• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TWO STAY STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 SUNGAILANGKA KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN ESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TWO STAY STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 SUNGAILANGKA KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN ESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga pelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prisnsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Dalam belajar IPA siswa diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Pendidikan IPA di sekolah dasar (SD) diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA guru harus menggunakan metode maupun strategi pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk mengembangkan potensi dirinya agar mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

(4)

banyak menggunakan metode caramah, agar materi yang banyak tersebut dapat dengan cepat terselesaikan tanpa memperhatikan apakah materi sudah dikuasai siswa atau belum.

Meskipun CBSA sudah diperkenalkan sejak lama, namun belum banyak merubah pola mengajar guru dan pola belajar siswa. Pola pembelajaran masih terfokus pada guru. Demikian pula yang terjadi di SDN 4 Sungailangka, dalam penyampaian pembelajaran IPA, masih banyak ditemukan siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran. Metode pembelajaran yang sering dipakai guru dalam pembelajaran IPA adalah metode ceramah, sehingga pembelajaran cenderung tidak aktif. Imbasnya pada guru sendiri adalah kelelahan, karena mungkin sudah sejak pagi hingga siang, keluar masuk kelas yang berbeda untuk mengajarkan pelajaran IPA dengan banyak ceramah, hingga mulut terasa kaku.

Metode diskusi dan pemberian tugas terkadang juga digunakan dalam pembelajaran IPA di SDN 4 Sungailangka. Tetapi kegiatan tersebut juga belum terlihat melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Nampaknya masih sulit bagi guru untuk dapat melibatkan secara aktif siswa dalam pembelajaran. Untuk merubah sistem pembelajaran yang demikian memerlukan usaha yang maksimal dari guru melalui inovasi-inovasi strategi atau metode pembelajaran. Terutama metode pembelajaran yang mampu memotivasi siswa untuk belajar, metode pembelajaran yang mampu memvasilitasi siswa untuk belajar.

(5)

gagasan, memecahkan masalah, bahkan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat, dan penuh gairah. Bahkan anak didik dapat sering meninggalkan tempat duduk mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (moving about and thinking aloud).

Oleh karena itu, guru IPA di SDN 4 Sungailangka perlu melakukan pengelolaan pembelajaran, yang banyak menyediakan kegiatan bagi siswa untuk belajar, agar tujuan pembelajaran terutama pencapaian kompetensi pelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya dapat tercapai secara optimal. Karena hasil belajar anak didik sebagian besar ditentukan oleh proses belajar yang dilalui oleh anak didik itu sendiri, yaitu proses belajar yang menyenangkan, bersemangat, dan penuh gairah.

Sebagai gambaran dari proses pembelajaran IPA yang telah dilakukan selama ini di SDN 4 Sungailangka pada aspek kognitif, berdasarkan analisis terhadap hasil ulangan harian dan mid semester pelajaran IPA kelas IV di SDN 4 Sungailangka yang sudah berlangsung pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 ini, diperoleh nilai rata-rata sebesar 60,21. Sedangkan untuk hasil belajar afektif dan psikomotor sampai saat ini belum dilakukan penilaian. Nilai rata-rata sebesar 60,21 tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif pelajaran IPA siswa kelas IV di SDN 4 Sungailangka saat ini belum dapat dikatakan optimal.

(6)
[image:6.595.116.509.405.479.2]

tersebut menggambarkan bahwa bahan pelajaran yang diberikan dari awal semester hingga mid semester baru dapat dikuasai sebanyak 60,21%. Meskipun nilai rata-rata ini sudah melebihi KKM yang ditetapkan sekolah, tetapi jumlah siswa yang tuntas dan belum tuntas seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1, masing-masing adalah 50% siswa di kelas IV tersebut yang sudah tuntas dan belum tuntas. Hal ini menunjukkan baru ada 50% siswa yang dapat menguasai bahan pelajaran yang diajarkan selama ini dengan baik. Dengan demikian proses pembelajaran belum optimal.

Tabel 1. Ketuntasan Pelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN 4 Sungailangka Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Semester Ganjil T.P 2012/2013

No. Nilai Frekuensi Persentase Keterangan

1. < 60 12 50% Belum Tuntas

2. 60 - 75 9 38% Tuntas

3. > 75 3 13% Tuntas

24 100%

Jumlah

Keterangan : KKM pelajaran IPA kelas IV adalah 60.

(7)

Pada dasarnya dalam mengelola pembelajaran, guru dituntut untuk melakukan persiapan-persiapan mengajar secara menyeluruh terhadap proses-proses pembelajaran yang akan dilakukan. Menurut Sholeh (2004:58), persiapan mengajar tersebut meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengawasan (controlling) terhadap pembelajaran. Sehingga dalam setiap tahapan selalu terukur dan terpantau berbagai keadaan yang terkait dengan peserta didik maupun kondisi obyektif dari proses pembelajaran.

Sebagai upaya peneliti untuk memperbaiki dan melakukan inovasi proses pembelajaran agar dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 4 Sungailangka, peneliti mencoba sebuah strategi dalam pengelolaan proses pembelajaran yang dikenal dengan nama pembelajaran kooperatif metode struktural dengan teknik Two Stay-Two Stray (TSTS). Teknik belajar kooperatif TSTS (dua tinggal dua tamu) dikembangkan oleh Spencer Kagan pada Tahun 1992 (Sugiyanto, 2010:54). Struktur belajar kooperatif dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah berikut :

1. Pembelajaran IPA di kelas kelihatan masih monoton.

(8)

3. Belum terjadi interaksi aktif antara siswa dengan materi pelajaran, antara siswa dengan siswa, dan antara guru dengan siswa, karena guru cenderung tidak melakukan pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran.

