• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUMBANGAN PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENGRAJIN KAIN SONGKET TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TANJUNG PINANG 1 KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN TAHUN 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SUMBANGAN PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENGRAJIN KAIN SONGKET TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA TANJUNG PINANG 1 KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR SUMATERA SELATAN TAHUN 2008"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

SUMBANGAN PENDAPATAN IBU RUMAH TANGGA PENGRAJIN KAIN SONGKET TERHADAP TOTAL PENDAPATAN RUMAH

TANGGA DI DESA TANJUNG PINANG 1 KECAMATAN TANJUNG BATU KABUPATEN OGAN ILIR

SUMATERA SELATAN TAHUN 2008

Oleh Yulaini

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pendapatan kepala rumah tangga dan tingginya kebutuhan hidup, sehingga perlu adanya sumbangan dari anggota rumah tangga yang lain. Ibu rumah tangga pengrajin kain songket selain bertugas sebagai ibu dalam rumah tangga namun juga berperan dalam membantu meningkatkan ekonomi rumah tangga.

Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Propinsi Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengatahui : (1). Berapa besar sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap total pendapatan rumah tangga (2). Berapa besar pengeluaran rumah tangga pengrajin kain songket (3). Apakah kebutuhan pokok minimum rumah tangga pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 terpenuhi (4). Berapa besar perbandingan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dengan pendapatan kepala rumah tangga.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Responden dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengrajin kain songket sebanyak 62 ibu rumah tangga dari 124 populasi. Pengambilan sampel menggunakan teknik Proporsional Random Sampling Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dan menggunakan kuesioner dan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait . Analisi data menggunakan persentase.

(2)
(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat pertumbuhan kesempatan kerja, sehingga pembangunan bidang ekonomi merupakan bidang yang paling penting untuk meningkatkan tarap hidup dan kesejahteraan rakyat. Bidang ekonomi menjadi dinamisator perubahan yaitu berjalan di muka dan menggerakkan perkembangan bidang-bidang lain.

Berdasarkan data BPS pada tahun 2007, sebagian besar penduduk Indonesia masih mengandalkan perekonomian di bidang pertanian, di mana masih sekitar 44 persen penduduk Indonesia bekerja pada sektor tersebut. Oleh karena itu sektor pertanian masih mendapatkan prioritas dalam pengalokasian anggaran pembangunan. Namun dalam proses pertumbuhan secara keseluruhan, peranan di sektor ini semakin merosot, terutama dalam hal kesempatan kerja. Sehingga kesempatan kerja berpindah dari sektor pertanian ke luar pertanian. Faktor penting lain yang berada dibalik pergeseran stuktur perekonomian adalah pertumbuhan sektor industri.

(4)

antara 20-99 orang), industri kecil (jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang), usaha kerajinan rumah tangga atau kerajinan rakyat (jumlah tenaga kerjanya kurang dari 5 orang)

Aspek terpenting yang melekat pada industri kecil dan industri rumah tangga adalah kedua industri ini besar peranannya dalam mengatasi persoalan kemiskinan di Indonesia. Industri kecil dan rumah tangga merupakan salah satu bentuk industri yang paling banyak terdapat di pedesaan. Tumbuhnya sektor baru di pedesaan, yaitu kegiatan industri kecil dan industri rumah tangga merupakan salah satu potensi penting dalam sistem perekonomian pedesaan sekaligus sebagai alternatif bagi pemecahan masalah kurangnya kesempatan kerja di pedesaan, terutama di sektor pertanian yang semakin surut. Disamping berperan dalam penyediaan lapangan kerja, industri kecil dan industri rumah tangga juga berperan meningkatkan ekonomi masyarakat.

(5)

dimasukan ke dalam pewarna, benang kemudiannya dikeringkan dan dililit dengan mengunakan alat berupa pemutar rahat, proses selanjutnya yaitu membuat benang loseng yang diregang di alat penenun, benang digulung dengan mengunakan sekeping papan loseng. Setelah itu mengait benang, benang dimasukan ke dalam gigi atau sikat jentera, dua urat benang loseng di kaitkan melalui setiap calah gigi jentera. Selanjutnya mengarak benang, karak dibuat dengan benang lain yang digulung. Benang loseng berangka genap dan ganjil akan diangkat turun naik secara berselang seli ketika menenun, selanjutnya menyongket benang, proses ini dilakukan menggunakan alat yang sebut lidi dengan menyongketkan benang loseng sebanyak tiga atau lima lembar sebelum diikat melalui proses ikat butang, baru setelah itu menenun dengan cara mengunakan alat torak yang diisi dengan benang pakan atau benang emas, dimasukkan ke kiri dan kanan di celah benang loseng mengikut corak yang ditentukan hingga menjadi sekeping kain. Kain yang sudah siap ini dipotong mengikuti ukuran.

(6)

Kain songket merupakan salah satu icon Kota Palembang selain dari Jembatan Ampera, Sungai Musi dan makananya seperti pempek, model dan tekwan. Kain Songket Palembang merupakan salah satu buah tangan yang dapat dibawah dari Kota Palembang. Di Kecamatan Tanjung Batu ada 4 desa penghasil kain songket, keempat Desa itu adalah Desa Tanjung Laut, Desa Tanjung Pinang 1, Desa Tanjung Pinang 2 dan Desa Limbang Jaya. Pekerjaan menenun bagi masyarakat di Kecamatan Tanjung Batu merupakan pekerjaan yang turun temurun diwariskan oleh orang-orang terdahulu.

(7)

Ibu rumah tangga pengrajin kain songket selalu melakukan pekerjaan menenunya dari pagi hingga sore disela tugasnya sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan menenun dilakukan oleh pengrajin kain songket di rumah masing-masing, upah yang pengrajin terima berdasarkan tiap potong kain songket yang terdiri dari satu helai kain songket dan satu helai selendang. Lama pembuatan kain songket beraneka ragam tergantung dengan motif dan jenis kainnya, pembuatan satu potong kain songket ada yang memakan waktu empat hari, lima hari, satu minggu bahkan ada yang dua minggu, namun rata-rata satu minggu. Upah yang pengrajin terima juga beraneka ragam tergantung dengan motif dan kerumitan pembutan kain songketnya, upah setiap potong kain songket berkisar antara Rp.100.000,00 sampai Rp 350.000,00. Berikut adalah gambaran perolehan kain songket perbulan dengan besar pendapatannya.

Tabel 1 Banyaknya songket yang dihasilkan dalam satu bulan dan besarnya pendapatan yang diterima oleh ibu rumah tangga dalam satu bulan di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2008.

No. Nama Banyaknya songket yang

dihasilkan dalam 1 bulan

Sumber : Wawancara dengan Ibu Rumah Tangga pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1, Maret 2008.

(8)

rumah tangga guna memenuhi pengeluaran hidup anggota rumah tangga. Keadaan seperti ini mendorong penulis untuk mengadakan penelitian tentang “ Sumbangan

pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap total pendapatn rumah tangga di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Propinsi Sumatera Selatan tahun 2008 ”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat muncul beberapa masalah yang dapat di identifikasi yaitu sebagai berikut :

1. Belum diketahui pendapatan rumah tangga.

2. Belum diketahui pemenuhan kebutuhan pokok minimum rumah tangga. 3. Belum diketahui pendapatan kepala rumah tangga.

4. Belum diketahui pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket. 5. Belum diketahui besarnya pengeluaran rumah tangga.

6. Belum diketahui besarnya sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap total pendapatan rumah tangga.

7. Belum diketahui besarnya sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap kepala rumah tangga.

C. Rumusan Masalah

(9)

1. Berapa besar sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap total pendapatan rumah tangga di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2008?

2. Berapa besar pengeluaran rumah tangga, pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir tahun 2008 ? 3. Apakah kebutuhan pokok minimum rumah tangga pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2008 terpenuhi ?

4. Berapa besar perbandingan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dengan pendapatan kepala rumah tangga di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupeten Ogan Ilir Tahun 2008 ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui besarnya sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap total pendapatan rumah tangga di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2008. 2. Untuk mengetahui besarnya pengeluaran rumah tangga, ibu rumah tangga

pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Tahun 2008.

(10)

4. Untuk mengetahui perbandingan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dengan pendapatan kepala rumah tangga di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupeten Ogan Ilir Tahun 2008.

E. Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Sebagai sarana pengaplikasian ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama pendidikan di perguruan tinggi dan menambah wawasan yang berhubungan dengan geografi manusia yaitu mengenai sumbangan pendapatan ibu rumah tangga.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi bagi para pembaca yang ingin mengetahui tentang sumbangan pendapatan ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu.

