ANALISIS KUALITAS LAYANAN JARINGAN VSAT
DITINJAU DARI
DELAY
,
THROUGHPUT
, DAN
PACKET LOSS
ANGGA NUGRAHA
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kualitas Layanan Jaringan VSAT Ditinjau dari Delay, Throughput, dan Packet loss adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2015
Angga Nugraha
ABSTRAK
ANGGA NUGRAHA. Analisis Kualitas Layanan Jaringan VSAT Ditinjau dari Delay, Throughput, dan Packet Loss. Dibimbing oleh HERU SUKOCO.
Jaringan VSAT merupakan jaringan komputer yang menggunakan satelit sebagai media komunikasi untuk mengirimkan data. Koneksi jaringan VSAT memiliki kekurangan yaitu delay yang tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kualitas layanan jaringan VSAT. Penelitian ini melakukan analisis terhadap data traffic jaringan VSAT pada pelanggan Metrasat yang diambil menggunakan aplikasi Wireshark. Analisis yang dilakukan adalah menghitung delay pengiriman paket, throughput, dan
packet loss. Hasil analisis menunjukkan bahwa site Buma Lati memiliki rata-rata delay terkecil dan throughput terbesar pada protokol RTP dengan nilai masing-masing 22.364 ms dan 49.542 kbps. Site Gunung Bayan memiliki rata-rata delay terkecil dan throughput terbesar pada protokol NBSS dengan nilai masing-masing 767.244 ms dan 5.398 kbps. Site Adaro Mile memiliki rata-rata delay terkecil dan throughput terbesar pada protokol DCE/RPC dengan nilai masing-masing 824.950 ms dan 9.137 kbps. Untuk rasio packet loss pada site Buma Lati, Gunung Bayan, dan Adaro Mile masing-masing adalah 1.57%, 6.85%, dan 2.63%. Berdasarkan hasil analisis yang didapatkan, layanan jaringan VSAT memiliki delay yang tinggi dan throughput yang tidak maksimal.
Kata Kunci: delay, packet loss, throughput, very small aperture terminal,
wireshark.
ABSTRACT
ANGGA NUGRAHA. Analysis of VSAT Network Services Quality in terms of Delay, Throughput, and Packet loss. Supervised by HERU SUKOCO.
Based on the analytical results obtained, VSAT network services has a high delay and the throughput was not optimal.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer
pada
Departemen Ilmu Komputer
ANALISIS KUALITAS LAYANAN JARINGAN VSAT
DITINJAU DARI
DELAY
,
THROUGHPUT
, DAN
PACKET
LOSS
ANGGA NUGRAHA
DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Penguji:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah analisis jaringan VSAT, dengan judul Analisis Kualitas Layanan Jaringan VSAT Ditinjau dari Delay, Throughput, dan Packet Loss.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1 Ayah, Ibu dan Adik yang telah memberikan doa serta dukungan moral sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan.
2 Bapak DrEng Heru Sukoco, SSi MT selaku pembimbing, serta Ibu Dr Ir Sri Wahjuni, MT dan Ibu Karlisa Priandana, ST MEng selaku penguji yang telah memberikan banyak saran pada karya ilmiah ini.
3 Bapak Nugroho Wibisono selaku Manager VSAT IP dan Datacom di Metrasat, Bapak Imam Santoso selaku Senior Engineer Datacom yang telah membantu dalam pengambilan data.