4. Kualitas pembelajaran IPA saat ini belum optimal, karena perolehan nilai rata-rata hasil ulangan dan mid semester baru mencapai 60,21. Untuk dapat dikatakan optimal maka nilai rata-rata tersebut harus berada pada kisaran 76–99.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas maka peneliti akan memfokuskan masalah penelitian ini pada masalah pengelolaan kelas atau masalah yang ketiga, yaitu belum terjadi interaksi aktif antara siswa dengan materi pelajaran, antara siswa dengan siswa, dan antara guru dengan siswa. Upaya pengelolaan pembelajaran di kelas yang akan peneliti lakukan adalah mencoba menerapkan suatu strategi pembelajaran kooperatif terstruktur TSTS. Dengan menerapkan metode tersebut dalam pembelajaran di kelas, diharapkan siswa akan lebih aktif. Dampak yang diharapkan dari keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tersebut adalah akan terjadi peningkatan pada hasil belajar pada aspek kognitif maupun afektif. Oleh karena itu peneliti mengajukan rumusan masalah, sebagai berikut :

(9)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN 4 Sungailangka Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran pada aspek kognitif maupun afektif dengan menggunakan pembelajaran kooperatif TSTS.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini diharapkan bermanfaat bagi :

1. Siswa, proses belajar mengajar IPA di kelas IV SDN 4 Sungailangka menjadi menarik dan menyenangkan serta hasil belajar IPA menjadi meningkat. 2. Guru, ditemukan strategi pembelajaran yang tepat atau tidak konvensional

tetapi bersifat variatif dan inovatif.

(10)

KAJIAN PUSTAKA

A. Aktivitas dan Hasil Belajar IPA

1. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

BSNP (2006:484) menyebutkan IPA adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, baik pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip, serta proses penemuan. Pendidikan IPA di SD diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa SD untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan

sehari-hari.

(11)

penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu mempelajari dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untukinkuiri

dan berbuat, sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

2. Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

(12)

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs (BNSP, 2006:485).

3. Fungsi Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

Siswa perlu memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai yang berhubungan dengan perubahan dan pengoperasian dalam membangun dunia di masa kini dan di masa depan. Pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang memberikan pengalaman yang berharga pada siswa untuk selanjutnya terlibat langsung dalam setiap proses belajar mengajar, sehingga nantinya dapat menghasilkan karya cipta yang memiliki arti bagi kehidupan siswa dan masyarakat. Singkatnya, siswa dapat menguasai berbagai perangkat ilmu pengetahuan dan dapat bereksperimen atau mencoba membuat suatu benda yang berhubungan dengan teknologi di lingkungan sekitarnya.

Mata pelajaran IPA diharapkan dapat berfungsi, untuk:

a. Mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap serta keterampilan siswa untuk menelaah teknologi yang ada di sekitarnya.

b. Mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam hal ide dasar menggambar, merancang, membuat, penyajian, dan pengujian benda-benda yang berhubungan dengan teknologi (Soleh, dkk. (2004:30).

4. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

(13)

pengetahuan antara lain : pertanian, teknologi, peternakan, pertukangan, kelautan, boga, busana, anyaman, budi daya holtikuliura, pertamanan, dan lainnya.

Pembelajaran IPA di SD mengembangkan dua aspek, yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep serta prinsip. Kerja ilmial meliputi penyelidikan atau penelitian, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas dan pemecahan masalah, sikap dan nilai ilmiah, serta saling keterkaitan antara sains, teknologi, masyarakat, dan lingkungan (salingtemas). Sedangkan pembahaman konsep dan prinsip meliputi materi/zat dan sifatnya, energi dan perubahannya, makhluk hidup dan proses kehidupan, serta bumi dan antariksa/alam semesta.

5. Aktivitas Belajar IPA

(14)

Menurut Djamarah (2005:79), tidak ada proses be1ajar tanpa keaktifan anak didik yang belajar. Kadar/bobot keaktifan anak didik dalam belajar berada pada rentangan skala 0-10, tidak ada skala nol, betapapun kecilnya keaktifan tersebut. Aktivitas belajar anak tidak selalu sama. Tergantung pada penggunaan metode dan pendekatan belajar mengajar serta orientasi belajar.

Lingkungan anak didik menyediakan fenomena alam yang menarik dan penuh misteri. Anak sebagai “young scientist” (peneliti muda) mempunyai rasa

keingintahuan (curiousity) yang tinggi. Adalah keharusan di dalam pendekatan pembelajaran IPA untuk memelihara keingintahuan anak dan memotivasinya, sehingga mendorong anak didik untuk mengajukan keragaman pertanyaan

seperti “apa, mengapa, dan bagaimana” terhadap objek dan peristiwa yang ada di alam. Pada perkembangan lebih lanjut pertanyaan itu ditingkatkan menjadi

pertanyaan yang menanyakan hubungan seperti “bagaimana jika”.

Sebagai hasil eksplorasi terhadap lingkungan, anak didik diharapkan membentuk dirinya dengan sikap seorang ilmuwan cilik. Selama kegiatan belajar, perlu ditumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan untuk menggunakan keterampilan proses seperti mengajukan pertanyaan, menduga jawabannya, merancang penyelidikan, melakukan percobaan, mengelola dan mengolah data, mengevaluasi hasil, dan mengkomunikasikan temuannya kepada beragam orang dengan berbagai cara yang dapat memberi pemahaman dengan baik.

