ANALISA PENGARUH JARAK DAN KECEPATAN TERHADAP PEMBACAAN RFID UNTUK APLIKASI PINTU TOL OTOMATIS
Laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh pendidikan program Sarjana di Jurusan Teknik Elektro
Oleh :
Kurniawan Ongko Wijoyo 13105012
Dosen Pembimbing : Muhammad Aria, MT.
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
Alhamdulillah hirabbil ‘alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. karena atas nikmat dan karunia-Nya-lah penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
Laporan tugas akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh pendidikan program S1 di Jurusan Teknik Elektro. Penulis sangat menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan laporan tugas akhir ini.
Dalam pembuatan laporan tugas akhir ini, banyak pihak yang telah memberikan masukan, bantuan, serta dorongan sehingga laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada.
1. Orangtua tercinta yang telah mengasuh, mendidik, memberikan semangat, memberikan kasih sayang, dan memberikan doa restu yang tidak mungkin akan dapat terbalas.
2. Bapak Muhammad Aria, MT, selaku ketua jurusan Teknik Elektro dan juga selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dorongan, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Ukun Sastraprawira, M.Sc, selaku dekan fakultas Teknik dan Ilmu Komputer.
vii bimbingan dan arahan selama penulis menempuh pendidikan di Unikom. 5. Seluruh staf dosen di jurusan Teknik Elektro dan seluruh staf dosen di
Unikom yang telah bersedia membimbing dan memberikan tambahan ilmu kepada penulis.
6. Adikku tersayang, Dwijo Arif Setyoko, yang bersedia mengalah demi kakaknya.
7. Teman-teman seperjuangan, Rahman Sanandra, Setiawan Ari Wibowo, dan Hezty Lestari, yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun laporan tugas akhir ini.
8. Suryono dan Agus Cahya yang telah bersedia meluangkan waktunya dan meminjamkan kendaraannya untuk dipergunakan membeli alat dan komponen.
9. Teman-teman di jurusan Teknik Elektro khususnya angkatan 2005.
10.Anak-anak di basecamp “WarWan” yang juga selalu memberikan semangat kepada penulis.
11.Dan semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu oleh penulis disini.
Besar harapan penulis agar laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya pada para pembaca untuk manambah wawasan.
Bandung, Juli 2009
Daftar Isi
1.6Sistematika Penulisan ……….. 4
BAB II LANDASAN TEORI ……….. 5
2.1 Radio Frequency Identification (RFID) ………. 5
2.1.1 Komponen-komponen Utama RFID ………... 6
2.1.1.1 Tag RFID ……….. 7
2.1.1.2 Reader RFID ………. 9
2.1.2 Frekuensi Radio Sebagai Karakteristik Operasi Sistem RFID ... 10
2.2 Mikrokontroler AT89S52 ……….. 12
2.2.1 Konfigurasi Mikrokontroler AT89S52 ………... 13
2.2.1.1 Port 0 ……… 14
2.2.1.2 Port 1 ……… 14
2.2.1.3 Port 2 ……… 15
2.2.1.4 Port 3 ……… 15
2.2.1.5 Reset (RST) ……….. 15
2.2.1.6 Address Latch Enable (ALE/PROG) ……… 15
2.2.1.7 Program Store Enable (PSEN) ………. 15
2.2.1.8 External Access Enable (EA/Vpp) ………... 16
2.2.2 Data Memori ………... 18
2.2.3 Special Functin Register (SFR) ……….. 19
2.3.1.5 Komentar Program ... 31
2.3.1.6 Operator ... 32
2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Pemrograman Dengan Bahasa C .… 34 2.3.2.1 Kelebihan Pemrograman Dengan Bahasa C ..………... 34
2.3.2.2 Kelemahan Pemrograman Dengan Bahasa C ..………. 34
2.4 Motor Stepper ……… 34
2.4.1 Motor Stepper Unipolar ………. 36
2.4.2 Motor Stepper Bipolar ……… 37
2.5 Borland Delphi 7.0 ... 40
2.5.1 Tampilan Borland Delphi ... 40
2.5.2 Kelebihan Dan Kelemahan Delphi ... 42
2.5.2.1 Kelebihan Delphi ... 42
2.5.2.2 Kelemahan Delphi ... 43
BAB III PERANCANGAN SISTEM ……… 44
3.1 Blok Diagram Sistem ………. 44
3.2 Perancangan Perangkat Keras (Hardware) ……… 44
3.2.1 Rangkaian RFID ………... 45
3.2.2 Rangkaian Mikrokontroler ……… 45
3.2.3 Rangkaian Catu Daya ………... 46
3.2.4 Rangkaian Motor Stepper ………. 47
3.2.5 Rangkaian RS232 Converter ……… 48
3.3 Perancangan Perangkat Lunak (Software) ………. 49
3.3.1 Flowchart Program ……….. 50
3.3.2 Program Inisialisasi Serial ...………. 51
xi
3.3.3 Program Terima Data ... 51
3.3.4 Program Kirim Data ... 52
3.3.5 Program Untuk Menggerakkan Motor Stepper ……… 52
3.3.6 Program Waktu Tunda (Delay) ……… 53
3.4 Perancangan Tampilan Pada Delphi ... 53
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM ... 56
4.1 Pengujian Sistem ... 56
4.1.1 Pengujian Rangkaian Catu Daya ... 56
4.1.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler ... 57
4.1.3 Pengujian Rangkaian RFID ... 58
4.1.4 Pengujian Rangkaian Motor Stepper ... 62
4.1.5 Pengujian Program Delphi ... 63
4.2 Analisa Sistem ... 64
4.3 Permasalahan RFID Yang Diaplikasikan Untuk Pintu Tol Otomatis 66 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
5.1 Kesimpulan ... 68
5.2 Saran ... 68
Sistem pembayaran jasa pengguna jalan tol di Indonesia saat ini masih menggunakan sistem manual, yaitu dengan membayar secara langsung kepada petugas yang berada di gerbang tol. Hal ini kerap menyebabkan kemacetan di depan gerbang tol itu sendiri.
Dengan menggunakan teknologi Radio Frequency Identification (RFID) sistem pembayaran jasa pengguna jalan tol dapat dilakukan secara otomatis sehingga dapat mengurangi tingkat kemacetan. Dalam laporan tugas akhir ini dilakukan pengujian pengaruh jarak dan kecepatan terhadap pembacaan RFID sehingga akan didapatkan kerja RFID yang optimal. Kemudian hasil pembacaan RFID akan ditampilkan dikomputer dengan bantuan software Delphi 7 sehingga akan diketahui identitas dari pemilik kendaraan.
Pengujian terhadap jarak dilakukan dengan merubah-ubah jarak antara tag RFID dengan reader RFID sehingga diketahui jarak baca maksimun dari RFID, yaitu sekitar 6 cm. Sedangkan pengujian terhadap kecepatan dilakukan dengan merubah-ubah kecepatan gerak tag ketika melewati reader sehingga diketahui kecepatan maksimumnya, yaitu sekitar 2 km/jam. Perubahan kecepatan dilakukan dengan menggunakan teknik Pulse-Width Modulation (PWM) dengan bantuan software LabVIEW.
The toll payment system in Indonesia is still use the manual system, which is by a direct payment to the officer at the toll gate. This will cause traffic jam in front of the toll gate.
Applying RFID technology on the toll payment system, the payment process can be done automatically. In this final assignment the test on the speed and range affect was done so that it will acquire the RFID optimal work. The result of RFID reading will be display on a computer. The display will show the identity of the vehicle owner. The software is built using Delphi 7.
The range test was done in order to acquire the maximum length of reading range. By changing the range between RFID tag and RFID reader, the result is the maximum length reading is 8 cm. The speed range was done in order to acquire the maximum speed. By changing the speed of the tag when it pass the reader, the result is the maximum speed is 2 km/hour. The speed was changed using the Pulse-Width Modulation (PWM) technique with LabVIEW software.
ANALISA PENGARUH JARAK DAN KECEPATAN TERHADAP PEMBACAAN RFID UNTUK APLIKASI PINTU TOL OTOMATIS
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh pendidikan program Sarjana di jurusan Teknik Elektro
Oleh:
Kurniawan Ongko Wijoyo 13105012
Disetejui dan disahkan di Bandung pada tanggal : __________________________________
Pembimbing
Muhammad Aria, MT NIP. 4127 70 04 008
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro
ANALISA PENGARUH JARAK DAN KECEPATAN TERHADAP PEMBACAAN RFID UNTUK APLIKASI PINTU TOL OTOMATIS
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh pendidikan program Sarjana di jurusan Teknik Elektro
Oleh:
Kurniawan Ongko Wijoyo 13105012
Disetejui dan disahkan di Bandung pada tanggal : __________________________________
Mengetahui,
Penguji I Penguji II
Tri Rahajoeningroem, MT. NIP. 4127 70 04 015
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sejak terjadinya revolusi industri di Inggris pada tahun 1760, dunia teknologi dan komputer semakin lama semakin berkembang. Hampir disetiap harinya manusia menciptakan alat-alat yang akan mempermudah kerja manusia itu sendiri. Jika dahulu segala sesuatu dikerjakan secara manual atau dengan tenaga manusia, namun sekarang kerja manusia sudah mulai tergantikan oleh robot-robot atau mesin-mesin otomatis.