4. Untuk memperdalam dan menambah pengetahuaan yang berkenaan dengan proses belajar mengajar dalam suplemen bahan ajar mata pelajaran geografi di a. SMA kelas XI semester 1 Bab 1 Dinamika Biosfer Sub Bab Pendekatan

Masalah Kependudukan.

(11)

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup subyek penelitian yaitu ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengrajin kain songket.

2. Ruang lingkup obyek penelitian yaitu sumbangan pendapatan ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengrajin kain songket.

3. Ruang lingkup waktu penelitian yaitu tahun 2008

4. Ruang lingkup tempat yaitu di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir Propinsi Sumatera Selatan.

5. Ruang lingkup ilmu yaitu geografi ekonomi.

Geografi ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur keruangan aktivitas ekonomi. Dengan demikian titik berat studinya adalah aspek keruangan struktur ekonomi manusia yang termasuk kedalamnya bidang pertanian, industri, perdagangan, transportasi, komunikasi dan lain sebagainya (Nursid Sumaatmadja, 1988 : 54)

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitrakan, menerangkan sifat-sifat bumi, menganalisis gejalah-gejalah alam dan penduduk serta mempelejari corak yang khas menegnai kehidupan yang khas dan berusaha mencari fungsi dari unsur-unsur bumi dalam ruang dan waktu (Bintarto, 1999 : 1).

Secara umum geografi dibagi menjadi dua yaitu geografi fisik dan geografi manusia. Menurut Daldjoeni (1987:9) bahwa pembagian ini bukan merupakan suatu pemisahan melainkan saling berhunbungan untuk mewujudkan geografi yang utuh.

(13)

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini termasuk kedalam lingkup geografi manusia, dengan titik tekan pada geografi ekonomi.

1. Kain Songket

Kain songket adalah hasil dari kerajinan tangan tradisional berupa tenunan yang dihiasi oleh benang emas, perak dan sutra beraneka warna. Songket berasal dari kata tusuk dan cukit yang disingkat menjadi suk-kit, lazimnya menjadi sungkit dan akhirnya berubah menjadi songket.

Kain tenun songket Palembang banyak dipakai oleh kaum perempuan dalam upacara adat perkawinan, baik oleh mempelai perempuan, penari perempuan maupun tamu undangan perempuan yang menghadirinya. Selain itu, songket juga dipakai dalam acara-acara resmi penyambutan tamu (pejabat) dari luar maupun dari Palembang sendiri. Pemakaian songket yang hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan tertentu tersebut, disebabkan karena songket merupakan jenis pakaian yang tinggi nilainya, sangat dihargai oleh masyarakat Palembang.

(14)

Peralatan tenun songket Palembang pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua, yakni peralatan pokok dan tambahan. Keduanya terbuat dari kayu dan bambu. Peralatan pokok adalah seperangkat alat tenun itu sendiri yang oleh mereka disebut sebagai “dayan”. Seperangkat alat yang berukuran 2 x 1,5 meter ini terdiri atas gulungan/boom (suatu alat yang digunakan untuk menggulung benang dasar tenunan), penyincing (suatu alat yang digunakan untuk merentang dan memperoleh benang tenunan), beliro (suatu alat yang digunakan untuk membuat motif songket), cahcah (suatu alat yang digunakan untuk memasukkan benang lain ke benang dasar), dan gun (suatu alat untuk mengangkat benang). Sedangkan, peralatan tambahan untuk mengatur posisi benang ketika sedang ditenun adalah peleting, gala, belero ragam, dan teropong palet. Peralatan tambahan tersebut diletakkan di sebelah kanan si penenun, agar mudah dicapai dengan tangan.

Bahan dasar untuk tenun songket adalah benang emas, perak, sutera, juga benang kapas. Adanya berbagai macam benang yang digunakan tersebut menyebabakan motif dan ragam hias yang dihasilkan juga bermacam-macam pula. Motif atau ragam hias songket Pelembang kebanyakan tumbuh-tumbuhan terutama yang berbentuk bunga-bungaan. Jika dilihat secara seksama tenun songket Palembang umumnya mempunyai komposisi motif yang dikelompokan menjadi tiga bagaian yaitu :

1. Motif tumbuh-tumbuhan. 2. Motif geometris.

(15)

Motif-motif kain songket Palembang ada 35 macam yaitu : 1. Songket Lepus :

- Lepus Kelam - Lepus Berakam Bintang

- Lepus Bintang Mawar Jatuh - Lepus Bintang Cukitan

- Lepus Bintang - Lepus Mawar Jepang

- Lepus Naga Besaung

2. Songket Bungo :

- Bungo Cino - Bungo Inten

- Bungo Inten Tepoleng - Bungo Jatuh - Bungo Mawar Jepang Berkandang - Bungo Pacar

- Bungo Pacik - Bungo Tabur

- Bungo Tanjung Rumpak - Bungo Jengli

- Bungo Kapal Sanggat - Bungo Singkep Bungo Kapal

3. Songket Motif lain :

- Limar Tapak Kucing - Limar Kembang

- Pulir Kembang - Pulir Siku Rakam

- Tetes Mider - Rumpak

- Bubur Talam - Jando Berais

- Nampan Perak - Cek Sina

- Cantik Manis - Emas Jantung

- Tiga Negeri - Bintang Rante

(16)

tersebut bisa ditarik dan dilepaskan kemudian dipndahkan pada dasar kain dari benang sutera yang baru. Songket yang menggunakan benang emas asli tersebut disebut songket Emas Jantung atau Cinde dengan dasar kain berwarna merah dihiasi benang emas, benang sutera dan benang kapas dengan tumpal pucuk rebung.

Kain songket ini juga dibedakan antara songket design benang emas yang penuh disebut dengan songket lepus dan design benang emas tersebar disebut tawur penting karena motif songket yang dipakai seseorang melambangkan kebesaran dan keagungan.

(17)

Pada perkembangannya pemilihan pada motif songket tidak lagi tergantung pada kedudukan seseorang dalam masyarakat, selain telah disesuaikan dengan fungsinya. Jadi setiap orang boleh memakai motif songket apapun menurut seleranya masing-masing.

2. Industri

Menurut Nursid Sumaatmadja (1988 : 179) industri adalah kegiatan ekonomi yang mengelola bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi. Sedangkan menurut G. Kartasapoertra (1987 : 5) industri adalah kegiatan ekonomi yang menggubah bahan-bahan mentah menjadi bahan baku, barang setengah menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaanya termasuk kegiatan rancang bangunan dan rekayasa industri. Dalam penelitian ini, akan membahas tentang pengrajin yang menjadi tenaga kerja atau pengrajin kain songket, karena tenaga kerja merupakan faktor yang pokok dalam menghasilkan suatu barang atau jasa. Industri kain songket adalah industri yang mengelola barang setengah jadi menjadi barang jadi, sehingga memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dan untuk diperdagangkan bagi keperluan masyarakat dan untuk melestarikan kebudayaan daerah.

Menurut Sudjito (1987 : 127) industri di pedesaan dapat dibagi menjadi dua katagori, yaitu :

(18)

2. Industri yang kapital intensif dan memerlukan bahan baku dari luar. Contohnya industri pakaian jadi.

Dari definisi di atas industri kerajinan kain songket termasuk kedalam industri labour intensif.

Menurut BPS (1996 : vii) Sektor industri mencakup industri besar (jumlah tenaga kerja 100 orang ke atas), industri sedang atau menengah (jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang), industri kecil (jumlah tenaga kerja antara 5-19 orang), usaha kerajinan rumah tangga atau kerajinan rakyat (jumlah tenaga kerjanya kurang dari 5 orang). Dari sektor industri yang dipaparkan oleh BPS di atas kerajinan kain songket termasuk kepadal kerajinan rakyat.

3. Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan berperan penting dalam kehidupan rumah tangga, oleh karena itu setiap masyarakat diharapkan memiliki pendapatan guna memenuhi kebutuhan hidup secara layak dan teratur.

Menurut Maslina Bangun dan Anidal H (1982:18) “pendapatan rumah tangga

adalah sejumlah penghasilan riil dari seluruh anggota rumah tangga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun kebutuhan perorangan dalam rumah tangga”.

(19)

pendapatan dari usaha rumah tangga, pendapatan lainnya maupun pendapatan transfer.

Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan pendapatan rumah tangga adalah hasil keseluruhan dari pendapatan kepala rumah tangga, pendapatan ibu rumah tangga maupun pendapatan dari anggota rumah tangga lainnya yang diperoleh dari berbagai macam kegiatan usaha dalam jangka wantu tertentu.

