• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Kebijakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Studi Pada Kantor Camat Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Implementasi Kebijakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Studi Pada Kantor Camat Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN)

(Studi Pada Kantor Camat Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S-1)

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Administrasi Negara

Disusun Oleh : CHAIRUN NISA

110903033

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

NAMA : Chairun Nisa

NIM : 110903033

DEPARTEMEN : Ilmu Administrasi Negara

JUDUL : Implementasi Kebijakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) Studi Pada Kantor Camat Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Medan, 20 Maret 2015

Dosen Pembimbing, Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara,

Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.SiDrs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si NIP. 196401081991021001 NIP. 196401081991021001

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

(3)

Segala Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas nikmat dan karunia-Nya sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusun skripsi yang berjudul “Implementasi Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai”. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Selama menyusun skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan, dorongan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itupada kesempatan ini penulis ingin menyampaiakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ayahandaku tercinta Eddy Saputra dan Ibundaku Herawati Pulungan yang telah memberikan segala yang terbaik bagi penulis. Ucapan terima kasih penulis rasa tidak cukup tinggi untuk menggambarkan rasa syukurku karena mempunyai orang tua yang selalu mendukung seperti Ayah dan Mamak. Semoga Allah selalu melindungi Ayah dan Mamak.

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin,M.Si selaku Ketua Departemen dan Dosen Pembimbing penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan yang telah Bapak berikan selama proses pengerjaan skripsi penulis.

3. Bapak Prof. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

4. Ibu Dra. Elita Dewi, M.Sp selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara.

5. Bapak Faisal Eriza, S.Sos ,M.Sp selaku Dosen Penguji.

6. Seluruh staf pegawai Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU yang telah membantu penulis dalam segala urusan administrasi.

(4)

Melly, Ibu Renny, Bang Erfin, Bang Rachmad, Bang Yusrizal, Bang Rizki yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam pengumpulan data bahkan selalu memberikan waktu untuk diwawancara.

8. Kepada Keluarga Penulis kedua orang saudara perempuanku tersayang yaitu Intan Arini, Amd. beserta suami, beserta anak juga keponakanku tersayang Mahdi Alqisthi Sudjatmiko yang telah mengganggu penulis, memukul laptop penulis selama proses pengerjaan skripsi ini. Dan juga kepada my lovely enemy adikku tersayang Ade. Sepupu sepupuku wiwi,aulia,nanda,kak riza,kak wita dan banyak lagi.

9. Kepada 3 orang sahabat merangkap saudara yakni Ditha Nastari (Leader), Putri Novalia (Gendut) dan Henny J. Norisfa (Kurus tak bertulang) and Kuriks Family (Santo Korea, Uda Amin, Oppa Fariz, Dewi, Vivin, Zikra,Tiwi), teman berantam Karim Bancin. Dan seluruh Mahasiswa AN stambuk 2011 yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Sahabat penulis di Perbaungan Memey, Winda, Dewi, Tia, Neng, Nisa, Aldi, Maseh, dan juga Team BS.

10.Kepada kedua orang pria yang selalu ada buat penulis sahabat yang sudah seperti keluarga sendiri yaitu Nurhadi Satrio dan Budi Triadi Wiryo si lembing obesitas. Juga kepada abangda yang selalu menjadi tempat buatku mengajukan banyak pertanyaan yaitu bang Maulana All Ravi alias bang pujud.

11.Kepada Artaro Family Kak ayuk, adik adik kosan yang cenderung bising yaitu Yani, Ade, Dedek, dan Desy.

(5)

.

Medan, 20 Maret 2015

Penulis

Chairun Nisa

(6)

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 4

1.3 Perumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Kerangka Teori ... 6

1.6.1 Kebijakan Publik ... 6

1.6.1.1 Pengertian Kebijakan Publik... 6

1.6.1.2Proses Kebijakan Publik ... 8

1.6.2 Implementasi ... 10

1.6.2.1 Pengertian Implementasi ... 10

1.6.2.2Model Implementasi Kebijakan ... 12

1.6.2.3Faktor-faktor Implementasi Kebijakan ... 16

1.6.3 Gambaran Umum Program PATEN ... 21

(7)

1.7 Defenisi Konsep ... 27

1.8 Sistematika Penulisan ... 29

BAB II METODE PENELITIAN... 30

2.1 Metode Penelitian ... 30

2.2 Lokasi Penelitian ... 30

2.3 Informan Penelitian ... 31

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 32

2.5 Teknik Analisa Data ... 32

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 34

3.1 Gambaran Umum Kecamatan Perbaungan ... 34

3.1.1 Letak dan Keadaan Geografis ... 34

3.1.2 Kependudukan ... 36

3.1.2.1 Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 36

3.1.2.2 Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 36

3.1.2.3 Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 37

3.2 Kecamatan Perbaungan ... 37

3.2.1 Sejarah ... 37

3.2.2 Pemerintahan ... 38

(8)

3.2.4 Struktur Organisasi ... 39

3.2.5 Tugas dan Fungsi ... 41

3.3 Gambaran Umum Program PATEN ... 43

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 52

4.1 Deskripsi Hasil Wawancara ... 52

4.1.1 Komunikasi ... 53

4.1.2 Sumber Daya ... 58

4.1.3 Struktur Organisasi ... 61

4.1.4 Disposisi ... 66

BAB V ANALISIS DATA ... 68

5.1 Implementasi PATEN di Kantor Camat Perbaungan ... 68

5.1.1 Komunikasi ... 70

5.1.2 Sumber Daya ... 72

5.1.3 Struktur Birokrasi ... 74

5.1.4 Disposisi ... 75

5.2 Analisis Hubungan Semua Variabel ... 76

BAB VI PENUTUP ... 81

(9)

DAFTAR PUSTAKA ... 86

LAMPIRAN ... 88

DAFTAR TABEL

(10)

DAFTAR GAMBAR

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran i Surat Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran ii Surat Permohonan Persetujuan Judul Skripsi Lampiran iii Surat Penunjukkan Dosen Pembimbing Lampiran iv Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian

Skripsi

Lampiran v Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi

Lampiran vi Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Rancangan Usul Penelitian (RUP) Mahasiswa FISIP USU

Lampiran vii Berita Acara Seminar Proposal Rencana Usulan Penelitian

Lampiran viii Surat Izin Penelitian

(12)

ABSTRAK

Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan atau (PATEN) dilatar belakangi oleh pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat yang dirasakan masih jauh dari kata baik dan selain itu juga sangat jauh dijangkau oleh masyarakat jika semua pengurusan pelayanan harus ke Kantor Pusat di Kabupaten sehingga dampaknya masyarakat sendirilah yang menanggung beban biaya dan juga mengalami beberapa kendala mulai dari kendala jarak, jangkauan, waktu, sarana angkutan dan biaya untuk mendapatkan pelayanan berbagai pengurusan. Maka dari itu sesuai dengan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) pemerintah melakukan pembenahan dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan lebih mendekatkan pelayanan kepada masyarakat melalui Kecamatan.

Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan analisis kualitatif yang mengemukakan berbagai gejala-gejala/peritiwa/kejadian/masalah sebagaimana yang terjadi di lapangan secara jelas dengan diikuti oleh interpretasi data dan pemberian analisa terhadap program pelayanan administrasi terpadu kecamatan (PATEN) di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Program PATEN yang berjalan di Kecamatan Perbaungan telah berjalan sesuai dengan peraturan yang ada yaitu Peraturan Bupati Serdang Bedagai Nomor 24 Tahun 2012 tentang Standar Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan dan Standar Operasional Prosedur PATEN yang ada di Kecamatan Perbaungan. Meskipun dalam pelaksanaannya program PATEN ini telah berjalan dengan baik namun tetap saja masih ada sedikit kekurangan-kekurangan terkait dengan pengimplementasiannya. George Edwards III melihat pelaksanaan program dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur organisasi.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pelayanan publik yang berkualitas menjadi salah satu wujud dari ciri tata pemerintahan yang baik (good governance). Kinerja pelayanan publik sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, membangun sistem manajemen pelayanan publik yang handal adalah kewajiban bagi Daerah untuk meningkatkan kesejahteraan warganya. Tidak mengherankan kalau perbaikan kualitas pelayanan publik menjadi salah satu alasan mengapa Pemerintah mendesentralisasikan kewenangan penyelenggaraan pelayanan publik kepada Daerah. Dengan menyerahkan kewenangan penyelenggaraan pelayanan kepada Daerah diharapkan agar pelayanan publik akan menjadi lebih responsif atau tanggap terhadap dinamika masyarakat di Daerahnya.

