 1026-31.

Schoenberg MH, Hierl TC, Wohlgemuth N, Nilsson UA, 2002. The generation of oxygen radicals after drinking oxygenated water (abstract). Eur J Med Res, 7(3): 109-16.

Shepherd, J.T., 1963. Circulatory changes in the lungs during exercise. Pediatrics, 683-690.

(48)

immunology from infancy to adulthood. Philadelphia: WB Saunders, 157-172.

Wilmert, N., Porcari, J.P., Foster, C., Doberstein, S., Brice, G., 2002. The effects of oxygenated water on exercise physiology during incremental exercise and recovery. J Exerc Physiol, 5 (4): 16-21.

Wilmore, J.H., Costill D.L., Kenney. W. L., 2008. Physiology of Sport and Exercise 4th edition. United States: Human Kinetics, 13-14

Wirjodiarjo, M., 1993. Daftar nilai baku fungsi paru anak usia SD di Jakarta. Jakarta: Bagian IKA FK UI-RSCM.

(49)
(50)

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : FITRAH SARI

Tempat/Tanggal Lahir : Petumbukan, 1 November 1990

Agama : Islam

Alamat : Jalan Setiabudi Gang.tengah, Kelurahan Tanjung sari, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1996 lulus Taman Kanak-kanak Dewi Sartika Sei Mangkei, Simalungun

1. Tahun 2002 lulus Sekolah Dasar Negeri No.091690 Sei Mangkei , Simalungun

2. Tahun 2005 lulus Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tebing Tinggi

3. Tahun 2008 lulus Sekolah Menengah Atas Plus Partuha Maujana Simalungun, Pematang Raya

Riwayat Pelatihan :

1. Tahun 2003 Advanced English Language Course di Phoenix International Language Centre, Tebing Tinggi

(51)

3. Tahun 2008 Teknisi Komputer di SDM 21, Medan

4. Tahun 2009 Pekan Ilmiah Mahasiswa FK USU, Score PEMA FK USU, Medan

5. Tahun 2009 Workshop Basic Life Support

,TBM PEMA FK USU, Medan

6. Tahun 2009 Workshop Akupuntur, FULDFK DEW 1, Medan

7. Tahun 2009 Training Politik Dasar Islam, DPW KAM Rabbani USU, Medan

8. Tahun 2010 Workshop Advanced Trauma Life Support, TBM PEMA FK USU, Medan

9. Tahun 2010 Workshop Hypnotherapy,

FULDFK Indonesia, Padang

10.Tahun 2010 Training Science in Al-Qur’an, Madrasah Qur’an IT Telkom, Medan

11.Tahun 2011 Pelatihan Penulisan Proposal PKM Dikti, Kemdiknas dan USU, Medan

12.Tahun 2011 Training Softskills, USU, Medan 13.Tahun 2011 Workshop Jurnalistik, Suara USU,

Medan

14.Tahun 2011 Workshop Inovasi bisnis berbasis TIK IMULAI 3.0, Microsof corp dan USAID, Medan

Riwayat Organisasi :

1. Pengurus Panitia Hari Besar Islam (PHBI) FK USU 2008-2011

2. Pengurus Forum Ukhuwwah Lembaga Dakwah Fakultas Kedokteran Dewan Eksekutif

(52)

3. Sekretaris Dept. Pendidikan dan Penelitian Pemerintahan Mahasiswa FK USU 2009-2010 4. Pengurus DPW KAM Rabbani FK USU,

2009-sekarang

(53)

PENJELASAN MENGENAI PENELITIAN:

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi/siang Saudara

Nama saya Fitrah Sari dan akan melakukan penelitian dengan judul : “Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigen dengan Minuman Air Biasa terhadap Nilai VEP1, KVP, dan Frekuensi Napas pada Latihan Fisik. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan manfaat langsung minuman beroksigen bagi orang yang melakukan olahraga atau latihan fisik. Dengan diketahuinya hal tersebut, maka ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang penting bagi masyarakat maupun dunia kesehatan.

Jika Saudara bersedia mengikuti penelitian ini maka akan dilakukan serangkaian prosedur terhadap Saudara, di mana Saudara diminta untuk meminum air minum beroksigen atau air minum biasa, kemudian saya akan menghitung frekuensi napas mengukur kapasitas vital paru Saudara dengan spirometri, dilanjutkan dengan melakukan latihan fisik berupa treadmill selama lebih kurang 12 menit, kemudaian diakhiri dengan pengukuran kembali kapas vital paru dengan menggunakan alat spirometri dan menghitung frekuensi napas.

Kami sangat mengharapkan keikut sertaan Saudara dalam penelitian ini, karena selain bermanfaat untuk diri sendiri, juga bermanfaat untuk orang lain. Selama penelitian ini, Saudara tidak dibebankan biaya apapun. Semua data/keterangan dari Saudara bersifat rahasia,tidak diketahui orang lain. Apabila keberatan, Saudara bebas untuk menolak mengikuti penelitian ini. Jika sudah mengerti dan bersedia mengikuti penelitian ini maka Saudara dapat mengisi lembar persetujuan.

Pemeriksaan yang akan dilakukan diatas lazimnya tidak akan menimbulkan hal yang berbahaya bagi Saudara. Namun bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang setelah Saudara mengikuti penelitian ini, maka Saudara dapat menghubungi saya.

