• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE,

PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MOCHAMMAD FAHMI

A24100088

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabantindo Abadi, Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2015

Mochammad Fahmi

(4)
(5)

ABSTRAK

MOCHAMMAD FAHMI. Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA.

Magang ini dilaksanakan di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabantindo Abadi dari bulan Maret sampai Juli 2014. Kegiatan magang bertujuan untuk menambah pemahaman dan keterampilan dalam aspek teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit terutama dalam penunasan. Pengamatan yang dilakukan yaitu meliputi sistem penunasan, jumlah pelepah dipertahankan, teknik penunasan, nisbah seks bunga dan jumlah tandan buah. Sistem penunasan yang diterapkan yaitu sistem korektif. Jumlah pelepah yang dipertahankan mengikuti teknik songgo yang diterapkan berdasarkan umur tanaman. Nisbah seks bunga digunakan untuk memperkirakan potensi tanaman untuk berbuah. Pelaksanaan penunasan di SBHE belum berjalan dengan baik, beberapa kendala diantaranya yaitu rendahnya disiplin pemanen, lemahnya pengawasan, serta tidak adanya sanksi yang tegas.

Kata kunci: jumlah pelepah, nisbah seks, teknik penunasan

ABSTRACT

MOCHAMMAD FAHMI. Pruning Management of Oil Palm (Elaeis guineensis

Jacq.) at Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Central Borneo. Supervised by SUDIRMAN YAHYA

This internship was conducted at Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi from March to July 2014. Apprenticeship aims to increase the understanding and skill on technical and managerial aspects of oil palm plantation, especially in pruning management. The observation was conducted on the pruning system, number of leaf frond retained, pruning technique, sex ratio of flower and number of fruit bunches. Pruning was applied according to corrective pruning system. The number of leaf frond which is maintained following the pruning techniques which is applied based on the age of the plant. The sex ratio of flowers are used to estimate the potential of plants to bear fruit. Implementation of pruning at SBHE had not run well according to SOP, several constraints were found such as the low discipline harvesters, lack of supervision, and the absence of strict sanctions.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

MANAJEMEN PENUNASAN KELAPA SAWIT

(

Elaeis guineensis

Jacq.) DI SUNGAI BAHAUR ESTATE,

PT WINDU NABATINDO ABADI, KALIMANTAN TENGAH

MOCHAMMAD FAHMI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah

Nama : Mochammad Fahmi NIM : A24100088

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen

(10)
(11)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan magang dan penyusunan skripsi ini dengan baik. Magang dan penyusunan skripsi dengan aspek “Manajemen Penunasan Kelapa Sawit” dilaksanakan di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Group, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Tujuan penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberi masukan dan pengarahan untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit 2

Definisi Penunasan 2

Teknik Penunasan Kelapa Sawit 2

METODE MAGANG 3

Tempat dan Waktu 3

Metode Pelaksanaan 3

Pengamatan dan Pengumpulan Data 3

Analisis Data dan Informasi 4

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG 4

Lokasi kebun 4

Keadaan Iklim dan Tanah 4

Luas Areal dan Tata Guna Lahan 5

Keadaan Tanaman dan Produksi 5

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan 5

HASIL KEGIATAN MAGANG 6

Aspek Teknis 6

Aspek Manajerial 13

PEMBAHASAN 14

Sistem Penunasan 14

Jumlah Pelepah yang Dipertahankan 15

Teknik Penunasan 17

Nisbah Seks Bunga dan Jumlah Tandan Buah 19

SIMPULAN DAN SARAN 21

Simpulan 21

(14)

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 23

(15)

DAFTAR TABEL

1 Rekomendasi dosis pupuk Divisi 5 tahun 2014 8

2 Jumlah pelepah dipertahankan per umur tanaman sesuai SOP BGA 15 3 Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada blok C-021 16 4 Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada blok D-011 16 5 Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada blok C-016 17 6 Persentase teknik songgo yang diterapkan di Blok C-021 17 7 Persentase teknik songgo yang diterapkan di Blok D-011 18 8 Persentase teknik songgo yang diterapkan di Blok C-016 18 9 Perbandingan nisbah seks dan jumlah tandan buah pada pokok over

pruning dan under pruning 19

10 Perbandingan nisbah seks dan jumlah tandan buah antar blok 20

11 Korelasi jumlah buah dan jumlah pelepah 20

DAFTAR GAMBAR

1 Kegiatan pengendalian gulma manual di Divisi 5 SBHE 6 2 Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi di Divisi 5 SBHE 7

3 Kegiatan penaburan pupuk di Divisi 5 SBHE 9

4 Kegiatan pemotongan tandan buah di Divisi 5 SBHE 10 5 Kondisi pokok (umur 16 tahun) over pruning (a) dan under pruning (b) 12

DAFTAR LAMPIRAN

1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas 23

2 Jurnal harian sebagai pendamping mandor 24

3 Jurnal harian sebagai pendamping asisten 25

4 Data curah hujan di Sungai Bahaur Estate tahun 2007-2013 27

5 Peta kebun menurut jenis tanah di Sungai Bahaur Estate 28 6 Luas areal dan tata guna lahan di Sungai Bahaur Estate 29 7 Peta kebun menurut tahun tanam di Sungai Bahaur Estate 30 8 Perkembangan produksi kelapa sawit di Sungai Bahaur Estate tahun

2009-2013 31

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan di Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara pengekspor di sub sektor minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005), komoditas kelapa sawit memiliki peluang bisnis yang cukup besar dan dapat menciptakan lapangan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat dan sebagai sumber devisa negara. Direktorat Jenderal Perkebunan (2014) mencatat volume ekspor minyak kelapa sawit (MKS) pada tahun 2012 mencapai 18 850 800 ton dan pada tahun 2013 mencapai 20 572 200 ton.

Keberhasilan dalam manajemen perkebunan kelapa sawit dapat dicapai melalui pengelolaan kebun yang baik, mulai dari pembukaan lahan hingga pemanenan dan pasca panen (Lubis 2008). Salah satu kegiatan pemeliharaan yang cukup penting dalam pengolalaan kebun kelapa sawit yaitu penunasan. Penunasan merupakan kegiatan pemotongan pelepah daun sesuai umur tanaman serta pemotongan pelepah yang tidak produktif. Setyamidjaja (2006) menuturkan, penunasan daun dan pelepah harus dilaksanakan karena daun dan pelepah kelapa sawit bersifat tidak mudah rontok meskipun sudah tua atau kering dan baru akan rontok setelah beberapa tahun kemudian. Menurut Pahan (2012), penunasan pokok merupakan pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling bertolak belakang, yaitu menjaga produksi agar tetap maksimum dan memperkecil losses produksi. Untuk menjaga produksi maksimum diperlukan pelepah produktif (berkaitan dengan fotosintesis) sebanyak-banyaknya, tetapi untuk mempermudah pekerjaan potong buah dan memperkecil losses produksi maka beberapa pelepah harus dipotong.

Pelaksanaan penunasan di lapangan bisa dilakukan pada saat pemeliharaan tanaman secara berkala dan atau bersamaan dengan saat kegiatan pemanenan tandan buah, tergantung kebijakan yang diterapkan pembudidaya. Penunasan yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemanenan tandan buah ditujukan untuk mempermudah pengambilan tandan buah yang terjepit oleh pelepah daun. Biasanya hal tersebut terjadi pada tanaman yang sudah tinggi (umur tanam 6 tahun ke atas), sedangkan pada tanaman yang masih rendah (umur tanam di bawah 6 tahun) panen dilakukan tanpa melakukan kegiatan penunasan. Penunasan pada tanaman di bawah umur tanam 6 tahun dilakukan pada waktu tertentu yang telah ditentukan.

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang ini adalah

1. Meningkatkan kemampuan profesional dan keterampilan kerja dalam memahami proses kerja nyata pengelolaan perkebunan kelapa sawit.

2. Meningkatkan kemampuan teknik budidaya dan manajerial pengolaan perkebunan kelapa sawit.

(18)

2

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Pertumbuhan dan produktivitas akan lebih optimal jika ditanam pada lahan dengan ketinggian antara 0-500 meter di atas permukaan laut (m dpl). Pada ketinggian tempat lebih dari 500 m dpl, kelapa sawit dapat tumbuh dan berproduksi namun produktivitas relatif rendah (Mangoensoekarjo 2007). Menurut Pahan (2012) kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa antara 23.5o Lintang Utara sampai 23.5o Lintang Selatan. Tanaman kelapa sawit akan tumbuh optimal pada

curah hujan ≥2000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan periode bulan kering (<100 mm/bulan) tidak lebih dari 3 bulan, suhu siang hari rata-rata 29-33oC dan malam hari 22-23oC, ketinggian tempat <500 m dpl dan matahari bersinar sepanjang tahun dengan waktu minimal 5 jam per hari.

Definisi Penunasan

Kelapa sawit membutuhkan beberapa kegiatan dalam pemeliharaan, salah satunya adalah penunasan. Menurut Risza (2010), penunasan adalah pekerjaan memotong pelepah kelapa sawit yang tidak berguna, yaitu yang kering dan rapat tanah. Tujuan penunasan adalah untuk memudahkan pemanenan, melancarkan terjadinya proses penyerbukan secara alami, memudahkan pengamatan buah yang matang panen, menghindarkan berondolan tersangkut di ketiak pelepah, serta untuk mengurangi kelembaban dan menghindari kemungkinan timbulnya serangan hama

Tirathaba dan cendawan Marasmius. Perdamean (2011) menyatakan, penunasan juga bertujuan untuk sanitasi dan menciptakan kondisi kerja yang baik bagi pekerja.

