• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) Di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Kupu-Kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) Di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG

WALAT

IRNAYANTI BAHAR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Keanekaragaman Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(3)

RINGKASAN

IRNAYANTI BAHAR. Keanekaragaman Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat. Dibimbingoleh TRI ATMOWIDI dan DJUNIJANTI PEGGIE

Kupu-kupu (Lepidoptera) dicirikan dengan sayap yang bersisik. Ordo Lepidoptera terdiri dari 47 superfamili dan 124 famili. Lepidoptera memiliki peranan penting dalam rantai makanan, dinamika populasi tanaman, sebagai predator, bioindikator kualitas lingkungan, dan penyerbuk tumbuhan. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat pada bulan September sampai November 2014. Pengamatan kupu-kupu dilakukan di empat tipe habitat, yaitu tegakan pinus, tegakan agatis, tegakan puspa, dan tegakan campuran dengan menggunakan metode scan sampling. Metode scan sampling dilakukan dengan survei di sepanjang jalur yang sudah ada di setiap tipe habitat. Metode Mark Release and Recapture (MRR) digunakan pada 21 spesies kupu yang mudah dikenal. Pengamatan keragaman kupu-kupu dilakukan selama 10 hari di setiap tipe habitat pada pagi hari pukul (08.00-11.00) dan pada siang hari pukul (13.00-16.00) WIB. Setiap individu yang diamati dicatat jumlah spesies dan individu.

Kupu-kupu superfamili Papilionoidea yang ditemukan di empat tipe habitat terdiri 68 spesies yang termasuk dalam 4 famili dan 13 subfamili. Berdasarkan hasil analisis Shannon-Wiener, keanekaragaman kupu-kupu yang

paling tinggi terdapat di tegakan pinus (H’=2,53), diikuti tegakan puspa

(H’=2.52), tegakan agatis (H’=2.50), dan tegakan campuran (H’=2.16). Spesies

kupu-kupu yang dominan di tegakan pinus ialah Eurema blanda, Tanaecia iapis, Hypolimnas bolina, Faunis canens, Mycalesis janardana dan Ypthima horsfieldi. Di tegakan agatis, kupu-kupu yang dominan adalah Eurema blanda, Tanaecia iapis, Doleschallia bisaltide, M. janardana, dan Y. horsfieldi. Di tegakan puspa, kupu-kupu yang dominan adalah E. blanda, Idiopsis vulgaris, T. iapis, Junonia iphita, M. janardana, dan Y. horsfieldi., sedangkan di tegakan campuran yaitu E. blanda, T. iapis, M. janardana, dan Y. horsfieldi. Spesies Loxura Atymnus ditemukan di Gunung Walat yang sebelumnya hanya dilaporkan di Nusa Kambangan. Spesies Troides helena juga ditemukan di Gunung Walat, spesies ini termasuk dalam lampiran II CITES dan merupakan spesies kupu-kupu di Jawa yang dilindungi. Berdasarkan metode MRR, dari 2343 individu kupu-kupu yang ditangkap dan ditandai, 51 kupu-kupu tertangkap kembali setelah 2-3 minggu kemudian. Spesies M. janardana yang diberi tanda di tegakan puspa tertangkap kembali di tegakan campuran. Hal ini menunjukkan M. janardana dapat menempuh jarak sekurang-kurangnya 500-600 meter.

(4)

tanaman yang paling sering dikunjungi kupu-kupu adalah C. hirta, Coffea canephora, G. linearis, S. wildenovii, Strobilanthes crispus, D. esculentum. Spesies tanaman yang paling sering dikunjungi kupu-kupu di tegakan campuran adalah L. camara, S. australis, dan Blechnum orientale. Volume dan kandungan gula nektar tumbuhan bervariasi. Volume nektar tanaman H. rosasinensis berkisar 8.1 µl, C. canephora berkisar 0.64 µl, dan L. camara berkisar 0.60 µl. Kandungan gula nektar tanaman H. rosasinensis berkisar 21 %, C. canephora berkisar 12.2 %, dan L. camara berkisar 10.57 %.

Dalam studi ini, kupu-kupu Losaria coon memiliki probosis paling panjang (25.75 mm), sedangkan E. blanda memiliki probosis paling pendek (11.11 mm). Tanaman yang memiliki mahkota yang paling panjang yaitu H. rosasinensis (21.51 mm), sedangkan yang paling pendek, yaitu V. cinerea (4.61 mm). Berdasarkan analisis korelasi Pearson, panjang probosis kupu-kupu berkorelasi positif dengan panjang mahkota bunga.

(5)

SUMMARY

IRNAYANTI BAHAR. Diversity of Butterflies Superfamily Papilionoidea (Lepidoptera) in Gunung Walat Education Forest, West Java. Supervised by TRI ATMOWIDI and DJUNIJANTI PEGGIE.

Butterflies (Lepidoptera) are characterized by scaly wings. Lepidoptera consist of 47 superfamilies and 124 families. Butterfly has various roles in the ecosystem, i.e. as a component of food chain, bioindicator of environmental quality, predator, and pollinator. This research was conducted in Gunung Walat Education Forest, Sukabumi, West Java from September until November 2014. Observations of butterflies were performed in four types of habitat, i.e. pine stands, agatis stands, puspa stands, and mix stands using scan sampling method in the morning (08.00-11.00) and afternoon (13.00-16.00). In each habitat, observations of butterfly were conducted in 10 days. Number of species and individual of butterflies were recorded. Mark Release and Recapture (MRR) was used for 21 species of butterflies that are easily recognized.

Butterflies found in four types of habitat consist of 68 species belong to 4 families and 13 subfamilies. Based on Shannon-Wiener diversity index, the

highest diversity of butterflies was in pine stands (H’=2.53), followed by puspa stands (H’=2.52), and agatis stands (H’=2.50). Dominant butterflies at pine stands

were E. blanda, T. iapis, H. bolina, F. canens, M. janardana, and Y. horsfieldi, research, T. helena, a protected species in Java, was also found. The species was is listed in the appendix 2 of CITES. Based on MRR method, 2.343 individuals of the butterflies were marked and released. Fifty one individuals of butterflies were recaptured after 2-3 weeks. Species M. janardana was marked in puspa stands and was recaptured in mix stands. It showed that this species can fly at least 500-600 meters.

In the pine stand, species of plants that were visited by butterflies were L. camara, S. australis, and S. rhombifolia, while in agatis stands were C. esculentum, D. esculentum, C. hirta, L. camara, G. linearis, S. wildenovii, and A. malabaricum. In puspa stands, the plants that were visited by butterflies were C. hirta, C. canephora, G. linearis, S. wildenovii, S. crispus, and D. esculentum,

(6)

mm). Corolla of H. rosasinensis (21.51 mm) was longer than of V. cinerea (4.61 mm).