Pelimpahan sebagian kewenangan Bupati dan Walikota kepada para Camat di setiap daerah sesungguhnya merupakan hal yang mendesak untuk dilakukan agar pelaksanaan pembangunan dapat berjalan dengan baik. Apalagi jika hal tersebut dikaitkan dengan pelaksanaan program PATEN (Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan) seperti diatur dalam Permendagri No 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan, di mana seluruh Kecamatan sudah harus menerapkan program tersebut pada tahun 2015.

(14)

penyelenggaraan sistem pelayanan terpadu. Sistem pelayanan terpadu sesungguhnya merupakan inovasi manajemen dalam rangka mendekatkan, mempermudah, dan mempercepat pelayanan terhadap publik/masyarakat. Terkait dengan pelayanan terhadap publik/masyarakat ini, di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemda Provinsi, Pemda Kab. Atau Kota, pada Pasal 7 Ayat (1) ditetapkan, urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota berkaitan dengan pelayanan dasar. Pada tataran di bawahnya, Kecamatan, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 tentang Kecamatan,ditegaskan bahwa tugas Camat meliputi antara lain melakukan perencanaan kegiatan pelayanan kepada masyarakat di Kecamatan dan melakukan percepatan pencapaian standar pelayanan minimal di wilayahnya.

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan sebagai tindak lanjut upaya untuk melaksanakan kegiatan pelayanan publik, antara lain Permendagri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Permendagri ini mengatur penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas dan memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat. Selanjutnya Pemerintah melalui Permendagri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN).

(15)

menjadi Kecamatan terbaik tingkat Provinsi Sumut tahun itu. Kemudian sejak Desember tahun 2012, Pemkab Sergai telah melauncing PATEN di enam kecamatanyang yang telah mendapat fasilitas meja pelayanan dan standart operasional PATEN diantaranya Kecamatan Perbaungan, Sei Rampah, Sei Bamban, Tebing Tinggi, Tebing Syahbandar dan Kecamatan Dolok Merawan. Dengan dilaunchingnya program ini di 11 kecamatan lagi di Sergai pada tahun 2013 yang lalu, maka seluruh kecamatan telah memiliki layanan ini. Dengan penggunaan sistem PATEN ini di setiap Kantor Kecamatan di Sergai maka pengharapannya warga masyarakat dapat menerima pelayanan yang lebih cepat, terukur, jelas dan tepat.

Program PATEN yang dilaksanakan di kecamatan ini akan merubah sistem pelayanan dari sistem konvensional menjadi sistem Paten dengan harapan dapat mengoptimalkan peran pemerintah kecamatan dalam fungsi pelayanan guna meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Karena selama ini pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat dirasakan masih jauh dari kata baik dan selain itu juga dapat mengurangi permasalahan dari beban biaya yang ditanggung masyarakat mulai dari kendala jarak, jangkauan, waktu, sarana angkutan dan biaya untuk mendapatkan pelayanan berbagai pengurusan surat-surat, IMB, maupun perizinan dan nonperizinan.

(16)

“Implementasi Kebijakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kantor Camat Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.”

1.2.Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, difokuskan pada bagaimana implementasi yang dilakukan oleh kecamatan perbaungan dalam pelaksanaan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) yang pada tujuannya tercantum dalam Peraturan Bupati Serdang Bedagai Nomor 24 Tahun 2012 Pada Pasal 4 adalah untuk meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat.

Oleh sebab itu, maka peneliti nantinya akan melakukan observasi dan wawancara mendalam kepada informan terkait, baik itu kepada Camat Perbaungan, Tim Pelaksana Kegiatan, serta masyarakat Perbaungan yang akan menerima pelayanan Program tersebut, dengan tujuan mendapatkan informasi yang relevan sehingga dapat menilai dan memberikan solusi beserta strategi yang bisa dihasilkan dalam implementasi kebijakan tersebut.

1.3.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Implementasi Kebijakan Program Pelayanan Administrasi Terpada Kecamatan (PATEN) di kantor Camat Perbaungan?

(17)

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di kantor Camat Perbaungan.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam Implementasi Kebijakan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di kantor Camat Perbaungan.

1.5.Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Secara Ilmiah: bermanfaat untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Admininistrasi Negara.

2. Secara Praktis: sebagai bahan masukan bagi Kantor Camat Perbaungan dalam memberikan pelayanan dan pengawasan yang sesuai untuk diterapkan dalam Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN).

3. Secara Akademis : bermanfaat untuk menambah pengetahuan teoritis dan menyumbang kepustakaan baru dalam penelitian sosial.

1.6. Kerangka Teori

(18)

fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.

Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berfikir dari sudut mana penulis menyoroti masalah yang ditelitinya. Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub variabel, atau masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto 2002:92) sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang membantu dan sebagai bahan referensi dalam penelitian. Kerangka teori diharapkan dapat memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami permasalahan yang diteliti. Adapun yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.6.1. Kebijakan Publik

1.6.1.1.Pengertian Kebijakan Publik

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi (KBBI) kebijakan dapat diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak, pengertian publik dapat diartikan umum, masyarakat ataupun negara.

(19)

atau murni milik individual, tetapi milik bersama atau milik umum. Sedangkan kata “kebijakan” menurut Heclo (Wayne Parsons, 2005:14) adalah istilah yang banyak disepakati bersama. Dalam penggunaan yang umum istilah kebijakan dianggap berlaku untuk sesuatu yang “lebih besar” ketimbang keputusan tertentu, tetapi “lebih kecil” ketimbang gerakan sosial. Jadi, kebijakan (policy) adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Selain itu, menurut Hesel N (Tangkilisan, 2003:2) kebijakan publik adalah pengalokasian nilai-nilai kekuasaan untuk seluruh masyarakat yang keberadaannya meningkat. Berdasarkan pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah sejumlah kegiatan pemerintah yang berkaitan dengan merumuskan dan melaksanakan sesuatu yang berorientasi untuk mengentaskan masalah-masalah yang ada dikehidupan masyarakat.

Menurut Charles O. Jones (Tangkilisan, 2002:3) kebijakan publik terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:

1. Goals atau tujuan yang diinginkan,

2. Plans atau rancangan yang spesifik untuk mencapai tujuan, 3. Program yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan,

4. Decision atau keputusan yaitu tindakan untuk menentukan tujuan, membuat rencana, melaksanakan dan mngevaluasi program, dan

(20)

1.6.1.2. Proses Kebijakan Publik

Menurut Dunn (Tangkilisan, 2003:7) dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kebijakan publik ia mengemukakan bahwa ada beberapa tahap analisis yang harus dilakukan, yaitu:

1. Agenda Setting: adalah proses pengumpulan isu-isu dan masalah publik yang muncul kepermukaan melalui proses problem structuring. Dimana menurut Dunn didalam problem structuring ini memilih empat fase yaitu: pencarian masalah, pendefinisian masalah, spesifikasi masalah, dan pengenalan masalah. Woll mengatakan bahwa suatu isu kebijakan dapat berkembang menjadi agenda kebijakan apabila memenuhi syarat sebagai berikut:

a) Memiliki efek yang besar terhadap kepentingan masyarakat,

b) Membuat analog dengan cara memancing dengan kebijakan publik yang penah dilakukan,

c) Isu tersebut mampu dikaitkan dengan simbol-simbol nasional atau politik yang ada,

d) Terjadinya kegagalan pasar,

e) Tersedianya teknologi atau dana untuk menyelesaikan masalah publik.