Perkembangan kemajuan teknologi dan komputer tersebut juga menyebabkan sistem kontrol berbasis sensor tumbuh dengan pesat. Salah satu aplikasinya adalah di bidang pelayanan masyarakat seperti pengurangan tingkat kemacetan di pintu tol. Dengan semakin berkembangnya teknologi, seharusnya permasalahan tersebut dapat sedikit teratasi. Salah satu teknologi yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan Radio Frequency Identification atau biasa disebut dengan RFID. Teknologi RFID ini nantinya akan menggantikan kerja dari para penjaga pintu tol sehingga para pengemudi tidak perlu lagi berhenti untuk mengambil tiket dan melakukan pembayaran. Dengan RFID ini pengemudi hanya perlu berjalan melewati reader RFID dan dengan otomatis RFID tag yang terpasang pada kendaraan akan terbaca oleh reader RFID. Tag RFID yang terpasang pada kendaraan memiliki suatu nomor identifikasi khusus yang berbeda antara mobil yang satu dengan mobil lainnya. Nomor identifikasi tersebut nantinya dapat
dijadikan sebagai masukan untuk program komputer sehingga dapat diketahui identitas dari pemilik kendaraan, dari mana ia masuk tol, dimana ia keluar tol dan berapa jumlah uang yang ia harus bayarkan untuk jasa penggunaan jalan tol.
Di Indonesia sendiri teknologi RFID ini sudah banyak dipergunakan, akan tetapi ruang lingkup aplikasinya baru mencapai penggunaan pada sistem keamanan produk seperti yang digunakan oleh banyak departmentstore dan toko-toko kaset. Walaupun sudah banyak dipergunakan, teknologi RFID ini memiliki beberapa kelemahan yang menyebabkan RFID tidak dapat bekerja secara optimal. Begitu juga pada RFID yang diaplikasikan untuk pintu tol otomatis, terdapat beberapa kelemahan yang harus dicarikan jalan penyelesaiannya. Kelemahan-kelemahan itu diantaranya adalah tidak terbacanya tag RFID oleh reader RFID, terjadinya multiple reader dan terjadinya multiple tag.
1.2Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa pengaruh jarak dan kecepatan terhadap pembacaan RFID sehingga didapatkan sistem kerja RFID yang optimal.
1.3Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.4Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian ini adalah : a. IC reader yang digunakan adalah ID12
b. menggunakan motor stepper sebagai penggerak pintu tol otomatis
c. analisa dilakukan agar didapatkan jarak yang maksimum antara reader RFID dengan tag RFID
d. analisa dilakukan agar didapatkan kecepatan maksimum dalam pembacaan RFID
1.5Metode Penelitian
Dalam penyusunan tugas akhir ini digunakan beberapa metode penelitian, yaitu : a. tinjauan pustaka
tinjauan pustaka dilakukan dengan cara mempelajari teori-teori literatur dan buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan RFID sebagai dasar dalam penelitian ini
b. perancangan sistem
perancangan sistem dilakukan dengan membuat reader RFID dan rangkaian-rangkaian pendukungnya
c. pengujian sistem
1.6Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran yang jelas mengenai penyusunan laporan tugas akhir ini, maka dibawah ini akan dijelaskan mengenai sistematika penulisan sebagai berikut.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan, rumusan masalah, batasan masalah, metedologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang dasar-dasar teori yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini.
BAB III PERANCANGAN SISTEM
Bab ini berisi tentang perancangan sistem yang menjadi pokok pembahasan dalam laporan tugas akhir ini.
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM
Bab ini membahas tentang pengujian dan analisa sistem yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
LANDASAN TEORI
2.1 Radio Frequency Identification (RFID)
RFID adalah sebuah teknologi penangkapan data yang memanfaatkan frekuensi radio dalam sistem kerjanya yang dapat digunakan secara elektronik untuk mengidentifikasi, melacak dan menyimpan informasi yang tersimpan dalam tag RFID. Perhatian terhadap RFID dalam lingkungan media massa maupun akademis yang populer telah meningkat dalam beberapa tahun ini. Salah satu buktinya adalah usaha dari organisasi-organisasi yang besar seperti Wal-Mart, Procter and Gamble, dan Departemen Pertahanan Amerika Serikat untuk menggunakan RFID sebagai suatu alat untuk mengontrol secara otomatis terhadap rantai supply mereka. Harga tag yang menurun dan standarisasi yang dinamis telah menyebabkan kita berada pada ambang ledakan penggunaan RFID.
Para pengamat RFID menganggap RFID sebagai suksesor dari barcode optik yang banyak dicetak pada barang-barang dagangan dengan dua keunggulan pembeda.
a) Identifikasi yang unik
Sebuah barcode mengindikasikan tipe obyek tempat ia dicetak, misalnya “Ini adalah sebatang coklat merek ABC dengan kadar 70% dan berat 100 gram”. Sebuah tag RFID selangkah lebih maju dengan mengemisikan sebuah nomor seri unik di antara jutaan obyek yang identik, sehingga ia dapat mengindikasikan “Ini adalah sebatang coklat merek ABC dengan kadar 70%
dan berat 100 gram, nomor seri 897348738”. Identifikasi yang unik dalam RFID ini dapat berperan sebagai pointer terhadap masukan basis data yang menyimpan banyak history transaksi untuk item-item individu.
b) Otomasi
Barkode di-scan secara optik, memerlukan kontak line-of-sight dengan reader, dan tentu saja peletakan fisik yang tepat dari obyek yang di-scan. Kecuali pada lingkungan yang benar-benar terkontrol, scanning terhadap barcode memerlukan campur tangan manusia, sebaliknya tag-tag RFID dapat dibaca tanpa kontak line of sight dan tanpa penempatan yang presisi. Reader RFID dapat melakukan scan terhadap tag-tag sebanyak ratusan perdetik.
Sebagai suksesor dari barcode, RFID dapat melakukan kontrol otomatis untuk banyak hal. Sistem-sistem RFID menawarkan peningkatan efisiensi dalam pengendalian inventaris (inventory control), logistik dan manajemen rantai supply (supply chain management).
2.1.1 Komponen-komponen Utama Sistem RFID
Gambar 2.1 Komponen Utama Sistem RFID
2.1.1.1Tag RFID
Sebuah tag RFID atau transponder, terdiri atas sebuah mikro (microchip) dan sebuah antena seperti yang terlihat pada Gambar 2.2. Chipmikro itu sendiri dapat berukuran sekecil butiran pasir atau seukuran 0.4 mm. Chip tersebut menyimpan nomor seri yang unik atau informasi lainnya tergantung kepada tipe memorinya. Tipe memori itu sendiri dapat read-only, read-write, atau write-onceread-many. Antena yang terpasang pada chip mikro mengirimkan informasi dari chip ke reader. Biasanya rentang pembacaan diindikasikan dengan besarnya antena. Antena yang lebih besar mengindikasikan rentang pembacaan yang lebih jauh. Tag tersebut terpasang atau tertanam dalam obyek yang akan diidentifikasi. Tag dapat di-scan dengan reader bergerak maupun stasioner menggunakan gelombang radio.
Tag RFID sangat bervariasi dalam hal bentuk dan ukuran. Tag versi paling sederhana adalah tag pasif, yaitu tag yang tidak memiliki catu daya sendiri serta tidak dapat menginisiasi komunikasi dengan reader. Sebagai gantinya, tag merespon emisi frekuensi radio dan menurunkan dayanya dari gelombang-gelombang energi yang dipancarkan oleh reader. Sebuah tag pasif minimum mengandung sebuah indentifier unik dari sebuah item yang dipasangi tag tersebut. Data tambahan dimungkinkan untuk ditambahkan pada tag, tergantung kepada kapasitas penyimpanannya.
Harga tag pasif lebih murah dibandingkan harga versi lainnya. Perkembangan tag murah ini telah menciptakan revolusi dalam adopsi RFID dan memungkinkan penggunaannya dalam skala yang luas baik oleh organisasi-organisasi pemerintah maupun industri.
Tag semipasif adalah versi tag yang memiliki catu daya sendiri (baterai) tetapi tidak dapat menginisiasi komunikasi dengan reader. Dalam hal ini baterai digunakan oleh tag sebagai catu daya untuk melakukan fungsi yang lain seperti pemantauan keadaan lingkungan dan mencatu bagian elektronik internal tag, serta untuk memfasilitasi penyimpanan informasi. Tag versi ini tidak secara aktif memancarkan sinyal ke reader. Tag semi pasif dapat dihubungkan dengan sensor untuk menyimpan informasi untuk peralatan keamanan kontainer.
berkomunikasi pada jarak yang lebih jauh, hingga 750 kaki, tergantung kepada daya baterainya. Harga tag ini merupakan yang paling mahal dibandingkan dengan versi lainnya.
