OPTIMASI PERENCANAAN RANGKA MENARA AIR
STRUKTUR BAJA PADA KETINGGIAN 15 M
UNTUK KAPASITAS 25 M3
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh
Colloqium Doctum/Ujian Sarjana Teknik Sipil
OLEH
DWI SYAH PUTERA TARIGAN NIM : 060424002
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
OPTIMASI PERENCANAAN RANGKA MENARA AIR STRUKTUR BAJA PADA KETINGGIAN 15 M
UNTUK KAPASITAS 25 M3
(Studi Literatur)
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi Tugas- tugas Dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara
Disusun oleh:
DWI SYAH PUTERA TARIGAN NIM. 060 424 002
Disetujui oleh : Pembimbing
Ir. Sanci Barus, MT NIP . 19520901 198112 1 002
Penguji I Penguji II Penguji III
Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan Emilia Kadreni, ST. MT Ir. Robert Panjaitan NIP.19561224 198103 1 002 NIP. 19741012 200012 2 012 NIP. 19591110 198701 1 002
Mengesahkan
Koordinator PPSE Ketua Departemen Teknik Sipil
Departemen Teknik Sipil Fak. Teknik USU
Fak. Teknik USU
Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan
NIP. 19560326 198103 1 003 NIP. 19561224 198103 1 002
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Dalam perencanaan rangka menara selain kuat, stabil dan kaku harus ekonomis karena menyangkut masalah pembiayaan yang cukup besar. Untuk itu perlu dicari suatu keadaan jumlah medan (n), pada rangka menara dengan membandingkan 3 buah profil yang akan menghasilkan biaya yang ekonomis pula sehingga nantinya memberi bobot total rangka menara yang minimum.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pada perhitungan dilakukan dengan cara coba – coba dengan jumlah medan (n) adalah 3, 4, 5, dengan membandingkan jenis profil. Profil yang dibandingkan untuk rangka menara adalah profil 2L, profil 2C dan profil IWF.
Perhitungan struktur rangka menara menggunakan metode analisis,
dengan memberikan hasil yaitu bobot paling minimum pada jumlah medan (n) =
8 dengan menggunakan profil 2L berat 861,4524 Kg. .( 12,75 % dari profil 2C
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat rahmat, karunia dan penyertaan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “ Optimasi Perencanaan Rangka
Menara Air Struktur Baja Pada Ketinggian 15 M Untuk Kapasitas 25 M³ ”.
Tugas Akhir ini merupakan syarat untuk dapat menyelesaikan Program
Pendidikan Sarjana Ekstension Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara.
Dalam menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis banyak
sekali menerima bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Maka
dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tinginya kepada:
1. Bapak Ir. Sanci Barus, MT., sebagai Dosen Pembimbing yang telah
memberikan dukungan penuh dari awal hingga selesainya Tugas Akhir ini;
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan, sebagai Ketua Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Wali
penulis;
3. Bapak Ir. Zulkarnain A.Muis, M.Eng,Sc., sebagai Koordinator Program
Pendidikan Ekstension Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Sumatera Utara;
4. Seluruh Dosen Staf Pengajar Program Pendidikan Ekstension Departemen
5. Para Pegawai Tata Usaha Program Pendidikan Ekstension Departemen Teknik
Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara (Kak Lince dan Bang Zul);
6. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
mahasiswa terlebih-lebih kepada rekan-rekan Ekstension 2007, 2006, dan
2008 atas dorongan dan bantuan yang diberikan.
7. Secara khusus penulis berterima kasih kepada orang tua, ayah dan ibunda,
adik beserta seluruh keluarga yang telah memberikan dorongan baik moral,
material dan doa restu hingga selesainya Tugas Akhir ini.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Maka
untuk menyempurnakan isi dari tugas akhir ini, penulis dengan rendah hati sangat
mengharapkan saran-saran serta kritik yang konstruktif dari staf pengajar dan
rekan-rekan mahasiswa serta kalangan praktis lainnya.
Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua.
Medan, Juni 2011
Hormat Saya,
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR NOTASI... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Umum... 1
B. Latar Belakang ... 1
C. Tujuan ... 3
D. Pembatasan Masalah ... 3
E. Metodologi ... 4
F. Sistematika Penulisan ... 4
BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN... 6
A. Umum ... 6
B. Karakteristik Baja ... 6
C. Bentuk – Bentuk Baja Profil ... 17
D. Jenis – Jenis Pembebanan ... 18
1. Beban Mati... 18
3. Beban Angin ... 20
4. Beban Gempa ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
A. Data Umum Struktur Baja ... 22
B. Perencanaan Pembebanan ... 23
C. Metode Analisis Rangka Menara... 24
1. Perencanaan Rangka Menara ... 24
2. Dimensi Rangka Menara ... 27
3. Stabilitas Terhadap Rangka Batang ... 27
BAB IV PEMBAHASAN... 31
A. Berat Sendiri ... 31
B. Akibat Berat Angin ... 39
1. Berat Angin Kiri ... 39
2. Berat Angin Kanan... 47
C. Pendimensian Profil ... 58
D. Perhitungan Berat Profil... 94
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 112
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Daftar Tegangan Dari Beberapa Jenis Baja ... 12
4.1 Gaya Batang Akibat Berat Sendiri Pada Jumlah Medan (n) = 3 .. 36
4.2 Gaya Batang Akibat Berat Sendiri Pada Jumlah Medan (n) = 4 .. 37
4.3 Gaya Batang Akibat Berat Sendiri Pada Jumlah Medan (n) = 5 .. 38
4.4 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kiri Pada Jumlah Medan (n) = 3 ... 44
4.5 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kiri Pada Jumlah Medan (n) = 4 ... 45
4.6 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kiri Pada Jumlah Medan (n) = 5 ... 46
4.7 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kanan Pada Jumlah Medan (n) = 3 ... 52
4.8 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kanan Pada Jumlah Medan (n) = 4 ... 53
4.9 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kanan Pada Jumlah Medan (n) = 5 ... 54
4.10 Kombinasi Pembebanan Pada Jumlah Medan (n) = 3 ... 55
4.11 Kombinasi Pembebanan Pada Jumlah Medan (n) = 4 ... 56
4.12 Kombinasi Pembebanan Pada Jumlah Medan (n) = 5 ... 57
4.13 Kombinasi Pembebanan dan Berat Total Profil 2L dengan Jumlah Medan (n) = 3 ... 100
4.14 Kombinasi Pembebanan dan Berat Total Profil 2L dengan Jumlah Medan (n) = 4 ... 101
4.16 Kombinasi Pembebanan dan Berat Total Profil 2C
dengan Jumlah Medan (n) = 3 ... 103
4.17 Kombinasi Pembebanan dan Berat Total Profil 2C
dengan Jumlah Medan (n) = 4 ... 104
4.18 Kombinasi Pembebanan dan Berat Total Profil 2C
dengan Jumlah Medan (n) = 5 ... 105
4.19 Kombinasi Pembebanan dan Berat Total Profil IWF
dengan Jumlah Medan (n) = 3 ... 106
4.20 Kombinasi Pembebanan dan Berat Total Profil IWF
dengan Jumlah Medan (n) = 4 ... 107
4.21 Kombinasi Pembebanan dan Berat Total Profil IWF
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Hubungan Tegangan-Regangan
Untuk Uji Tarik Pada Baja Lunak ... 9
2.2 Penentuan Tegangan Leleh... 13
4.1 Grafik Hubungan Berat Profil dengan Jumlah Medan (n)
pada Profil 2L ... 109
4.2 Grafik Hubungan Berat Profil dengan Jumlah Medan (n)
pada Profil 2C ... 109
4.3 Grafik Hubungan Berat Profil dengan Jumlah Medan (n)
pada Profil IWF ... 110
DAFTAR NOTASI
Ix = Inersia Baja (Cm4)
σ = Tegangan Ijin Baja (Kg/cm²)
NT = Pembebanan Tetap (Kg)
LK = Panjang Tekuk (cm)
ix,iy = Jari – Jari Kelembaban Dari Batang Tersusun Terhadap Sumbu
(cm)
imin = Jari – Jari Kelembaban Dari Batang Tersusun Terhadap Sumbu
yang Memberikan Harga yang Kecil (cm)
W = Tekanan Angin (Kg/m²)
Sx = Statis Momen Terhadap Sumbu Bebas Bahan (cm³)
2a = Jarak Sumbu ke Sumbu (cm)
FTotal = Luasan Profil (Cm²)
FPerlu = Luasan profil yang direncanakan (Cm²)
λ = Kelangsingan
ω = Faktor tekuk
m = Jumlah Tunggal yang Membentuk Batang Tersusun
ABSTRAK
Dalam perencanaan rangka menara selain kuat, stabil dan kaku harus ekonomis karena menyangkut masalah pembiayaan yang cukup besar. Untuk itu perlu dicari suatu keadaan jumlah medan (n), pada rangka menara dengan membandingkan 3 buah profil yang akan menghasilkan biaya yang ekonomis pula sehingga nantinya memberi bobot total rangka menara yang minimum.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pada perhitungan dilakukan dengan cara coba – coba dengan jumlah medan (n) adalah 3, 4, 5, dengan membandingkan jenis profil. Profil yang dibandingkan untuk rangka menara adalah profil 2L, profil 2C dan profil IWF.