(21)

keputusan, dimana keputusan yang harus diambil tidak ditentukan dengan informasi yang serba terbatas. Para aktor kebijakan tersebut harus mengidentifikasi kemungkinan kebijakan yang dapat digunakan melalui proses peramalan untuk memecahkan masalah yang didalamnya terkandung konsekuensi dari setiap pilihan kebijakan yang akan dipilih. 3. Policy Adoption: adalah penetapan keputusan yang sudah ditetapkan untuk

menjadi solusi dari masalah publik tersebut. Tahap ini dilakukan setelah mendapatkan rekomendasi melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi alternatif kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk merealisasikan masa depan yang diinginkan dan merupakan langkah terbaik dalam mencapai tujuan tertentu bagi kemajuan masyarakat luas.

b) Pengidentifikasian kritera-kriteria tertentu dan dipilih untuk menilai alternatif yang direkomendasikan.

c) Mengevaluasi alternatif-alternatif tersebut dengan menggunakan kriteria yang relevan agar efek posisi alternatif lebih besar dari efek yang terjadi.

(22)

5. Policy assesment atau penilaian kebijakan : pada tahap ini semua proses implementasi dinilai apakah sudah sesuai dengan rencana dalam program kebijakan dengan ukuran kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Proses penilaian tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu monitoring dan evaluasi. Monitoring dilakukan sewaktu proses pelaksanaan kebijakan masih berjalan dan bertujuan untuk melihat bagaimana program tersebut berjalan, biasanya dalam bentuk penilitian/riset dan rekomendasi. Dan evaluasi dilakukan setelah kebijakan tersebut telah selesai dilakukan. Evaluasi dilakukan terhadap program yang sudah selesai dan bertujuan untuk mengetahui bagaimana hasil dari program tersebut apakah mencapai sasaran.

1.6.2. Implementasi Kebijakan

1.6.2.1.Pengertian Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan tahap yang krusial dalam proses kebijakan publik. Suatu kebijakan atau program harus diimplementasikan agar mempunyai dampak atau tujuan yang diinginkan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian luas merupakan alat administrasi publik dimana aktor, organisasi, prosedur, teknik serta sumber daya diorganisasikan secara bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan.

(23)

ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usaha-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.

Tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan dan sasaran ditetapkan terlebih dahulu yang dilakukan oleh formulasi kebijakan. Dengan demikian, tahap implementasi kebijakan terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut. Menurut Jones (Tangkilisan,2003:17) terdapat tiga kegiatan utama yang paling penting dalam implementasi, yaitu:

1. Penafsiran: yaitu kegiatan yang menerjemahkan makna program kedalam pengaturan yang dapat diterima dan dapat dijalankan.

2. Organisasi: merupakan unit atau wadah untuk menempatkan program kedalam tujuan kebijakan.

3. Penerapan: berhubungan dengan perlengkapan rutin bagi pelayanan, upah dan lainnya.

Sementara menurut Budi Winarno (2002), yang mengatakan bahwa implementasi kebijakan dibatasi sebagai menjangkau tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu pemerintah dan individu-individu swasta (kelompok-kelompok) yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan kebijaksanaan sebelumnya. Tahapan implementasi program secara singkat terdiri dari:

(24)

2. Interpretasi hukum, yang biasanya terbentuk regulasi tertulis dan elaborasinya (interpretation).

3. Perencanaan program (planning) 4. Pengorganisasian program (organizing)

5. Penyediaan keuntungan, pelayanan dan paksaan segera dikembangkan (providing benefits,service,coercion).

1.6.2.2. Model-model Implementasi Kebijakan

Untuk melihat bagaimana proses implementasi kebijakan itu berlangsung secara efektif, maka dapat dilihat dari berbagai model, yaitu:

A. Model Van Meter dan Van Horn (1975)

Teori ini beranjak dari suatu argumen bahwa perbedaan-perbedaan dalam proses implementasi akan dipengaruhi oleh sifat kebijakan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya Van Meter dan Van Horn (Wahab, 2004:78) menawarkan suatu pendekatan yang mencoba untuk menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi dan suatu model konseptual yang menghubungkan kebijakan dengan kinerja kebijakan. Mereka menegaskan bahwa perubahan, kontrol, dan kepatuhan bertindak merupakan konsep-konsep yang penting dalam prosedur-prosedur implementasi. Hal lain yang dikemukakan mereka ialah bahwa yang menghubungkan kebijakan dan kinerja dipisahkan oleh sejumlah variabel bebas yang saling berkaitan. Variabel bebas itu adalah:

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

(25)

akan terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara agen implementasi.

2. Sumber Daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia seperti dana yang digunakan untuk mendukung implementasi kebijakan.

3. Komunikasi dan Penguatan Aktivitas

Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain agar tujuan kebijakan dapat tercapai.

4. Karakteristik Agen Pelaksana

Karakteristik agen pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semua hal tersebut akan mempengaruhi implementasi suatu program. 5. Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijkan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karateristik para partisipan yakni menolak atau mendukung, bagaimana sifat opini publik yang ada dilingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.

6. Disposisi Implementor

(26)

kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

B. Model Merilee S. Grindle (1980)

Merilee menyatakan bahwa keberhasilan implementasi kebijakan ditentukan oleh derajatimplementability dari kebijakan tersebut. Keunikan model grindle terletak pada pemahaman yang komprehensif akan konteks kebijakan, khususnya yang menyangkut implementor, penerima implementasi, dan arena konflik yang mungkin akan terjadi serta sumber daya yang akan diperlukan selama proses implementasi. Secara konsep dijelaskan bahwa model implementasi kebijakan yang dikemukakan Grindle menuturkan bahwa keberhasilan proses implementasi kebijakan sampai kepada tercapainya hasil tergantung kepada kegiatan program yang telah dirancang dan pembiayaan cukup, selain dipengaruhi oleh isi kebijakan dan konteks implementasinya. Konteks implementasi yang dimaksud meliputi:

1. Kekuasaan (power).

2. Kepentingan strategi aktor yang terlibat (interest strategies of actors involved).

3. Karakteristik lembaga dan penguasa (institusion dan regime characteristics).

(27)

C. Model George C. Edwards III (1980)

Dalam pandangannya George III menjelaskan bahwasannya implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:

1. Komunikasi

Suatu keberhasilan dari implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementator mengetahui apa saja yang harus ia lakukan. Mengetahui apa yang menjadi sasaran dan tujuan harus dikomunikasikan kepada kelompok sasaran sehingga akan mengurangi penyimpangan dalam implementasi.

2. Sumber Daya

Sumber daya sangatlah penting keberadaannya jika implementor kekurangan sumber daya untuk pelaksanaan maka implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumber daya dapat berupa manusia dan sumber daya finansial.

3. Disposisi

Disposisi adalah karakteristik, watak dan sifat yang dimiliki oleh implementor seperti komitmen, kejujuran dan sikap demokratis. Jika seorang implementor memiliki disposisi yang baik maka dia juga secara langsung akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

4. Struktur Birokrasi

(28)

operasi yang disusun secara standar. Standar Operasional Prosedur menjadi pedoman yang kuat bagi setiap implementor dalam bertindak, struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks yang menyebabkan aktivitas organisasi menjadi tidak fleksibel.

1.6.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Implementasi Suatu keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain. Menurut George Edward III (Winarno, 2002: 126) ada empat faktor yang berperan penting dalam keberhasilan implementasi, yaitu:

1. Komunikasi

Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan perlu dikomunikasikan sehingga implementor mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan kebijakan itu.

(29)

mengetahui apakah mereka dapat melakukannya. Sesungguhnya implementasi kebijakan harus diterima oleh semua personel dan harus mengerti secara jelas dan akurat mengenai maksud dan tujuan kebijakan.

