• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola komunikasi Dr. Aisah Dahlan dalam membina mental slankers (Pecandu) Napza) di yayasan sahabat rekan sebaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola komunikasi Dr. Aisah Dahlan dalam membina mental slankers (Pecandu) Napza) di yayasan sahabat rekan sebaya"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

POLA KOMUNIKASI dr. AISAH DAHLAN DALAM MEMBINA

MENTAL SLANKERS (PECANDU NAPZA) DI YAYASAN

SAHABAT REKAN SEBAYA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:

DIAN RAFIQI QUDSI

NIM : 104051001895

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

POLA KOMUNIKASI dr. AISAH DAHLAN DALAM MEMBINA

MENTAL SLANKERS (PECANDU NAPZA) DI YAYASAN

SAHABAT REKAN SEBAYA

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh

DIAN RAFIQI QUDSI

NIM : 104051001895

Di Bawah Bimbingan

H. Zakaria, MA.

NIP. 197208072003121003

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

HASIL WAWANCARA

Nama : dr. Aisah Dahlan

Jabatan : Ketua Yayasan Sahabat Rekan Sebaya Hari/Tanggal : Kamis 04 Juni 2009

Waktu : 16:00 WIB- Selesai

Tempat : Rumah Sakit Bhayangkara Selapa POLRI

Tanya : Sejak kapan berdirinya Yayasan Sahabat Rekan Sebaya?

Jawab : Berdirinya yayasan rekan sebaya pada tahun 1997

Tanya : Apa Visi Misi Yayasan Sahabat Rekan Sebaya?

Jawab : Visi dari Yayasan ini adalah menciptakan kemandirian bagi para After untuk siap bermanfaat kembali bagi diri dan sekitarnya. Ini didukung oleh beberapa misi, yaitu dengan menfasilitasi, memotivasi dan mengoptimalisasikan berbagai minat, bakat dan kemampuan serta ketrampilan yang dimiliki oleh para After Care dalam wujud pelaksanaan berbagai job therapi.

Tanya : Apa yang melatarbelakangi terbentuknya yayasan sahabat

rekan sebaya?

(4)

Mars pada tahun 1997. Sahabat Rekan Sebaya merupakan komunitas gabungan dari berbagai komunitas binaan Lanjut( After Care) yang berbasis panti dan masyarakat di berbagai wilayah Jabotabek yang memusatkan semua kegiatan After Care nya di Jl.Simpang tiga no 17 Kalibata, Jaksel dan bermitra dengan RS. Bhayangkara, SELAPA POLRI Ciputat Jakarta Selatan. Penamaan SRS ( Sahabat Rekan Sebaya) ini lebih bermaksud, dan berniat mulia untuk menerangkan bahwa siapapun yang bergabung dalam wadah ini tentunya siap menjadi Sahabat atau Partner dalam “Recovery” dan ”solusi” bagi Rekan Sebaya (Peer Group) Pendirian SRS pada tahun 1998 bertujuan untuk mewadahi segala potensi dan usaha untuk menata kembali kehidupan para “Recovering Person”. Dalam kurun waktu berkiprah 10 tahun komunitas ini akhirnya resmi sebagai Yayasan Sahabat Rekan Sebaya

Tanya : Berapa jumlah korban narkoba di SRS?

Jawab : Kurang lebih 120 orang, tapi engga semua stay disini. Karena mereka kebanyakan bekerja

Tanya : Berapa biaya yang dibutuhkan untuk dapat tinggal di srs?

(5)

kita berusaha untuk tidak memberatkan korban. Kita memberikan obat yang murah dari jenis generic atau simtomatis

Tanya : Lalu, dari mana saja sumber dana yang masuk untuk

yayasan ini?

Jawab : Sumber dana yang masuk yaitu dari berbagai sumber, misalnya anak-anak kita ajarkan untuk menjadi interprenure, jadi mereka yang ada diyayasan semua bekerja. Dan gaji mereka di potong 20 % untuk biaya sehari-hari kita memang tidak bayar . jadi ada juga dari orang tua korban yang mampu, Biasanya mereka menyumbang sembako, berupa beras, mie instan. Kita menerima apa saja. Karena memang kita lebih kepada after care, jadi kita mereka sudah mulai bekerja, dan harus punya incame, saya selalu berpesan bahwa kalau kamu pengen merokok ya harus kerja, jadi mereka merasakan rasa beratnya dan manfaatnya.

Tanya : Kerjasama dari sisi pembiayaan, dari pihak mana saja?

(6)

kesejahteraan fansnya atau bersifat sosial. Dan juga para alumni-alumni after care yang sudah bekerja di kantor-kantor, mereka ada sedikit infaq untuk KAS kita buat adik-adiknya.

Tanya : Dari unsur mana saja yang terlibat di yayasan ini?

Jawab : Kalau di SRS ada dua, yaitu: korban Narkoba dan keluarga korban Narkoba itu sendiri, saya pun disitu bukan sebagai dokternya, tetapi keluarga korban, yang bersama-sama adik-adik ini membuat suatu wadah, sehingga jadilah sebuah yayasan, awalnya ini sebuah panguyuban after care, yang ada disini adalah lulusan beberapa panti rehabilitasi narkoba yang Relafes (pakai) lagi

Tanya : Berapa jumlah tenaga yang membantu di yayasan ini?

Jawab : Kalau di recovery addict/ korban Narkoba ada banyak, misalnya adiknya kena, dia bergabung disitu, atau kakaknya kena ikut pula gabung. Jadi kita bisa saling membantu dan menguatkan sesama keluarga korban Narkoba

Tanya : Bagaimana dengan managemen pengelolaan di SRS?

(7)

Verus Sidharta. Dan disini ada divisi-divisi masing-masing. Ada kepala divisi

Tanya : Berapa lama korban yang tinggal di SRS?

Jawab : Seumur hidup, maksudnya disini yang lebih ditekankan adalah program after care, ada yang sepuluh tahun, sebelas tahun karena SRS adalah terminal bagi mereka, walaupun mereka kerja dengan orang tua mereka, tetap namanya ada disitu, karena biasanya mereka datang untuk mencharg knowlege, skill, menata emosi dan sebagainya, umumnya mereka sudah bekarja di kantor-kantor yang normatif, pertelivisian, radio, mereka minta agar namanya tidak hilang.

Tanya : Program apa saja yang ada di SRS?

Jawab : Ada program-programyang kita jalankan bagi slankers yaitu SAHABAT Motivedu (Motivasi dan Edukasi) seperti

Detoksifikasi, Rehabilitasi, Klinik Konsultasi dan support group

Sahabat Peduli

Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :

Seminar Bahaya Narkoba, Penyuluhan Bahaya Narkoba

Sahabat Auto Service

(8)

Menerima servis berbagai jenis permasalahan automotif, Menerima pelatihan kerja bagi After care lainnya dan para pelajar jurusan tehnik automotif.

Sahabat Rescue System

Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :

Penjangkauan bagi para pecandu Narkoba

Sahabat Training

Pelatihan MBS (Make Better Solution)

Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :

MBS untuk intansi dan lembaga, MBS untuk professional, MBS untuk anak dan pelajar serta mahasiswa, MBS untuk keluarga,

MBS Akupresuer

Sahabat Event Organizer

Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :Menyelenggarakan pentas Musik dan bazaar dalam peringatan hari anti Narkoba serta HIV/AIDS internasional Menyelenggarakan bazaar social, Menyelenggarakan berbagai pelatihan, seminar, workshop dan Talkshow.

Sahabat Jongsi

(9)

(sepatu dan sandal), Wiraswasta di bidang produk makanan dan minuman ringan, Wiraswasta dibidang produk kerajinan tangan (handycraft) dan souvenir

Sahabat Flora

Program dari Tahun 2004 – hingga kini Pembuatan taman dan tebing, Jual beli berbagai tanaman hias, Dekorasi dan perawatan taman, penyewaan tanaman hias ke berbagai kantor dan institusi, usaha pembuatan kompos serta penghijauan bagi masyarakat sekitar lokasi usaha sebagai wujud tanggung jawab moril terhadap sekitar lingkungan, Mengadakan pelatihan Flora

Sahabat Multimedia

Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :

Pembuatan modul pelatihan, Pembuatan tabloid “signal”,

Pembuatan produk dan jasa video tutorial dan documenter, Penerbitan buku,Sablon baju, kartu nama, banner, dll

Pembuatan film “cukup Gue” yang bertemakan permasalahan Narkoba dan HIV/AIDS, Pembuatan web, Pelatihan broadcast dan web.