(15)

dengan perguruan tinggi memiliki gagasan/pengetahuan tentang lingkungan dan peristiwa/gejala alam di sekitarnya, meskipun gagasan tersebut terkadang terlalu naif dan tidak masuk akal.

Para ahli pendidikan berpendapat bahwa inti kegiatan pendidikan adalah memulai pelajaran dari “apa yang diketahui anak didik”. Guru tidak dapat

mengindoktrinasi gagasan saintifik supaya anaka didik mau mengganti dan memodifikasi gagasannya yang non-saintifik menjadi gagasan/pengetahuan saintifik. Dengan demikian, arsitek perubah gagasan peserta didik adalah peserta didik itu sendiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator penyedia kondisi, supaya proses belajar untuk memperoleh konsep yang benar dapat berlangsung dengan baik.

Diskusi atau kerja kelompok merupakan salah satu kondisi belajar yang menyediakan kesempatan agar semua peserta didik mau mengungkapkan gagasan, pengujian dan penelitian sederhana, demonstrasi, dan peragaan prosedur ilmiah, dan kegiatan praktis lain yang memberi peluang anak didik untuk mempertanyakan, memodifikasi, dan mempertajam gagasannya.

6. Hasil Belajar IPA

(16)

Akan tetapi tidak semua mata pelajaran menghasilkan output atau produk belajar pada ketiga ranah tersebut, tergantung pada karakteristik mata pelajaran.

Hasil pembelajaran IPA pada dasarnya dapat dilihat pada ranah afektif dan kognitif. Hasil pembelajaran pada ranah afektif yang ditekankan dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif metode struktural dengan teknik TSTS adalah interaksi siswa, yaitu bagaimana kerjasama atau keterlibatan siswa mendalami materi dalam kelompok mereka, bagaimana siswa mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan baik antar sesama siswa maupun antara siswa dengan guru, bagaimana siswa menyelesaikan soal-soal latihan, menyelesaikan tugas rumah, serta gambaran sikap dan perasaan siswa ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan metode yang diberikan.

Menurut Pribadi (2009:46) ada dua kategori tes yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan siswa yang terkait dengan aspek kognitif, yaitu tes objektif dan tes karangan. Tes objektif pada umumnya berupa tes yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dengan jawaban yang tersedia. Contohnya : tes benar–salah (truefalse), tes pilihan ganda (multiple choice), mengisi (fill in) dan menjodohkan (matching). Sedangkan tes bentuk karangan (essay) merupakan tes yang menghendaki siswa untuk menjawab pertanyaan dengan pengetahuan berbentuk tulisan.

(17)

bantuan, serta perhatian khusus bagi siswa-siswa yang lambat agar menguasai standar kompetensi atau kompetensi dasar. Depdiknas (2008:13) menentapkan bahwa ketuntasan belajar dalam KTSP ditetapkan dengan penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar harus ditetapkan oleh guru, misalnya apakah peserta didik harus mencapai nilai 75, 65, 55, atau sampai nilai berapa seorang peserta didik dinyatakatan mencapai ketuntasan dalam belajar.

Hasil belajar IPA pada umumnya masih rendah. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar adalah kualitas proses pembelajaran yang kurang baik atau kurang bermakna. Pembelajaran yang dilaksanakan saat ini masih terpusat pada guru. Pelibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran umumnya masih sebatas teori. Metode ceramah yang digunakan guru hanya mampu mengarahkan siswa untuk menerima konsep-konsep atau materi saja, sedangkan interaksi siswa dengan materi pelajaran sangat kurang.

(18)

Menurut Sardiman (2011:92), menyebutkan angka ketuntasan minimal yang

harus dicapai oleh setiap siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Angka

merupakan simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa belajar, yang

utama justru untuk mencapai angkat/nilai yang baik.

Penentuan batas pencapaian ketuntasan, meskipun umumnya disepakati pada skor 75, namun batas ketuntasan yang paling realistik adalah ditetapkan oleh sekolah atau daerah. Hal tersebut disesuaikan dengan memperhatikan dan mempertimbangkan terhadap analisis tiga hal, yaitu tingkat kerumitan (kompleksitas), tingkat kemampuan rata-rata siswa dan tingkat kemampuan daya dukung sekolah (Sardiman, 2011:93).

(19)

Ada baiknya jika guru memberitahukan kepada siswa batas ketuntasan minimal yang harus dicapai pada mata pelajaran yang diajarkan, agar siswa termotivasi untuk belajar, berfikir dan bertindak untuk dapat mencapai tujuan belajarnya atau ketuntasan belajar yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Bandura (Uno, 2008:212), keberadaan tujuan akan berpengaruh terhadap perilaku. Tujuan yang spesifik, tidak terlalu sukar, dan tampak bisa dicapai dalam waktu yang tidak terlalu lama akan mendorong usaha untuk meningkatkan harapan untuk selalu sukses. Tujuan yang spesifik akan menjadi ukuran yang jelas bagi kinerja. Tujuan yang tidak terlalu sukar atau tidak terlalu mudah memberikan tantangan yang cukup realistis sehingga apabila dicapai dengan sukses akan meningkatkan keyakinan diri. Keyakinan diri akan meningkatkan status sosial siswa di kelas. Tujuan yang disusun sendiri oleh siswa bersangkutan akan jauh lebih efektif untuk meningkatkan kinerja dan prestasi siswa bersangkutan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka agar bisa menyusun tujuan yang menantang dan bisa dicapai, siswa harus dibimbing dalam hal menggambarkan apa yang diharapkan untuk dicapai apabila mereka secara konsisten melakukan usaha yang efektif. Apabila terjadi siswa melakukan urutan kegiatan yang panjang hanya untuk mencapai tujuan maka siswa harus dibimbing untuk membagi tujuan itu menjadi tujuan aktivitas jangka pendek dan memahami kaitan tujuan jangka pendek tersebut untuk mencapai tujuan jangka panjang.