Perhitungan struktur rangka menara menggunakan metode analisis,
dengan memberikan hasil yaitu bobot paling minimum pada jumlah medan (n) =
8 dengan menggunakan profil 2L berat 861,4524 Kg. .( 12,75 % dari profil 2C
BAB I
PENDAHULUAN
A. Umum
Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang teknik sipil mengakibatkan
perubahan sistem konstruksi baik ditinjau dari segi mutu, bahan, struktur
konstruksi serta ekonomisnya. Untuk itu perlu disadari bahwa seseorang yang
berkecimpung di dunia konstruksi harus dapat mengantisipasi hal hal tersebut
di atas.
Baja merupakan suatu bahan konstruksi yang lazim digunakan dalam
struktur bangunan sipil. Karena kekuatannya yang tinggi dan ketahanannya
terhadap gaya yang bekerja serta nilai ekonomisnya maka bahan baja telah
menjadi pilihan untuk konstruksi bangunan seperti gedung, menara/tower.
B. Latar Belakang
Pada perencanaan suatu bangunan haruslah membuat kriteria untuk
menilai tercapai atau tidaknya suatu penyelesaian yang optimum. Adapun
kriteria umum untuk struktur bangunan biasanya berupa produksi bahan yang
minimum, waktu konstruksi yang singkat, tenaga kerja yang minim, serta
operasional kerja yang minimum.
Untuk bangunan konstruksi rangka baja, perencanaan struktur dilakukan
untuk mendapatkan suatu struktur yang stabil seperti memiliki kekuatan dan
kekakuan yang memadai, memiliki nilai ekonomis pada pembiayaan awal dan
umur pelayanan yang lama, dan juga penyesuaian konstruksi yang diperlukan
pada masa yang akan datang.
Kenyataan ini menunjukan semakin kompleksnya permasalahan yang
dihadapi dalam perencanaan suatu konstruksi rangka baja. Pada umumnya
tujuan perencanaan struktur adalah untuk menghasilkan suatu struktur yang
stabil, kuat, kokoh dan memenuhi tujuan lainnya seperti ekonomis dan
kemudahan pelaksanaan. Suatu struktur disebut stabil apabila konstruksi
tersebut tidak terguling, miring atau bergeser selama umur rencana bangunan.
Dikatakan kuat dan kokoh dimana kemungkinan terjadinya kegagalan struktur
dan kehilangan kemampuan pelayanan selama umur rencana adalah kecil dan
dalam batas yang dapat diterima serta kerusakan yang dan keausan yang
terjadi pada konstruksi selama umur rencana masih dalam batas wajar dan
tidak memerlukan pemeliharaan yang berlebihan. Pada konstruksi rangka baja,
pemilihan dimensi profil yang sesuai sangat diperlukan yang mana nantinya
profil baja yang dipilih adalah kuat menahan beban beban yang terjadi pada
struktur dengan mempertimbangkan nilai ekonomis dan optimalisasi profil
yang akan dipakai.
Ekonomis suatu konstruksi rangka batang tergantung pada berat
konstruksinya. Makin berat bobotnya makin mahal biaya konstruksi dan
demikian pula sebaliknya.
Pada optimasi pererncanaan menara air rangka baja dapat timbul
masalah dalam penentuan tipe profil rangka batang dalam hal pencapaian
Adapun masalah yang akan dibahas pada tulisan ini adalah menentukan
bobot total minimum suatu konstruksi baja rangka batang menara air. Ada
beberapa profil yang digunakan untuk merencanakan suatu konstruksi baja
dengan tujuan memperoleh nilai ekonomis dan struktur yang aman. Dari
beberapa profil baja yang digunakan tentunya memberikan hasil yang
berbeda. Disini penulis membandingkan baja profil 2L, 2C dan IWF.
C. Tujuan
Penulisan tugas akhir ini dimaksudkan untuk mengoptimasi dan lebih
memahami pengaruh penggunaan profil dalam suatu struktur rangka baja
khususnya rangka baja dengan profil 2L, 2C dan IWF.
D. Pembatasan Masalah
Supaya Pengkajian mengarah pada tujuan yang relevan dengan judul
Tugas Akhir dan karena keterbatasan pengetahuan, literature, dan journal yang
dimiliki penyaji, maka perlu diadakan pembatasan masalah untuk memperoleh
analisis yang memadai.
Adapun batasan-batasannya adalah :
1. Dalam perencanaan optimasi struktur menara air, tingkat kekakuan dari
konstruksi mempunyai peranan yang sangat penting untuk menghitung
gaya-gaya dalam yang bekerja.
2. Penulisan tugas akhir ini tidak membahas mengenai sambungan profil
3. Dalam pembahasan di tugas akhir ini, penulis akan membahas mengenai
perencanaan dimensi profil struktur baja yang mana perhitungan beban
berdasarkan peraturan muatan angin dan perencanaan profil konstruksi
menggunakan metode Allowable Stress Design (ASD).
4. Analitis perencanaan dilakukan untuk memperoleh nilai nilai gaya dalam
yang terjadi, dimana nilai nilai gaya dalam yang diperoleh akan
digunakan dalam penentuan dimensi profil. Untuk kapasitas tangki air
ditentukan sebesar 25 m3 pada ketinggian 15 m.
5. Mutu Baja yang digunakan Adalah BJ 37 (Fe 360)
E. Metodologi
Metodologi yang dipergunakan dalam tugas akhir ini adalah studi
literature, adapun sumbernya berasal dari buku-buku jurnal dan buku-buku yang
berhubungan dengan analisa yang akan dibahas. Sedangkan metode yang akan
digunakan dalam perhitungan mekanikanya adalah metode Titik Buhul. Setelah
didapat gaya-gaya yang bekerja pada masing-masing batang yang membentuk
konstruksi maka dilakukan pendimensian batang sehingga bobot rangka menara
F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran garis besar penulisan Tugas Akhir ini, maka
isi tulisan ini dapat diuraikan sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, Pembatasan masalah, Maksud dan
Tujuan, Metodologi, dan Sistematika Penulisan.
BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Terdiri dari penjelasan umum mengenai baja, tipe tipe
pembebanan, metode perhitungan statika, karakteristik baja, dan
berbagai macam dimensi profil baja yang sering digunakan.
BAB III : PERHITUNGAN DAN ANALISIS
Bab ini berisi hasil-hasil perhitungan dalam perencanaan struktur
bangunan menara air. Analisis yang dilakukan berdasarkan
batasan-batasan yang sudah ditetapkan dalam ruang lingkup dan
batasan pembahasan.
BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil dari seluruh
kegiatan tugas akhir ini dengan menitikberatkan pada optimalisasi
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Umum
Baja merupakan sauatu bahan konstruksi yang lazim digunakan dalam
struktur bangunan sipil. Karena kekuatan yang tinggi dan ketahanan terhadap gaya
luar yang besar maka baja ini juga telah menjadi bahan pilihan untuk konstruksi
menara air rangka baja. Struktur baja bisa dibagi atas tiga kategori umum :
a. Struktur rangka (framed structure), yang elemennya bisa terdiri dari batang
tarik, kolom, balok dan batang yang mengalami gabungan lenturan dan
beban aksial
b. Struktur gantung (suspension), yang sistem pendukung utamanya
mengalami tarikan aksial yang dominan.
c. Struktur selaput (sheel), yang tegangan aksialnya dominan.