4 Teman-teman Ilkom Alih Jenis Angkatan 7 atas segala bantuan yang diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Ruang Lingkup Penelitian 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Jaringan VSAT 2
Teknologi VSAT SCPC 3
Konsep Jaringan MPLS 4
METODE PENELITIAN 5
Analisis Masalah 5
Skenario Pengambilan Data 6
Pengambilan Data 7
Analisis Kinerja 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 10
Analisis Masalah 10
Skenario Pengambilan Data 11
Pengambilan Data 14
Analisis Kinerja 17
SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 26
DAFTAR TABEL
1 Format hasil pembersihan data 7
2 Kategorisasi delay TIPHON 8
3 Kategorisasi delay ITU-T G.114 9
4 Kategorisasi packet loss TIPHON 9
5 Kategorisasi packet loss ITU-T G.114 10
6 Data perangkat jaringan pada hubstation 10
7 Data perangkat jaringan pada remote station 11
8 Data pengguna pada masing-masing pelanggan 11
9 Hasil pengamatan monitoring Cacti 13
10Data traffic jaringan hasil sniffing 14
11Analisis kualitas delay transmisi site Buma Lati 18 12Analisis kualitas delay transmisi site Gunung Bayan 18 13Analisis kualitas delay transmisi site Adaro Mile 19 14Utilisasi penggunaan bandwidth site Buma Lati 20 15Utilisasi penggunaan bandwidth site Gunung Bayan 21 16Utilisasi penggunaan bandwidth site Adaro Mile 22
DAFTAR GAMBAR
1 Topologi sistem point to point SCPC 4
2 Tahapan metode penelitian 5
3 Skenario pengambilan data 11
4 Tampilan proses capture traffic jaringan 12
5 Implementasi titik pengukuran pada jaringan VSAT Metrasat 14 6 Komposisi protokol transport pada 3 pelanggan VSAT Metrasat 16 7 Jumlah paket data pada masing-masing protokol 16 8 Hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data site Buma Lati
17 9 Hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data site Gunung
Bayan 18
10Hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data site Adaro
Mile 19
11Hasil perhitungan rata-rata throughput transmisi paket data site
Buma Lati 20
12Hasil perhitungan rata-rata throughput transmisi paket data site
Gunung Bayan 21
13Hasil perhitungan rata-rata throughput transmisi paket data site
Adaro Mile 21
DAFTAR LAMPIRAN
1 Langkah pengambilan data traffic jaringan 26
2 Hasil pembersihan data 27
3 Waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan paket data pada
Lampiran 2. 28
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan jaringan komputer berskala besar semakin meningkat dan kebutuhan tersebut telah menjadi kebutuhan yang vital bagi perusahaan-perusahaan besar di Indonesia khususnya bidang perkebunan dan pertambangan. Dari segi geografis, dapat dilihat bahwa wilayah Indonesia terdiri atas pulau-pulau dan wilayahnya terpisahkan oleh lautan yang luas. Dengan kondisi seperti ini, perusahaan memerlukan sebuah media komunikasi yang dapat mengatasi kendala tersebut. Media komunikasi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut adalah melalui komunikasi satelit.
Teknologi yang menggunakan media komunikasi satelit adalah very small aperture terminal (VSAT). VSAT adalah stasiun penerima sinyal dari satelit dengan antena penerima berbentuk piringan yang menghadap ke sebuah satelit geostasioner. Teknologi VSAT memiliki kelemahan yang disebabkan jarak satelit dan stasiun penerima yang relatif jauh mengakibatkan adanya delay propagasi yang signifikan. Menurut Ranggasukma (2014), kinerja jaringan VSAT rentan terhadap gangguan cuaca. Untuk mengetahui kualitas jaringan VSAT maka perlu dilakukan analisis terhadap kinerja jaringan VSAT. Matriks kinerja yang dianalisis dalam penelitian ini adalah
delay, throughput, dan packet loss.
Penelitian yang terkait dengan analisis jaringan VSAT telah dilakukan sebelumnya. Putra (2013) melakukan penelitian yang berjudul Analisis Kualitas Jaringan VSAT Pusat Layanan Internet Kecamatan Kabupaten Lahat. Dalam penelitian tersebut, dilakukan pemantauan dan pengukuran parameter kualitas jaringan yaitu bandwidth, delay, packet loss, dan
throughput. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa nilai throughput jauh lebih kecil daripada kapasitas bandwidth yang disewa. Nilai delay rata-rata minimum 632.475 ms, sedangkan nilai delay rata-rata maksimum 705.575 ms. Nilai packet loss 7 – 25%, dan nilai throughput 0.878483 – 1.417556 % dari kapasitas bandwidth yang disewa.
Penelitian ini menggunakan teknologi VSAT point to point, berbeda dengan penelitian Putra (2013) yang menggunakan teknologi VSAT point to multipoint. Selain itu penelitian ini melakukan pengukuran kinerja kualitas jaringan VSAT di perusahaan penyedia layanan satelit yaitu PT. Multimedia Nusantara atau lebih dikenal dengan Metrasat.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini antara lain:
1 Sistem komunikasi satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah
single channel per carrier (SCPC).