Dalam keadaan yang sempurna, sebuah tag dapat dibaca dari jarak sekitar 10 hingga 20 kaki. Tag pasif dapat beroperasi pada frekuensi rendah (low frequency, LF), frekuensi tinggi (high frequency, HF), frekuensi ultra tinggi (ultrahigh frequency, UHF), atau gelombang mikro (microwave). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1 Karakteristik Umum Tag RFID
Jenis tag Tag pasif Tag semipasif Tag aktif Catu daya Eksternal (dari reader) Baterai internal Baterai internal Rentang baca Dapat mencapai 20
kaki
Dapat mencapai 100 kaki
Dapat mencapai 750 kaki
Tipe memori Umumnya read-only Read-write Read-write Usia tag Dapat mencapai 20
tahun
2 sampai 7 tahun 5 samapai 10 tahun
2.1.1.2Reader RFID
Untuk berfungsinya sistem RFID diperlukan sebuah reader atau alat scanning device yang dapat membaca tag dengan benar dan mengkomunikasikan hasilnya ke suatu basis data. Gambar 2.3 memperlihatkan beberapa contoh IC reader RFID yang terdapat di Indonesia.
Sebuah reader menggunakan antenanya sendiri untuk berkomunikasi dengan tag. Ketika reader memancarkan gelombang radio, seluruh tag yang dirancang pada 6 frekuensi tersebut serta berada pada rentang bacanya akan memberikan respon. Sebuah reader juga dapat berkomunikasi dengan tag tanpa line of sight langsung, tergantung kepada frekuensi radio dan tipe tag (aktif, pasif atau semipasif) yang digunakan. Reader dapat memproses banyak item sekaligus. Menurut bentuknya, reader dapat berupa reader bergerak seperti peralatan genggam, atau stasioner seperti peralatan point of sale di supermarket. Reader dibedakan berdasarkan kapasitas penyimpanannya, kemampuan pemrosesannya, serta frekuensi yang dapat dibacanya.
2.1.2 Frekuensi Radio sebagai Karakteristik Operasi Sistem RFID
Pemilihan frekuensi radio merupakan kunci karakteristik operasi sistem RFID. Secara umum tingginya frekuensi mengindikasikan jauhnya jarak baca. Frekuensi yang lebih tinggi mengindikasikan jarak baca yang lebih jauh. Pemilihan tipe frekuensi juga dapat ditentukan oleh tipe aplikasinya. Aplikasi tertentu lebih cocok untuk salah satu tipe frekuensi dibandingkan dengan tipe lainnya karena gelombang radio memiliki perilaku yang berbeda-beda menurut frekuensinya. Sebagai contoh, gelombang LF memiliki kemampuan penetrasi terhadap dinding tembok yang lebih baik dibandingkan dengan gelombang dengan frekuensi yang lebih tinggi, tetapi frekuensi yang lebih tinggi memiliki laju data (data rate) yang lebih cepat.
berjarak pendek (short-range device) yang diizinkan oleh Federal ommunications Commission (FCC). Peralatan yang beroperasi pada bandwidth ini tidak menyebabkan interferensi yang membahayakan dan harus menerima interferensi yang diterima. FCC juga mengatur batas daya spesifik yang berasosiasi dengan masing-masing frekuensi.
Berikut ini adalah empat frekuensi utama yang digunakan oleh sistem RFID. a) Band LF berkisar dari 125 KHz hingga 134 KHz. Band ini paling sesuai untuk
penggunaan jarak pendek (short-range) seperti sistem antipencurian, identifikasi hewan dan sistem kunci mobil.
b) Band HF beroperasi pada 13.56 MHz. Frekuensi ini memungkinkan akurasi yang lebih baik dalam jarak tiga kaki dan karena itu dapat mereduksi risiko kesalahan pembacaan tag. Sebagai konsekuensinya band ini lebih cocok untuk pembacaan pada tingkat item (item-level reading). Tag pasif dengan frekuensi 13.56 MHz dapat dibaca dengan laju 10 to 100 tag perdetik pada jarak tiga kaki atau kurang. Tag RFID HF digunakan untuk pelacakan barang-barang di perpustakaan, toko buku, kontrol akses gedung, pelacakan bagasi pesawat terbang, pelacakan item pakaian.
umumnya digunakan pada pelacakan kontainer, truk, trailer, terminal peti kemas.
d) Tag yang beroperasi pada frekuensi gelombang mikro, biasanya 2.45 GHz dan 5.8 GHz, mengalami lebih banyak pantulan gelombang radio dari obyek-obyek didekatnya yang dapat mengganggu kemampuan reader untuk berkomunikasi dengan tag. Tag RFID gelombang mikro biasanya digunakan untuk manajemen rantai supply.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2 Frekuensi RFID Yang Umum Beroperasi Pada Tag Pasif Gelombang Frekuensi Rentang dan laju baca
LF 125 Khz Dapat mencapai jarak ± 30 cm Kecepatan baca rendah
HF 13,56 Mhz Dapat mencapai jarak ± 90 cm Kecepatan baca sedang
UHF 860-930 Mhz Dapat mencapai jarak ± 4 meter Kecepatan baca tinggi
Gelombang mikro 2,45/5,8 Ghz Dapat mencapai jarak diatas 5 meter Kecepatan baca tinggi
2.2 Mikrokontroler AT89S52
Mikrokontroller tipe Atmel AT89S52 termasuk dalam keluarga MCS51
merupakan suatu mikrokomputer CMOS 8-bit dengan daya rendah, kemampuan
tinggi, memiliki 8K byte Flash Programable and Erasable Read Only Memory
(PEROM). Perangkat ini dibuat menggunakan teknologi memori non volatile
artinya tidak kehilangan data apabila kehilangan daya listrik. Set instruksi dan
AT89S52 adalah mikrokomputer yang sangat bagus dan fleksibel dengan harga
yang rendah untuk banyak aplikasi sistem kendali. Spesifikasi penting AT89S52 :
• kompatibel dengan keluarga mikrokontroler MCS51 sebelumnya
• 8 K Bytes In system Programmable (ISP) flash memori dengan kemampuan 1000 kali baca/tulis
• tegangan kerja 4-5.0V
• bekerja dengan rentang 0 – 33MHz
• 256x8 bit RAM internal
• 32 jalur I/0 dapat diprogram
• 3 buah 16 bit Timer/Counter
• 8 sumber interrupt
• mode pemrograman ISP yang fleksibel (Byte dan Page Mode)
2.2.1 Konfigurasi Mikrokontroller AT89S52
Mikrokontroller keluarga MCS51 memiliki port-port yang lebih banyak (40 port
I/O) dengan fungsi yang bisa saling menggantikan sehingga mikrokontroller jenis
ini menjadi sangat digemari karena hanya dalam sebuah chip sudah bisa
memenuhi banyak kebutuhan. Gambar 2.4 adalah gambar konfigurasi kaki-kaki
Gambar 2.4 Konfigurasi Pin Mikrokontroler AT89S52
2.2.1.1Port 0
Port 0 adalah port dua arah masukan/keluaran 8-bit saluran terbuka. Sebagai port
keluaran, tiap kaki dapat menerima masukan TTL. Ketika logika 1 dimasukkan ke
kaki-kaki port 0, kaki-kaki dapat digunakan sebagai masukan impedansi tinggi.
Port 0 juga dapat diatur sebagai bus alamat/data saat mengakses program dan data
dari memori luar. Pada mode ini port 0 memiliki pull-up internal. Port 0 juga
menerima byte-byte kode saat pemprograman Flash dan mengeluarkan byte kode
saat verifikasi. Pull-up eksternal diperlukan saat memverifikasi program.
2.2.1.2Port 1
Port 1 adalah port dua arah masukan/keluaran 8-bit dengan pull-up internal.
Sebagai tambahan, P1.0 dan P1.1 dapat diatur sebagai pewaktu/ pencacah-2
(P1.1/T2EX). Port 1 juga menerima byte-byte alamat saat pemrograman dan
verifikasi flash.
2.2.1.3Port 2
Port 2 adalah port masukan/keluaran dua arah 8-bit dengan internal pull-up. Port 2
juga menerima bit-bit alamat dan beberapa sinyal kendali saat pemrograman dan
verifikasi flash.
2.2.1.4Port 3
Port 3 adalah port masukan/keluaran dua arah 8-bit dengan internal pull-up. Port 3
juga menyediakan fasilitas berbagai fungsi khusus dari AT89S52. Port 3 juga
menerima beberapa sinyal kendali saat pemrograman dan verifikasi flash.
2.2.1.5RST (Reset)
Masukan tinggi pada kaki ini selama dua siklus instruksi mesin akan me-reset
perangkat.
2.2.1.6ALE/ PROG (Address Latch Enable)
ALE adalah pulsa keluaran untuk mengunci bit rendah dari alamat saat mengakses
memori eksternal. Kaki ini juga digunakan sebagai masukan pulsa ( PROG ) saat
pemprograman Flash. Pada operasi biasa, ALE mengeluarkan rata-rata 1/6 kali
frekuensi osilator dan mungkin digunakan sebagai pewaktu atau denyut.
2.2.1.7PSEN (Program Store Enable)
PSEN adalah strobe pembacaan program pada memori eksternal. Ketika
dua kali setiap siklus instruksi mesin, kecuali bahwa dua aktifasi PSEN diabaikan
setiap mengakses data memori eksternal.