4. Pendapatan Ibu Rumah Tangga

Menurut Pudjiwati (1985:256) bahwa “ wanita di pedesaan ternyata mempunyai dua peranan yaitu (1) sebagai istri/ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tangga dalam konteks kegiatan produksi yang langsung menghasilkan pendapatan (2) istri/ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mengasuh anak dll”. Menurut Pringgodigdo (1982:817) pendapatan biasanya berupa sejumlah uang yang diterima oleh seseorang atau lebih anggota keluarga dari jerih paya pekerjaanya.

Dalam usaha meningkatkan pendapatan rumah tangga, ibu rumah tangga banyak melakukan kegiatan bekerja sebagai usaha yang benar-benar untuk menambah penghasilan rumah tangga bukan hanya untuk memanfaatkan waktu senggang terutama bagi ibu-ibu yang ada di pedesaan.

(20)

Pendapatan ibu rumah tangga yang bekerja sebagai pengrajin kain songket diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.

5. Pendapatan Kepala Rumah Tangga

Pendapatan kepala rumah tangga adalah pemasukan yang berupa uang atau barang yang diperoleh seorang orang kepala rumah tangga dari hasil usahanya melalui suatu pekerjaan dalam rangka untuk mencukupi kebutuhan hidup rumah tangganya.

Setiap kepala rumah tangga mempunyai tingkat pendapatan yang berbeda-beda, pendapatan yang diperoleh setiap kepala rumah tangga itu ada yang berasal dari pendapatan pokok dan pendapatan sampingan.

Besar kecinya pendapatan akan berpengaruh terhadap keberadaan keluarga dalam masyarakat, dimana posisis keluarga akan menentukan status sosial dalam masyarakat.

Menurut Singarimbun (1987 : 24) bahwa yang dimaksud dengan pendapatan adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat yang merupakan jumlah seluruh pendapatan kekayaan keluarga. Pendapatan ini berupa barang atau uang dari pihak lain atau hasil sendiri. Sedangkan pengertian pendapatan menurut Mulyanto Sumardi (1982 : 323) adalah :”hasil yang diperoleh suatu ruamh tangga yang merupakan jumlah keseluruhan

(21)

Pendapatan informal adalah pendapatan yang diperoleh melalui pekerjaan tambahan atau sampingan, sedangkan pendapatan subsistem adalah pendapatan yang diperoleh dari faktor produksi yang dinilai dengan uang.”

6. Pemenuhan kebutuhan pokok Minimum

Tingkat kesejahteraan suatu rumah tangga dapat diukur melalui besarnya konsumsi atau pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga bersangkutan. Peningkatan konsumsi atau pengeluaran rumah tangga, terutama porsi untuk bukan makanan.

Menurut Daan Dimara dalam Mulyanto Sumardi dan Hans Dieters Evers (1982 : 300) yang dimaksud dengan kebutuhan pokok adalah kebutuhan akan bahan makanan, perumahan, sandang, serta barang dan jasa seperti pendidikan, kesehatan dan partisipasi.

Kebutuhan pokok minimum adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh manusia yang hidup secara wajar yang meliputi sembilan kebutuhan pokok minimum yang diukur dalam satuan rupiah pertahun yang meliputi sandang dan pangan.

(22)

pendidikan, sedangkan yang paling pokok serta memerlukan usaha yang segera adalah kebutuhan akan pangan.

7. Pengeluaran Rumah Tangga

Menurut BPS (1986 : 9) “pengeluaran rumah tangga adalah rata-rata biaya yang

dikeluarkan seperti menabung, makan/minum, pakaian keperluan sekolah, transportasi, listrik, perumahan dan kesehatan, termasuk untuk hiburan dan rekreasi dari anggota rumah tangga”.

Menurut Bambang Sumitro dalam Retno Insiwi Kurniasi (2005:17), pengeluaran rumah tangga adalah seluruh pengeluaran rumah tangga yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari selama sebulan baik berupa barang atau jasa yang dihitung dalam satuan rupiah.

Menurut Soediyono Reksoprayitno (1981 : 19), pengeluaran rumah tangga adalah seluruh pengeluaran rumah tangga yang dipergunakan untuk membeli barang atau jasa yang langsung dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Pengeluaran konsumtif meliputi semua pengeluaran rumah tangga untuk membeli barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan pokok, sedangkan pengeluaran produktif meliputi semua pengeluaran rumah tangga yang hasilnya tidak langsung dapat dipergunakan melainkan untuk jangka waktu tertentu. Misalnya investasi tabungan.

(23)

dengan jenis-jenis pengeluarannya, karena ketidakseimbangan antara pengeluaran dengan pendapatan mengakibatkan ketimpangan ekonomi rumah tangga.

Pengeluaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penggeluaran rumah tangga, pengrajin kain songket dalam satu bulan yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup rumah tangga.

8. Sumbangan Pendapatan Ibu Rumah Tangga Pengrajin Kain Songket

Menurut Hanna Papanek dalam Zulfitra Rahardjo dkk (1980:63), bahwa wanita juga memberikan sumbangan-sumbangan penting untuk kesejahteraan keluarga, sebagian pekerjaan mereka lakukan di dalam atau di luar rumah. Pandangan dasar ini berlaku di seluruh dunia, tetapi peranan wanita Indonesia untuk mengurangi tekanan ekonomi adalah lebih menonjol dibandingkan negara-negara lain.

Ibu rumah tangga selain tugasnya melakukan pekerjaan rumah seperti mengurus anggota rumah tangga, memasak, mencuci, dan lain sebagainya diharapkan dapat memberikan sumbangannya dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga, guna memenuhi pengeluaran hidup rumah tangga dan meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.

Menurut Hanna Papanek dalam Zulfita Raharjo dkk (1980:64) “pada dasarnya

(24)

harus secara aktif turut serta mencari tambahan pendapatan untuk kelangsungan hidup anggota rumah tangganya.

Peranan ibu rumah tangga dalam menyumbangkan hasil pendapatannya untuk memenuhi pengeluaran hidup anggota rumah tangga sangat membantu dalam meningkatkan perekonomian rumah tangga, dengan demikain ibu rumah tangga, bukan hanya pelengkap dalam rumah tangga tetapi lebih dari itu ikut menentukan dan ikut aktif dalam meningkatkan penghasilan, terutama bagi suatu rumah tangga yang keadaan ekonominya lemah.

B. Kerangka Pikir

(25)

Gambar 1

Diagram Alir Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (2006 : 21) hipotesis dapatt diartikan sebagai suatu jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan kerangka pikir yang dikemukakan halaman terdahulu, maka sebagai hipotesa penelitian ini adalah :

1. Sumbangan pendapatan Ibu rumah tangga pengrajin kain songket lebih besar terhadap total pendapatan rumah tangga.

2. Pengeluaran rumah tangga pengrajin kain songket tergolong rendah. 3. Sebagian besar kebutuhan pokok minimum rumah tangga pengrajin kain

songket belum terpenuhi.

(26)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Agar penelitian tepat pada sasarannya, maka perlu digunakan metode penelitian yang sesuai. Metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji suatu hipotesis dengan mengunakan teknik serta alat-alat tertentu. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey. Penelitian survey adalah penelitian yang mengabil sampel dari satu populasi dan mengunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Masri Singgarimbun 1995 : 3).

B. Populasi

(27)

Batu Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan yang berjumlah 124 orang ibu rumah tangga.

C. Sampel

Menurut Suharsimi Arikunto sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (2006:131). Untuk mengambil besarnya sampel dalam penelitian ini, penulis mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto (2006:104), yaitu untuk sekedar ancar-ancar, maka apabila subyek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung dana, sempit luasnya pengamatan dari setiap subyek dan besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti. Berdasarkan pendapat tersebut penulis menetapkan sampel sebesar 50% dari populasi yaitu 124 62

100

50

orang

responden dan mengingat populasi dianggap homogen, maka pengambilan sampel dilakukan dengan teknik proporsional dan random sampling. Teknik proposional adalah pengambilan sampel di setiap dusun dengan presentase yang sama (50%). Di Desa Tanjung Pinang 1, terdapat dua dusun, yaitu Dusun I dan Dusun II. Mengenai jumlah dan persebaran populasi dan sampel pada tiap dusun dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :

Tabel 2 Persebaran Populasi dan Sampel pada 2 dusun di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir tahun 2008.

(28)
(29)

Untuk menghindari kurangnya atau tidak adanya beberapa sampel atau responden pada saat penelitian di lapangan, maka perlu dibuat sampel cadangan.