Ada tiga indikator yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan aspek komunikasi ini, diantara lain:

a) Transmisi, yaitu penyaluran komunikasi yang baik akan dapat menghasilkan suatu hasil implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam proses transmisi ini yaitu adanya salah pengertian, hal ini terjadi karena komunikasi implementasi tersebut telah melalui beberapa tingkatan birokrasi, sehingga hal yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.

b) Kejelasan informasi, dimana komunikasi atau informasi yang diterima oleh para pelaksana kebijakan haruslah jelas dan tidak membingungkan. Kejelasan informasi kebijakan tidak selalu menghalangi implementasi kebijakan, dimana pada tataran tertentu para pelaksana membutuhkan fleksibilitas dalam melaksanakan kebijakan, tetapi pada tataran yang lain maka hal tersebut justru akan menyelewengkan tujuan yang hendak dicapai oleh kebijakan yang telah ditetapkan.

(30)

2. Sumber Daya

Suatu implementasi kebijakan tidak akan berjalan efektif apabila implementor kekurangan sumber daya. Sumber daya tersebut dapat berwujud sumber daya manusia yakni kompetensi implementor dan sumber daya finansial. Sumber daya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggal dikertas menjadi dokumen saja.

Komponen sumber daya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dan sarana prasarana.

Sumber daya manusia yang tidak memadai (jumlah dan kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah staf pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan meningkatkan skill/kemampuan para pelaksana untuk melakukan program. Untuk itu adanya manajemen SDM yang baik agar dapat meningkatkan kineja program.

(31)

Sumber daya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk menentukan bagaiman program dilakukan, kewenangan untuk membelanjakan/mengatur keuangan, baik penyediaan uang,pengadaan staf, maupun pengadaan supervisor. Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan/program harus terpenuhi seperti kantor,peralatan, serta dana yang mencukupi. Tanpa fasilitas ini mustahil suatu program dapat berjalan dengan baik.

3. Disposisi

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implementor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah.

Ada tiga bentuk sikap/respon implementor terhadap kebijakan, kesadaran pelaksana, petunjuk/arahan pelaksana untuk merespon program ke arah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut. Para pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program namun seringkali mengalami kegagalan dalam melaksanakan program secara tepat karena mereka menolak tujuan yang ada di dalamnya sehingga secara sembunyi mengalihkan dan menghindari implementasi program. Disamping itu dukungan para pejabat pelaksan sangat dibutuhkan dalam mencapai sasaran program.

(32)

pimpinan ini adalah menempatkan kebijakan menjadi prioritas program, penempatan pelaksana dengan orang-orang yang mendukung program, memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin dan karakteristik demografi yang lain. Disamping itu penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif bagi para pelaksana program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam melaksanakan kebijakan/program.

4. Struktur Birokrasi

Struktur Birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijakan.

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadapa implementasi kebijakan. Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Strutur organisasi yang panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape yaitu prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks. Sehingga pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

1.6.3. Gambaran Umum Program PATEN

(33)

bagi Kecamatan yang letaknya jauh dari Kantor Pemerintah Kabupaten/Kota dan sulit dijangkau karena faktor kondisi geografis dan infrastruktur jalan yang belum memadai.

Maksud penyelenggaraan PATEN adalah mewujudkan Kecamatan sebagai pusat pelayanan masyarakat dan menjadi simpul pelayanan bagi kantor/badan pelayanan terpadu di Kabupaten/kota. PATEN mempunyai tujuan untuk meningkatkan kualitas dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Untuk mensuksekan program PATEN ini, Pemerintah juga telah menerbitkan antara lain:

a) Kepmendagri No.138-270 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan PATEN;

b) Surat Edaran Mendagri Nomor 100/121/PUM tanggal 3 Februari 2009 tetang Upaya Strategis Peningkatan Pelayanan Publik di Daerah;

c) Surat Edaran Mendagri Nomor 318/312/PUM tangal 28 Februari 2011 tetang Penerapan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN); d) Surat Edaran Mendagri Nomor 138/113/PUM tanggal 13 Januari 2012

tetang Percepatan Penerapan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Daerah.

(34)

mengoptimalkan peran Kecamatan sebagai perangkat daerah terdepan dalam memberikan pelayanan publik. Karena itu, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan.

Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) adalah penyelenggaraan pelayanan publik di Kecamatan dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dalam satu tempat. Ruang lingkup PATEN meliputi:

a. Pelayanan bidang perizinan; b. Pelayanan bidang non perizinan.

Kecamatan sebagai penyelenggara PATEN harus memenuhi syarat: a) substantif;

b) administratif; dan c) teknis.

Syarat substantif adalah pendelegasian sebagian wewenang Bupati/Walikota kepada Camat. Pendelegasian sebagian wewenang meliputi: a. bidang perizinan; dan b. bidang non perizinan. Pendelegasian sebagian wewenang ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota. Pendelegasian dimaksud dilakukan dengan memperhatikan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pelayanan. Persyaratan administratif meliputi:

a. Standar Pelayanan: standar pelayanan, meliputi: 1. Jenis pelayanan.

2. Persyaratan pelayanan. 3. Proses/prosedur pelayanan.

(35)

6.Biaya pelayanan.

Dimana Standar pelayanan ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.Untuk kabupaten Serdang Bedagai sendiri standar pelayanan telah diatur dalam Peraturan Bupati Serdang Bedagai Nomor 24 Tahun 2012 Tentang Standar Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai.

b. Uraian Tugas Personil Kecamatan. Uraian tugas personil Kecamatan diatur dengan Peraturan Bupati/Walikota. Persyaratan teknis meliputi: 1) Sarana prasarana; dan

Sarana prasarana meliputi: 1. Loket/meja pendaftaran. 2. Tempat pemrosesan berkas. 3. Tempat pembayaran.

4. Tempat penyerahan dokumen.

5. Tempat pengolahan data dan informasi. 6. Tempat penanganan pengaduan.

7. Tempat piket. 8. Ruang tunggu.

9. Perangkat pendukung lainnya.

2) Pelaksana Teknis. pelaksana teknis meliputi: 1. Petugas informasi.

(36)

4. Petugas pemegang kas.

5. Petugas lain sesuai kebutuhan.

Pelaksana Teknis adalah Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan. Untuk menunjang efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan PATEN. Selain itu, Bupati/Walikota membentuk Tim Teknis PATEN, ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota. Tim Teknis PATEN mempunyai tugas:

a) Mengidentifikasi kewenangan Bupati/Walikota berkaitan dengan pelayanan administrasi yang dilimpahkan kepada Camat.

b) Pejabat penyelenggara PATEN melakukan pengelolaan layanan secara transparan dan akuntabel.

Biaya penyelenggaraan PATEN dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran Kecamatan. Dalam hal penyelenggaraan PATEN menghasilkan penerimaan oleh karena itu, wajib melakukan penyetoran ke kas daerah. Selain itu, Bupati/Walikota juga melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan PATEN, yaitu:

1. Penyelenggaraan sebagian wewenang Bupati/Walikota yang dilimpahkan. 2. Penyelenggaraan pelayanan yang pasti, mudah, cepat, transparan dan a

kuntabel.

3. Penyelenggaraan tugas lainnya yang ditugaskan kepada Camat.

(37)

tembusan kepada Menteri atau Direktur Jenderal yang membidangi pemerintahan umum.

1.6.3.1. Jenis-Jenis Pelayanan PATEN

Jenis – jenis Pelayanan PATEN di Kecamatan, meliputi:

1. Registrasi surat keterangan tanah, surat penyerahan penguasaan atas tanah dengan cara ganti rugi;

2. Surat keterangan ahli waris; 3. Registrasi agunan ke bank;

4. Rekomendasi izin mendirikan bangunan;

5. Penerbitan izin mendirikan bangunan dengan luas kurang dari 200 meter persegi;

6. Rekomendasi izin gangguan (HO), surat izin usaha perdagangan (SIUP);

7. Rekomendasi pengurusan dokumen UL/PL (AMDAL); 8. Surat keterangan bersih lingkungan;

9. Surat pengantar pembuatan kartu keluarga dan kartu tanda penduduk; 10.Surat pengantar keterangan pindah;

11.Surat keterangan silang sengketa;

(38)

1.6.3.2. Peran Serta Masyarakat

Masyarakat berperan serta secara aktif dalam penyelenggaraan PATEN. Peran serta dapat berupa:

1. Ikut serta dalam penyusunan standar layanan.

2. Memberikan masukan dalam proses penyelenggaraan layanan. 3. Memenuhi semua persyaratan pada saat meminta layanan. 1.7. Definisi Konsep

Menurut Singarimbun (2008:33), konsep adalah isitilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak mengenai kejadian,keadaan,kelompok atau individu yang menjadi perhatian ilmu sosial. Tujuannya adalah untuk memberi batasan terhadap pembahasan dari permasalahan yang akan diteliti. Adapun defenisi konsep yang dipakai dalam penelitian ini adalah:

1. Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah segala aktifitas yang dilakukan oleh pemerintah lewat keputusan bersama dengan aktor-aktor politik untuk memecahkan masalah publik yang dihadapi.

