SANKSI PIDANA PENGANIAYAAN OKNUM TENTARA
NASIONAL INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN
POSITIF
Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum sebagai salah satu
Oleh :
NidaulHasanah (1112045200015)
Sudirwan(1112045200003)
Oleh
Muhamad Faruq
NIM: 1112045100007
PROGRAM STUDI PIDANA ISLAM (JINAYAH)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1348 H
(Analisa Putusan Militer No : 36-k/PM II-08/AU/II2015,
iv
ABSTRAK
MUHAMMAD
FARUQ,
NIM
:
1112045100007.
SANKSI
PIDANA
PENGANIAYAAN
TERHADAP
OKNUM
TENTARA
NASIONAL
INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF,
Skripsi
Konsentrasi jinayah, program studi Hukum Pidana Islam, Fakultas Syariah dan
Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Tindak pidana penganiayaan yang dilakukan oleh TNI terhadap anggotanya,
masih sering terjadi, hal itu bisa dilihat dari putusan nomor : 36-k/PM
II-08/AU/II/2015, dalam kasus tersebut, terdakwa I Muhamad Alfan Alfaruqi, terdakwa
II Tyan Andika Farna, terdakwa III Guruh Sandhi Ardyatama, terdakwa IV Yan
Wijaya Windu Agustian, terdakwa V Aldino Bagus Setiyasan,terdakwa VI kurniawan
Aji Kusuma, terdakwa VII Prayoga Satryansah Putra Pratama, dinyatakan terbukti
bersalah secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindakan penganiayaan
bersama-sama terhadap juniornya. Dalam pasal 6 KUHPM bahwa salah satu
hukuman nya adalah kurungan, dan putusan yang diberikan oleh hakim militer adalah
5 bulan kurungan dan denda biaya 10.000, Permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimanakah penerapan sanksi pidana bagi pelaku penganiayaan seorang tentara
dalam hukum pidana Islam. Dengan putusan hakim yang memberikan sanksi hanya
lima bulan dan denda 10.000, oleh karena itu penulis membandingkan beberapa
pendapat ahli hukum pidana islam yang mengatur tentang sanksi pidana
penganiayaan terhadap tentara.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan secara yuridis
normatife dan pendekatan yuridis empiris. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini
adalah data primer yang diperoleh dari studi lapangan dengan melakukan wawancara
terhadap anggota TNI. Data sekunder di peroleh dari studi kepustakaan yaitu dengan
buku-buku media cetak atau media elektronik. Data yang di peroleh kemudian diolah,
yang kemudian dianalisis secara kualitatif guna mendapatkan suatu kesimpulan.
Kata kunci :
penerapan, sanksi pidana, penganiayaan TNI
Pembimbing : Amrizal Siagian, Shum, M,Si
v
KATA PENGANTAR
ِمْيِحَرلا ِنَمْحَرلا ِ هّ ِمْسِب
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
nikmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Sholawat beriring salam penulis persembahkan kepada Nabi Muhamad SAW yang
telah membawa umatnya dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.
Skripsi ini berjudul
“ SANKSI PIDANA PENGANIAYAAN TERHADAP
OKNUM TENTARA NASIONAL INDONESIA PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM DAN HUKUM POSITIF”
Disusun sebagai salah satu syarat akademis
untuk menyelesaikan program studi sarjana di Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Proses penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada :
1.
Bpk Prof. Dede Rosyada, M.A, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.
Bpk Dr. Asep Saefudin Djahar, M.A, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.
Bpk Dr. M. Nurul Irfan, M.A, Ketua Program Studi Hukum Pidana Islam dan
Bpk Nur Rohim Yunus, LLM, Sekertaris Program Studi Hukum Pidana Islam,
yang telah memberikan arahan, motivasi , dan dorongan kepada penulis dalam
vi
4.
Bpk Amrizal Siagian, S.Hum, M,Si, sebagai dosen pembimbing yang rela
meluangkan waktunya dan selalu memberi masukan, arahan dan kritikan yang
konstruktif pada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5.
Pimpinan perpustakaan pusat dan perpustakaan Fakultas yang telah
memberikan fasilitas untuk mengadakan studi kepustakaan berupa buku dan
literature lainya sehingga penulis memperoleh informasi yang dibutuhkan.
6.
Semua dosen Fakultas Syariah dan Hukum, atas semua pengetahuan yang
telah diberikan penulis selama masa pendidikan berlangsung.
7.
Terima kasih Ayahanda Supratman dan Ibunda Sri Hastuti, yang telah
membesarkan, mendidik, mengajarkan arti semangat hidup dan rasa kasih
sayang serta selalu mendoa`kan yang terbaik dan tulus yang tak
henti-hentinya. Tak lupa apresiasi yang luar biasa pamanku Pak Emi, bang Bandi,
nenek onang, bang imuh yang telah memberikan dukungan baik moral atau
materi kepada penulis. Begitu juga ka Mariana, uda Yandra, ka Prastiawati,
bang Yasir dan adik kandungku Rahmat, Yusri, Ilyas, Kausar, yang rela
membantu dan memberi motivasi demi kelancaran penelitian.
8.
Terima kasih teman-teman Hukum Pidana Islam dan Hukum Tata Negara
Islam Angkatan 2012, Rafli Ali Yafli, Sudirwan iwan, Sholihun, sihabudin,
adi baduy, Fadel, Arif onira, Brina, Bayhaqi kalian saudara, sahabat dan
keluarga yang menjadi saksi perjuangan selama dibangku kuliah.
9.
Terima kasih organisasi Gerakan Anti Narkoba UIN Jakarta (GAN UIN) dan
vii
KKN LENSA yang telah himpunan sebagai wadah penegetahuan dan
pengalaman dalam mencari jati diri dan kedewasaan.
10.
Terima kasih teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini
bersama-sama, Sudirwan iwan, Arif Onira, Rahmah Fitriyani, Sihabudin, Rafli Ali
motivasi agar penulis menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.
Semoga atas segala bantuan, dukungan, motivasi dan do`a untuk penulis
mendapat balasan yang paling layak dari nya, dan skripsi ini berguna bagi wacana
ke Islaman, kepada-Nya kita memohon Rahmat dan Hidayah-Nya. Amin Ya
Robbal` Alamin.
Jakarta, 10 Oktober 2016 M
9 Muharam 1438 H
(MUHAMMAD FARUQ)
yafli, Fadel, Sholihun, Afik Zaki lubis, Eko Saputra, Brina Listiyani. Yang
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
i
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...
ii
LEMBAR PERNYATAAN ...
iii
ABSTRAK ...
iv
KATA PENGANTAR ...
v
DAFTAR ISI ...
viii
BAB IPENDAHULUAN ...
1
A.
LatarBelakangMasalah ...
1
B.
PembatasandanPerumusanMasalah...
8
C.
TujuandanManfaatPenelitian ...
8
D.
MetodePenelitian...
9
E.
SistematikaPenulisan ...
12
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG TENTARA NASIONAL
INDONESIA ...
13
A.
SejarahsingkatterbentuknyaTentaraNasional Indonesia ....
13
B.
TugasdanTanggungJawabTentaraNasional Indonesia ...
16
C.
Pendidikan TNI ...
18
ix
E.
Urutansanksihukummiliter ...
29
F.
Sistemperadilanpidana di Indonesia ...
31
G.
Penganiayaanmenuruthukumpositif ...
36
BAB III
PANDANGAN ISLAM TERHADAP PROFESI TENTARA
41
A.
Tentarasebagaipekerjaan ...
41
B.
Sanksihukum
Islam
terhadaptentarayang
melakukanpelanggaranketikaperang ...
47
C.
Penganiayaanmenuruthukum Islam ...
51
BAB IV
ANALISA
HUKUM
POSITIF
DAN
HUKUM
ISLAM
TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG No
36/K-PM-II-08/II/AU/2015, TENTANG PENGANIAYAAN OKNUM TNI
TERHADAP ANGGOTA ...
57
A.
Kronologisperkara ...
57
B.
Putusanpengadilan...
58
C.