Agar semua populasi tiap-tiap dusun mempunyai kesempatan yang sama dalam pengambilan sampel maka digunkan teknik random sampling. Teknik random sampling adalah penarikan individu yang akan dijadikan sampel pada masing-masing dusun dengan cara mengundinya sebagai berikut : untuk menentukan ibu rumah tangga pengrajin kain songket yang akan dijadikan responden pada setiap dusun dilakukan dengan membuat gulungan nama-nama dalam kertas kecil sebanyak dalam populasi pada setiap dusun untuk memperoleh sampel, gulungan yang telah diberi nama sebanyak ibu rumah tangga pengusaha kerajinan kain songket pada setiap dusun, lalu dimasukan ke dalam kaleng dan dikocok kemudian dikeluarkan satu gulungan dan dicatat nama sebagai responden pertama, kemudian kertas tersebut digulung dan dimasukkan lagi ke dalam kaleng untuk diadakan undian lanjutan dan memberikan kesempatan yang sama pada tiap-tiap populasi. Apabila dalam pengundian ulang sampel yang sama maka kertas gulungan tersebut dimasukan lagi dan diadakan penggundian ulang sampai didapat nama yang berbeda. Demikian seterusnya sampai terpenuhi jumlah sampel yang telah ditentukan.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

(30)

(Margono, 2000:133). Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (2000:72) variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, maka variabel dalam penelitian ini adalah sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dan total pendapatan rumah tangga.

2. Definisi Operasional Variabel

1. Sumbangan Pendapatan Ibu Rumah Tangga Pengrajin Kain Songket

Sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket adalah besarnya pendapatan yang diperoleh ibu rumah tangga dari hasil usaha kerajinan kain songket dalam jangka waktu satu bulan berupa uang. Besarnya sumbangan pendapatan ibu rumah tangga dapat dilihat dari perbandingan antara pendapatan ibu rumah tangga dengan pendapatan total rumah tangga dikalikan seratus persen.

2. Pengeluaran Rumah Tangga

Pengeluaran rumah tangga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seluruh pengeluaran rumah tangga dalam jangka waktu satu bulan baik barang ataupun jasa yang dihitung dalam satuan rupiah. Adapun besarnya pengeluaran rumah tangga menurut kriteria golongan pengeluaran rumah tangga dalam satu bulan menurut BPS Propinsi Sumatera Selatan pada Susenas Tahun 2008 yaitu :

(31)

b. Berpengeluaran sedang, apabila pengeluarannya antara Rp. 700.000,- sampai Rp. 1.250.000,-/ bulan.

c. Berpengeluaran tinggi, apabila pengeluarannya lebih dari Rp.1.250.000,-/ bulan.

3. Kebutuhan Pokok Rumah Tangga

Pemenuhan kebutuhan pokok merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia. Pengeluaran rumah tangga menurut BPS (Badan Pusat Statistik) mencakup Pengeluaran makan dan pengeluaran bukan makan. Kebutuhan pokok minimum dalam penelitian ini mengacu pada pengeluaran rata-rata per kapita per perbulan berdasarkan data BPS Sumatera Selatan Tahun 2008 yaitu sebesar Rp.458.477,-, angka tersebut dikalikan dengan jumlah anggota rumah tangga dan dibandingkan dengan pengeluaran rumah tangga. Adapun kriteria pemenuhan kebutuhan pokok dapat dibedakan menjadi :

a. Terpenuhi apabila pemenuhan kebutuhan pokok minimum rumah tangga per bulan lebih kecil atau sama dengan pengeluaran rumah tangga per bulan.

b. Tidak terpenuhi apabila pemenuhan kebutuhan pokok minimum rumah tangga lebih besar dari pengeluaran rumah tangga perbulan.

4. Perbandingan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dan pendapatan kepala rumah tangga.

(32)

ibu rumah tangga pengrajian kain songket dan kepala rumah tangga. Untuk melihat besarnya perbandingan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dan pendapatan kepala rumah tangga dapat dibedakan menjadi : a. Pendapatan ibu rumah tangga lebih besar dari pendapatan kepala rumah

tangga.

b. Pendapatan ibu rumah tangga sama dengan pendapatan kepala rumah tangga.

c. Pendapatan ibu rumah tangga lebih kecil dari pendapatan kepala rumah tangga.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Observasi

Teknik observasi digunakan untuk melakukan pengamatan terhadap kondisi dan aktivitas para pengrajin kain songket dalam menyelesaikan pekerjaanya (menenun songket).

2. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data sekunder, yang bersumber dari data monografi desa, yaitu data jumlah penduduk, komposisi penduduk menurut mata pencarian, luas wilayah dan lain sebagainya yang mendukung penelitian ini.

3. Kuesioner

(33)

sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Teknik kuesioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui dan memperoleh data secara langsung dari responden sebagai data primer yang menggunakan daftar pertanyaan seperti : pekerjaan pokok kepala rumah tangga, pekerjaan sampingan, jumlah anggota rumah tangga, pendapatan kepala rumah tangga, pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket, kebutuhan atau pengeluaran rumah tangga, sumbangan ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap kebutuhan hidup rumah tangga.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah mengolah dan interpretasi data untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif persentase, yaitu jawaban responden dianalisis secara kuantitatif sederhana dalam bentuk tabulasi frekuensi yang dilanjutkan dengan presentase. Menurut Mely G. Tan dalam Koentjaraningrat (1986 : 25) bentuk analisis persentase ini yaitu data yang diperoleh dari responden ditabulasikan menurut kategori jawaban dan dipersentasikan untuk memberikan pengertian yang jelas terhadap data dalam tabel yang disajikan. Untuk lebih jelasnya, analisis data yang digunakan dalam memjawab rumusan masalah mengunakan analisis tabel tunggal Adapun rumus persentase adalah sebagai berikut :

% x100 N

n

(34)

Keterangan :

% = persentase yang diperoleh

n = Jumlah nilai yang diperoleh (jawaban responden penelitian) N = Jumlah sampel penelitian (responden penelitian)

(35)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Geografi Daerah Penelitian

Kondisi mengenai daerah penelitian ini merupakan uraian tentang gambaran umum dan gejalah-gejalah yang ada pada daerah penelitian. Dalam kondisi geografi daerah penelitian akan diuraikan mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kondisi fisik dan kondisi penduduk di daerah penelitian.

1. Keadaan Fisik Daerah Penelitian

Kondisi fisik daerah penelitian merupakan gambaran fisik daerah penelitian yang ditinjau dari segi letak, luas dan batas, iklim, bentuk penggunaan lahannya.

1. Letak, Luas dan Batas Administrasi

(36)

Propinsi Dati I Sumatera Selatan berjarak 56 Km. Adapun batas-batas administrasinya adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Tanjung Pinang II - Sebelah selatan berbatas dengan Desa Tanjung Batu - Sebelah barat berbatas dengan Desa Burai

- Sebelah timur berbatas dengan Desa Limbang Jaya

Letak astronomis menurut Sudarmi (2005:1) letak suatu daerah berdasarkan pada garis lintang dan garis bujur atau meridian bumi. Secara astronomi Desa Tanjung Pinang 1 terletak pada titik koordinat 104o.36’.50” -104o.38’.10” bujur timur dan 3o.21’.09” - 3o.21’.35” Lintang selatan.

2. Keadaan Topografi

(37)
(38)

3. Keadaan Iklim

Iklim merupakan keadaan rata-rata udara dalam waktu yang lama dan mencakup daerah yang luas. Keadaan cuaca dipengaruhi oleh tempratur, curah hujan, ketinggian tempat dari permukaan laut, angin dan kelembaban. Iklim sebagai salah satu faktor fisik mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap mahluk hidup. Selain itu keadaan iklim juga mempengaruhi jenis dan aktivitas yang dikelola oleh manusia dan secara tidak langsung akan mempengaruhi proses produksi dan usaha penduduk setempat dalam kaitannya dengan proses pengeringan benang tenun kain songket yang sudah dicelup atau diberi warna yang menggunakan panas sinar matahari.