Sahabat Recovery Slankers

(10)

Detoksifikasi missal, Penyuluhan dan seminar bahaya Narkoba, Pelatihan kerja bagi para After Care

Sahabat Positif

Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Penyuluhan, pelatihan dan seminar HIV/AIDS, Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki kepedulian terhadap HIV/AIDS

Sahabat Teater Musikal Orkextra 100 Pecandu

Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :

Pementasan Teater Klosal untuk penyuluhan bahaya Narkoba, Pementasan Teater 100 Pecandu untuk penyuluhan bahaya Narkoba, Pementasan Teater orkeXtra 100 Pecandu untuk penyuluhan bahaya Narkoba, Pembuatan album musik religi

Sahabat Art & Decor

Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah : Dekorasi Pentas Seni sekolah Tugasku, Dekorasi pelatihan MBS, Pembuatan ketrampilan tangan dan lukisan, Pameran lukisan

Sahabat Modiste

(11)

Merancang dan membuat berbagai jenis pakaian untuk perempuan, Merancang dan membuat berbagai jenis kain penutup dan penghias untuk barang dan tempat peralatan.

Responden Pewawancara

(12)

HASIL WAWANCARA

Nama : dr. Aisah Dahlan

Jabatan : Ketua Yayasan Sahabat Rekan Sebaya Hari/Tanggal : Kamis 04 Juni 2009

Waktu : 15:00 WIB-Selesai

Tempat : Rumah Sakit Bhayangkara Selapa POLRI

Tanya : Bagaimana cara penanganan korban narkoba di SRS,

apakah secara personal/komunitas, Kalau dengan cara

persuasif seperti apa?

Jawab : Tergantung bagaimana personnya masing-masing, kita harus mengetahui dulu karakter setiap anak, pola asuh orang tua mereka. Ada anak yang memang punya niat untuk sembuh, mungkin jadi lebih semangat untuk mengikuti program, ada juga yang agak lebih lama untuk saya tahu bagaimana perasaannya Kalau secara personal, tapi ada juga program yang terkenal di amerika sana yaitu TC (therapeutic community)

Tanya : Bagaimana cara mengkomunikasikan dengan mereka dalam

proses penyembuhan?

(13)

mereka tidak tahu emosinya apa. Karena mungkin ia dulu, sebelum ia pake waktu ia kecil. Misalnya ia sedih, nangis dilarang, atau mau marah sama orang tua takut durhaka, karena di simpan, ngomong blak-blakan sama orang tua dibawa terus, karena penat, bertemu seuatu hari, pada waktu yang salah dan orang yang salah. Dan drug’s itu adalah salah satu solusinya, walaupun itu solusi yang salah/tidak baik, untuk ia kembali tenang pake itu, Kalau kita ambil dan cara bicara kita membuat ia berat, pasti ia relafes lagi.

Tanya : Lalu bagaimana cara menanganinya?

(14)

masyarakat, kita memoles lagi mrereka dengan perasaan untuk tahu mereka, dan perlu di omongkan. Harus diucapkan, mereka menganggap g boleh gw marah, dosa kali ya. Ya betul dosa.tapi harus diucapkan, bisa jadi karena pola asuh, setiap berantem sama adiknya, dia mo bilang saya kesel, g boleh sama ibu bapak. Jadi mereka selalu diam. Padahal itu adalah tehnik, boleh engga papa. Malah Kalau ada sesinya. Kita peluk ia, yaudah finish. Jangan sampe penuh, karena kalo tumpah akan ekstrem.

Tanya : Pola komunikasi apa yang anda gunakan bagi para korban

narkoba?

(15)
(16)

yang harus dibuang, one on one, tegut menegur untuk merubah prilaku, itu bedanya, karena Kalau tidak begitu, kita akan terus mengungkit, maka dipelajarilah teknik konvensional atau komtemporer, malah saya lebih menyukai komunikasi cara Rasulullah.

Tanya : Apakah komunikasi yang anda lakukan cukup efektif

diterapkan disini?

Jawab : Alhamdulillah, buat saya patokannya, selama mereka tetap setia, dan sikapnya dengan orang tua oke, dan kerjanya maju, berarti ia tumbuh (grouw) sukses, artinya semua tahu dia pake. Kalau disini, Kalau ada divisi yang engga maju berarti saya harus Tanya, teknik yang kita pelajari dia engga pake, teknik menej emosinya dia engga pake, mind setting dia engga pake, husnudzon dia engga pake di liatnya disitu aja. Kalau divisi yang maju berarti dia husnudzon, gimana prasangkanya kepada Tuhan, selain ia berdo’a.

Tanya : Berapa lama proses komunikasi yang berlangsung pada saat

mentherapy para korban narkoba?

(17)

Tanya : Adakah hambatan-hambatan dalam berkomunikasi dengan

mereka?

(18)

mereka junkie, dan merasa ia berguna engga sih? Kalau gue berguna kok bokap dan nyokap gue masih marah. Makanya kita berikan pekerjaan, dan diajak ke khalayak ramai di seminar, agar mereka merasa diri mereka berarti, itu ada yang tiga tahun dan lima tahun, dan itu tantangan bagi saya. Karena Kalau kita memberikan label hambatan ya ia akan menghambat, tapi Kalau hambatan itu kita labelkan tantangan, maka ia akanmemicu responnyang lebih besar, itu yang saya bilang “seng kita bikin emas” , narkoba kena narkoba itu bukan musibah, tapi ujian, masa Allah ngasi musibah kepada orang yang rajin ibadahnya, baik prilakunya, statementnya, kita di uji untuk naik derajat, kata-kata itu sangat bermakna, dan makna itu sangat signifikan, bermanfaat, kita harus mulai ditata, bahwa semua ini ujian dan tantangan, karena tujuan saya meringankan beban mereka, bukan tipe orientasi birokrasi.

Responden Pewawancara

(19)

ABSTRAK

Dian Rafiqi Qudsi 104051001895

Pola Komunikasi Dr Aisah Dahlan Dalam Membina Mental Slankers Di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya

Perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi, kemajuan pengetahuan dan teknologi membawa berbagai dampak yang berimplikasi pada pergeseran nilai-nilai dan moral, banyak ketimpangan-ketimpangan yang terjadi dikarenakan ketidak siapan mental para pelaku kehidupan maka semakin bertambah pula masalah-masalah sosial yang dihadapi yang merupakan dampak dari modernisasi dan teknologi. semakin meningkatkan angka-angka kriminalitas yang disertai dengan tindak kekerasan, pemerkosaan, pembunuhan, judi, penyalahgunaan obat/narkotika/minuman keras, kenakalan remaja, promiskuitas, prostitusi, bunuh diri, gangguan jiwa dan lain sebagainya. Hal inilah yang mengusik hati dr. Aisah Dahlan sehingga membentuk sebuah yayasan yang menangani masalah kenakalan remaja khususnya penyalagunaan Napza.

Bagaimana pola komunikasi dan metode apa saja yang dilakukan dr Aisah Dahlan dalam membina mental slankers di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, apa saja program-program yang diterapkan yayasan tersebut dan apa saja hambatan-hambatan yang ditemui dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers.Pola komunikasi yang diterapkan dr. Aisah dahlan terhadap korban Napza (Slankers) di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya adalah dengan menggunakan metode komunikasi energi, komunikasi antar pribadi, intra pribadi dan komunikasi kelompok atau juga dapat disebut therapetic community (TC) yang menitikberatkan pada pola komunikasi antar sesama korban, sehingga antara korban dapat bersama-sama sharing dari hati kehati, konselor juga diharapkan dapat berempati dengan para korban sehingga untuk proses pemulihan mental para korban Napza lebih efektif. dr. Aisah sendiri tidak mengganggap kendala yang dialami sebagai hambatan tapi tantangan.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi. Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan metodologi kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang ditekankan dengan cara mengamati dan menggambarkan proses yang berlangsung di lapangan apa yang mereka lakukan di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya dalam pemulihan dari ketergantungan Napza. Berdasarkan penelitian dengan menggunakan berbagai bentuk komunikasi semua itu cukup berhasil dilakukan dr. Aisah Dahlan dan konselor yang menangani korban Napza (Slankers) karena kerja sama yang baik terjalin dengan adanya komunikasi yang efektif sehingga apa yang disampaikan dan program yang diterapkan dapat berjalan dengan baik dan lancar.

(20)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah ‘Azza Wajalla, dan kesejahteraan serta kedamaian semoga dilimpahkan kepada makhlukNya yang paling mulia dan sebaik-baik manusia, yakni Nabi Muhammad Saw, para keluarga beliau yang suci, para sahabat beliau yang mulia, dan orang-orang yang mengikuti beliau dengan kebaikan hingga hari pembalasan.