Analisaputusanmenuruthukumpositif ...
59
D.
Analisaputusanmenuruthukum Islam ...
66
BAB V
PENUTUP ...
71
A.
Kesimpulan ...
71
x
DAFTAR PUSTAKA
...
74
1
A.
Latar belakang masalah
Secara institusi fungsi TNI adalah wajib untuk mengikuti dalam usaha
pembelaan Negara, syarat-syarat tentang pembelaan diatur undang-undang (pasal 30).
Maksudnya ketentuan mengenai hak dan kewajiban dalam usaha pertahanan Negara
merupakan implementasi dari ketentuan pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga
Negara tanpa kecuali mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam usaha
pertahanan dan keamanan Negara.
1Khusus dalam kaitanya dengan keberadaan TNI, kesatuan anggota
beranggapan bahwa, di dalam tubuh Tentara Nasional Indonesia (TNI) harus dimulai
dengan meningkatkan profesionalitasnya. Dengan berpegang teguh pada azas-azas
profesionalisme, TNI diharapkan dapat terhindar dari terjadinya kesalahan atau
prilaku menyimpang, perbuatan penganiayaan. sebagaimana yang telah dilakukannya
selama pendidikan ketika pembentukan mental tentara atau prajurit.
21
Edie Siregar, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, (Jakarta : Seketariat Jenderal MPR RI, 2012), h. 185
2
Karena sudah merupakan suatu kelaziman, manakala seorang perwira
melakukan kekerasan kepada juniornya disaat pendidikan, dan itu merupakan ajang
balas dendam ketika mereka sudah menjadi senior dalam batalyon tersebut.
3Dengan demikian penting kesamaan di depan hukum (
equality before the
law) menjadi pedoman dalam dunia ketentaraan, khususnya Tentara Nasional
Indonesia itu sendiri. Hal itu terlihat dari sanksi yang di berikan terhadap oknum yang
melakukan pelanggaran hukum.
4Begitu pun dalam negara Indonesia sebagaimana tercantum dalam Pasal 1
ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyebutkan
bahwa “Negara Indonesia merupakan negara hukum”. Hal tersebut menunjukkan
bahwasanya hukum memiliki peranan yang sangat penting dan mendasar bagi
kehidupan bangsa dan Negara Indonesia. Maka selain adanya hukum yang bersifat
umum, di indonesia pun juga mengatur terkait hukum pidana militer. Hukum militer
yang berlaku sekarang di Indonesia sebagian masih merupakan hukum yang berasal
dari zaman penjajahan hindia belanda.
5Bagi TNI telah menyiapkan untuk menerima pemberlakuan pengadilan umum
bagi prajurit TNI yang melakukan tindak pidana umum, diharapkan peraturan ini
menjadi salah satu peningkatan penegakan hukum oleh kalangan TNI. oleh karena itu
peradilan militer menjadi bagian pelaksana kekuasaan kehakiman dilingkungan TNI
3
Wawancara pribadi dengan Mayor Al-hadi di PAKUMREM, senin, 12 juni, 2016. 4
Yesmil Anwar dan Adang, Pembaruan Hukum Pidana Reformasi Hukum Pidana,( Jakarta : grasindo, 2010). h. 77
5
untuk menegakan hukum dan keadilan dengan memperhatikan penyelenggaraan
pertahanan Negara.
6Konsepsi penyadaran dan penegakan hukum bertujuan untuk
membentuk mental prajurit TNI profesionalisme yang mampu mengembangkan
tatanan kehidupan pribadi dan sosial dalam masyarakat, berbangsa dan bernegara yang lebih
demokratis guna mewujudkan kemampuan profesional sebagai alat pertahanan Negara.
adapun sasaran yang diharapkan adalah tercapainya kadar kesadaran hukum dan
penegakan hukum yang mantap, dengan indikator adanya keserasian dan
keseimbangan antara tuntutan hak dan pelaksanaan kewajiban dikalangan
prajurit TNI. Terbentuknya kualitas pribadi prajurit TNI memiliki budaya patuh hukum sebagai
landasan kemampuan profesionalisme, dengan indikator rendahnya angka pelanggaran
hukum, baik secara kualitas maupun kuantitas, dan terwujudnya prajurit TNI yang
professional memiliki kesadaran hukum yang cukup mantap dilandasi dengan
nilai-nilai kejuangan, dengan indikator tingkat disiplin yang cukup tinggi di dalam pelaksanaan
tugas maupun kehidupan sehari-hari
.
7Dengan demikian peradilan militer adalah bagian dari hukum militer, dan
hukum militer adalah bagian dari sistem hukum nasional. Hukum militer yang
berlaku dilingkungan TNI diselenggarakan dengan pembinaan yang disinkronisasikan
dengan sistem pembinaan hukum nasional yang ditujukan untuk mendukung
keberhasilan tugas pokok TNI. Saat ini peradilan militer sedang menjadi perhatian
6
Wawancara pribadi dengan Mayor Al-Hadi di PAKUMREM, senin, 12 juni, 2016,
7
banyak pihak. Banyak kalangan menghendaki anggota militer yang melakukan tindak
pidana umum diadili dalam peradilan umum. Berbeda dari ketentuan yang masih
berlaku, yaitu diadili di dalam peradilan militer. Tentang hal ini, sesungguhnya TNI
tidak dalam kapasitas setuju atau tidak setuju terhadap peradilan umum bagi prajurit
yang melakukan tindak pidana umum.
Dalam hal itu sistem ketatanegaraan pun melindungi atau memiliki beberapa
sistem pelayanan peradilan, selain peradilan militer. ada peradilan umum, peradilan
agama, peradilan tata usaha Negara. Semuanya ini diatur dalam undang-undang RI
Nomor 4 tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman
8.
Khusus peradilan militer, secara internal TNI telah melakukan sosialisasi
kepada anggota. Suatu saat, apabila prajurit TNI melakukan tindak pidana umum.
Sebagai akses dari interaksi sosial, tidak tertutup kemungkinan adanya prajurit yang
melakukan perbuatan pelanggaran. Perbuatan penyalahgunaan hukum itu, adakalanya
dengan ketentuan disiplin, tindakan dispilin adalah tindakan seketika yang dapat di
ambil oleh setiap atasan terhadap bawahan yang melakukan pelanggaran hukum baik
perdata maupun pidana.
98
Bahwa kekuasaan kehakiman menurut undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan kekuasaan yang merdeka yang dilakukan oleh sebuah mahkamah konstitusi,untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan hukum dan keadilan,Djoko Suyanto,
Menuju TNI Professional dan Dedikatif, (Jakarta: Pusat Pendidikan TNI, 2007), h. 80
9
Pelanggaran atau perbuatan melawan hukum tersebut dapat merugikan rakyat, hak asasi manusia, institusi TNI, maupun Negara. hukum yang berlaku. Tidak ada kebijakan apapun dari TNI yang bertujuan mengintervensi proses hukumnya. Disahkan dengan keputusan Panglima TNI Nomor kep/ 22 /VIII/ 2005 tanggal 10 agustus 2005,Peraturan Disiplin PrajuritTtentara Nasional Indonesia.
Penegakan hukum bagi TNI merupakan keharusan.
10seperti halnya pada
kasus-kasus lain, prinsip mengedepankan penegakan hukum pun tampak dalam
penanganan kasus penganiayaan warga didesa Alas Tlogo di Pasuruan, Jawa Timur.
Peristiwa yang menewaskan empat warga dan tujuh luka-luka itu terjadi sebagai
akses persengkataan tanah antara penduduk dengan TNI AL ini pun disikapi dengan
mengedepankan proses hukum.