Dalam menentukan iklim ini dipakai cara yang sederhana yaitu dengan menggunakan bulan basah, lembab dan kering yang digunakan Schmidt-Fergusson, (1951) dengan ketentuan sebagai berikut :

- bulan basah apabila curah hujan > 100 mm. - bulan lemban apabila curah hujan 60 – 100 mm. - bulan kering apabila curah hujan < 60 mm.

dimana ker 100%

dengan ketentuan nilai Q sebagai berikut : A 0% < Q < 14,3 %

(39)

F 167,0% < Q < 300,0 % G 300,0% < Q < 700,0 % H 700% < Q

Dari perhitungan data pada tabel 3 maka didapat : % Kecamatan Tanjung Batu memiliki iklim tipe B.

vegetasi masih hutan hujan tropika. Keadaan iklim yang masih tergolong iklim tropis dengan jumlah curah hujan yang cukup dan terik matahari yang sesuai untuk tanaman yang memiliki batang keras maka tanaman kelapa sawit cocok untuk di budidayakan pada daerah tersebut.

(40)
(41)

4. Tanah

Tanah adalah akumulasi tubuh alam yang bebas menempati sebagian besar permukaan bumi, terdiri dari padatan pelapukan batuan dan bahan organic, air, udara dan jasad renik yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dan memiliki sifat-sifat khusus sebagai akibat dari pengaruh iklim dan jasad hidup yang berperan terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu (Sumadi dan Bambang Sumitro, 1989:72).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kecamatan Tanjung Batu, di Desa Tanjung Pinang 1 merupakan tanah pedsolik coklat kekuningan. Tanah ini bersifat agak asam dengan tingkat kesuburan rendah sampai sedang, peka terhadap erosi, pH nya kurang dari 5,5 kurang cocok untuk tanah pertanian. Di daerah ini terdiri dari rawa-rawa yang luas, yang dipengaruhi oleh pasang surut. Tanah ini tidak dimanfaatkan oleh penduduk untuk pertanian, vegetasinya berupa pohon gelam dan tumbuhan rawa. selain itu juga terdapat tanaman buah-buahan seperti sawo, jambu, mangga dan lainnya di pekarangan rumah penduduk.

5. Luas dan Bentuk Penggunaan Lahan

(42)

Tabel 4. Bentuk dan Luas penggunaan lahan di Desa Tanjung Pinang 1 Tahun 2007

No Bentuk Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase 1.

Sumber : Monografi Desa Tanjung Pinang 1, Tahun 2008.

Berdasarkan data pada Tabel 4 bentuk penggunaan lahan di Desa Tanjung Pinang 1 persentase penggunaan lahan terluas berupa rawa. Dari komposisi penggunaan lahan tersebut dapat dilihat bahwa di penduduk di Desa Tanjung Pinang 1 sebagian besar penduduknya beraktivitas di bidang non pertanian. Dengan kondisi seperti itu sektor kerajinan kain songket merupakan salah satu usaha yang dapat menambah pendapatan penduduk. Selain faktor turun-temurun yang sudah ada sejak dulu, kerajinan kain songket dapat membantu meningkatkan pendapatan.

3. Keadaan Penduduk

(43)

sumberdaya manusia tanpa diikuti kualitas yang tinggi justru akan menghambat laju pembangunan. Dengan adanya industri kerajinan kain songket, khususnya di desa Tanjung Pinang 1, secara tidak langsung keberadaan industri kerajinan ini dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat.

Keadaan penduduk akan diuraikan mengenai jumlah dan kepadatan penduduk, tingkat pertumbuhan penduduk, komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan maupun mata pencarian penduduk.

1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Menurut Mantra (1991 : 73) kepadatan penduduk wilayah adalah banyaknya penduduk persatuan unit wilayah atau dapat ditulis dengan rumus:

Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kepala Desa Tanjung Pinang 1 jumlah penduduk Desa Tanjung Pinang 1 pada tahun 2008 adalah 2397 jiwa, dan luas wilayah Desa Tanjung Pinang 1 seluas 1.575 Ha. Berdasarkan data tersebut kepadatan penduduk di Desa Tanjung Pinang 1 yaitu :

(44)

dengan Undang-Undang No.56/PRP/1960, Kepadatan penduduk dapat digolongkan atas:

1. Kurang dari 50 jiwa/ha dikatagorikan tidak padat. 2. Antara 51-250 jiwa/ha dikatagorikan kurang padat. 3. Antara 251-400 jiwa/ha dikatagorikan cukup padat. 4. Lebih dari 400 jiwa/ha dikatagorikan padat.

2. Tingkat Pertumbuhan Penduduk

Petumbuhan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh besarnya kelahiran, kemarian, dan migrasi penduduk. Penduduk akan bertambah jumlahnya kalau ada penduduk yang lahir dan datang, dan penduduk akan berkurang jumlahnya kalau ada penduduk yang mati atau meninggalkan daerah tersebut (Mantra, 1991 : 75). Ada dua macam ukuran pertumbuhan penduduk yaitu pertumbuhan penduduk geometri dan pertumbuhan penduduk exponensial merupakan pertumbuhan yang berlangsung terus-menertus. Untuk mengetahui jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk di Desa Tanjung Pinang 1 Tahun 2005 hingga 2008 disajikan dalam Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Jumlah Penduduk di Desa Tanjung Pinang 1 tahun 2005-2007.

Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Jiwa

Laki-Laki Perempuan Sumber : Monografi Desa Tanjung Pinang 1 Tahun 2008

(45)

setiap tahun di Desa Tanjung Pinang 1 mengakibatkan semakin padatnya penduduk di desa tersebut. Untuk mengetahui rata-rata angka pertumbuhan penduduk pertahun di Desa Tanjung Pinang 1 selama kurun waktu tiga tahun terakhir digunakan rumus :

Pt = Po (1+r)n Keterangan :

Pt = Jumlah penduduk pada akhir tahun perhitungan (2005) Po= Jumlah penduduk pada awal tahun perhitungan (2008) r = Tingkat pertumbuhan penduduk

n = Jangka waktu (tiga tahun)

(46)

r = 0,034 r = 3,4 %

Menurut Salladien (1980:24)pertumbuhan penduduk kurang dari 1 persen pertahun dikatakan rendah, 1-2 pertahun adalah sedang, atau lebih dari 2 persen pertahun adalah tinggi. Dari hasil perhitungan ternyata tingkat pertumbuhan penduduk di daerah penelitian rata-rata pertahunnya adalah sebesar 3,4 %, dengan demikian maka tingkat pertumbuhan penduduk di daerah penelitian adalah tergolong tinggi.

3. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk atau susunan penduduk dapat digolongkan atau dikelompokan berdasarkan kriteria tertentu. Pengelompokan atau komposisi penduduk memberikan informasi aspek sosial dan ekonomi masyarakat pada suatu wilayah dan memberikan kesimpulan serta kebijaksanaan yang perlu ditetapkan untuk kepentingan kemajuan wilayah yang bersangkutan. Dalam penjelasan mengenai komposisi penduduk yang akan di bahas yaitu menurut umur dan jenis kelamin, tingkat pendidikan dan mata pencarian.

a. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

(47)

penduduk menurut umur dan jenis kelamin merupakan data dasar dari perkiraan tersebut di atas (Ida Bagus Mantra, 1991 : 144).

Pembahasan mengenai komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin sangat penting dalam memberikan gambaran tentang golongan umur produktif dan golongan tidak produktif. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Tahun 2007

Umur (tahun)

Jumlah penduduk persentase Laki-laki Perempuan Jumlah

jiwa

Sumber : Monografi Desa Tanjung Pinang 1 tahun 2008

(48)

100

Ratio beban tanggungan penduduk Desa Tanjung Pinang 1 adalah 58, ini berarti bahwa setiap 100 orang penduduk produktif harus menanggung sebesar 58 orang penduduk yang tidak produktif. Sebagian dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan yang produktif terpaksa harus dikeluarkan untuk memenuhi mereka yang belum produktif.

Menurut BPS (1980)Penggolongan beban tanggungan adalah 1. Tinggi, bila angka ketergantungan lebih dari 90

2. Sedang, bila angka ketergantungan antara 60 sampai 90 3. Rendah, bila angka ketergantungan kurang dari 60

(49)

b. Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan suatu indikator sosial yang menunjukan kualitas hidup dari suatu masyarakat, serta merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat. Semakin tinggi pendidikan dalam suatu masyarakat, dapat dikatakan bahwa kualitas hidup dari masyarakat itupun semakin baik, dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang tingkat pendidikannya masih rendah. Dengan berbekal pada pengetahuan dan pendidikan yang memadai, diharapkan potensi-potensi yang ada di desa dapat digali dan dikembangkan guna mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat khususnya di daerah pedesaan. Untuk mengetahui tingkat pendidikan penduduk di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikit ini.

Tabel 7. Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Tanjung Pinang 1 Tahun 2007.

