• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gangguan kecemasan pada tokoh Oskar dalam novel Extremely Loud & Incredibly Close karya Jonathan Safran Foer

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gangguan kecemasan pada tokoh Oskar dalam novel Extremely Loud & Incredibly Close karya Jonathan Safran Foer"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

66

Daftar Riwayat Hidup

A. Data Pribadi

Nama : Ginanjar Wiji Wiguno

Tempat/Tanggal Lahir : Garut, 17 Nopember 1989

Alamat : Jatisari RT 002 / 007, Mekarsari, Cibalong, Garut. Jawa Barat

No. Telepon : 085294444090 Jenis Kelamin : Laki-Laki Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Hobi : Menulis cerpen, Bermain game Football Manager, jalan-jalan, menonton film, mendengarkan musik classic.

1 2008 Participant of Mentoring of English Conversation Club in English Department UNIKOM (Certified)

2 2009 Copywriting as a Creative Thinking (Certified)

(5)

67

(Certified)

4 2010 Copywriting And Consumer Behavior Seminar (Certified)

5 2010 Translating And Interpreting Workshop (Certified) 6 2011 Diskusi Ilmiah Bahasa dan Budaya (Certified)

7 2011 Building Confidence in Delivering Public Speech (Certified)

8 2011 The Seminar and Workshop of Semiotics in Literature and Media (Certified)

9 2011 Feminist, Feminine, and Text Seminar (Certified) 10 2011 Copywriting Linguistics on Media (Certified) 11 2012 Fun with Office 2010 Seminar (Certified)

12 2012 “Kreatif Menulis, Rejeki Tak Akan Habis” Talkshow (Certified)

13 2012 Character Building Training –Independent Cooperative, Care— (Certified)

14 2012 Peserta Grand Seminar IEC “Sebuah torehan nyata untuk kemandirian bangsa” (Certified)

15 2013 Seminar & Talkshow ITPreneur Information Technology” (Certified) “Bright Future With 16 2013 Copywriting Seminar “GoViral” (Certified)

17 2013 Seminar dan Training Motovasi (Certified)

(6)

GANGGUAN KECEMASAN PADA TOKOH OSKAR

DALAM NOVEL

EXTREMELY LOUD

&

INCREDIBLY

CLOSE

KARYA JONATHAN SAFRAN FOER

OSKAR’S ANXIETY DISORDERS IN FOER’S EXTREMALY LOUD & INCREDIBLY CLOSE

SKRIPSI

diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Sastra Inggris Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia

GINANJAR WIJI WIGUNO 63708017

PROGRAM STUDI SASTRA INGGRIS

FAKULTAS SASTRA

(7)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang terkait melalui media ini, di antaranya:

1. Prof. Dr. H. Moh. Tadjuddin M.A. Dekan Fakultas Sastra UNIKOM. 2. Dr. Juanda, Ketua Prodi Sastra Inggis UNIKOM. Terima kasih telah

menjadi Ketua Prodi terbaik yang selalu membantu saya dan mahasiswa lainnya.

3. Asih Prihandini, S.S., M.Hum. Terima kasih karena telah menjadi dosen wali yang baik dan membantu saya selama menjadi mahasiswa di fakultas ini.

4. Retno Purwani Sari, S.S., M.Hum. Koordinator Skripsi sekaligus pembimbing pertama. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas semua saran dan masukan-masukannya selama proses bimbingan berlangsung sehingga saya dapat mennyelesaikan skripsi ini tepat waktu.

5. Nungki Heriyati, S.S., M.A. Pembimbing kedua. Terima kasih atas semua saran dan masukannya selama proses bimbingan berlangsung.

(8)

xi

Saya berharap penelitian ini dapat berguna khususnya bagi diri saya sendiri, umumnya bagi seluruh pembaca. Saya pun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, besar harapan saya agar pembaca dapat memberikan saran serta masukannya sebagai bentuk kontribusi dalam penulisan skripsi ini.

Bandung, 30 Januari 2014

(9)

xii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN LEMBAR BUKTI KEPEMILIKAN HALAMAN PERSEMBAHAN

ABSTRAK ...………... vii

ABSTRACT ...………... viii

KATA PENGANTAR ………... x

DAFTAR ISI ……..………..…... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I: PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………... 1

1.2Rumusan Masalah……….………... 4

1.3Tujuan Penelitian ………….………... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ………... 5

1.5Kerangka Pemikiran ………... 5

BAB II: KAJIAN TEORI 2.1 Pendekatan Psikoanalisis ………. 8

2.1.1 Teori Kepribadian Jung...………... 9

2.1.2 Kecemasan...………..…... 11

(10)

xiii

BAB III: OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian……….…….. 18

3.2 Metode Penelitian……….….... 18

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ………... 19

3.2.2 Teknik Analisis Data………... 20

3.3 Sinopsis ……… 21

BAB IV: PEMBAHASAN 4.0 Pendahuluan …...…….... 23

4.1 Gangguan Kecemasan Oskar, Faktor-faktor Penyebab, dan Tindakan Oskar untuk Mengatasinya ………...…... 23

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………... 51

5.2 Saran………... 52

DAFTAR PUSTAKA……….. 53

SYNOPSIS... 54

LAMPIRAN... 56

(11)

53

Daftar Pustaka

Card, Orson Scott. 1988. Character and Viewpoint. United States of America: Writer’s Diges Books.

Djajasudarma, T. Fatimah. 1996. MetodeLinguistic: Rancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandun: PT. Rafika Aditama.

Foer, Jonathan Safran. 2005. Extremely Loud & Incredibly Close. New York: Penguin Group.

Freud, Sigmund. 1920. A General Introducition to Psychoanalysis. New York: Horace Liveright, INC.

Jung, Carl. 1961. Memories, dreams, and reflections. New York: Random House Jung, Carl. 1961. The Structure & Dynamics of The Psyche, 2 nd ed. In Collected

Works. (Ed) Sir Herbert Read, Michael Fordham, Gerhard Adler, & William McGuide. Trans R.F.C. Hull. Pricenton: Pricenton University Press.

Jung, Carl. 1961. Freud & Psychoanalysis, 4th ed. In Collected Works. (Ed) Sir Herbert Read, Michael Fordham, Gerhard Adler, & William McGuide. Trans R.F.C. Hull. Pricenton: Pricenton University Press.

Kring, Ann, et al. 2006. Abnormal Psychology: 11 th ed. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

National Institute of Mental Health. 2004. The Numbers Count: Mental Disorders of America. http://www.nimh.nih.gov [29/01/2014].

Respati, Agung. 2012. Kegelisahan Dalam Dua Puluh Lima Puisi Thomas Hardy. Bandung: Universitas Negreri Padjajaran.

Shelburne. Walter. A. 1988. Mythos and Logos in the Thought of Carl Gustav Jung: The Theory of The Collective Unconscious in Scientific Perspective. New York: State University of New York.

Tacey, David (Ed). 2012. The Jung Reader. USA and Canada: Routledge.

Teriska, Siska. 2011. Language Anxiety in Speaking English. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

(13)

2

bentuk keinginannya untuk diterima oleh masyarakat. Akan tetapi jika keinginan orang tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang diterimanya maka akan menyebabkan individu tersebut mengalami gangguan kepribadian. Misalnya, ketika seseorang yang mau tidak mau harus masuk ke dalam lingkungan yang sebenarnya dia tidak inginkan, namun pada akhirnya dia masuk ke dalam lingkungan tersebut karena ada dorongan dari luar, maka seiring berjalannya waktu orang tersebut akan menyadari bahwa dirinya tidak cocok dengan lingkungan tersebut dan pada akhirnya dia akan mengalami gangguan kepribadian.

Gangguan kepribadian seorang individu dapat berupa kecemasan (anxiety disorder), schizoid, psychopathic, narcissistic, dan paranoid. Dari macam-macam jenis gangguan kepribadian tersebut, gangguan kepribadian berupa kecemasan menjadi fokus kajian karena gangguan tersebut lebih sering terjadi di kalangan masyarakat. Menurut data National Institute of Mental Health pada tahun 2004 di Amerika terdapat 40 juta orang mengalami gangguan kecemasan dari usia 18 tahun sampai usia lanjut (sumber diambil dari data National Institute of Mental Health pada tahun 2004). Gangguan kecemasan ini menyebabkan seseorang mengalami ketimpangan antara kesadaran dan ketidaksadaran dalam kehidupan nyata. Seseorang dapat mengalami berbagai macam jenis kecemasan berdasarkan peristiwa yang telah terjadi dalam hidupnya.