B. Karakteristik Baja
Pengetahuan mengenai karakteristik baja merupakan keharusan apabila
seorang insinyur menggunakan baja sebagai pilihan untuk merencanakan suatu
bagian struktur. Sifat mekanisme yang sangat penting pada baja diperoleh
berdasarkan hukum eksperimental tegangan dan regangan yang didapatkan oleh
Robert Hooke pada tahun 1678. jika benda mengalami pembebanan, didapatkan
bahwa untuk bahan tertentu perpanjangannya berbanding lurus dengan beban
yang dipasang. Jika bahan terbuat dari bahan terbuat dari bahan elastic yang
seluruh penampang dan besarnya sama dengan besar beban dibagi dengan luas
penampangnya. Regangan sumbu sama dengan pertambahan panjang dibagi
dengan panjang semula, sehinggga dapat ditulis:
A P
σ= ……… (2.1)
Lu L -Lo
=
ε ……… (2.2)
E . ε
σ= ... (2.3)
dimana : P = gaya aksial yang bekerja pada penampang
A = luas penampang
Lo = panjang mula – mula
L = panjang batang setelah mendapatkan beban
E = modulus elastisitas
Berdasarkan persentase zat arang yang dikandung, baja dapat
dikategorikan sebagai berikut :
1. Baja dengan persentase zat arang rendah ( low carbon steel )
Yakni lebih kecil dari 0.15 %
2. Baja dengan persentase zat arang ringan ( mild carbon steel )
Yakni 0.15 % - 0.29 %
3. Baja dengan persentase zat arang sedang ( medium carbon steel )
Yakni 0.30 % - 0.59 %
4. Baja dengan persentase zat arang tinggi ( High carbon steel )
Baja untuk bahan struktur termasuk kedalam baja yang persentase zat
arang yang ringan ( mild carbon steel ), semakin tinggi kadar zat arang yang
terkandung didalamnya, maka semakin tinggi nilai tegangan lelehnya. Sifat-sifat
bahan struktur yang paling penting dari baja adalah sebagai berikut :
1. Modulus Elastisitas ( E )
Modulus elastisitas untuk semua baja ( yang secara relative tidak
tergantung dari kuat leleh ) adalah 28000 sampai 30000 ksi atau 193000
sampai 207000 Mpa. Nilai untuk desain lazimnya diambil sebesar 29000
ksi atau 200000 Mpa.
Berdasarkan Peraturan Perencanaan Bangunan Indonesia ( PPBBI ), nilai
modulus elastisitas baja adalah 2,1 x 106 kg/cm² atau 2,1 x 105 MPa.
2. Modulus Geser ( G )
Modulus geser setip bahan elastis dihitung berdasarkan formula :
(
+μ)
=1 2
E G
Dimana µ = perbandingan poisson yang diambil sebesar 0,3 untuk baja.
Dengan menggunakan µ = 0,3 maka akan memberikan G = 11000 ksi atau
77000 MPa.
Berdasarkan Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia ( PPBBI ),
nilai modulus geser ( gelincir ) baja adalah 0,81 x 106 kg/cm² atau 0,81 x
105 MPa.
3. Koefisien Ekspansi ( α )
Koefisien ekspansi adalah koefisien pemuaian linier. Koefisien ekspansi
A
B
σ
A’ MC
0
ε
4. Tegangan Leleh ( σ1 )
Tegangan leleh ditentukan berdasarkan mutu baja.
5. Sifat – sifat lain yang penting.
Sifat – sifat ini termasuk massa jenis baja, yang sama dengan 490 pcf atau
7,850 t/m3, atau dalam berat satuan, nilai untuk baja sama dengan 490 pcf
atau 76, 975 kN/m³, berat jenis baja umumnya adalah sebesar 7,85 t/m3.
Untuk mengetahui hubungan antara tegangan dan regangan pada baja dapat
dilakukan dengan uji tarik di laboratorium. Sebagian besar percobaan atas baja
akan menghasilkan bentuk hubungan antara tegangan dan regangan seperti
tergambar di bawah ini.
Gambar 2.1 Hubungan tegangan - regangan untuk uji tarik pada baja lunak.
Keterangan gambar :
σ = tegangan baja
ε = regangan baja
A = titik proporsional
A’ = titik batas elastis
B = titik batas plastis
M = titik runtuh
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sampai titik A hubungan antara
tegangan dan regangan masih linier atau keadaan masih mengikuti hukum Hooke.
Kemiringan garis OA menyatakan besarnya modulus elastisitas E. Diagram
regangan untuk baja lunak memiliki titik leleh atas ( upper yield point ), σyu dan
daerah leleh datar. Secara praktis, letak titik leleh atas ini, A’ tidaklah terlalu
berarti sehingga pengaruhnya sering diabaikan. Titik A’ sering juga disebut
sebagai titik batas elastis ( elasticity limit ). Sampai batas ini bila gaya tarik
dikerjakan pada batang baja maka batang tersebut akan berdeformasi. Selanjutnya
bila gaya itu dihilangkan maka batang akan kembali ke bentuk semula. Dalam hal
ini batang tidak mengalami deformasi permanen.
Bila beban yang bekerja bertambah, maka akan terjadi pertambahan
regangan tanpa adanya pertambahan tegangan. Sifat pada daerah AB inilah yang
disebut sebagai keadaan plastis. Lokasi titik B, yaitu titik batas plastis.
Daerah BC merupakan daerah strain hardening, dimana pertambahan
regangan akan diikuti dengan sedikit pertambahan tegangan. Disamping itu,
hubungan tegangan dengan regangannya tidak lagi bersifat linier. Kemiringan
garis setelah titik B ini didefenisikan sebagai Ez. Di titik M, yaitu regangan
berkisar antara 20 % dari panjang batang, tegangannya mencapai nilai maksimum
yang disebut sebagai tegangan tarik batas ( Ultimate tensile strength ). Akhirnya
Tegangan leleh adalah tegangan yang terjadi pada saat baja mulai meleleh.
Dalam kenyataannya, sulit untuk menentukan besarnya tegangan leleh, sebab
perubahan dari elastisitas menjadi plastis seringkali besarnya tidak tetap.sebagai
standar menentukan besarnya tegangan leleh dihitung dengan menarik garis
sejajar dengan sudut kemiringan modulus elastisitasnya, dari regangan sebesar
0.2 %.
Harga konstanta – konstanta diatas untuk baja structural adalah :
• Modulus Elastisitas E = 2,1 x 106 kg/cm²
• Modulus Geser G = 0,81 x 106 kg/cm²
• Angka Poison μ = 0,30
• Koefisien Muai α1 = 12 x 10-6 per º C
Sifat fisik batangan tulangan baja yang paling penting, untuk digunakan
dalam
perhitungan perencanaaan beton bertulangan adalah tegangan leleh (fc) dan
modulus elastiisitas (E). Tegangan leleh (titik leleh) baja ditentukan melalui
prosedur pengujian standar sesuai dengan SII 0136-84, dengan ketentuan bahwa
tegangan leleh adalah tegangan baja pada saat meningkatnya tegangan tidak
disertai lagi dengan peningkatan regangannya. Didalam perencanaan atau analisis
beton bertulang pada umumnya nilai tegangan leleh baja tulangan diketahui atau
ditentukan pada awal perhitungan.
Disamping usaha standarisasi yang telah dilakukan masing – masing
negara produsen baja, kebanyakan negara produsen baja pada dewasa ini masih
baja tulangan dan baja struktur telah diatur sesuai dengan Standard Industri
Indonesia.
Tabel 2.1 Daftar tegangan dari beberapa jenis baja
Jenis Baja Tegangan Leleh (
σ
1)(kg/cm²)
Tegangan Ultimate (
σ
u)(kg/cm²)
Bj 34 2100 3400
Bj 37 2400 3700
Bj 41 2500 4100
Bj 44 2800 4400
Bj 50 2900 5000
Bj 52 3600 5200
Baja merupakan bahan struktur yang sangat luas penggunaannya, sehingga
harus memenuhi standar yang telah ditetapkan. Menurut sifatnya baja merupakan
bahan yang keseragamannya dari komposisinya sangat baik dan homogenitasnya
sangat tinggi terutama Fe (Ferum) dalam bentuk Kristal dan zat arang (C), dalam
pembersihan kristalnya melalui panas yang tinggi serta proses selanjutnya,
kemudian akan diperoleh besi kasar dari dapur pemroses (tanur tinggi). Untuk
menjamin daktilitas dari baja, maka persentase maksimum dari zat arang, posfor
dan sulfur dibatasi. Pembatasan komposisi maksimum dari campuran tersebut
adalah 1,7 % zat arang(C) ; 1,65 % Mangan (Mn) ; 0,6 % Silikjon ; 0,60 %
Tembaga (Cu).
Kekuatan baja ini tergantung kepada kadar karbon dan mangan yang
dikandungnya. Penambahan persentase karbin meningkatkan tegangan leleh tetapi
mengurangi daktilitas, sehingga sukar dilas. Pengelasan akan ekonomis dan
Gambar 2.2 Penentuan tegangan leleh.
Dari titik regangannya 0,2 % ditarik garis sejajar dengan garis OB
sehingga memotong grafik tegangan regangan dan memotong sumbu
tegangan.Tegangan yang diperoleh ini disebut dengan tegangan leleh.