11Begitu pun kasus yang ada di lingkungan TNI yaitu, majelis hakim
Pengadilan Militer III-13 Madiun, Jawa Timur, Senin, 27 Juni 2016, memvonis tiga
dari lima Ankatan Darat, terdakwa pelaku penganiayaan yang menewaskan Kopral
Kepala APH, ajudan Komandan Komando Distrik Militer (Kodim) 0812 Lamongan,
Letnan Kolonel ARM. Tiga terdakwa itu adalah Sersan Kepala Mintoro, Sersan Dua
AM dan Sersan Mayor AP. Majelis hakim yang diketuai Letnan Kolonel Laut
(KH/W) Tuty Kiptiani mengatakan ketiga terdakwa diganjar hukuman sesuai
perannya masing-masing. Mintoro dijatuhi hukuman sembilan bulan penjara. Dia
dinyatakan terbukti bersalah, yakni ikut melakukan penganiayaan secara
bersama-sama yang mengakibatkan korban meninggal dunia. Hal itu sesuai dakwaan oditur
militer, yakni pasal 351 ayat 3 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 KUHP.
12kasus yang
10
Dari jumlah keseluruhan TNI untuk sekarang ini 434,410 terdiri dari Ankatan Laut,Darat,Udara dan setiap matra terdapat kasus penyalah gunaan hukum oleh karena itu penegakan hukum bagi TNI merupakan keharusan yang wajib diperbaiki. Tentara Nasional Indonesia https://googleweblight.com/lite_url=httpps://id.m.wikipedia.org/wiki/Tentara_Nasional_Indonesia=w w.google.co.id diakses 12september 2016.
11
Djoko Suyanto, Menuju TNI Professional dan Dedikatif ,( Jakarta ;pusat pendidikan TNI,2007), h. 81
12
sama terjadi di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta menjatuhkan vonis bagi para
terdakwa penganiayaan yang mengakibatkan kematian anggota TNI Angkatan Udara.
Enam terdakwa merupakan kasus penganiayaan adalah anggota Grup I dan II
Komando Pasukan Khusus (Kopassus), pasukan elite TNI Angkatan Darat.
Sedangkan terdakwa lain masih menjalani persidangan. Dua dari enam terdakwa,
selain divonis bersalah juga dipecat dari dinas ketentaraan. Karena terbukti
melakukan tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan Sersan MZ meninggal.
Prajurit Satu S dan Prajurit Satu DI dijatuhi hukuman 3,5 tahun penjara. Selain itu,
keduanya juga dipecat dari dinas militer," kata Sekretaris Pengadilan II-11
Yogyakarta Kapten CHK Handoko
, Kamis, 3 Maret 2016.
13Di samping itu menjunjung moral baik agama manapun dan norma adat
penting untuk dibina, berdasarkan keyakinan seseorang akan tujuan yang ingin
dicapainya, maka semakin kuat kepercayaan, semakin kuat pula besar dan lebih
kokoh semangat untuk mencapainya, Kepercayaan tersebut juga memperkuat
kesetiaan pada organisasi dan kepatuhan yang sempurna pada perintah pemimpin.
Sementara itu, pada masa Rasululullah SAW, tentara harus bisa terlebih
dahulu dan dilatih atau dibina untuk mempersiapkan kemampuan diri. Tujuanya agar
mampu untuk suatu cita-cita yang tinggi dan mulia yang memiliki daya tarik
Lamongan, Letnan Kolonel Ade Rizal Muharam, yang melakukan penganiayaan terhadap korban pada Oktober 2014. Para terdakwa justru ikut membantu dan melakukan penganiayaan hingga korban tewas.https://nasional.tempo.co/read/news/2016/06/27/058783510/kasus-dandim-aniaya-ajudan-hingga-tewas-3-tentara-divonis di akses pada tanggal 14 september 2016.
13
universal dan tidak terbatas tujuanya. Beliau melengkapi mereka dengan moral yang
dinamis dengan kekuatan rohani yang memungkinkan mereka menghadapi segala
jenis kesulitan dan penderitaan yang mungkin ditemui dengan berani penuh tekad dan
daya tahan.
14Dalam dunia ketentaraan, Rasulullah SAW terlebih dahulu memberikan
pelatihan dan pendidikan yang baik terhadap prajuritnya, sehingga apapun yang
terjadi jika seorang prajuritnya melakukan kesalahan maka dengan cepat merasakan
penyesalan.
15Dengan hal itu, Rasulullah SAW pun, melarang perbuatan penganiayaan,
Namun kasus penganiayaan oleh tentara musuh pernah terjadi pada saat Fathul
Makkah, seperti halnya kasus Nadhar bin Al-Harits dan Uqbah bin Abi Muaith ketika
menjadi tawanan Rasulullah SAW. Rasulullah Saw pun memberikan sanksi untuk
memerintahkan dibunuh dua tentara tersebut, karena telah banyak menganiaya kaum
muslimin ketika di Makkah
16Dari kasus tersebut bahwa penegakan hukum didunia militer sudah
diterapakan di zaman Rasululullah SAW. Bentuk moral dan kedisiplinan tentara
harus di jaga dan lebih di terapkan, oleh karena itu penulis tertarik membahas dalam
skripsi ini
“Sanksi Pidana Penganiayaan Terhadap Oknum Tentara Nasional
14
Afazalu Rahman, Nabi Muhamad SAW Sebagai Seorang Pemimpin Militer, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h, 163.
15
Nizar Abazhah, Perang Muhamad Kisah Perjuangan dan Pertempuran Rasulullah SAW,(Jakarta : Zaman,2011),h. 370
16
Indonesia Perspektif Hukum Islam dan Hukum Positif
” sebagai tugas
jenjang starata
1 yang ditempuh peniulis.
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.
Pembatasan Masalah
Agar dalam pembahasan penelitian ini terarah dan tersusun secara sistematis
pada tema bahasan yang menjadi titik sentral, maka perlu penulis uraikan tentang
pokok-pokok bahasan dengan memberikan perumusan dan pembatasan masalah.
Untuk mendapatkan pembahasan yang objektif, maka dalam skripsi ini penulis
membatasinya dengan pembahasan mengenai sanksi pidana penganiyaan oleh
oknum Tentara Nasioanal Indonesia prespektif hukum pidana Islam dan hukum
positif.
2.
Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah di atas dapat diuraikan beberapa masalah yang
dirumuskan dengan pertanyaan penelitian (
research question
), yaitu:
1.
Apakah faktor penyebab oknum TNI melakukan tindak pidana penganiayaan?
2.
Bagaimana bentuk sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana penganiayaan
terhadap oknum TNI dalam hukum islam dan hukum positif ?
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian :
Adapun hasil yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah terjawabnya
1.
Untuk mengetahui faktor penyebab pelaku oknum TNI melakukan tindak
pidana penganiyaan .
2.
Untuk mengetahui bentuk sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana
penganiayaan dalam hukum militer maupun hukum pidana Islam.
2.
Manfaat penelitian
a.
Kegunaan Akademik
Memberikan pengetahuan mengenai sanksi bagi pelaku tindak pidana
penganiayaan dalam dunia kesatuan militer Republik Indonesia yang menjelaskan
sistem peradilan pidana di ketentaraan maupun dalam hukum pidana Islam.
b.
Kegunaan Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu kontribusi tentang
pemberian sanksi terhadap terpidana dan efek jera bagi terpidana oknum TNI,
sehingga berkurangnya angka kejahatan di dunia militer di Indonesia.
D.
Metode penelitian
Untuk memperoleh data dan penjelasan segala sesuatu yang berhubungan
dengan pokok permasalahan diperlukan suatu pedoman penelitian yang disebut
metodologi penelitian, yang dimaksud dengan metodologi penelitian adalah cara
meluluskan sesuatu dengan menggunakan pikiran sesama untuk mencapai suatu
tujuan.
17Metode adalah pedoman cara seseorang ilmuan mempelajari dan memahami
17
langkah-langkah yang dihadapi.
18Sedangkan penelitian adalah suatu kegiatan yang
dilaksanakan dengan suatu sistematika, metodologi ilmiah dengan tujuan untuk
memperoleh sesuatu yang baru atau asli dalam usaha memecahkan suatu masalah
yang setiap saat dapat timbul di masyarakat.
19Dalam penelitian skripsi ini penulis
melakukan dua jenis penelitian, yaitu penelitian lapangan (
Fieled Research)
dan
penelitian pustaka (
Library Research
) .
1.
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Bodgan dan Taylor
mendefisinikan kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.