Standar tujuan yang lebih tinggi menurut McLaughlin dan Gnagey (Uno, 2008:213),

cenderung untuk mencapai kinerja yang lebih tinggi. Sayangnya, siswa

(20)

untuk mempertahankan standarnya agar tetap tinggi dengan jalan memonitor

penetapan tujuan dan memberi penguatan kepada tujuan yang berstandar tinggi.

Djamarah (2005:97) membagi keberhasilan proses pembelajaran dalam empat tingkatan, sebagai berikut :

a. Istimewa/maksimal : 100% bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik. b. Baik sekali/optimal : 76% – 99% bahan pelajaran dapat dikuasai oleh

anak didik.

c. Baik/minimal : 60% – 75% bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik.

d. Kurang : < 60% bahan pelajaran dapat dikuasai oleh anak didik.

Taraf atau keberhasilan proses pembelajaran tersebut dapat digunakan untuk upaya perbaikan dengan pertimbangan barikut:

a. Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran mencapai taraf keberhasilan minimal, optimal, atau maksimal, maka proses pembelajaran berikutnya dapat membahas pokok bahasan yang baru.

b. Apabila 75% dari jumlah siswa yang mengikuti pembelajaran mencapai taraf keberhasilan kurang, maka proses pembelajaran berikutnya adalah perbaikan (remedial) (Djamarah, 2005:98).

B. Metode Pembelajaran Kooperatif TipeTwo Stay – Two Stray

1. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray

(21)

itu, guru hendaknya merubah kegiatan pembelajaran menjadi modern, yang lebih berpusat pada siswa, dan yang dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar menemukan sendiri, bekerjasama dan mengkomunikasikan hasil belajarnya serta membuat siswa semakin aktif dan kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang berlandaskan konstruktivisme. Menurut Trianto (2010:56), pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif metode struktural dengan teknik Two Stay-Two Stray(TSTS) dikembangkan secara asli oleh Spencer Kagan pada Tahun 1992. Teknik TSTS memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri-sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya (Sugiyanto, 2010:54).

(22)

siswa melakukan proses diskusi seperti biasa dalam kelompoknya maka dua orang anggota kelompoknya akan bertamu ke dua kelompok yang lain untuk menggali informasi atau saling bertukar pendapat, setelah selesai maka dua orang anggota yang bertamu ke dua kelompok lain tersebut kembali ke kelompoknya dan melaporkan hasilnya.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif TipeTwo Stay – Two Stray

Penerapan metode pembelajaran kooperatif TSTS bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang sukses, yaitu pembelajaran yang mampu membantu siswa mencapai kompetensi yang diinginkan. Menurut Smith dan Ragan (Pribadi, 2009:23), ada tiga indikator yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan proses pembelajaran, yaitu efektif, efisien dan menarik. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membawa siswa untuk mencapai tujuan atau kompetensi seperti yang diharapkan. Sedangkan makna dari pembelajaran yang efisien adalah aktivitas pembelajaran yang berlangsung menggunakan waktu dan sumberdaya yang relatif sedikit. Pembelajaran perlu diciptakan menjadi peristiwa yang menarik agar mampu meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.

Trianto (2010:57) menyimpulkan tujuan pembelajaran kooperatif dari beberapa ahli, sebagai berikut :

(23)

b. Memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individual maupun secara kelompok (Johnson & Johnson, 1994).

c. Untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya (Eggen & Kauchak, 1996).

d. Dapat mengurangi kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual dan dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan siswa (Zamroni, 2000).

Pembelajaran IPA memiliki karakteristik penyelidikan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA memerlukan kegiatan penyelidikan, baik melalui observasi maupun eksperimen, sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah. Selain itu, pembelajaran IPA mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Melalui kerja ilmiah, peserta didik dilatih untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk berpikir kreatif, kritis, analitis, dan divergen (BNSP, 2006:12).

(24)

3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay – Two Stray

Langkah-langkah pembelajaran dengan TSTS, adalah sebagai berikut:

a. Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok yang tiap kelompok terdiri dari empat orang siswa.

b. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa.

c. Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok lain.

d. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

e. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

f. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. (Sugiyanto, 2010:54).

4. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif TipeTwo Stay – Two Stray

Setiap model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Tidak ada satu model pembelajaran yang sempurna. Adapun kelebihan pembelajaran kooperatif metode struktural dengan teknik TSTS ini, antara lain:

a. Berorientasi kelas dan berpusat pada siswa. b. bersifat kompetitif, aktif dan kooperatif.

c. Memberi siswa kesempatan untuk mempelajari sesuatu dengan baik dan sekaligus menjadi nara sumber bagi satu sama lain.

d. Guru dapat mempertinggi daya nalar murid dan memotivasi mereka aktif dalam belajar, sehingga proses belajar dan pembelajaran menjadi hidup harmonis serta bergairah.