Menurut Pahan (2012), pengelolaan tajuk yang sesuai merupakan kunci maksimalisasi produksi tandan buah kelapa sawit. Efisiensi tajuk dapat mengubah radiasi sinar matahari menjadi karbohidrat. Penunasan juga berpengaruh terhadap status hara dalam daun. Kadar nitrogen dan kalium pada pelepah akan meningkat, tetapi magnesium akan menurun bila tunas pokok dilakukan secara berlebihan.

Teknik Penunasan Kelapa Sawit

Istilah songgo adalah sebutan untuk teknik penunasan pada tanaman kelapa sawit menghasilkan. Menurut Risza (2010), songgo adalah penunasan yang hanya menyisakan beberapa pelepah dari tandan buah yang paling bawah. Terdapat tiga macam songgo, yakni songgo satu, songgo dua dan songgo tiga. Songgo dua merupakan teknik yang paling sering digunakan di perkebunan kelapa sawit.

Songgo dua yaitu penunasan yang hanya menyisakan dua lingkar pelepah dari tandan buah yang paling bawah. Teknik songgo disesuaikan dengan umur tanaman kelapa sawit yang akan dilakukan penunasan. Pahan (2012) menyatakan, teknik

(19)

3 mempertimbangkan perbedaan varietas, kondisi tajuk dan kondisi budi daya tumbuh yang berbeda (tanah dan iklim).

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di Divisi 5, Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Bumitama Gunajaya Agro Grup, Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Pelaksanaan magang dilakukan selama 4 bulan, yaitu mulai dari 1 Maret sampai dengan 30 Juni 2014.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan magang di lapangan secara umum adalah mengikuti seluruh pekerjaan di lapangan yang meliputi aspek teknis serta aspek manajerial. Pelaksanaan magang mengisi beberapa tingkat jabatan di lapangan secara berurutan. Bulan pertama bertanggung jawab sebagai karyawan harian lepas (KHL), bulan kedua sebagai pendamping mandor, dan dua bulan terakhir sebagai pendamping asisten divisi. Rincian kegiatan yang telah diikuti selama magang terdapat pada Lampiran 1, 2 dan 3.

Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan dilakukan selama kegiatan magang berlangsung. Data primer diperoleh melalui pekerjaan dan pengamatan langsung selama berada di lapangan, serta melalui wawancara terhadap karyawan dan staf kebun. Data sekunder diperoleh dari laporan manajemen yang merupakan arsip kantor, atau bisa diperoleh dari studi pustaka. Pengamatan dilakukan pada 3 blok dengan umur tanaman yang berbeda yaitu umur tanam 6 tahun, 11 tahun, dan 16 tahun. Penentuan pengambilan jumlah contoh pengamatan di setiap blok menggunakan rumus Slovin:

n = N

Nd2+1

dengan n adalah ukuran contoh, N adalah ukuran populasi, dan d adalah galat pendugaan.

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data primer yang diamati dan dikumpulkan antara lain: a. Sistem penunasan

Sistem penunasan yang diamati berupa realisasi penerapan sistem penunasan di lapangan, rotasi penunasan serta sistem pembayaran penunasan.

b. Jumlah pelepah yang dipertahankan

Jumlah pelepah yang dipertahankan di lapangan dibandingkan dengan SOP (Standard Operational Procedure) perusahan tentang jumlah pelepah yang harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman.

c. Teknik penunasan

(20)

4

d. Nisbah seks bunga dan jumlah tandan buah

Pengamatan dilakukan untuk dianalisis kaitannya dengan banyaknya jumlah pelepah yang dipertahankan.

Data sekunder yang dikumpulkan antara lain : (1) kondisi kebun, yaitu terdiri dari: peta areal, letak geografis, topografi, jenis tanah, iklim, curah hujan, luas areal, tata guna lahan, jenis varietas, umur tanaman, populasi tanaman, produksi dan produktivitas tanaman; (2) standar dan target kebun yang meliputi: pemeliharaan, pemanenan, produksi dan tenaga kerja; (3) organisasi dan manajemen yang meliputi: struktur organisasi dan ketenagakerjaan.

Analisis Data dan Informasi

Data dan informasi dianalisis menggunakan analisis secara deskriptif untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Uji statistik dilakukan untuk data kuantitatif. Adapun metode analisis yang digunakan berupa uji t-student dan regresi. Uji t-student digunakan untuk membandingkan jumlah bunga jantan, jumlah bunga betina, dan jumlah tandan buah pada setiap blok yang diamati. Analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara jumlah buah dan jumlah pelepah.

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

Lokasi kebun

Sungai Bahaur Estate (SBHE) merupakan kebun di bawah perusahaan PT Windu Nabatindo Abadi yang tergabung dalam Bumitama Gunajaya Agro (BGA) Group. SBHE terletak di wilayah 4 manajemen BGA yang bertempat di Desa Pundu, Kecamatan Cempaga Hulu, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. SBHE secara geografis berada di garis 113.01°-113.07° BT dan 1.80°-1.86° LS, berbatasan dengan PT Bisma Darma Kencana di sebelah timur, Selucing Agro Estate (SAGE) di sebelah selatan, dan Sungai Cempaga Estate (SCME) di sebelah barat dan utara.

Keadaan Iklim dan Tanah

Keadaan iklim di SBHE menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson termasuk tipe iklim A (sangat basah). Rata-rata bulan basah (BB) yaitu 10.63 bulan dan rata-rata bulan kering (BK) yaitu 0.88 bulan pada delapan tahun terakhir. Rata-rata curah hujan yaitu 3 478 mm per tahun dan rata-rata hujan harian yaitu 137 hari per tahun. Data curah hujan dari tahun 2006 hingga 2013 terdapat pada Lampiran 4.

(21)

5 SBHE umumnya relatif datar dan sedikit bergelombang. Tingkat kemiringan tanah nya antara 0-15°.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

SBHE memiliki luas 4 283.5 ha yang terdiri dari areal tanaman menghasilkan seluas 3 987.5 ha, areal prasarana seluas 181 ha, areal mungkin bisa ditanam seluas 45 ha dan areal tidak bisa diusahakan seluas 70 ha. Rincian areal penggunaan lahan terdapat pada Lampiran 6. SBHE mengelola 5 divisi dengan perincian sebagai berikut : Divisi 1 seluas 764.2 ha, Divisi 2 seluas 735.4 ha, Divisi 3 seluas 689.9 ha, Divisi 4 seluas 1 199.2 ha dan Divisi 5 seluas 901.8 ha. Divisi 1, 2 dan 3 merupakan kebun plasma, sedangkan Divisi 4 dan 5 merupakan kebun inti.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Tanaman kelapa sawit yang ditanam di SBHE merupakan varietas Marihat. Total populasi sebesar 526 489 pokok dengan rata-rata populasi sebanyak 132 pokok per hektar. Penanamannya mengunakan jarak tanam 9.2 m × 9.2 m × 9.2 m. Secara keseluruhan tanaman kelapa sawit yang ada di SBHE merupakan tanaman telah menghasilkan dengan tahun tanam 1998, 2000, 2002, 2003, 2005, 2006, 2007 dan 2008. Namun demikian, ada sebagian kecil tanaman belum menghasilkan yang merupakan pokok sisipan. Rincian sebaran tahun tanam terdapat pada Lampiran 7. Perkembangan produksi dari tahun 2009 sampai 2013 terdapat pada Lampiran 8.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

SBHE dipimpin oleh seorang Manajer Kebun yang dibantu oleh Asisten Kepala, Kasie dan Asisten Divisi. Manajer memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam pengelolaan kebun secara menyeluruh sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan perusahaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta manajemen keuangan kebun. Teknis lapangan dipimpin oleh asisten kepala sebagai koordinator setiap asisten divisi dan administrasi dipimpin oleh kasie. Asisten Divisi memiliki wewenang dan tanggung jawab dalam mengelola divisi seperti menyusun rencana kerja bulanan, memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor, mengatasi permasalahan lapangan di divisi serta memberikan pengarahan pada karyawan di lapangan. Asisten divisi dibantu oleh tim supervisi kebun yang terdiri dari mandor 1, kerani divisi, mandor panen, kerani panen, kerani transport, mandor semprot, mandor pupuk, mandor until, mandor perawatan dan mandor TP2A.

(22)

6

HASIL KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma merupakan pengendalian tumbuhan yang tidak diinginkan kehadirannya atau tumbuhan yang kehadirannya sudah mulai merusak atau merugikan terhadap tanaman yang dibudidayakan. Pengendalian gulma dilakukan secara manual dan kimiawi. Pengendalian gulma yang dilakukan difokuskan pada piringan, jalan pikul, tempat pengumpulan hasil (TPH) dan gawangan mati. Gulma yang umum ditemui di lahan yaitu gulma jenis rerumputan, paku-pakuan, teki dan anak kayu. Contoh gulma yang sering ditemui di lapangan yaitu Paspalum conjugatum, Axonupus compresus, Ageratum conyzoides, Asistasia intrusa, Elaeis guinensis (kentosan), Melastoma malabathricum dan Gleichenia linearis. Selain itu kacangan (Mucuna bracteata) yang merupakan tanaman berguna untuk penutup tanah juga sering menjadi gulma karena pertumbuhannya yang begitu cepat, sehingga perlu pengendalian dengan dilakukannya tarik goloran. Pengendalian gulma dilakukan apabila taraf gulma sudah mulai merugikan dan mengganggu proses pekerjaan panen.