Key words: Butterfly, diversity, Gunung Walat, volume and nectar concentration.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)

KEANEKARAGAMAN KUPU-KUPU SUPERFAMILI PAPILIONOIDEA (LEPIDOPTERA) DI KAWASAN HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG

WALAT

IRNAYANTI BAHAR

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2014 ialah Keanekaragaman Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Wala. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Tri Atmowidi, M.Si dan Djunijanti Peggie, MSc, PhD selaku Komisi Pembimbing yang telah memberikan saran dan arahannya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Direktur Hutan Pendidikan Gunung Walat yang telah memberikan izin penelitian dan kepada Direktorat Jenderal Tinggi (DIKTI) yang telah mendanai penelitian. Kepada ayahanda Baharuddin M.S.Sos dan ibunda St.Rahmah Wahab yang selalu mendoakan kesuksesan dan memberi motivasi kepada ananda, Harun Mulawarman S.Hi MA.Hk yang selalu menjadi inspirasi dan memberi semangat kepada penulis, serta seluruh keluarga, terimakasih atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 3

3 METODE 4

Deskripsi Lokasi Penelitian 4

Waktu dan Tempat 4

Metode Penelitian 5

Analisis Data 7

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 8

Hasil 8

Pembahasan 16

5 SIMPULAN DAN SARAN 19

Simpulan 19

Saran 19

DAFTAR PUSTAKA 20

(13)

DAFTAR TABEL

1 Spesies dan jumlah individu kupu-kupu di TPI (tegakan pinus), TAG

(tegakan agatis), TPU (tegakan puspa) dan TCA (tegakan campuran) 8 2 Matriks kesamaan kupu-kupu pada berbagai tipe habitat 11 3 Rata-Rata Nilai Parameter Lingkungan di tegakan pinus,tegakan agatis,

tegakan puspa dan tegakan campuran di Hutan Pendidikan Gunung Walat 11 4 Nilai korelasi Pearson jumlah individu kupu-kupu dengan parameter

lingkungan di empat lokasi penelitian 11

5 Tumbuhan nektar yang ditemukan di lokasi HPGW 12

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian kupu-kupu di kawasan HPGW 4 2 Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu: tegakan pinus (a), tegakan agatis (b), tegakan puspa (c), dan tegakan campuran (d). 6 3 Bunga tanaman nektar kupu-kupu yang diukur volume nektar dan kandungan

gula: L. camara (a), C. canephora (b), dan H. rosasinensis (c). 14 4 Volume nektar tanaman L. camara, H. rosasinensis, dan C. Canephora

berdasarkan waktu pengamatan. 15 5 Kandungan gula nektar tanaman L. camara, H. rosasinensis dan C. canephora

berdasarkan waktu pengamatan. 15

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha pelestarian lingkungan untuk mempertahankan keanekaragaman hayati menjadi topik utama dalam penelitian ekologi sepuluh tahun terakhir ini. Penelitian yang dilakukan berhubungan dengan kekayaan spesies dan analisis faktor lingkungan yang mempengaruhi spesies pada suatu habitat.

Kupu-kupu merupakan serangga yang termasuk ke dalam ordo Lepidoptera yang mempunyai sayap bersisik. Sisik memberi corak dan pola warna pada sayap, sehingga kupu-kupu sangat menarik (Peggie dan Amir 2006). Ordo Lepidoptera terdiri dari 47 superfamili dan 124 famili (Kristensen et al. 2007). Superfamili yang termasuk kupu-kupu, yaitu Papilionoidea dan Hesperioidea. Kupu-kupu superfamili Papilionoidea memiliki tubuh relatif ramping dengan antena yang berdekatan kanan dan kiri serta membesar di ujungnya. Superfamili Hesperioidea memiliki tubuh relatif lebih gemuk dengan antena berjauhan kanan dan kiri serta ujungnya bersiku (Peggie & Amir 2006). Superfamili Papilionoidea terdiri dari famili Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae, Riodinidae, dan Lycaenidae (Kristensen et al. 2007).

Kupu-kupu bisa ditemukan hampir pada semua tipe habitat jika terdapat tanaman nektar (Peggie dan Amir 2006). Perubahan habitat berpengaruh terhadap kelimpahan dan keanekaragaman kupu-kupu. Penyebaran dan banyaknya jumlah tanaman inang (host plant) juga mempengaruhi keragaman kupu-kupu (Cleary et al. 2004). Selain itu, aktivitas kupu-kupu juga di pengaruhi oleh suhu udara, intensitas cahaya (Efendi 2009), dan kecepatan angin (Sumah 2012).

Kupu-kupu dibedakan dengan ngengat (moth). Kupu- kupu bersifat diurnal (aktif pada siang hari), sedangkan ngengat bersifat nokturnal (aktif pada malam hari). Selain itu, kupu-kupu mempunyai bentuk serta corak warna yang lebih menarik dibandingkan ngengat (Stavenga et al. 2004).

Famili Papilionidae. Kupu-kupu famili ini kebanyakan memiliki warna yang menarik seperi merah, kuning, hijau yang di kombinasi dengan hitam dan putih. Ukuran kupu-kupu ini sedang sampai besar. Beberapa spesies mempunyai perpanjangan sudut sayap belakang membentuk seperti ekor. Banyak spesies kupu-kupu memiliki pola sayap jantan dan betina yang berbeda (sexual dimorphic). Pada umumnya, kupu-kupu betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dengan sayap lebih membulat (Peggie dan Amir 2006).

Famili Pieridae. Kupu-kupu famili ini kebanyakan memiliki warna kuning dan putih, namun ada juga yang memiliki warna oranye dengan sedikit hitam atau merah. Kupu-kupu ini mempunyai ukuran yang sedang dan tidak memiliki perpanjangan sayap seperti ekor. Beberapa spesies Pieridae mempunyai kebiasaan bermigrasi. Kupu-kupu betina memiliki warna yang lebih gelap dan mudah dibedakan dengan kupu-kupu jantan (Peggie dan Amir 2006).

(15)

sikat, biasanya terdapat pada kupu-kupu jantan yang menyebabkan kupu-kupu tersebut dikenal sebagai kupu-kupu bertungkai sikat (Peggie dan Amir 2006).

Famili Lycaenidae. Kupu-kupu famili ini kebanyakan memiliki ukuran tubuh yang kecil, warna biru, ungu, atau orange dengan bercak yang metalik, hitam, atau putih. Kupu-kupu jantan biasanya memiliki warna yang lebih terang dari pada kupu-kupu betina. Beberapa spesies mempunyai ekor yang merupakan perpanjangan sayap belakang. Spesies kupu-kupu dari famili Lycaenidae kebanyakan aktif pada siang hari dan di tempat yang terbuka (Peggie dan Amir 2006).

Kupu-kupu memiliki peranan yang penting dalam ekosistem hutan (Hammond et al. 2003). Lepidoptera memiliki peranan dalam rantai makanan, dinamika populasi tanaman, predator (Miller 2003), bioindikator kualitas lingkungan (Widhiono 2004), dan penyerbuk tumbuhan (Faegri 1971). Kupu-kupu adalah salah satu serangga yang mengisap nektar (Comba et al. 1999) yang merupakan sumber pakan untuk kupu-kupu dewasa (Herrera 1987). Nektar dihasilkan oleh kelenjar tumbuhan (Galetto dan Bernardello 2004), yang mengandung sukrosa dengan konsentrasi 20-25 % (Atluri et al. 2004). Selain sukrosa, nektar juga mengandung asam amino, protein, asam organik, fosfat, vitamin, dan enzim (Barth 1991). Selain nektar, beberapa spesies kupu-kupu juga mengisap polen, getah pohon, kotoran hewan, cairan mineral pada lumpur dan tanah yang lembab (Boggs dan Gilbert 1979; Herrera 1987). Tumbuhan memiliki konsentrasi dan volume gula nektar yang bervariasi (Vidal et al. 2006).