(14)

3

Incredibly Close, gangguan kecemasan dialami oleh Oskar, tokoh utama dalam novel tersebut. Oskar mengalami gangguan kecemasan yang dipicu oleh kematian ayahnya, ditambah lagi kematian ayahnya dirasa tidak wajar karena dia meninggal dalam tragedi mengenaskan yang terjadi pada 11 September 2001 atau lebih terkenal dengan tragedi 9/11. Tragedi tersebut membuat Oskar semakin terganggu sehingga dia tidak dapat melakukan kegiatan sehari-harinya dengan baik seperti semula. Gangguan kecemasan yang dialaminya memperlihatkan berbagai jenis gangguan dengan pemicu yang berbeda. Dengan demikian, penelitian mengenai gangguan kecemasan ini menjadi fokus kajian.

Dalam penelitian ini penulis menemukan beberapa penelitian yang serupa dengan penelitian ini yakni penelitian yang memfokuskan pada gangguan kecemasan. Studi yang pertama ditulis oleh Tri Yulianti (2012) yang berjudul “The Man Who Loved Children Karya Christina Stead.” Penelitian ini mengkaji

kebutuhan neurosis dan penelitian ini berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis tentang gangguan kecemasan, karena gangguan kecemasan yang berlebihan dapat mengakibatkan neurosis.

Studi kedua ditulis oleh Agung Respati (2012) yang berjudul Kegelisahan Dalam Dua Puluh Lima Puisi Thomas Hardy. Penelitian ini membahas tentang pengaruh pemilihan kata , nada, majas, dan pencitraan terhadap cara tokoh menggambarkan perasaan takut, resah, dan kehilangan yang kerap hadir dalam dua puluh lima sajak karya Thomas Hardy.

(15)

4

sering dialami oleh para siswa Sekolah Menengah Atas, bukan berfokus pada kecemasan tokoh dalam sebuah novel. Judul penelitiannya adalah Language Anxiety in Speaking Engllish.

Oleh karena itu penelitian yang berjudul “Gangguan Kecemasan Pada

Tokoh Oskar Dalam Novel Extremely Loud & Incredibly Close Karya Jonathan Safran Foer” ini berfokus pada gangguan kecemasan yang dialami tokoh utama

dalam novel tersebut dengan menggunakan pendekatan psikoanalisis.

1.2Rumusan Masalah

Penulis memaparkan beberapa rumusan masalah yang muncul dan dianalisis:

1. Gangguan kecemasan apa saja yang muncul pada tokoh Oskar?

2. Apa yang menjadi faktor penyebab timbulnya gangguan kecemasan pada tokoh Oskar?

3. Tindakan apa yang dilakukan tokoh Oskar untuk mengatasi kecemasannya?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan atas rumusan masalah yang teridentifikasi terdapat beberapa tujuan penelitian yaitu:

(16)

5

2. Mendeskripsikan faktor–faktor penyebab timbulnya gangguan kecemasan pada tokoh Oskar.

3. Mendeskripsikan tindakan yang dilakukan tokoh Oskar untuk mengatasi kecemasannya itu.

1.4Kegunaan Penelitian

Penulis berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat dikemudian hari sebagai referensi dalam penelitian kesusasteraan yang berhubungan dengan psikoanalisis mengenai gangguan kepribadian berupa kecemasan.

Penulis juga berharap bahwa penelitian ini berguna bagi penulis sendiri agar mampu mengenali berbagai bentuk kecemasan dalam diri seseorang dan juga mampu mengenali kemunculan conscious ego, personal unconscious, dan collective unconscious untuk memiliki kemampuan dalam mengenali kecemasan diri dan orang lain sehingga dapat memberikan respon positif.

1.5Kerangka Pemikiran

(17)

6

Penulis menggunakan pendekatan psikoanalisis gagasan Jung tentang teori kepribadian untuk mengidentifikasi jenis-jenis gangguan kecemasan yang dialami oleh tokoh Oskar . Adapun teori kepribadian menurut Jung (1961) yakni berupa struktur psyche yang terdiri dari conscious ego, personal unconscious, dan collective unconscious.

(18)

7

Kerangka Teori

Gambar 1.1 Kerangka teori

Collective Unconscious Pendekatan

Psikoanalisis

Teori kepribadian “Carl Gustav Jung” Novel “Extremely

Loud & Incredibly Close

Tokoh

Personal Unconscious Conscious Ego

Oskar

Gangguan Kecemasan pada

(19)

8

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada bagian ini penulis memaparkan teori-teori yang digunakan untuk menganalisis semua data yang dianalisis. Adapun teori yang digunakan yaitu teori tentang kepribadian dari Carl Gustav Jung tentang struktur psyche yang terdiri dari conscious ego, personal unconscious, dan collective unconscious. Selain menggunakan teori tersebut, penulis juga menggunakan teori gangguan kecemasan, pendekatan psikoanalisis dan teori pengkarakterisasian sebagai alat bantu dalam menganalisis data.

Dalam menganalisis data, sebuah karya sastra berupa novel tidak dapat dianalisis secara langsung dengan menggunakan teori psikoanalisis, namun terlebih dahulu harus menggunakan sebuah pendekatan ke dalam bidang psikologi. Pendekatan tersebut disebut dengan pendekatan psikoanalisis

2.1. Pendekatan Psikoanalisis (PsychoanalysisApproach)

(20)

9

Semenjak itu perkembangan psikoanalisis di bidang sastra sangat pesat. Banyak tokoh-tokoh bermunculan dan tokoh-tokoh tersebut tidak lain adalah pengikut dan murid dari Freud.

Salah satu tokoh yang mengembangkan teori psikoanalis adalah Carl Gustav Jung. Jung adalah seorang psikiater dari Swiss. Dia juga merupakan Freudian dan sekaligus murid dari Freud. Jung (1961:333) menyebutkan bahwa semua pemikiran yang diterapkannya hampir sama dengan Freud, namun perbedaannya terletak pada teori tentang ketidaksadaran manusia. Freud menilai bahwa unsur seksual sangat dominan dalam ketidaksadaran (unconscious) manusia, sedangkan Jung menilai bahwa faktor historis lah yang mendominasi ketidaksadaran (unconscious) manusia. Oleh karena perbedaan pendapat itu lah kemudian Jung mengembangkan lagi teori tentang kepribadian yang digunakannya untuk mengidentifikasi kejiwaan dan tingkah laku manusia.

2.1.1. Teori Kepribadian Jung

Teori kepribadian adalah salah satu teori yang digunakan dalam bidang kajian psikoanalisis. Menurut Jung (1961) menyatakan bahwa kepribadian bersumber pada psyche yang di dalamnya terdapat conscious ego, personal unconscious, dan collective unconscious.

(21)

10

Faktor-faktor historis itu muncul sebagai respon yang mengingatkan dirinya akan ingatan masa lalu yang telah dia alami yang kemudian disimpan dalam ingatan alam bawah sadarnya yang sering disebut dengan ketidaksadaran jiwa (unconscious). Setiap individu mempunyai ketidaksadaran jiwa masing-masing sesuai dengan pengalaman hidupnya akan kenangan manis atau pun pahit. Namun ingatan akan pengalaman pahit sering kali ditekan dan dilupakan sehingga ingatan tersebut tersimpan dalam alam bawah sadarnya. Ingatan tersebut disebut personal unconscious. Jung sebagaimana dikutip Shelburne (1988:28) menyatakan:

“...lost memories, painful ideas that are repressed (i.e.,

forgotten on purpose), subliminal perceptions, by which are meant sense-perceptions that were not strong enough to reach consciousness, and finally, contents that are not yet ripe for

consciousness”

Menurut kutipan di atas dapat diartikan bahwa Personal Unconscious adalah ingatan dan pengalaman-pengalaman pribadi seseorang yang pernah disadari namun dilupakan dan diabaikan karena cenderung merupakan pengalaman menyakitkan dan kompleks. Ingatan dan pengalaman tersebut dapat muncul secara tiba-tiba ke dalam conscious ego karena personal unconscious adalah salah satu faktor historis yang sering mempengaruhi conscious ego.

Selain faktor personal unconscious, faktor historis lainnya adalah ingatan atau bawaan yang selalu muncul ke dalam conscious ego yang dipengaruhi oleh manusia sebelumnya atau nenek moyang manusia. Ingatan tersebut disebut collective conscious. Jung sebagaimana dikutip Shelburne (1988:28) menyatakan:

“I have chosen the term „collective‟ because this part of the

(22)

11

personal psyche, it has contents and modes of behavior that are more or less the same everywhere and in all individuals.”