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma manual dilakukan oleh tim perawatan. Pengendalian difokuskan pada piringan, gawangan mati dan jalan pikul seperti yang terlihat pada Gambar 1. Pekerjaan yang dilakukan yaitu garuk piringan, tarik goloran, babat gulma dan dongkel anak kayu. Alat yang digunakan untuk pengendalian gulma manual yaitu cados, parang, dan garukan. Pengendalian gulma manual lebih difokuskan pada keadaan gulma berat atau yang sudah tidak ekonomis lagi apabila dilakukan pengendalian kimia. Gulma yang sering dikendalikan secara manual yaitu Elaeis guinensis (kentosan), Melastoma malabathricum dan Mucuna bracteata (MB). Kentosan merupakan kelapa sawit liar yang berasal dari brondolan yang tidak terkutip sehingga tumbuh menjadi gulma, sedangkan MB menjadi gulma apabila pertumbuhannya sudah mencapai piringan bahkan sampai melilit ke pokok tanaman. Prestasi kerja standar pengendalian gulma manual yaitu 0.5 ha/HK untuk kondisi gulma berat dan 2 ha/HK untuk kondisi gulma ringan.

(23)

7

Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma kimiawi dilakukan oleh tim semprot. Tim semprot terdiri dari mandor, pekerja semprot dan pekerja pengairan. Pengendalian difokuskan pada piringan, jalan pikul dan TPH. Gulma yang sering dikendalikan secara kimiawi yaitu Asistasia intrusa, Ageratum conyzoides, Axonopus compresus dan MB. Alat yang digunakan tim semprot yaitu alat pelindung diri (APD), knapsack sprayer kapasitas 15 liter dan nozzle. Alat pelindung diri berupa apron, sarung tangan, sepatu boot, masker, topi dan kacamata seperti yang terlihat pada Gambar 2. Jenis nozzle yang digunakan yaitu jenis VLV (Very Low Volume) 100 dengan luas semprot 1.5-2 meter dan flow rate sebanyak 400-500 ml/menit. Bahan racun aktif penyemprotan yang dilakukan menggunakan

paraquat dicampur metaprima dengan dosis 0.3 liter/ha paraquat dan 120 gram/ha

metaprima, kemudian diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:1. Herbisida lain yang digunakan adalah glifosat dengan dosis 0.25 liter/ha yang dicampur dengan metaprima dengan dosis 120 gram/ha kemudian dilakukan pengenceran dengan perbandingan 1:1. Prestasi kerja standar pengendalian kimiawi yaitu 2-3 ha/HK.

Gambar 2 Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi di Divisi 5 SBHE

(24)

8

Pemupukan

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan yang memiliki pengaruh besar pada budidaya kelapa sawit, selain untuk mendukung pertumbuhan dan produksi pada tanaman, pemupukan juga memerlukan biaya yang cukup besar. Tim pupuk terdiri dari mandor, pemupuk, pekerja bongkar muat (BM) dan seorang supir truk pengangkut pupuk. Alat yang digunakan dalam pemupukan yaitu apron, sarung tangan, masker dan cepuk (alat penabur pupuk dari wadah plastik yang telah disesuaikan ukurannya). Rekomendasi pupuk masing-masing tanaman per blok per tahun disusun oleh Departemen Riset berdasarkan beberapa faktor seperti umur tanaman, kesuburan tanah, status hara tanaman, sejarah pemupukan, hasil produksi, curah hujan dan hasil percobaan.

Jenis dan dosis pupuk. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan yaitu tandan kosong sisa pengolahan minyak dari pabrik dan potongan pelepah sisa panen yang dibiarkan membusuk di gawangan mati dan antar pokok. Pupuk anorganik yang digunakan yaitu pupuk makro dan mikro. Pupuk makro terdiri dari Urea, Muriate of Potash (MOP), Rock Posphate (RP) dan Kieserite. Pupuk mikro terdiri dari High Grade Fertilizer Borate

(HFGD) dan Zincopper, namun pada tahun 2014 tidak dilakukan aplikasi Zincopper. Data rekomendasi pemupukan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekomendasi dosis pupuk Divisi 5 tahun 2014

Tahun

Cara aplikasi pupuk. Cara aplikasi pupuk dilaksanakan sesuai dengan aturan yang dibuat oleh Departemen Riset yang di antaranya sebagai berikut: 1. Pupuk Urea, Kieserite, atau MOP diaplikasikan dengan cara ditabur di pinggir

(25)

9 2. Pupuk RP diaplikasikan dengan cara ditabur di susunan pelepah untuk

memacu pertumbuhan akar tersier dan kuarter.

3. Pupuk mikro diaplikasikan dekat pangkal batang dengan jarak 0.5-1 m dari pokok (aplikasi Zincopper ditugal).

4. Jalan pikul tidak boleh diaplikasikan pupuk

Pelaksanaan pemupukan. Kegiatan pemupukan dimulai dari penguntilan pupuk. Penguntilan adalah pengemasan ulang pupuk dari satu karung penuh dari pabrik menjadi seperempat karung sesuai kebutuhan. Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan pemupukan. Penguntilan dilakukan pada hari sebelum pelaksanaan pemupukan. Jumlah setiap untilan disesuaikan dengan dosis pupuk yang akan diaplikasikan (biasanya 12-16 kg per until), setiap until dapat diaplikasikan untuk delapan pokok. Kegiatan selanjutnya yaitu pelangsiran untilan yang dilakukan pada pagi hari. Pelangsiran untilan pupuk dibantu oleh truk yang memuat pupuk dari gudang ke blok yang akan dipupuk. Bongkar muat pupuk akan menyusun untilan pada truk untuk diangkut menuju blok, kemudian untilan dilangsir di setiap titik jalan pikul sepanjang collection road (CR) sesuai perintah mandor pada tiap blok yang akan dipupuk. Pelangsiran dilakukan di jalan pikul sebelah kanan dan kiri CR. Pelaksanaan selanjutnya yaitu pengeceran dan penaburan pupuk seperti yang terlihat pada Gambar 3. Pengeceran dan penaburan pupuk dilakukan sendiri oleh pemupuk. Kantung untilan bekas pemupukan dikumpulkan sendiri oleh pemupuk dan dibawa pulang ke divisi setelah selesai memupuk. Prestasi kerja standar pemupukan yaitu 500 kg/HK. Pelaksanaan pemupukan menerapkan lima disiplin aplikasi pupuk, yaitu: 1) pemupukan dimulai dari jalan tengah; 2) pemupukan sesuai takaran; 3) pupuk harus ditabur secara merata; 4) setiap pokok wajib terpupuk, dan; 5) karung dikumpulkan untuk dihitung, disusun rapi dan dibawa pulang.

Gambar 3 Kegiatan penaburan pupuk di Divisi 5 SBHE

(26)

10

akan tetapi dimulai dari titik pelangsiran pupuk sehingga terkadang ada pekerja yang membuang pupuk di dalam blok dan ada pokok yang tidak terpupuk. Kemudian masih ada juga pekerja yang tidak membawa pulang karung bekas untilan pupuk. Akan tetapi, penggunaan APD pemupukan dan cara aplikasi pupuk dipiringan telah berjalan sesuai SOP.

Pemanenan

Panen adalah pekerjaan pemotongan buah segar matang seperti yang terlihat pada Gambar 4, serta pengutipan seluruh brondolan yang kemudian dikumpulkan di TPH. Panen merupan pekerjaan yang sangat penting karena pekerjaan utama yang memberikan pemasukan kepada perkebunan. Kegiatan panen berhubungan langsung dengan kualitas hasil produksi minyak kelapa sawit. Oleh karena itu, kegiatan panen harus dilaksanakan dengan baik.

Gambar 4 Kegiatan pemotongan tandan buah di Divisi 5 SBHE

Angka kerapatan panen. AKP ditentukan untuk memperkirakan rata-rata tandan yang dipanen per pokok dan penyebaran tandan matang di blok yang akan dipanen. Penentuan AKP dilaksanakan sehari sebelum panen dilakukan oleh mandor 1 dan mandor panen setelah kegiatan apel sore. AKP adalah penting dalam taksasi hasil yang kemudian menentukan jumlah tenaga kerja dan truk pengangkut tandan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan panen.

(27)

11

Sistem panen. Sistem panen yang dilaksanakan yaitu panen hanca giring tetap. Hanca giring tetap yaitu pemanen serentak memanen di blok yang sama sesuai hancanya masing-masing, kemudian akan berpindah ke blok selanjutnya. Sistem panen berjalan dengan didukung pembagian seksi panen dan pusingan panen. Seksi panen adalah kelompok blok yang dipanen pada hari yang sama, sedangkan pusingan panen adalah jumlah waktu yang dibutuhkan seorang pemanen untuk kembali pada hanca yang sama pada rotasi panen berikutnya. Seksi panen di Divisi 5 dibagi ke dalam 6 seksi dan pusingan panen yang ditetapkan adalah 7 hari. Rotasi panen yang diterapkan yaitu 6/7, sehingga terdapat 6 seksi panen di dalam tiap minggunya

Basis dan premi panen. Basis panen adalah standar jumlah minimum tandan buah yang dipanen oleh pemanen dalam satu HK. Premi panen adalah kelebihan upah yang dibayarkan sesuai dengan kelebihan hasil kerja pemanen. Jumlah basis panen ditentukan berdasarkan umur tanaman, bobot tandan rata-rata dan topografi lahan.