Kupu-kupu mempunyai alat mulut yang panjang (proboscis) (Abrol 2012) yang teradaptasi untuk pengambilan makanan berupa cairan (Krenn 2004; Abrol 2012; Kwauk 2012). Beberapa spesies kupu-kupu selektif mengunjungi tumbuhan berbunga sebagai sumber nektar (Tudor et al. 2004). Panjang mahkota bunga memberi pengaruh terhadap kupu-kupu saat mengunjungi bunga (Fahem et al. 2004). Panjang mahkota bunga membatasi eksploitasi nektar bagi kupu-kupu berkaitan dengan panjang probosisnya (Tiple et al. 2009).

Penelitian tentang kupu-kupu di Indonesia telah banyak dilakukan, diantaranya dilaporkan 150 spesies di Ujung Kulon (Peggie 2012), 132 spesies di Bodogol (Ruslan 2012), 161 spesies di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (Peggie & Harmonis 2014), 124 spesies di Nusa Kambangan (Peggie 2014a), 144 spesies di Taman Nasional Bantimurung (Sumah 2012), dan 113 spesies di Gunung Meja Papua (Panjaitan 2011).

Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) adalah hutan pendidikan yang dikelola oleh Fakultas Kehutanan IPB. Daerah ini terletak di wilayah Sukabumi dengan luas 359 Ha dan terdapat pada ketinggian 500-700 mdpl. Topografi kawasan ini sangat bervariasi mulai dari landai sampai bergelombang terutama di bagian selatan, sedangkan bagian utara mempunyai topografi yang semakin curam (Syaufina et al. 2007). Gunung Walat merupakan salah satu habitat yang baik untuk kupu-kupu, hal ini didukung oleh adanya beberapa ekosistem yang merupakan habitat kupu-kupu, seperti hutan dengan banyak jenis tanaman. Kupu-kupu memiliki ketergantungan dalam pencarian pakan pada berbagai tanaman.

(16)

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengukur keanekaragaman spesies kupu-kupu superfamili Papilionoidea di empat tipe habitat di Gunung Walat, yaitu tegakan pinus, tegakan agatis, tegakan puspa, dan tegakan campuran. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengamati tumbuhan penghasil nektar bagi kupu-kupu dan hubungan panjang probosis dengan mahkota bunga tanaman nektar.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi keragaman kupu-kupu pada habitat yang berbeda di HPGW, Sukabumi, Jawa Barat. Data keanekargaman kupu yang diperoleh dapat dijadikan dasar dalam usaha konservasi kupu-kupu serta habitatnya.

(17)

BAHAN DAN METODE

Pengamatan dan Koleksi Kupu-kupu Superfamil Papilionoidea

Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat pada bulan September sampai November 2014. Preservasi dan identifikasi spesimen dilakukan di Bagian Biosistematik dan Ekologi Hewan, Departemen Biologi, FMIPA, IPB, Bogor dan Laboratorium Entomologi, Bidang Zoologi, Puslit Biologi, LIPI, Cibinong. Pengamatan kupu-kupu dilakukan pada empat tipe habitat dengan menggunakan metode scan sampling. Metode scan sampling dilakukan dengan survei di sepanjang jalur yang ada di masing-masing tipe habitat. Metode Mark Release and Recapture (MRR) digunakan pada 21 spesies kupu-kupu yang mudah dikenali. Kupu-kupu ditangkap dan ditandai pada bagian sayapnya dengan menggunakan spidol marker, selanjutnya kupu-kupu dilepaskan kembali. Metode MMR dilakukan untuk mengurangi jumlah individu kupu-kupu yang dikoleksi, sehingga tidak mengganggu populasi di alam. Pengamatan keragaman kupu-kupu dilakukan sebanyak 10 hari di setiap tipe habitat pada pukul 08:00-11:00 dan 13:00-16:00 WIB. Setiap individu yang diamati dicatat di lembar pengamatan. Pengamatan kupu-kupu mencakup spesies dan jumlah individu. Pengukuran faktor lingkungan dilakukan selama pengamatan kupu-kupu dengan interval waktu 1 jam. Faktor lingkungan yang diukur meliputi kelembaban udara dan suhu lingkungan. Pengukuran kelembaban dan suhu lingkungan digunakan alat thermo-hygrometer.

Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di 4 tipe habitat (Gambar 1) yaitu, tegakan pinus, tegakan agatis, tegakan puspa, dan tegakan campuran. Deskripsi empat lokasi pengamatan keragaman kupu-kupu di kawasan HPGW sebagai berikut:

Tegakan Pinus. Secara geografis lokasi pengamatan berada di sekitar titik koordinat 06o54'93.6"S, 106o49'71.1"E dengan ketinggian 669 mdpl. Tegakan ini didominasi oleh tanaman pinus dengan tumbuhan herba terdiri dari Gynura crepidioides, Synedrella nodiflora, Verdonia cinerea (Goodeniaceae), Musa paradisiaca (Musaceae), Pandanus tectoris (Pandanaceae), Diplazium esculentum (Athyriaceae), Amorphophallus variabilis (Araceae), Clidemia hirta, Melastoma malabathricum (Melastomataceae), Hibiscus rosasinensis, Kleinhovia hospita, Sida rhombifolia, Urena lobata (Malvaceae), Thevetia peruviana (Apocynaceae), Isotoma longiflora (Campanulaceae), Costus speciosus (Zingiberaceae),

Orthosiphon spicatus (Lamiaceae). Austroeupatorium inulaefolium dan

Chromolaena odorata (Asteraceae), Calliandra calothyrsus, Centrosema plumieri, Desmatus virgatus, Flemingia macrophylla dan Mimosa pudica (Fabaceae) (Gambar 2).

(18)

Selaginella wildenovii (Selagillaceae), Gleichenia linearis (Gleicheniaceae), D. esculentum (Athyriaceae), P. tectoris (Pandanaceae), Aneilema malabaricum (Commelinaceae), Colocasia esculentum (Araceae), Ananas comosus (Bromeliaceae), M. paradisiaca (Musaceae), C. speciosus (Zingiberaceae), C.

hirta, M. malabathricum (Melastomataceae), Galinsoga parviflora, G.

crepidioides, S. nodiflora, Tagetes erecta, Tithonia diversifolia, dan V. cinerea (Goodeniaceae) (Gambar 2).

Tegakan puspa. Secara geografis lokasi pengamatan berada di sekitar koordinat 06o54'76.8 "S, 06o49'14.1"E dengan ketinggian 578. Tegakan ini didominasi oleh tanaman puspa dengan tanaman herba yang terdiri dari C. canephora (Rubiaceae), S. nodiflora, V. cinerea (Goodeniaceae), L. camara (Verbenaceae), Selaginella wildenovii (Selagillaceae), G. linearis (Gleicheniaceae), D. esculentum (Athyriaceae), Stenochlaena palustris (Blechnaceae), A. malabaricum (Commelinaceae), A. variabilis, C. esculentum (Araceae), Eucharis amazonica (Liliaceae), C. spesiosus (Zingiberaceae), Nymphaea stellata (Nimphaeaceae), S. rhombifolia, U. lobata (Malvaeae), C. hirta, M. malabathricum (Melastomataceae), O. spicatus (Lamiaceae), C. calothyrsus (Fabaceae), dan A. inulaefolium (Asteraceae) (Gambar 2).