Nikmat dan anugerah yang tak pernah berhenti diberikan Allah S.W.T. untuk penulis, do’a dan dukungan yang selalu mengiringi setiap langkah penulis dalam menyelesaikan penelitian ini sehingga kesulitan yang dihadapi dapat teratasi dan penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

Sebagai rasa syukur, penulis mengucapaka terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya adalah:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDKOM) Dr. H. Arief Subhan, MA, Pudek I Drs. Wahidin Saputra, MA, Pudek II Drs. H. M ahmud Jalal, MA, dan Pudek III Drs. Study Rizal LK, MA. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dalam bentuk karya tulis ini, semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal.

2. Bapak Jumroni MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Umi Musyarrofah, MA., selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

(21)

3. Bapak H. Zakaria MA, selaku Pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta petunjuk dengan sabar selama penulisan skripsi ini.

4. Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA., selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dalam menyelesaikan studi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

5. Para petugas perpustakaan yang aktif sehingga membantu penulis dalam mencari data dan referensi dalam pembuatan skripsi ini. Baik Perpustakaan Umum maupun Perpustakaan fakultas.

6. Seluruh Dosen, Staf administrasi dan karyawan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Sahabat terbaik yang pernah penulis Ranita, Lala, Liana, Odie, Lail, Romelih, Nury, Leny, Adewa, Ridwan, Umi, Fatma, Eel, terima kasih kehadiranmu yang telah memberikan pelajaran yang berharga bagi penulis, kebersamaan kita, keceriaan kita, kenangan kita dan cita-cita kita. Tidak ada kata terlambat sobat.

8. Teman-teman Fakultas Dakwah dan Komunikasi Angkatan 2004 terutama KPI E, yang telah memberikan dukungan serta do’a kepada penulis, tetap semangat teman-teman.

9. Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, dr. Aisah Dahlan yang telah mau berbagi ilmu dan pengalamannya dalam dunia adiksi yang begitu kelam, dengan gayanya yang khas menjadikan saya tertarik untuk mengangkat profilnya sebagai objek skripsi saya. “Jazakumullah khoeron katsiran dok” .

(22)

10.Mama tercinta Sri Hartati Kosasih, yang menjadikan saya seperti sekarang ini. Mama penuh dengan cinta, kasih sayang, dan kebijaksaan yang membuat saya selalu semangat menjalai hidup ini.

11.Ayahku tersayang A. Kosasih Mustafa (alm) yang menjadi Motivatorku dalam menuntut ilmu dan fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan) 12.Kakakku tercinta yang sudah berada dalam naunganNya Ahmad Fauzan

Rahiem (alm). “Tujuan manusia hidup adalah untuk yang Maha Hidup” Allah mencintai kakak, menyayangi kakak dan mengasihi kakak lebih dari kita. Ternyata Allah punya rencana yang indah dibalik ujian ini. Ahmad Lazuardi Mustafa dan Muhammad Royhan Al-Biroeni. Kakak iparku Kak Santi, “Mutiara Tidak Akan Berkilau Tanpa Ada Gesekan”

13. Nabila Firdausi dan Sabiq Maududi adik-adikku, semoga kita dapat melanjutkan cita-cita papa yang tertunda.

14.Keluarga Besar H. Mustafa (alm). Keluarga besar H. Nasa Syamsuddin yang telah banyak memberikan saya semangat dan pelajaran dari setiap peristiwa dalam kehidupan.

15. Seluruh organisasi kampus. PMII, HMI, IMM, LDK, KM UIN, mari tetap idealis memperjuangkan nilai-nilai islam.

16. Keluarga Besar Madani Mental Health Centre, Ust darmawan, Prof. Dadang, Ust. Najmi, Ust Jami, Ust Gyn, dan Keluarga Besar Ust Darmawan.

17.Teman-teman Akpol, Inggal W Perdana, Rony Are, Agus Ady, Mochammad Bagus, Bang Abriansyah Harahap. Terima kasih untuk berbagi ilmu selama

(23)

ini, dan sudah sabar dalam menjawab pertanyaan dan diskusi saya tentang dunia kepolisian.

18.Terakhir untuk calon suamiku Abdul Ja’far, ayah bagi anak-anakku kelak yang selalu mendampingiku dalam keadaan suka maupun duka, yang selalu memberiku ruang dan waktu untuk setiap keluhan-keluhan, kesedihan, keceriaan dan mengajarkan aku tentang arti syukur dan sabar dalam mengarungi kehidupan. Bersemangat !

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu tanpa mengurangi ucapan terima kasih yang begitu besar. Mohon maaf apabila ada kesalahan yang pernah dilakukan, sengaja ataupun tidak disengaja, semoga yang dilakukan adalah hal yang terbaik dan mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah S. W.T. Amien. Akhir kata, penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan. Amien

Penulis Jakarta, 20 Juni 2010

(24)

Akhirnya, saya dapat bernafas lega, ketika satu amanah, tugas mulia, dan tanggung jawab saya selesai, sebagai mahasiswa dikampus tercinta dengan segala dinamikanya.

Ternyata begitu indah ketika kita menjadikan Allah SWT sebagai pelabuhan terakhir kita dan tak tahu harus berbuat apa. Subhanallah, teringat ketika saya pertama kali menginjakkan kaki dikampus tercinta ini untuk menuntut ilmu, semua ini adalah keajaiban dan kekuasaan Allah yang begitu dahsyat, disaat itulah saya bartanya dalam hati, apakah saya dapat menjalani studi saya dengan berbagai ujian dari Allah yang harus saya lalui dalam menapaki hidup yang begitu indah ini? Allahuakbar

Alhamdulillah semua yang terjadi dalam hidup ini berkat rahman, dan rahiemNya. Kepada setiap hambaNya yang tak pernah lelah dan putus asa untuk dapat menuju kesempurnaan sebagai seorang hamba. Allah SWT. My lovely (cinta sejati) saya. Memberikan jalan kepada saya untuk dapat menikmati bangku perkuliahan diantara geduh-gedung yang begitu gagah terpancang kuat dibumi Allah SWT yang terhampar luas ini.

Teruntai salam dan takjim saya kepada manusia pilihan Allah SWT, yang menjadi kekasih sekaligus pendamping sang raja dari segala raja yang berada di singgasana agung. Yakni, Rasulullah SAW, atas segala

(25)

kebijaksaanya, kelembutannya, keelokan budi pekertinya, kedermawanannya. Sehingga kita dapat keluar dari belenggu kebodohan.

Tantangan yang begitu menggairahkan bagi saya yaitu menyusun skripsi ini, subhanallah, takkan dapat saya lupakan dengan segala kebaikan dan keikhlasan para pengajar yang mengantarkan saya menuju gerbang masa depan yang telah menanti:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

2. Bapak H. Zakaria, MA. yang selalu memotivasiku dan celetukan-celetukannya membuat saya bersemangat dalam mengerjakan skripsi ini dan dengan bimbingangan beliau skripsi ini akhirnya selesai juga. Semoga Allah selalu memberikan kebaikan kepada beliau.

3. dr. Aisah dahlan yang telah mau berbagi ilmu dan pengalamannya dalam dunia adiksi yang begitu kelam, dengan gayanya yang khas menjadikan saya tertarik untuk mengangkat profilenya sebagai objek skripsi saya. “Jazakumullah khoeron katsiran dok”

4. Yayasan Sahabat Rekan Sebaya yang menjadi inspirasi saya untuk lebih mengetahui bagaimana dunia adiksi sebenarnya.

5. Bunda iffet dan Para Slakers yang ada dimanapun kalian berada, ”tetep semangat bro, hidup lo g Cuma sampe sini” .

6. Mama tercinta Sri Hartati Kosasih, yang menjadikan saya seperti sekarang ini. Mama penuh dengan cinta, kasih sayang, dan kebijaksaan yang membuat saya selalu semangat dan survive menjalani hidup ini.

(26)

“Terima kasih ma sudah menjadi payung disaat dian kepanasan, menjadi pelita yang terang dilorong yang panjang, gelap, dan pekat. Menjadi pelipur lara disaat dian sedih, pelabuhan terakhir dian disaat dian lelah dengan berbagai masalah hati. Dian mendedikasikan sarjana ini untuk mama tercinta. Ya buat mama. Ini persembahan yang dian perjuangkan untuk mama.