Tegangan-tegangan leleh dari bermacam-macam baja bangunan diperlihatkan pada tabel 2.1
dibawah ini:
Kekuatan baja ini tergantung kepada kadar karbon dan mangan yang
dikandungnya. Penambahan persentase karbin meningkatkan tegangan leleh tetapi
mengurangi daktilitas, sehingga sukar dilas. Pengelasan akan ekonomis dan
memuaskan bila kandungan karbon baja tersebut tidak lebih dari 0,30 %.
Baja memiliki beberapa kelebihan sebagai bahan konstruksi, diantaranya :
• Nilai kesatuan yang tinggi per satuan berat
• Keseragaman bahan dan komposit bahan yang tidak berubah terhadap
waktu
• Dengan sedikit perawatan akan didapat masa pakai yang tidak terbatas
• Daktilitas yang tinggi
C 0
0.002 0.004
ε
D B
CD//OB
• Mudah untuk diadakan pengembangan struktur
Disamping itu baja juga mempunyai kekurangan dalam hal :
• Biaya perawatan yang besar
• Biaya pengadaan anti api yang besar ( fire proofing cost )
• Dibandingkan dengan kekuatannya kemampuan baja melawan tekuk kecil
• Nilai kekuatannya akan berkurang, jika dibebani secara berulang /
periodik, hal ini biasanya disebut dengan leleh atau fatigue.
Semua bahan bangunan yang telah dikenal dan dipakai dalam konstruksi pada
umumnya mempunyai beberapa kekurangan bila dibandingkan dengan bahan
baja, seperti misalnya kayu (terlalu lemah), batu (terlalu besar volumenya), tanah
liat dan bagian-bagian pohon (terlalu temporer) atau kurang mempunyai daya
tahan terhadap kekuatan tarik dan terlalu getas terhadap benturan (batu dan
beton). Disamping kekuatannya yang besar untuk menahan kekuatan tarik dan
tekan tanpa membutuhkan banyak volume baja juga mempunyai sifat-sifat lain
yang menguntungkan sehingga menjadikannya sebagai salah satu bahan bangunan
yang sangat umum dipakai dewasa ini. Penjelasan singkat tentang beberapa
sifat-sifat baja akan diutarakan berikut ini:
1. Kekuatan Tinggi
Dewasa ini baja diproduksi dengan berbagai kekuatan yang bisa
dinyatakan dengan kekuatan tegangan tekan lelehnya Fy atau oleh
tegangan tarik batas Fu. Bahan baja walaupun dari jenis yang paling
rendah kekuatannya tetap mempunyai perbandingan kekuatan per volume
umum dipakai. Hal ini memungkinkan perencanaan sebuah konstruksi
baja bisa mempunyai beban mati yang yang lebih kecil untuk bentang
yang lebih panjang, sehingga memberikan kelebihan ruang dan volume
yang dapat dimanfaatkan akibat langsingnya profil yang dipakai.
2. Kemudahan Pemasangan
Semua bahan-bahan baja bisa dipersiapkan di bengkel. Sehingga
satu-satunya kegiatan yang dilakukan di lapangan adalah kegiatan
pemasangan bagian-bagian konstruksi yang telah dipersiapkan. Sebagian
besar dari komponen-komponen konstruksi mempunyai bentuk standard
yang siap dan bisa diperoleh di toko-toko besi, sehingga waktu yang
diperlukan untuk membuat bagian-bagian konstruksi baja yang telah ada
juga bisa dilakukan dengan mudah karena komponen-komponen baja
biasanya mempunyai bentuk standard dan sifat-sifat yang tertentu dan
mudah diperoleh dimana-mana.
3. Keseragaman
Sifat-sifat dari baja, baik sebagai bahan bangunan maupun dalam bentuk
struktur terkendali dengan baik sekali, sehingga dapat diharapkan
elemen-elemen dari struktur bisa berprilaku sesuai dengan yang diduga dalam
perencanaan. Dengan demikian bisa dihindari terdapatnya proses
pemborosan yang biasanya terjadi dalam perencanaan akibat adanya
4. Daktilitas
Sifat dari baja yang mengalami deformasi yang besar di bawah pengaruh
tegangan tarik yang tinggi tanpa hancur atau putus disebut sifat daktilitas.
Adanya sifat ini membuat struktur baja mampu mencegah terjadinya
proses robohnya bangunan secara tiba-tiba. Sifat ini sangat
menguntungkan ditinjau dari sudut keamanan penghuni bangunan bila
terjadi suatu goncangan yang tiba-tiba, seperti misalnya pada peristiwa
gempa bumi.
Disamping itu masih ada juga keuntungan lain yang dapat kita
peroleh dari struktur baja, seperti:
1. Proses pemasangan di lapangan berlangsung cepat.
2. Profil baja dapat dilas.
3. Komponen-komponen strukturnya bisa digunakan lagi untuk keperluan
lainnya.
4. Komponen-komponen yang sudah tidak dapat digunakan lagi masih
mempunyai nilai sebagai besi tua.
5. Struktur yang dihasilkan bersifat permanen dengan cara pemeliharaan
yang tidak terlalu sukar.
Di samping keuntungan-keuntungan tersebut, bahan baja juga mempunyai
kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
1. Komponen-komponen struktur yang dibuat dari bahan baja perlu
diusahakan supaya tahan api sesuai dengan peraturan yang berlaju
2. Diperlukannya suatu biaya pemeliharaan untuk mencegah baja dari
bahaya karat.
3. Akibat kemampuannya menahan tekukan pada batang-batang yang
langsing, walaupun dapat menahan gaya-gaya aksial, tetapi tidak bisa
mencegah terjadinya pergeseran horizontal.
Perlu diperhatikan bahwa pada suhu yang tinggi seperti yang terdapat bila
terjadi kebakaran pada bangunan, kekuatan dari struktur baja akan menurun
secara drastis dan untuk mencegah supaya bangunan tidak roboh secara tiba-tiba,
struktur baja harus dilindungi dengan bahan tahan api atau dengan cara-cara
perlindungan lainnya yang sejenis. Cara umum untuk melindungi konstruksi baja
dari bahaya api adalah dengan melapisinya kurang lebih setebal 1 inchi dengan
campuran semen, adukan beton, atau dengan lapisan lain dari bahan yang tahan
api seperti gips atau bahan lainnya.
C. Bentuk – Bentuk Baja Profil
Ada 2 macam bentuk profil baja yang berdasarkan cara pembuatannya,
yaitu:
a. Hot rolled shapes: Disini profil baja dibentuk dengan cara blok-blok baja
yang panas diproses melalui rol-rol dalam pabrik. Hot rolled shapes ini
mengandung tegangan residu (residual stress). Jadi sebelum batang
dibebani pun sudah ada residual stress yang berasal dari pabrik.
b. Cold formed shapes: Profil semacam ini dibentuk dari pelat-pelat yang
sudah jadi, menjadi profil baja dengan temperatur atmosfir (dalam keadaan
profil disini tebalnya kurang dari 3/16 inch. Profil macam ini ringan dan
sering disebut sebagai light gage form steel.
Terdapat banyak jenis bentuk profil baja struktural yang tersedia di
pasaran. Semua bentuk profil tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan
tersendiri. Beberapa jenis profil baja yang dipakai dalam penulisan Tugas Akhir
ini adalah profil profil siku (L), C dan IWF
Profil siku atau profil L adalah profil yang sangat cocok untuk digunakan
sebagai bracing dan batang tarik. Profil ini biasa digunakan secara gabungan,
yang lebih dikenal sebagai profil siku ganda. Profil ini sangat baik untuk
digunakan pada struktur truss.
Profil C atau kanal mempunyai karakteristik flens pendek, yang
mempunyai kemiringan permukaan dalam sekitar 1 : 6. Aplikasinya biasanya
digunakan sebagai penampang tersusun, bracing tie, ataupun elemen dari bukan
rangka (frame opening).
Profil IWF terutama digunakan sebagai elemen struktur balok dan kolom.
Semakin tinggi profil ini, maka semakin ekonomis untuk banyak aplikasi..
1. Sumbu Utama
Sumbu utama adalah sumbu yang menghasilkan inersia maksimum atau
minimum. Sumbu yang menghasilkan inersia maksimum dinamakan sumbu kuat,
dan yang menghasilkan inersia minimum disebut sumbu lemah. Sumbu simetri
suatu penampang selalu merupakan sumbu utama, namun sumbu utama belum
X
X
X Y
B
A B
A
Y X
X
Y
X
Y
X Y
X
(A) Profil Siku (B) Profil C (C) Profil IWF
Gambar 2.3. Sumbu Utama Profil
Untuk profil siku gambar 2.3 bukan sumbu simetri dan bukan sumbu
utama. Sumbu – sumbu utama profil siku adalah sumbu A-A (sumbu kuat) dan
sumbu B-B (sumbu lemah). Sumbu X-X dan Y-Y untuk profil C dan profil IWF
pada gambar 2.3 adalah sumbu simetri, karenanya sumbu-sumbu tersebut
merupakan sumbu utama. Sumbu X-X dan Y-Y.