Transportasi buah. Transportasi pengangkutan buah dari blok ke pabrik menggunakan truk. Kebutuhan jumlah truk yang digunakan ditentukan oleh hasil taksasi panen hari sebelumnya. Kapasitas pengangkutan setiap truk yaitu 7-7.5 ton sekali angkut. Truk yang digunakan yaitu truk milik perusahaan dan atau truk dari luar perusahaan (kontraktor). Kelancaran transportasi pengangkutan buah ditentukan oleh beberapa faktor seperti kondisi jalan, kondisi truk dan jumlah truk yang tersedia pada saat panen tinggi. Kelancaran transportasi pengangkutan buah sangat berpengaruh terhadap kualitas buah yang dipanen, karena buah harus bisa terkirim pada hari yang sama dengan pelaksanaan panen agar tidak terjadi buah restan. Akan tetapi, pelaksanaan di lapangan terkadang tidak berjalan lancar. Kondisi jalan sering kali tidak memungkinkan untuk dilewati truk apabila sebelumnya telah turun hujan yang cukup lebat, kemudian ada juga truk yang mengalami masalah ketika buah telah diangkut karena kondisi truk yang tidak layak jalan sehingga pengangkutan buah menjadi terhambat dan menyebabkan terjadinya buah restan.

Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen terbagi dalam dua kemandoran. Setiap kemandoran memiliki hanca tetap masing-masing. Panen pada tanaman tua diharuskan untuk memotong pelepah, sedangkan pada tanaman muda panen dilakukan tanpa memotong pelepah agar pokok dalam keadaan jumlah pelepah yang optimal. Alat panen yang digunakan yaitu egrek, dodos, kampak, gancu dan angkong. Pelaksanaan panen di lapangan perlu diperhatikan untuk keselamatan para pekerjanya. Meskipun Asisten sering memperingatkan mengenai keselamatan kerja tapi masih ada pekerja yang tidak menggunakan peralatan yang lengkap untuk keselamatan diri seperti tidak menggunakan helm dan sepatu boot. Kemudian masih ada pekerja yang membiarkan pelepah sengkleh ketika melakukan potong buah. Hal tersebut biasanya terjadi karena pekerja ingin cepat menyelesaikan hancanya.

Penunasan

Manajemen penunasan dalam mempertahankan jumlah pelepah perlu dilaksanakan agar mendapatkan jumlah pelepah yang optimal. Pelaksanaan penunasan yang baik adalah penunasan yang tidak terjadinya keadaan pokok yang

(28)

12

Kondisi over pruning dapat menyebabkan pokok tanaman menjadi stres dan juga mengurangi areal fotosintesis pada pokok. Under pruning adalah terlalu banyaknya jumlah pelepah yang terdapat pada pokok sehingga pokok menjadi gondrong. Kondisi under pruning menyebabkan pelaksanaan panen menjadi terganggu karena buah yang matang menjadi susah terlihat, pelepah yang gondrong menyebabkan brondolan yang telah lepas tersangkut pada ketiak pelepah, kemudian pekerjaan potong buah menjadi berat dan lama karena pekerja harus menurunkan pelepah yang gondrong di bawah tandan buah yang akan dipanen. Selain itu, jumlah pelepah yang terlalu banyak menyebabkan pelepah paling bawah mendapat intensitas cahaya lebih rendah, sehingga bersifat negatif karena laju respirasi lebih besar dari pada laju fotosintesis.

Kegiatan penunasan yang dilakukan di SBHE menggunakan sistem tunas korektif. Penunasan korektif merupakan penunasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan panen. Ketika pemanen melaksanakan potong buah, pemanen juga berkewajiban untuk menjaga jumlah pelepah yang yang optimal pada pokok di hancanya masing-masing. Penunasan korektif diterapkan pada tanaman remaja (TM 3-4) sampai tanaman tua (TM >4). Kegiatan penunasan korektif dilakukan oleh para pekerja panen dan dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen. Pelepah yang telah diturunkan disusun rapi diantara pokok dan gawangan mati sehingga membentuk pola huruf U yang mengitari pokok dengan jarak pelepah 1.5 m dari pokok. Manfaat dari penyusunan pelepah dengan pola U tersebut adalah sebagai berikut: pekerja panen tidak mudah melakukan pencurian buah dari hanca pekerja lainnya, menekan pertumbuhan gulma, menjaga struktur tanah, menjaga kelembaban tanah dan sebagai bahan pupuk organik.

Keadaan pokok di lapangan menunjukan masih ada pokok yang mengalami

over pruning dan under pruning seperti yang terlihat pada Gambar 5. Untuk tanaman umur 16 tahun, dikatakan over pruning karena terdapat buah yang tanpa pelepah di bawahnya (Gambar 5a), dan dikatakatan under pruning karena terdapat lebih dari satu pelepah di bawah buah (Gambar 5b). Rendahnya tingkat disiplin pemanen dan juga seringnya produksi yang tinggi pada waktu tertentu menyebabkan pelaksanaan penunasan tertinggal dari pekerjaan panen karena pekerja lebih fokus pada buah yang banyak, sehingga pekerjaan penunasan akan dikerjakan pada waktu lain seperti hari minggu.

(a) (b)

(29)

13

Aspek Manajerial Pendamping Mandor

Kegiatan mandor yaitu membuat rencana kerja harian pada waktu apel sore untuk hari berikutnya, membagi pekerjaan kepada karyawan di kemandorannya masing-masing pada saat apel pagi, mengawasi pekerjaan di lapangan, membantu mengatasi masalah yang terjadi di lapangan, serta membuat laporan harian mandor.

Mandor 1. Mandor 1 memiliki tugas untuk membantu pekerjaan asisten divisi dalam mengkoordinir semua pekerjaan lapangan dan administrasi yang ada di divisi. Mandor 1 memiliki tanggung jawab dalam mengkoordinasikan tim supervisi. Kegiatan mandor 1 diantaranya yaitu : membuat rekapitulasi taksasi potong buah, memeriksa hanca dan mutu buah, mutu semprot, mutu pemupukan, serta membantu dalam membuat laporan harian asisten divisi.

Mandor panen. Tugas mandor panen adalah membagi hanca panen pekerja potong buah, mengawasi pekerjaan pemanenan, mengarahkan dan membina pekerja, serta meminimalkan kecelakaan. Mandor panen melakukan pemeriksaan mutu hanca dan mutu buah, kemudian melaporkannya kepada asisten divisi. Mandor panen juga berkewajiban untuk membuat laporan harian mandor.

Mandor pupuk. Tugas mandor pupuk adalah melaksanakan program pemupukan yang telah ditetapkan, menghitung kebutuhan pupuk yang akan diaplikasikan di setiap blok, membagi hanca pemupukan, mengawasi pekerjaan pemupukan, menjaga kualitas pekerjaan pemupukan seperti ketepatan dosis dan ketepatan penaburan pupuk pada pokok, serta melaporkan hasil pekerjaan kepada asisten divisi. Mandor pupuk juga berkewajiban untuk membuat laporan harian mandor.

Mandor semprot. Tugas mandor semprot adalah membagi hanca pekerja, memastikan alat yang digunakan dalam kondisi baik, memastikan dosis racun yang sesuai dengan SOP, mengawasi proses pekerjaan, serta melakukan quality check

penyemprotan. Mandor semprotjuga berkewajiban untuk membuat laporan harian mandor, selain itu mandor semprot juga wajib mengisi buku ketersedian bahan dan alat.

Mandor perawatan. Tugas mandor perawatan adalah mengatur pekerja dalam beberapa jenis pekerjaan seperti perawatan jalan, pengendalian gulma manual, serta pemeliharaan tanaman, termasuk membagi hanca tiap pekerja dan mengawasi selama proses pekerjan. Mandor perawatan juga berkewajiban untuk membuat laporan harian mandor.

Kerani divisi. Tugas kerani divisi adalah membuat laporan harian dan bulanan, mengabsen serta merekap daftar absensi karyawan, menginput laporan ke dalam server pusat perusahaan, membuat bon penerimaan barang, membuat surat usulan permintaan alat atau bahan, serta mengarsipkan surat-surat yang berkaitan dengan divisi.

Kerani panen. Tugas kerani panen adalah menghitung jumlah buah yang dipanen oleh setiap pekerja sebelum diangkut oleh unit, melakukan grading buah di TPH, serta mengisi notes buah. Hasil grading dan jumlah buah yang dihitung tersebut dicatat pada buku penerimaan buah. Kerani panen juga berkewajiban untuk membuat laporan harian termasuk hitungan premi potong buah pekerja.

(30)

14

yang diangkut unit ke pabrik, mengisi surat pengantar buah, serta memastikan buah di TPH terangkut seluruhnya ke pabrik dan menghindari terjadinya buah restan. Kerani transport juga berkewajiban untuk membuat laporan harian.