Menurut kutipan di atas disebutkan bahwa collective unconscious memiliki sifat yang universal atau dalam artian ingatan ini mencakup seluruh peninggalan yang diwariskan oleh nenek moyangnya seperti konsep ibu, air, bumi, dan lain sebagainya. Seperti contoh seorang ibu akan memberikan seluruh kasih sayangnya kepada anaknya, dan kemudian tanpa disadari hal itu akan diturunkan kembali oleh generasi selanjutnya.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa struktur psyche yang terdapat dalam diri manusia yakni conscious ego, personal unconscious, dan collective unconscious saling berpengaruh satu dengan lainnya.

Struktur psyche tersebut akan memunculkan gangguan kepribadian terhadap seseorang jika orang tersebut sering menemukan atau menjumpai sesuatu yang sering mengingatkan akan masa lalunya yang pahit sehingga akan mempengaruhi kegiatan sehari-harinya yang berujung pada timbulnya kecemasan.

2.1.2 Kecemasan

Gangguan kepribadian berupa kecemasan yang dialami oleh tokoh Oskar dipicu oleh kematian ayahnya, dia selalu merasa jiwanya terancam dan dapat diidentifikasikan bahwa dia mengalami berbagai macam jenis gangguan kecemasan yang sangat mempengaruhi kegiatan sehari-harinya. Menurut Kring et al. (2006:120):

“Anxiety is defined as apprehension over an anticipated

(23)

12

aspect of fear versus the “anticipated” aspect of anxiety-fear

tends to be about a threat that‟s happening now, whereas

anxiety tends to be about a future threat.”

Berdasarkan penjelasan di atas, kecemasan merupakan respon biologis berupa antisipasi yang dialami oleh seseorang terhadap ancaman yang akan dihadapinya. Gangguan kecemasan merupakan gangguan yang dialami oleh seseorang disebabkan oleh peristiwa yang telah dialaminya sehingga dia mengalami rasa takut terhadap sesuatu yang dianggapnya akan mengacam hidupnya.

Kring et al. (2006:121) mengatakan bahwa gangguan kecemasan dapat digolongkan menjadi enam kategori, sebagaimana yang diperlihatkan melalui tabel berikut ini.

Disorder Description

Specific phobia Fear of object or situation that is out of

proportion to any real danger.

Social phobia Fear of unfamiliar people or social scrutiny.

Panic disorder Anxiety about recurrent panic attacks;

sometimes accompanied by agoraphobia, a fear

of being in places where panic attacks could

occur.

Generalized anxiety disorder Uncontrollable worry for at least 6 months

Obsessive-compulsive disorder Obsession, which are uncontrollable thoughts,

impulses or images; or compulsions, which are

repetitive behaviors or mental acts.

Posttraumatic stress disorder Aftermath of a traumatic experience in which

(24)

13

avoids, stimuli associated with the event, and

experiences increased arousal.

Acute stress disorder Symptoms are similar to those of posttraumatic

stress disorder but occur for less than 4 weeks

after the traumatic event.

Tabel 2.1 gangguan kecemasan gagasan Kring et al.

Berikut di bawah ini adalah penjelasan secara menyeluruh dari tabel di atas.

Gangguan kecemasan fobia (phobia) merupakan ketakutan yang berlebihan disebabkan oleh benda, binatang atau peristiwa tertentu, bersifat tidak rasional, dan timbul akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami seseorang. Namun terkadang orang tersebut mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya. Kring et al. (2006:121) pun menyebutkan bahwa fobia dibagi menjadi dua yaitu fobia spesifik misal ketakutan terhadap ketinggian (acrophobia), dan ketakutan terhadap tempat tertutup (claustrophobia). Fobia lainnya adalah fobia sosial yang merupakan ketakutan berlebih pada tempat umum, dan orang asing.

(25)

14

atau masalah kecil, seseorang tidak bisa mengontrol masalah kecemasannya yang berlebihan seperti cemas akan kematian, kecelakaan, bahaya dalam dirinya dan lain-lain.

Menurut Kring et al. (2006:125) gangguan kecemasan obsesif-kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder), obsesi merupakan cerita yang sering mengganggu secara berulang-ulang dan muncul dengan sendirinya serta tidak dapat dikendalikan, walaupun demikian biasanya tidak terlalu tampak irasional bagi seseorang yang mengalaminya, sedangkan kompulsi merupakan perilaku repetitive yang mana seseorang merasa didorong untuk melakukannya dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh pikiran-pikiran obsesif.

Kring et al. (2006:126-127) juga menambahkan bahwa gangguan stress pasca trauma (Post Traumatic-Stress Disorder) merupakan kecemasan traumatik akan peristiwa tragis yang terjadi pada orang-orang disekitarnya atau bahkan keluarganya. Terakhir yakni gangguan kecemasan akut (Acute Stress Disorder) merupakan gangguan kecemasan yang gejala-gejalanya sama dengan gangguan stress pasca trauma namun berlangsung hanya empat minggu atau kurang dari empat minggu.

(26)

15

karya sastra, karena karya sastra merupakan sebuah hasil dari imajinasi manusia yang sesuai dengan kehidupan nyata.

Agar dapat menggabungkan semua teori tersebut ke dalam data dalam novel, maka diperlukan teori pengkarakterisasian agar dapat menggabungkan tokoh dengan teori.

2.2 Karakter

Karakter dalam novel adalah cerminan dari makhluk hidup, tingkah laku, sifat, dan keadaan tempatnya sama dengan makhluk hidup pada umumnya. Oleh karena itu penulis sebuah karya sastra berbentuk novel semestinya harus membuat karyanya seperti cerita makhluk hidup, hal ini sesuai denga pernyataan Card (1988:4):

“The characters in your fiction are people. Human beings, yes I know you make them up. But readers want your character to seem like real people. Whole and alive, believable and worth caring about. Readers want to get to know your character as well as they know their own friends, their own family. As well as they know themselves.”

(27)

16

tersebut muncul nilai moral dalam semua tindakan individu. Card (1988:5) mengatakan:

“Motive is what gives moral value to a character‟s act. What a

character does, no matter how awful or how good, is never morally absolute: What seemed to be murder may turn out to have been self-defense, madness, or illusion; what seemed to be a kiss may turn out to have been betrayal, deception, or

irony.”

Kutipan di atas menjelaskan bahwa tindakan setiap individu selalu dilandasi dengan motif yang sudah direncanakan untuk melakukan suatu tindakan, baik itu motif yang buruk maupun baik. Seseorang tidak bisa dengan mudah mengetahui motif apa yang ada dalam tindakan baik dan buruknya dia tanpa melakukan beberapa pertanyaan dan penjelasan kepada orang tersebut. Hal itu berbeda dengan sebuah karya sastra karena di dalam karya sastra yang berbentuk fiksi, pembaca akan dapat dengan mudah mengetahuinya dengan membaca alur ceritanya secara seksama dan menyeluruh seperti yang diungkapkan oleh Card (1988:6).

“We never fully understand other people‟s motives in real life.

In fiction, however, we can help our readers understand our

character‟s motives with clarity, sometimes even certainty.

This is one of the reasons why people read fiction-to come to

some understanding of why other people act the way they do.”

(28)

17

(29)

18

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Pada bagian ini penulis memaparkan objek penelitian, sinopsis dari sumber penelitian yang digunakan, pengumpulan data, dan bagaimana cara penulis menganalisis data yang didapatkannya dari novel.

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian yang ditampilkan dalam penelitian ini adalah gangguan kepribadian berupa gangguan kecemasan yang terjadi pada tokoh Oskar dalam novel Extremely Loud & Incredibly Close. Penulis mendeskripsikan dan menjabarkan berbagai macam jenis gangguan kecemasan yang dialami Oskar. Gangguan kecemasan tokoh Oskar menarik untuk dipaparkan agar dapat mengetahui penyebab yang melatarbelakangi timbulnya gangguan tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini membahas dan memaparkan berbagai macam jenis gangguan kecemasan yang selalu dirasakan tokoh Oskar sebagai gejala yang sering mengganggu kejiwaanya.

3.2 Metode Penelitian

(30)

19

“Metode penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi; membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena-fenomena yang diteliti.”