2. Sumbu bahan dan sumbu bebas bahan
Sumbu bahan adalah sumbu yang memotong semua elemen bahan,
sedangkan sumbu bebas bahan adalah yang sama sekali tidak memotong elemen
bahan atau hanya memotong sebagian elemen bahan. Sumbu X-X untuk gambar
2.4 adalah sumbu bahan. Sedangkan sumbu Y-Y adalah sumbu bebas bahan. Pada
profil siku ganda yang disusun saling membelakangi, inersia arah sumbu Y (Iy)
dipastikan akan selalu bernilai lebih besar (lebih dominan) daripada inersia arah
Gambar 2.4. Sumbu Bahan dan Sumbu Bebas Bahan Profil D. Jenis - Jenis Pembebanan
Beban adalah gaya luar yang bekerja pada suatu struktur. Penentuan secara
pasti besarnya beban yang bekerja pada suatu struktur selama umur layannya
merupakan salah satu pekerjaan yang cukup sulit. Dan pada umumnya penentuan
besarnya beban hanya merupakan suatu estimasi saja. Meskipun beban yang
bekerja pada suatu lokasi dari struktur dapat diketahui secara pasti, namun
distribusi beban dari elemen ke elemen, dalam suatu struktur umumnya
memerlukan asumsi dan pendekatan. Jika beban – beban yang bekerja pada
struktur telah diestimasi, maka masalah berikutnya adalah menentukan kombinasi
kombinasi beban yang paling dominan yang mungkin bekerja pada struktur
tersebut. Besar beban yang bekerja pada suatu struktur diatur oleh peraturan
pembebanan yang berlaku, sedangkan masalah dari kombinasi beban – beban
yang bekerja telah diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 6.2.2.
Beberapa jenis pembebanan antara lain :
1. Beban Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung / bangunan yang
bersifat tetap selama masa layan struktur, termasuk unsur-unsur tambahan,
finishing, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari gedung/bangunan tersebut. Termasuk dalam beban ini adalah
berat struktur, pipa - pipa , saluran listrik , AC, penutup lantai dan plafon.
Beberapa contoh berat dari beberapa komponen bangunan penting yang
digunakan untuk menentukan besarnya beban mati dari suatu gedung /
Bahan Bangunan Berat
• Baja 7850 kg/m3
• Beton 2200 kg/m3
• Beton Bertulang 2400 kg/m3
• Kayu (kelas I) 1000 kg/m3
• Pasir (kering udara) 1600 kg/m3
Komponen Gedung Berat
• Spesi dari semem per cm tebal 21 kg/m3
• Dinding batu bata ½ batu 250 kg/m3
• Penutup atap genting 50 kg/m3
• Pentup lantai ubin semen per cm tebal 24 kg/m3
Beban mati yang terdapat pada struktur menara air adalah berat tangki
pelat baja dan berat air sebesar 25 m3
2. Beban Hidup
Beban hidup adalah beban gravitasi yang bekerja pada struktur dalam masa
layannya, dan timbul akibat penggunaan suatu gedung. Termasuk beban ini
adalah berat manusia, perabotan yang dapat dipindah-pindahkan, kendaraan
dan barang-barang lainnya. Karena besar dan lokasi beban yang senantiasa
berubah-ubah, maka penentuan beban hidup secara pasti adalah merupakan
suatu hal yang cukup sulit.
Kegunaan Bangunan Berat
• Lantai dan tangga rumah sederhana 125 kg/m3
• Lantai dan tangga kantor, hotel & Rumahsakit 250 kg/m3
• Lantai ruang olahraga 400 kg/m3
• Lantai pabrik, gudang, bengkel & perpustakaan 400 kg/m3
• Lantai gedung parkir bertingkat 800 kg/m3
3. Beban Angin
Beban angin adalah beban yang bekerja pada struktur akibat tekanan –
tekanan dari gerakan angin, beban angin sangat tergantung dari lokasi dan
ketinggian struktur. Besarnya tekanan tiup harus diambil minimum sebesar 25
kg/m3 , kecuali untuk bangunan – banguanan berikut :
• Tekanan tiup ditepi laut hingga 5 km dari pantai harus diambil
minimum 40 kg/m2
• Untuk bangunan didaerah lain yang kemungkinan tekanan tiupnya
lebih dari 40 kg/m2, harus diambil P = V2/16 (kg/m2), dengan V
adalah kecepatan angin (m/s)
• Untuk cerobong, tekanan tiup dalam kg/m2 harus ditentukan
dengan rumus (42,5 + 0,6 h ), dengan h adalah tinggi cerobong
seluruhnya dalam meter.
Nilai tekanan tiup yang diperoleh dari hitungan di atas harus dikalikan dengan
suatu koefisien angin, untuk mendapatkan gaya resultan yang bekerja pada
4. Beban Gempa
Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada struktur
akibat adanya pergerakan tanah oleh gempa bumi, baik pergerakan arah
vertikal maupun horizontal. Namun pada umumnya percepatan tanah arah
horizontal lebih besar daripada arah vertikalnya, sehingga pengaruh gempa
horizontal jauh lebih menentukan daripada gempa vertikal. Besarnya gaya
geser dasar (statik ekivalen) ditentukan berdasarkan persamaan
xWt R CxI V=
Dengan C adalah faktor respon gempa yang ditentukan berdasarkan lokasi
bangunan dan jenis tanahnya, I adalah faktor keutamaan gedung, R adalah
faktor reduksi gempa yang tergantung pada jenis struktur yang bersangkutan,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Data Umum Struktur Rangka Baja
Penulis menyajikan aplikasi struktur rangka batang menara air,
perhitungan mekanika dilakukan dengan metode analitis (Kesetimbangan Titik
Buhul), analisis struktur baja dilakukan dengan memakai metode ASD (Allowable
Stress Design)
Data khusus diasumsikan :
Rangka batang yang akan dipakai menggunakan profil:
- Profil 2L
- Profil 2C
B. Perencanaan Pembebanan
Ada beberapa hal yang diasumsikan penulis pada pembebanan yaitu:
1. Berat sendiri (beban mati)
- Rangka tangki menggunakan profil L 50.50.5 dengan berat profil 3,77
kg/m.
- Tebal pelat tangki diambil 10 mm.
- Tutup tangki dianggap senyawa dengan pelat atas tanki.
2. Beban angin (beban hidup)
- Angin diasumsikan menerpa bidang menara air secara tegak lurus, maka
digunakan PMI 1983 untuk perhitungan bebannya yaitu:
Diasumsikan tekanan angin sebesar 40 kg/cm2.
C. Metode Analisis Rangka Menara
Dalam hal menghitung gaya gaya dalam, tegangan, perpindahan
pada suatu struktur harus ditetapkan suatu model analitik yang menyatakan
perilaku struktur akibat beban luar yang bekerja. Suatu model yang dapat diterima
harus menggambarkan perilaku fisik dari suatu struktur yang ada tetapi mudah
atau sederhana untuk dianalisis. Itulah dasar asumsi analisis yang akan menjamin
model yang mengatakan problem peninjauan, idealisasi dan pendekatan yang
memberi hasil pada suatu solusi yang sederhana.
1. Perencanaan Rangka Menara
Dalam merencanakan suatu rangka menara harus diketahui besarnya beban
yang bekerja pada menara. Dalam penulisan tugas akhir ini yang harus
diperhatikan agar dapat menentukan dimensi rangka menara adalah gaya gaya
batang akibat berat sendiri dan akibat angin sebagaimana tersebut di bawah ini.
Gaya batang akibat berat sendiri dan angin dapat dihitung dengan metode
sebagai berikut;
1. Metode Analitis (Metode Kesetimbangan Titik Buhul)
2. Metode Grafis (Metode Cremona)
3. Metode Analitis dan Grafis (Metode Ritter)
1. Metode Analitis (Kesetimbangan Titik Buhul)
Pada konstruksi rangka keadaan pada tiap tiap titik buhul harus
setimbang. Dalam perhitungan titik buhul mempunyai langkah kerja
a. Setiap titik buhul harus dipisahkan.
b. Titik buhul harus dalam keadaan setimbang akibat beban luar dan
gaya dalam yang bekerja pada titik itu.
c. Beban luar dan gaya batang berpotongan di titik buhul tersebut.