20Karakter khusus penelitian kualitatif berupaya mengungkap keunikan
individu, kelompok, masyarakat atau organisasi tertentu dalam kehidupannya
sehari-hari.Dilihat dari segi tujuan dalam penelitian ini termasuk dalam metode penelitian
yang bersifat deskriptif yaitu metode yang dapat diartikan sebagai prosedur
pemecahan masalah yang sedikit dengan menggambarkan /melukiskan keadaan
subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat
sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana adanya.
2118
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: Universitas Indonesia press,1986), h. 6.
19
Sukandar Rumidi, Metodologi Penelitian,( Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,2004), h.111.
20
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta,2008), h. 21.
21
2.
Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber data,
yaitu data Sekunder, merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang
bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari, buku-buku, hasil
penelitian, jurnal-jurnal, tulisan-tulisan dari internet, data kedua yaitu dengan melalui
wawancara terhadap instansi terkait yang berkenaan dengan sanksi pidana oknum
Tentara Nasioanal Indonesia perspektif hukum Islam.
3.
Teknik pengumpulan Data.
Dalam penelitian ini teknik menganalisa data, penulis menggunakan metode
analisis deskriptif, yaitu suatu teknik analisis data dimana penulis menjabarkan
data-data yang diperoleh dari hasil studi pustaka dan lapangan atau wawancara.
1.
Studi pustaka, yaitu meliputi dari refrensi kepustakaan, baik berupa buku,
majalah, surat kabar, jurnal dan mengakses internet.
2.
Wawancara , yaitu situasi peran pribadi bertatap muka
(face to face)
ketika
seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang di
rancang untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian
kepada responden.
22Wawancara dilakukan terhadapa nara sumber yang
dipilih untuk memperoleh beberapa hal yang berkaitan dengan skripsi ini.
4.
Teknik penulisan
22
Dalam hal teknis penulisan, penulis mengacu pada buku pedoman penulisan
skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta .
E.
Sistematika Penulisan
Agar penulisan ini lebih sistematik dan lebih terarah. Maka penulis akan
menjelaskan sistematika penulisan dalam skripsi ini. Pada dasarnya skripsi ini terdiri
dari lima bab yang saling berkaitan, yaitu.
BAB I Pendahuluan, pada pembahasan skripsi ini terdapat latar belakang
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode
penelitian, serta sistematika penulisan
BAB II Tinjauan umum tentang TNI dan rumusan kejahatan yang meliputi :
Pengertian Tentara Nasional Indonesia, doktrin Tentara Nasional Indonesia, Tugas
dan tanggung jawab TNI, serta standar operasional prosedur (SOP) penjelasan
tentang sanksi pidana, Sistem peradilan pidana Indonesia dan penganiayaan menurut
hukum positif.
BAB III Pandangan Islam terhadap profesi tentara, meliputi tentara sebagai
pekerjaan, sanksi hukum Islam tehadap tentara yang melakukan pelanggaran ketika
perang, penganiayaan menurut hukum Islam.
BAB IV analisa putusan terhadap oknum Tentara Nasional Indonesia
menurut sistem hukum pidana Negara Republik Kesatuan Indonesia, meliputi sanksi
BAB V Merupakan penutup, kesimpulan dan saran-saran dalam penulisan
14
Setelah proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, tidak segera
dibentuk tentara kebangsaan. Undang-undang dasar 1945 sendiri hanya memuat dua
pasal mengenai angkatan perang dan pembelaan Negara, yaitu pasal 10 yang
menetapkan bahwa presiden memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat,
Ankatan Laut, Angkatan Udara, dan pasal 30 yang menentukan bahwa tiap warga
Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan Negara yang
syarat-syaratnya diatur undang-undang. Perkembangan Tentara Nasional Indonesia lebih
banyak ditentukan oleh dinamika revolusi perjuangan bangsa, dari pada ketentuan
undang-undang dasar.
23TNI sebagai singkatan dari Tentara Nasional Indonesia bukanlah suatu
organisasi militer semata-mata. di samping merupakan kekuatan militer pada
dasarnya adalah suatu organisasi perjuangan kemerdekaan negara Indonesia. jika
mengingat terbentuknya TNI itu pada tahun 1945 tentu mengalami proses
perwujudanya. Mula-mula sesudah kemerdekaan bangsa. diproklamasikan didalam
suatu keadaan di mana masih terdapat sekian banyak tentara jepang di Indonesia dan
dapat diperkirakan kedatangan tentara sekutu dalam waktu dekat, maka dengan
23
perasaan khawatir bahwa kemerdekaan itu akan ditumpas dan di tiadakan oleh orang
asing-asing. Maka mengamankan kemerdekaan yang sudah begitu lama di
idam-idamkan di bentuk lah Badan Kemanan Rakyat pada tahun 1945 tanggal 19 agustus
untuk mengorganisasi daya perlawanan.
24Pemuda-pemuda Indonesia yang berambisi untuk kemerdekaan, dan karena
itu bertekad mempertahankanya kalau perlu sampai mati, semuanya berdatangan
ketempat pusat BKR yang kemudian bernama markas-markas BKR. Proses
perwujudan BKR dipermudah dengan tindakan pimpinan tentara jepang yang
membubarkan tentara pembela tanah air atau PETA, yaitu tentara yang dalam masa
pendudukan jepang. Ketika pemerintahan Republik Indonesia merasa tiba waktunya,
bahwa sebagai Negara merdeka kita perlu mempunyai suatu tentara resmi.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 BKR diubah namanya menjadi Tentara
Keamanan Rakyat disingkat TKR. Tetapi selain adanya kelengkapan organisasi yang
lebih sempurna dari pada BKR, semangat dan keadaan TKR adalah sama. Meskipun
organisasi Republik Indonesia yang muda berhasil menjadi semakin rapih, di pulau
Jawa dan pulau Sumatra terasa kekuasaan Negara baru itu. kecuali di kota kota besar
ditepi pantai dan dikota Bandung, dengan semakin rapihnya Negara itu, maka pada
tanggal 25 januari 1946 perlu untuk merubah nama tentara resmi dari Tentara
Keamanan Rakyat menjadi Tentara Republik Indonesia disingkat menjadi TRI.
2524
Nyoman Dekker, Sejarah Revolusi Nasional, ( Jakarta: Balai Pustaka , 2001),h. 17 25
Tetapi perubahan nama ini tidak menghilangkan sifat-sifat khas dari tentara, yaitu
sebagai tentara pejuang yang bahu membahu dengan rakyat melawan pihak penjajah
dengan alat-alat serta senjata-senjata apa adanya namun dengan semangat nasional
dan cinta kemerdekaan yang menggelora.
Tanggal 7 juni 1947 dikeluarkan penetapan presiden yang antara lain
menetapkan bahwa mulai tanggal 3 juni 1947 disahkan secara resmi berdirinya
Tentara Nasional Indonesia (TNI)
26. Setelah Konferensi Meja Bunder (KMB) pada
bulan Desember Indonesia berubah menjadi Negara Federasi dengan nama Republik
Indonesia Serikat (RIS). Sejalan dengan itu maka di bentuk pula Ankatan Perang RIS
(APRIS) yang merupakan gabungan antara TNI dan KNIL.
Pada tanggal 17 agustus 1950, RIS dibubarkan dan Indonesia kembali
menjadi Negara kesatuan, sehingga APRIS berganti nama menjadi Angkatan Perang
Republik Indonesia (APRI). Pada tahun 1962, dilakukan upaya penyatuan antara
ankatan perang dengan kepolisian Negara menjadi sebuah organisasi yang bernama
Ankatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI). Penyatuan satu komando ini
dilakukan dengan tujuan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi dalam
melaksanakan perannya dan mejauhkan perannya dan menjauhkan dari peran politik
tertentu.