2. Implementasi Kebijakan

(39)

indikator yang digunakan untuk menganalisis implementasi kebijakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Komunikasi 2) Sumber Daya 3) Disposisi

4) Struktur Birokrasi

3. Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN)

(40)

1.8.Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini ditulis dalam 6 bab, yang terdiri dari: BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini terdri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep, dan sistematika penulisan. BAB 2 METODE PENELITIAN

Bab ini berisi bentuk penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB 3 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menggambarkan tentang gambaran umum mengenai karakteristik lokasi penelitian.

BAB 4 PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan data-data yang dipperoleh selama penelitian di lapangan dan dokumen-dokumen yang dianalisis.

BAB 5 ANALISIS DATA

Bab ini memuat analisa data yang diperoleh dari hasil penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB 6 PENUTUP

(41)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Danin (2002:41), penelitian deskriptif adalah penelitian yang memusatkan perhatian terhadap masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian yang sesuai dengan keadaan sebagaimana adanya dan mencoba menganalisa untuk memberikan kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dikarenakan subjek yang akan dijadikan informan tersebut memiliki kemampuan dan pemahaman yang berbeda dalam situasi sosial untuk pelaksanaan program pelayanan administrasi terpadu kecamatan.

2.2.Lokasi Penelitian

(42)

2.3.Informan Penelitian

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada peneitian kualitatif yang menjadi informan penelitian ditentukan secara sengaja. Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian (Bungin,2007:76). Adapun informan dalam penelitian ini adalah:

1. Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.

2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang diteliti.

Berdasarkan uraian tersebut, maka informan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas:

1. Informan kunci adalah Camat Perbaungan selaku penanggung jawab penyelenggaraan PATEN beberapa informan terkait lainnya yang bertugas langsung sebagai tim teknis pelaksana kebijakan dari program PATEN tersebut.

(43)

2.4.Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini untuk memperoleh data dan informasi, keterangan-keterangan yang diperlukan, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer adalah teknik pengumpulan data yang langsung diperoleh dari lapangan atau lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara:

a) Wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan secara mendalam dengan mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya untuk mendapatkan data yang rinci dan lengkap.

b) Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada objek yang akan diteliti, baik terhadap pelaksanaan program, maupun terhadap masyarakat yang menerima layanan program. 2. Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang

diperoleh melalui bahan kepustakaan, referensi, dan dokumen yang sesuai dengan objek penelitian untuk mendukung kelengkapan dari data primer.

2.5. Teknik Analisa Data

(44)

keabsahan dan menafsirkannya dengan analisis berdasarkan kemampuan nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

Melalui teknik analisis data, peneliti menguji kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta data dan infomasi yang diperoleh. Dan selanjutnya akan dianalisis sehingga peneliti dapat memperoleh informasi dan kebenaran dari setiap permasalahan yang ada dalam penelitian. Miles dan Huberman, analisis terdiri dar tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:

a. Reduksi Data; diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstakan dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.

b. Penyajian Data; penyajian-penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid, yang meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih.

(45)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1.Gambaran Umum Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

3.1.1. Letak dan Keadaan Geografis

(46)
[image:46.595.107.511.108.644.2]

Tabel 3.1Luas Wilayah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

No. Kecamatan Kelurahan/Desa Luas Wilayah

(Ha)

1. Perbaungan 1. Adolina 1.723

2. Batang Terap 471

3. Bengkel 145

4. Cinta Air 352

5. Cintaman Jernih 1.620

6. Deli Muda Ilir 643

7. Deli Muda Ulu 17

8. Jambur Pulau 274

9. Kesatuan 291

10. Kota Galuh 308

11. Lidah Tanah 638

12. Lubuk Bayas 487

13. Lubuk Cemara 260

14. Lubuk Dendang 175

15. Lubuk Rotan 365

16. Melati I 105

17. Melati II 1.180

18. Pematang Sijonam 4.710 19. Pematang Tatal 232 20. Simpang Tiga

Pekan

164

21. Suka Beras 350

22. Suka Jadi 445

23. Sungai Buluh 83

24. Sungai Naga Lawan

871 25. Sungai Sijenggi 292

26. Tanah Merah 361

27. Tanjung Buluh 729

28. Tualang 568

Kecamatan Per baungan Kabupaten. Ser dang Bedagai

17.859 Sumber: Kecamatan Perbaungan dalam Angka 2008

(47)

Jumlah penduduk di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai sejak tahun 1996 terus bertambah sampai tahun 2005, dan pada tahun 2006 terjadi penurunan yang di mana jumlah penduduknya sebesar 97.414 jiwa (16,08 %) dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai, penurunan terjadi dikarenakan adanya pembentukan Kecamatan baru yaitu Kecamatan Pegajahan. Pada tahun 2007 berdasarkan data dari Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai 2008jumlah penduduk di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 99.777 jiwa (16,12 %) dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai, dengan pertambahan penduduk sebesar 2363 jiwa (0,04 %).

3.1.2.1. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Pada tahun 2007 jumlah penduduk laki-laki di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 49.182 jiwa (49,30 %) dan penduduk perempuan 50.595 jiwa (50,70 %), sebagian besar penduduk di Kecamatan Perbaungan berdomisili di Desa Melati II (13,41 %) dan di Kelurahan Simpang Tiga Pekan (12,76 %) dan di Kelurahan Tualang sebesar (7,90 %), dan sisanya tersebar di setiap desa dan kelurahan di Kecamatan Perbaungan.

Sumber: Kecamatan Perbaungan dalam Angka 2008

3.1.2.2. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

(48)

dan II sebanyak 3.582 jiwa (0,57 %) dan Diploma III/Akademi sebanyak 2.101 jiwa (0,03 %) dan Universitas sebanyak 6.250 jiwa (1,01 %).

Sumber: Kecamatan Perbaungan dalam Angka 2008

3.1.2.3. Penduduk Menur ut Mata Pencahar ian

Pada tahun 2007 mata pencaharian penduduk yang dominan di wilayah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai adalah wiraswasta (perdagangan) sebanyak 12.749 jiwa (22,50 %), yang diikuti oleh buruh sebanyak 11.297 jiwa (19,94 %), sedangkan mata pencaharian terendah adalah sebagai ABRI (Polri) sebanyak 2.160 jiwa (3,82 %) dan nelayan sebanyak 2.289 jiwa (4,04 %).

Sumber: Kecamatan Perbaungan dalam Angka 2008

3.2. Kecamatan Perbaungan 3.2.1. Sejarah

Pemerintah Kecamatan Perbaungan mempunyai sejarah tersendiri seiring dengan perkembangan Negara Republik Indonesia. Perbaungan sebagai suatu wilayah pemerintahan mengalami perkembangan pemerintah sejak masa Pemerintahan Belanda, Pemerintahan Jepang dan di masa Pemerintahan Indonesia itu sendiri.Untuk penjelasan lebih lanjut dapat dibedakan atas 5 (lima) tahap perkembangan sebagi berikut:

1. Masa Kesultanan Serdang (sejak zaman Belanda hingga tahun 1942) 2. Masa Pemerintahan Jepang (tahun 1942 s/d tahun 1945)

(49)

4. Masa Pemerintahan Negara Sumatera Timur (NST) yaitu (tanggal 28 Juli 1947 s/d 31 Desember 1949)

5. Masa Pemerintahan Negara Kesatuan RI (tanggal 1 Januari 1950 s/d sekarang)

Perubahan perkembangan negara berdampak atas perkembangan daerah-daerah hingga pada sampai kecamatan, hal ini mengakibatkan terjadinya pemekaran Kecamatan Perbaungan menjadi 2 (dua) kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Perbaungan (kecamatan induk, terdiri dari 28 desa.kelurahan) 2. Kecamatan Pegajahan (kecamatan pemekaran, terdiri dari 13 desa)

Hal ini telah dicatat dalam lembaran negara sejak bulan Januari 2007.