Berdasarkan kutipan di atas, penulis menggunakan metode deskripsif dalam menganalisis data. Metode tersebut membantu penulis untuk menggambarkan data secara sistematis, faktual yang didapat dari novel. Kemudian, setelah menggambarkan data data yang didapat dengan menggunakan metode tersebut penulis menerapkan teori kepribadian untuk menjelaskan gangguan kecemasan yang dialami Oskar dan menggunakan teori gangguan kecemasan untuk mengetahui jenis-jenis kecemasan apa saja yang muncul dalam tokoh Oskar.

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik studi kepustakaan untuk memperoleh informasi dalam novel sesuai dengan topik yang diteliti yakni mengenai gangguan kecemasan.

Berikut ini adalah langkah-langkah yang diambil dari proses pengumpulan data:

1. Membaca Novel

(31)

20

2. Pemilihan Data

Penulis memilih data yang berhubungan dengan gangguan kecemasan yang muncul pada tokoh utama dalam novel Extremely Loud & Incredibly Close karena dari semua alur jalannya cerita pada novel tersebut, gangguan kecemasan lebih sering diperlihatkan dan dialami oleh tokoh Oskar.

3. Klasifikasi Data

Penulis mengklasifikasikan data ke dalam kelompok gangguan kecemasan yang muncul pada tokoh utama, Oskar dalam novel Extremely Loud & Incredibly Close.

3.2.2 Teknik Analisis Data

(32)

21

3.3 Sinopsis novel Extremely Loud & Incredibly Close

Novel Extremely Loud & Incredibly Close karya Jonathan Safran Foer merupakan salah satu novel yang menceritakan tentang tragedi penyerangan terhadap gedung World Trade Center yang terjadi pada 11 September 2001 yang kemudian tragedi tersebut dikenang dan terkenal dengan sebutan tragedi 9/11. Namun, penggambaran alur cerita pada novel tersebut bukan menitikberatkan kepada bagaimana tragedi tersebut terjadi, atau pun tokoh yang sedang berada dalam tragedi tersebut, namun ceritanya lebih menekankan kepada dampak yang ditimbulkan dari tragedi tersebut terhadap keluarga yang menjadi korban. Salah satu anggota keluarga yang ditinggalkan dan paling merasakan dampaknya adalah tokoh dalam novel tersebut yakni Oskar.

(33)

22

petunjuk “Black” dalam sebuah amplop yang dia temukan di dalam vas bersamaan

dengan kunci tersebut dia melakukan pencarian lubang kunci yang cocok untuk kunci tersebut dengan mengunjungi 472 orang dengan nama belakang “Black

yang tinggal di NewYork dengan 216 alamat berbeda. Setiap kali dia melakukan pencarian, dia selau merasa dekat dengan ayahnya. Dalam pencariannya tersebut Oskar selalu mengalami gangguan kecemasan karena dia selalu menemui sesuatu yang sering mengingatkannya akan tragedi kematian ayahnya.

(34)

23

BAB IV

PEMBAHASAN

4.0 Pendahuluan

Analisis karakter Oskar, tokoh utama pada novel Extremely Loud & Incredibly Close, dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikoanalisis gagasan Carl Gustav Jung. Teori kepribadian Jung, bagian dari pendekatan psikoanalisis, diterapkan melalui tiga tahapan analisis yang meliputi: (1) pemaparan kategori gangguan kecemasan yang dialami oleh karakter Oskar, (2) pengidentifikasian faktor-faktor penyebab timbulnya gangguan kecemasan, dan (3) penjabaran tindakan apa yang dilakukan karakter Osar untuk mengatasi gangguan kecemasannya. Berikut ini penjabaran analisis berdasarkan rentetan kejadian.

4.1 Gangguan Kecemasan Oskar, Faktor-faktor Penyebab, dan Tindakan

Oskar untuk Mengatasinya.

(35)

24

“Dad? “Yeah?” “Could you tell me a story?” “Sure.” “A

good one?” “As opposed to all the bring ones I tell.” “Right.”

I tucked my body incredibly close into his, so my nose pushed

into his armpit. “And you won‟t interrupt me?” “I‟ll try not to.” “Because it makes it hard to tell a story.” “And it‟s annoying.” “And it‟s annoying.”

“ The moment before he started was my favorite moment.”

(2005:13).

Percakapan tersebut merupakan rutinitas yang mereka lakukan sebelum tertidur di malam hari. Ayahnya selalu menemani dan membacakan buku cerita sampai Oskar tertidur. Selain merupakan rutinitas yang sering mereka lakukan, percakapan di atas juga memperlihatkan kedekatan Oskar dengan ayahnya, “I tucked my body incredibly close into his, so my nose pushed into his armpit.”

Oskar melakukan hal tersebut karena dia merasa dekat dan sangat nyaman dengan ayahnya. Hal tersebut menjadi kebiasaan yang dia sukai ketika ayahnya hendak mulai bercerita walaupun kebiasaan Oskar tersebut membuat ayahnya merasa terganggu. Namun percakapan tersebut merupakan percakapan terakhir di antara keduanya sebelum ayahnya meninggal. Keesokan harinya dia melihat berita di televisi yang meliput secara langsung tragedi di World Trade Center, kemudian dia ingat bahwa hari itu ayahnya sedang mengadakan pertemuan bisinis di sana. Bersamaan dengan berita itu tiba-tiba telepon berbunyi, dia yakin bahwa yang menelepon adalah ayahnya. Oskar tidak mau mengangkatnya karena dia tidak berani mendengar hal buruk yang dialami oleh ayahnya. Ayahnya mengirimkan lima pesan yang berisikan bahwa dia baik-baik saja. Salah satu pesan itu adalah:

“Message one. Tuesday, 8:52 A.M. Is anybody there? Hello?

It‟s Dad. If you‟re there, pick up. I just tried the office, but no

(36)

25

have a better idea of what‟s going on. Just wanted to let you

know that I‟m OK, and not to worry. I‟ll call again soon. (2005:15).

Data di atas adalah salah satu dari lima pesan dari ayahnya, dia mengabarkan bahwa sesuatu sedang terjadi “Listen, something happened. I‟m OK.

They‟re telling us to stay where we are and wait for the fireman. I‟m sure it‟s

fine.” Namun dia mengatakan bahwa dia sedang dalam keadaan baik-baik saja

dan meyakinkan Oskar untuk tidak mengkhawatirkan dirinya, “Just wanted to let

you know that I‟m OK, and not to worry.” Selanjutnya dia mengirim pesan yang

semuanya mengabarkan bahwa dirinya dalam keadaan baik-baik saja. Namun pada kenyataannya ayahnya dinyatakan meninggal pada tragedi tersebut dan kejadian ini membuat Oskar selalu merasa bersalah karena tidak mau mengangkat telepon ketika ayahnya sedang membutuhkannya. Rasa bersalah ini menimbulkan kecemasan dalam diri Oskar.

Setelah terjadinya tragedi kematian ayahnya tersebut, Oskar merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya dan membuat dia selalu merasa dalam pencarian yang panjang; mencari sesuatu yang dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia cari.

“I spent all day walking around the park, looking for

something that might tell me something, but the problem was that I didn‟t know what I was looking for.” (2005:8).

(37)

26

malah membuatnya bingung karena dia tidak tahu apa yang seharusnya dia cari. Uraian data tersebut memperlihatkan bahwa tokoh Oskar mengalami gangguan kecemasan berupa kecemasan obsesif-kompulsif, ditandai perasaan obsesi yang terus-menerus untuk melakukan pencarian. Obsesinya tersebut mendorong Conscious ego Oskar untuk melakukan pencarian setelah kematian ayahnya, dan kesadarannya tersebut telah menimbulkan gangguan kecemasan pada dirinya sendiri. Keadaan tersebut menimbulkan dampak negatif yang besar terhadap kehidupannya sehari-hari.

Selain rasa bersalahnya, faktor lain yang berdampak pada kehidupan sehari-harinya adalah peristiwa tragis yang menyebabkan ayahnya meninggal. Dampak tersebut dipaparkan langsung oleh tokoh Oskar seperti pada kutipan berikut ini,

“Even after a year, I still had an extremely difficult time doing

certain things, like taking showers, for some reason, and getting into elevators, obviously. There was a lot stuff that made me panicky, like suspension bridges, germs, airplanes, fireworks, Arab people on the subway, Arab people in restaurants and coffee shops and other public places, scaffolding, sewers and subway grates, bags without owners, shoes, people with mustaches, smoke, knots, tall buildings, turbans.” (2005:36).