Pendamping Asisten Divisi

Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping asisten divisi dilaksanakan selama dua bulan. Selama menjadi pendamping asisten divisi, penulis mengikuti kegiatan-kegiatan sebagai berikut: mengelilingi divisi untuk melihat memeriksa kondisi lapangan yang ada di seluruh divisi, mengecek kualitas hanca dan mutu buah yang telah dan atau sedang dipanen, membantu mengawasi pekerjaan harian seperti pemupukan dan pengendalian gulma, membantu merapikan administrasi kantor divisi, membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan di divisi, serta membantu dalam membuat Rencana Kerja Bulanan.

PEMBAHASAN

Sistem Penunasan

Sistem penunasan yang diterapkan di Sungai Bahaur Estate (SBHE) yaitu sistem penunasan korektif, karena pada umumnya tanaman yang ada di SBHE merupakan tanaman dengan umur TM 3 ke atas. Rotasi penunasan korektif yang diterapkan yaitu sebanyak 3 kali per tahun atau sebanyak 1 kali per 4 bulan. Penunasan yang dilakukan di Divisi 5 SBHE yang dilakukan terbagi ke dalam 4 seksi. Hal tersebut dilakukan karena pada pelaksanaannya kegiatan penunasan sering tertinggal dari pekerjaan panen akibat rendahnya disiplin pemanen dalam menjaga jumlah pelepah optimum, serta sering nya produksi buah yang tinggi pada pokok pada waktu tertentu.

Sistem penunasan korektif menyebabkan kebutuhan tenaga penunas sama dengan jumlah tenaga pemanen, karena setiap pemanen memiliki kewajiban untuk menjaga jumlah pelepah optimal di hancanya masing-masing. Perhitungan tenaga kerja panen yang didasarkan pada luas areal TM divisi 5 yang memiliki luasan sebesar 901.83 ha dengan luas hanca masing-masing pemanen 3 ha adalah sebagai berikut:

Kebutuhan tenaga kerja = jumlah seksi panen × luas hanca per pemanen (ha)Total luas TM (ha)

= 901.83 ha

6 × 3 ha

= 50.1 ; dibulatkan menjadi 51

Jumlah pemanen Divisi 5 yang ada yaitu sebanyak 52 pemanen, jadi tenaga kerja pemanen di Divisi 5 sudah memenuhi kebutuhan.

(31)

15

Jumlah Pelepah yang Dipertahankan

Jumlah pelepah memiliki hubungan dengan nisbah seks dan jumlah tandan buah pada pokok. Menurut Fauzi et al (2012), dalam satu tahun tanaman kelapa sawit mampu menghasilkan 20-30 pelepah. Kemampuan produksi tersebut menurun menjadi 18-25 pelepah seiring dengan pertambahan umur tanaman. Namun hanya 8-22 pelepah daun yang ditemukan bunga atau buah, sedangkan pelepah lainnya tidak menghasilkan bunga atau buah. Prosedur operasional baku BGA mengenai jumlah pelepah yang harus dipertahankan dan teknik penunasan berdasarkan umur tanaman disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah pelepah dipertahankan per umur tanaman sesuai SOP BGA Umur

Sumber : Prosedur Standar Operasional Agronomi Kelapa Sawit (BGAAGRKS-SOP-01 Jilid 3; BGAAGRKS-SOP-PTKS-KMK) 2010.

Pelaksanaan di lapangan pada pokok kelapa sawit tinggi yang pekerjaan potong buahnya sudah menggunakan egrek, terpaksa dilakukan pemotongan pelepah-pelepah produktif dan diterapkan songgo satu. Jumlah pelepah yang harus dipertahankan pada pokok kelapa sawit yang sudah menggunakan egrek yaitu sebesar 32-40 pelepah.

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa di Blok C-021 persentase tertinggi jumlah pelepah yang dipertahankan terdapat pada interval 49-56 pelepah per pokok dengan nilai sebesar 44.65%, sedangkan persentase terkecil terdapat pada interval <32 pelepah per pokok dengan nilai sebesar 1.26%. Menurut pada SOP jumlah pelepah dipertahankan yang optimal yaitu 49-56 pelepah. Jumlah pelepah over pruning memiliki nilai persentase sebesar 53.46% dan jumlah pelepah under pruning meiliki nilai persentase sebesar 1.89%, sehingga jumlah pelepah per pokok di Blok C-021 yang tidak sesuai SOP mencapai 55.35%. Manajemen penunasan di Blok C-021 perlu diperhatikan karena nilai persentase jumlah pelepah over pruning

(32)

16

Tabel 3 Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada blok C-021

Jumlah Pelepah Jumlah Pokok Contoh Persentase

<32 2 1.26

32-40 39 24.53

41-48 44 27.67

49-56 71 44.65

>56 3 1.89

Total 159 100.00

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa di Blok D-011 persentase tertinggi jumlah pelepah yang dipertahankan terdapat pada interval 41-48 pelepah per pokok dengan nilai sebesar 45.33%, sedangkan persentase terkecil terdapat pada interval <32 pelepah per pokok dengan nilai sebesar 1.33%. Menurut pada SOP jumlah pelepah optimal yang harus dipertahankan yaitu sebanyak 41-48 pelepah. Persentase jumlah pelepah over pruning di blok D-011 yaitu sebesar 34.40% dan jumlah pelepah under pruning memiliki persentase sebesar 20.27%, sehingga jumlah pelepah per pokok di Blok D-011 yang tidak sesuai SOP mencapai 54.67%. Meskipun hampir sebagian blok telah sesuai dengan SOP, namun manajemen penunasan di blok D-011 masih perlu diperhatikan lagi karena persentase over pruning yang cukup tinggi.

Tabel 4 Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada blok D-011

Jumlah Pelepah Jumlah Pokok Contoh Persentase

<32 5 1.33

32-40 124 33.07

41-48 170 45.33

49-56 76 20.27

>56 0 0.00

Total 375 100.00

(33)

17 Tabel 5 Persentase jumlah pelepah yang dipertahankan pada blok C-016

Jumlah Pelepah Jumlah Pokok Contoh Persentase

<32 31 8.59

32-40 228 63.16

41-48 78 21.61

49-56 24 6.65

>56 0 0.00

Total 361 100.00

Secara keseluruhan di tiga blok yang diamati, persentase jumlah pelepah dipertahankan yang tidak sesuai dengan SOP memiliki nilai yang cukup tinggi. Hal tersebut terjadi karena kurangnya disiplin pemanen dalam menjaga jumlah pelepah optimal di hancanya. Pemanen lebih terfokus untuk mengejar dan menyelasaikan basis buah. Tidak adanya sanksi yang tegas dan lemahnya pengawasan menyebabkan tingkat kedisiplinan pemanen yang rendah dalam menjaga jumlah pelepah optimum di hancanya. Pengawasan dari mandor atau asisten dan sanksi yang lebih tegas lagi sangat diperlukan untuk meningkatkan kedisiplinan pemanen. Terutama pada kasus terjadinya over pruning bisa diterapkan sanksi denda, karena

over pruning bisa menyebabkan stres pada pokok. Menurut Pahan (2012), penunasan yang berlebihan (over pruning) dapat menyebabkan terjadinya pokok stres, sehingga terjadinya peningkatan bunga jantan dan gugurnya bunga betina.

Teknik Penunasan

Songgo yang diterapkan pada pokok tanaman pada umumnya akan mengikuti umur pokok tanaman tersebut. Teknik penunasan yang yang diterapkan di Divisi 5 SBHE yaitu songgo satu, songgo dua dan songgo tiga. Hal tersebut dikarenakan tahun taman di Divisi 5 yang bervariasi mulai dari tanaman remaja sampai tanaman tua.

Data pada Tabel 6 menunjukkan teknik songgo yang paling dominan adalah

songgo dua dengan nilai persentase sebesar 61.64%. Songgo satu memiliki nilai persentase sebesar 24.53%. Kemudian kondisi pokok tanpa songgo sebanyak 2.52%. Penerapan songgo tiga yang harusnya sesuai SOP hanya dilaksanakan dengan persentase sebesar 11.32% dan persentase pelaksanaan yang tidak sesuai SOP sebesar 88.68%.

Tabel 6 Persentase teknik songgo yang diterapkan di Blok C-021

Songgo Jumlah Pokok Contoh Persentase

1 39 24.53

2 98 61.63

3 18 11.32

tanpa songgo 4 2.52

Total 159 100.00

Data pada Tabel 7 menunjukkan teknik songgo dua merupakan teknik songgo

(34)

18

45.87%. Kemudian songgo satu memiliki persentase sebesar 30.13%, disusul

songgo tiga dengan persentase sebesar 12.80% dan keadaan tanpa songgo sebesar 11.20%. Berdasarkan SOP, songgo yang harus diterapkan di lapangan yaitu songgo

dua. Penerapan songgo yang tidak sesuai SOP sebesar 54.13%.

Tabel 7 Persentase teknik songgo yang diterapkan di Blok D-011

Songgo Jumlah Pokok Contoh Persentase

1 113 30.13

2 172 45.87

3 48 12.80

tanpa songgo 42 11.20

Total 375 100.00

Data pada Tabel 8 menunjukkan nilai persentase tertinggi terdapat pada pokok dengan keadaan songgo satu, yaitu sebesar 57.34%. Persentase terkecil terdapat pada keadaan songgo 3 dengan nilai sebesar 3.32%. Songgo dua memiliki nilai persentase yg cukup besar yakni sebesar 30.75% dan kondisi pokok tanpa

songgo meliliki persentase sebesar 8.59%. Berdasarkan SOP, songgo yang harus diterapkan di lapangan yaitu songgo satu. Penerapan songgo yang tidak sesuai SOP sebesar 42.66%.