2 Tidak memerhatikan faktor cuaca, interferensi, dan gerhana satelit (sunoutage).
2
4 Traffic jaringan yang diamati yaitu pada router customer edge (CE) jaringan VSAT Metrasat.
5 Matriks kinerja yang dianalisis adalah delay, throughput, dan packet loss.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap kualitas layanan jaringan VSAT ditinjau dari delay, throughput, dan packet loss.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat mengoptimalkan kinerja jaringan VSAT dari perusahaan-perusahaan yang menggunakan media komunikasi satelit.
TINJAUAN PUSTAKA
Jaringan VSAT
Very Small Aperture Terminal (VSAT) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan stasiun penerima sinyal dari satelit dengan antena penerima berbentuk piringan yang menghadap ke sebuah satelit geostasioner. Satelit geostasioner adalah satelit yang memiliki orbit pada bidang equator
dengan ketinggian ± 36000 km di atas permukaan bumi. Antena yang digunakan pada remote station memiliki diameter 1.8 – 3.8 meter, sedangkan pada hub station digunakan antena dengan diameter yang lebih besar dari 4.5 meter. Menurut Parlindungan (2008) secara umum sistem komunikasi satelit terdiri atas dua bagian penting yaitu:
1 Segmen bumi (Ground Segment), yaitu elemen jaringan VSAT yang berada di stasiun bumi.
2 Segmen angkasa (Space Segment), merupakan satelit geosynchronous earth orbit (GEO).
Perangkat ground segmen pada stasiun bumi, berdasarkan penempatannya dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
1 In-door Unit yaitu perangkat dasar penyusun stasiun bumi yang umumnya bersifat sensitif sehingga diletakkan pada sisi dalam ruangan. Contoh perangkat indoor unit adalah:
a Modem dan multiplexer
b Baseband processor, alarm, dan control power supply.
2 Out-door unit yaitu perangkat yang terletak atau posisi efisiensi relatif penggunaannya berada pada luar ruangan. Contoh perangkat outdoor unit adalah:
a Up / Down Converter
3 c Power Supply Unit (PSU)
d Subsistem antena: Reflektor, Feedhorn, Low Noise Amplifier (LNA),
instrumen Grounding, instrumen Mounting, dan instrumen Assembly. Menurut Manurung (2011) sistem komunikasi VSAT memiliki layer
yang identik dengan layer open system interconnection (OSI). Namun pada sistem komunikasi VSAT, layer yang berperan hanya pada tiga layer paling bawah yaitu physical layer, data link layer, dan network layer.
1 Physical layer
Layer ini berfungsi untuk menentukan semua parameter terkait medium fisik yang digunakan oleh jaringan itu sendiri, baik topologi jaringan, link, bit format, bit eror rate, forward error correction, encoding, dan decoding. 2 Data link layer
Layer ini berfungsi memastikan paket data sampai pada physical layer.
Layer ini menerima kumpulan paket data yang tergabung menjadi sebuah
frame dan menentukan informasi lain terkait dengan frame tersebut. Pada
layer ini juga terdapat kontrol akses dari setiap kanal yang sesuai dengan cara kerja satelit VSAT atau sering disebut juga dengan medium access control
(MAC).
3 Network layer
Layer ini terdapat 4 fungsi khusus yaitu addressing, routing information, congestion control, dan accounting. Addressing yaitu fungsi untuk menentukan tujuan atau alamat paket. Sedangkan routing information
adalah fungsi untuk menentukan jalur yang dipilih dan digunakan oleh paket data. Congestion control berfungsi mengatur bagaimana jalur yang harus dilalui oleh paket. Accounting berfungsi untuk menghitung berapa besar paket yang sampai dari besar paket yang dikirimkan.
Teknologi VSAT SCPC
Menurut Darwis (2008), Single Channel per Carrier (SCPC) merupakan salah satu konfigurasi pada VSAT yang menggunakan metode akses point to point. Teknologi SCPC dapat mengirimkan layanan komunikasi data atau voice untuk hubungan point to point. Teknologi SCPC ini menempatkan masing-masing satu buah sinyal pembawa (carrier) untuk setiap node link komunikasinya. Link VSAT dengan menggunakan sistem SCPC ini memberikan dedicated bandwidth untuk kebutuhan komunikasi dalam jumlah besar dan terus menerus dengan lokasi yang tidak terjangkau oleh layanan jaringan kabel. Layanan SCPC ini dapat digunakan untuk komunikasi data, suara, gambar dan video. Topologi sistem point to point
SCPC dapat dilihat pada Gambar 1.