Pemaparan langsung dari tokoh Oskar di atas menggambarkan pengalaman dia yang mengalami dampak dari kematian ayahnya yang tragis. Dampak tersebut masih terasa dan mengganggu kehidupan sehari-harinya bahkan ketika melakukan aktivitas kecil yang selalu dia lakukan seperti “I still had an extremely difficult time doing certain things, like taking showers, for some reason,

(38)

27

terbiasa dimandikan oleh ayahnya, dan kesulitan ketika memasuki elevator karena sebelum ayahnya meninggal pun dia sudah takut dengan ruangan tertutup, dengan kematian ayahnya ketakutannya pun semakin bertambah. Pada data di atas juga terdapat jenis-jenis gangguan kecemasan yang terjadi pada tokoh Oskar seperti gangguan kecemasan berupa fobia spesifik, yakni takut akan ketinggian (acrophobia) seperti ketika dia masuk ke dalam elevator, melihat gedung tinggi, dan jembatan gantung. Ketakutan terhadap tempat tertutup (claustrophobia) juga dideritanya seperti masuk ke dalam elevator, dan naikkereta api bawah tanah.”

Selain fobia spesifik, tokoh Oskar juga mengalami gangguan fobia sosial yakni seperti ketika dia menjumpai orang asing, khususnya orang Arab di restoran atau pun di tempat umum lainnya. Adapun kecemasan Oskar yang muncul ketika menjumpai orang Arab disebabkan oleh tragedi 9/11 yang dilakukan kelompok teroris, dan diidentikkan dengan orang Arab. Teroris tersebut membajak pesawat terbang yang kemudian ditabrakkannya ke gedung World Trade Center, dan ayahnya Oskar yang sedang berada dalam gedung tersebut tewas terbakar oleh ledakan pesawat yang telah ditabrakkan tersebut. Tragedi tersebut menyebabkan Oskar mengalami gangguan panik, terlebih lagi ketika menjumpai benda-benda dan orang-orang yang mengingatkannya pada tragedi tersebut seperti pesawat terbang, kembang api, orang Arab, asap, dan gedung-gedung tinggi.

(39)

28

komponen tersebut dapat mengingatkannya, sehingga dia merasakan gangguan kecemasan lagi.

Gangguan kecemasan pada tokoh Oskar terjadi karena conscious ego-nya selalu dihantui oleh sesuatu yang berhubungan dengan kematian ayahnya. Personal unconscious tentang pengalaman traumatis kematian ayahnya juga telah menyebabkan kecemasan pada tokoh Oskar karena ketika dia melakukan sesuatu atau kegiatan yang dialaminya sehari-hari selalu mengingatkannya akan kenyataan pahit yang pernah dirasakan dan dialaminya karena ayahnya meninggal secara tragis. Serta faktor lain yang menyebabkan timbulnya gangguan kecemasan pada tokoh Oskar adalah collective unconscious-nya tentang orang Arab. Selama ini pandangan umum orang-orang Amerika terhadap orang ras Arab sangat negatif karena sebagian besar serangan teroris yang terungkap penyebabnya adalah mereka (orang-orang ras Arab), dan juga gencarnya media memberitakan hal tersebut, maka dari itu orang-orang Barat atau pun lainnya menyebut orang ras Arab identik dengan teroris.

Setelah ayahnya meninggal, dia juga merasa bahwa dirinya adalah satu– satunya orang yang sangat kehilangan. Dia mengira ibunya tidak merasa kehilangan seperti dirinya, bahkan dia menilai ibunya malah mempunyai hubungan khusus dengan pria lain. Situasi ini memicu timbulnya kecemasan juga dalam diri Oskar. Dia cemburu pada Ron dan tidak ingin ada orang lain menggantikan posisi ayahnya.

“I asked her if she was in love with Ron. She said, “Ron is a

great person,” which was an answer to a question I didn‟t ask. So I asked again. “True or false: you are in love with Ron”

(40)

29

“Oskar, Ron is my friend.” I was going to ask her if she was

humping her friend, and if she had yes, I would have run away, and if she had said no, I would have asked if they heavy-petted each other, which I know about.” (2005:35).

Data di atas adalah percakapan antara Oskar dan ibunya, Oskar berpikir bahwa ibunya memiliki hubungan khusus dengan Ron karena dia sering melihat ibunya bersama dengan Ron, oleh karena itu Oskar meminta penjelasan kepada ibunya tentang kejelasan hubungan mereka. “Ron is a great person,” ibunya mencoba mendinginkan suasana dan hanya menjawab Ron adalah orang yang baik, namun Oskar tetap pada pendiriannya bahwa ibunya memiliki hubungan khusus dengan Ron. Pada pernyataan “Oskar, Ron is my friend.” Ibunya mencoba meyakinkan Oskar, bahwa hubungan mereka hanyalah teman dan apa yang dipikirkan Oskar selama ini tidak benar. Pada percakapan tersebut dapat dilihat bahwa Oskar mulai menunjukkan perasaan cemas.

(41)

30

bahwa Ron adalah orang yang dapat mengancam posisi ayahnya karena Oskar tidak ingin ada laki-laki lain yang menggantikan posisi ayahnya. Oleh karena itu dia melakukan tindakan dengan terus-menerus menanyakan kepada ibunya tentang kejelasan hubungan mereka dan menunjukkan bahwa dia tidak suka dengan hubungan mereka.

Kecurigaan Oskar terhadap hubungan ibunya dengan Ron menimbulkan dampak yang buruk terhadap sikap Oskar, Oskar terkadang tidak bisa mengontrol emosinya ketika terjadi percakapan di antara keduanya, hal itu dapat dibuktikan ketika pada suatu malam mereka terlibat percakapan yang menyinggung hal tentang ayahnya.

“Mom said, “His spirit is there,” and that made me really

angry. I told her, “Dad didn‟t have a spirit! He had cells!” “His memory is there.” “His memory is here,” I said, pointing

at my head. “Dad had a spirit,” she said, like she was

rewinding a bit in our conversation. I told her, “He had cells,

and now there‟re on rooftops, and in the river, and in the

lungs of millions of people around New York, who breathe him

every time they speak! “You shouldn‟t say things like that.” “But it‟s the truth! Why can‟t I say the truth!” “You‟re getting out of control.” “Just because Dad died, it doesn‟t mean you can be illogical, Mom.” “Yes it does.” “No it doesn‟t.” “Get a

hold of your self, Oskar.” “Fuck you!” “Excuse me!” Sorry. I

mean, screw you.” “You need a time-out!” “I need a

mausoleum!” “Oskar!” (2005:169).

(42)

31

mengalami gangguan kecemasan menyeluruh karena dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri ketika dia dihadapkan dengan suatu masalah. conscious ego pada tokoh Oskar sebagai bentuk sadarnya terhadap pembahasan sesuatu yang berhubungan dengan ayahnya telah menimbulkan kecemasan dan pertengkaran dengan ibunya. Kemudian personal unconscious-nya yakni kenangan cerita tentang ayahnya juga selalu menghantuinya setiap saat yang berujung timbulnya gangguan kecemasan.

Setelah terlibat pertengkaran dengan ibunya dan kecurigaannya terhadap hubungan ibunya dengan Ron, Oskar mencari sesuatu yang berhubungan dengan ayahnya. Kemudian dia pergi ke kamar ayahnya untuk mencari sesuatu yang mungkin ayahnya tinggalkan. Di sana, dia menemukan sebuah kunci dari lemari mendiang ayahnya. Kunci itu tidak sengaja dia temukan ketika dia hendak mencari sesuatu dalam lemari tersebut dan kemudian dia menyenggol sebuah vas sampai vas itu pecah dan dari dalam vas itu keluar amplop yang bertuliskan Black dan di dalam amplop tersebut dia menemukan sebuah kunci. Dia mencurigai bahwa kunci tersebut bukan kunci biasa dan ada rahasia dibalik kunci tersebut.

“The first thing I did was the logical thing, which was to be very secretive and try the key in all of the locks in the

apartment. Even without trying I knew it wasn‟t for the front door, because it didn‟t match up with the key that I wear on a

string around my neck to let myself in when nobody‟s home.” (2005:38).