2.2.1.8EA / Vpp (External Access Enable)
EA harus dihubungkan ke GND supaya memfungsikan perangkat untuk
mengambil kode program dari lokasi memori eksternal dimulai dari 0000H hingga
FFFFH.
Mikrokontroler S-series (AT89S5x) maupun C-series (AT89C5x) memiliki
konfigurasi pin yang tidak jauh berbeda. Yang membedakan adalah cara pengisian
program (flash programming). Pada mikrokontroler AT89S5x terdapat fasilitas ISP (In System Programming), artinya mikrokontroler ini mampu diprogram meskipun dalam kondiasi bekerja. Letak perbedaan pada hardware adalah adanya MOSI, MOSI, dan SCK. Pin ini berguna saat flash programming. Adapun fungsi dari pin-pin yang lain, fungsinya sama seperti pada seri sebelumnya. Konfigurasi secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 2.3 di bawah ini.
Tabel 2.3 Nama dan Fungsi Pin Mikrokontroler
Pin Nama Alternatif Keterangan
1…8 Port 1 (P1.0…P1.7)
Sebagai port I/0 biasa, mempunyai internal pull up dan berfungsi sebagai input dengan memberikan logika 1. Terdapat pin MISO, MOSI, SCK
9 RST Reset aktif dengan logika 1 minimal 2 siklus
10…17 Port 3 (P3.0…P3.7)
Sebagai I/O biasa, namun juga mempunyai fungsi khusus
16 P3.6 WR External data memory write strobe
Port 0 sebagai I/0 biasa, atau sebagai high order address, pada saat mengakakses memori eksternal.
29 PSEN Pin ini berfungsi pada saat
mengeksekusi program yang terletak pada memori eksternal. PSEN akan aktif dua kali
setiap siklus.
30 ALE PROG Pin ini dapat berfungsi sebagai Address Latch Enable (ALE) yang me-latchlow byte address pada saat mengakses memori eksternal. Sedangkan pada saat Flash Programming (PROG) berfungsi sebagai pulsa masukan.
Pada operasi normal ALE akan mengeluarkan sinyal clock sebesar 1/16 frekwensi oscillator kecuali pada saat mengakses memori eksternal.
Sinyal clock pada pin ini dapat pula didisable dengan men-set bit 0 dari Special Function Register di alamat 8EH. ALE hanya akan aktif pada saat mengakses memori eksternal (MOVX & MOVC)
31 EA VPP Pada kondisi low maka pin ini akan berfungsi sebagai EA yaitu mikrokontroler akan menjalankan program yang ada pada memori eksternal setelah sistem direset. Apabila berkondisi high maka pin ini akan berfungsi untuk menjalankan program yang ada pada memori internal.
32…39 Port 0 (P0.0…P0.7)
Port 0 dapat berfungsi sebagai I/0 biasa, juga bisa sebagai alamat rendah dan bus data untuk memori eksternal
2.2.2 Data Memori
AT89S51/52 mempunyai memori yang disebut sebagai memori data internal. Memori data internal terdiri dari RAM internal sebesar 128 byte dengan alamat 00H-7FH yang dapat diakses menggunakan RAM address register. RAM internal ini terdiri dari register banks dengan 8 buah register (R0-R7). Memori lain yaitu 21 buah special function register dimulai dari alamat 80H-FFH. Jika diperlukan, memori data eksternal untuk menyimpan variabel yang ditentukan oleh user dapat ditambah berupa IC RAM atau ROM maksimal sebesar 64KB.
AT89S52 menggunakan 256 bytes RAM dimana 128 bytes bagian atas menempati alamat parallel ke special function register (SFR). Artinya 128 bagian atas mempunyai alamat yang sama dengan SFR namun secara fisik terpisah dari SFR. Ketika instruksi mengakses lokasi internal diatas 7FH, mode alamat yang digunakan pada instruksi menentukan apakah CPU mengakses 128 btyes atas atau SFR. Instruksi yang menggunakan pengalamatan langsung akan mengakses ruang SFR.
Seperti terlihat dalam denah memori-data Gambar 2.5, memori-data dibagi menjadi dua bagian, memori nomor $00 sampai $7F merupakan memori seperti RAM selayaknya meskipun beberapa bagian mempunyai kegunaan khusus, sedangkan memori nomor $80 sampai $FF dipakai sangat khusus yang dinamakan sebagai Special Function Register (SFR). Memori-data nomor $00 sampai $7F bisa dipakai sebagai memori penyimpan data biasa, dibagi menjadi 3 bagian:
a. memori nomor $00 sampai $18 selain sebagai memori-data biasa, bisa pula dipakai sebagai Register Serba Guna (General Purpose Register) b. memori nomor $20 sampai $2F selain sebagai memori-data biasa, bisa
dipakai untuk menyimpan informasi dalam level bit
c. memori nomor $30 sampai $7F (sebanyak 80 byte) merupakan memori-data biasa, bisa dipakai untuk menyimpan memori-data maupun dipakai sebagai stack.
Sebagai perbandingan kapasitas memori, Tabel 2.4 menampilkan kapasitas memori dari mikrokontroler seri AT89X.
Tabel 2.4 Kapasitas Memory Mikrokontroller Seri AT89X
Tipe RAM Flash Memori EEPROM
AT89C51/ AT89S51 8 X 128 byte 4 Kbyte Tidak AT89C52/ AT89S52 8 X 256 byte 8 Kbyte Tidak AT89C55 8 X 256 byte 20 Kbyte Tidak AT89S53 8 X 256 byte 12 Kbyte Tidak AT89S8252 8 X 256 byte 8 Kbyte 2 Kbyte
2.2.3 Special Function Register (SFR)
keluarga MCS51 yang dipakai untuk mengatur perilaku MCS51 dalam hal-hal khusus, misalnya tempat untuk berhubungan dengan port paralel P1 atau P3, dan sarana input/output lainnya, tapi tidak umum dipakai untuk menyimpan data seperti layaknya memori data. Register khusus SFR dalam port 0 berada di alamat 80h, port 1 di alamat 90h, port 2 di alamat A0h dan P3 di alamat B0h.
2.2.4 Register Serba Guna
Register Serba Guna (General Purpose Register) menempati memori-data nomor $00 sampai $18, memori sebanyak 32 byte ini dikelompokkan menjadi empat kelompok register (Register Bank), 8 byte memori dari masing-masing kelompok itu dikenali sebagai register 0, register 1 sampai register 7. Dalam penulisan program, memori-memori ini bisa langsung disebut sebagai R0, R1, R2, R3, R4, R5, R6 dan R7, tidak lagi dengan nomor memori. Dengan cara ini instruksi yang terbentuk bisa lebih sederhana dan bekerja lebih cepat. Pengertian ini bisa diperjelas dengan contoh 2 instruksi berikut :
MOV A, #04H MOV A, R4
Empat kelompok register serba guna itu tidak dapat dipakai secara bersamaan, saat setelah reset yang aktif dipakai adalah kelompok register 0 (Register Bank 0). Kalau yang diaktifkan adalah kelompok register 1, maka yang dianggap sebagai R0 bukan lagi memori data nomor 0 melainkan memori data nomor 8, demikian pula kalau yang diaktifkan kelompok register 3 maka memori data nomor 18h yang menjadi R0. Kelompok register yang aktif dipilih dengan cara mengatur bit RS0 dan RS1 yang ada di dalam register PSW (Program Status Word).
2.2.5 Register Dasar MCS51
Untuk keperluan penulisan program, setiap mikroprosesor/mikrokontroler selalu dilengkapi dengan register dasar. Ada beberapa macam register yaitu register baku yang bisa dijumpai disemua jenis mikroprosesor/ mikrokontroler dan register yang spesifik pada masing-masing prosesor.
Yang termasuk register baku antara lain program counter, akumulator, stack pointer register, dan program status register. MCS51 mempunyai semua register baku ini. Kemudian sebagai register yang khas dari MCS51 antara lain adalah register B, Data Pointer High Byte dan Data Pointer Low Byte. Di samping itu, MCS51 masih mempunyai Register Serba Guna R0..R7 yang sudah disebut dibagian atas.
Dalam mikroprosesor/mikrokontroler yang lain, register-register dasar biasanya ditempatkan ditempat tersendiri dalam inti prosesor, tapi dalam MCS51 register-register itu ditempatkan secara terpisah.
• Register serba guna R0..R7 ditempatkan di salah satu bagian dari memori-data
• Register lainnya ditempatkan dalam Special Function Register (SFR).
Gambar 2.6 Susunan Register Dasar MCS51
2.2.5.1Program Counter
Program Counter (PC) dalam AT89S5x merupakan register dengan kapasitas 16 bit. Di dalam PC dicatat nomor memori-program yang menyimpan instruksi berikutnya yang akan diambil (fetch) sebagai instruksi untuk dikerjakan (execute). Saat setelah reset PC bernilai 0000h, berarti MCS51 akan segera mengambil isi memori-program nomor 0 sebagai instruksi. Nilai PC otomatis bertambah 1 setelah prosesor mengambil instruksi 1 byte. Ada instruksi yang hanya 1 byte, ada instruksi yang sampai 4 byte, dengan demikian pertambahan nilai PC setelah menjalankan instruksi, tergantung pada jumlah byte instruksi bersangkutan.