Pada tahun 1998 terjadi situasi politik diindonesia. Perubahan tersebut
berpengaruh terhadap keberadaan ABRI. Pada tanggal 1 april 1999 TNI dan Polri
26
secara resmi dipisah menjadi institusi yang berdiri sendiri. Sebutan ABRI sebagai
tentara di kembalikan menjadi Tentara Nasional Indonesia. Tentara Nasional
Indonesia terdiri dari tiga angkatan bersenjata, yaitu TNI Ankatan Darat, TNI
Ankatan Udara, dan TNI Ankatan Laut, TNI dipimpin oleh seorang panglima TNI.
Sesuai ketetapan MPR nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan
POLRI serta ketetapan MPR nomor VII/MPR/2000 tentang peran TNI dan peran
POLRI maka pada tanggal 30 September 2004 telah disahkan Rancangan
Undang-Undang TNI oleh Dewan Perwakilan Rakyat yang selajutnya ditanda tangani oleh
Presiden Megawati Soekarno Putri pada tanggal 19 Oktober 2004.
27A.
Tugas dan Tanggung Jawab TNI
Tugas TNI harus berlandaskan UU TNI. Di dalam bab IV tercantum
mengenai peran, fungsi dan tugas TNI. Sesuai dengan yang tercantum dalam
undang-undang, ada tiga yaitu: “menegakan, mempertahankan, dan melindungi,” makna yang
harus ditegakan adalah kedaulatan Negara, yang harus dipertahankan adalah keutuhan
wilayah NKRI yang berdasarakan pancasila dan UUD 1945, sedang yang harus
dilindungi adalah keselamatan bangsa Indonesia.
Didalam menjalankan tugas tersebut TNI mendasarkan pada kebijakan dan
keputusan politik Negara. Sedangkan fungsi TNI adalah sebagai penangkal,
27
penindak, dan pemulih. Sebagai penangkal dan penindak artinya menangkal dan
menindak setiap bentuk ancaman baik militer maupun ancaman bersenjata lain. Baik
dalam negeri maupun luar negeri. Ada tiga sasaran ancaman yang harus ditangkal
atau ditindak oleh TNI yaitu : mengarah kepada kedaulatan Negara, memecah
keutuhan wilayah, dan membahayakan keselamatan bangsa.
Sedangkan sebagai pemulih yang dimaksudkan adalah memulihkan kondisi
keamanan Negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan. Tugas pokok
dilaksanakan melalui dua operasi yaitu : Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi
Militer Selain Perang (OMSP) atau
Militery Operation Other Than War
(MOOTW).
Operasi selain perang terdiri dari dua jenis yaitu operasi tempur dan non tempur.
28Menegakan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45, serta melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan
terhadap keutuhan bangsa dan Negara. Sebagaimana yang di maksud pada ayat 1
dilakukan dengan pembahasan sebelumnya. Yaitu :
1.
Operasi militer untuk perang
2.
Operasi militer selain perang yaitu :
a.
Mengatasi gerakan separatis bersenjata
b.
Mengatasi pemberontakan bersenjata
c.
Mengatasi aksi terorisme
d.
Mengamankan wilayah perbatasan
e.
Mengamankan objek vital yang bersifat strategis
f.
Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik
luar negeri
g.
Mengamankan presiden dan wakil presiden beserta keluarganya
28
h.
Memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan mendukungnya secara
dini sesuai dengan sistem pertahanan semesta
i.
Membantu tugas pemerintah di daerah
j.
Membantu kepolisian Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan
dan ketertiban masyarakat yang diatur oleh undang-undang
k.
Membantu mengamankan tamu Negara setingkat kepala Negara dan
perwakilan pemerintah asing yang ada di Indonesia
l.
Membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan
pembantu pemberi kemanusiaan
m.
Membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (
Search
and
resque
)
n.
Membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan
terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.
Kemudian ayat (3) berbunyi ketentuan sebagaimana di maksud pada ayat (2)
dilaksanakan berdasarkan kebijakan keputusan politik Negara.
29B.
Pendidikan TNI
Landasan pokok yang fundamental dalam proses-proses pembaharuan adalah
pendidikan. Untuk menyempurnakan pendidikan kita, maka terlebih dahulu harus kita
tentukan apa yang ingin kita capai dengan pendidikan itu, maka pertama yang
menjadi tujuan pendidikan adalah ditumbuhkanya anggota-anggota masyarakat yang
tahu kewajiban dan hak-haknya sebagai warga Negara yang berdasarkan Pancasila.
Lain dari itu pendidikan bertujuan untuk memberikan dasar bagi para anggota
masyarakat untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat, oleh karena
itu sistem pendidikan harus pula menjamin tersedianya kemungkinan yang luas untuk
memperoleh berbagai kecakapan bagi para anggota masyarakat. Berbagai kejuruan
29
mulai tingkat bawah sampai tingkat tertinggi harus dapat dipenuhi untuk mengisi
berbagai fungsi dalam masyarakat modern.
30Pendidikan TNI terbagi menjadi empat jenis yaitu pendidikan pertama
(Dikma) pendidikan ini merupakan pendidikan yang dikenakan terhadap tentara yang
datang langsung dari masyarakat. Kedua pendidikan pembentukan (Diktuk) yang
merupakan kelanjutan dari pendidikan pertama, yaitu pendidikan untuk naik ke
golonganya yang di atas. Ketiga pendidikan pengembangan umum (Dikbangum)
pendidikan ini berupa pendidikan sekolah staf dan komando (Sesko). Keempat
pendidikan pengembangan Spesialisasi (Dikbangspes).dalam pendidikan ini, prajurit
dididik untuk dapat dapat menjadi tentara yang mempunyai keahlian khusus hingga
yang sangat khusus.
31Begitupun pendidikan dasar bagi prajurit TNI , latihan dasar selama tiga
bulan berikutnya harus ditempuh sebelum para kadet memasuki program
pelajaran-pelajaran akademi rutin. Bulan kedua dari masa tiga bulan itu. Dikenal sebagai masa
Vira Carya
atau
Candradimuka
.Yang di umpamakan seseorang berada di kawah. di
mana gatot kaca melemparkan kedalamnya dan ketika keluar lagi bukan saja dalam
keadaan sehat walafiat tetapi bahkan dengan kulit yang tertempa seperti baja.
Latihan-latihan selama pendidikan dasar, sangat mirip dengan pengalaman, berhasil
30
Sayidiman suryohadiprojo, Langkah-Langkah Perjuangan Kita, (Jakarta: UI Prees, 1986), h. 32
31
atau gagal sama sekali, kalau kadet berhasil keluar dari pendadaran itu secara mental
dan fisik,
32Kegiatan ekstarakulikuler, mencakup berbagai macam, studi peroketan,
pendidikan keagamaan yang mendalam, studi elektronika, dan studi bahasa. Para
kadet membawa senapan dan memakai helm plastik ke semua kelas dan pindah dari
satu kelas ke kelas lain dalam formasi, berjajar dua, sambil bernyanyi dengan
serempak , pendidikan militer di atur secara militer dengan memandang masalah
disiplin dan penciptaan semangat korp.
33Pendidikan kemiliteran adalah berupa lembaga pendidikan, terutama akademi
militer (AKMIL)
34di pendidikan inilah awal pembentukan dasar-dasar keperwiraan
militer
(military offichership)
termasuk dasar profesionalisme TNI dimulai. Setamat
dari akademi militer mereka harus mengikuti berbagai jenis pendidikan dan latihan
dalam tugas yang di lingkungan TNI disebut pendidikan pengembangan (Dikbang)
yang terdiri dari pengembangan spesialisasi (Dikpangspes) dan pengembangan umum
(Dikbangum), keduanya di lakukan dilakukan di sela-sela antara
penugasan-penugasan yang diterima.