(43)

32

kunci yang ada di apartemennya, tindakan tersebut merupakan sebuah rasa keingin tahuannya yang besar untuk mencari rahasia di balik kunci tersebut. Rasa penasaran tokoh Oskar menjadi sebuah obsesi yang selalu mendorongnya untuk melakukan pencarian. Kesadaran akan obsesinya tersebut mengakibatkan Oskar mengalami gangguan kecemasan yang mengakibatkannya selalu ingin mencari sesuatu ke kamar mendiang ayahnya. Setelah menemukan kunci tersebut dan mencobanya ke semua lubang kunci yang ada di apartemen, Oskar mendapati tidak ada pintu yang cocok dengan kunci yang ditemukannya, lantas dia berpikir untuk segera mencari lubang yang cocok untuk kunci tersebut dengan menggunakan petunjuk nama Black sesuai dengan yang tertulis dalam amplop. Setelah melakukan pencarian di google, Oskar mengetahui bahwa terdapat 472 nama Black yang tinggal di New York dengan 216 alamat yang berbeda. Setelah memperoleh informasi itu dia memulai pencariannya.

“That was my great plan. I would spend my Saturdays and

Sundays finding all the people named Black and learning what

they knew about the key in the vase in Dad‟s closet. In a year

and half I would know everything. Or at least know that I had to come up with a new plan.” (2005:52).

Oskar berencana untuk menghabiskan setiap sabtu dan minggu untuk mencari informasi tentang orang yang bernama Black yang akan memberinya informasi mengenai kunci yang dia temukan tersebut. Dia juga berharap bahwa dalam jangka waktu satu setengah tahun dia dapat mengetahui semua misteri atau rahasia di balik kunci itu.

(44)

33

conscious ego tokoh Oskar yang berencana untuk melakukan pencarian orang bernama Black telah mengakibatkan gangguan kecemasan, karena keadaannya yang semula tidak mempunyai rencana akan terganggu dengan obsesinya untuk menemukan informasi melalui orang yang bernama Black dan dia akan merasa tidak tenang jika belum menemukan apa yang dia inginkan. Adapun faktor yang mendorong rencananya untuk melakukan pencarian berasal dari collective unconscious-nya. collective uncosncious yang dimilikinya muncul berupa rasa ingin tahu yang sangat besar dan perasaan ini mengakibatkan respon yang berlebihan. Rasa keingin tahuannya tersebut merupakan respon warisan nenek moyang manusia yang selalu diwariskan terhadap generasi selanjutnya.

Didorong oleh rasa ingin tahu yang sangat besar, Oskar menyusun sebuah rencana. Setelah merasa rencananya cukup matang, dia memutuskan untuk mencari orang yang bernama Black sesuai dengan abjad, dan orang pertama yang akan di carinya adalah Aaron Black. Dalam pencariannya yang pertama dia mengalami kesulitan.

“It took me three hours and forty-one minutes to walk to Aaron Black, because public transportation makes me panicky, even though walking over bridges also makes me panicky. Dad used to say that sometimes you have to put your fears in order, and that was one of those times.” (2005:87).

(45)

34

transportation makes me panicky, even though walking over bridges also makes

me panicky.” Hal ini dia lakukan karena dia takut untuk menggunakan alat transportasi umum.

Sikap Oskar pada data tersebut diketahui bahwa dia mengalami gangguan kecemasan berupa Obsesif-kompulsif. Pencariannya ke kediaman Aaron Black merupakan obsesi yang ada dalam dirinya. Selain itu, dia juga mengalami fobia sosial seperti “public transportation makes me panicky”, fobia spesifik ketakutan

terhadap ketinggian (acrophobia) “walking over bridges also makes me panicky”, dan gangguan panik “makes me panicky” karena dia tidak terbiasa menaiki alat transportasi umum dan dia juga selalu mencurigai orang asing yang mungkin akan dia jumpai dalam alat transportasi tersebut. Keputusan Oskar itu sebenarnya disebabkan oleh kenangan pahit akan penyebab kematian ayahnya. Kenangan pahit tersebut secara tidak sadar telah disimpan dan direpresi ke dalam Persoanal unconscious-nya. Faktor lain yang menyebabkan Oskar mengalami gangguan kecemasan adalah colleciveunconscious tokoh Oskar, yakni ketika dia takut akan ketinggian.

(46)

35

Setelah mengalami banyak hal pada saat melakukan pencarian pertamanya tersebut, Oskar masih belum menemukan apa yang dia inginkan. Percakapannya dengan Aaron Black hanya dilakukan melalui speaker, Oskar berada di ruang bawah apartemen sedangkan Aaron Black berada di atas dalam apartemen. Dalam percakapan tersebut Aaron Black seolah tidak ingin tahu apa yang Oskar inginkan, namun setelah beberapa kali Oskar terus menghubunginya kemudian dia mau mendengarkan Oskar.

“He said, “If you come up, I‟ll have a look at the key.” “I

can‟t go up.” “Why not?” “Because you‟re on the ninth floor

and I don‟t go that high.” “Why not?” “It isn‟t safe.” “But

it‟s perfectly safe here.” “Until something happens.” “You‟ll

be fine.” “It‟s a rule.” “I‟d come down for you,” he said, “but I just can‟t.” “Why not?” “I‟m very sick.” “But my dad is

dead.” “I‟m hooked up to all sorts of machines. That‟s why it

took me so long to get to intercom.” “If I could do it again, I would do differently. But you can‟t do it again. I heard the

voice saying, Hello? Hello? Please.” I slid my card under the

apartment building door and got away from there as fast as I

could.”(2005:90).

Pada percakapan tersebut Aaron Black menyuruh Oskar untuk menemuinya di lantai sembilan, namun Oskar tidak mau karena dia takut jika dia naik ke lantai sembilan akan terjadi hal yang tidak dia inginkan. Alasan mengapa Oskar tidak mau naik dan mengunjungi Aaron Black tidak lain karena dia telah mengalami gangguan kecemasan. Oskar mengalami gangguan kecemasan berupa fobia spesifik takut akan ketinggian (acrophobia) “I can‟t go up.” “Because

you‟re on the ninth floor and I don‟t go that high.” Jika dia menemui Aaron Blak

(47)

36

kepada Oskar bahwa apartemennya benar-benar aman dan tidak akan ada yang mengancam jiwanya namun dia tetap kukuh pada pendiriannya. Aaron Black pun tidak bisa turun untuk menemuinya karena dia sedang sakit “I‟d come down for

you,” he said, “but I just can‟t.” “Why not?” “I‟m very sick.”

Selain mengalami gangguan kecemasan fobia pada awal pencariannya dia juga mengalami gangguan kecemasan osbesif-kompulsif karena obsesi membuatnya terus menanyakan informasi tentang kunci tersebut kepada Aaron Black. Obsesi tersebut pun membuat conscious ego-nya terus berusaha untuk menemui dan bernegoisasi dengan Aaron Black meski telah membuatnya cemas. Kecemasannya muncul karena pada akhirnya dia tidak berani naik ke atas untuk menemui Aaron Black sehingga pencariannya yang pertama tersebut belum membuahkan hasil.

Bagaimanapun jika Oskar ingin tetap menemuinya, dia harus naik ke lantai atas dimana Aaron berada, dan hal itu akan menimbulkan gangguan kecemasan. Kecemasannya ini dipicu oleh ketakutannya akan ketinggian yang berasal dari collective unconscious-nya dan pengalaman traumatis yang mengingatkannya kepada kematian ayahnya. Hal itu masing-masing terdapat pada ingatan tak sadarnya yang membuatnya akan menghindari hal-hal yang ditakutinya.

Selain menghindari tempat-tempat dan benda-benda yang ditakutinya ketika melakukan pencarian, Oskar juga menggunakan tamborine sebagai alat bantunya.

“I walked through Long Island City, Woodside, Elmhurst, and

(48)

37

Oskar menggunakan tamborin agar dapat membantunya tetap tenang walaupun dia sedang berada jauh dari rumahnya yang di anggapnya aman. “I shook my tambourine the whole time, because it helped me remember than even

though I was going through different neighborhoods, I was still me.” Hal tersebut

merupakan salah satu tindakannya untuk mengatasi gangguan kecemasan yang dia alami ketika melakukan pencarian. Adapun gangguan kecemasan tersebut sering muncul karena conscious ego tokoh Oskar yang berusaha untuk melakukan pencarian dan dalam pencarian tersebut dia telah mengetahui akan adanya bahaya yang mengintai dirinya yang berasal dari pengalaman pahitnya yang direpresi dan disimpan ke dalam personal unconsciousnya.

Meskipun sering mengalami kecemasan ketika melakukan penacarian, namun obsesi tokoh Oskar untuk melakukan pencarian menyebabkan dirinya selalu ingin tetap melakukan pencarian itu setiap saat. Keadaan ini membuat dia bimbang karena setiap pencarian yang dia lakukan akan membuatnya jauh dari ibunya.