7. Papa A. Kosasih Mustafa (alm) yang menjadi motivatorku dalam menuntut ilmu dan fastabiqul khoirot (berlomba-lomba dalam kebaikan) Dian akan selalu ingat pesan papa “bahwa ketika kita menapakkan kaki ke bumi untuk pergi menuntut ilmu Allah akan mencatat setiap tapak kaki kita menuju perjalanan menutut ilmu sebagai kebaikan” dan papa berpesan ketika ajal papa menjemput bahwa papa tidak dapat mewariskan apa-apa kecuali buku ini (ilmu), karena dengan ilmulah Allah akan mengangkat derajat kita, dan jika kita ingin hidup bahagia dunia dan akhirat ya dengan ilmu” makasih pa’ insyaallah dian akan meneruskan perjuangan papa dalam berdakwah dan merealisasikan impian papa yang tertunda. Amien

8. Kakakku tercinta yang sudah berada dalam naunganNya Ahmad Fauzan Rahiem (alm). “Tujuan manusia hidup adalah untuk yang Maha Hidup’ jujur dian tidak menyangka secepat itu kakak menghadapNya. Awalnya dian g bisa menerima kenyataan pahit ini, ketika kakak harus pulang dan kembali padaNya. Saat itu dian sedih, kecewa, terluka, bahkan merasa bahwa Allah tak adil. “ kenapa

(27)

orang yang kucintai begitu cepat kembali” tapi setelah dian sadari betapa Allah sangat mencintai kakak, menyayangi kakak dan mengasihi kakak lebih dari kita. Ternyata Allah punya rencana yang indah dibalik ujian ini. Kita hanya sodara jiwa didunia” Maaf jika dian hanya bisa memenemani kakak disaat terakhir ujung usia kakak.

9. Kakak-kakakku tercinta Ahmad Lazuardi Mustafa dan Muhammad Royhan Al-Biroeni. Kakak iparku Kak Santi, Makasih buat support dan tekanan dari kalian sehingga membuat dian merasa tertantang untuk menunjukkan keseriusan dian dalam menempuh gelar sarjana ini. “Mutiara tidak akan berkilau tanpa ada gesekan”

10. Nabila Firdausi dan Sabiq Maududi adik-adikku “maaf, kakak kadang-kadang suka galak dan cerewet, bukan karena kakak benci kalian, tapi karena kakak sayang sama kalian, karena kalian semua harus berhasil dan bisa membuat mama bangga dengan prestasi Qta semua. CaYYo…semangad ya chayang….

11.Keluarga besar H. Mustafa (alm). Keluarga besar H. Nasa Syamsuddin “ aye sarjana kong, buya. Jangan anggap betawi males dan Cuma ngandelin banda doank. Do’ain aye bisa menggapai mimpi keliling dunie” hehe…

12.Keluarga besar A. Buya Dadun sanusi, para guru dan alumni pp. Sunanul Huda angkatan 2004, makasi buat didikan akhlaqnya, yang terkadang tidak saya hiraukan. Disanalah saya tahu potensi saya, bakat

(28)

saya, n kepercayaan diri saya dan mereka begitu menghargainya. “Thank”z a lot”

13.Mama encam dan keluarga yang sudah menjadi orang tua keduaku. Ini buat mama, ayo kita bangkit perempuan Indonesia.

14.Keluarga Budhi Suria Wardhana, mama papa, makasi buat kebaikan mama, papa, tria, ririn, mas wira.

15.Seluruh organisasi kampus. PMII, HMI, IMM, LDK, KM UIN, ayo tetep idealis memperjuangkan nilai-nilai islam.

16.Ranita, fatma, eel, nuri, leni beserta keluarga, makasi buat petualangannya. Kapan-kapan Qta nongkrong bareng lagi dan keliling Jakarta ya. Hehehe…

17.Keluarga besar Madani Mental Health Centre, ust darmawan, prof. dadang, k najmi, k jami, k gyn, dan keluarga besar ust, dar. Nya’, babeh, mpo ojah, mba rini beserta keluarga & someone yang sudah mencintaiku

18.Temen-temen Akpol, inggal W perdana, Rony are, Agus ady, Mochammad Bagus, makasi ya buat Sharingnya selama ini, dan udah sabar jawab pertanyaan n komplen gw tentang dunia kepolisian. Moga maju ya kepolisian Indonesia, gw sumpahin moga2 lo jadi jenderal semuanya ya, n idealis dengan visi misi kepolisian, sehingga opini negatif tentang dunia kepolisian dapat terkikis dengan kinerja n kejujuran kalian untuk mencapai cita-cita dan niat mulia. Tunggu hadiah gw buat kalian. Ok??? BERSEMANGAD !!!!

(29)
(30)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Metodologi Penelitian ... 7 E. Tinjauan Kepustakaan ... 8 F. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN TEORITIS

(31)

vii

BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN SAHABAT REKAN

SEBAYA.

A. Latar Belakang Berdirinya Yayasan Sahabat Rekan

Sebaya ... 27 B. Visi dan Misi Yayasan Sahabat Rekan Sebaya ... 28 C. Susunan Kepengurusan Yayasan Sahabat Rekan Sebaya... 28 D. Program-program Yayasan Sahabat Rekan Sebaya... 29 E. Profil dr. Aisah Dahlan ... 37

BAB IV HASIL ANALISIS POLA kOMUNIKASI dr. AISAH

DAHLAN DALAM MEMBINA MENTAL SLAKERS

A. Pola komunikasi dr. Aisah Dahlan dalam membina

mental para slankers di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya ... 41 B. Program-program yang diterapkan dr. Aisah Dahlan

dalam membina mental para Slankers di Yayasan Sahabat

Rekan Sebaya ... 51 C. Hambatan-hambatan yang dihadapi dr. Aisah Dahlan

dalam membina mental para Slankers di Yayasan Sahabat

Rekan Sebaya ... 55

BAB V PENUTUP

(32)

viii

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(33)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan sosial yang serba cepat sebagai konsekuensi modernisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mempunyai dampak pada kehidupan masyarakat.1 Yang membuat kemajuan pesat dari berbagai aspek kehidupan, semua kegiatan apapun selalu menggunakan teknologi paling mutakhir sehingga kemudahan-kemudahan dalam melakukan aktifitas nyaris tanpa hambatan.

Era globalisasi memberikan perubahan besar pada tatanan dunia secara menyeluruh, perubahan itu dihadapi bersama sebagai suatu perubahan yang wajar. Sebab, mau tidak mau, siap tidak siap perubahan itu diperkirakan bakal terjadi, dikala itu manusia dihadapkan pada peradaban umat manusia, sedangkan di sisi lain manusia dihadapkan kepada malapetaka sebagai dampak perkembangan dan kemajuan modernisasi dan perkembangan teknologi itu sendiri

Perubahan-perubahan sosial tersebut telah mempengaruhi nilai kehidupan masyarakat. Tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut, yang pada gilirannya dapat menimbulkan ketegangan atau stress pada dirinya.2

1

Dadang Hawari, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran & Kesehatan Jiwa Edisi Revisi III, (Jakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa). Hal. 1.

2

Ibid., Hal. 2.

(34)

2

Banyak orang yang terpukau dengan modernisasi, mereka menyangka bahwa dengan modernisasi itu serta merta akan membawa kepada kesejahteraan. Mereka lupa bahwa dibalik modernisasi yang serba gemerlap memukau itu ada gejala yang dinamakan the agony of modernization, yaitu azab sengsara dengan modernisasi. Demikian antara lain yang dikemukakan oleh Prof. Nugroho Notosusanto pada pidato Dies Natalis Universitas Indonesia, 1982, yang berjudul “Mengenali Medan Pengabdian”. Gejala the agony of modernization yang merupakan ketegangan psikososial itu dapat disaksikan masyarakat, yaitu semakin meningkatkan angka-angka kriminalitas yang disertai dengan tindak kekerasan, pemerkosaan, pembunuhan, judi, penyalahgunaan obat/narkotika/minuman keras, kenakalan remaja, promiskuitas, prostitusi, bunuh diri, gangguan jiwa dan lain sebagainya.3

Tampaknya masalah itu semakin memuncak, terutama di kota-kota besar pegaruh teknologi dan westernisasi sangat mempengaruhi sikap dan prilaku anak-anak muda, biasanya kemerosotan moral disertai oleh sikap menjauh dari agama, nilai moral yang tidak didasarkan kepada agama akan terus berubah sesuai dengan keadaan, waktu dan tempat. Keadaan nilai-nilai yang berubah-berubah itu menimbulkan goncangan pula, karena menyebabkan orang hidup tanpa pegangan yang pasti.4

Dewasa ini di negara berkembang termasuk Indonesia mengalami permasalahan besar, yaitu kenakalan remaja dan penyalahgunaan obat. Sebagian besar dari anak yang terlibat dalam kenakalan dan penyalahgunaan

3

Dadang hawari Op cit.,, Hal. 3.