4
jaringan VSAT, stasiun bumi juga membutuhkan perangkat router atau
switch untuk menghubungkan jaringan VSAT dengan jaringan yang dimiliki
customer.
Gambar 1 Topologi sistem point to point SCPC
Konsep Jaringan MPLS
Menurut Zenhadi (2013), Multi Protocol Label Switching (MPLS) merupakan sebuah teknik yang menggabungkan kemampuan manajemen
switching yang ada dalam teknologi asynchronous transfer mode (ATM) dengan fleksibilitas network layer yang dimiliki teknologi internet protocol
(IP). Fungsi label dalam MPLS adalah sebagai proses penyambungan dan pencarian jalur dalam jaringan komputer. MPLS menggabungkan teknologi
switching di layer 2 dan teknologi routing di layer 3, sehingga menjadi solusi jaringan terbaik dalam menyelesaikan masalah kecepatan, scalability, quality of service (QoS), dan rekayasa traffic.
Menurut Winarno dan Oktavia (2004), VSAT mendukung 2 macam
switching yaitu switching paket dan switching sirkuit. Dalam switching sirkuit,
semua data mengalir mengikuti jalur yang telah dibentuk terlebih dahulu sebelum pengiriman data dimulai. Berbeda halnya dengan switching paket,
setiap paket data diarahkan dari asal ke tujuan dan kemungkinan melalui jalur yang berbeda-beda.
Pada sistem jaringan MPLS terdiri atas 3 jenis router yaitu:
1 Router P (Provider), yaitu router yang terdapat dalam MPLS domain.
Router P terhubung dengan router-router lain yang dimiliki oleh service provider. Pada jaringan MPLS yang tidak terlalu besar terkadang tidak terdapat router P di dalamnya untuk menghemat biaya.
2 Router PE (Provider Edge), yaitu router yang terhubung langsung dengan
5 3 Router CE (Customer Edge), yaitu router yang terdapat di sisi customer. Pada router CE ini tidak terdapat konfigurasi MPLS apapun dan hanya memiliki routingan static atau routingan dynamic seperti OSPF/EIGRP.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan proses. Gambar 2 menunjukkan tahapan proses yang dilakukan dalam penelitian.
Mulai
Analisis Masalah
Skenario Pengambilan Data
Pengambilan Data
Analisis Kinerja
Selesai
Gambar 2 Tahapan metode penelitian
Analisis Masalah
Pada tahapan analisis masalah dilakukan pengamatan dan pengumpulan informasi terhadap lingkungan penelitian dan memahami jaringan VSAT yang ada di Metrasat. Informasi yang dikumpulkan dalam tahap ini meliputi: 1 Infrastruktur jaringan VSAT, yaitu informasi mengenai data perangkat
yang terhubung dalam jaringan VSAT.
2 Identifikasi pelanggan jaringan VSAT, yaitu informasi mengenai data pelanggan yang terlibat dalam penelitian dan informasi mengenai jumlah
user dari setiap pelanggan.
3 Identifikasi layanan, yaitu informasi mengenai layanan apa saja yang digunakan oleh pelanggan.
4 Identifikasi alamat network, yaitu informasi mengenai alamat network dari masing-masing pelanggan.
Informasi yang dikumpulkan dapat diperoleh dari dokumentasi infrastruktur jaringan VSAT yang dimiliki oleh Metrasat dan database
6
mengidentifikasi pengguna yang terlibat dalam penelitian. Dokumentasi infrastruktur jaringan VSAT ini berupa gambar topologi dari hubstation dan
remote station.
Skenario Pengambilan Data
Pada tahapan ini akan dijelaskan skenario pengambilan data yang akan dilakukan selama penelitian. Skenario pengambilan data yang akan dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
1 Merancang skenario pengambilan data.
2 Menentukan perangkat lunak yang digunakan untuk pengambilan data. 3 Menentukan waktu pengambilan data.
Perancangan skenario pengambilan data
Pada tahapan ini dilakukan pembuatan rancangan pengambilan data untuk memperoleh data dari suatu jaringan. Rancangan yang dibuat yaitu menentukan letak packet sniffer untuk pengambilan data dari suatu jaringan VSAT agar memperoleh traffic jaringan yang representatif. Rancangan ini akan diimplementasikan pada topologi jaringan VSAT Metrasat.