Jenjang Pendidikan Jumalh Jiwa Presentase Buta hurup

Sumber : Monografi Desa Tanjung Pinang 1 tahun 2008

(50)

Menurut Sajogyo (1983 : 63) tingkat pendidikan dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Rendah, jika jumlah penduduk yang tamat SD kurang dari 30 persen. 2. Sedang, jika jumlah penduduk yang tamat SD antara 30 persen sampai

60 persen.

3. Tinggi, jika jumlah penduduk yang tamat SD lebih dari 60 persen.

Berdasarkan dari penggolongan ini maka tingkat pendidikan di daerah penelitian ini tergolong sedang. Khusus industri kerajinan kain songket tidak menuntut tingkat pendidikan formal. Dalam kerajinan kain songket lebih dituntut keterampilan dan keahlian menenun yang diperoleh para pengrajin secara turun-temurun.

c. Komposisi Penduduk menurut Mata Pencarian

(51)

Tabel 8. Komposisi Penduduk menurut Mata Pencarian Pokok Kepala Keluarga di Desa Tanjung Pinang 1 Tahun 2007.

No. Mata pencarian pokok Jumlah kk peresntase 1.

Sumber : Data monografi Desa Tanjung Pinang 1, tahun 2008

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa kepala keluarga dengan mata pencarian sebagai pengrajin merupakan jumlah mata pencarian pokok kepala keluarga terbesar yaitu 52,25 %. Di mana lebih dari 50 % kepala keluarga bermata pencarian sebagai pengrajin. Pada Tabel 8 yang dimaksud pengrajin adalah pengrajin besi, para kepala rumah tangga biasanya membuat parang, pisau, arit, pedang, tata, linggis dan lain-lain. Para pengrajin besi biasanya bekerja di tempat pembuatan besi dengan cara bersama-sama. Pengrajin besi memperoleh pendapatan dari pengusaha industri pekakas besi, pendapatan yang mereka terima merupakan upah dari setiap pekakas yang mereka hasilkan.

B. Riwayat Singkat Kerajinan Tenun Songket

(52)

ekonomi pada waktu itu mengalami krisis, sehingga sulit mendapatkan bahan baku disamping sulitnya pemasaran hasil tenun tersebut. Setelah sekian tahun berhenti, barulah sekitar Tahun 1966, usaha kerajinan ini banyak dikerjakan oleh pengrajin yaitu dengan masuknya benang sutera dari RRC dan Taiwan melalui pedagang Singapura. Kepandaian bertenun tersebut selanjutnya diturunkan kepada anak cucu secara informal sehingga saat ini menenun merupakan pekerjaan bagi penduduk perempuan di Desa Tanjung Pinang 1.

Hasil tenunan pada awalnya dipakai untuk keperluan sendiri baik untuk kepentingan upacara adat dan religi maupun untuk pakaian sehari-hari oleh kaum perempuan dan laki-laki, dan belum bernilai ekonomi. Peranan kain songket hingga masa sekarang masih sangat penting terutama dalam pelaksanaan kegiatan upacara-upacara adat baik upacara yang sifatnya suka maupun duka. Upacara adat adalah upacara dalam hubungan antara manusia dengan manusia yang dilakukan secara turun temurun dan sudah menjadi kebiasaan, berfungsi untuk menjalin keharmonisan serta keserasian sesama manusia. Sekarang ini kain songket banyak dipakai pada saat perayaan pernikahan, yang dipakai oleh pengantin perempuan dan laki-laki, keluarga pengantin serta para undangan. Kain songket juga dipakai pada saat perayaan khitanan, marhaban, dan perayaan lainnya.

C. Deskrifsi Kerajian Kain Songket

(53)

pengusaha kain songket atau pemasok kain songket. Pemasok kain songket adalah mereka yang mempunyai modal dan memberikan upahan kepada pengrajin kain songket. Pemasok kain songket atau pemilik modal biasanya memasarkan kain songket dengan tiga cara, yang pertama pemasok kain songket menjual kain songket langsung ke toko, yang kedua konsumen datang langsung kepada pemasok kain songket, dan yang ketiga ada pedagang perantara yang mendatangi pemasok kain songket untuk membawa kain songket dan menjualnya pada konsumen langsung atau menjual ke toko.

Pengrajin kain songket biasanya kalau tidak mendapatakan upahan dari pemasok kain songket akan mengutang benang pada pedagang prantara dan rata-rata menjualnya kepada pemilik modal atau pedagang perantara. Pedagang prantara rata-rata berasal dari luar daerah penelitian. Pengrajin kain songket tidak langsung menjual kain songket kepada konsumen, karena konsumen kain songket umumnya berada di luar daerah penelitian dan untuk memasarkan kain songket ke luar daerah memerlukan waktu dan biaya. Daerah pemasarkan kain songket yaitu Kota Palembang, Jambi, Ranau, Bengkulu, Lampung dan Jakarta.

Kerajinan kain songket dikerjakan oleh kaum wanita dengan menggunakan alat-alat yang sangat sederhana yang terdiri atas :

1. Gelondongan/Bom, diletakan pada bagian bawah sebagai penggulung benang lungsi.

(54)

3. Gun, sebagai pengatur motif semakin banyak motif atau ragam hias semakin banyak gun yang digunakan.

4. Sekoci, berisi benang pakan selama menenun sekoci bergerak ke kiri dan ke kanan. Sekoci digerakan oleh tinjakan.

5. Tinjakan, terdapat pada bagian bawah yang bila diinjak akan mengerakan gun, dan sekoci ke kanan dan ke kiri.

6. Gulungan, tempat menggulung kain tenun yang selesai ditenun. Bila seluruh kain selesai ditenun maka kain akan dikeluarkan dari gulungan. 7. Antokan, sebagai tempat suru dan sekoci yang berpungsi untuk menekan

benang supaya menjadi rapat.

8. Palet, tempat benang di dalam sekoci.

Sebelum proses menenun dimulai sebelumnya benang lebih dahulu dioleh. Bahan baku yang digunakan untuk tenunan songket didatangkan dari luar negeri sehingga perkembangan tenun dipengaruhi juga oleh kelancaran impor bahan dari luar negeri. Khusus untuk pengrajin tenun Desa Tanjung Pinang 1 bahan baku pembuatan kain songket dibeli dari Kota Palembang. Adapun proses pengolahan benang adalah sebagai berikut :

1. Mencelup benang. 2. Menjemur benang 3. Meriring

(55)

4. Mengani

Mengani yaitu menyusun sejumlah benang seseuai dengan bentuk dan kebutuhan seperti untuk membikin selendang dan kain.

5. Mencolet/melimar/mengecep

Yaitu memberi warna lain pada benang yang telah diberi warna dasar untuk membikin bentuk atau warna lain.

6. Setelah dicolet dijemur lagi sampai kering. 7. memasukan benang ke dalam sisir.

8. menggulung benang di dayan.

9. membuat motif, yaitu memasang gun kembang sesuai dengan rencana tenun yang dikehendaki.

10.setelah benang diberi ragam hias/motif kemudian dipindahkan ke alat yang diberi pleting untuk kemudian menjadi benang pakan. Begitu juga dengan benang emas dipindahkan dari gulungan besar ke pleting. Pemindahan ini dilakukan dengan mengunakan alat yang sisebut lilingan yaitu meriring/ mengelos.

(56)

Untuk mendapatkan kualitas songket yang bagus diperlukan waktu yang lama untuk menenun yaitu kurang lebih satu bulan untuk ukuran 2 x 88 cm, dan setengah bulan untuk selendang ukuran 2 x 40/50 cm. Tetapi untuk saat ini penenun hanya memerlukan waktu satu minggu untuk menyelesaikan sepotong kain. Hal tersebut dipengaruhi oleh sistem kerja yang pengupahanya berdasarkan hasil yang telah dicapai. Sehingga semakin banyak menghasilkan kain maka akan semakin banyak juga upah yang diperoleh. Upah rata-rata perpotong untuk kain yaitu antara Rp 100.000,-.sampai Rp. 350.000,-.

Bahan baku kain songket Palembang ini adalah berbagai jenis benang, seperti benang kapas atau dari bahan benang sutera. Untuk membuat kain songket yang bagus digunakan bahan baku benang sutera berwarna putih yang diimpor dari India, Cina atau Thailand. Sebelum ditenun, bahan baku diberi warna dengan jalan dicelup dengan warna yang dikehendaki. Warna dominan dari tenun songket Palembang ini, merah. Namun, saat ini penenun dari Palembang sudah menggunakan berbagai warna, yaitu warna yang biasa digunakan untuk tekstil.