Tegakan campuran. Secara geografis lokasi pengamatan berada di sekitar koordinat 06o54'566"S, 106o49'101"E dengan ketinggian 689. Tegakan ini didominasi oleh tanaman pinus, agatis, dan puspa. Tumbuhan herba yang terdiri dari M. pudica (Fabaceae). Blechnum orientale, Stenochlaena palustris (Blechnaceae), P. tectoris (Pandanaceae). A. malabaricum (Commelinaceae), S. rhombifolia, dan U. lobata (Malvaceae) (Gambar 2).

(19)

a b

c d

Gambar 2 Gambaran lokasi pengamatan kupu-kupu di HPGW: tegakan pinus (a), tegakan agatis (b), tegakan puspa (c), dan tegakan campuran (d).

Pengamatan tumbuhan nektar dan pengukuran mahkota bunga dan probosis kupu-kupu

Semua tumbuhan yang dikunjungi kupu-kupu diamati, didokumentasi, dan diidentifikasi berdasarkan Hanum & Maesea (1997) dan Steenis (1998). Spesies kupu-kupu yang berkunjung pada bunga juga dicatat. Sebanyak 10 spesies tumbuhan nektar yang dikunjungi kupu-kupu diukur panjang mahkota bunga. Panjang probosis kupu-kupu yang mengunjungi bunga juga diukur. Pengukuran panjang probosis kupu-kupu dan panjang mahkota bunga digunakan jangka sorong. Tumbuhan yang diukur volume dan kandungan gula nektarnya, yaitu L. camara, H. rosasinensis dan C. canephora. Volume nektar diukur dengan dengan

menggunakan mikropipet 0.5 μl, sedangkan pengukuran konsentrasi gula nektar dilakukan dengan menggunakan refractometer (skala brix 0 - 33 %). Pengukuran volume nektar dilakukan dengan memasukkan mikropipet ke dasar bunga. Pengukuran kandungan gula nektar dilakukan dengan meletakkan nektar di atas kaca refractometer dan diteropong ke arah cahaya.

Preservasi dan Identifikasi Kupu-Kupu

Kupu-kupu yang dikoleksi dengan jaring serangga dimatikan dengan cara ditekan bagian toraknya dan dimasukkan ke dalam kertas papilot. Kupu-kupu disimpan di dalam kotak yang telah dimasukkan kapur barus. Selanjutnya

(20)

spesimen dibawa ke Laboratorium Entomologi Bidang Zoologi Puslit Biologi LIPI Cibinong untuk perentangan dan identifikasi. Untuk memudahkan dalam perentangan, maka spesimen yang tersimpan kering, dilembabkan dengan cara dimasukkan ke dalam desikator. Spesimen dikeluarkan dari kertas papilot kemudian dipinning dengan menggunakan jarum serangga (insect pin) yang ditusukkan secara vertikal pada bagian tengah torak dan spesimen direntangkan di atas papan perentang. Setelah dipinning spesimen dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 400C-500C selama dua minggu. Setelah kering, spesimen disimpan dalam kotak spesimen yang telah diberi kapur barus. Spesimen yang telah dipreservasi, didokumentasi dan diidentifikasi berdasarkan Yata (1981), Morishita (1981), Aoki et al. (1982), Tsukada dan Nishiyama (1982), Tsukada (1985, 1991), Seki et al. (1991), dan Fleming (1975).

Analisis Data

Kupu-kupu yang telah diidentifikasi dikelompokkan berdasarkan tipe habitatnya dan dianalisis indeks keanekaragaman Shannon-Wienner (H’), dan indeks kemerataan (evenness) (E) (Magurran 1988). Hubungan antara panjang probosis kupu-kupu dan panjang mahkota bunga yang dikunjunginya dianalisis dengan korelasi Pearson dan nilai signifikansi dengan menggunakan program R versi 3.1.2. Indeks kesamaan Bray-Curtis digunakan untuk analisis kesamaan komunitas kupu-kupu antar habitat, dengan menggunakan program Paleontological Statistics (PAST) versi 2.17c.

(21)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Keanekaragaman Kupu-kupu

Jumlah famili kupu-kupu yang ditemukan di tegakan pinus, tegakan agatis, tegakan puspa dan tegakan campuran sebanyak 4 famili dalam 13 subfamili dan 68 spesies (Gambar 1). Total individu kupu-kupu yang dicatat adalah 3178 individu (Tabel 1). Berdasarkan hasil analisis Shannon-Wiener, keanekaragaman kupu-kupu yang paling tinggi terdapat di tegakan pinus (H’= 2,53), diikuti

tegakan puspa (H’= 2.52), tegakan agatis (H’= 2.50) dan tegakan campuran (H’=

2.16).

(22)
(23)

Famili Jumlah Individu

Jumlah spesies yang ditemukan setiap habitat bervariasi, yaitu di tegakan pinus (44 spesies), tegakan agatis (43 spesies), tegakan puspa (40 spesies), dan tegakan campuran (37 spesies). Komposisi spesies pada masing-masing habitat juga berbeda, yaitu tegakan pinus didominasi oleh E. blanda, T. iapis, H. bolina, F. canens, M. janardana, dan Y. horsfieldi. Tegakan agatis didominasi oleh E. blanda, T. iapis, D. bisaltide, M. janardana, dan Y. horsfieldi. Tegakan puspa didominasi oleh E. blanda, I. vulgaris, T. iapis, J. iphita, M. janardana, dan Y. horsfieldi. Tegakan campuran didominasi oleh E. blanda, T. iapis, M. janardana, dan Y. horsfieldi. Spesies yang hanya ditemukan satu kali selama pengamatan pada masing-masing habitat yaitu, C. pomona, A. olferna, D. belisama, D. hyparete, A. selenophora, H. anomala, A. phidippus, E. hypermnestra, E. silvester, L. Minerva, S. vivarna, N. leucoporos, T. clarissa, A. eumolphus, C. athamas, C. pandava, dan P. dubiosa. Jumlah individu paling banyak ditemukan di tegakan puspa (871 individu), diikuti tegakan campuran (836 individu), tegakan puspa (778 individu), dan tegakan agatis (693 individu)

Kesamaan komunitas kupu-kupu tertinggi terjadi antara tegakan campuran - tegakan pinus (0.75) dan terendah antara tegakan puspa - tegakan pinus (0.54) (Tabel 2).

(24)

Tabel 2. Matriks kesamaan Bray-Curtis kupu-kupu pada empat tipe habitat di HPGW.