Tabel 8 Persentase teknik songgo yang diterapkan di Blok C-016

Songgo Jumlah Pokok Contoh Persentase

1 207 57.34

2 111 30.75

3 12 3.32

tanpa songgo 31 8.59

Total 361 100.00

(35)

19

Nisbah Seks Bunga dan Jumlah Tandan Buah

Nisbah seks yaitu perbandingan antara jumlah bunga betina dengan jumlah bunga jantan. Angka nisbah seks memiliki hubungan dengan jumlah pelepah yang dipertahankan pada tanaman. Menurunnya angka nisbah seks akan berhubungan langsung dengan menurunnya jumlah rataan tandan buah per pokok tanaman. Berdasarkan data pada Tabel 9, terlihat jelas perbedaan nilai nisbah seks dan jumlah tandan buah antara pokok over pruning dengan pokok under pruning dari ketiga blok yang diamati. Pokok over pruning biasanya memiliki nilai nisbah seks dan jumlah tandan buah yang lebih kecil dibandingkan pokok under pruning. Contoh pada blok D-011, pokok over pruning memiliki nilai nisbah seks sebesar 0.62 dan rataan tandan buah sebesar 3.63 tandan per pokok, sedangkan pada pokok under pruning nilai nisbah seksnya sebesar 1.32 dan rataan tandan buah sebesar 4.72 tandan per pokok. Kondisi tersebut menunjukan bahwa ada hubungan terkait antara nisbah seks dan rataan tandan buah dengan keadaan penunasan pada pokok.

Idealnya jika terdapat satu bunga jantan harus terdapat minimal satu bunga betina. Data di lapangan menunjukan pada kedaan pokok dengan jumlah pelepah optimal sesuai umur tanaman memiliki angka nisbah seks mendekati satu. Namun pada Blok C-016 pada keadaan jumlah pelepah optimal angka nisbah seksnya rendah yaitu 0.66. Hal tersebut bisa disebabkan interval jumlah pelepah yang dipertahankan hanya berkisar antara 32 sampai 40 pelepah per pokok karena diterapkannya songgo 1. Menurut Corley and Gray (1976), angka nisbah seks pada tanaman yang masih muda (awal perkembangan organ generatif) yaitu sekitar 4 atau 4:1 dan akan menurun sejalan dengan tanaman semakin tua, biasanya pada umur diatas 10 tahun nisbah seks rata-rata sekitar 1:1. Selanjutnya menurut hasil penelitian Harahap (1998), nisbah seks pada tanaman kelapa sawit umur 6-7 tahun berkisar antara 3 sampai 4.

Tabel 9 Perbandingan nisbah seks dan jumlah tandan buah pada pokok over pruning dan under pruning

Blok Umur tanaman

Over pruning Optimal Under pruning

Nisbah

(36)

20

seks yang tinggi tidak selalu berkorelasi dengan produksi tandan yang tinggi, karena tidak semua bunga betina yang dihasilkan akan menjadi tandan buah yang dapat dipanen. Salah satu faktor penyebab yang terjadi di lapangan yaitu sedikitnya jumlah kumbang yang tersedia di lapangan dalam membantu proses penyerbukan bunga, sehingga pihak kebun harus mendatangkan kumbang dari tempat lain. Selain itu faktor penyebab lainnya adalah terjadinya aborsi bunga betina. Menurut Corley (1976), penyebab aborsi bunga betina adalah kurangnya karbohidrat untuk perkembangan bunga, kurangnya ketersediaan air, dan pengurangan daun yang terlalu banyak sehingga tanaman mengalami cekaman.

Tabel 10 Perbandingan nisbah seks dan jumlah tandan buah antar blok Blok

*angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji t-student dengan �=0.05

Melihat hal yang terjadi di lapangan, keadaan jumlah pelepah yang dipertahankan akan dipengaruhi oleh jumlah buah yang terdapat pada pokok. Hal tersebut disebabkan karena sesuai dengan ketentuan teknik songgo, pemanen mengejar buah yang terdapat pada pokok. Nisbah seks dan jumlah tandan buah yang rendah mengakibatkan buah yang matang terletak pada posisi pelepah atas, sehingga pemanen akan mengejar buah tersebut dan pemotongan pelepah dilakukan secara berlebihan. Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi yang yang tertera pada Tabel 11, terdapat hubungan yang kuat antara jumlah buah dengan jumlah pelepah yang dipertahankan. Menurut Walpole (1992), apabila nilai korelasi mendekati 1 dapat dikatakan terdapat korelasi yang kuat di antara keduanya.

Tabel 11 Korelasi jumlah buah dan jumlah pelepah

Blok Nilai Korelasi

C-021 0.943857

D-011 0.991316

(37)

21

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pelaksanaan magang yang berlangsung selama empat bulan telah memberikan pengalaman dan pengetahuan baru dalam manajemen budidaya kelapa sawit. Penunasan pelepah merupakan kegiatan pemeliharaan sebagai bagian dari penerapan teknik budi daya tanaman kelapa sawit. Penunasan yang dilakukan di Divisi 5 SBHE mengacu pada SOP yang diberlakukan oleh perusahaan. Namun demikian pelaksanaan penunasan di lapangan masih ada yang belum sesuai dengan SOP. Hal tersebut bisa disebabkan kurangnya kedisiplinan pemanen dalam penerapan manajemen penunasan berdasarkan umur tanaman dan juga bisa karena keterlambatan waktu dalam pelaksanaan sistem penunasan korektif. Tidak adanya sanksi yang tegas dan lemahnya pengawasan membuat tingkat disiplin pemanen rendah.

Berdasarkan data hasil pengamatan di lapangan pada sistem songgo, umumnya pokok yang memiliki nilai nisbah seks dan rataan tandan buah yang rendah akan mengalami over pruning, sedangkan pokok yang memiliki nilai nisbah seks dan rataan tandan buah yang tinggi akan mengalami under pruning. Hal tersebut disebabkan karena sesuai dengan ketentuan teknik songgo, pemanen mengejar buah yang terdapat pada pokok dan tidak berpedoman pada jumlah pelepah yang harus dipertahankan. Berdasarkan analisis yang dilakukan, terdapat korelasi yang kuat antara jumlah tandan buah dengan jumlah pelepah.

Saran

Sistem penunasan yang dilakukan sebaiknya tidak mengikuti sistem songgo, tetapi mengikuti jumlah pelepah optimal yang dipertahankan pada pokok. Penyegaran pengetahuan pemanen mengenai teknik penunasan juga perlu dilakukan kembali. Penyegaran bisa dilakukan dengan cara memberikan pengarahan ulang, pelatihan dan simulasi pekerjaan. Peran mandor dan asisten dalam pengawasan manajemen penunasan pelepah sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan penunasan pelepah yang baik di lapangan. Selain itu, diperlukan adanya sanksi yang tegas untuk pelaksanaan yang tidak sesuai SOP. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan pemanen serta dengan sekaligus meningkatkan pengawasan oleh mandor dan asisten.

DAFTAR PUSTAKA

Corley R H V. 1976. Inflorescence abortion and sex differentiation, p. 37-55. In R H V Corley, J J Hardon, and B J Wood (Ed) Oil Palm Research. Elsevier, Amsterdam (NL).

and B S Gray. 1976. Growth and morphology, p. 77-85. In R H V Corley, J J Hardon, and B J Wood (Ed) Oil Palm Research. Elsevier, Amsterdam (NL). Direktorat Jendral Perkebunan. 2014. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor

(38)

22

http://ditjenbun.pertanian.go.id/tinymcpuk/gambar/file/5.%20Ekspor.pdf. [diunduh pada 29 Desember 2014].

Fauzi et al. 2012. Kelapa Sawit. Penenbar Swadaya. Jakarta (ID). 236 hal.

Harahap I Y. 1998. Model Simulasi Respons Fisiologi Pertumbuhan dan Hasil Tandan Buah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Disertasi [tidak dipublikasikan]. PPS IPB. Bogor (ID). 155 hal.

Hartley W. 1988. The Oil Palm. Tropical Agriculture Series (third edition). Longman Scientific Technical. New York (US). 761p.

Lubis A U. 2008. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia. Edisi 2. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Medan (ID). 605 hal.

Mangoensoekarjo S dan H Semangun. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gajah Mada University Press. Yogyakarta (ID). 362 hal.

. 2007. Manajemen Tanah dan Pemupukan Budidaya Perkebunan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta (ID). 408 hal.

Pahan I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Depok (ID). 411 hal.

Perdamean M. 2011. Sukses Membuka Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Depok (ID). 300 hal.

Risza S. 2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Kanisius. Yogyakarta (ID). 255 hal.

Setyamidjaja D. 2006. Kelapa Sawit. Tehnik Budi Daya, Panen, dan Pengolahan. Kanisius. Yogyakarta (ID). 127 hal.