Maka untuk menghitung gaya gaya yang belum diketahui
digunakan dalil ∑H = 0 dan ∑V = 0.
d. Dalam menyelesaikan langkah pada point 3 harus dibuat suatu
ketentuan yaitu:
1) Gaya batang yang menuju titik buhul dinyatakan dengan tanda
negatif.
2) Gaya batang yang meninggalkan titik buhu dinyatakan dengan
tanda positif.
Dari ketentuan diatas didapat dua persamaan dan gaya gaya batang
yang tidak diketahui dalam satu titik buhul adalah dua gaya batang.
2. Metode Grafis (Metode Cremona)
Dalam perhitungan gaya gaya batang dengan metode Cremona,
langkah langkah yang ditempuh adalah:
a. Hitung gaya reaksi akibat beban luar.
b. Perhatikan dan hitung panjang batang dan sudutnya.
c. Buat gambar induk dari konstruksi dengan skala panjang.
d. Dalam skala gaya tertentu, gambarkan juga gaya gaya luar dan
reaksi dengan syarat harus menutup.
1)Urutan penyusunan gaya gaya dibuat konsisten searah putaran
2)Melukis segi banyak gaya gaya harus dilakukan per titik buhul.
3)Ketentuan tanda:
a)Meninggalkan titik buhul diberi tanda positif.
b)Menuju titik buhul diberi tanda negatif.
3. Metode Analitis dan Grafis (Metode Ritter)
Dalam perhitungan gaya gaya batang dengan metode Ritter, langkah
langkah yang ditempuh adalah:
a. Hitung gaya gaya reaksi akibat beban luar.
b. Hitung panjang dan sudut batang.
c. Dalam perhitungan metode Ritter jumlah gaya batang yang belum
diketahui adalah tiga gaya batang.
d. Untuk menghitung salah satu gaya batang yang dicari, digunakan
dalil momen terhadap titik potong kedua gaya yang belum
diketahui. Dalam hal ini maka jumlah momen kedua gaya batang
yang belum diketahui adalah nol sehingga kita mendapatkan suatu
persamaan dimana gaya batang sedang dicari menjadi satu satunya
gaya yang belum diketahui.
e. Dalam mengerjakan langkah pada point 4, dibuat suatu ketentuan,
yaitu:
1) Gaya gaya batang yang belum diketahui dianggap gaya tarik.
2) Dalam pengambilan jumlah momen terhadap suatu titik searah
putaran jarum jam dianggap positif (+) dan Yang berlawanan
3) Jika dalam perhitungan Ritter dikerjakan pada sebelah kiri
maka dalam pengambilan jumlah momen semua gaya gaya di
sebelah kiri harus selalu diperhitungkan dan sebaliknya jika
dikerjakan pada sebelah kanan maka dalam pengambilan
jumlah momen semua gaya gaya disebelah kanan harus selalu
diperhitungkan.
2. Rangka Batang Menara Air
Rangka menara air dibentuk oleh susunan rangka - rangka batang
yang terdiri dari :
1. Batang vertikal
2. Batang horizontal
3. Batang diagonal
Rangka batang - batang tersebut direncanakan sedemikian rupa
sehingga didapat suatu profil yang cukup kuat dan aman.
3. Stabilitas Terhadap Rangka Batang
Untuk stabilitas terhadap rangka batang harus memenuhi syarat
batas menurut PPBBI :
a. Batang Tarik
1) Tegangan rata-rata pada batang tarik didapat dari gaya tarik yang
bekerja dibagi luasan penampang bersih. Tegangan tersebut harus
tidak boleh lebih besar dari tegangan dasar untuk penampang tidak
berlobang, dan tidak boleh lebih besar dari 0,75 kali tegangan dasar
2) Kelangsingan batang tarik baja profil untuk konstruksi utama harus
lebih kecil dari 240, untuk konstruksi sekunder harus lebih kecil dari
300.
b. Batang Tekan
1) Batang tekan prismatic tersusun dihubungkan dengan plat kopel
a) Batang-batang yang tersusun yang terdiri dari beberapa elemen
yang disatukan pada seluruh panjangnya boleh dihitung sebagai
batang tunggal.
b) Pada batang tersusun yang terdiri dari beberapa elemen yang
dihubungkan pada tempat-tempat tertentu harus dihitung
kekuatannya terhadap sumbu bahan ( x – x ) dan sumbu bebas
bahan ( y – y ).
c) Kelangsingan pada arah tegak lurus sumbu ( x – x ) dihitung
dengan persamaan :
x kx x
I L =
λ
Dimana :
Lkx = Panjang tekuk batang tersusun pada arah tegak lurus sumbu
(x-x) dengan memperhatikan penopang-penopang samping
yang ada dan ujung-ujung batang.
Ix = Jari-jari kelembaban dari batang tersusun terhadap sumbu
(x–x)
d) Pada arah tegak lurus sumbu bebas bahan ( y – y ) harus dihitung
λiy =
2 2
y ( i)
2 m )
(λ + λ
λy =
y ky i L
λi =
min i
Li
dimana :
m = jumlah tunggal yang membentuk batang tersusun
Lky = panjang tekuk batang tersusun pada arah tegak lurus
sumbu (y-y), dengan memperhatikan
penopang-penopang samping yang ada dan ujung-ujung batang
iy = jari-jari kelembaban dari batang tersusun terhadap sumbu
(y-y)
L1 = jarak antara tengah-tengah plat kopel pada arah batang
tekan
imin = jari-jari kelembaban batang tunggal terhadap sumbu yang
memberikan harga yang kecil.
e) Kelangsingan batang tekan harus lebih kecil atau sama dengan
200
2) Batang tekan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga
terjamin stabilitasnya (tidak ada bahaya tekuk), hal ini harus
diperhatikan dengan menggunakan persamaan :
ω .
F N
≤ σ
dimana :
N = Gaya tekan batang tersebut
F = Luas Penampang
σ = Tegangan dasar dari baja
ω = faktor tekuk yang tergantung dari kelangsingan (λ) dan
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Berat Sendiri
1. Berat Air
Volume air = 25 m³
Berat Air = 25 m³ x 1000 kg/m³ = 25 Ton
2. Berat Rangka Tangki
a. Berat Rangka Tangki
Keterangan:
Rangka tangki memakai profil L 50 50 5 dengan berat profil = 3,77 kg/m’
Panjang bentang diagonal dinding plat tangki
l² = 3,5² + 2,5²
l = 3,52 +2,52
l = 4,3 m
Panjang batang diagonal pelat datar tangki
l² = 3,5² + 3,5²
l = 3,52 +3,52
3,50 x 3.77 x 4 x 2 = 105,56 kg
2,50 x 3,77 x 4 = 37,70 kg
4,30 x 3,77 x 4 = 64,844 kg
4,95 x 3,77 x 1 = 18,662 kg
Berat Rangka Tangki = 226,766 kg
= 0,2277 Ton
b. Berat pelat tangki dengan tebal 10 mm = 0,01 m
Keterangan :
Tutup tangki dianggap senyawa dengan pelat atas tangki
Pelat dinding tangki = 2,5 x 3,5 x 0,01 x 7,85 x 4 = 2,7475 T
Pelat datar tangki = 3,5 x 3,5 x 0,01 x 7,85 x 2 = 1,9233 T