(25)

f. Suasana kelas menjadi bergairah, dimana para siswa mencurahkan perhatian dan pemikiran mereka terhadap masalah yang sedang dibicarakan.

g. Dapat menjalin hubungan sosial antar individu siswa sehingga menimbulkan rasa harga diri, toleransi, demokrasi, berpikir kritis dan sistimatis.

Kelemahan pembelajaran kooperatif metode struktural dengan teknik TSTS ini, antara lain:

a. Menempatkan seluruh tanggung jawab pengajaran kepada seluruh anggota kelas.

b. Adanya sebagian siswa yang kurang berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan belajar dapat menimbulkan sikap acuh tak acuh dan tidak ikut bertanggung jawab terhadap hasil diskusi.

c. Sulit meramalkan hasil yang ingin dicapai karena penggunaan waktu yang mungkin terlalu panjang.

d. Para siswa mungkin mengalami kesulitan mengeluarkan ide-ide atau pendapat mereka secara ilmiah atau sistimatis.

C. Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar dengan Metode Pembelajaran Kooperatif TipeTwo Stay – Two Stray

Pembelajaran dengan teknik TSTS dikelola dalam tahap-tahap yang terstruktur, terdiri dari pendahuluan, pelaksanaan, penguatan, dan penutup, antara lain:

(26)

baru. Menurut Djamarah (2005:91), kegiatan pendahuluan dapat dilakukan dengan cara: (1) mengulang bahan pelajaran yang lalu yang mempunyai hubungan dengan bahan yang akan diajarkan, (2) mengajukan pertanyaan yang umum sehubungan bahan pelajaran untuk membangkitkan minat.

2. Pelaksanaan merupakan kegiatan pokok pembelajaran untuk menanamkan konsep atau materi kepada siswa dengan pendekatan keterampilan proses dasar IPA. Menurut Djamarah (2005:92), kegiatan yang tergolong dalam langkah ini meliputi:

a. Menjelaskan bahan pelajaran baru dibantu dengan peragaan, unjuk laku (demonstrasi), gambar, model, bagan, yang sesuai dengan keperluan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengembangkan kemampuan mengamati dengan cepat, cermat, dan tepat.

b. Merumuskan hasil pengamatan dengan merinci, mengelompokkan,. atau mengklasifiksikan materi pelajaran yang diserap dan kegiatan pengamatan terhadap bahan pelajaran tersebut.

c. Menafsirkan hasil pengelompokkan itu dengan menunjukkan sifat, hal, peristiwa, atau gejala yang terkandung pada tiap-tiap kelompok.

d. Meramalkan sebab akibat kejadian perihal atau peristiwa lain yang mungkin terjadi di waktu lain atau mendapat suatu perlakuan yang berbeda.

e. Menerapkan pengetahuan keterampilan, sikap yang ditemukan atau diperoleh dari kegiatan sebelumnya pada keadaan atau peristiwa yang baru atau berbeda.

f. Merencanakan penelitian umpamanya mengadakan percobaan sebubungan dengan masalah yang belum terselesaikan.

g. Mengkomunikasikan hasil kegiatan kepada orang lain dengan diskusi, ceramah, mengarang, dan sebagainya.

3. Penguatan dilakukan dengan pemberian tugas dan latihan mengerjakan soal-soal pelajaran IPA sesuai dengan pokok materi yang dipelajari.

(27)

Melalui langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan teknik TSTS yang terstruktur seperti yang telah dijelaskan di atas, diharapkan siswa akan mengalami atau melakukan aktivitas belajar. Siswa yang mengalami atau melakukan aktivitas belajar akan memiliki kemampuan dalam menyimpan, memproses dan memanggil kembali pengetahuan atau informasi-informasi yang telah disimpannya. Ketika siswa mencoba untuk mengeluarkan dan menggunakan kembali memorinya maka mereka dapat dikatakan telah menunjukkan kemampuan hasil belajar. Menurut Jerry Lucas (Djamarah, 2005:66), pemberdayaan memori yang dimiliki siswa akan lebih efektif dan efesien dalam membantu belajar siswa dalam kondisi apapun.

Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan secara kooperatif dapat dipengaruhi oleh perilaku komunikasi individunya. Jika keberhasilan itu dikembangkan dan didukung oleh faktor sosial, dari keberadaan individu dalam lingkungan kelompok tertentu akan mempengaruhi perilaku biologi sosial yang ia kembangkan. Maka tidaklah cukup keberhasilan pembelajaran berdasarkan keseimbangan perilaku komunikasi seseorang jika hal hasil belajar itu diperuntukkan bagi adaptasi dan pencarian posisi dalam kelompoknya. Dengan demikian setting pembelajaran yang dilakukan guru harus mampu mengarahkan perilaku individu secara sosial kontrol dalam kelompoknya, sehingga mampu menempatkan dirinya dan menunjukkan dirinya sebagai individu yang berhasil da1am belajar.

(28)

1. Keterampilan kooperatif tingkat awal

a. Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya;

b. Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok;

c. Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota kelompok untuk memberikan konstribusi; dan

d. Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan persepsi/pendapat. 2. Keterampilan kooperatif tingkat menengah

a. Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan verbal agar pembicara mengetahui Anda secara energik menyerap informasi; b. Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi

lebih lanjut;

c. Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat berbeda;

d. Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan bahwa jawaban tersebut benar.

3. Keterampilan kooperatif tingkat mahir

a. Mengkolaborasi, yaitu memperluas konsep; b. Membuat kesimpulan; dan

c. Menghubungkan pendapat-pendapat dengan topik tertentu.