Sebuah packet sniffer dapat memperoleh traffic dengan memanfaatkan fitur switched port analyzer (SPAN) atau disebut juga port mirroring. Fitur SPAN merupakan fitur yang relatif dasar pada switch Cisco. Fitur ini berfungsi untuk membuat salinan paket unicast dari sebuah port di dalam jaringan ke port sniffer, sehingga dengan fitur SPAN dapat memilih traffic
jaringan mana saja yang akan dianalisis oleh packet sniffer (Cisco 2014).
Penentuan perangkat lunak
Pada tahapan ini akan ditentukan perangkat lunak yang digunakan untuk pengambilan data. Perangkat lunak tersebut memiliki kemampuan untuk mengambil data traffic jaringan yang sedang beroperasi. Selain itu, perangkat lunak ini juga dapat membantu dalam analisis data traffic jaringan.
Penentuan waktu pengambilan data
Pada tahapan ini akan ditentukan waktu pengambilan data yang dapat mewakili kinerja jaringan dari pelanggan. Waktu pengambilan data ini adalah pada saat traffic jaringan sedang tinggi atau lebih dikenal dengan busy hour. Berdasarkan dokumen ITU-T E.600, pengukuran traffic jaringan dapat dilakukan dengan metode average daily peak hour (ADPH). ADPH adalah metode pengukuran traffic jaringan yang menentukan jam tersibuk berbeda-beda untuk setiap harinya (different time for different days), lalu dirata-ratakan selama periode pengamatan. Metode ini digunakan karena kebutuhan
traffic data, suara, dan video tidak muncul pada waktu yang sama di dalam setiap harinya. Menurut Basuseno (2014), untuk menentukan traffic ADPH dapat menggunakan Persamaan 1.
7 Keterangan:
- N adalah jumlah hari pengamatan (contoh N=5).
-
a
n(∆)
adalah rata-rata traffic yang diukur selama selang 1 jam pada hari ke-n.- max∆an(∆) adalah traffic tertinggi harian pada hari ke-n.
Pengambilan Data
Pada tahapan ini dilakukan pengambilan data pada jaringan VSAT Metrasat dengan mengimplementasikan rancangan pengambilan data seperti yang telah dijelaskan pada tahapan sebelumnya. Data yang diambil berupa data traffic jaringan dari pelanggan Metrasat dengan menggunakan bantuan perangkat lunak sebagai packet sniffer. Pengambilan data traffic jaringan dilakukan pada saat traffic jaringan sedang tinggi sehingga data tersebut dapat mewakili kebutuhan jaringan dari remote station.
Pembersihan Data
Sebelum data traffic jaringan dapat digunakan untuk analisis kinerja, terlebih dahulu dilakukan pembersihan data. Data yang dikumpulkan memiliki alamat network yang tidak teridentifikasi, sehingga perlu dilakukan penyaringan agar alamat network yang tidak teridentifikasi dapat dibersihkan. Kemudian paket data tersebut akan disaring lagi berdasarkan protokol yang digunakan. Hal ini dilakukan agar dapat mengetahui besar jumlah paket data yang dikirimkan pada masing-masing protokol yang digunakan. Setelah tahapan pembersihan data selesai dilakukan maka akan diperoleh data berisi jumlah paket data untuk masing-masing protokol yang diakses oleh alamat
network tertentu pada jaringan VSAT Metrasat. Tabel 1 adalah format data yang didapat setelah melakukan pembersihan data.
Tabel 1 Format hasil pembersihan data
Hari ke- Protokol 1 ... Protokol N
Komposisi Traffic Data
8
yang sering digunakan oleh pelanggan. Layanan yang dianalisis pada penelitian ini meliputi:
1 Protokol hypertext transport protocol (HTTP) dan secure socket layer
(SSL) yang mewakili layanan web.
2 Protokol netBIOS session service (NBSS) yang mewakili layanan pengiriman data.
3 Protokol distributed computing environment/remote procedure calls
(DCE/RPC) yang mewakili layanan remote access.
4 Protokol real-time transport protocol (RTP) yang mewakili layanan voice
dan streaming.