4

(35)

3

obat tersebut mengalami gangguan kepribadian (personality disorder), salah satu diantaranya adalah bentuk psikopatik (psikopatik personality), anak dengan kepribadian psikopatik bila kelak telah dewasa akan memperlihatkan berbagai prilaku anti sosial, antara lain tindak kejahatan/kriminalitas yang pada gilirannya akan mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. Kenakalan remaja merupakan penyakit sosial, Kartini Kartono dalam bukunya yang berjudul Patologi sosial mengatakan bahwa kenakalan remaja (juvenile delinguneny) adalah prilaku kejahatan anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabdian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku yang menyimpang.5

Kehadiran orang tua (terutama ibu) dalam perkembangan jiwa anak amat penting. Bila anak kehilangan dan fungsi ibunya, sehingga seorang anak dalam proses tumbuh kembangnya kehilangan haknya untuk dibina, di bimbing, diberi perhatian dan kasih sayang, maka disebut anak ini mengalami “deprivasi maternal” dan bila seorang ayah yang tidak berfungsi disebut sebagai “deprivasi paternal”.6

Peranan orang tua sebagai pendidik yang pertama dan utama nampaknya semakin terbabaikan dimasyarakat kita. Alasan kesibukan orang tua, karena desakan ekonomi, profesi ataupun hobi sering menyebabkan kurang adanya kedekatan antara orang tua dan anak-anaknya, kondisi demikian apabila tidak disadari lama kelamaan akan menjadi penghalang terhadap kedekatan antara orang tua dan anak-anaknya., yang berarti

5

Kartini Kartono, “patologi sosial 2 kenakalan remaja”, (Jakarta : Rajawali Press, 1992), cet. Ke-2, h.7.

6

(36)

4

terganggulah hubungan saling pengaruh diantara mereka, sementara itu kita semua mengetahui bahwa hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak di dalam keluarga akan banyak berpengaruh terhadap kehidupan anak.7

Begitu juga dalam sebuah keluarga, komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting karena dengan komunikasi seorang suami dapat mencurahkan kasih sayang, menumbuhkan sikpa saling pengertian, begitupun sebaliknya bagi idtri dan anak. Tanpa komunikasi maka kebekuan kemandegan dan bahkan kematian proses kehidupan manusia tidak mungkin dapat dihindarkan.8

Dalam era modernisasi ini dimana perubahan-perubahan sosial begitu cepat, telah mempengaruhi nilai-nilai kehidupan, demikian pula dengan corak modern keluarga, peran dan fungsi ibu terpengaruh pula. Namun bagaimanapun proses emansipasi kaum ibu dengan peran gandanya, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah “Hakikinya” seorang ibu, yaitu ibu rumah tangga dan yang terpenting itu sebagai ibunya anak-anak.

Anak–anak yang dibesarkan dalam keluarga yang mengalami disfungsi perkawinan, peran ibu atau orang tua dalam mendidik anak akan mengalami deprivasi maternal juga paternal, mempunyai resiko tinggi untuk menderita gangguan perkembangan kepribadiannya, yaitu perkembangan mental intelektual, perkembangan mental emosional dan bahkan perkembangan psikososial serta spiritualnya. Tidak jarang dari mereka bila kelak telah

7

S. Raudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2007), cet, ke-1, hal. 52-53.

8

(37)

5

dewasa akan memperlihatkan berbagai prilaku yang menyimpang, antisosial dan bahkan sampai pada tindak kriminal.

Melihat fenomena yang memprihatinkan itu seharusnya membuat kita sadar bahwa ini masalah sosial yaang harus diselesaikan dengan serius, karena ini menyangkut masa depan bangsa. Karena masa depan bangsa tergantung kepada generasi muda sebagai penerus perjuangan generasi tua.9

Permasalahan penyalahgunaan atau ketergantungan narkoba mempunyai dimensi yang luas dan komplek, baik dari sudut medik, psikiatrik (kedokteran jiwa), kesehatan jiwa maupun psikososial (ekonomi, politik, sosial-budaya, kriminalitas, kerusuhan massal dan lain sebagainya).10

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk lebih memfokuskan permasalahan yang ada, maka penulis membatasi penelitian ini dengan menganalisis : “Pola Komunikasi dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers (pecandu Napza) di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya” pada angkatan tahun 2009.

Berdasarkan masalah diatas, agar lebih terfokus maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana Pola komunikasi yang diterapkan dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers di Yayasan SRS.

b. Program-program apa yang diterapkan dr. Aisah Dahlan di Yayasan SRS.

10

(38)

6

c. Apa hambatan-hambatan yang dialami dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers di yayasan SRS

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka peneliti ini bertujuan untuk mengetahui:

a. Untuk mengetahui Pola Komunikasi dr. Aisah Dahlan dalam membina Slankers ( pecandu Napza) di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya.

b. Faktor apa saja yang mendukung Pola Komunikasi dr. Aisah Dahlan menerapkan program di Yayasan tersebut.

c. Hambatan-hambatan apa saja yang ditemui dr. Aisah Dahlan dalam program yang dibuat untuk membina mental Slankers (Pecandu Napza) di Yayasan tersebut.

Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

1. Secara akademis, dapat menambah Khazanah kepustakaan tentang Pola Komunikasi dr. Aisah Dahlan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi

(39)

7

D. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diperlukan maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Metode penelitian

Penelitian ini memakai metode deskriptif kualitatif, yaitu metode penelitian yang dihasilkan dari suatu data-data yang dikumpulkan dan berupa kata-kata, dan merupakan suatu penelitian ilmiah. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.

2. Subjek dan objek penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah dr. Aisah Dahlan. Sedangkan yang menjadi objek dari penelitian ini adalah Pola Komunikasi dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya.

3. Teknik Pengumpulan Data

Berikut ini adalah teknik pengumpulan data yang yang akan peneliti lakukan;

(40)

8

Aisah Dahlan dengan pola komunikasi di yayasan tersebut selama bulan 1 Desember 2008 sampai 26 Juni 2009 .

b. Wawancara : berbentuk tanya jawab lisan antara dua orang lebih secara langsung. Pewawancara disebut Interviewer, sedangkan orang yang diwawancarai disebut Interviewe. berkaitan dengan penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan dr. Aisah Dahlan di RS. Bhayangkara pada tanggal 04 juni 2009 Jam 13: 00-Selesai..

c. Dokumentasi : teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Adapun dokumen peneliti peroleh dari buku bacaan, kepustakaan, dan foto-foto.11

E. Tinjauan Kepustakaan

Sebelum penulis mengadakan penelitian ini lebih lanjut kemudian menyusunnya menjadi suatu karya ilmiah maka langkah awal yang penulis tempuh adalah mentelaah lebih dahulu terhadap skripsi-skripsi terdahul yang mempunyai judul atau objek dan subjek penelitian yang sama ataupun hamper sama dengan yang penulis teliti. Maksud tinjauan kepustakaan ini adalah agar dapat diketahui bahwa apa yang penulis teliti sekarang tidak sama dengan penelitian dari skripsi-skripsi terdahulu. Setelah penulis teliti baik itu di perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, ternyata ada beberapa judul yang skripsi yang membahas pola komunikasi. Salah satunya adalah judul skripsi “Pola Komunikasi Dalam

11

(41)

9

Pembinaan Akhlak Siswa Man 4 Model Pondok Pinang Jakarta Selatan” karya Agus Ratina tahun 2009. skripsi tersebut membahas tentang membahas tentang pola komunikasi para guru dalam membina akhlak siswa MAN Model Jakarta Selatan yang cenderung menggunakan pola komunikasi antara pribadi (interpersonal communication) yaitu dengan cara tatap muka (face to face communication) yang bersifat dialogis dan komunikasi kelompok (Group Communication) yang diterapkan MAN 4 Model terhadap siswa.

Kemudian skripsi berjudul “Pola Komunikasi KH. Mahmudi Dalam Pembinaan Santri Di Pondok Pesantren Al-Mubarok Serang-Banten” karya Muhammmad Fathullah tahun 2008. skripsi tersebut menjelaskan tentang pola komunikasi KH. Mahmudi dalam membina santri di Pondok Pesantren Al-Mubarok yang lebih fokus menggunakan komunikasi pola roda. Serta menyatukan dua komunikasi yaitu komunikasi persuasif dan instruktif/koersif, yang ditetapkan pondok pesantren Al-Mubarok kepada setiap santri yang dibina.

(42)

10

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian skripsi ini disesuaikan dengan pokok masalah yang akan dibahas. Adapun secara rinci sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, meliputi : Latar belakang masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Metodologi penelitian, Sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Teoritis tentang pola komunikasi dan penyalahgunaan napza, meliputi : Komunikasi & ruang lingkupnya, Pengertian pola komunikasi, Macam-macam pola komunikasi, Teknik-teknik komunikasi, Hambatan-hambatan komunikasi

Bab III Gambaran umum Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, meliputi : Latar belakang berdirinya Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, Tujuan Visi Misi, Struktur kepengurusan Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, program-program di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya. Profil dr. Aisah Dahlan, Profil dr. Aisah Dahlan,

Bab IV meliputi : Hasil analisis tentang Pola Komunikasi dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, meliputi: Pola komunikasi dr. Aisah Dahlan dalam membina mental Slankers di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya, Program-program yang diterapkan dr. Aisah Dahlan dalam membina mental para Slankers, Hambatan-hambatan yang dihadapi dr. Aisah Dahlan dalam membina mental slankers di Yayasan Sahabat Rekan Sebaya.