D. Kerangka Pikir

(29)

Berdasarkan alasan tersebut, penulis berpendapat bahwa guru IPA seharusnya dapat menyampaikan materi pelajaran dengan metode menyenangkan dan tidak menimbulkan kejenuhan misalnya dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Banyak tipe dan strategi pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA. Salah satunya adalah TSTS. Melalui pelaksanaan pembelajaran TSTS pada pelajaran IPA untuk materi gaya diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif. Hasil yang diharapkan tentunya dapat menunjukkan adanya rangsangan pada minat belajar siswa, keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran seperti dalam diskusi kelompok, keaktifan siswa dalam bertanya dan sebagainya. Pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

[image:29.595.114.512.613.683.2]

Suasana belajar yang menarik dan menyenangkan sebagaimana dikemukan di atas sangat dibutuhkan bagi siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini penting untuk mengatasi kejenuhan. Pemilihan model pembelajaran kooperatif TSTS ini merupakan tindakan yang diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan. Selain itu juga merupakan kreatifitas guru dalam melakukan inovasi pada proses pembelajaran. Dalam sebuah diagram, kerangka pikir penelitian ini digambarkan seperti gambar berikut.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian • Materi Pelajaran

• Rencana Pelajaran

Pembelajaran Kooperatif Terstruktur

TSTS

Hasil Belajar Kognitif dan Afektif

(30)

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan di atas, maka disusun

hipotesis tindakan sebagai berikut: “Pembelajaran kooperatif Two Stay-Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa kelas IV SDN 4 Sungailangka Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran, baik dari aspek

(31)

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas adalah upaya perbaikan tindakan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Penelitian tindakan pada hakikatnya

merupakan rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan-…”, yang dilakukan secara siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan.

B. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Dalam rangka memecahkan permasalahan yang akan diteliti, maka penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, melalui prosedur penelitian sebagai berikut:

1. Perencanaan

Hal-hal yang peneliti lakukan pada tahap perencanaan ini adalah: a. Menganalisa materi pelajaran.

b. Menyiapkan skenario atau rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif terstrukturtwo staytwo strayyang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.

(32)

e. Mengembangkan format observasi pembelajaran. f. Mengembangkan format evaluasi.

2. Tindakan

Tindakan yang akan peneliti lakukan adalah:

a. Melaksanakan skenario pembelajaran yang telah dipersiapkan.

b. Menerapkan metode pembelajaran kooperatif terstrukturtwo staytwo stray.

Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada pelaksanaan pembelajaran, adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan awal

1) Guru membuka pelajaran dengan memberi salam kepada siswa.

2) Guru menunjukkan contoh benda untuk memotivasi siswa, misalnya : sebongkah es dan semangkuk air.

3) Gurubertanya pada siswa, “Apakah ada yang tau ini jenis benda apa?” 4) Setelah mengetahui reaksi siswa tentang pertanyaan tersebut, guru

menjelaskan secara singkat materi pembelajaran yang akan dibahas, kompetensi yang harus dicapai, dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

b. Kegiatan inti 1) Guru :

a) Mengelompokkan siswa menjadi sejumlah tim beranggotakan 4 orang.

(33)

c) Membimbing siswa berdiskusi dan melakukan pembimbingan individual kepada siswa yang menemui hambatan.

d) Memberitahukan bahwa siswa boleh memilih tempat untuk diskusi kelompok, apakah di dalam kelas, di perpustakaan, atau di koridor kelas asalkan tidak jauh dari ruang kelas.

e) Mengamati aktivitas siswa saat kerja kelompok.

f) Setelah waktu belajar bersama hampir selesai, guru memberitahukan kepada tiap-tiap kelompok yang memilih belajar di luar ruang kelas untuk kembali ke kelas.

g) Membagikan lembar evaluasi atau tes.

h) Setelah siswa selesai mengerjakan tes, guru membagikan daftar jawaban dan meminta siswa di akhir segmen ini saling menilai hasil tes, dengan cara: tes dari kelompok 1 (misalnya) diperiksa oleh kelompok 3, tes kelompok 3 diperiksa kelompok 2, dan seterusnya. Setiap kelompok memeriksa hasil tes dari kelompok lain

i) Membagikan daftar jawaban dan meminta siswa di akhir segmen saling menilai hasil tes, dengan cara: tes dari kelompok 1 (misalnya) diperiksa oleh kelompok 3, tes kelompok 3 diperiksa kelompok 2, dan seterusnya. Setiap kelompok memeriksa hasil tes dari kelompok lain.Kegiatan akhir.

2) Siswa :

(34)

mempraktekkan/melakukan percobaan, dan melengkapi LKS selama ± 20 menit.

b) Setelah selesai mempelajari materi, setiap tim mengirimkan 2 anggotanya untuk bertamu ke kelompok lain dan mempelajari materi atau melengkapi LKS yang belum lengkap atau membandingkan hasil yang telah mereka pelajari kepada anggota kelompok yang dikunjungi selama ± 20 menit.

c) 2 orang anggota yang tinggal di kelompoknya bertugas menerima tamu dari kelompok lain dan membagi hasil diskusi maupun hasil pengamatan ataupun percobaan yang telah dilakukan kepada anggota kelompok yang datang bertamu.

d) Setelah ± 20 menit, anggota kelompok yang bertamu kembali ke kelompoknya masing-masing membahas hasil yang mereka peroleh dengan anggota kelompoknya dan mengerjakan tes tertulis secara individual selama ± 5 menit.

c. Kegiatan Akhir

1) Siswa menyerahkan pekerjaannya kepada guru.