2.2.5.2Akumulator
yang paling banyak kegunaannya, lebih dari setengah instruksi-instruksi MCS51 melibatkan Akumulator.
2.2.5.3Stack Pointer Register
Salah satu bagian dari memori data dipakai sebagai stack, yaitu tempat yang dipakai untuk menyimpan sementara nilai PC sebelum prosesor menjalankan sub-rutin, nilai tersebut akan diambil kembali dari stack dan dikembalikan ke PC saat prosesor selesai menjalankan sub-rutin. Stack Pointer Register adalah register yang berfungsi untuk mengatur kerja stack, dalam Stack Pointer Register disimpan nomor memori data yang dipakai untuk operasi stack berikutnya.
2.2.5.4Program Status Word
Program Status Word (PSW) berfungsi mencatat kondisi prosesor setelah melaksanakan instruksi.
2.2.5.5Register B
Register B merupakan register dengan kapasitas 8 bit, merupakan register pembantu akumulator saat menjalankan instruk perkalian dan pembagian.
2.2.5.6DPH dan DPL
2.2.6 Timer dan Counter
Pada dasarnya sarana input yang satu ini merupakan seperangkat pencacah biner (binary counter) yang terhubung langsung ke saluran data mikrokontroler, sehingga mikrokontroler bisa membaca kedudukan pancacah. Seperti layaknya pencacah biner, apabila sinyal denyut (clock) yang diumpankan sudah melebihi kapasitas pencacah, maka pada bagian akhir untaian pencacah akan timbul sinyal limpahan. Sinyal ini merupakan suatu hal yang penting sekali dalam pemakaian pencacah. Terjadinya limpahan pencacah ini dicatat dalam sebuah flip-flop tersendiri. Di samping itu, sinyal denyut yang diumpankan ke pencacah harus dapat dikendalikan dengan mudah.
Gambar 2.7 Konsep Dasar Timer/Counter Sebagai Sarana Input
tersebut bekerja sebagai counter, karena kedudukan pencacah tersebut hanyalah menyatakan banyaknya pulsa yang sudah diterima pencacah.
2.2.6.1Sarana Timer dalam MCS51
Keluarga mikrokontroler MCS51, misalnya AT89S51 dan AT89x051, dilengkapi dengan dua perangkat timer, masing-masing dinamakan sebagai timer 0 dan timer 1. Sedangkan untuk jenis yang lebih besar, misalnya AT89S52, mempunyai tambahan satu perangkat timer/counter lagi yang dinamakan sebagai timer 2. Perangkat timer/counter tersebut merupakan perangkat keras yang menjadi satu dalam chip mikrokontroler MCS51. Bagi pemakai mikrokontroler MCS51 perangkat tersebut dikenal sebagai SFR (Special Function Register) yang berkedudukan sebagai memori data internal.
2.2.6.2Register Pengatur Timer
Register TMOD dan register TCON merupakan register pembantu untuk mengatur kerja timer 0 dan timer 1. Kedua register ini dipakai bersama oleh timer 0 dan timer 1.
Gambar 2.8 Denah Susunan Bit Pada Register TMOD
sampai 7 register TMODE (TMOD bit 4 .. TMOD bit 7) dipakai untuk mengatur timer 1, pemakaiannya sebagai berikut :
• bit M0/M1 dipakai untuk menentukan mode timer seperti yang terlihat dalam Tabel 2.5 di bawah ini.
Tabel 2.5 Penentuan Mode Timer
M1 M0 Mode
0 0 0 0 1 1 1 0 2 1 1 3
Jika bit pada M1 = M0 = 0 maka, mode timer yang digunakan adalah mode 0. Sedangkan jika M1 dan M0 = 1, maka yang digunakan adalah mode 3. Begitu selanjutnya seperti yang terlihat pada Tabel 2.3 di atas
• bit C/T* dipakai untuk mengatur sumber sinyal denyut yang diumpankan ke pencacah biner. Jika C/T*=0 sinyal denyut diperoleh dari osilator kristal yang frekuensinya sudah dibagi 12, sedangkan jika C/T*=1 maka sinyal denyut diperoleh dari kaki T0 (untuk Timer 0) atau kaki T1 (untuk Timer 1)
Gambar 2.9 Denah Susunan Bit Pada Register TCON
Register TCON dibagi menjadi dua bagian, 4 bit pertama (bit 0 .. bit 3, bagian yang diarsir dalam Gambar 2.9) dipakai untuk keperluan mengatur kaki INT0 dan INT1. Sisa 4 bit dari register TCON (bit 4...bit 7) dibagi menjadi dua bagian secara simetris yang dipakai untuk mengatur timer 0 atau timer 1, yaitu sebagai berikut :
• bit TFx (maksudnya adalah TF0 atau TF1) merupakan bit penampung limpahan. TFx akan menjadi ‘1’ setiap kali pencacah biner yang terhubung padanya melimpah (kedudukan pencacah berubah dari $FFFF kembali menjadi $0000). Bit TFx di-nol-kan dengan istruksi CLR TF0 atau CLR TF1. Jika sarana interupsi dari Timer 0/Timer 1 dipakai, TRx di-nol-kan saat MCS51 menjalankan rutin layanan interupsi ISR (Interupt Service Routine)
2.3 Bahasa Pemrograman C
Bahasa C merupakan salah satu bahasa pemrograman yang sangat populer di mata para pakar dunia komputer, terutama di kalangan pendidikan, karena bahasa C dianggap sebagai bahasa yang memiliki banyak keunnggulan dibanding bahasa yang lain. Dilihat dari sisi sintaksnya Bahasa C sangat mudah dipelajari baik bagi kalangan pelajar/mahasiswa maupun kalangan masyarakat umum, dan dari segi kecepatan Bahasa C sangat tangguh karena bisa berjalan secepat bahasa tingkat rendah (rakitan). Karena keunggulannya tersebut, bahasa C dipakai sebagai mata kuliah wajib hampir di seluruh perguruan tinggi di dunia.
Bahasa pemrograman tingkat tinggi lebih berorientasi kepada manusia yaitu bagaimana agar pernyataan-pernyataan yang ada dalam program mudah ditulis dan dimengerti oleh manusia. Sedangkan bahasa tingkat rendah lebih berorientasi ke mesin, yaitu bagaimana agar mesin dapat langsung mengintepretasikan pernyataan-pernyataan program.
2.3.1 Struktur Dasar Bahasa C 2.3.1.1 Tipe Data
Dalam bahasa C terdapat lima tipe data dasar seperti yang terlihat pada Tabel 2.6 berikut ini.
Tabel 2.6 Tipe Data Dasar Pada Bahasa C
No. Tipe data Ukuran Range (jangkauan) Format Keterangan 1. Char 1 byte -128 s/d 127 %c Karakter
Konstanta merupakan suatu nilai yang tidak dapat diubah selama proses program berlangsung. Konstanta nilainya selalu tetap. Konstanta harus didefinisikan terlebih dahulu di awal program. Konstanta dapat bernilai integer, pecahan, karakter dan string.
2.3.1.3 Variabel
Variabel adalah suatu pengenal (identifier) yang digunakan untuk mewakili suatu nilai tertentu di dalam proses program. Berbeda dengan konstanta yang nilainya selalu tetap, nilai dari suatu variable bisa diubah-ubah sesuai kebutuhan. Nama dari suatu variable dapat ditentukan sendiri oleh pemrogram dengan aturan sebagai berikut.
• Terdiri dari gabungan huruf dan angka dengan karakter pertama harus berupa huruf. Bahasa C bersifat case-sensitive artinya huruf besar dan kecil dianggap berbeda. Jadi antara nim, NIM dan Nim dianggap berbeda.
• Tidak boleh mengandung symbol-simbol khusus, kecuali garis bawah (underscore). Yang termasuk symbol khusus yang tidak diperbolehkan antara lain : $, ?, %, #, !, &, *, (, ), -, +, =, dsb
• Panjangnya bebas, tetapi hanya 32 karakter pertama yang terpakai.
2.3.1.4 Deklarasi
Deklarasi diperlukan bila kita akan menggunakan pengenal (identifier) dalam program. Identifier dapat berupa variable, konstanta dan fungsi.
a. Deklarasi Variabel
Bentuk umum pendeklarasian suatu variable adalah : Nama_tipe nama_variabel;
Contoh :
int x; // Deklarasi x bertipe integer char y, huruf, nim[10]; // Deklarasi variable bertipe char float nilai; // Deklarasi variable bertipe float double beta; // Deklarasi variable bertipe double int array[5][4]; // Deklarasi array bertipe integer char *p; // Deklarasi pointer p bertipe char b. Deklarasi Konstanta
Dalam bahasa C konstanta dideklarasikan menggunakan preprocessor #define. Contohnya :
#define PHI 3.14
c. Deklarasi Fungsi
Fungsi merupakan bagian yang terpisah dari program dan dapat diaktifkan atau dipanggil di manapun di dalam program. Fungsi dalam bahasa C ada yang sudah disediakan sebagai fungsi pustaka seperti printf(), scanf(), getch() dan untuk menggunakannya tidak perlu dideklarasikan. Fungsi yang perlu dideklarasikan terlebih dahulu adalah fungsi yang dibuat oleh programmer. Bentuk umum deklarasi sebuah fungsi adalah :
Tipe_fungsi nama_fungsi (parameter_fungsi); Contohnya :
float luas_lingkaran(int jari); void tampil();
int tambah(int x, int y);
2.3.1.5 Komentar Program
Komentar program hanya diperlukan untuk memudahkan pembacaan dan pemahaman suatu program (untuk keperluan dokumentasi program). Dengan kata lain, komentar program hanya merupakan keterangan atau penjelasan program. Untuk memberikan komentar atau penjelasan dalam bahasa C digunakan pembatas /* dan */ atau menggunakan tanda // untuk komentar yang hanya terdiri dari satu baris. Komentar program tidak akan ikut diproses dalam program (akan diabaikan).