(43)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG POLA KOMUNIKASI

A. Pengertian Pola Komunikasi

Pola komunikasi terdiri atas dua kata yaitu pola dan komunikasi, sebelum kita membahas tentang pola komunikasi kita harus mengetahui dahulu, apa itu pola dan apa itu komunikasi.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pola berarti bentuk, atau sistem.1 Sedangkan dalam kamus ilmiah popular “pola” diartikan sebagai model, contoh, pedoman (rancangan).2

Secara etimologi, komunikasi merupakan terjemahan dari bahasa inggris “Communication” yang berasal dari bahasa latin “Communication” yang berarti “pemberitahuan atau penukaran pikiran’, makna sesungguhnya dari Communicatio ini adalah Communis berarti sama. Maksud dari sama ini adalah kesamaan arti.3

Dalam kamus besar bahasa Indonesia komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.4

Sedangkan komunikasi menurut Dedy Mulyana yang ditulis dalam buku “Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar” berarti sama, communico,

1

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke-3 (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 885.

2

Puis A. Partanto & M. Dahlan Al-bar ty, Kamus Besar Bahasa Ilmiah Popular (Surabaya: Arkola, 1994), h. 605.

3

Onong Uchjana Effendi, Spectrum, (Bandung: Mandar Maju, 1992), h. 1.

4

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), edisi ke-3, cet. Ke-3, h. 583.

(44)

12

communication, atau communicare yang berarti membuat sama (to make common) istilah pertama paling sering disebut sebagai asal usul komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.5 Komunikasi secara terminologi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.6 Menurut Gunadi komunikasi adalah proses kegiatan manusia yang diungkapkan melalui bahasa lisan dan tulisan, gambar-gambar, isyarat, dan bunyi-bunyian dan bentuk kode lain yang mengandung arti dan dimengerti orang lain.7 Komunikasi adalah hubungan kontak antar manusia baik individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak. Komunikasi adalah bagian dari kehidupan itu sendiri, karena manusia melakukan komunikasi dalam pergaulan dan kehidupannya.8

Menurut Raymond S. Ross (1983:8) yang dikutip oleh Wiryanto mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan oleh sang komunikator. Shannon dan Weaver (1949) mengatakan bahwa komunikasi adalah interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak disengaja dan tidak terbatas

5

Dedy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. Ke-4, h, 41.

6

Onong Uchjana, Dinamika Komunikasi . h. 4.

7

Gunadi, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 1998), cet. Ke-7 h. 69.

8

(45)

13

pada komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni, dan teknologi.9

Sedangkan komunikasi menurut Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.10

Sedangkan definisi secara istilah (terminologi) terdapat banyak sekali pendapat dari para ahli komunikasi, diantaranya :

a. Hovland, Janis dan Kelly: mangatakan bahwa “Communication is the process by whice an individual transmist stimuli (usually verbal) to modify

the behaviour of the individuals. “Komunikasi adalah proses individu mengirim stimulus yang biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain.11

b. William Albig: “Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung makna diantara individu-individu”.12 c. Wilbur Scharmm: “Komunikasi berasal dari kata-kata (Bahasa) Latin

Communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang menumbuhkan suatu kebersamaan (commonness) dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap”.13

9

Wiryanto, Pengantar Komunikasi, h. 6-7

10

Hafied Canggara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo persada,

2007), h. 1.

11

Arni Muhammad, Komunikai Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. Ke-8, h.2.

12

Phil. Asrtrid S. Susanto, Komunikasi dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta, 1998), Cet. Ke-3,h. 1.

13

(46)

14

Pada intinya komunikasi merupakan hal yang begitu urgen dalam kehidupan dengan komunikasi manusia dapat berinteraksi, saling kenal mengenal, dan dapat menjalin hubungan yang diharapkan, sehingga manusia dapat melakukan peranannya sebagai makhluk sosial.

B. Unsur-Unsur Komunikasi

Unsur-unsur komunikasi meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, feed back dan efek.

a. Komunikator

Disebut juga encoder, yakni sebagai orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikannya kepada orang lain. Unsur ini merupakan unsur penentu dan yang akan memilih pesan, media dan efek yang diharapkan dalam proses komunikasi. Karena pihak komunikator yang disebut source atau sender lebih berkepentingan kepada komunikan karena ada tujuan yang diharapkan.14

Komunikasi sebagai unsur yang sangat menentukan proses komunikasi harus punya persyaratan dan mempunyai bentuk atau model dan strategi komunikasi untuk mencapai tujuannya. Faktor tersebut akan dapat menimbulkan kepercayaan dan daya tarik komunikan terhadap komunikator yang berfungsi sebagai encorder sebagai orang yang memformulasikan pesan yang kemudian menyampaikannya kepada orang lain. Orang yang menerima pesan ini adalah komunikan yang berfungsi

14

(47)

15

sebagai decorder, yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan kedalam konteks pengertiannya sendiri.

Syarat-syarat yang diperlukan oleh komunikator adalah sebagai berikut :

1. Memiliki sumber kepercayaan dari komunikannya. 2. Kemampuannya berkomunikasi.

3. Mempunyai pengetahuan yang luas. 4. Sikap.

5. Memiliki daya tarik dalam arti ia memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan sikap atau perubahan pengetahuan pada diri komunikan.15

Jika komunikator telah memahami syarat tersebut yaitu dipercaya oleh komunikan, dapat berkomunikasi dengan baik. Dan memiliki daya tarik tersendiri dalam merubah sikap komunikannya. Maka

komunikasi yang disampaikan akan dapat diterima dengan baik oleh komunikannya.16

b. Pesan

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan harus mempunyai inti pesan (tema). Sebagai pengarah didalam mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikannya. Pesan

15

Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Yogyakarta: PT Al-Amin Press, 1996), Cet. Ke-1, h. 59.

16

(48)

16

dapat disampaikan melalui lisan dan melalui media, sedangkan bentuk pesan dapat berupa informative yakni memberikan keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil keputusan sendiri.

Pesan berupa persuasif yakni dengan bujukan. Membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang kita sampaikan akan memberikan berupa pendapat atau sikap sehingga terjadi perubahan ini adalah kehendak sendiri.

Sedangkan pesan berupa koersif yakni dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuknya terkenal dengan agitasi dengan penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutan diantaranya sesamanya dan pada kalangan politik.17

Menghubungkan apa yang disampaikan komunikator kepada komunikan (individu, kelompok, publik, dan massa). Media dalam kegiatan keagamaan yang bisa berupa podium, benda atau yang lainnya yang sesuai dengan pesan yang disampaikan.

c. Media

Media berasal dari kata medium yaitu alat yang digunakan untuk berkomunikasi, agar hasil komunikasi dapat mencapai sasaran yang lebih banyak dan luas.18 Media juga merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima. Terdapat beberapa pendapat mengenai saluran atau media. Ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antar

17

H.A.W Widjaya, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2002), Cet. Ke-2, h. 12.

18

(49)

17

pribadi panca indera dianggap sebagai media komunikasi. Dalam komunikasi massa, media adalah alat yang dapat menghubungkan antara sumber dan penerima yang sifatnya terbuka, dimana setiap orang dapat melihat, membaca, dan mendengarnya.19

d. Komunikan

Komunikan adalah orang yang menerima pesan, komunikan berfungsi sebagai decorder. Yakni menerjemahkan lambang-lambang pesan kedalam konteks pengertiannya sendiri.20 Komunikan yang mempunyai peranan sebagai penerima pesan atau pihak yang menjadi sasaran komunikasi agar tidak terjadi hambatan-hambatan sehingga sampai pada tujuan komunikasi.

e. Feed back

Feed back atau umpan yaitu “tanggapan komunikasi apabila tersampaikan atau disampaikan oleh komunikator” jadi feed back atau umpan balik adalah respon atau tanggapan dari komunikan atas apa yang telah disampaikan oleh komunikator.21 Dan umpan balik tersebut bisa positif atau negatif, tergantung bagaimana komunikator menyampaikannya.

f. Efek

Efek adalah hasil akhir komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika setiap dan

19

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Raja Grafindo), Edisi. 1. h.

23.