35Jenis dan jenjang pendidikan yang termasuk kategori Dikbangpes diantaranya
adalah, kursus perwira lanjutan (Sus Lapa) I dan II pendidikan kursus kecabangan,
32
Peter Briton, Profesionalisme dan Ideology Militer Indonesia, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1996), h. 119
33
Peter Briton, Profesionalisme dan Ideology Militer Indonesia, (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1996), h. 200
34
Akademi militer (AKMIL)adalah sekolah pendidikan TNI Angkatan Darat di Magelang, Jawa Tengah,Indonesia, yaitu mencetak perwira TNI Angkatan Darat.sejarah Akademi Militer https://id.m.wikipedia.org/wiki/Akademi_Militer di akses 25 sepetember 2016
35
kursus Komandan Batalyon (Sus Danyon), kursus Komandan Kodim (Sus Dandim),
kursus Komandan Korem (Sus Danrem), sedangkan yang termasuk Dikbangum
adalah sekolah staf dan komando Angkatan Darat (Sesko AD), Sesko TNI dan kursus
Lembaga Pertahanan Nasional (Sus Lemhanas). Kurikulum yang di selenggarakan,
yaitu meliputi materi semangat juang, pembinaan mental dan tauladan keberanian.
36C.
Doktrin TNI
TNI tidak lagi sebagai sebuah entitas yang sarat dengan nuansa politis dan
turut bermain dalam wilayah praksis bisnis. Melainkan sebuah entitas yang hendak
menuju kearah profesional sejalan dengan tuntutan tugas dan fungsi sebagai mana
amanat UU No. 34/2004 tentang TNI. Berdasarkan perubahan fungsi, peran dan
tugasnya TNI melaksanakan penyempurnaan doktrin.
Mulai dari doktrin ditingkat kebijakan strategis sampai dengan doktrin
ditingkat operasional yang harus mengikuti dan mengantisipasi perkembangan
lingkungan strategis sejalan dengan peraturan perundang-undangan dan sifatnya
implementatif. Doktrin TNI yang sesuai dengan peranya sebagai alat pertahanan
Negara yang berbeda dengan TNI sebelumnya mengemban Dwi Fungsi, Hankam dan
sosial. Kini, TNI tidak lagi sebagai sebuah satu entitas yang sarat dengan nuansa
politis dan turut bermain dalam wilayah praksis bisnis, melainkan sebuah entitas yang
hendak menuju profesionalisme sejalan dengan tuntutan tugas dan fungsi sebagai
amanat UU no 34/2004 tentang TNI.
36
Dengan mengacu pada strategi pertahanan Negara, tuntutan profesionalisme
prajurit perlu diupayakan seiring dengan kelengkapan alat alutsista dan kesejahteraan
prajurit yang lebih memadai dengan tetap memperhatikan ketersediaan anggaran dari
Negara.
37TNI sebagai komponen utama pertahanan Negara berkomitmen untuk selalu
berpedoman pada perundang-undangan yang berlaku. Perundang-undangan yang juga
menuntut penyesuaian terhadap doktrin TNI yang merupakan pedoman TNI dalam
melaksanakan tugas pokok dan peranya sebagai pertahanan alat Negara. Bersumber
dari pengalaman sejarah dan teori yang bersifat konsepsional implementatif dan
melandasi pola pikir, pola sikap, dan pola tindak dalam pembinaan dan kemampuan
dan penggunaan kekuatan TNI.
Hal ini terjadi karena seharusnya penyusunan doktrin TNI mengacu kepada
doktrin pertahanan Negara. Sayangnya , doktrin pertahanan Negara masih dalam
proses penyusunan di departemen pertahanan kendatipun demikian, TNI secara
proaktif telah menyusun doktrin baru , yang di beri nama Doktrin TNI Tri Darma Eka
Karma (Tridek) yang mencerminkan keutuhan dari ketiga matra TNI. Dalam
mengimplementasikan Doktrin Tridek. Prajurit TNI berpegang teguh terhadap
falsafah pancasila, Undang-undang dasar Negara RI tahun 1945, sumpah prajurit dan
sapta marga.
3837
Muhadjir Effendi, Jati Diri dan Profesi TNI, ( Malang : UMM Press, 2009).h. 86 38
Terdapat beberapa perbedaan penting antara Doktrin TNI Catur Dharma Eka
Karma (Cadek) dengan doktrin TNI Tridek. Doktrin Cadek masih mewadah Polri
sebagai bagian dari TNI, sedangkan dalam Tridek Polri sudah terpisah dengan TNI.
Cadek menyatakan TNI sebagai kekuatan pertahanan keamanan dan sosial, sementara
dalam tridek, peran TNI hanya sebagai alat Negara di bidang pertahanan yang dalam
menjalankan tugasnya berdasarkan kebijakan dan keputusan politik Negara.
39Doktrin TNI Cadek menetapakan TNI sebagai pengemban fungsi kekuatan
Hankam dan Sospol. Sebagai pengemban fungsi Hankam, maka TNI merupakan
penindak dan penyanggah awal setiap ancaman musuh dari dalam maupun luar
negeri, pengaman, penertib, dan penyelamat masyarakat serta penegak hukum
Negara, pelatih dan pembimbing rakyat bagi penyelenggara tugas Hankamneg dalam
mewujudkan kemampuan dan kekuatan dalam perlawanan rakyat semesta untuk
mengahadapi ancaman serta Pembina kemampuan dan kekuatan Hankamneg dalam
pembinaan Hamkaneg dengan memelihara dan meningkatkan kemampuan dan
kekuatan Hankam di darat, laut, udara serta penertiban dan penyelamatan masyarakat.
Dalam doktrin tridek, fungsi TNI adalah penangkal dan penindak terhadap
setiap ancaman militer dan ancaman bersenjata serta pemulih kondisi kemanan
Negara bersama dengan instansi pemerintah untuk mengembalikan kondisi keamanan
Negara akibat kekacauan perang. Perbedaan lainya adalah mengenai tugas pokok.
Dalam doktrin cadek disebutkan bahwa tugas pokok TNI mengamankan,
39
menyelamatkan, mempertahankan dan melestarikan kemerdekaan, kedaulatan serta
integritas bangsa dan Negara, mengamankan dan menyelamatkan, mempertahankan
dan melestarikan ideologi pancasila dan UUD 1945 dan mengamankan,
menyelamatkan, mempertahankan, melestarikan pembangunan nasional dan
hasil-hasilnya.
40Konsep ini menempatkan hubungan sipil militer dalam suatu dataran
horizontal, didasarkan atas nilai-nilai moral dan sikap mental untuk saling
menghargai, mempercayai dan bekerja sama gagasan inilah yang menjadikan dasar
rumusan standar militer
41Pola operasi yang di laksanakan adalah operasi pertahanan yang meliputi
operasi penciptaan kondisi, operasi konvensional, operasi perlawanan wilayah,
operasi serangan balas dan operasi pemulihan keamanan dan penyelematan
masyarakat. Serta operasi operasi keamanan dalam negeri yang meliputi operasi
intelejen, operasi territorial, operasi tempur dan operasi keamanan dam ketertiban
masyarkat.
Sementara itu dalam doktrin tridek ditegaskan bahwa tugas pokok TNI adalah
menegakan kedaulatan Negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI, serta
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan
gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara. Tugas pokok TNI dilaksanakan
40
Yuddy Chrisnandi, Reformasi TNI Perspektif Baru Hubungan Sipil Militer di Indonesia,
(Jakarta :LP3ES,IKAPI, 2005,), h. 4 41
Yuddy Chrisnandi, Reformasi TNI Perspektif Baru Hubungan Sipil Militer di Indonesia,
melalui operasi militer untuk perang yang meliputi operasi gabungan TNI, operasi
darat, operasi laut, operasi udara, kampanye militer dan operasi bantuan.
Melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar
negeri, mengamankan presiden dan wakil presiden RI beserta keluarganya
memberdayakan wilayah pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini dalam
rangka pertahanan semesta, membantu tugas pemerintah didaerah, membantu
kepolisian Negara republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban
masyarakat.
42Disamping itu TNI juga melaksanakan tugas mengamankan tamu Negara
setingkat kepala Negara dan perwakilan asing, membantu menanggulangi akibat
bencana alam, penggungsian, pemberi bantuan kemanusiaan, membantu pencarian
dan pertolongan dalam kecelakaan
search and resque
dan membantu pemerintah
untuk pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan, perompakan,
dan penyelundupan.