(39)

23

Lampiran 1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas

Tanggal Uraian Kegiataan Prestasi Kerja Lokasi

Penulis Karyawan Standar

01/03/2014 Penunasan 10 pokok 54 pokok 76 pokok L022

02/03/2014 Libur hari minggu - - - -

03/03/2014 Penunasan 20 pokok 96 pokok 76 pokok N020

04/03/2014 Stepel card 4.4 ha - 10 ha N020

05/03/2014 Babat manual 0.5 ha 2 ha 2 ha N020

06/03/2014 Peunasan 30 pokok 76 pokok 76 pokok N020

07/03/2014 Babat manual 1 ha 2 ha 2 ha M018

08/03/2014 Babat manual 1.5 ha 2 ha 2 ha M018

09/03/2014 Libur hari minggu - - - -

10/03/2014 Pemupukan 64 kg 512 kg 500 kg A007

11/03/2014 Helper panen 4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha B007-B009

12/03/2014 Helper panen 4.5 ha 4.5 ha 4.5 ha C007-C009

13/03/2014 Panen 5 tandan 105 tandan 100 tandan D007-D009

14/03/2014 Semprot 0.5 ha 3.5 ha 3.5 ha C006

15/03/2014 Semprot 0.5 ha 3.5 ha 3.5 ha C007

16/03/2014 Libur hari minggu - - - -

17/03/2014 Membantu administrasi kantor 7 jam 7 jam 7 jam Kantor Induk

18/03/2014 Panen 8 tandan 102 tandan 100 tandan B007-B009

19/03/2014 Pemupukan 96 kg 512 kg 500 kg E009

20/03/2014 Tidak masuk (SAKIT) - - - -

21/03/2014 Tidak masuk (SAKIT) - - - -

22/03/2014 Panen 15 tandan 120 tandan 110 tandan C019-C022

23/03/2014 Libur hari minggu - - - -

24/03/2014 Pemupukan 96 kg 624 kg 500 kg D018-D019

25/03/2014 Panen 23 tandan 132 tandan 110 tandan D015-D019

26/03/2014 Panen 25 tandan 128 tandan 110 tandan D020-D024

27/03/2014 Pemupukan 128 kg 672 kg 600 kg C022

28/03/2014 Helper panen 4.5 ha 7 ha 4.5 ha A013-B019

29/03/2014 Semprot 0.5 ha 3.5 ha 3.5 ha D024

30/03/2014 Libur hari minggu - - - -

31/03/2014 Libur nasional (hari raya nyepi) - - - -

(40)

24

Lampiran 2 Jurnal harian sebagai pendamping mandor

Tanggal Uraian Kegiataan

Prestasi Kerja

Lokasi Jumlah Karyawan

yang Diawasi (orang)

Luas Areal

yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam)

01/04/2014 Panen 24 280.94 7 D010-D017

02/04/2014 Mandor 1 - - 7 Divisi 5

03/04/2014 Perawatan 13 30.38 7 D015

04/04/2014 Panen 24 176.16 5 A013-B019

05/04/2014 Perawatan 13 30.69 7 D016

06/04/2014 Libur hari minggu - - - -

07/04/2014 Kerani panen 19 280.94 7 D010-D017

08/04/2014 Kerani panen 24 203.47 7 D018-D024

09/04/2014 Libur (PEMILU) - - - -

10/04/2014 Perawatan 24 61.07 7 D015-D016

11/04/2014 Perawatan 11 29.59 5 C014

12/04/2014 Perawatan 24 32.46 7 D019

13/04/2014 Libur hari minggu - - - -

14/04/2014 Perawatan 9 16 7 D020

15/04/2014 Mandor 1 - - 7 Divisi 5

16/04/2014 Pemupukan 16 57.36 7 D021-D022

17/04/2014 Perawatan 10 15 7 D020

18/04/2014 Libur nasional (wafat Isa Almasih) - - - -

19/04/2014 Simulasi sensus BBC - - 7 D009-D010

20/04/2014 Libur hari minggu - - - -

21/04/2014 Pemupukan 11 30.23 7 D022

22/04/2014 Pemupukan 22 51.09 7 D023-D024

23/04/2014 Pemupukan 10 32.61 7 D014

24/04/2014 Pemupukan 15 32.34 7 D013

25/04/2014 Panen 19 176.16 5 A013-B019

26/04/2014 Semprot 14 63.69 7 D019-D020

27/04/2014 Libur hari minggu - - - -

28/04/2014 Tidak masuk (SAKIT) - - - -

29/04/2014 Klinik kerja mandor - - 7 Bangun Koling Estate

30/04/2014 Kerani transport 6 - 7 D020-D024

(41)

25

Lampiran 3 Jurnal harian sebagai pendamping asisten

Tanggal Uraian Kegiataan

Prestasi Kerja

Lokasi Jumlah Mandor

yang Diawasi (orang)

Luas Areal

yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam)

01/05/2014 Libur nasional (hari buruh) - - - -

02/05/2014 Pengecekan sarana & prasarana kebun 1 - 5 Traksi kebun

03/05/2014 Membantu administrasi kantor - - 7 Kantor induk

04/05/2014 Libur hari minggu - - - -

05/05/2014 Pengamatan data di lapangan - - - C016

06/05/2014 Simulasi LSU - - - Sungai Cempaga Estate

07/05/2014 Pengamatan data di lapangan - - - C016

08/05/2014 Panen & perawatan 3 171.71 7 C014-C018 & B015

09/05/2014 Pengamtan data di lapangan - - - D011

10/05/2014 Panen & perawatan 3 129.12 7 C019-C022 & D010

11/05/2014 Libur hari minggu - - - -

12/05/2014 Pengamatan data di lapangan - - - D011

13/05/2014 Menyelesaikan masalah karyawan mogok kerja - - 7 Perumahann divisi 5

14/05/2014 Pengamatan data di lapangan - - - C021

15/05/2014 Libur nasional (hari raya waisak) - - - -

16/05/2014 Tidak masuk (SAKIT) - - - -

17/05/2014 Panen 2 97.25 7 C019-C022

18/05/2014 Libur hari minggu - - - -

19/05/2014 Pemupukan 1 63.75 7 D010-D011

20/05/2014 Pemupukan 1 64.69 7 D012-D013

21/05/2014 Semprot 1 60 7 C016-C017

22/05/2014 Panen 2 146.21 7 C014-C018

23/05/2014 Panen & semprot 3 201.64 5 B013-B019 & D014

24/05/2014 Pemupukan 1 57.36 7 D021-D022

25/05/2014 Libur hari minggu - - - -

26/05/2014 Kunjungan ke pabrik kelapa sawit - - 7 Selucing Agro Mill

27/05/2014 Kunjungan ke pabrik kelapa sawit - - 7 Selucing Agro Mill

28/05/2014 Kunjungan ke pabrik kelapa sawit - - 7 Selucing Agro Mill

29/05/2014 Libur nasional (kenailan Isa Almasih) - - - -

30/05/2014 Panen 2 176.16 5 A013-B019

31/05/2014 Panen 2 146.21 7 C014-C018

01/06/2014 Libur hari minggu - - - -

02/06/2014 Semprot 1 4705 7 B015-B016

(42)

26

Lampiran 3 Jurnal harian sebagai pendamping asisten (lanjutan…)

Tanggal Uraian Kegiataan

Prestasi Kerja

Lokasi Jumlah Mandor

yang Diawasi (orang)

Luas Areal

yang Diawasi (ha) Lama Kegiatan (jam)

03/06/2014 Dokumentasi & administrasi persiapan ISPO - - 7 Kantor induk

04/06/2014 Dokumentasi & administrasi persiapan ISPO - - 7 Divisi 3 & kantor induk

05/06/2014 Administrasi persiapan ISPO - - - Kantor induk

06/06/2014 Administrasi persiapan ISPO - - - Kantor induk

07/06/2014 Kunjungan ke laboratorium riset - - 7 Laboratorium Riset

08/06/2014 Libur hari minggu - - - -

09/06/2014 Bongkar muat hasil panen 2 160.85 7 D010-D014

10/06/2014 Panen & bongkar muat hasil panen 4 152.25 7 D015-D019

11/06/2014 Perawatan & bongkar muat hasil panen 3 91.12 7 C022 & D020-D021

12/06/2014 Quality check hanca panen & semprot 2 89.48 7 D020-D022 & C019

13/06/2014 Until pupuk & panen 3 176.16 5 Gudang pupuk & A013-B019

14/06/2014 Pemupukan 1 95.9 7 D010-D013

15/06/2014 Libur hari minggu - - - -

16/06/2014 Pemupukan 1 62.99 7 D014--D015

17/06/2014 Semprot & perawatan 2 93.34 7 C014 & D010-D011

18/06/2014 Panen 2 139.68 7 D020-D024

19/06/2014 Panen 2 146.21 7 C014-C0018

20/06/2014 Perawatan 1 47.05 5 B015-B016

21/06/2014 Perawatan & bongkar muat 2 97.25 7 D020 & C019-C022

22/06/2014 Libur hari minggu - - - -

23/06/2014 Panen 2 160.85 7 D010-D014

24/06/2014 Pupuk 1 55.9 7 C016-C017

25/06/2014 Pupuk 1 59.93 7 C014-C015

26/06/2014 Panen 2 146.21 7 C014-C-018

27/06/2014 Semprot 1 25.5 5 B015

28/06/2014 Bongkar muat hasil panen 1 97.25 7 C019-C022

29/06/2014 Libur hari minggu - - - -

30/06/2014 Berpamitan dengan warga Divisi 5 - - - Kantor divisi

(43)