20

Onong Uchjana Effendy, Op. Cit, h. 59.

21

(50)

18

tingkah laku orang sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, berarti komunikasi kita berhasil.

Efek komunikasi yang timbul pada diri komunikator bergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Tujuannya bermacam-macam diantaranya agar komunikasi tahu, berubah sikap dan pandangannya. Biasanya efek yang diharapkan pada komunikan adalah efek negatif. Efek efektif dan efek behavioral.

Efek kognitif adalah yang timbul pada diri komunikan yang menyebabkan komunikan menjadi tahu atau meningkat intelektualitasnya. Disini pesan yang disampaikan komunikator ditujukan kepada fikiran si komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah fikiran diri komunikan.

Efek afektif lebih tinggi kadarnya dari pada efek kognitif, disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar agar komunikan tahu. Tetapi bergerak hatinya. Berarti mendorong komunikan untuk memiliki kesadaran pada dirinya seperti menimbulkan perasaan tertentu. Misalnya sedih, terharu, iba, gembira, marah dan sebagainya.

(51)

19

C. Macam-macam Pola Komunikasi:

Ada beberapa macam-macam komunikasi, yaitu:

a. Komunikasi Intra Pribadi

Komunikasi intra pribadi adalah suatu proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, berupa proses pengolahan informasi melalui panca indra atau sistem saraf. Komunikasi ini merupakan landasan komunikasi antar pribadi dan komunikasi dalam konteks-konteks lainnya, meskipun dalam disiplin komunikasi tidak dibahas secara rinci dan tuntas. Dengan kata lain, komunikasi intrapribadi ini melekat pada komunikasi dua orang, tiga orang dan seterusnya, karena sebelum berkomunikasi dengan orang lain kita biasanya komunikasi dengan diri sendiri (mempersepsi dan memastikan makna pesan orang lain), hanya saja caranya sering tidak kita sadari. Keberhasilan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri.

b. Komunikasi Antar Pribadi

Komunikasi antar pribadi adalah proses penyampaian paduan pikiran dan perasaan oleh seseorang kepada orang lain agar mengetahui, mengerti, dan melakukan kegiatan tertentu.

(52)

20

orang dan komunikasinya dilakukan secara tatap muka, berlangsung secara dialogis dan saling menatap sehingga terjadi kontak pribadi.22

Adapun hal yang harus diperhatikan dalam komunikasi antar persona atau tatap muka adalah :

1. Bersikap empatik dan simpatik.

2. Tunjukkan sikap sebagai komunikator terpercaya. 3. Bertindaklah sebagai pembimbing, bukan pendorong. 4. Kemukakanlah fakta dan kebenaran.

5. Berbicaralah dengan gaya mengajak, bukan menyuruh. 6. Jangan bersikap super.

7. jangan mengentengkan hal-hal yang mengkhawatirkan. 8. Janganlah mengkritik.

9. Janganlah emosional.

10.Bicaralah secara meyakinkan.23

c. Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok adalah penyampaian pesan oleh seorang komunikator kepada sejumlah komunikan untuk mengubah sikap, pandangan atau prilakunya. Komunikasi kelompok dibagi menjadi dua bagian, yakni komunikasi kelompok kecil dan komunikasi kelompok besar.

1. Komunikasi kelompok kecil

22

Ibid, h. 126.

23

(53)

21

Menurut Robert F. Bales yang dikutip oleh Widjaja, kelompok kecil adalah sejumlah orang yang terlibat antara satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, dimana setiap peserta mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup kentara, sehingga ia baik pada saat timbul pertanyaan maupun sesudahnya dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sesuai penonton.24

2. Komunikasi kelompok besar

Komunikasi kelompok besar adalah kelompok komunikan yang karena jumlahnya banyak, dalam suatu situasi komunikasi hampir tidak terdapat kesempatan untuk memberikan tanggapan secara verbal.25

d. Komunikasi Massa

Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massa melalui alat-alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film. Ciri komuniksi massa adalah sumber dari penerima dihubungkan oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Sumber juga merupakan suatu lembaga atau institusi yang terdiri dari banyak orang, misalnya reporter, penyiar, editor, teknisi dan sebagainya. Karena itu proses penyampaian pesannya lebih formal, terencana dan lebih rumit. Pesan

24

H.A.W Widjaya, Op. Cit, h. 127.

25

(54)

22

komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Tetapi dengan perkembangan teknologi komunikasi yang begitu cepat, khususnya media massa elektronik sepeti radio dan televisi maka umpan balik dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar.26

D. Hambatan-hambatan komunikasi:

Jika kita lihat, komunikasi itu kelihatan mudah, tetapi sebenarnya tidak lepas dari berbagai kendala atau hambatan dalam prosesnya. Masalah komunikasi. Banyak hal yang dapat menghambat proses komunikasi. Biasanya, hambatan tersebut datangnya dari komunikator (pengirim), transmisi, dan penerima (komunikan).

Dalam proses komunikasi kita harus memperhatikan konteks situasional. Berarti bahwa seorang komunikator harus peka terhadap situasi yang berlangsung, karena situasi merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap berhasil atau tidaknya komunikasi tersebut, ada beberapa faktor yang harus kita perhatikan dalam komunikasi, yaitu faktor sosiologis, antropologis, psikologis.

26

(55)

23

a. Hambatan sosiologis-antropologis-psikologis

1. Hambatan Sosiologis

Dalam ruang lingkup sosiologis, kita harus mengetahui klasifikasi manusia dalam bermasyarakat, menurut Ferdinand Tonnies seorang sosiolog dari Jerman, bahwa manusia mempunyai dua jenis pergaulan, yaitu pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis, dan tidak rasional, seperti dalam kehidupan dirumah tangga, hal itu disebut Gemeinschaft.

Ada pula yang dinamakan Gessellschaft yaitu pergaulan hidup yang bersifat tidak pribadi, dinamis, dan rasional, seperti pergaulan dikantor atau dalam sebuah organisasi.

2. Hambatan Antropologis

Untuk dapat melakukan komunikasi yang efektif, seorang komunikator harus mengetahui dan mengenal siapa yang akan dia ajak berkomunikasi (komunikan). Kita harus mengenal identitasnya dahulu, karena dengan mengenal identitasnya, kita akan mengenal pula kebudayaannya, gaya hidup, dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya.

(56)

24

3. Hambatan Psikologis

Psikologis merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat proses komunikasi. Hal ini biasanya menjadi hambatan ketika kita tidak memperhatikan keadaan psikologis komunikan, apa yang sedang ia rasakan. Apakah ia sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati, dan kondisi psikologis lainnya. Juga komunikan menaruh prasangka (prejudice) kepada komunikator.

Prasangka sebagai faktor psikologis dapat disebabkan oleh berbagai unsur antropologis dan sosiologis, dapat terjadi terhadap ras, bangsa, suku bangsa, agama, partai politik, kelompok, dan apa pun yang yang bagi seseorang yang merupakan suatu hal yang merangsang. Disebabkan dalam pengalamannya pernah diberi kesan yang tidak enak.

Maka berkenaan dengan hal tersebut, faktor apa saja yang menjadi penghambat proses komunikasi, kita akan mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah tersebut, sehingga kita dapat malakukan komunikasi secara efektif.

(57)

25

4. Hambatan Semantis (Semantic Noise)

Jika hambatan sosiologis, antropologis, psikologis merupakan hambatan yang terdapat pada diri komunikan. Maka hambatan semantis terdapat pada diri komunikator.

Hambatan semantis berkenaan dengan bahasa yang digunakan sebagai “alat” untuk dapat menyalurkan pikiran perasaannya kepada komunikan. Demi keefektifan komunikasi yang dilakukan seorang komunikator harus benar-benar memperhatikan gangguan semantic ini, sebab jika salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan masalah (misunderstanding) atau salah tafsir (misinterpretation).

5. Hambatan Mekanisme (Mechanical Noise)

Hambatan mekanis dijumpai pada media yang digunakan dalam melancarkan komunikasi. Hambatan pada beberapa media tidak mungkin diatasi oleh komunikator, misalnya hambatan yang dijumpai pada surat kabar, radio, dan televisi. Tetapi pada beberapa media komunikator dapat saja mengatasinya dengan mengambil sikap tertentu.

(58)

26

6. Hambatan Ekologis

Hambatan ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Contoh hambatan ekologis adalah suara riuh orang-orang atau kebisingan lalu lintas, suara hujan atau petir, suara pesawat terbang lewat, dan lain-lain pada saat komunikator sedang berpidato.