(57)

oranye dan ungu, dilakukan percampuran cat dari warna primer merah,biru dan kuning. Sedangkan untuk mencegah agar warna tidak luntur atau pudar pada waktu pencelupan ditambahkan tawas.

Kekayaan alam Palembang sangat mempengaruhi terciptanya ragam hias dengan pola-pola yang mengagumkan. Sekali pun ragam hiasnya tercipta dari alat yang sederhana, namun tenunannya merupakan karya seni yang amat tinggi nilainya. Jadi, songket bukanlah hanya sekedar kain, melainkan telah menjadi suatu bentuk seni yang diangkat dari hasil cipta, rasa dan karsa penenunnya. Motif-motif ragam songket Palembang pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu: motif tumbuh-tumbuhan (terutama bentuk stilisasi bunga-bungaan), motif geometris dan motif campuran antara tumbuh-tumbuhan dan geometris. Motif kain songket amat beragam, apalagi pada saat ini dimana kreasi-kreasi baru para pengrajin yang imaginatif. Motif-motif kain songekt dapat dilihat pada gambar 5 berikut :

Gambar 5. Motifkain Songket Palembang

(58)

Cantik Manis

Cantik Manis

Lepus Berante Nago Beasung

Tabur Talam Benang Emas Jantung

(59)

Motif-motif tersebut dari dahulu hingga sekarang diwariskan secara turun-temurun, sehingga polanya tidak berubah, karena cara memola motif itu sendiri hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu, dan tidak setiap penenun dapat membuat motif sendiri. Orang yang menenun tinggal melaksanakan pola yang telah ditentukan. Jadi, kerajinan menenun merupakan suatu pekerjaan yang sifatnya kolektif. Sebagai catatan, para penenun di Palembang seluruhnya dilakukan oleh kaum perempuan baik tua maupun muda. Keahlian menenun tersebut pada umumnya diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi lainnya.

Kain songket motif lepus adalah kain songket yang kainnya sepenuhnya adalah cukitan (sulaman) benang emas. Benang emasnya dengan kualitas tinggi didatangkan dari China. Kadangkala benang emas ini diambil dari kain songket yang sudah sangat tua (ratusan tahun) karena kainnya menjadi rapuh, benang emas disulam kembali kekain yang baru. Kualitas jenis songket lepus merupakan kualitas yang tertinggi dan termahal harganya.

Kain tiga negeri. Kain ini dari tiga bagian warna yaitu biru, hijau dan merah. Di bagian tepi motif tumpal berwarna merah, di tengahnya kain limar bermotif bunga tabung. Di bagian paling tengah berwarna hijau bermotif bunga bintang berantai.

D. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Umur Responden

(60)

dipengaruhi oleh struktur umur penduduk. Penggolongan umur pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 untuk mengetahui potensi kerja yang bekerja sebagai pengrajin kain songket. Struktur umur pengrajin kain songket di Desa Tanjung Pinang 1 dapat dilihat pada Tabel 9 berikut : Tabel 9. Komposisi Responden berdasarkan Kelompok Umur di Desa

Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Tahun 2008. No. Kelompok Umur (tahun) Jumlah Persentase 1.

Sumber : Data Primer 2008

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa umur terendah pengrajin kain songket adalah 24 tahun dan umur tertinggi adalah 67 tahun.pengrajin kain songket banyak dikerjakan oleh ibu-ibu rumah tangga yang sebagain besar telah memiliki anak. Dalam penelitian ini pengrajin kain songket yang diambil sebagai responden seluruhnya berstatus peran kawin.

(61)

pendapatan yang dapat membantu kepala rumah tangga dalam menambah penghasilan sehingga dapat memenuhi pengeluaran hidup rumah tangga.

2. Pendidikan Responden

Pendidikan merupakan indikator kualitas penduduk. Kualitas berpengaruh terhadap pembangunan. Pendidikan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendidikan formal yang didapat dibangku sekolah dan pendidikan informal yang didapat diluar bangku sekolah misalnya ketrampilan, magang kerja, mengikuti pendidikan dan latihan. Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi jenis pekerjaan yang dikerjakan, tetapi untuk kegiatan kerajinan tidak membutuhkan pendidikan formal yang tinggi tetapi lebih dipengaruhi oleh pendidikan keterampilan yang diperoleh secara informal (secara turun-temurun). Selanjutnya dalam Tabel 10 berikut dijelaskan tingkat pendidikan responden, yang dimaksud dengan tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal.

Tabel 10. Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu tahun 2008.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah responen

Sumber : Data Primer Tahun 2008

(62)

responden lebih rendah. Dengan demikian terlihat bahwa kerajinan kain songket tidak menuntut tingkat pendidikan yang tinggi, dalam menenun kain songket keterampilan, ketelitan dan kecekatan yang lebih diutamakan. Walaupun jika dilihat dari tengkat pendidikan responden tergolong sedang, namun responden dengan tingkat pendidikan yang demikan mampu membantu dalam penambah pendapatan rumah tangga.

3. Jumlah Anggota dalam Rumah Tangga

Bertolak dari pengertian rumah tangga maka jumlah anggota rumah tangga dapat diartikan jumlah semua anggota rumah tangga yang menjadi tanggungan dalam rumah tangga, sedangkan jumlah anggota rumah tangga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suami, istri, anak, saudara, orang tua atau orang yang tinggal dalam satu rumah yang menjadi tanggungan bagi kepala rumah tangga. Banyak sedikitnya jumlah jiwa dalam suatu rumah tangga akan menjadi tanggungan kepala ruamh tangga dan berpengaruh dalam upaya pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangganya. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga akan semakin besar pula kebutuhan hidup yang harus disedikan oleh kepala rumah tangga. Berikut Tabel jumlah anggota rumah tangga responden :

Tabel 11. Komposisi Rumah Tangga Responden berdasarkan Jumlah Anggota Rumah Tangga di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu tahun 2008.

No. Jumlah Anggota Rumah Tangga Jumlah RT Persentase 1.

2.

Rumah tangga kecil (kurang/sama dengan 4 orang)

(63)

Banyaknya jumlah anggota rumah tangga merupakan faktor pendorong bagi ibu rumah tangga untuk bekerja disektor yang menghasilkan uang, sebab jumlah anggota rumah tangga erat hubungannya dengan beban tanggungan kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seluruh anggota rumah tangga. Dengan tingginya jumlah anggota rumah tangga mendorong ibu rumah tangga untuk membantu kepala rumah tangga dalam menambah pendapatan rumah tangga sehingga kebutuhan hidup anggota rumah tangga dapat terpenuhi.

4. Pendapatan Rumah Tangga

Pendapatan merupakan jumlah penerimaan barang atau uang dari pihak lain atau dari hasil usaha itu sendiri dihitung dengan cara menilainya dengan jumlah uang atau harga yang berlaku saat ini (Mulyanto Sumardi, 1985 : 20). Dalam penelitian ini rumah tangga yang pendapatannya paling sedikit yaitu sebesar Rp.900.000,- dan rumah tangga responden yang pendapatannya paling banyak yaitu Rp. 3.700.000,-.

(64)

Tabel 12. Pendapatan Rumah Tangga Responden berdasarkan Besarnya Pendapatan Perumah Tangga Per Bulan di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Tahun 2008.

No. Jumlah pendapatan RT perbulan Jumlah RT Persentase 1.

2.

3.

Berpendapatan rendah, apabila jumlah pendapatannya kurang dari Rp. 700.000,-/ bulan.

Berpendapatan sedang, apabila jumlah pendapatannya antara Rp. 700.000,- sampai Rp.1.250.000,-/ bulan.

Berpendapatan tinggi, apabila jumlah pendapatannya di atas Rp. 1.250.000,-/ bulan.

Sumber : Data Primer 2008

(65)

5. Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Kepala Rumah Tangga

Pendapatan kepala rumah tangga adalah pendapatan yang diterima oleh kepala rumah tangga dari hasil usahanya melalui pekerjaanya. Dalam penelitian ini pekerjaan kepala rumah tangga pengrajin kain songket mayoritas bermata pencarian sebagai pengrajin besi, seperti membuat parang, pisau, arit, lingis, dan lain sebagainya dan ada juga yang mempunyai pekerjaan lainnya. Kepala rumah tangga selain sempunyai pekerjaan pokok, juga mempunyai pekerjaan sampingan. Berikut adalah Tabel 13 jenis pekerjaan pokok dari kepala rumah tangga responden pengrajin kain songket :

Tabel 13. Jenis Pekerjaan Pokok Kepala Rumah Pengrajin Kain Songket di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Tahun 2008. No. Jenis Pekerjaan Jumlah responden Persentase 1.