“Every time I left our apartment to go searching for the lock, I

became a little lighter, because I was getting closer to Dad. But I also became a little heavier, because I was getting

farther from Mom.” (2005:52)

(49)

38

oleh obsesinya karena perasaannya ketika hendak melakukan pencarian dia merasa dekat dengan ayahnya sehingga hal tersebut mendorong dirinya untuk tetap melanjutkan pencarian. Kesadaran tokoh Oskar yang lebih memilih untuk melanjutkan pencarian tersebut membuatnya harus meninggalkan apartemennya dan jauh dari ibunya, keadaan tersebut telah menimbulkan potensi akan munculnya gangguan kecemasan yang ditimbulkan oleh pengalaman pahitnya yang tersimpan dalam ingatan personal unconscious-nya.

Selanjutnya Oskar melanjutkan pencarian berikutnya dengan mengunjungi kediaman Abe Black. Abe tidak tahu apa-apa tentang kunci itu, namun dia bersedia membantu pencarian Oskar. Dengan bermaksud untuk mengenalkan dirinya lebih dekat kepada Oskar, Abe kemudian mengajak Oskar untuk mencoba permainan roller coasters.

“Obviously I‟m incredibly panicky about roller coaster, but Abe convinced me to ride one with him. “It would be a shame to die without riding the Cyclone,” he told me. “It would be a shame to die,” I told him. “Yeah,” he said, “but with the

Cyclone you can choose.” We sat in the front car, and Abe lifted his hands in the air on the downhill parts. I kept wondering if what I was feeling was at all like falling.” (2005:147).

Data di atas menunjukkan bahwa tokoh Oskar terpaksa mengikuti ajakan Abe untuk bermain roller coaster, hal itu disebabkan karena dia merasa tertantang oleh ajakan Abe yang mengatakan “It would be a shame to die without riding the

Cyclone”. Sebenarnya bukan hanya untuk menjawab tantangan dari Abe saja yang

(50)

39

Tokoh Oskar mengalami gangguan panik ketika akan menaiki roller coasterObviously I‟m incredibly panicky about roller coaster” dan gangguan fobia berupa fobia spesifik takut akan ketinggian (acrophobia). Kesadaran tokoh Oskar yang tahu resiko akan munculnya gangguan kecemasan ketika dia mengikuti ajakan Abe untuk menaiki roller coaster telah menyebabkan gangguan kecemasan karena dia merasa tertantang dan akhirnya mau mengikuti ajakan Abe, meskipun dia mencoba untuk menghindarinya namun kenyataannya terkadang dalam upayanya melakukan informasi tentang kunci tersebut dia harus mengalami dan merasakan hal yang selama ini dia takutkan. Ketakutan Oskar untuk menaiki roller coaster muncul dari collective unconscious yakni takut akan ketinggian, sakit, dan disusul dengan kematian. Ketakutan tersebut merupakan warisan yang diturunkan oleh nenek moyang manusia.

Setelah menaiki roller coaster, Abe Black membantu Oskar untuk menemukan informasi tentang kunci itu dengan mengantarnya mencari orang bernama Black yang lainnya.

“He said he was driving into Manhattan and could give me a ride if I wanted one. I told him, “I don‟t get in cars with strangers, and how did you know I was going to Manhattan?” “He said, “We‟re not strangers, and I don‟t know how I

knew.” (2005:149).

(51)

40

Ketakutan ini terlihat jelas pada pernyataannya, “I don‟t get in cars with

strangers, and how did you know I was going to Manhattan?”. Dia selalu

berprasangka buruk terhadap orang yang belum dia kenal. Walaupun Abe ingin menolongnya dan bahkan sebelumnya dia sudah mengajak Oskar bermain roller coaster untuk membuatnya dekat dengan Oskar, namun Oskar masih menganggap Abe sebagai orang asing. Kemudian dia meyaknikan Oskar bahwa dia bukan orang asing “He said, “We‟re not strangers, and I don‟t know how I knew.” Pada akhirnya Oskar menerima ajakan Abe, karena obsesinya menyadarkannya untuk tetap menjalankan niatnya untuk terus mencari informasi mengenai lubang kunci dari seseorang yang bernama Black membuat Oskar bertahan dan mengesampingkan begitu banyaknya kecemasan yang dia derita, termasuk ketakutannya terhadap orang asing.

Meskipun pencariannya belum membuahkan hasil yang signifikan, Oskar tetap mencari. Pada suatu hari dia mengunjungi kediaman Arnnold Black, yang lebih terkenal dengan sebutan Mr. Black. Dia adalah seorang pembuat kartu nama, dia sudah membuat ribuan kartu nama. Lantas Oskar pun menanyakan sesuatu tentang kunci yang dibawanya, tapi Mr. Black tidak tahu apa-apa mengenai kunci itu. Namun, ada hal yang membuat Oskar kemudian menjadi emosional ketika dia hendak mencari nama ayahnya, yakni Mr. Black tidak pernah membuat kartu nama untuk ayahnya. Dia justru membuat untuk seseorang yang bernama Mohammed Atta yang menurutnya tidak lebih baik dari ayahnya, Thomas Schell.

“I sat down on the floor. He asked what was wrong. “It‟s just

that why would you have one for him and not one for my

(52)

41

deserves to be in there.” “What makes you think it‟s good to be in here!” “Because it means you‟re biographically

significant.” “Nine out of ten significant people have to do

with money or war!”(2005:159).

Oskar kecewa ketika mengetahui hal tesebut, “I sat down on the floor” mengapa Mr. Black tidak mempunyai kartu atas nama ayahnya, tapi malah dia mempunyai kartu nama Muhammed Atta. Lantas Oskar pun marah dan mulai menghakimi “It isn‟t fair.” “My dad was good. Mohammed Atta was evil.” “So

my dad deserves to be in there.” Dia cemas menerima kenyataan bahwa ayahnya

(53)

42

disebabkan oleh rasa cemasnya ketika mendapati kenyataan bahwa ayahnya tidak lebih baik dari Mohammad Atta, hal tersebut juga menimbulkan kecemasan yang lain yakni kecemasan stres pasca trauma karena nama Mohammad Atta menyebabkan dia mengingat lagi kejadian pahitnya. Selain itu, dia juga mengalami gangguan kecemasan akut, yang gejala-gejalanya hampir sama dengan gangguan stres pasca trauma namun intensitas ketakutannya hanya berlangsung empat minggu atau kurang. Gangguan kecemasan yang dialami Oskar tersebut timbul karena kesadarannya yang terorong oleh obsesinya untuk mencari informasi dengan menemui Mr. Black telah menimbulkan kecemasan karena di sana dia menemukan nama Muhammed Atta, orang yang menyebabkan ayahnya meninggal dan dia juga menjadi pemicu kecemasan pada diri Oskar yang cenderung berpikir negatif ketika menjumpai orang ras Arab. Pikiran tersebut disimpan ke dalam personal unconscious-nya, dan apabila sewaktu-waktu dia menjumpai orang orang-orang tersebut dapat menimbulkan gangguan kecemasan.

Gangguan kecemasan tokoh Oskar bukan hanya terjadi ketika dia sedang melakukan pencarian lubang kunci, namun ketika dia sedang tidak melakukan pencarian pun kecemasan sering mengganggunya sehingga perasaannya menjadi tidak menentu, karena pikiran dia hanya tertuju pada kunci tersebut.

“The week was incredibly boring, except for when I

(54)

43

Oskar merasa hari-harinya sangat membosan jika dia tidak melakukan pencarian “The week was incredibly boring, except for when I remembered the key.” Bahkan sekalipun dia tahu bahwa di New York terdapat 161.999.999 lubang kunci yang tidak bisa di buka, dia merasa bahwa hal itu bisa membuka hal lain yang bisa diperolehnya. Terkadang dia hanya sekedar menyentuh salah satu dari lubang kunci tersebut dan berharap kunci itu cocok dengan lubang kunci yang dia sentuhnya “Sometimes I liked to touch it just to know that it was there”. Hasrat Oskar untuk menemukan lubang kunci tersebut sangat besar, sehingga pada waktu kapan pun dia selalu ingin melakukan pencarian. Hal itu tidak lain untuk mengatasi kecemasannya dan rasa bersalahnya terhadap ayahnya. Tokoh Oskar mengalami kecemasan yang disebabkan oleh obsesinya yang tiak pernah berhenti untuk melakukan pencarian. Kesadaran akan hasratnya dalam melakukan pencarian tersebut membuat Oskar selalu membuat Oskar menjadi gelisah dan hal yang ada pada benaknya adalah tentang kunci, hal ini telah mengakibatkan dia mengalami gangguan kecemasan. Selain itu collective unconscious-nya yakni adanya rasa penasaran untuk memecahkan teka-teki yang ada pada diri tokoh Oskar juga turut andil dalam menimbulkan gangguan kecemasan karena keinginan untuk mencari sesuatu demi memecahkan teka-teki, telah ada dalam diri seseorang yang sudah diwariskan dari nenek moyang manusia.