Situasi komunikasi yang tidak menyenangkan seperti itu dapat diatasi komunikator dengan menghindarkannya jauh sebelum atau dengan mengatasinya pada saat ia sedang berkomunikasi. Untuk menghindarkannya komunikator mengusahakan tempat komunikasi yang bebas dari gangguan suara yang disebutkan diatas. 27

Sehingga komunikasi yang dilakukan akan lebih efektif jika kita memperhatikan teknik-teknik komunikasi dan pertimbangan kultur yang berbeda dari setiap komunikan yang kita temui dalam setiap aktifitas komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.

27

(59)

BAB III

GAMBARAN UMUM YAYASAN SAHABAT REKAN SEBAYA

A. Latar belakang berdirinya Yayasan Sahabat Rekan Sebaya

Cikal bakal terwujudnya YAYASAN SAHABAT REKAN SEBAYA adalah berawal dari kegiatan proses detoksifikasi dan berlanjut ke kegiatan pembinaan berlanjut (After Care) bagi para penyalahgunaan narkoba di RS. Harum, Kali Malang oleh dr. Aisah Dahlan, dr. Priyanto Sismadi MM dan dr. Ruslan Yunus, Mars pada tahun 1997. Sahabat Rekan Sebaya merupakan komunitas gabungan dari berbagai komunitas binaan lanjut (After Care) yang berbasis panti dan masyarakat di berbagai wilayah Jabotabek yang memusatkan semua kegiatan After Care nya di Jl. Simpang Tiga No. 17 Kalibata, Jaksel dan bermitra dengan RS. Bhayangkara, SELAPA POLRI Ciputat Jakarta Selatan.

Penamaan yayasan Sahabat Rekan Sebaya ini lebih bermaksud, dan berniat mulia untuk menerangkan bahwa siapapun yang bergabung dalam wadah ini tentunya siap menjadi Sahabat atau Partner dalam “recovery” dan ”solusi” bagi Rekan Sebaya (Peer Group).

Pendirian SRS pada tahun 1998 bertujuan untuk mewadahi segala potensi dan usaha untuk menata kembali kehidupan para “Recovering Person”.

(60)

28

Dalam kurun waktu berkiprah 10 tahun komunitas ini akhirnya resmi menjadi yayasan Sahabat Rekan Sebaya.1

B. Visi dan Misi Yayasan Sahabat Rekan Sebaya

Visi dari Yayasan ini adalah Menciptakan kemandirian bagi para After Care untuk siap bermanfaat kembali bagi diri dan sekitarnya. Ini didukung oleh beberapa misi, yaitu dengan menfasilitasi, memotivasi dan mengoptimalisasikan berbagai minat, bakat dan kemampuan serta ketrampilan yang dimiliki oleh para After Care dalam wujud pelaksanaan berbagai job therapy.

C. Susunan Pengurus

YAYASAN SAHABAT REKAN SEBAYA

1. Pembina : Melanie Hermanto Iffet Sidharta

Judiestaty Johnny

2. Ketua : dr. Aisah Dahlan 3. Wakil I : Haniz Hidayat, S. Sos 4. Wakil II : Raharjo Zaini

5. Sekretaris : Muhammad Sulaiman, SE. 6. Finance : Verus Sidharta

1

(61)

29

D. Program-program Yayasan Sahabat Rekan Sebaya

Lembaga independen ini melakukan kegiatan yang bergerak di bidang pelayanan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba, dengan menitik beratkan pada fasilitas kegiatan After Care Program, kegiatan berupa job therapy bagi para “Recovering Person”. Agar kegiatan lebih terarah maka dibentuklah divisi-divisi usaha dalam SRS ini berdasarkan minat dan bakat yang dimiliki. Dari mulai berdiri SRS hingga saat ini ada sekitar 15 divisi usaha. 2

1. Sahabat Motivedu (Motivasi dan Edukasi) (1998)

Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan ketrampilan para After Care dalam membantu memberikan penyuluhan, pelatihan serta terapi bagi para pecandu narkoba yang memiliki niat untuk pulih melalui proses rehabilitasi.

Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :

a. Detoksifikasi b. Rehabilitasi

c. Klinik Konsultasi dan Support Group

2. Sahabat Peduli (1998)

Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan ketrampilan para After Care dalam kegiatan-kegiatan preventif/pencegahan dini akan penyalahgunaan narkoba kepada

2

(62)

30

masyarakat luas. Dalam perkembangannya Kegiatan ini dikemas dengan media seni, yaitu melalui media Teater PlayBack (rekontruksi ulang) dan musik.

Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :

a. Seminar Bahaya Narkoba b. Penyuluhan Bahaya Narkoba

3. Sahabat Auto Service (1999)

Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan keterampilan para After Care dalam kegiatan tehnik seputar dunia automotif.

Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :

a. Menerima servis berbagai jenis permasalahan automotif.

b. Menerima pelatihan kerja bagi After Care lainnya dan para pelajar jurusan tehnik automotif.

4. Sahabat Rescue System (1999)

Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan ketrampilan para After Care dalam bentuk kegiatan penjangkauan bagi para pecandu Narkoba yang akan memasuki rehabilitasi.

(63)

31

5. Sahabat Training (2000)

a. Pelatihan MBS (Make Better Solution)

Pada asal mula dan perkembangan terbentuknya SRS ini tak bisa lepas dari peran serta berbagai pertemuan-pertemuan bersama dari masing-masing komunitas di saat kegiatan penyuluhan, pelatihan dan seminar dengan bentuk metode/terapi pendekatan yang dilakukan oleh dr. Aisah Dahlan, yaitu yang berbentuk “Reprograming Subconcious Mind“, yaitu menyusun ulang Pikiran Bawah Sadar. Jenis dan isi penyuluhan, pelatihan serta seminar itu semua sarat dengan nilai-nilai kecerdasan, spritualitas, pengembangan diri ke arah yang lebih baik, benar dan pantas serta disampaikan dengan berbagai jenis bentuk hiburan yang berkualitas agar mudah dan dapat dicerna serta diterapkan ini membentuk suatu sinergisitas yang tinggi untuk bersama-sama menggali segala potensi diri.

Pelatihan MBS (Make Better Solution) ini bisa dikuti oleh semua golongan dan bermanfaat sekali bagi segala usia dan kalangan.

Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :

1. MBS untuk intansi dan lembaga. 2. MBS untuk professional.

3. MBS untuk anak dan pelajar serta mahasiswa. 4. MBS untuk keluarga.

(64)

32

6. Sahabat Event Organizer (2003)

Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan keterampilan para After Care dalam membuat, merancang dan menyelenggarakan sebuah kegiatan. Awalnya kegiatan ini dilakukan di saat Hari Peringatan Anti Narkoba Internasional. Kemudian berlanjut dengan berbagai kegiatan/event lainnya.

Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :

a. Menyelenggarakan pentas musik dan bazaar dalam peringatan hari anti Narkoba serta HIV/AIDS internasional.

b. Menyelenggarakan bazaar sosial.

c. Menyelenggarakan berbagai pelatihan, seminar, workshop dan Talkshow.

7. Sahabat Jongsi (2003)

Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan ketrampilan para After Care dalam bidang enterpreneurship. Kegiatan ini berupa usaha menjual berbagai produk yang dihasilkan secara mandiri atau pihak lain dalam bentuk konsyinasi di berbagai kegiatan.

Program-program yang telah dilakukan dari awal berdiri hingga saat ini ialah :

a. Wiraswasta di bidang produk fashion dan alas kaki (sepatu dan sandal).

(65)

33

c. Wiraswasta dibidang produk kerajinan tangan (handycraft) dan souvenir.

8. Sahabat Flora (2003)

Divisi ini dibentuk bertujuan untuk menyalurkan bakat, minat dan ketrampilan para After Care dalam bidang flora. Di pertengahan 2003 membuka usaha pemeliharan dan penjualan ikan louhan dan pembibitan serta penjualan ikan lele, karena adanya permintaan dari pasar dan masyarakat. Dilanjutkan dengan usaha jual beli tanaman hias. Usaha ini bermula dengan modal 3 pot bunga Kamboja Jepang. Seiring berkembang pesat maka dibentuk dan didirikanlah divisi ini secara resmi pada tanggal 10 April 2004.

a. Program dari Tahun 2004 – hingga kini. b. Pembuatan taman dan tebing.

c. Jual beli berbagai tanaman hias. d. Dekorasi dan perawatan taman.

e. Penyewaan tanaman hias ke berbagai kantor dan institusi.

f. Usaha pembuatan kompos serta penghijauan bagi masyarakat sekitar lokasi usaha sebagai wujud tanggung jawab moril terhadap sekitar lingkungan.

g. Mengadakan pelatihan Flora.

9. Sahabat Multimedia (2003)

Gambar

GAMBARAN UMUM YAYASAN SAHABAT REKAN SEBAYA

Referensi

Dokumen terkait