Sumber : Data Primer Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 13 dapat diketahui dari 56 orang kepala rumah tangga 82,14% kepala rumah tangga bekerja sebagai pengrajin besi. Berdasarkan hasil penelitian dari 56 responden terdapat 2 orang kepala rumah tangga yang mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebagai pedagang. Responden yang mempunyai pekerjaan sampingan adalah kepala keluarga yang mempunyai pekerjaan pokok sopir dan guru.

(66)

bekerjaanya baik dari pekrjaan pokok maupun sampingan dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini :

Tabel 14. Besarnya pendapatan Kepala Rumah Tangga Pengrajin Kain Songket perbulan di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Tahun 2008.

No. Pendapatan responden perbulan Jumlah Responden

Sumber : Data Primer Tahun 2008

Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa sebanyak 41 (73,21%) kepala keluarga yang pendapatanya di bawah UMR yaitu sebesar Rp.743.000,-/ bulan. Ini menandakan bahwa pendapatan kepala rumah tangga tergolong kecil karna belum mencapai angka upah minimum regional yang berlaku di daerah tersebut. Dengan demikian diharapkan kepada kepala rumah tangga agar dapat mencari pekerjaan sampingan dan meningkatkan kinerjaanya guna meningkatkan pendapatannya.

6. Pendapatan Ibu Rumah Tangga

(67)

Dalam penelitian ini yang dimaksud pendapatan ibu rumah tangga adalah pendapatan yang diterima ibu rumah tangga dari hasil menenun perbulannya. Dari data yang diperoleh pendapatan ibu rumah tangga terendah Rp.350.000,- perbulan, pendapatan tertinggi Rp. 1.500.000,- dan pendapatan pengrajin kain songket dari 62 pesponden sebesar Rp. 50.850.000,- sedangakan pendapatan rata-ratanya adalah Rp. 820.161,-. Untuk melihat pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dapat dilihat pada Tabel 15 berikut :

Tabel 15. Jumlah Responden menurut besarnya pendapatan perbulan di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Tahun 2008. No. Pendapatan responden perbulan Jumlah

Responden

Sumber : Data Primer Tahun 2008

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa 61,29 % pengrajin kain songket pendapatannya di atas UMR yang berlaku di daerah tersebut, yaitu sebesar Rp. 743.000,-. Dilihat dari pendapatan ibu rumah tangga yang diperoleh dapat digunakan untuk memenuhi pengeluaran hidup rumah tangga Dengan pendapatan tersebut ibu rumah tangga dapat membantu kepala rumah tangga dalam memenuhi pengeluaran hidup rumah tangga.

(68)

orang responden yaitu sebanyak 233 potong dengan rata rata responden yang menghasilkan kain songket sebanyak 4 potong kain songket, untuk melihat banyaknya kain songket yang dihasilkan responden dalam satu bulannya dapat dilihat pada Tabel 16 berikut :

Tabel 16.Banyaknya Kain songket yang dihasilkan dalam jangka waktu satu bulan.

Sumber : Data Primer tahun 2008.

Dari Tabel 16 terdapat perbedaan jumlah kain songket yang dihasilkan dari setiap responden, hal ini dapat dipengaruhi oleh motif dan tingkat kerumitan kain songket yang dikerjakan.

Pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dapat bedakan menjadi dua, yaitu pendapatan ibu rumah tangga yang diterima dari mengambil upahan dari pemasok kain songket dan dari hasil menenun sendiri dengan mengutang benang pada pedagang perantara. Rata-rata pendapatan responden dari setiap potong kain songket dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini :

Tabel 17. Rata-rata pendapatan responden dari hasil menenun dengan mengutang pada pedagang prantara dan mendapat upahan dari pemasok kain songket tiap potong kain songket.

No. Keterangan Banyak Rupiah

Rata-rata pendapatan

(69)
(70)

memgambil utangan benang pada pedagang prantara karena pendapatannya akan lebih tinggi.

7. Sumbangan Pendapatan Ibu Rumah Tangga Pengrajin Kain Songket terhadap Total Pendapatan Rumah Tangga

Sumbangan pendapatan ibu rumah tangga adalah sumbangan penghasilan ibu rumah tangga terhadap pendapatan total rumah tangga, yang dihitung dalam persen, dengan cara membandingkan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket dengan pendapatan total rumah tangga di kalikan seratus persen. Sumbangan pendapatan ibu rumah tangga pengrajin kain songket diperoleh dari besarnya pendapatan rata-rata ibu rumah tangga dibandingkan dengan besarnya pendapatan rata-rata rumah tangga dikalikan dengan seratus persen. Besarnya pendapatan rumah tangga responden yaitu sebesar Rp. 1.517.420,-. Besarnya pendapatan ibu rumah tangga yaitu sebesar Rp.820.161,- dengan demikian sumbangan pendapatan responden terhadap pendapatan rumah tangga yaitu sebesar 54,05 %. Untuk melihat berapa orang responden yang pendapatannya lebih dari 50 % pendapatan rumah tangga masing-masing responden dapat dilihat pada Tebel 18 berikut :

Tabel 18. Persentase Sumbangan Ibu Rumah Tangga Pengrajin Kain Songket terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Baru Tahun 2008.

No. Persentase Sumbangan (%) Jumlah Persentase

1. > 50 % 40 64,52

2. = 50 % 4 6,45

3. < 50 % 18 29,03

Jamlah 62 100

(71)

Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui besarnya persentase sumbangan responden dalam hal ini ibu rumah tangga pengrajin kain songket terhadap pendapatan rumah tangga. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sumbangan pendapatan pengrajin kain songket terhadap pendapatn rumah tangga tergolong besar jika dibandingkan dengan pendapatan anggota rumah tangga yang lain. Ini menandakan juga bahwa pendapatan kepala rumah tangga lebih kecil dari pada ibu rumah tangga pengrajin kain songket. Walaupun kerajinan kain songket merupakan warisan turun-temurun namun dari kerajinan kain songket masyarakat dapat memperoleh pendapatan yang lebih besar untuk memenuhi pengeluaran hidup dan dapat dijadikan sebagai mata pencarian penduduk wanita di Desa Tanjung Pinang 1.

Selain itu berdasarkan data yang diperoleh terdapat enam orang responden yang statusnya sebagai janda dan untuk menambah pendapatan rumah tangga dibantu oleh anggota rumah tangga yang lain, selain itu terdapat dua orang responden dari enam orang responden yang tidak dibantu oleh anggota rumah tangga yang lain untuk menambah pendapatan, jadi 100 persen pendapatan responden disumbangkan untuk rumah tangga.

Gambar

Tabel 1 Banyaknya songket yang dihasilkan dalam satu bulan dan besarnya
Gambar 1 Diagram Alir Kerangka Pemikiran
Tabel 2  Persebaran Populasi dan Sampel pada 2 dusun di Desa Tanjung Pinang 1 Kecamatan Tanjung Batu Kabupaten Ogan Ilir tahun 2008
Gambar 4. Grafik Schmidth-Ferguson
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian Kajian Pemenuhan Kebutuhan Air Bersih Melalui Pemanfaatan Air Tanah Individual pada Rumah-Rumah Kos di Kawasan Pendidikan Tinggi Tembalang bertujuan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan kepada guru, calon guru matematika, pengamat matematika, dan peneliti-peneliti matematika

Pada pembuatan gelatin, perlakuan bahan baku berupa kolagen hewan dengan asam encer atau dengan basa menyebabkan pemotongan ikatan silang protein, strukturnya

Wawancara dengan Ibu Fauziah, Orang Tua dari Rijani, yang berusia 12 Tahun, Lok Besar, Minggu 10 Januari 2020, Pukul 16.. keteladanan dengan memberikan contoh langsung

Untuk mengetahui apakah suatu rekayasa sudah cukup efektif, diperlukan suatu pengukuran sebagai patokan selain visual, yaitu waktu tempuh pada sebuah ruas jalan, permasalahan terse-

Meskipun sepertiga dari sampel bibit tanaman yang diamati mengalami kematian karena ditanam pada area yang ternaungi, sisanya menunjukkan pertambahan tinggi, diameter, dan lebar

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Menteri tersebut di atas, Limbah Non B3 yang dapat diimpor hanya berupa Sisa, Skrap atau Reja yang digunakan untuk bahan baku

Informasi awal efektivitas daya bunuh kelambu PermaNet sebelum dibagikan atau digunakan tidak ada, akan tetapi hasil uji bioassay kelambu PermaNet baru yang baru dibuka dari