Analisis Kinerja
Kinerja jaringan merupakan kemampuan suatu jaringan atau bagian jaringan untuk menyediakan fungsi-fungsi terkait komunikasi antarpengguna layanan komunikasi. Dalam hal analisis kinerja suatu jaringan, diperlukan matriks kinerja yang menjadi ukuran dalam penilaian baik atau buruknya kinerja jaringan tersebut. Matriks kinerja yang dianalisis dalam penelitian ini adalah delay, throughput, dan packet loss.
Delay
Delay adalah waktu tunda suatu paket yang ditimbulkan oleh proses transmisi dari satu node ke node lain yang menjadi tujuannya. One Way Delay
(OWD)adalah waktu yang dibutuhkan oleh satu paket dari tempat sumber ke tujuannya. Waktu dari sumber ke tujuan kembali lagi ke sumber disebut
round trip time (RTT). Jenis delay yang diukur pada jaringan VSAT yaitu: 1 Delay propagasi adalah waktu yang dibutuhkan oleh sinyal informasi
untuk bergerak dalam media komunikasi seperti kabel, serat optik, gelombang mikro, dan satelit.
2 Delay transmisi adalah waktu yang dibutuhkan suatu sistem untuk melewatkan sejumlah paket data.
3 Delay antrian adalah lamanya waktu yang dibutuhkan oleh suatu paket data sebelum paket tersebut diteruskan ke tujuannya (Putra 2013).
Kategorisasi nilai delay menurut Telecommnication and Internet Protocol Harmonization over Network (TIPHON) dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kategorisasi delay TIPHON Kategori Latency Besar delay
Sangat Bagus < 150 ms
Bagus 150 – 300 ms
Sedang 300 – 450 ms
Jelek > 450 ms
9
Tabel 3 Kategorisasi delay ITU-T G.114 Kategori Latency Besar delay
Baik < 150 ms
Cukup 150 – 400 ms
Buruk > 400 ms
Untuk menghitung delay transmisi dapat menggunakan Persamaan 2 (Szigeti dan Hattingh 2004).
Throughput dalam jaringan telekomunikasi adalah jumlah paket data per satuan waktu yang dikirim dari suatu terminal tertentu ke suatu terminal lain di dalam sebuah jaringan. Pengukuran throughput dilakukan untuk mengetahui besar kecepatan transfer data efektif yang dapat dilewatkan oleh jaringan VSAT sampai ke remote station. Nilai throughput dapat ditentukan dengan Persamaan 3 (Talwalkar 2008):
Throughput= Jumlah data yang dikirimWaktu pengiriman data (3)
Packet Loss
Packet loss dapat terjadi ketika adanya kemacetan dalam transmisi paket data akibat padatnya traffic yang harus dilayani oleh jaringan, sehingga
frame (gabungan data payload dan header yang ditransmisikan) akan dibuang seperti yang dilakukan terhadap frame data yang lain pada jaringan berbasis IP. Di dalam implementasi jaringan, nilai packet loss ini diharapkan mempunyai nilai yang minimum. Menurut TIPHON, terdapat empat kategori penurunan kualitas jaringan berdasarkan nilai packet loss. Kategoriasi nilai
packet loss menurut TIPHON dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Kategorisasi packet loss TIPHON Kategori Packet Loss Besar Packet Loss
Sangat Bagus 0 %
Bagus 3 %
Sedang 15 %
10
Menurut ITU-T G.114 terdapat tiga kategori penurunan kualitas jaringan berdasarkan nilai packet loss. Kategorisasi nilai packet loss menurut ITU-T G.114 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Kategorisasi packet loss ITU-T G.114 Kategori Packet Loss Besar Packet Loss
Baik 3 %
Cukup 15 %
Buruk 25 %
Untuk menghitung packet loss ratio (PLR) yang terjadi pada saat pengiriman paket dapat ditentukan dengan Persamaan 4 (Talwalkar 2008).
PLR % = Jumlah paket dikirim-Jumlah paket diterimaJumlah paket dikirim X 100% (4)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Masalah
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengumpulan informasi terhadap lingkungan penelitian dari jaringan VSAT yang ada di Metrasat, diketahui bahwa Metrasat adalah sebagai pengirim layanan dari kantor pusat user ke kantor cabang user yang ada di daerah-daerah. Server-server aplikasi terdapat di kantor pusat sehingga user yang ada di kantor cabang akan mengakses layanan servermelalui jaringan VSAT.