= 4,6698 T
c. Berat ikutan/manusia (P) = 100 kg = 0,1 T
Jadi Berat Sendiri total
= Berat air + berat rangka tangki + berat pelat tangki + berat ikutan
= 25 + 0,2277 + 4,6698 + 0,1
= 29,9975 Ton ≈ 30 Ton
Jadi Berat sendiri tiap titik (P) =
4
ritotal Beratsendi
= 4 30
P = 7,5 T P = 7,5 T
A C F
I J
B
E H
K
G
D
1 2 3
4 5
15 16
11 12
8 7 6
9 10
13 14
18 17
P = 7,5 T
I
S3 S4
P = 7,5 T
K
S6 S5
Tan α = 75 , 1
5
= 70,71 º
Titik I
Σ kx = 0 Σ ky = 0
S4 = 0 T S3 - P = 0
S3 = P = 7,5 T (tekan)
Titik K
Σ kx = 0 Σ ky = 0
S5 = 0 T S6 - P = 0
J
S18
S17
S4
S5
F
S2
S15 S3 S17
H
S7 S16
S6 S18
G S14 S13
S15 S16 Titik J
Σ kx = 0
S5 + S17cos α – S18cos α – S4 = 0
S17 = 0
S18 = 0
Titik F
Σ kx = 0 Σ ky = 0
S15 –S17cos α = 0 S2 - S3 - S17sin α = 0
S15 = 0 T S2 = S3 = 7,5 T (tekan)
Titik H
Σ kx = 0 Σ ky = 0
S17cos α – S16 = 0 S7 - S6 - S18 sin α = 0
S16 = 0 T S7 = S6 = 7,5 T (tekan)
Titik G
Σ kx = 0
S16 + S13cos α – S14cos α – S15 = 0
S13 = 0 T
C
S1
S11 S2 S13
E
S8 S12
S7 S14
D
S10 S9
S11 S12
Titik C
Σ kx = 0 Σ ky = 0
S11 –S13cos α = 0 S1 – S2 - S13sin α = 0
S11 = 0 T S1 = S2 = 7,5 T (tekan)
Titik E
Σ kx = 0 Σ ky = 0
S14cos α – S12 = 0 S8 – S7 - S14sin α = 0
S16 = 0 T S8 = S7 = 7,5 T (tekan)
Titik D
Σ kx = 0
S12 + S9cos α – S10 cos α – S11 = 0
S9 = 0 T
Tabel 4.1 Gaya Batang Akibat Berat Sendiri pada Jumlah Medan (n) = 3
No Batang
Gaya Batang (ton) Tekan Tarik
[image:50.595.197.428.436.753.2]1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 7,5 7,5 7,5 - - 7,5 7,5 7,5 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Tabel 4.2 Gaya Batang Akibat Berat Sendiri pada Jumlah Medan (n) = 4
No Batang
Tabel 4.3 Gaya Batang Akibat Berat Sendiri pada Jumlah Medan (n) = 5
No
Batang
Tabel 4.4 Gaya Batang Akibat Berat Sendiri pada Jumlah Medan (n) = 8
No Batang
Gaya Batang (ton) Tekan Tarik
Tabel 4.5 Gaya Batang Akibat Berat Sendiri pada Jumlah Medan (n) = 9
No Batang
Gaya Batang (ton) Tekan Tarik
P1 P2
P1
P1
P3
P3
P3
P1 + P2
P1
P1
P3
P3
P3
1,6 1,2
B. Akibat Berat Angin
1. Berat Angin Kiri
Asumsi
a. Angin menerpa menara tangki secara tegak lurus,maka digunakan
Pedoman Perencanaan Untuk Rumah dan Gedung 1987
b. Angin terhadap tangki didistribusikan ke titik buhul paling atas menara
c. Tekanan angin (W) dari Pedoman Perencanaan Untuk Rumah dan Gedung
1987 diambil 40 kg/m²
d. P1 = Beban angin terhadap rangka menara
A C F I J B
E
H
K G D 1 2 3 4 5 15 16 11 128
7
6
9 10 13 14 18 17P1 + P2
P1
P1
P3
P3
P3
P3 = Beban angin terhadap belakang menara
P1 =
6 xLuas 30 ginx xtekananan 6 ,
1 00
= 6 15 5 , 3 30 40 6 ,
1 x x 00x x
= 168 kg = 0,168 T
P2 =
2 6
,
1 xtekanananginxLuas x 15 25 , 16 = 2 5 , 2 5 , 3 30 40 6 ,
1 x x 00x x
x 1,083
= 303,334 kg = 0,3034 T
P3 =
6 xLuas 30 ginx xtekananan 2 ,
1 00
= 6 15 5 , 3 30 40 2 ,
1 x x 00x x
I
S3 S4 P=0,4714
K
S6
S5
P=0,126
J
S18
S17
S4
S5
Titik I
Σ kx = 0 Σ ky = 0
P - S4 = 0 S3 = 0 T
S4 = P
S4 = 0,4714 T (tekan)
Titik K
Σ kx = 0 Σ ky = 0
P - S5 = 0 S6 = 0
S5 = P3
S5 = 0,126 T (tarik)
Titik J
Σ kx = 0
S4 + S5 - S17cos α – S18cos α = 0
S17cos α + S18cos α = S4 + S5
S17cos α + S18cos α = 0,4714 + 0,126
S17 + S18 = α cos
597 , 0
S17 = 0,9042 T (tarik)
F
S2
S15 S3 S17
P=0,168
H
S7 S16
S6 S18
P=0,126
G
S14
S13
S15
S16
Titik F
Σ kx = 0 Σ ky = 0
P + S17cos α – S15 = 0 S17sin α - S2 = 0
S15 = 0,168 + 0,9042 cos α S2 = 0,9042 sin α
S15 = 0,4667 T (tekan) S2 = 0,8534 T (tekan)
Titik H
Σ kx = 0 Σ ky = 0
P + S18cos α – S16 = 0 S7 - S18sin α = 0
S16 = 0,126 + 0,9042 cos α S7 = 0,9042 sin α
S16 = 0,4247 T (tarik) S2 = 0,8534 T (tekan)
Titik G
Σ kx = 0
S15 + S16 - S13cos α – S14cos α = 0
S13cos α + S14cos α = S15 + S16
S13 cos α + S14cos α = 0,4667 + 0,4247
S13 + S14 = α cos
8914 , 0
S13 = 1,349 T (tarik)
C
S1
S11 S2 S13
P=0,168
E
S8 S12
S7 S14
P=0,126
D S10 S9
S11 S12
Titik C
Σ kx = 0 Σ ky = 0
P + S13cos α – S11 = 0 S13sin α + S2 – S1 = 0
S11 = 0,168 + 1,349 cos α S1= 1,349 sin α + 0,8534
S11 = 0,6136 T (tekan) S1 = 2,1267 T (tarik)
Titik E
Σ kx = 0 Σ ky = 0
P + S14cos α – S12 = 0 S8 - S14sin α – S7 = 0
S12 = 0,126 + 1,349 cos α S8= 1,349 sin α + 0,8534
S12 = 0,5716 T (tarik) S2 = 2,1267 T (tekan)
Titik D
Σ kx = 0
S11 + S12 – S9cos α – S10cos α = 0
S9cos α + S10cos α = S11 + S12
S9cos α + S10cos α = 0,6136 + 0,5716
S13 + S14 = α cos
1852 , 1
S13 = 1,794 T (tarik)
Tabel 4.6 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kiri pada Jumlah Medan (n) = 3
No Batang
Gaya Batang (ton) Tekan Tarik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 - - - 0,4714 - - 0,8534 2,167 - 1,794 0,6136 - - 1,349 0,4667 - - 0,9042 2,1267 0,8534 - - 0,126 - - - 1,794 - - 0,5716 1,349 - - 0,4247 0,9042 -
Tabel 4.7 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kiri pada Jumlah Medan (n) = 4
No Batang
Tabel 4.8 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kiri pada Jumlah Medan (n) = 5
No Batang
Tabel 4.9 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kiri pada Jumlah Medan (n) = 8
No Batang
Gaya Batang (ton) Tekan Tarik
Tabel 4.10 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kiri pada Jumlah Medan (n) = 9
No Batang
Gaya Batang (ton) Tekan Tarik
P3 P2
P3
P3 P1
P1
P1
P3 + P2
P3
P3 P1
P1
P1
1,2 1,6
2. Berat Angin Kanan
Asumsi
a. Angin menerpa menara tangki secara tegak lurus,maka digunakan
Pedoman Perencanaan Untuk Rumah dan Gedung 1987
b. Angin terhadap tangki didistribusikan ke titik buhul paling atas menara
c. Tekanan angin (W) dari Pedoman Perencanaan Untuk Rumah dan Gedung
1987 diambil 40 kg/m²
d. P1 = Beban angin terhadap belakang menara
P2 = Beban angin terhadap dinding tangki
C F I J B
E
H
K G D 1 2 3 4 5 15 16 11 128
7
6
9 10 13 14 18 17P3 + P2
P3
P3 P1
P1
P1
P1 =
6 30 2
,
1 xtekanananginx 00xLuas
= 6 15 5 , 3 30 40 2 ,
1 x x 00x x
= 126 kg = 0,126 T
P2 =