Sumber : Kecamatan Perbaungan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten

Serdang Bedagai.

3.2.2. Pemerintahan

Kecamatan merupakan perangkat daerah kabupaten yang mempunyai wilayah kerja tertentu dan di pimpin oleh seorang camat. Camat sebagaimana dimaksud berkedudukan sebagai koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kerjanya, berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah Kabupaten.

(50)

Desa Melati Dua yaitu terdapat 23 dusun adapun Desa Tanjung Buluh, Desa Delimuda Hulu serta Desa Melati Satu merupakan desa yang memiliki jumlah dusun/lingkungan terkecil.

3.2.3. Visi dan Misi

Visi Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Perbaungan yaitu terwujudnya pelayanan kepada Masyarakat yang Efektif, Efisien dan Transparan di Kecamatan Perbaungan. Sedangakan misi Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Perbaungan adalah:

1. Meningkatkan kemampuan Aparatur Kecamatan dalam pemberian pelayanan kepada Masyarakat

2. Meningkatkan fasilitas pendukung dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat

3. Memberikan pelayanan yang mudah, tepat waktu, berkualitas dan transparan.

(51)
[image:51.595.59.521.111.682.2]

Tabel 3.2 mengenai Struktur Organisasi Kecamatan Perbaungan :

Sumber: Kantor Camat Perbaungan

3.2.5. Tugas dan Fungsi

Camat Perbaungan

Drs. Akmal, M.Si

Kelompok Jabatan Fungsional

Sekretariat Camat

Suparmin

Ka. Subbag Pelayanan Umum

Hj. Nur Asiah.AH, SH

Ka. Perencanaan Program & Keuangan

Hj. Renny Syafriani, SE

Ka. Kepegawaian & Perlengkapan Safnimar Kasi PMD Asniwati Br. Karo Kasi Kessos Aini Syahweny, SH

(52)

1. Camat, mempunyai tugas dan fungsi melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati, sesuai karakteristik wilayah kebutuhan daerah dan tugas pemerintahan lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Pelimpahan kewenangan pemerintah sebagaimana dimaksud di atur lebih lanjut dalam Peraturan Bupati. Sebagian tugas Camat sebagaimana dimaksud dapat dilimpahkan kepada lurah.

2. Sekretaris Kecamatan, yang dipimpin oleh seorang sekretariat yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada camat. Sekretaris kecamatan mempunyai tugas membantu Camat dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan memberikan pelayanan pemerintahan dan memberikan pelayanan adminsitrasi kepada seluruh perangkat/aparatur kecamatan

3. Seksi Pemerintahan, dipimpin oleh seorang kepala seksi pemerintahan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada camat dan bertugas memabntu camat dalam menyampaikan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan

4. Seksi Ketentraman dan satpol pp, kepala seksi yang berada di bawah camat dan bertanggungjawab kepada camat dan bertugas membantu camat dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan ketentraman dan ketertiban

(53)

pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pemberdayaan masyarakat desa

6. Seksi pendapatan, kepala seksi ini berada di bawah camat dan bertanggungjawab kepada camat dan bertugas membantu camat dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pendapatan

7. Seksi pertanian dan peternakan, kepala seksi ini berada di bawah camat dan bertanggungjawab kepada camat dan bertugas membantu camat dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pertanian dan peternakan

8. Sub bagian pelayanan umum, kepala sub bagian ini berada di bawah sekretaris camat dan bertanggungjawab kepada sekretaris camat dan bertugas membantu sekretaris camat dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan pelayanan umum. 9. Sub bagian kepegawaian dan perlengkapan, kepala sub bagian ini berada

di bawah sekretaris camat dan bertanggungjawab kepada sekretaris camat dan bertugas membantu sekretaris camat dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan, pelaksanaan evaluasi dan pelaporan urusan kepegawaian dan perlengkapan.

(54)

11.Kelompok Jabatan Fungsional

3.3 Gambaran Umum Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) DI Kecamatan Perbaungan

Ada tiga belas macam pelayanan yang diberikan oleh Kecamtan Perbaungan berkaitan dengan Implementasi Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) baik itu pelayanan dibidang perizinan maupun dibidang non perizinan. Dalam pelaksanaannya di Kecamatan Perbaungan pelayanan PATEN ini dibedakan pengurusannya menjadi tiga loket. Dimana pada loket pertama itu melayani tentang :

1. Registrasi Surat Keterangan Tanah (SKT) Persyaratannya:

a. Mengisi surat permohonan yang ditunjukkan kepada Camat b. Mengisi blanko/formulir yang telah disediakan

c. Melampirkan alas Hak Tanah yang diusahai atau dikuasai d. Fotocopy KTP 2 lembar

e. Tanda lunas PBB

Jangka waktu penyelesaian:

a. Tujuh hari (jika persyaratan lengkap dan sudah diteliti)

Yang terlibat atau penanggung jawab:

(55)

c. Sekcam dan Camat

2. Surat Penyerahan Penguasaan Atas Tanah Dengan Cara Ganti Rugi (SPPAT-GR)

Persyaratannya:

a. Mengisi surat permohonan yang ditunjukkan kepada Camat b. Mengisi blanko/formulir yang telah disediakan

c. Melampirkan alas Hak Tanah yang diusahai atau dikuasai d. Fotocopy KTP 2 lembar

e. Tanda lunas PBB

Jangka waktu penyelesaian:

a. Tujuh hari (jika persyaratan lengkap dan sudah diteliti)

Yang terlibat atau penanggung jawab:

a. Kepala Desa/ Lurah b. Kasi Pemerintahan c. Sekcam dan Camat

3. Surat Keterangan Ahli Waris Persyaratannya:

a. Mengisi surat permohonan yang ditujukan kepada Camat

b. Surat pernyataan/pengakuan seluruh ahli waris yang diketahui Kepala Desa/Lurah

(56)

d. Fotocopy KTP ahli waris

e. Fotocopy kartu keluarga ahli waris f. Masing-masing rangkap dua

Jangka waktu penyelesaian:

a. Dua hari (jika persyaratan lengkap dan sudah diteliti)

Yang terlibat atau penanggung jawab:

a. Kepala Desa/ Lurah b. Kasi Pemerintahan c. Sekcam dan Camat 4. Registrasi Agunan ke Bank

Persyaratan:

a. Alas hak/surat tanah asli dan fotocopy b. Fotocopy KTP yang bersangkutan c. Surat pengantar dari Kepala Desa/Lurah

d. Surat keterangan tidak saling sengketa yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah

e. Tanda lunas PBB

f. Masing-masing rangkap dua

Jangka waktu penyelesaian:

a. Dua hari (jika persyaratan lengkap dan sudah diteliti)

(57)

a. Kepala Desa/ Lurah b. Kasi Pemerintahan c. Sekcam dan Camat

5. Surat Keterangan Silang Sengketa Persyaratan:

a. Membawa surat silang sengketa dari Kepala Desa/Lurah

Jangka waktu penyelesaian:

a. Dua hari (jika persyaratan lengkap dan sudah diteliti)

Yang terlibat atau penanggung jawab:

a. Kepala Desa/ Lurah b. Kasi Pemerintahan c. Sekcam dan Camat

Dan pada loket kedua melayani tentang pelayanan seperti:

1. Rekomendasi IMB Persyaratannya:

a. Surat keterangan tanah dari desa

b. Surat silang sengketa yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah c. Pengantar dari Kepala Desa/Lurah

d. Fotocopy tanda lunas PBB tahun terakhir dan fotocopy KTP e. Surat pernyataan yang bersangkutan bermaterai 6000

(58)

g. Pas photo warna 3x4 sebanyak tiga lembar h. Masing-masing rangkap dua

Jangka waktu penyelesaian:

a. Dua hari (jika persyaratan lengkap dan sudah diteliti)

Yang terlibat atau penanggung jawab:

a. Kepala Desa/ Lurah b. Kasi Pemerintahan c. Sekcam dan Camat

2. Rekomendasi HO, SIUP, TDP Persyaratannya:

a. Surat keterangan tanah b. Surat silang sengketa

c. Pengantar dari Kepala Desa/Lurah d. Fotocopy KTP yang bersangkutan

e. Fotocopy tanda lunas PBB tahun terakhir

f. Surat keterangan tidak keberatan dari masyarakat sekitar lokasi

g. Surat pernyataan pemohon bermaterai 6000 tentang tidak keberatan izin dicabut apabila langgar ketentuan

h. Pas photo warna 3x4 sebanyak tiga lembar i. Masing-masing rangkap dua

(59)

a. Dua hari (jika persyaratan lengkap dan sudah diteliti)

Yang terlibat atau penanggung jawab:

a. Kepala Desa/ Lurah b. Kasi Trantib

d. Kasi Pendapatan e. Sekcam dan Camat

3. Surat Keterangan Bersih Lingkungan (SKBL) Persyaratannya:

a. Fotocopy KTP

b. Pas photo warna 3x4 sebanyak tiga lembar

c. Surat keterangan/pengantar dari Kepala Desa/Lurah d. Masing-masing rangkap dua

Jangka waktu penyelesaian:

a. Satu hari (jika persyaratan lengkap dan sudah diteliti)

Yang terlibat atau penanggung jawab:

a. Kepala Desa/Lurah b. Kasi Trantib c. Sekcam dan Camat

(60)

1. Pengantar KK dan KTP Persyaratan:

a. Surat pengantar dari Kepala Desa/Lurah b. Membawa formulir KK

c. Membawa formulir

d. Membawa tanda lunas PBB

Jangka waktu penyelesaian:

a. Satu hari (jika persyaratan lengkap dan sudah diteliti)

Yang terlibat atau penanggung jawab:

a. Kepala Desa/Lurah

b. Kasubbag Pelayanan Umum c. Sekcam dan Camat

2. Surat Keterangan Pindah Persyaratan:

a. Membawa surat keterangan pindah dari Kepala Desa/Lurah b. Membawa KTP dan KK yang bersangkutan

c. Pas photo 3x4 dua lembar

Jangka waktu penyelesaian:

a. Satu hari (jika persyaratan lengkap dan sudah diteliti)

(61)

a. Kepala Desa/Lurah

b. Kasubbag Pelayanan Umum c. Sekcam dan Camat

3. Surat Permohonan Proposal 4. Surat Keterangan Riset KKN/PKL

Persyaratan:

a. Surat Keterangan dari Sekolah dan Universitas

Jangka waktu penyelesaian:

a. Satu hari (jika persyaratan lengkap dan sudah diteliti)

Yang terlibat atau penanggung jawab:

a. Kasi Pemerintahan b. Sekcam dan Camat

5. Surat Keterangan • Surat Kematian

• KP4

• Surat Keterangan Miskin

• Surat Keterangan Menjual BBM

Persyaratan:

(62)

c. Masing-masing rangkap dua

Jangka waktu penyelesaian:

b. Satu hari (jika persyaratan lengkap dan sudah diteliti)

Yang terlibat atau penanggung jawab:

a. Kepala Desa/Lurah

(63)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

Dalam bab ini penulis akan menyajikan data-data dari hasil pengamatan dan penelitian yang diperoleh melalui proses wawancara tentang Implementasi Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

Dalam melakukan pengumpulan data penelitian ada beberapa tahapan yang harus peneliti lakukan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan penelitian, yaitu dimulai dari pengumpulan berbagai macam dokumen dan peraturan-peraturan terkait seputar program PATEN di Kecamatan Perbaungan. Setelah itu, peneliti melakukan wawancara kepada informan untuk mengetahui lebih mendalam lagi tentang Implementasi Program PATEN di Kecamatan Perbaungan yang menjadi pembahasan di penelitian ini. Pertanyaan yang peneliti ajukan kepada informan merupakan daftar pertanyaan yang telah peneliti siapkan sebelum melakukan penelitian yang berasal dari pedoman wawacara yang telah dirancang oleh peneliti sebelumnya. Namun dalam proses wawancara yang telah peneliti lakukan pertanyaan-pertanyaan tersebut mengalami perkembangan sesuai dengan permasalahan penelitian ysng telah penulis angkat.

4.1Deskripsi Hasil Wawancara

(64)

faktor yang menjadi fokus dalam Implementasi Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Perbaungan, antara lain:

4.1.1 Komunikasi

Suatu keberhasilan dari Implementasi kebijakan atau program dapat terwujud apabila komunikasi yang dijalin antara implementor dengan implementor kepada masyarakat berjalan dengan baik dan jelas. Selain itu keberhasilan suatu implementasi program juga diketahui dengan bagaimana implementor memahami apa yang harus dilakukan dan apa yang menjadi tujuan dan sasaran kebijakan yang selanjutnya akan ditransmisikan kepada kelompok-kelompok sasaran. Apabila tujuan dan sasaran dari suatu kebijakan tidak jelas dan kemudian tidak diketahui oleh kelompok sasaran maka kemungkinan suatu kebijakan atau program yang diimplementasikan tersebut tidak terealisasi dengan baik.

(65)

a. Transmisi

Transmisi adalah penyaluran komunikasi yang baik dimana tujuannya adalah agar dapat menghasilkan suatu hasil implementasi yang baik pula. Seringkali yang terjadi dalam proses transmisi ini yaitu adanya salah pengertian, hal ini terjadi karena komunikasi implementasi tersebut telah melalui beberapa tingkatan birokrasi, sehingga hal yang diharapkan terdistorsi di tengah jalan.

Pelaksanaan Program Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Perbaungan dapat terlaksana dengan adanya penyampaian informasi yang baik dari penanggung jawab program PATEN di Kecamatan Perbaungan. Proses ini tidak terlepas dari kinerja Tim Pelaksana Program yang memiliki Tanggung Jawab untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Penyampaian informasi Program PATEN di Kecamatan Perbaungan ini dengan cara memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang ada di Kecamatan Perbaungan.

Berkenaan dengan itu, Bapak Drs. H. Akmal, M.Si selaku Camat Perbaungan yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Program PATEN di Kecamatan Perbaungan, dalam wawancara mengatakan:

(66)

Sosialisasi yang diberikan oleh Pihak Kecamatan disampaikan oleh pihak-pihak terkait seperti yang disampaikan oleh Bapak Camat:

“Yang melakukan sosialisasi adalah camat beserta seluruh staf kemudian kepala desa atau lurah di desa dan kelurahannya”

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Bapak Sekcam:

”yang melakukan sosialisasi antara lain ya Camat, Sekcam,

dan petugas penerima sosialisasi PATEN”

Sosialisasi yang telah dilakukan oleh Pihak Kecamatan sudah baik sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak Suparmin selaku Sekretaris Camat Perbaungan:

”Sosialisasi yang dilakukan Pihak Kecamatan cukup baik”

Sementara itu menurut salah satu anggota dari Kasi Trantib yaitu Rachmad yang terlibat dalam pengurusan pelayanan IMB menjelaskan bahwa :

“Sosialisasinya ada kak cuman itulah aparatur desa kurang kalau untuk kami sendiri kemungkinan berat lah yakan untuk menyisir satu kecamatan, aparat desanya yang susah, seharusnya kan tugas-tugas kadus (kepala dusun) taulah yakan kak kepala desanya ini kan gak terlalu mengikat kali sama kecamatan karna orang itukan bukan pegawai”

(67)

program sangat baik seperti yang disampaikan pada saat peneliti mewawancarai salah seorang petugas pelaksana program PATEN di Kecamatan Perbaungan yaitu Ibu Hj. Renny Syafriani, S.E yang mengatakan:

“Komunikasi sangat baik.”

Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh Bapak Erfin selaku Plt. Kasi Pemerintahan yang juga mengatakan:

”Ya komunikasi bagus-bagus aja yang penting kita sebagai pelaksana tugas Kasi Pemerintahan tau tupoksinya yakan siap itu sebagai stafnya Pak Camat segala bentuk pelayanan yang dibidangi oleh Seksi Pemerintahan ini harus melalui pemeriksaan oleh pelaksana tugas PATEN tadi lalu diajukan kepada Bapak Camat.”

b. Kejelasan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan. Pemahaman akan Program PATEN sebagai program pendukung kebijakan Pelayanan Terpadu dan sebagai lanjutan dari Pelayanan Administrasi Terpadu Satu Pintu di Kabupaten sudah sangat jelas. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Camat Perbaungan ketika ditanya tentang pemahamannya mengenai Program PATEN:

(68)

dan non perizinan. Kalau perizinan itu berdasarkan pelimpahan kewenangan dari Bupati ke Kantor Camat sebahagian jadi yang sudah diberikan pelimpahan kewenangan itu baru satu itupun IMB itu yang kurang dari 200 meter, tidak bertingkat, bukan perumahan, dan tidak dijalan protokol (jalan Provinsi atau Negara) itu yang kita terbitkan. Jadi, ada Perda yang mengatur IMB itu saya lupa Perda nomor berapa disitu ada hitung-hitungannya diperda itu sehingga kita sulit untuk mencantumkan disitu mungkin luasnya kurang dari 200 misalnya 190 pengalinya berapa ada indeks dia. Kalau jalannya jalan kabupaten indeks ininya berapa akses terhadap hitungan berapa indeksnya itu ada perkalian-perkalian sehingga nanti dapatlah hasiln berapa retribusi IMB yang harus dibayar. Kalau yang non perizinan itu tidak ada tarif itu hakekatnya gratis gitu, itu semua tidak ada biayanya.”

Kemudian pendapat yang sama juga diberikan oleh Bapak Sekretaris Camat yang mengatakan bahwa:

”Pelayanan PATEN ya disitu ada beberapa item ya pelayanan itu termasuk pelayanan administrasi kependudukan yakan pemerintahan dan pelayanan sosial dan juga masalah pelayanan perizinan dimana manfaatnya cukup baik sekali yang pertama, secara pelayanan itu dapat berjalan sesuai dengan program PATEN mengenai tertib administrasi. Yang kedua, sesuai dengan ketentuan yang dilaksanakan didalam pelayanan PATEN apabila persyaratan pelayanan sudah cukup tidak ada kekurangannya mungkin dalam waktu yang singkat dapat diselesaikan satu hari surat-menyuratnya.”

Tidak hanya penanggung jawab Program PATEN saja yang memiliki pemahaman yang baik mengenai PATEN, pelaksana Program PATEN juga memahami apa itu program PATEN seperti yang disampaikan oleh Ibu Safnimar:

”intinya program PATEN lebih memudahkan masyarakat karna dia hanya satu dia hanya nunggu disitu dia enggak kesana kemari lagi, dia datang awak ngerjain berkas, berkas udah siap awak kasih jadi lebih memudahkan masyarakat”

(69)

lakukan. Untuk dapat mengetahui hal tersebut dengan baik, maka perintah yang mereka terima baik itu yang dibuat dalam bentuk keputusan-keputusan maupun dasar hukum lainnya yang memang harus jelas. Dan dari kesemua informan yang telah saya wawancarai masing-masing dari mereka telah memahami tugas mereka sebagai pelaksana Program PATEN yang ada di Kecamatan Perbaungan.

c. Konsistensi

Tujuan dan manfaat dari Program PATEN ini telah tertulis dengan jelas dalam petunjuk pelaksana dan petunjuk teknis Program PATEN. Dimana kesemua perintah dan aturan yang ada sama dan jelas serta tidak ada yang diubah-ubah dimulai dari Permendagri Nomor 4 Tahun 2010, dan Perbup Serdang Bedagai Nomor 24 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN).

4.1.2 Sumber Daya a. Staf/Pegawai

Menurut keterangan dari informan yang diwawancarai oleh peniliti, sumber daya manusia yang terdapat dalam Program PATEN yang bertugas sebagai pelaksana petugas PATEN sebanyak tiga orang yang berhubungan langsung dengan masyarakat karena mereka yang menyapa, mengurus berkas dan memberikan pelayanan kepada masyarakat.

(70)

berpendidikan terakhir S1. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Rina Mayasari selaku staf pelaksana program PATEN:

”Menurut saya jumlah pegawai sudah cukuplah, udah sesuai”

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Ibu Hj. Renny Syafriani, S.E dan Ibu Safnimar yang mengatakan bahwa:

”sudah cukup saya rasa” kata Ibu Renny sedangkan kata Ibu Safnimar”cukup atau kurangnya itu tergantung apanya juga nak tapi kan kalo PATEN ini udah dijelaskan kerjaannya masing-masing ini ini ini jadi sudah cukuplah.”

Kemudian mengenai penunjukkan setiap petugas pelaksana PATEN berdasarkan Surat Keputusan dari Bapak Camat seperti yang disamapaikan oleh Ibu Safnimar: ”penunjukkannya melalui dengan ada dibuatkan SK”

Kualitas yang dimiliki oleh setiap pegawai/staf pada pelaksana Program PATEN ini baik karena mereka bekerja memberikan pelayanan dengan maksimal. Dan tentunya apabila staf yang memberikan pelayanan sudah maksimal kinerjanya maka masyarakat sendiri pun akan puas mendapatkan pelayanannya. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Safnimar yaitu:

“Saya rasa pelayanan yang saya berikan sayaudah maksimal.”

Salah seorang masyarakat yang bernama Wira sewaktu mengurus surat dan mendapatkan pelayanan dari Pihak Kecamatan memberikan jawaban seperti ini:

”Pelayanan yang diberikan oleh Pihak Kecamatan bagus”

(71)

“pelayanannya baik, pegawainya ramah-ramah”

Hal yang sangat positif dari kualitas staf/pegawai yang dimiliki oleh Kecamatan Perbaungan ini tentunya juga tidak terlepas dari peran serta Tim Teknis PATEN yang ada di Kabupaten dalam memberikan pelatihan kepada petugas pelaksana PATEN yang ad

Gambar

Tabel 3.1Luas Wilayah Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai
Tabel 3.2 mengenai Struktur Organisasi Kecamatan Perbaungan :
gambar. Selain itu juga tidak ada variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang prevalensi, intensitas dan lokasi distribusi infeksi cacing pada berbagai organ ikan Pisang-pisang

Program ini diwujudkan dalam kegiatan Studi Pengembangan Kawasan Terminal Mendolo, Peningkatan Kapasitas SDM Dinas Perhubungan, Studi Perencanaan dan DED Lokasi Rest Area

Nanoemulsi yang terbentuk memiliki ukuran tetesan kurang dari 100 nm dan meningkatkan kelarutan obat yang tidak larut air sehingga dapat membantu absorpsi obat

Selain faktor di atas terdapat faktor yang lain yang dianggap dapat memotivasi seseorang untuk berhenti merokok yaitu kesehatan, semakin lama orang merokok

Puji Syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul Strategi Peningkatan

Implementasi merupakan tahapan setelah melakukan analisis dan perancangan sistem pada siklus rekayasa perangkat lunak dimana aplikasi siap dioperasikan pada

identifikazioa erabili dezakegu Arkeologiaren barneko joera hauek identifikatzeko, izan ere, generoarekin zer ikusia duten lanak biltzen dira ekimen horretan: emakumearen egoera eta

Adakah terdapat perhubungan secara langsung atau tidak langsung faktor lain iaitu perancangan dan pengalaman lampau terhadap sikap, norma subjektif dan tanggapan