Tegakan

Habitat Pinus Agatis Puspa Campuran

Pinus

Agatis 0.71

Puspa 0.54 0.6

Campuran 0.75 0.63 0.62

Hasil pengukuran parameter lingkungan menunjukkan bahwa di tegakan pinus mempunyai suhu rata-rata 27.45°C dan kelembaban 68.82%. Tegakan agatis mempunyai suhu rata-rata 28.22°C, kelembaban 69.46 %, tegakan puspa mempunyai suhu rata-rata 28.16°C dan kelembaban 66.65%. Tegakan campuran mempunyai suhu rata-rata 27.8 °C dan kelembaban 66.74. Berdasarkan analisis korelasi Pearson, kelembaban udara da suhu udara tidak berkorelasi dengan jumlah individu kupu-kupu (r= 0.94, p= 0.05 dan r=0.01, p= 0.88) (Tabel 4).

Tabel 3. Rata-rata nilai parameter lingkungan di tegakan pinus,tegakan agatis, tegakan puspa dan tegakan campuran di Hutan Pendidikan Gunung Walat.

Lokasi Suhu udara (°C) Kelembaban (%)

Tegakan pinus 27.45 68.82

Tegakan agatis 28.22 69.46

Tegakan puspa 28.16 66.65

Tegakan campuran 27.8 66.74

Tabel 4. Nilai korelasi Pearson antara jumlah individu kupu-kupu dengan parameter lingkungan di empat lokasi penelitian.

Parameter

lingkungan Jumlah individu kupu-kupu

r Nilai p

Suhu -0.0115 0.885

Kelembapan -0.946 0.054

(25)

Tumbuhan Nektar dan Panjang Mahkota Bunga dan Probosis Kupu-kupu

Hasil pengamatan selama penelitian terdapat 44 spesies tumbuhan nektar yang dikunjungi kupu-kupu yang termasuk ke dalam 25 famili (Tabel 5).

Tabel 5. Tumbuhan nektar yang dikunjungi kupu-kupu yang ditemukan di Lokasi Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. TPI= Tegakan pinus, TAG= Tegakan Agatis, TPU= Tegakan campuran, TCA= Tegakan campuran.

Famili dan spesies Nama lokal Spesies kupu-kupu TPI TAG TPU TCA

tumbuhan

Acanthaceae

Strobilanthes crispus Pecah beling J. iphita, M. janardana,

Apocynaceae

Thevetia peruviana Ki hujan D. bisaltide

Araceae

Amorphophallus variabilis Kembang bangke D. bisaltide √ √

Colocasia esculentum Tales T. iapis √ √

Asteraceae

Austroeupatorium inulaefolium Babanjaran T. iapis, J. iphita √ √ Chromolaena odorata Ki rinyuh I. vulgaris, D. bisaltide

Athyriaceae

Isotoma longiflora Sangkobak J. iphita

Commelinaceae

Calliandra calothyrsus Caliandra Junonia iphita √ √

Centrosema plumieri Kacang katropong E. blanda √ √ Desmatus virgatus Asam-asaman P. helenus,P. karna

Flemingia macrophylla Hahapaan Papilio helenus

Mimosa pudica Putri malu E. blanda √ √ √

(26)

Famili dan spesies Nama lokal Spesies kupu-kupu TPI TAG TPU TCA

tumbuhan

Gleicbeniaceae

Gleichenia linearis Paku garpu T. iapis, J. iphita

Goodeniaceae

Emilia sonchifolia Centongan Y. horsfieldi

Galinsoga parviflora Jukut seminggu M. janardana, J. iphita

Gynura crepidioides Jombloh E. blanda

Synedrella nodiflora Babadotan E. blanda, M. janardana √ √ √ √

Tagetes erecta Kenikir J. iphita

Tithonia diversifolia Kembang bulan D. bisaltide

Verdonia cinerea Sawi langit E. blanda

Kleinhovia hospita Tengkele P. helenus, T. iapis

Sida rhombifolia Sida guri E. blanda

Urena lobata Pulutan E. blanda, M. janardana

Melastomataceae

Clidemia hirta Harendong T. iapis, N. hylas, M.janardana √ √ √ √

Melastoma malabathricum Harendong P. hordonia pardus,

D.melanippus √ √ √

Musaceae

Musa paradisiaca Pisang H. bolina

Nimphaeaceae

Nymphaea stellata Tarate Junonia iphita

(27)

Famili dan spesies Nama lokal Spesies kupu-kupu TPI TAG TPU TCA

tumbuhan

Lantana camara Cente I. vulgaris, D.melanippus

E.mulciber, L.coon, D. aspasia

Stachytarpheta australis Jarong A. olferna

Zingiberaceae

Costus speciosus Pacing T. iapis √ √ √

Berdasarkan hasil pengamatan, spesies tumbuhan yang paling sering dikunjungi oleh kupu-kupu di tegakan pinus adalah L. camara, S. australis, dan S. rhombifolia. Di tegakan agatis spesies tanaman yang paling sering dikunjungi adalah C. esculentum, D. esculentum, C. hirta, L. camara, G. linearis, S. wildenovii, dan A. malabaricum. Di tegakan puspa spesies tanaman yang paling sering dikunjungi adalah C. hirta, C. canephora, G. linearis, S. wildenovii, S. crispus, dan D. esculentum. Spesies tanaman yang paling sering dikunjungi kupu-kupu di tegakan campuran adalah L. camara, S. australis, dan B. orientale.

Spesies tumbuhan berbunga yang diukur volume nektarnya adalah L. camara, H. rosasinensis, dan C canephora (Gambar 3). Volume nektar tanaman L. camara berkisar 0.41 - 0.98 µl, H. rosasinensis berkisar 5.1-14 µl, C. canephora berkisar 0.4-1 µl (Gambar 4). Kandungan gula nektar L. camara berkisar 5.62-17.25 %, H. rosasinensis berkisar 19.5-23 %, C. canephora berkisar 6.5-24.5 % (Gambar 5). Nektar yang disekresikan oleh spesies tumbuhan tinggi pada pagi hari (pukul 07.00-10.00) dan menurun pada siang hari (pukul 13.00-16.00).

a b c Gambar 3. Bunga tanaman pakan kupu-kupu yang diukur volume nektar dan

kandungan gula: L. camara (a), C. canephora (b), dan H. rosasinensis (c).

(28)

Gambar 4. Volume nektar tanaman L. camara, H. rosasinensis, dan C. canephora berdasarkan waktu pengamatan.

Gambar 5. Kandungan gula nektar tanaman L. camara, H. rosasinensis dan C. canephora berdasarkan waktu pengamatan.

(29)

Gambar 6. Hubungan antara panjang probosis kupu-kupu dan panjang korola bunga.

Pembahasan

Keanekaragaman Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea

Jumlah spesies kupu-kupu superfamili Papilionoidea yang ditemukan di empat tipe tegakan sebanyak 68 spesies. Berdasarkan hasil analisis Shannon-Wiener, keanekaragaman kupu-kupu yang paling tinggi terdapat di tegakan pinus

(H’= 2,53), sedangkan yang paling rendah di tegakan campuran (H’= 2,16).