Contoh penulisan komentar : #include “stdio.h” #include “conio.h” void main()
clrscr(); /* Ini untuk membersihkan layar tampilan */
Operator Penugasan (Assignment operator) dalam bahasa C berupa tanda sama dengan (“=”). Contoh :
nilai = 80; A = x * y;
Artinya : variable “nilai” diisi dengan 80 dan variable “A” diisi dengan hasil perkalian antara x dan y.
b. Operator Aritmatika
Bahasa C menyediakan lima operator aritmatika, yaitu :
• Bintang ( * ) : untuk perkalian
• Garis Miring ( / ) : untuk pembagian
• Persen ( % ) : untuk sisa pembagian (modulus)
• Tambah ( + ) : untuk pertambahan
• Kurang ( - ) : untuk pengurangan
Catatan : operator % digunakan untuk mencari sisa pembagian antara dua bilangan.
Misalnya :
c. Operator Hubungan (Perbandingan)
Operator Hubungan digunakan untuk membandingkan hubungan antara dua buah operand, sebuah nilai atau variable. Operator hubungan dalam bahasa C dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut ini.
Tabel 2.7 Operator Hubungan Yang Terdapat Pada Bahasa C Operator Arti
< Kurang dari
<= Kurang dari sama dengan
> Lebih dari
>= Lebih dari sama dengan
== Sama dengan
!= Tidak sama dengan
d. Operator Logika
Jika operator hubungan membandingkan hubungan antara dua buah operand, maka operator logika digunakan untuk membandingkan logika hasil dari operator operator hubungan. Operator logika ada tiga macam, yaitu :
• && : Logika AND (dan)
• || : Logika OR (atau)
• ! : Logika NOT (ingkaran)
e. Operator Bitwise
Operator bitwise digunakan untuk memanipulasi bit-bit dari nilai data yang ada di memori. Operator bitwise dalam bahasa C :
• << : Pergeseran bit ke kiri
• >> : Pergeseran bit ke kanan
• & : Bitwise AND
• | : Bitwise OR
• ~ : Bitwise NOT
2.3.2 Kelebihan dan Kelemahan Pemrograman Dengan Bahasa C 2.3.2.1 Kelebihan Pemrograman Dengan Bahasa C
Dibandingkan dengan bahasa pemrograman lain, pemrograman dengan bahasa C memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan tersebut diantaranya adalah.
• Bahasa C tersedia hampir di semua jenis computer.
• Kode bahasa C sifatnya adalah portable dan fleksibel untuk semua jenis computer.
• Bahasa C hanya menyediakan sedikit kata-kata kunci, hanya terdapat 32 kata kunci.
• Proses executable program bahasa C lebih cepat.
• Bahasa C termasuk bahasa tingkat menengah.
2.3.2.2 Kelemahan Pemrograman Dengan Bahasa C
Namun selain memiliki kelebihan, pemrograman dengan bahasa C juga memiliki kekurangan/kelemahan. Kelemahan tersebut diantaranya adalah.
• Banyaknya operator serta fleksibilitas penulisan program kadang-kadang membingungkan pemakai.
• Bagi pemula pada umumnya akan kesulitan menggunakan pointer.
2.4 Motor Stepper
(langkah). Satu putaran motor memerlukan 360 derajat dengan jumlah langkah yang tertentu perderajatnya. Ukuran kerja dari motor stepper biasanya diberikan dalam jumlah langkah perputaran perdetik. Motor stepper mempunyai kecepatan dan torsi yang rendah namun memiliki kontrol gerakan posisi yang cermat, hal ini dikarenakan motor stepper memiliki beberapa segment kutub kumparan.
Sistem kerja motor stepper adalah motor ini memiliki beberapa pin masukan yang menjadi kutub-kutub magnet didalam motor. Bila salah satu pin lebih tinggi dari pin seberang, pin itu akan mengaktifkan kutub didalam motor sebagai kutub utara, dan kutub seberang sebagai kutub selatan. Dengan adanya dua kutub ini, rotor didalam motor stepper yang memiliki kutub pemanen akan mengarah sesuai masukan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.10 berikut.
Gambar 2.10 Penampang Motor Stepper
2.4.1 Motor Stepper Unipolar
Motor stepper dengan tipe unipolar adalah motor stepper yang mempunyai 2 buah lilitan yang masing-masing lilitan ditengah-tengahnya diberikan sebuah tap seperti tampak pada Gambar 2.11 berikut.
Gambar 2.11 Penampang Motor Stepper Unipolar
Motor ini mempunyai step tiap 30° dan mempunyai dua buah liliatan yang didistribusikan berseberangan 180° di antara kutub pada stator. Sedangkan pada rotonya menggunakan magnet permanen yang berbentuk silinder dengan mempunyai 6 buah kutub, 3 kutub selatan dan 3 buah kutub utara. Sehingga dengan konstrusi seperti ini maka jika dibutuhkan ke presisian dari motor stepper yang lebih tinggi dibutuhkan pula kutub-kutub pada stator dan rotor yang semakin banyak pula.
dihentikan dan lilitan dua diberi arus maka rotor akan mengerak lagi menuju kutub-kutub ini. Sampai di sini rotor sudah berputar sampai 30° atau 1 step.
2.4.2 Motor Stepper Bipolar
Motor dengan tipe bipolar ini mempunyai konstruksi yang hampir sama dengan motor stepper tipe unipolar namun tidak terdapat tap pada lilitannya, seperti tampak pada Gambar 2.12 berikut.
Gambar 2.12 Penampang Motor Stepper Bipolar
Penggunaan motor dengan tipe bipolar ini membutuhkan rangkaian yang sedikit lebih rumit untuk mengatur agar motor ini dapat berputar dalam dua arah. Biasanya untuk menggerakkan motor stepper jenis ini membutuhkan sebuah driver motor yang sering dikenal sebagai H Bridge. Rangkaian ini akan menontrol tiap-tiap lilitan secara independen termasuk dengan polaritasnya untuk tiap-tiap lilitan.
Tabel 2.8 Mode Full Step Motor Stepper (a)
Fasa Kutub Proses
A B C D
1 ON OFF OFF OFF
2 OFF ON OFF OFF
3 OFF OFF ON OFF
4 OFF OFF OFF ON
Tabel 2.9 Mode Full Step Motor Stepper (b)
Fasa Kutub Proses
A B C D
1 ON ON OFF OFF
2 OFF ON ON OFF
3 OFF OFF ON ON
Tabel 2.10 Mode Half Step Motor Stepper
Fasa Kutub Proses
A B C D
1 ON OFF OFF OFF
2 ON ON OFF OFF
3 OFF ON OFF OFF
4 OFF ON ON ON
5 OFF OFF ON OFF
6 OFF OFF ON ON
7 OFF OFF OFF ON
2.5 Borland Delphi 7.0
Delphi adalah sebuah bahasa pemrograman visual di lingkungan windows (under windows) yang menggunakan bahasa Pascal sebagai compiler. Delphi pertama kali diperkenalkan kepada pengguna komputer pada tahun 1995. Dengan menggunakan Delphi kita dapat mempersingkat waktu pemrograman, karena tidak perlu lagi menuliskan kode program yang rumit dan panjang untuk menggambar, meletakkan dan mengatur komponen. Selain itu kita juga dapat menyusun aplikasi yang lebih interaktif karena Delphi menyediakan cukup banyak pilihan komponen interface aplikasi, antara lain berupa tombol menu, drop down, menu pop up, kotak text, radio button, check box, dan sebagainya.
Delphi 7.0, versi terbaru yang dikeluarkan oleh Borland, memiliki support yang sangat tinggi terhadap database-database yang sudah terkenal (seperti MS Accsses, Paradox, Foxpro, Dbase, Oracce, dan lain sebagainya), dan dilengkapi dengan objek-objek yang baru sehingga memudahkan pembuatan database maupun program lainnya (Game, Utility dan lainnya).