Infrastruktur Jaringan VSAT
Data perangkat jaringan Metrasat yang termasuk dalam ruang lingkup penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.
Tabel 6 Data perangkat jaringan pada hubstation
NO Nama Perangkat Jumlah(pcs)
1 Antena VSAT 1
2 High Power Amplifier (HPA) 1 3 Low Noise Amplifier (LNA) 1
4 Modem 3
5 Router 2
11 Tabel 7 Data perangkat jaringan pada remote station
NO Nama Perangkat Jumlah(pcs)
1 Antena VSAT 3
2 Block Up Converter (BUC) 3 3 Low Noise Block (LNB) 3
4 Modem 3
5 Router 3
6 Switch 3
Identifikasi Pelanggan
Tahapan identifikasi pelanggan dilakukan terhadap data traffic jaringan yang diperoleh dari proses sniffing terhadap jaringan VSAT Metrasat. Proses identifikasi ini dilakukan dengan menggunakan database pelanggan yang dimiliki oleh Metrasat. Berdasarkan database pelanggan dapat diidentifikasikan tiga pelanggan yang terlibat dalam penelitian ini. Tiga pelanggan yang berhasil diidentifikasi adalah site Buma Lati, site Gunung Bayan dan site Adaro Mile. Data jumlah user, jenis layanan dan bandwidth
yang disewa, serta alamat network pada masing-masing pelanggan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 Data pengguna pada masing-masing pelanggan
Skenario Pengambilan Data
Untuk memperoleh data traffic jaringan yang representatif, diperlukan ketepatan dalam menentukan titik pengukuran. Gambar 3 merupakan skenario pengambilan data yang akan diimplementasikan dalam penelitian ini.
Gambar 3 Skenario pengambilan data
12
switch yang terhubung langsung dengan router CE dapat dijadikan sebagai titik pengukuran untuk mendapatkan data traffic jaringan dari dan ke dalam jaringan VSAT.
Penentuan perangkat lunak
Pengambilan data traffic jaringan dibantu oleh perangkat lunak yang dapat digunakan untuk analisis jaringan, troubleshooting jaringan, dan pengamatan data dari jaringan yang sedang beroperasi. Perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini adalah Wireshark. Wireshark merupakan salah satu network analysis tool yang dapat menampilkan statistik protokol-protokol apa saja yang digunakan di dalam suatu jaringan. Wireshark mempunyai beberapa fitur termasuk display filter language dan kemampuan untuk merekonstruksi kembali sebuah aliran sesi TCP.
Langkah yang dilakukan untuk mengambil data traffic jaringan dengan menggunakan aplikasi Wireshark dapat dilihat pada Lampiran 1. Gambar 4 menunjukkan bahwa proses capture traffic jaringan sedang berlangsung. Proses capture ini akan menangkap seluruh paket yang melalui interface
tersebut. Setiap paket data yang ditangkap berisi informasi mengenai nomor paket, alamat pengiriman paket data, alamat tujuan paket data, jenis protokol yang digunakan, dan informasi tambahan tentang isi paket.
Gambar 4 Tampilan proses capture traffic jaringan Keterangan pada Gambar 4:
1 No: jumlah paket yang terambil.
2 Time: stempel waktu pada saat paket diambil. 3 Source: alamat network asal paket.
13 5 Protocol: protokol yang digunakan oleh paket.
6 Length: besarnya ukuran paket.
7 Info: informasi tambahan tentang isi paket.
8 Packet list pane: menampilkan ringkasan dari paket-paket yang tertangkap oleh Wireshark.
9 Packet detail pane: menampilkan rincian dari paket yang dipilih pada
packet list pane.
10Packet byte pane: menunjukkan isi data dari sebuah paket dalam heksadesimal serta menunjukkan rincian dari field yang dipilih pada
packet detail pane.
Penentuan waktu pengambilan data
Pada proses pengambilan data dilakukan identifikasi jam sibuk untuk memperoleh waktu pada saat traffic jaringan sedang tinggi. Identifikasi jam sibuk ini dilakukan dengan cara pengamatan terhadap traffic jaringan harian. Proses pengamatan ini dilakukan selama satu minggu pada hari kerja dengan bantuan aplikasi monitoring yang dimiliki oleh Metrasat yaitu monitoring
Cacti. Pada aplikasi tersebut dapat dilihat waktu ketika traffic penggunaan layanan jaringan VSAT yang digunakan sedang tinggi. Tabel 9 merupakan hasil pengamatan yang dilakukan sebelum pengambilan data.