Dalam doktrin Tridek , tidak terdapat lagi fungsi sospol. Sehingga jelas TNI
berkonsentrasi kearah pembinaan ke dalam supaya profesional. Tidak ada lagi
keterlibatan TNI dalam politik praktis maupun bisnis. Sejak TNI keluar dari lembaga
legislative pada tahun 2004, tidak ada lagi. Dandim dan danrem yang bisa memaksa
rakyat untuk memilih salah satu partai politik.
42
TNI menyadari bahwa Doktrin yang baru masih memiliki berbagai
kekurangan yang perlu disempurnakan. Karena itu masukan-masukan dari berbagai
pihak, baik internal maupun eksternal TNI masih di perlukan kesempurnaanya.
43Ada
tiga Doktrin yang menjadi pegangan setiap prajurit TNI yaitu : (1) Sapta marga, (2)
sumpah prajurit (3) wajib TNI, sedang bagi perwira, di samping ketiga tersebut di
tambah dua lagi yaitu : sebelas azaz kepemimpinan TNI dan kode etik perwira.
“Sapta marga” berarti tujuh jalan atau semacam garis perjuangan TNI. Terdiri dari
tujuh butir kalimat yang berbunyi :
1.
Kami warga Negara kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan pancasila.
2.
Kami patriot Indonesia pendukung serta pembela ideologi Negara, yang
bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah.
3.
Kami kstaria Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, serta
membela kejujuran kebenaran keadilan.
4.
Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia adalah bhayangkari Negara dan bangsa
Indonesia.
5.
Kami prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin patuh dan
taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan prajurit.
6.
Kami prajurit Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan di dalam
melaksanakan tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada Negara dan
bangsa.
7.
Kami prajurit Tentara Nasional Indonesia setia dan menepati janji serta sumpah
prajurit.
“Sumpah prajurit” adalah sumpah yang di berlakukan bagi setiap anggota TNI baik
Tamtama, Bintara maupun perwira terdiri dari lima butir dan berbunyi sebagai
berikut :
Demi Allah saya bersumpah / berjanji :
43
1.
Bahwa saya akan setia kepada Negara kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan pancasila dan UUD 1945
2.
Bahwa saya akan tunduk kepada hukum dengan tidak membantah perintah
atau keputusan.
3.
Bahwa saya akan taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah
atau putusan.
4.
Bahwa saya akan menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa
tanggung jawab kepada tentara dan Negara Republik Indonesia.
5.
Bahwa saya akan memegang segala rahasia tentara sekeras-kerasnya.
“Delapan wajib TNI”, kalau sapta marga adalah norma
-norma yang mengatur
hubungan pribadi prajurit dengan institusi TNI, Delapan wajib TNI adalah
norma-norma yang wajib dipatuhi oleh setiap prajurit TNI dalam berhubungan dengan
masyarakat luar. Sesuai dengan namanya, delapan wajib TNI terdiri dari delapan
butir.
441. Bersikap ramah tamah terhadap rakyat.
2. Bersikap sopan santun terhadap rakyat.
3. menjunjung tinggi kehormatan wanita.
4. menjaga kehormatan diri dimuka umum.
5. senantiasa menjadi contoh dalam sikap kesederhanaan.
6. Tidak sekali-kali merugikan rakyat
7. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat.
8. menjadi contoh dan mempelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan
rakyat sekelilingnya.
45“Sebelas Azas kepemimpinan TNI” adalah berisi asas
-asas kepemimpinan di dalam
TNI yang terdiri dari 11 butir :
1.
Taqwa, beriman kepada Tuhan yang Maha Esa dan taat kepadanya.
2.
Ing ngarsa sung tulada
, memberi suri tauladan dihadapan anak buah.
3.
Ing madya mangun karsa
, ikut bergiat serta menggugah semangat
ditengah-tengah anak buah.
4.
Tut wuri handayani
, mempengaruhi dan memberi dorongan dari belakang
kepada anak buah.
44
Muhadjir Effendi, Jati diri dan profesi TNI, (Malang : UMM press, 2009),h .86 45
5.
Waspada purba wisesa
, selalu waspada mengawasi serta sanggup dan
berani memberi koreksi terhadapa anak buah.
6.
Ambreg parama arta
, dapat memilih dengan tepat mana yang harus
dilakukan.
7.
Prasaja
, tingkah laku yang sederhana dan tidak berlebihan.
8.
Satya,
sikap loyal yang timbale balik, dari atasan terhadapa bawahan, dari
bawahan terhadap atasan dan kesamping.
9.
Gemi nastit
, kesabaran dan kemampuan untuk membatasi penggunaan
dan pengeluaran segala sesuatu kepada yang benar-benar yang
diperlukan.
10.
Belaka,
kemauan kerelaan dan keberanian untuk mempertanggung
jawabkan tindakan-tindakan.
11.
Legawa,
kemauan kerelaan dan keikhlasan untuk pada saatnya
menyerahkan tanggung jawab dan kedudukanya kepada generasi
berikutnya.
Kode etik perwira (
Budi Bakti Wira Utama
), adalah kode etik profesi yang hanya
berlaku bagi para perwira TNI, yang berbunyi sebagai berikut
46:
Budi :
perwira Tentara Nasional Indonesia berbuat luhur, bersendikan :
1.
Ketuhanan yang Maha Esa
2.
Membela kebenaran dan keadilan
3.
Memiliki sifat-sifat kesederhanaan
Bakti :
perwira Tentara Nasioanl Indonesia berbakti untuk.
1.
Mendukung cita-cita nasioanal
2.
Mencintai kemerdekaan dan kedaulatan Republik Indonesia
3.
Menjunjung tinggi kebudayaan Indonesia
4.
Setiap saat bersedia membela kepentingan nusa dan bangsa guna mencapai
kebahagiaan rakyat Indonesia.
Wira :
perwira Tentara Nasional Indonesia adalah kesatria.
1.
Memegang teguh kesetiaan dan ketaatan.
2.
Pemimpin (soko guru) dari bawahanya.
3.
Berani bertanggung jawab atas tindakanya
Utama :
perwira Tentara Nasional Indonesia adalah,
46
1.
Penegak persaudaraan dan kemanusiaan
2.
Penjujung tinggi nama dan kehormatan Korp perwira Tentara Nasional
Indonesia.
47D.
Urutan Sangksi Hukum Militer
Sanksi Pidana Militer adalah ketentuan hukum yang mengatur seorang militer
tentang tindakan-tindakan mana yang merupakan pelanggaran atau kejahatan atau
merupakan larangan atau keharusan dan diberikan ancaman berupa sanksi pidana
terhadap pelanggarnya. Sanksi Pidana Militer bukanlah suatu hukum yang mengatur
norma, melainkan hanya mengatur tentang pelanggaran atau kejahatan yang
dilakukan oleh prajurit TNI atau yang menurut ketentuan undang-undang
dipersamakan dengan prajurit TNI.
48Namun jika terdapat suatu perkara yang didalamnya terdapat keterlibatan
militer dan non militer maka hal tersebut disebut perkara koneksitas. Perkara
koneksitas adalah suatu perbuatan pidana dilakukan oleh militer secara bersama-sama
dengan masyarakat sipil. Ini sebagaimana ketentuan dalam pasal 89 ayat 1 KUHAP.
49Sedangkan urutan sanksinya yaitu
:
Hukuman Yang Dapat Diberlakukan Bagi Pelaku Tindak Kejahatan Menurut
Pasal 6 KUHPM terbagi atas 2 jenis hukuman, yaitu :
1.
Pidana-pidana utama, terdiri atas: Pidana Mati, Pidana Penjara, Pidana
Kurungan, Pidana Tutupan (UU No. 20 Tahun 1946)
2.
Pidana-pidana tambahan, terdiri atas :
47
Muhadjir Effendi, Jati Diri dan Profesi TNI, (Malang : UMM press, 2009), h. 85
48
Cahyo, Makalah pidana militer,http://www.scribd.com/doc/87702295/pidana-militer-baru di akses 15 september 2016.
49
a.
Ke-1, Pemecatan dari dinas militer dengan atau tanpa pencabutan haknya
untuk memasuki angkatan bersenjata
b.