2) Guru menuliskan hasil penilaian siswa di papan tulis dan mengumumkan peringkat tim dari yang tertinggi sampai yang terendah.

3) Guru memberi hadiah kepada tim peringkat 1.

(35)

5) Guru mengucapkan salam kepada peserta didik sebelum keluar kelas dan peserta didik menjawab salam.

3. Pengamatan atau observasi

a. Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan. b. Menlai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS). 4. Refleksi

Melakukan evaluasi terhadap tindakan pembelajaran berdasarkan data yang terkumpul, yaitu evaluasi terhadap data aktifitas siswa dan aktifitas guru yang dikumpulkan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan, serta jawaban pertanyaan siswa, untuk mengetahui apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran di kelas dan prestasi siswa kelas IV dalam pembelajaran IPA atau belum. Selanjutnya adalah membahas hasil evalusi dan mempersiapkan skenario pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

(36)

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada bulan Desember sampai dengan Januari 2012, di SDN 4 Sungailangka Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa-siswi kelas IV SDN 4 Sungailangka Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran yang berjumlah 20 siswa, terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Sedangkan objek penelitian adalah metode pembelajaran kooperatif terstruktur two staytwo straydan hasil belajar.

E. Operasional Tindakan

1. Metode pembelajaran kooperatif terstrukturtwo staytwo stray

(37)

Two stay two stray (TSTS) adalah struktur pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa, yaitu setelah siswa bekerja sama dalam kelompok seperti biasa, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke dua kelompok lain. Sementara itu dua anggota kelompok yang tinggal bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu mereka. Setelah selesai tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka serta melaporkan temuan mereka dari kelompok lain, mencocokkan dan membahas hasilnya (Sugiyanto, 2010:54).

Jadi metode pembelajaran kooperatif terstruktur TSTS adalah pembelajaran kelompok/tim kecil beranggotakan 4 orang, dengan struktur pembelajaran dua orang tinggal sebagai penerima tamu dan dua orang lagi meninggalkan kelompoknya untuk bertamu atau belajar ke kelompok yang lain.

2. Aktivitas belajar

Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dirancang oleh guru untuk memvasilitasi kegiatan belajar siswa (Sanjaya, 2010:174). Dalam penelitian ini aktivitas belajar adalah bentuk keterlibatan dan perbuatan siswa dalam interaksi belajar mengajar menggunakan metode pembelajaran kooperatif terstruktur TSTS.

(38)

siswa mendalami materi dan berdiskusi dalam kelompok mereka, bagaimana siswa mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan baik antar sesama siswa maupun antara siswa dengan guru.

Kadar/ukuran keaktifan siswa dalam belajar berada pada rentangan skala 0-10 (Djamarah, 2005:79). Dalam penelitian ini skala tersebut dijabarkan dengan membagi rentang bilangan menjadi lima kategori, maka didapatkan kategori aktivitas siswa sebagai berikut:

a. Baik Sekali, jika mencapai 8,1–10,0 b. Baik, jika mencapai 6,1–8,0

c. Cukup, jika mencapai 4,1–6,0 d. Kurang, jika mencapai 2,1–4,0 e. Kurang Sekali, jika mencapai < 2,1

Kadar/ukuran keaktifan siswa dalam penelitian ini diharapkan dapat mencapai rentang 6,1–8,0 dengan kategori baik.

3. Aktivitas mengajar

(39)

a. Nilai 5 (81–100) = baik sekali/sangat tepat b. Nilai 4 (61–80) = baik/tepat

c. Nilai 3 (41–60) = cukup tepat d. Nilai 2 (21–40) = kurang tepat

e. Nilai 1 (0–20) = kurang sekali/sangat tidak tepat 4. Prestasi belajar siswa

Prestasi belajar siswa adalah perolehan tingkat hasil belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif terstruktur TSTS. Indikator yang digunakan untuk melihat prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SDN 4 Sungailangka Kecamatan Gedongtataan dengan pembelajaran kooperatif TSTS ini adalah pencapaian KKM. Dalam penelitian ini KKM pelajaran IPA ditetapkan sebesar 6,5 atau 65 poin. Nilai rata-rata tes siswa setelah pelaksanaan pembelajaran sekurang-kurangnya 65 dan 70% siswa mendapatkan nilai≥ KKM (65 poin).

(40)

F. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang akan peneliti gunakan dalam analisis untuk menggambarkan perubahan yang terjadi, seperti perubahan hasil belajar siswa berupa hasil belajar kognitif dan afektif adalah data kualitatif dan kuantitatif, yang diperoleh dengan cara :

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pengumpulan data di lokasi penelitian dan pada saat penelitian. Observasi dilakukan untuk mendapatkan informasi atau mengumpulkan data tentang aktivitas atau keterlibatan siswa dalam memahami materi dengan implementasi pembelajaran TSTS pada pelajaran IPA, serta aktivitas guru yang sedang melaksanakan pembelajaran dengan TSTS.

Aktivitas siswa yang diobservasi diantaranya adalah : kerjasama, tanya jawab/bertanya kepada guru, aktivitas berdiskusi, dan menanggapi pertanyaan/ pernyataan teman. Sedangkan aktivitas guru yang diobservasi diantaranya adalah memulai pelajaran; mengelola kegiatan belajar-mengajar; pengorganisasian waktu, siswa dan fasilitas belajar; pelaksanaan proses dan hasil belajar; dan mengakhiri pembelajaran. Data aktivitas tersebut akan dikumpulkan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan instrumen penilaian kemampuan mengajar (IPKG).