2.5.1 Tampilan Borland Delphi
2
4
5
6
Gambar 2.13 Tampilan Utama Dari Delphi
Dari gambar diatas dapat dilihat tampilan utama Delphi memiliki beberapa bagian yang dapat digunakan dalam pembuatan aplikasi. Berikut ini adalah penjelasan tentang bagian-bagian tersebut.
a. Menu Bar (pada gambar ditunjukkan oleh nomor 1)
Berisi tentang perintah-perintah yang dikelompokkan menjadi satu bagian (seperti File, Edit, dsb.). Perintah-perintah seperti New, Open, Save, dan lain sebagainya juga terdapat pada menu bar ini.
b. Tool Bar (pada gambar ditunjukkan oleh nomor 2)
bar ini hanya sebuah shortcut yang memudahkan kita dalam pembuatan aplikasi.
c. Component Palette (pada gambar ditunjukkan oleh nomor 3)
Component Palette berisi kumpulan objek yang siap untuk digunakan. Kita hanya perlu memilih objek apa yang akan digunakan kemudia meletakkannya pada Form Designer.
d. Form Designer (pada gambar ditunjukkan oleh nomor 4)
Form designer merupakan tempat meletakkan objek yang telah dipilih pada component palette. Disini kita dapat mendesain tampilan aplikasi yang akan kita buat.
e. Code Editor (pada gambar ditunjukkan oleh nomor 5)
Merupakan tempat untuk menuliskan perintah-perintah program. f. Object Inspentor (pada gambar ditunjukkan oleh nomor 6)
Berisikan tab properti dan tab even dari objek yang terdapat pada component palette. Tab properti berisikan properti dari objek seperti nama objek, ukuran objek, dan lain sebagainya. Sedangkan tab even berisikan perintah yang harus dijalankan oleh objek tersebut.
2.5.2 Kelebihan Dan Kelemahan Delphi 2.5.2.1Kelebihan Delphi
b. Dapat mengkompilasi menjadi single executable (file ber-extension *.exe) sehingga program yang dibuat dapat langsung didistribusikan dan dijalankan pada komputer lain tanpa perlu menyertakan file lain.
2.5.2.2Kelemahan Delphi
a. Borland menetapkan standar bahasa pada produknya sehingga software-software yang kompatibilitas harus mengikutinya.
PERANCANGAN SISTEM
Pada bab ini akan dibahas tentang fungsi komponen alat yang akan digunakan yang didalamnya memuat prinsip dan cara kerja alat, juga akan membahas tentang perancangan sistem. Perancangan sistem adalah tahap untuk merancang suatu sistem dengan mengkonfigurasikan komponen-komponen perangkat lunak dan perangkat keras sehingga menghasilkan suatu sistem yang baik.
3.1 Blok Diagram Sistem
Secara keseluruhan, blok diagram sistem RFID untuk aplikasi pinti tol otomatis dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini.
Gambar 3.1 Blok Diagram Sistem Aplikasi RFID Untuk Pintu Tol Otomatis
3.2 Perancangan Perangkat Keras (Hardware)
Perancangan perangkat keras ini terdiri dari perancangan rangkaian RFID, rangkaian mikrokontroler, rangkaian sumber tegangan, dan rangkaian motor stepper.
3.2.1 Rangkaian RFID
Rangkaian RFID berfungsi sebagai pemancar sinyal untuk tag RFID dan menerima data yang dikirimkan oleh tag RFID tersebut. Rangkaian ini tersusun atas sebuah IC reader, tiga buah resistor 1k ohm, sebuah transistor, dan sebuah LED atau beeper sebagai indikator. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.2 berikut.
Gambar 3.2 Rangkaian Reader RFID
Dalam rangkaian ini IC reader yang dipergunakan adalah IC reader ID-12 yang diproduksi oleh Innovations. Keluaran dari rangkaian ini akan dihubungkan dengan rangkaian mikrokontroler dengan memanfaatkan pin 9 (D0) sebagai keluaran dari rangkaian RFID.
3.2.2 Rangkaian Mikrokontroler
langsung dengan rangkaian alat lainnya. Rangkaian ini tersusun atas osilator kristal 11,0592 MHz yang berfungsi untuk membangkitkan pulsa internal dan dua buah kapasitor yang berfungsi untuk menstabilkan frekuensi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.3 berikut ini.
Gambar 3.3 Rangkaian Minimum Mikrokontroler
Pada IC mikrokontroler AT89S52 terdapat reset yang berfungsi untuk me-reset sistem sehingga proses bisa dijalankan mulai dari awal program lagi (alamat ROM 00H). Rangkaian reset dapat disusun dengan menggunakan sebuah kapasitor dan sebuah resistor yang dihubungkan dengan Vcc. Reset terjadi dengan memberikan logika satu selama minimal dua machine cycle pada kaki reset.
3.2.3 Rangkaian Catu Daya
stepdown, dioda bridge, IC regulator 7805, dan dua buah kapasitor 1000uF seperti yang terlihat pada Gambar 3.4 berikut.
Gambar 3.4 Rangkaian Catu Daya
Transformator stepdown berfungsi sebagai penurun tegangan AC dari jala-jala listrik PLN (220v/50Hz) menjadi tegangan yang lebih kecil seperti 5 volt, 9 volt, 12 volt atau 15 volt. Lilitan sekunder transformator dihubungkan dengan dioda bridge yang berfungsi sebagai penyearah gelombang penuh yang mengubah tegangan AC menjadi tegangan DC. Keluaran dari dioda bridge kemudian dihubungkan dengan IC regulator 7812 yang berfungsi sebagai penurun tegangan DC yang merubah tegangan keluarannya menjadi 12 volt DC. Setelah itu keluaran dari IC regulator 7812 dihubungkan lagi dengan IC regulator 7805 yang berfungsi untuk menurunkan tegangan menjadi 5 volt DC. Sedangkan kapasitor yang terletak diantara dioda bridge dengan IC regulator 7812 dan IC regulator 7805 berfungsi untuk mengurangi ripple agar tegangan keluaran yang dihasilkan nilainya lebih stabil. Semakin besar nilai kapasitor yang digunakan, maka akan semakin stabil tegangan yang dihasilkan.
3.2.4 Rangkaian Motor Stepper
stepper unipolar dan sebuah driver seperti yang terlihat pada Gambar 3.5 berikut ini.
Gambar 3.5 Rangkaian Motor Stepper dan Driver
Driver yang digunakan dalam rangkaian ini adalah IC ULN2003A yang didalamnya terdapat tujuh buah rangkaian Darlington. Rangkaian Darlington ini tersusun atas dua buah transistor dan berfungsi sebagai penguat arus. Arus maksimal yang dapat dihasilkan oleh IC ULN2003A adalah sebesar 500mA. Pin-pin masukan driver ini dihubungkan dengan rangkaian mikrokontroler.
3.2.5 Rangkaian RS232 Converter
Gambar 3.6 Rangkaian RS232 Converter
Rangkaian RS232 converter ini memanfaatkan sebuah IC MAX232. Komunikasi MAX232 dengan mikrokontroler dilakukan dengan menghubungkan kaki RxD mikrokontroler (pin 10) dengan kaki R1out MAX232 (pin 12) dan dengan menghubungkan kaki TxD mikrokontroler (pin 11) dengan kaki T1in MAX232 (pin 11). Sedangkan komunikasi antara komputer dengan MAX232 dilakukan dengan menghubungkan pin 14 MAX232 dengan pin TxD dari DB9 (pin 2) dan menghubungkan ground DB9 (pin 5) dengan ground rangkaian.
3.3 Perancangan Perangkat Lunak (Software)
3.3.1 Flowchart Program
Flowchart program menjelaskan tentang program utama yang akan dijalankan oleh mikrokontroler. Flowchart program ditunjukkan oleh Gambar 3.7 berikut ini.
Ketika program pertama kali dijalankan, mikrokontroler akan menginisialisai port serial yang akan digunakan untuk menerima data yang terkirim oleh RFID reader. Kemudian apabila port tersebut mendapat masukan dari reader, maka program akan mengambil data yang masuk dan menyimpannya pada SBUF (Serial Buffer). Setelah itu progam akan mengirim data ke komputer dan mencocokkan data tersebut. Apabila data cocok, maka program akan memberikan masukan untuk motor stepper sehingga motor stepper tersebut aktif dalam beberapa saat.
3.3.2 Program Inisialisasi Serial
Sebelum mikrokontroler dapat menerima data dari RFID reader, maka harus dilakukan penginisialisasian port terlebih dahulu. Berikut ini adalah program utuk melakukan penginisialisasian port mikrokontroler.
void InisialisasiSerial() {
SCON = 0x50; //serial control
3.3.3 Program Terima Data
Setelah dilakukan inisialisasi serial, maka komunikasi antara RFID reader dengan mikrokontroler dapat dilakukan. Berikut ini adalah program untuk menerima data serial dari RFID reader.
char TerimaData() {
3.3.4 Program Kirim Data
Setelah dilakukan penginisialisasian port mikrokontroler dan data telah diterima, maka instruksi selanjutnya adalah mengirimkan data tersebut ke komputer untuk dicocokkan. Berikut adalah perintah untuk mengirimkan data ke komputer.
void KirimData(unsigned char x) {
while (TI !=1) {;}
TI = 0;
SBUF = x; //serial data buffer
}
3.3.5 Program Untuk Menggerakkan Motor Stepper
3.3.6 Program Waktu Tunda (Delay)
Program waktu tunda atau delay digunakan untuk melakukan penundaan waktu sebelum instruksi selanjutnya dijalankan. Berikut ini adalah program untuk melakukan penundaan waktu selama 1 detik.
void delay(int m){
int i,j;
for (i=1;i<m;i++){
for (j=1;j<1000;j++){;} }
}
3.4 Perancangan Tampilan Pada Delphi
Setelah data berhasil diterima oleh mikrokontroler, mikrokontroler kemudian mengirimkan data tersebut ke komputer untuk dicocokan dan ditampilkan. Berikut ini adalah gambar tampilan program pada komputer dengan menggunakan software Delphi 7.