Ke-2, Penurunan pangkat
c.
Ke-3, Pencabutan hak-hak yang disebutkan pada pasal 35 ayat pertama
pada nomor-nomor ke1, ke-2 dan ke-3 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana
.
Dari beberapa penjelasan mengenai hukuman yang ada diatas, ada satu contoh
yang masuk dalam kategori pidana tambahan dan masuk pada nomor ke-1.
50Jenis Pelanggaran Hukum Disiplin Militer terdiri atas:
1.
segala perbuatan yang bertentangan dengan perintah kedinasan, peraturan
kedinasan, atau perbuatan yang tidak sesuai dengan Tata Tertib Militer; dan
2.
perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan pidana yang
sedemikian ringan sifatnya.
Pasal 9
Jenis Hukuman Disiplin Militer terdiri atas:
1.
teguran
2.
penahanan disiplin ringan paling lama 14 (empat belas) hari; atau
3.
penahanan disiplin berat paling lama 21 (dua puluh satu) hari.
Pasal 10
Penjatuhan Hukuman Disiplin Militer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
diikuti dengan sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 11
1.
Dalam keadaan khusus, jenis Hukuman Disiplin Militer sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 huruf b dan huruf c dapat diperberat dengan tambahan waktu
penahanan paling lama 7 (tujuh) hari.
2.
Keadaan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
a.
Negara dalam keadaan bahaya;
50
b.
Dalam kegiatan operasi militer;
c.
Dalam kesatuan yang disiap siagakan; dan/atau
d.
Militer yang melakukan pengulangan Pelanggaran Disiplin Militer dalam
tenggang waktu 6 (enam) bulan setelah dijatuhi Hukuman Disiplin Militer.
Pasal 12
(1) Militer yang dijatuhi Hukuman Disiplin Militer lebih dari 3 (tiga) kali
dalam pangkat yang sama, dan menurut pertimbangan pejabat yang berwenang tidak
patut dipertahankan untuk tetap berada dalam dinas militer, diberhentikan tidak
dengan hormat.
(2) Pemberhentian tidak dengan hormat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
51Ketentuan tambahan pasal 55 a. hukuman disiplin tidak boleh dijatuhkan
bersamaan waktunya dengan pidana yang akan atau sudah dijatuhkan. Pasal b,
penjatuhan hukuman disiplin tidak menghapuskan tuntutan pidana atau gugatan
perkara perdata, sengketa tata usaha militer, pembendaharaan Negara atau perkara
lainya.
52F
.
Sistem peradilan pidana publik proses hukum pidana penganiayaan
1. Pelaporan
Proses pertama bisa diawali dengan laporan atau pengaduan ke kepolisian.
a. Korban (Terutama untuk delik aduan)
b. Saksi
c. Siapa saja yang mengetahui bahwa ada tindak kejahatan
51
Undang-undang republik Indonesia no 25 tahun 2014 tentang disiplin militer, pdf di unduh pada tanggal 10 mei 2016.
52
2. Penyidikan
Setelah menerima laporan, Polisi melakukan penyidikan. Penyidikan adalah:
serangkaian tindakan penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti untuk
membuat jelas tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.
53Dalam penyidikan, diperlukan kerjasama dari anggota masyarakat yang diminta
sebagai saksi. Seringkali karena tidak terbiasa berhubungan dengan aparat penegak
hukum, warga yang diminta menjadi saksi memerlukan pendampingan dari paralegal
selama proses penyidikan berlangsung.
3. Penuntutan
Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara ke
pengadilan negeri yang berwenang. Jaksa Penuntut Umum (JPU) akan meminta
Hakim Pengadilan Negeri untuk memeriksa dan memutuskan perkara. Lalu Jaksa
akan membaca dengan tekun dan teliti untuk merumuskan dokumen tuntutan untuk di
limpahkan ke Pengadilan Negeri yang berwenang.
544. Persidangan
Mengadili adalah serangkaian tindakan hakim untuk menerima, memeriksa
dan memutus perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak.
Hakim mengadili kasus di depan sidang pengadilan. Dalam persidangan diperlukan
53
Hulsman, Sistem Peradilan Pidana dalam Perspektif Perbandingan Hukum, (Jakarta : Rajawali, 1984).h. 47
54
pemantauan dari warga bersama paralegal baik bila warga masyarakat menjadi
korban maupun bila dituduh sebagai tersangka.
5. Eksekusi putusan pengadilan
Bila semua pihak setuju dengan putusan pengadilan, maka putusan akan
memiliki kekuatan hukum tetap, dan disusul dengan pelaksanaan eksekusi. Eksekusi
adalah pelaksanaan putusan pengadilan yang sudah memiliki kekuatan hukum tetap.
Eksekusi akan dilakukan oleh Jaksa Penuntut Umum. Tapi bila salah satu pihak
keberatan dengan putusan tingkat pertama, maka bisa mengajukan banding. Untuk
meminta banding/kasasi, diperlukan dasar hukum dan alasan yang kuat. Untuk itu
sebaiknya minta nasihat dari pengacara bila ingin mengajukan banding atau kasasi.
Semua putusan hakim wajib ditulis dan bisa diakses oleh para pihak dan masyarakat
umum.
Upaya Hukum Setelah Keluar Putusan Pengadilan Negeri:
a.
Banding
Banding ke Pengadilan Tinggi (di tingkat Propinsi): bila jaksa atau terdakwa
atau kedua-duanya keberatan dengan putusan majelis hakim di pengadilan
negeri,maka mereka bisa mengajukan banding atas putusan tersebut ke pengadilan
tinggi.
b.
Kasasi
Kasasi: bila jaksa atau terdakwa atau kedua-duanya tetap keberatan dengan
putusan Pengadilan Tinggi, maka bisa dimintakan kasasi ke Mahkamah Agung (di
Yang harus diperhatikan bila kita menjadi tersangka, sebuah tindak pidana bila
terjadi tindak pidana:
Pertama, periksa prosedur penangkapan, tanyakan apa kesalahan yang
dituduhkan. Tanyakan surat perintah penangkapan, dan bacalah surat itu dengan teliti.
Surat penangkapan dikeluarkan oleh kantor polisi atau jaksa untuk kasus pidana
khusus.
Hubungi pengacara/lembaga bantuan hukum. Sekalipun kita memang
melakukan apa yang dituduhkan, kita tetap berhak atas bantuan/pendampingan
hukum.sebagaimana yang diatur pasal 37 sampai pasal 40
55(daftar LBH/pengacara
masyarakat bisa dilihat di kantor LBH atau posko bantuan hukum terdekat).
Proses pemeriksaan: kita boleh menolak memberi kesaksian selama proses
pemeriksaan bila belum didampingi oleh pengacara hukum.
Surat Perintah Penangkapan, minimal isinya memuat:
1. Identitas lengkap si tersangka
2.
Pelanggaran pasal/peraturan yang disangkakan
Lamanya masa penahanan untuk penyidikan dan persidangan.
1.
Penyidikan/Kepolisian 20 hari dapat ditambah 40 hari
2.
Penuntut Umum/Jaksa 20 hari dapat ditambah 40 hari lagi
3.
Persidangan tingkat pertama 30 hari dapat ditambah 60 hari lagi
4.
Persidangan tingkat banding 30 hari dapat ditambah 60 hari lagi
5.
Persidangan tingkat kasasi 50 hari dapat ditambah 60 hari lagi
Hak tersangka:
1.
Persidangan yang adil
55
2.
Didampingi oleh penasehat hukum
3.
Memperoleh berkas perkara dalam setiap tingkat pemeriksaan
4.
Tidak mengalami kekerasan atau tekanan.
Bagaimana Bila Anda Mengalami Kekerasan Fisik Selama Proses Penyidikan
segera Hubungi Keluarga Atau Pengacara Untuk Minta Visum Dokter Kalau Masa
Penahanan Yang Benar Tidak Dipatuhi Apa yang bisa dilakukan oleh korban atau
keluarga dan teman korban. Yang bisa dilakukan adalah mengajukan gugatan
praperadilan. Guga