Untuk mengatasi kegelisahan akan perasaannya tersebut kemudian Oskar mengunjungi Dr. Fein, seorang psikolog yang Oskar harap dia dapat menolong atau sekedar mencurahkan segala masalahnya.

(55)

44

are you feeling?” “All of them.” “Like…” “Right now I‟m

feeling sadness, happiness, anger, love, guilt, joy, shame, and little bit of humor, because part of my brain is remembering something hilarious that Toothpaste once did that I can‟t talk about.” “Sounds like you‟re feeling an awful lot.” “He put EXLAX in the pain au choclat we sold at the French Club bake

sale.” “That is funny.” “I‟m feeling everything.” “This

emotionalness of yours, does it affect your daily life?” “Well,

to answer your question, I don‟t think that‟s a real word you

used. Emotionalness. But I understand what you were trying to

say, and yes. I end up crying a lot, usually in private. It‟s extremely hard for me to go to school. I also can‟t sleep over at friends‟ apartments, because I get panicy about being away

from mom. I‟m not very good with people.” (2005:201).

Data di atas adalah keluhan atau curahan hati Oskar kepada Dr. Fein. Oskar mengungkapkannya secara emosional “I‟m extremely emotional right

now.” Dia mengatakan semua emosi yang dirasakannya “All of them.” “Like…”

“Right now I‟m feeling sadness, happiness, anger, love, guilt, joy, shame, and

little bit of humor”. Kemudian Dr. Fein mencoba memahami kondisi perasaan Oskar dan berusaha untuk membuat dia melepas sebagian bebannya dengan mengajukan pertanyaan tentang keadaan dan semua perasaan Oskar. Di hadapan Dr. Fein, Oskar menangis dan mengungkapkan lagi tentang masalah pribadinya, Oskar sulit untuk pergi ke sekolahnya karena belum tenang jika belum dapat menemukan tentang kunci yang dia temukan dalam kamar mendiang ayahnya.

“It‟s extremely hard for me to go to school.” Selain itu dia juga tidak bisa jauh

dari ibunya karena dia tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan orang lain,

“I get panicy about being away from mom. I‟m not very good with people.”

(56)

45

sewaktu-waktu dapat mengancam jiwanya. Selain itu, Oskar juga mengalami gangguan panik jika dia jauh dari ibunya, yang di sisi lain berseberangan dengan dirinya yang ingin terus menemukan lubang kunci agar dapat mengatasi kecemasannya dan dia juga mengalami gangguan fobia sosial karena takut dengan orang asing sehingga dia tidak bisa berkomunikasi dengan baik dan selalu menganggap negatif terhadap orang yang belum dia kenal. Keinginan Oskar yang secara sadar ingin melakukan pencarian kunci telah menyebabkan gangguan kecemasan karena hal itu membuatnya jauh dari ibunya. Walau demikian Oskar tetap melanjutkan pencariannya, dan mengabaikan kecemasannya.

Oskar melanjutkan pencariannya dengan ditemani oleh Mr. Black menuju kediaman Ruth Black.

“The address for Ruth Black was on the eighty-sixth floor of

the Empire State Building, which I though was incredibly weird, and so did Mr. Black, because neither of us knew that people actually lived there. I told Mr. Blck that I was panicky, and he said it was OK to be panicky. I told him I felt like I

couldn‟t do it. I told him it was the thing that I was most afraid

of. He said he could understand why.” (2005:244).

Data tersebut adalah tentang pencarian Oskar bersama Mr. Black sewaktu dia mendatangi kediaman Ruth Black. Oskar tampak ketakutan ketika dia hendak menemui Ruth karena dia tinggal di lantai 86 . Oskar dan Arnold sama-sama tidak tahu ada orang yang tinggal di lantai setinggi itu “which I though was incredibly weird, and so did Mr. Black, because neither of us knew that people actually lived

there.” Oskar panik karena dia mempunyai fobia akan ketinggian, namun Arnold

(57)

46

informasi mengenai kunci peninggalan ayahnya dapat mengalahkan rasa takutnya tersebut. Kesadaran pikiran tokoh Oskar yang melakukan misi pencarian untuk mencari Ruth yang diketahui tinggal di lantai delapan puluh enam telah mengakibatkan kecemasan karena seperti yang diketahui bahwa dia mempunyai berbagai jenis gangguan kecemasan yang seharusnya dia juga sadar untuk menghindarinya agar kecemasannya tersebut tidak muncul, namun dorongan untuk selalu melakukan pencarian menyebabkannya untuk melawan rasa cemasnya itu.

Pencarian yang mereka lakukan masih belum berhasil. Namun Oskar masih belum mau menyerah.

“I want to stop inventing, If I could know he died, exactly how

he died, I wouldn‟t have to invent him dying inside an elevator

that was stuck between floors, which happened to some people, and I wouldn‟t have to imagine him trying to crawl down the outside of the building, which I saw a video of one person doing on a Polish site, or trying to use a tablecloth as a parachute, like some of people who were in Windows on the World actually did. There were so many different ways to die, and I just need to know which was his.” (2005:257).

Oskar berkata kepada Mr. Black bahwa dia akan berhenti melakukan pencarian jika dia tahu bagaimana ayahnya meninggal, “I want to stop inventing, If I could know he died, exactly how he died”. Oskar mengetahui bahwa ada masing-masing korban yang meninggal dalam tragedi tersebut meninggal dengan cara yang berbeda, dan dia ingin mengetahui bagaimana cara ayahnya meninggal

“There were so many different ways to die, and I just need to know which was

his.” Dalam data tersebut tokoh Oskar mengalami gangguan kecemasan

(58)

47

agar dia tahu bagaimana cara ayahnya meninggal. Keinginannya tersebut membuat conscious ego tokoh Oskar yang didorong oleh obsesinya terpacu untuk menguak cerita bagaimana ayahnya meninggal sehingga dia merasa cemas dan tidak bisa berhenti untuk melakukan pencarian sampai dia tahu cerita tentang kematian ayahnya. Adapaun cerita tentang kematian pahit ayahnya tersebut tersimpan di dalam personal unconscious-nya dan apabila jiwa sadarnya menjumpai sesuatu yang dapat mengingatkan kenangan pahitnya maka dia akan mengalami gangguan kecemasan.

Setelah melakukan pencarian dalam jangka waktu yang cukup lama, Oskar mulai merasakan lelah dan terkadang merasa pesimis.

“When I got home that afternoon, after eight months of

searching New York, I was exhausted and pessimistic, even

though what I wanted to be was happy.” (2005:287).

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka teori
Tabel 2.1 gangguan kecemasan gagasan Kring et al.

Referensi

Dokumen terkait

; Reaksi unimolekular  – tahap elementer dengan = molekul ; Reaksi bimolekular  – tahap elementer dengan ) molekul ; Reaksi termolekular  – tahap elementer dengan.. +an0a

Kejadian rontok bulu pada itik Peking tidak menyebabkan berhenti bertelur, karena hanya mengalami rontok bulu halus, sedangkan rontok bulu sayap primer yang

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa faktor A (daya oven microwave ) dan faktor B (lama waktu ekstraksi) berpengaruh nyata, sedangkan interaksi antara kedua

Selain itu juga, melalui organisasi gerakan pramuka, siswa dapat belajar untuk selalu bersikap menurut nilai-nilai pancasila, baik itu dalam mengikuti latihan

[r]

Kepala madrasah, dalam menangani permasalahan tersebut dimasing- masing madrasah akan melakukan berbagai strategi untuk menciptakan sekolah bersih dan sehat, dalam hal

Rian Ningsih Pramunita, 2017. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Peta Pikiran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Benda Dan Sifatnya Kelas V MI Islamiyah

Kegiatan ini menggunakan konsep Penyuluhan cara peningkatan nilai tambah sebuah hasil komoditi daerah sehingga dapat meningkatan perekonomian masyarakat dan praktek