27

Lampiran 4 Data curah hujan Sungai Bahaur Estate tahun 2007-2013

Sumber: Data Kebun SBHE (2014)

HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH CH

Jan 5 143 11 320 13 236 20 348 19 357 13 324 10 371 16 277 13.38 297.00

Feb 9 307 13 165 1 1 9 203 14 326 5 104 17 493 19 972 10.88 321.38

Mar 12 271 16 501 10 209 9 203 17 268 22 282 15 257 19 723 15.00 339.25

Apr 12 282 16 690 14 397 9 292 18 312 9 240 15 644 16 723 13.63 447.50

Mei 3 114 8 336 7 73 7 213 16 291 12 276 12 341 15 323 10.00 245.81

Jun 5 87 17 353 8 180 6 270 13 431 5 124 7 139 5 91 8.25 209.38

Jul 13 134 12 215 9 106 5 280 16 473 9 142 12 282 13 245 11.13 234.63

Aug 0 0 4 49 7 165 1 22 15 293 1 45 8 254 10 192 5.75 127.53

Sep 6 104 8 377 10 278 2 32 16 531 2 135 3 30 12 276 7.38 220.31

Okt 5 76 14 318 9 217 12 405 11 337 20 479 12 479 9 405 11.50 339.50

Nov 16 192 15 493 11 269 15 235 14 521 11 489 12 265 13 231 13.38 336.88

Des 25 427 15 496 18 304 19 297 9 209 17 354 18 477 15 314 17.00 359.75

Jumlah 111 2137 149 4313 117 2435 114 2800 178 4349 126 2994 141 4032 162 4771.2 137.25 3478.90

BB 9 11 10 10 12 11 11 11 10.63

BK 1 1 1 2 0 1 1 0 0.88

Keterangan : HH : Hari hujan

CH : Curah hujan (mm) BK : Bulan kering (<60 mm) BB : Bulan basah (>100 mm)

Q : Nilai untuk menentukan batas-batas tipe iklim

Klasifikasi Iklim menurut Schmidth-Ferguson Q =

A : Daerah sangat basah E : Daerah agak kering

B : Daerah basah F : Daerah kering =

C : Daerah agak basah G : Daerah sangat kering

D : Daerah sedang H : Daerah ekstrim = 0.082 (Tipe iklim A)

2012 2013

Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Rataan

(44)

28

Lampiran 5 Peta kebun menurut jenis tanah di Sungai Bahaur Estate

(45)

29 Lampiran 6 Luas areal dan tata guna lahan di Sungai Bahaur Estate

Uraian Luas (ha)

I. Areal Diusahakan A. Areal Ditanam

1. TM

1.1. 19988 847.68

1.2. 19999 0

1.3. 20000 282.21

1.4. 20011 0

1.5. 20022 349.94

1.6. 20033 1 181.52

1.7. 20044 0

1.8. 20055 181.48

1.9. 20066 129.89

1.10. 20077 512.92

1.11. 20088 501.8

Sub total 3 987.44

B. Areal Prasarana

1. Emplasemen/bangunan lainnya 42

2. Jalan dan jembatan 139

3. Pabrik 0

4. Lain-lain 0

Sub total 181

II. Areal Bisa Ditanam

C. Cadangan 0

D. Okupasi 70

Sub total 70

III. Areal Tidak Bisa Ditanam

E. Tanah Desa 0

F. Bukit, sungai, rawa, pasir, dll. 45

Sub total 45

Total Luas Areal Kebun 4 283.44

(46)

30

Lampiran 7 Peta kebun menurut tahun tanam di Sungai Bahaur Estate

(47)

31

Lampiran 8 Perkembangan produksi kelapa sawit di Sungai Bahaur Estate tahun 2009-2013 Tahun

Tanam Luas (ha)

2009 2010 2011 2012 2013

Ton/ha Produksi

(kg) Ton/ha

Produksi

(kg) Ton/ha

Produksi

(kg) Ton/ha

Produksi

(kg) Ton/ha

Produksi (kg) 1998 848.0 17.8 15 068 805 20.1 17 012 694 21.6 18 340 484 24.4 20 703 304 19.5 16 519 776 2000 282.2 13.9 3 920 750 16.8 4 749 390 19.0 5 369 515 23.6 6 656 723 20.5 5 785 428 2002 349.9 12.3 4 321 090 14.4 5 038 010 16.2 5 671 351 19.0 6 652 746 17.6 6 150 156 2003 1 181.5 12.3 14 473 750 14.7 17 316 303 18.1 21 412 414 22.3 26 317 889 18.8 22 201 841 2005 181.5 9.6 1 748 390 14.3 2 591 977 18.2 3 308,992 21.3 3 866 015 19.0 3 440 478 2006 129.9 6.0 779 730 8.6 1 117 849 14.9 1 939 206 20.3 2 635 226 17.4 2 260 845 2007 512.9 6.5 3 345 025 7.5 3 839 584 13.5 6 932 078 17.1 8 791 237 17.7 9 077 305 2008 501.5 4.2 2 124 290 6.3 3 168 924 11.0 5 528 361 15.9 7 997 230 16.3 8 184 361 Total 3 987.5 45 781 830 54 834 730 68 502 400 83 620 370 73 620 190 Sumber : Data Kebun SBHE (2014)

(48)

32

Lampiran 9 Struktur organisasi Sungai Bahaur Estate

(49)

33

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 13 juni 1992 dari bapak Muhtar Gojali dan ibu Sukanah Sukmayanti. Penulis merupakan putra pertama dari dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA N 1 Parigi dan pada tahun yang sama penulis masuk ke Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

(50)

ABSTRAK

MOCHAMMAD FAHMI. Manajemen Penunasan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis

Jacq.) di Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh SUDIRMAN YAHYA.

Magang ini dilaksanakan di Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabantindo Abadi dari bulan Maret sampai Juli 2014. Kegiatan magang bertujuan untuk menambah pemahaman dan keterampilan dalam aspek teknis dan manajerial perkebunan kelapa sawit terutama dalam penunasan. Pengamatan yang dilakukan yaitu meliputi sistem penunasan, jumlah pelepah dipertahankan, teknik penunasan, nisbah seks bunga dan jumlah tandan buah. Sistem penunasan yang diterapkan yaitu sistem korektif. Jumlah pelepah yang dipertahankan mengikuti teknik songgo yang diterapkan berdasarkan umur tanaman. Nisbah seks bunga digunakan untuk memperkirakan potensi tanaman untuk berbuah. Pelaksanaan penunasan di SBHE belum berjalan dengan baik, beberapa kendala diantaranya yaitu rendahnya disiplin pemanen, lemahnya pengawasan, serta tidak adanya sanksi yang tegas.

Kata kunci: jumlah pelepah, nisbah seks, teknik penunasan

ABSTRACT

MOCHAMMAD FAHMI. Pruning Management of Oil Palm (Elaeis guineensis

Jacq.) at Sungai Bahaur Estate, PT Windu Nabatindo Abadi, Central Borneo. Supervised by SUDIRMAN YAHYA

This internship was conducted at Sungai Bahaur Estate (SBHE), PT Windu Nabatindo Abadi from March to July 2014. Apprenticeship aims to increase the understanding and skill on technical and managerial aspects of oil palm plantation, especially in pruning management. The observation was conducted on the pruning system, number of leaf frond retained, pruning technique, sex ratio of flower and number of fruit bunches. Pruning was applied according to corrective pruning system. The number of leaf frond which is maintained following the pruning techniques which is applied based on the age of the plant. The sex ratio of flowers are used to estimate the potential of plants to bear fruit. Implementation of pruning at SBHE had not run well according to SOP, several constraints were found such as the low discipline harvesters, lack of supervision, and the absence of strict sanctions.

Gambar

Gambar 1 Kegiatan pengendalian gulma manual di Divisi 5 SBHE
Gambar 2 Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi di Divisi 5 SBHE
Tabel 1  Rekomendasi dosis pupuk Divisi 5 tahun 2014
Gambar 3 Kegiatan penaburan pupuk di Divisi 5 SBHE
+7

Referensi

Dokumen terkait

3.0 Rekam keperawatan File Nama pegawai Pendaftaran File Jabatan pegawai File data identitas File data kunjungan File data anamnesa File data tindakan Manajemen RS 4.0

Hal tersebut diperlukan untuk meyakinkan rakyat memilih Golkar, peran militer pada pemilu 1992 dan 1997 melakukan intervensi kepada rakyat untuk memilih

Pada kegiatan KKN-PPM periode XIII ini, penulis berkesempatan untuk mendampingi keluarga Ibu I Wayan Wija yang bertempat tinggal di Banjar Dinas Tonja. Luas areal rumah

Dengan menggunakan rangkaian pada Gambar 9.3, maka besar arus listrik yang mengalir melalui lampu pijar dan beda potensial antara ujung-ujung lampu pijar dapat diketahui

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah (1) wujud pemakaian bahasa Jawa oleh santri pondok pesantren Hadziqiyyah Kabupaten Jepara antara lain

Convention dan Exhibition Centre di Solo Baru Penekanan pada Arsitektur Modern Kontemporer adalah sebuah bangunan yang menjadi wadah pusat koordinasi kegiatan yang

Membawa : Laptop, Kabel Roll, Modem dan Flasdisk Acara : Kualitas Data Sekolah. Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah rumus korelasi Chi Square yaitu untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan harga diri