Rendahnya keanekaragaman kupu-kupu pada tegakan campuran diduga dipengaruhi oleh adanya kebakaran di lokasi tersebut yang terjadi pada saat penelitian yaitu di bulan September 2014. Kebakaran hutan mempengaruhi keanekaragaman spesies kupu-kupu pada suatu habitat (Palei 2014). Kupu-kupu tidak dapat bertahan lama pada habitat yang terganggu (Kunte 2001; Fordjour et al. 2015 ). Jumlah spesies kupu-kupu yang ditemukan di HPGW (68 spesies), lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian pada kawasan lainnya di Jawa, yaitu di Bodogol (132 spesies) (Ruslan 2012), di Taman Nasional Gunung-Halimun Salak (161 spesies) (Peggie & Harmonis 2014), dan di Nusa Kambangan (124 spesies) (Peggie 2014a). Jumlah spesies kupu-kupu hasil penelitian ini juga lebih sedikit dibandingkan yang telah dilaporkan di luar Jawa, yaitu di Gunung Sago Sumatra Barat (184 spesies) (Rusman 2015), di Taman Nasional Bantimurung (144 spesies) (Sumah 2012), dan di Gunung Meja Papua Barat (113 spesies) (Panjaitan 2011). Perbedaan jumlah spesies pada lokasi tersebut kemungkinan disebabkan karena perbedaan vegetasi lokasi penelitian dan waktu penelitian.

(30)

kupu-kupu. Selain itu, pada tegakan puspa juga terdapat sungai yang merupakan salah satu sumber mineral bagi kupu-kupu.

Tegakan puspa memiliki nilai kemerataan paling tinggi. Semakin tinggi nilai kemerataan, maka spesies kupu-kupu tersebar lebih merata dan tidak ada spesies yang terlalu dominan (Magurran 1988). Nilai kemerataan kupu-kupu pada tegakan campuran lebih rendah karena adanya beberapa spesies yang dominan yaitu, E. blanda, T. iapis, M. janardana dan Y. horsfieldi.

Berdasarkan pengamatan, kupu-kupu famili Nymphalidae ditemukan dengan jumlah spesies paling banyak. Famili Nymphalidae merupakan famili yang mempunyai jumlah spesies terbesar dan memiliki penyebaran yang luas dibandingkan dengan famili lain. Jumlah spesies yang besar dipengaruhi oleh kesesuaian kondisi lingkungan dan ketersediaan pakan yang memungkinkan spesies tersebut ditemukan pada semua tipe habitat. Famili Nymphalidae juga dilaporkan dominan di beberapa lokasi, seperti di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Efendi 2009), di Kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja (Panjaitan 2011), di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi (Ruslan 2012) dan di Hutan Lindung Himalaya Barat, India (Joshi dan Arya 2007). Jumlah spesies kupu-kupu yang tinggi dalam famili Nymphalidae karena adanya tumbuhan pakan yang beragam di lokasi penelitian dan mendukung kehidupannya, seperti tanaman dari famili Fabaceae, Asteraceae, Malvaceae, dan Verbenaceae.

Sembilan belas spesies kupu-kupu ditemukan di keempat tegakan, yaitu P. helenus, E. blanda, E. hebace, L. nina, T. iapis, C. erymanthis, P. aspasia, D. bisaltide, E. mulciber, F. canens, H. bolina, I. vulgaris, J. iphita, L. confusa, M. leda, M. horsfieldi, M. janardana, N. hylas, Y. horsfieldi. Spesies kupu-kupu Sedangkan di tegakan campuran hanya ditemukan spesies L. atymnus.

Empat puluh tujuh spesies kupu-kupu yang ditemukan di Gunung Walat juga ditemukan di Gunung Halimun-Salak (Peggie dan Harmonis 2014). Dua puluh satu spesies di Gunung Walat tidak ditemukan di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dan 114 spesies kupu-kupu Gunung Halimun-Salak, tidak ditemukan di Gunung Walat. Perbedaan keanekaragaman tersebut dapat disebabkan adanya perbedaan jangka waktu penelitian, kondisi habitat, dan kemungkinan beberapa spesies tidak dalam stadium dewasa pada saat pengamatan. Kupu-kupu L. atymnus juga ditemukan dalam penelitian ini yang sebelumnya hanya dilaporkan di Nusa Kambangan (Peggie 2014a). Spesies yang hanya ditemukan pada satu atau dua lokasi saja dapat menunjukkan bahwa lokasi tersebut mempunyai nilai yang istimewa (Peggie 2014a). Spesies T. helena juga ditemukan di Gunung Walat dan spesies ini termasuk dalam lampiran II CITES. Spesies ini adalah salah satu dari lima spesies kupu-kupu di Jawa yang dilindungi (Peggie 2011). Kupu-kupu T. helena bersifat monofag karena hanya bisa meletakkan telurnya pada tanaman Aristolochia tagala, sehingga kupu-kupu ini rentan punah (Ngatimin et al. 2014).

(31)

Berdasarkan metode MRR, sebanyak 2343 individu kupu-kupu ditangkap, ditandai, dan dilepas kembali dan sebanyak 835 individu dikoleksi. Dari jumlah individu yang dilepas, sebanyak 51 individu kupu-kupu tertangkap kembali setelah 2-3 minggu kemudian. Spesies M. janardana yang diberi tanda di tegakan puspa tertangkap kembali di tegakan campuran. Hal ini menunjukkan M. janardana dapat menempuh jarak sekurang-kurangnya 500-600 meter. Hal ini sesuai dengan pengamatan Sutcliffe et al. (1997) terhadap beberapa spesies kupu-kupu di Inggris. Jarak ini tidak terlalu jauh dibandingkan dengan jarak tempuh yang dilakukan kupu-kupu Danaus plexippus yang bermigrasi dari Kanada ke Meksiko (Urquhart 1978).

Tumbuhan nektar dan pengukuran mahkota bunga dan probosis kupu-kupu

Kelimpahan spesies kupu-kupu pada suatu habitat dipengaruhi oleh ketersediaan tanaman pakan (Borkar 2004; Dayananda 2014). Pada pengamatan ini, diamati 44 spesies tumbuhan dalam 25 famili yang dikunjungi kupu-kupu. Volume nektar yang paling tinggi terdapat pada tanaman H. rosasinensis (5.1-14

μL), sedangkan paling rendah pada tanaman L. camara (0.41-0.98 μL). Penelitian mengenai volume dan konsentrasi gula nektar tumbuhan telah banyak dilakukan. Volume nektar Allium ursinum berkisar 0.1-3.8 μL per bunga dan konsentrasi gula nektar berkisar 25-50% (Farkas et al. 2012). Konsentrasi gula nektar beberapa spesies tumbuhan Ipomoea berkisar antara 18-49% dan volume nektarnya 12-50

μL (Galetto dan Bernardello 2004). Tumbuhan Cucurbita pepo memiliki volume nektar berkisar 18-79 μL dengan konsentrasi gula berkisar antara 35%-50% (Vidal et al. 2006). Tumbuhan Ixora javanica memiliki volume nektar berkisar 3.1-8.6 μL dengan kandungan nektar berkisar antara 8- 22% (Rusman 2015). Tidak semua tumbuhan memiliki kandungan gula nektar yang tinggi (Tacuri et al. 2012). Faktor internal dan eksternal mempengaruhi nektar yang disekresikan oleh tumbuhan. Faktor internal meliputi morfologi (struktur bunga) dan fisiologi bunga, sedangkan faktor eksternal meliputi kondisi iklim mikro dan sifat tanah (Galetto & Bernardello 2004, Cantoa et al. 2011). Pada penelitian ini, nektar disekresikan dengan volume tinggi di pagi hari dan menurun pada siang hari. Rendahnya volume nektar pada sore hari disebabkan karena nektar pada pagi hari kemungkinan sudah diambil oleh serangga lain atau telah terjadi penguapan. Hal ini sesuai dengan penelitian Efendi (2009) di Gunung Halimun-Salak bahwa terjadi sekresi nektar tinggi di pagi hari pada tumbuhan I. platypetala, T. rhomboidea, C. calothyrsus dan A. pulcher.