Gambar 3.8 di atas merupakan tampilan utama program pada komputer. Tampilan tersebut digunakan untuk menampilkan informasi dari pemilik kendaraan. Penjelasan dari tampilan di atas dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1 Penjelasan Dari Tampilan Program
Nama Keterangan Nomor Id Menampilkan nomor seri dari tag RFID
Nama Menampilkan nama pemilik kendaraan Alamat Menampilkan alamat pemilik kendaraan
No. Rekening Menampilkan nomor rekening pemilik kendaraan yang akan dikirimkan tagihan pembayaran jasa penggunaan jalan tol
Bank Menampilkan nama bank yang digunakan pemilik kendaraan
Tanggal Menampilkan tanggal ketika pemilik kendaraan melewati reader RFID
Waktu Menampilkan waktu ketika pemilik kendaraan meleati reader RFID
Port Memilih port mana yang akan digunakan dalam komunikasi serial dengan mikrokontroler
Tombol Connect Mengkoneksikan komputer dengan mikrokontroler dengan memilih port terlebih dahulu
Tombol disconnect Memutus koneksi antara komputer dengan mikrokontroler
Tombol exit Keluar dari aplikasi
Agar program dapat berjalan dengan baik dan benar, maka harus dimasukkan suatu perintah-perintah program pada Delphi. Berikut ini adalah perintah-perintah program yang digunakan.
a. Perintah untuk melakukan koneksi dengan mikrokontroler dan menampilkan datanya pada textbox Nomor Id.
procedure TForm1.ComPort1RxChar(Sender: TObject; Count: Integer);
var
str : string;
comport1.ReadStr(str, count);
no_id.Text := no_id.Text + str;
end;
b. Perintah untuk menampilkan data pemilik kendaraan
procedure TForm1.no_idChange(Sender: TObject);
begin
c. Perintah untuk menampilkan tanggal
tgl.Text:=formatdatetime ('dd mmmm yyyy', now);
d. Perintah untuk menampilkan waktu
waktu.Text:=formatdatetime ('hh:nn:ss', now);
e. Perintah untuk mengkoneksikan komputer dengan rangkaian mikrokontroler
comport1.Port:=pil_port.Text;
comport1.Connected:=true;
f. Perintah untuk memutuskan koneksi komputer dengan mikrokontroler
comport1.Connected:=false;
g. Perintah untuk keluar dari aplikasi
PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM
Bab ini berisi tentang pengujian dan analisa sistem. Pengujian sistem dilakukan
untuk mengetahui apakah rangkaian-rangkaian yang terdapat pada sistem
berfungsi dengan baik atau tidak sehingga dapat nantinya sistem dapat berjalan
dengan baik. Sedangkan analisa sistem dilakukan untuk mengetahui apakah
sistem sudah berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak.
4.1 Pengujian Sistem
Pengujian sistem terdiri dari pengujian rangkaian catu daya, rangkaian RFID,
rangkaian mikrokontroler, dan rangkaian motor stepper.
4.1.1 Pengujian Rangkaian Catu Daya
Pengujian rangkaian catu daya dilakukan dengan menggunakan voltmeter.
Pemasangan voltmeter dapat dilihat pada Gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Pengujian Rangkaian Catu Daya
Setelah dilakukan pengujian, rangkaian catu daya ini dikatakan baik karena
keluaran dari IC LM7812 memiliki tegangan sebesar 12 volt DC dan keluaran dari
IC LM7805 memiliki tegangan sebesar 5 volt seperti yang terlihat pada Gambar
4.2 berikut.
Gambar 4.2 Hasil Pengukuran Keluaran Rangkaian Catu Daya
Pin keluaran dari rangkaian catu daya ini kemudian dihubungkan dengan
rangkaian lainnya, setelah itu diukur apakah rangkaian-rangkaian tersebut sudah
mendapatkan suplai tegangan sebesar 12 volt dan 5 volt DC atau belum. Jika
sudah, maka rangkaian-rangkaian tersebut telah siap untuk dipergunakan.
4.1.2 Pengujian Rangkaian Mikrokontroler
Pengujian rangkaian mikrokontroler dilakukan dengan membuat suatu program
sederhana yang akan memberikan logika high dan logika low pada pin-pin IC
mikrokontroler. Berikut ini adalah listing programnya.
Org 00h
Loop:
Mov P0,#0F0h
Mov P1,#0F0h
Mov P2,#0F0h
Mov P3,#0F0h
Sjmp Loop
Setelah pin pada IC mikrokontroler diberikan logika high, tegangan pada
pin-pin tersebut diukur menggunakan voltmeter dan hasilnya pin-pin-pin-pin tersebut
memiliki tegangan sebesar 4,98 volt DC seperti yang terlihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Hasil Pengukuran Pin Mikrokontroler Yang Diberikan Logika High
Pin-pin mikrokontroler yang diberikan logika low juga diukur menggunakan
voltmeter dan hasilnya pin-pin tersebut memiliki tegangan sebesar 0 volt.
Pengujian juga dilakukan dengan membuat suatu program running LED
sederhana. Setelah program dimasukkan kedalam IC mikrokontroler,
mikrokontroler dapat menjalankan program tersebut dengan benar. Dengan
demikian, maka rangkaian mikrokontroler ini dapat baik dan dapat dipergunakan
dengan semestinya.
4.1.3 Pengujian Rangkaian RFID
Pengujian rangkaian RFID dilakukan dalam berbagai tahap. Setelah dipastikan
rangkaian reader RFID telah mendapatkan suplai tegangan sebesar 5 volt DC,
maka pengujian pertama dilakukan dengan melihat nomor seri yang terdapat
dalam tag RFID. Pengujian ini dilakukan dengan memanfaatkan hyper terminal
yang terdapat pada komputer. Nomor seri yang terdapat dalam tag RFID ini dapat
Gambar 4.4 Nomor Seri Yang Terdapat Dalam Tag RFID
Pengujian kedua dilakukan dengan mengukur keluaran pin 4 reader RFID yang
merupakan pin antena. Pengukuran pin 4 reader RFID ini menggunakan
oscilloscope karena keluaran dari pin 4 tersebut berupa frekuensi seperti yang
terlihat pada Gambar 4.4 dibawah ini.
Gambar 4.5 Hasil Pengukuran Pin 4 Reader RFID
Dari Gambar 4.4 diatas dapat diketahui bahwa keluaran dari pin 4 memiliki
frekuensi sebesar 125 kHz. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh persamaan berikut.
F = 1/T
F = 1/8μs
Besarnya nilai perioda (T) diperoleh dari Gambar 4.4 dimana time/div pada
oscilloscope diset pada nilai 2μs dan pada Gambar 4.4 dapat dilihat panjang
gelombangnya sebanyak 4 kotak. Jadi, besarnya nilai perioda dapat dihitung
menggunakan persamaan berikut.
T = 4 x 2μs
T = 8μs
Kemudian pengujian ketiga dilakukan dengan mengukur keluaran dari pin 8
reader RFID. Pengukuran pin 8 ini juga menggunakan oscilloscope. Pin 8 reader
RFID merupakan pin keluaran sehingga pin tersebut akan bernilai high ketika
reader menerima masukan yaitu ketika ada tag RFID yang didekatkan. Hasil
pengukuran pin 8 reader RFID dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut ini.
Gambar 4.6 Hasil Pengukuran Pin 8 Reader RFID
Pengujian selanjutnya dilakukan dengan menguji jarak baca dari reader RFID.
Ketika melakukan pengujian, tag diletakkan pada sisi depan, belakang, dan
samping dari reader dan tag berada dalam keadaan diam. Sedangkan penghalang
diletakkan dekat dengan tag. Setelah pengujian dilakukan, maka diperoleh data
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Jarak Baca RFID Dengan Posisi Tag Berada Pada Sisi Muka dan Belakang Reader
Jarak
Penghalang Tanpa
penghalang Kertas Kayu Besi/logam
1 cm Baik Baik Baik -
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Jarak Baca RFID Dengan Posisi Tag Berada Pada Sisi Samping Reader
Jarak
Penghalang Tanpa
penghalang Kertas Kayu Besi/logam
1 cm Baik Baik Baik -
2 cm Baik Baik Baik -
3 cm Baik Baik Baik -
4 cm - - - -
5 cm - - - -
Pengujian selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap pengaruh kecepatan
terhadap pembacaan RFID. Dalam percobaan ini posisi tag berada pada sisi depan
reader dengan jarak ± 1 cm dan penghalang berada dekat dengan tag. Hasil