Nama : Fitrah Sari

Alamat instansi : FK USU, Jl.dr.Mansur No.5, Medan

Alamat rumah : Jalan Setiabudi Gang.tengah, Kel. Tanjung sari, Medan

Handphone : 085276904760

Demikian penjelasan ini saya sampaikan. Atas perhatian dan kesediaan Anda, saya ucapkan terma kasih.

Medan,...2011 Peneliti,

(54)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur : Alamat : No. Hp :

Setelah mempelajari dan mendapatkan penjelasan yang sejelas-jelasnya mengenai penelitian yang “Perbandingan Pengaruh Minuman Beroksigen dengan Minuman Air Biasa terhadap Nilai VEP1, KVP, dan Frekuensi Napas pada Latihan Fisik dan setelah mengetahui dan menyadari sepenuhnya risiko yang mungkin terjadi, dengan ini saya menyatakan bahwa saya bersedia dengan sukarela menjadi subjek penelitian tersebut dan patuh akan ketentuan-ketentuan yang dibuat peneliti. Jika sewaktu-waktu ingin berhenti, saya berhak untuk tidak melanjutkan mengikuti penelitian ini tanpa ada sanksi apapun.

Medan, 2011

Yang menyatakan, Peneliti

( ) ( Fitrah Sari )

Saksi

(55)
(56)

Umur

Berat Badan

Kelompok Mean N Std. Deviation

Air 64.58 19 5.015

Air+O2 62.47 19 7.538

Total 63.53 38 6.404

Tinggi badan

Kelompok Mean N Std. Deviation

Air 169.58 19 4.154

Air+O2 168.84 19 7.470

Total 169.21 38 5.974

Kelompok Mean N Std. Deviation

Air 20.11 19 1.049

Air+O2 20.32 19 1.108

(57)

Karakteristik Subjek Penelitian Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

95% CI of the Difference

(58)

Uji T Berpasangan

Kelompok Air Minum Beroksigen

Paired Samples Statistics

Mean N

Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1 VEP1sebelum 87.16 19 22.743 5.218

VEP1sesudah 81.63 19 10.797 2.477

Pair 2 KVP sebelum 75.42 19 14.725 3.378

KVP sesudah 74.95 19 11.443 2.625

Pair 3 Frek Napas sebelum 18.74 19 2.130 .489

Frek Napas sesudah 23.63 19 2.543 .583

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 VEP1sebelum & VEP1sesudah

19 .443 .057

Pair 2 KVP sebelum & KVP sesudah

19 .806 .000

Pair 3 Frek Napas sebelum & Frek Napas sesudah

(59)

Kelompok Air Minum Beroksigen

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% CI of the Difference

Lower Upper

Pair 1 VEP1sebelum - VEP1sesudah

5.526 20.400 4.680 -4.306 15.359 1.181 18 .253

Pair 2 KVP sebelum – KVP sesudah

.474 8.727 2.002 -3.732 4.680 .237 18 .816

Pair 3 Frek Napas sebelum - Frek Napas sesudah

(60)

Paired Samples Statistics

(61)

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% CI of the Difference

Lower Upper

Pair 1 VEP1sebelum - VEP1sesudah

.263 5.724 1.313 -2.496 3.022 .200 18 .843

Pair 2 KVP sebelum - KVP sesudah

1.158 4.045 .928 -.792 3.108 1.248 18 .228

Pair 3 Frek Napas sebelum - Frek Napas sesudah

(62)

Kelompok Air Minum Biasa dan Air Minum Beroksigen

Group Statistics

Kelompok N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

VEP1sebelum Air 19 80.79 8.196 1.880

Air+O2 19 87.16 22.743 5.218

VEP1sesudah Air 19 80.53 9.828 2.255

Air+O2 19 81.63 10.797 2.477

KVP sebelum Air 19 76.74 10.624 2.437

Air+O2 19 75.42 14.725 3.378

KVP sesudah Air 19 75.58 10.297 2.362

Air+O2 19 74.95 11.443 2.625

Frek Napas sebelum

Air 19 19.00 1.054 .242

Air+O2 19 18.74 2.130 .489

Frek Napas sesudah

Air 19 23.11 1.696 .389

(63)

Kelompok Air Minum Biasa dan Air Minum Beroksigen Levene's Test for

Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

95% CI of the Difference

Gambar

Tabel 2.1. Gradasi/tingkatan latihan fisik
Tabel 2.2. Protokol Bruce
Tabel 2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pengosongan isi lambung
Gambar 1. Kerangka teori penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat perbedaan hasil belajar kognitif IPA Biologi siswa yang signifikan dengan menggunakan model pembelajaran Structured Dyadic Methods (SDM) dan model pembelajaran

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Willi Yunantias, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : ANALISIS PENGARUH KUALITAS LAYANAN DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP MINAT

[r]

tingkat signifikansi atau p-value sebesar 0,000, dikarenakan probabilitas (0,000) &lt; 0,05 maka Ho ditolak berarti model yang digunakan untuk menguji

Hal ini dapat dilihat dari variabel tipe gejala penyakit tungro, masa inkubasi virus tungro, kejadian penyakit tungro, tinggi tanaman, dan jumlah anakan pada tiga varietas uji

Pada akuades dan NaCl 20% jumlah tetesan tidak terlalu banyak karena tegangan permukaan pada akuades dan NaCl tinggi sehingga daya tolak untuk mempertahankan luas permukaan

[r]

Soebagio (in Agustyaningrum, 2011) also said that 5E learning cycle is a learning model that drives student to find their own concepts, prevent the occurrence of