Kupu-kupu mengisap nektar dengan menggunakan probosisnya dan dalam proses ini kupu-kupu membantu penyerbukan tanaman (Bauder 2011; Peggie 2014b). Kupu-kupu yang memiliki probosis panjang dapat mengisap nektar yang letaknya cukup dalam pada bunga (Kunte 2001; Bauder 2011). Bunga H. rosasinensis memiliki mahkota paling panjang (21.51 mm) dan bunga ini hanya dikunjungi oleh kupu-kupu L. coon yang memiliki probosis panjang (25.75 mm). Berdasarkan analisis korelasi Pearson, panjang probosis kupu-kupu berkorelasi positif dengan panjang mahkota bunga. Hal ini sesuai dengan laporan Rusman (2015) di Gunung Sago Sumatra Barat, bahwa panjang probosis kupu-kupu mempunyai korelasi yang positif dengan panjang mahkota bunga.

(32)

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Sebanyak 68 spesies kupu-kupu ditemukan di Gunung Walat. Keanekaragaman kupu-kupu yang paling tinggi di tegakan pinus dan paling rendah di tegakan campuran. Spesies kupu-kupu yang mendominasi di tegakan pinus, yaitu E. blanda, T. iapis, H. bolina, F. canens, M. janardana dan Y. horsfieldi. Di tegakan agatis didominasi oleh kupu-kupu E. blanda, T. iapis, D. bisaltide, M. janardana, dan Y. horsfieldi. Di tegakan puspa didominasi oleh kupu-kupu E. blanda, I. vulgaris, T. iapis, J. iphita, M. janardana, dan Y. horsfieldi. Sedangkan di tegakan campuran didominasi oleh E. blanda, T. iapis, M. janardana, dan Y. horsfieldi. Berdasarkan metote MRR, M janardana dapat menempuh jarak sekurang-kurangnya 500-600 m. Dalam penelitian ini juga ditemukan kupu-kupu T. helena yang merupakan kupu-kupu dilindungi di Indonesia. Volume nektar tanaman L. camara berkisar 0.41 - 0.98 µl dengan kandungan gula berkisar 5.62-17.25 %. Volume nektar tanaman H. rosasinensis berkisar 5.1-14 µl dengan kandungan gula berkisar 19.5-23 %. Volume nektar tanaman C. canephora berkisar 0.4-1 µl dengan kandungan gula berkisar 6.5-24.5 % Nektar yang disekresikan oleh tiga spesies tumbuhan tinggi dipagi hari (17.25-24.5%) dan menurun di siang hari (5.62-6.5%). Panjang probosis kupu-kupu berkorelasi positif dengan panjang mahkota bunga.

Saran

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Abrol DP. 2012. Pollination Biology: Biodiversity conservation and Agricultural Production. Jammu (IN): Springer.

Atluri JB, Ramana SPV, Reddi CS. 2004. Ecobiology of the tropical Pierid butterfly Catopsilla pyranthe. Curr Sci 86: 457-461.

Aoki T, Yamaguchi S, Uemura Y. 1982. Satyridae, Libytheidae. Di dalam: Neotropical butterfly Eurybia lycisca (Riodinidae): Proboscis morphology and flower handling. Arthrop Struct & Develop 40: 122-127.

Boggs CL, Gilbert LE. 1979. Male contribution to egg production in Butterflies: Evidence for Transfer of Nutrients at mating. Science 206:83-84.

Borkar MR, Komarpant N. 2004. Diversity, abundance, and habitat associations of butterfly species in Bondla wildlife sanctuary of Goa, India. Zoo pr 19(10): 1648-1653.

Cantoa A, Herrera CM, Garcia M, Perez R, Vaz M. 2011. Intraplant variation in nectar traits in Helleborus foetidus (Ranunculaceae) as related to floral 29 phase, environmental conditions and pollinator exposure. Flora. 206:668– 675.

Cleary DFR, Genner MJ. 2004. Changes in rain forest butterfly diversity following major ENSO-induced fires in Borneo. Glob Ecol Biog 13:129-140.

Comba L, Corbet SA, Hunt L, Warren B. 1999. Flower, nectar and insect visit: evaliating British plant species for pollinator-friendly garden. Ann Biol 83: 369-383.

Dayananda GY. 2014. Diversity of butterfly fauna in and around Gudavi bird sanctuary, Sorab, Karnataka. J Entomol & Zool Stud 2 (5): 376-380. Efendi MA. 2009. Keragaman kupu-kupu (Lepidoptera: Ditrysia) di kawasan

”hutan koridor” Taman Nasional Gunung Halimun-Salak Jawa Barat [Tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Faegri K, Pijl FL. 1971. The principles of pollination ecology. Ecol Soc America. 53:

984-986.

Fahem M, Aslam M, Razaq M. 2004. Pollination ecology with special reference to insects - a review. J re Sci 15:395-409.

Farkas A, Molna R, Morschhauser, Hahn I. 2012. Variation in nectar volume and sugar concentration of Allium ursinum L. ssp. ucrainicum in three habitats. Scient World J.

Fleming WA. 1983. Butterflies of West Malaysia and Singapore. Second Edition. Kuala Lumpur: Longeman.

(34)

Galetto L, Bernardello. 2004. Floral nectaries, nectar production dynamics and chemical composition in six ipomoea species (Convolvulaceae) in relation to pollinators. Annals Botany 94:269–280.

Hammond PC, Miller JC, 2003. Lepidoptera op the Pasific Northwest: Caterpillars and advie. Fh 03-11.

Hanum F, Maesea VD. 1997. Prosea Plant Resources of South East Asia II: Bogor, Indonesia.

Herrera CM, 1987. Components of pollinator "quality": comparative analysis of a diverse insect assemblage. Oikos 50: 79-70.

Joshi PC, Arya, M. 2007. Butterfly communities along altitudinal gradients in a protected forest in the Western Himalayas, India. Nat Hist J Chulalongkorn University. 7: 1-9.

Krenn HW, Kristensen NP. 2004. Evolution of proboscis musculature in Lepidoptera. Eur J Entomol. 101: 565–575.

Kristensen NP, Scoble MJ, Karsholt O. 2007. Lepidoptera phylogeny and systematics. Zootaxa. 1688: 699-747.

Kunte K. 2001. Butterfly diversity of pune city along the human impact gradient. J Ecol Soc. 13: 40-45.

Kwauk KJ, 2012. Fluid uptake by the lepidopteran proboscis in relation to structure. Thesis. Graduate School of Clemson Universty.

Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton New Jersey (US): University Press.

Miller JC, Hammond PC. 2003. Lepidoptera op the Pasific Northwest: Caterpillars and aduls. Fht 03-11.

Morishita K. 1981. Danaidae. Di dalam: Tsukada E, editor. Butterflies of the South East Asian Islands. II. Japan: Plapac Co. Ltd. p 500.

Ngatimin SNA, Saranga AP, Agus N, Achmad A, Ridwan I. 2014. Two Artificial Diet Formulations For Troides Helena Linne Larvae (Lepidoptera : Papilionidae) In Bantimurung-Bulusaraung National Park, South Sulawesi. InternationJ Scient & Technol Reserch 3: 2277-8616.

Panjaitan R. 2011. Komunitas kupu-kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di kawasan Hutan Wisata Alam Gunung Meja, Manokwari, Papua Barat[Tesis]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Palei NC, Rath BP. 2014. Butterflies Diversity of Sunabeda Wildlife Sanctuary, Odisha, India. J Entomol & Zool Stud 2 (2): 39-44.

Peggie D. 2011. Precious and Protected Indonesian Butterflies. Jakarta (ID): PT Binamitra Megawarna. Garden. Cibinong (ID): Bidang Zoologi Pusat Penelitian Biologi LIPI. Peggie D. 2014a. Diversitas dan Pentingnya Kupu-kupu Nusa Kambangan (Jawa,

Indonesia). J Zoo Indonesia 23- 01.

Peggie D. 2014b. Mengenal Kupu-kupu. Pandu Aksara.

(35)

Peggie D & Harmonis. 2014. Butterflies of Gunung Halimun-Salak National Park, Java, Indonesia, with an Overview of the Area Importance. Treubia 41: 17- 30.

Ruslan H, 2012. Komunitas Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea di Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rusman R. 2015. Kupu-kupu (Lepidoptera: Papilionoidea) di Gunung Sago, Sumatera Barat: Keanekaragaman dan Preferensi Kunjungan pada Bunga. [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Seki Y, Takanami Y, Otsuka K. 1991. Butterflies of Borneo. Lycaenidae. Vol. 2, No. 1. Japan (JP): Tobishima Corp.

Sumah ASW. 2012. Biodiversitas kupu-kupu Superfamili Papilionoidea (lepidoptera) di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan [Tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Stavenga DG, Stowe S, Siebke K, Zeil K, Arikawa K. 2004. Butterfly wing

colours: scale beads make white pierid wings brighter. Proc R Soc Lond B 271: 1577–1584.

Steenis V. 1988. Flora. PT Pradnya Paramita: Jakarta.

Sutcliffe OL, Thomas CD, Peggie D. 1997. Area-dependent migration by ringlet butterflies generates a mixture of patchy population and metapopulation attributes. Oecologia 109:229– 234.

Syaufina L, Farikhah H, Asri B. 2007. Keanekaragaman arthopoda tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Media Konservasi 12. 57-66.

Tacuri JC, Berjano R., Guerrero G, Figueroa ME, Tye A, Castillo JM. 2012. Nectar Production by Invasive Lantana camara and Endemic L. peduncularis in the Galápagos Islands. Pacific Sci 66(4):1-23.

Tiple AD, Khurada AM, Roger L.H. Dennis RLH. 2009. Adult butterfly feeding– nectar flower associations: constraints of taxonomic affiliation, butterfly, and nectar flower morphology. J Natur Hist 43:855-884.

Tsukada E, Nishiyama Y. 1982. Papilionidae. Di dalam: Tsukada E, editor. Butterflies of the South East Asian Islands. I. Tokyo (JP): Plapac Co., Ltd. p 457.

Tsukada E. 1985. Nymphalidae (I). Di dalam: Tsukada E, editor. Butterflies of the South East Asian Islands. IV. Tokyo (JP): Plapac Co., Ltd. p 558.

Tsukada E. 1991. Nymphalidae (II). Di dalam: Tsukada E, editor. Butterflies of the South East Asian Islands. V. Japan: Plapac Co. Ltd. p 576.

Tudor O, Dennis RLH, Greatorex-Davies JN, Sparks TH. 2004. Flower preferences of woodland butterflies in the UK: nectaring specialists are species of conservation concern. Biol Conserv 119:397-403.

Urquhart FA, Urquhart NR. 1978. Autumnal migration routes of the eastern population of the monarch butterfly (Danaus p. plexippus L.; Danaidae; Lepidoptera) in North America to the overwintering site in the Neovolcanic Plateau of Mexico. Can J Zool. 56: 1759-1764.

Vidal MDG, Jong D, Wien HC, Morse A. 2006. Nectar and pollen production in pumpkin (Cucurbita pepo L.). Revista Brasil 29(2):267-273.

(36)

Yata O. 1981. Pieridae. Di dalam: Tsukada E, editor. Butterflies of the South East Asian Islands. II. Japan: Plapac Co. Ltd. p 205-438.

(37)

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Tabel 1. Spesies dan jumlah individu kupu-kupu di tegakan pinus (TPI), tegakan agatis (TAG), tegakan puspa (TPU) dan tegakan campuran (TCA) di Hutan Pendidikan Gunung Walat
Tabel 2. Matriks kesamaan Bray-Curtis kupu-kupu pada empat  tipe habitat di HPGW.
Tabel 5. Tumbuhan nektar yang dikunjungi kupu-kupu yang ditemukan di Lokasi Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi
Gambar 3. Bunga tanaman pakan kupu-kupu yang diukur volume nektar dan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dan pendekatan yang vulgar kepada arti modernitas, di mana penonjolan segi-segi kehidupan material merupakan gejala yang amat umum, akan senantiasa merongrong atau memperlemah

Selanjutnya berdasarkan pengalaman penulis dalam mengajar matematika di kelas XI pada siswa SMAN CMBBS dari tahun 2007 kebanyakan siswa yang nilainya di atas KKM (Kriteria

Ada 5 bentuk dasar dari alat musik Chordophone yaitu Bows (berbentuk busur), Lyra, Harp, Lute dan Zithers. Di sini, alat musik Bows adalah yang tertua dan paling

Pengaruh kinerja keuangan yang ditunjukkan dengan hasil analisis rasio keuangan terhadap kemampuan koperasi serba usaha untuk menghasilkan laba (Rentabilitas Ekonomi)

Cekung ideal dengan bentuk heksagon yang sempurna, kedalaman yang seragam serta kecacatan yang minimum telah berjaya dihasilkan dalam tempoh lebih singkat (≤6 jam) berbanding

Penelitian ini bertempat di Wisata Alam Pangjugjugan di Kampung Babakan Anjun, Desa Cilembu, Kecamatan Pamulihan Kabupaten Sumedang. Perjalanan dari Kota Bandung menuju

Pada perencanaan bendung tetap Gunung Nago tersebut dilakukan perhitungan seperti analisa hidrologi menggunakan metode aritmatik, perhitungan debit banjir rencana

Bentuk distribusi tegangan tekan untuk baiok yang telah mencapai kekuatan nominal berupa garis lengkung dengan nilai nol yang dtmuiai dari garis netral dan berakhir pada serat