2 6
,
1 xtekanananginxLuas x 15 25 , 16 = 2 5 , 2 5 , 3 30 40 6 ,
1 x x 00x x
x 1,083
= 303,334 kg = 0,3034 T
P3 =
6 30 6
,
1 xtekanananginx 00xLuas
= 6 15 5 , 3 30 40 6 ,
1 x x 00x x
I
S3
S4
P=0,126
K
S6 S5
P=0,4714
J
S18
S17
S4
S5
Titik I
Σ kx = 0 Σ ky = 0
S4 - P = 0 S3 = 0 T
S4 = P
S4 = 0,126 T (tarik)
Titik K
Σ kx = 0 Σ ky = 0
S5 - P = 0 S6 = 0
S5 = P
S5 = 0,471 T (tekan)
Titik J
Σ kx = 0
S17cos α + S18cos α - S4 - S5 = 0
S17cos α + S18cos α = S4 + S5
S17cos α + S18cos α = 0,126 + 0,471
S17 + S18 = α cos
597 , 0
S17 = 0,9042 T (tekan)
F
S2
S15
S3 S17
P=0,126
H
S7 S16
S6 S18
P=0,168
G S14 S13
S15 S16 Titik F
Σ kx = 0 Σ ky = 0
S15 - P - S17cos α = 0 S2 – S3 -S17sin α = 0
S15 = 0,126 + 0,9042 cos α S2 = 0,9042 sin α
S15 = 0,4247 T (tarik) S2 = 0,8534 T (tekan)
Titik H
Σ kx = 0 Σ ky = 0
S16 - P - S18cos α = 0 S18sin α - S7 = 0
S16 = 0,168 + 0,9042 cos α S7 = 0,9042 sin α
S16 = 0,4667 T (tekan) S2 = 0,8534 T (tarik)
Titik G
Σ kx = 0
S13cos α + S14cos α - S15 - S16 = 0
S13cos α + S14cos α = S15 + S16
S13cos α + S14cos α = 0,4247 + 0,4667
S13 + S14 = α cos
8914 , 0
S13 = 1,349 T (tekan)
C
S1
S11 S2 S13
P=0,126
E
S8 S12
S7 S14
P=0,168
D S10 S9
S11 S12 Titik C
Σ kx = 0 Σ ky = 0
S11 - P - S13cos α = 0 S1 - S2 - S13sin α = 0
S11 = 0,126 + 1,349 cos α S1= 1,349 sin α + 0,8534
S15 = 0,5716 T (tarik) S1 = 2,1267 T (tekan)
Titik E
Σ kx = 0 Σ ky = 0
S12 - P - S14cos α = 0 S7 - S8 + S14sin α – = 0
S12 = 0,168 + 1,349 cos α S8= 1,349 sin α + 0,8534
S12 = 0,6136 T (tekan) S2 = 2,1267 T (tarik)
Titik D
Σ kx = 0
S9cos α + S10cos α - S11 - S12 = 0
S9cos α + S10cos α = S11 + S12
S9cos α + S10cos α = 0,5716 + 0,6136
S13 + S14 = α cos
1852 , 1
S13 = 1,794 T (tekan)
Tabel 4.11 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kanan pada Jumlah Medan (n) = 3
No Batang
Gaya Batang (ton) Tekan Tarik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 2,1267 0,8534 - - 0,4714 - - - 1,794 - - 0,6136 1,349 - - 0,4667 0,9042 - - - - 0,126 - - 0,8534 2,167 - 1,794 0,5716 - - 1,349 0,4247 - - 0,9042
Tabel 4.12 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kanan pada Jumlah Medan (n) = 4
No Batang
Tabel 4.13 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kanan pada Jumlah Medan (n) = 5
No Batang
Tabel 4.14 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kanan pada Jumlah Medan (n) = 8
No Batang
Gaya Batang (ton) Tekan Tarik
Tabel 4.15 Gaya Batang Akibat Beban Angin Kanan pada Jumlah Medan (n) = 9
No Batang
Gaya Batang (ton) Tekan Tarik
Tabel 4.16 Kombinasi Pembebanan pada Jumlah Medan (n) = 3
No Batang
Gaya Batang Akibat Angin Kiri (ton)
Gaya Batang Akibat Angin Kanan (ton)
Gaya Batang Akibat Berat sendiri (ton)
Tabel 4.17 Kombinasi Pembebanan pada Jumlah Medan (n) = 4
No Batang
Gaya Batang Akibat Angin Kiri (ton)
Gaya Batang Akibat Angin Kanan (ton)
Gaya Batang Akibat Berat sendiri (ton)
Tabel 4.18 Kombinasi Pembebanan pada Jumlah Medan (n) = 5
No Batang
Gaya Batang Akibat Angin Kiri (ton)
Gaya Batang Akibat Angin Kanan (ton)
Gaya Batang Akibat Berat sendiri (ton)
Tabel 4.19 Kombinasi Pembebanan pada Jumlah Medan (n) = 8
No Batang
Gaya Batang Akibat Angin Kiri (ton)
Gaya Batang Akibat Angin Kanan (ton)
Gaya Batang Akibat Berat sendiri (ton)
Beban Tetap (ton) tekan tarik tekan tarik tekan tarik tekan tarik
Tabel 4.20 Kombinasi Pembebanan pada Jumlah Medan (n) = 9
No Batang
Gaya Batang Akibat Angin Kiri (ton)
Gaya Batang Akibat Angin Kanan (ton)
Gaya Batang Akibat Berat sendiri (ton)
Beban Tetap (ton)
tekan tarik tekan tarik tekan tarik Tekan tarik
2 100 100 10
C. Pendimensian Profil
Digunakan Profil 2 L
1. Untuk Jumlah Medan (n) = 3
a. Batang Vertikal
Dari batang vertikal/batang tegak yang ada (batang 1,2,3,6,7,8) diambil
yang mempunyai gaya batang paling besar. Diantara batang-batang
tersebut batang 1 dan batang 8 yang mempunyai gaya batang paling besar.
Beban Tetap Nt = 9,6267 x 10³ kg (tekan)
Lk = 500 cm
Syarat Batas
Taksir ω = 2,0
Fperlu ≥
1600 0 , 2 10 6267 ,
9 x 3x
Fperlu ≥ 12,033 cm²
Dicoba profil 2 L 100 100 10
F = 19,2 cm²
IX = IY = 177 cm4
Ix = iy = 3,04 cm
In = 73,3 cm4
ex = 2,82 cm
Kontrol tegangan tekan
Melentur ke sumbu bahan (X – X)
λx =
ix lk
= 04 , 3
500
= 164,74 ωx = 5,23
σx =
Ftotal Ntxωx
=
4 , 38
23 , 5 10 6267 ,
9 x 3x
= 1311,136 kg/cm² < 1600 kg/cm² ……..OK
Melentur ke sumbu masing-masing
λi =
min nxi
lk
≤ 50
n =
95 , 1 50
500
x = 5,128 ( ambil n = 7 )
λi =
95 , 1 7
500
x = 36,63
Melentur ke sumbu idiil
Iyt = 2 ( Iyo + F x a² )
a = ex + ½ δ dimana δ = 10 mm
= 2,82 + 0.5
= 3,32 cm
Iyt = 2 ( 177 + 19,2 x 3,322)
= 777,26 cm4
iyt =
xF Iyt
2 = 2 19,2
26 , 777
x = 4,499 cm
λyt = iyt
lk =
499 , 4
500
t
2a a a
c 3
3
pelat kopel
λiy = 2 i2
2 2
yt λ
λ + = 2 36,632
2 2 136 ,
111 +
= 117,017 ωiy = 2,643
σiy =
Ftotal iy
Ntxω
=
4 , 38
643 , 2 10 6267 ,
9 x 3x
= 662,59 kg/cm² < 1600 kg/cm² ……..OK
Pelat koppel
a) Stabilitas plat
a Ipl
2 ≥ 10 lk n In
lk/n = 500 7 = 71,429
2a = 2 x 3,32 = 6,64
64 , 6
3 12 1 h t
≥ 10
429 , 71
3 , 73
h3 t ≥ 817,67 taksir t = 5 mm = 0,5 cm
h ≥ 11,782 cm ambil h = 15 cm
b) Perhitungan Plat membujur
D = 0,02 x Nt
= 0,02 x 9,6267 x 103
3
3 2
2 sx = F x a
= 19,2 x 3,32
= 63,744 cm3
L =
Iyt n lk x DxSX = 26 , 77 429 , 71 744 , 63 534 ,
192 x x
= 1127,859 kg
Keseimbangan momen
L x 2a = N x C
N = C a Lx2 = 7 64 , 6 859 , 1127 x
N = 1069,855 kg
c) Kontrol Pelat
Fn = 15 (0,5) – 2 (2) 0,5
= 5,5 cm2
In = 1/12 h3 t – 2 d (1/2 C)2 t
= 1/12 153 x 0,5 – 2 x 2 (1/2 7)2 x 0,5
= 116,25 cm4
Wn = h In
2
1 = 15
25 , 116
2
1 = 15,50 cm
3
σm =
Wn NxC 2 1 = 50 , 15 7 855 , 1069 2
1 x x
= 241,580 kg/cm2
τd =
Fn L = 5 , 5 859 , 1127
= 205,065 kg/cm2
τi = 2 2
d
m τ
σ + = 241,5802 205,0652
+
= 316, 880 kg/cm2 < 1600 kg/cm2 . . . OK
2 30 30 3 b. Batang horizontal
Dar