2. Tes tertulis

(41)

penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang dipelajari, menentukan apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum, dan memperoleh suatu nilai. Tes tertulis akan dilakukan mengunakan perangkat tes berisi instrumen soal untuk mendapatkan data tentang hasil belajar kognitif siswa.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Data-data hasil penelitian tindakan kelas yang dikumpulkan tiap siklus, akan diorganisasikan atau disusun dalam bentuk tabel dan grafik.

1. Aktivitas siswa

Setelah data hasil observasi siswa diorganisasikan, kemudian dicari persentase jumlah siswa yang melakukan aktivitas on task yang diamati dan persentase rata-rata siswa yang aktif. Selanjutnya data persentase yang sudah disusun dalam tabel, ditampilkan dalam grafik agar fluktuasi aktivitas yang diamati dan persentase jumlah siswa yang melakukan aktivitas tersebut dapat lebih jelas terlihat. Setelah data aktivitas siswa ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik, selanjutnya akan dideskripsikan, agar bisa dihasilkan kesimpulan tentang aktivitas siswa yang diamati dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif terstruktur TSTS.

2. Aktivitas guru

(42)

Selanjutnya data-data dideskripsikan, agar dapat dihasilkan kesimpulan tentang aktivitas guru yang diamati.

3. Prestasi belajar

Penilaian prestasi belajar siswa akan dilakukan terhadap proses pembelajaran melalui LKS dalam pembelajaran kooperatif terstruktur TSTS dan tes individu. Selanjutnya data penilaian tersebut akan disusun dalam tabel. Dari data yang sudah tersusun tersebut, akan dicari:

a. Jumlah nilai perolehan kelompok maupun individu b. Nilai akhir kelompok dan individu.

c. Ketuntasan siswa secara kelompok dan individu. d. Nilai rata-rata kelas.

e. Nilai minimal. f. Nilai maksimal.

g. Jumlah dan persentase siswa yang tuntas dan tidak tuntas.

h. Setelah data-data di atas diperoleh, selanjutnya data akan disusun dalam tabel distribusi frekuensi untuk mengetahui :

1) jumlah dan persentase siswa yang belum tuntas dengan penguasaan materi kurang atau memperolehan nilai akhir < 60,

2) jumlah dan persentase siswa yang tuntas dengan penguasaan materi minimal atau memperolehan nilai akhir 60–75, dan

(43)

i. Data yang telah disusun dalam tabel distribusi frequensi kemudian akan ditampilkan dalam bentuk grafik agar fluktuasi siswa yang tuntas dan tidak tuntas dapat lebih jelas terlihat.

(44)

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif terstruktur two stay two stray dapat

meningkatkan hasil belajar IPA siswa, yang ditunjukkan melalui:

1. Peningkatan aktivitas siswa pada pelaksanaan pembelajaran IPA kelas IV

SDN 4 Sungailangka Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran, dengan

persentase siswa aktif sebanyak 67,71% di siklus pertama meningkat menjadi

74,16% siswa aktif di siklus kedua.

2. Peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA kelas IV SDN 4

Sungailangka Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran, yang ditandai

dengan pencapaian ketuntasan sebanyak 40,00% siswa tuntas di siklus

pertama dengan rata-rata penguasaan materi baik/minimal sebesar 64,41%;

meningkat menjadi 70,00% siswa tuntas di siklus kedua dengan rata-rata

(45)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, disarankan :

1. Setiap guru, baik guru bidang studi maupun guru kelas, sebaiknya merancang pembelajaran yang menarik bagi siswanya, yang banyak menyediakan aktivitas belajar, dengan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. 2. Bagi guru di SDN 4 Sungailangka Kecamatan Gedongtataan Kabupaten

Pesawaran selain guru IPA, disarankan dapat mencoba model pembelajaran kooperatif terstruktur two stay two stray ini dalam pembelajarannya, agar dapat dijadikan perbandingan bagi peneliti sebagai guru IPA khususnya, apakah model pembelajaran ini juga efektif jika diterapkan pada mata pelajaran lain.

Gambar

Tabel 1.Ketuntasan Pelajaran IPA Siswa Kelas IV SDN 4 SungailangkaKecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Semester Ganjil T.P2012/2013
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

The objective of this research is to find out if there is any significant difference of English speaking ability between boarding and non-boarding school of the

Pemilihan konsentrasi HPMC yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada konsentrasi lazim dan berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan pada ketiga formula

Terdapatnya perbedaan yang sangat nyata pada diameter buah per tanaman, jumlah buah per tanaman, berat segar buah per tanaman hal ini disebabkan adanya faktor

Dalam rangka memecahkan perilaku yang menyimpang dari para aktor pemegang peran baik itu lembaga pelaksana aturan, pengelola parkir, petugas parkir dan pengguna jasa

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa untuk proses-proses yang menggunakan query standar ADO mempunyai kinerja rata-rata 78,76% lebih baik dari ODBC, sedangkan untuk

Dalam penelitian ini, metode WebQual yang digunakan adalah WebQual versi 4.0 yang telah dimodifikasi dengan menambahkan dimensi kualitas antarmuka pengguna (user

kata menjadi kata “pisang goreng” dengan bantuan guru Anak mampu melihat video proses pertumbuhan pisang dan menyusun kartu. kata menjadi kata “pisang goreng” tanpa

Kultivar Kenanga merupakan tanaman paling tinggi dengan 120,11 cm, hasil tersebut ketika dilakukan uji lanjut menunjukan bahwa kultivar kenanga tidak berbeda nyata dengan