Tabel 9 Hasil pengamatan monitoring Cacti
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditentukan bahwa jam sibuk untuk penggunaan jaringan VSAT adalah pada pukul 10:00 sampai 11:00 WIB.
14
Pengambilan Data
Gambar 5 Implementasi titik pengukuran pada jaringan VSAT Metrasat Pada tahapan pengambilan data, dilakukan penerapan skenario pengambilan data terhadap jaringan VSAT yang ada di Metrasat. Penerapan titik pengukuran ini dilakukan pada jaringan VSAT Metrasat untuk memperoleh kinerja jaringan yang representatif sehingga traffic jaringan yang diperoleh dapat mewakili kinerja dari layanan jaringan VSAT. Berdasarkan skenario pengambilan data pada Gambar 3, titik pengukuran ditempatkan pada switch yang berada di hub station. Titik pengukuran ini berupa komputer personal yang sudah terpasang aplikasi Wireshark. Letak titik pengukuran dapat ditunjukkan pada Gambar 5.
Data traffic jaringan yang telah diperoleh selama waktu pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Data traffic jaringan hasil sniffing
Hari pengambilan data ke-
Jumlah paket data
Sebelum Pembersihan Setelah Pembersihan
15 Tabel 10 Data traffic jaringan hasil sniffing (lanjutan)
Hari pengambilan data ke-
Jumlah paket data
Sebelum Pembersihan Setelah Pembersihan
18 691836 483526
19 636347 426808
20 846756 608760
Pembersihan Data
Setelah pengambilan data dilakukan proses pembersihan data pada data
traffic jaringan yang telah diperoleh menggunakan aplikasi Wireshark. Pembersihan data ini dilakukan untuk mengambil data traffic yang berkaitan dengan ruang lingkup penelitian. Pada saat capture traffic jaringan menggunakan Wireshark, seluruh paket data yang melalui portanalyzer akan ditangkap. Paket-paket data yang tidak diperlukan pada tahap analisis akan dibuang dalam proses pembersihan data ini. Proses pembersihan data yang dilakukan yaitu dengan menggunakan fungsi filter yang ada pada aplikasi Wireshark. Proses tersebut akan menyaring paket-paket data berdasarkan alamat network yang sudah dapat diidentifikasi pada proses sebelumnya, sehingga hasil penyaringan tersebut adalah paket-paket data yang berasal atau bertujuan dari alamat network yang telah diidentifikasi. Ekspresi yang diketikkan pada kolom filter adalah sebagai berikut:
Ip.addr==10.160.96.0/23||Ip.addr==10.144.12.0/23|| Ip.addr==10.160.126.0/23
Setelah paket data difilter berdasarkan alamat network yang telah diidentifikasi, kemudian data traffic jaringan akan dikategorikan berdasarkan protokol-protokol layanan yang digunakan. Hasil dari proses pembersihan data dapat dilihat pada Tabel 10. Hasil pembersihan data yang telah dikategorikan berdasarkan protokol-protokol layanan dapat dilihat pada Lampiran 2.
Komposisi Traffic Data
Data traffic jaringan yang diambil menggunakan aplikasi Wireshark berisi informasi mengenai nomor paket, alamat pengirim paket data, alamat tujuan paket data, jenis protokol yang digunakan dan informasi tambahan tentang isi paket. Jenis protokol yang dapat diidentifikasi oleh aplikasi Wireshark di antaranya TCP, UDP, SSL, HTTP, SNMP, RTP, DNS, dan FTP. Berdasarkan hasil pengolahan data Wireshark yang dilakukan pada penelitian ini, untuk komposisi protokol transport dari pengguna layanan VSAT dapat dilihat pada Gambar 6.
Berdasarkan informasi pada Gambar 6 didapatkan fakta bahwa komposisi protokol transport TCP lebih banyak dibandingkan dengan komposisi protokol transport UDP. Hal ini karena aplikasi yang digunakan oleh user pada 3 pelanggan tersebut sebagian besar menggunakan protokol
16
(ASP) dan aplikasi transaksi jual beli spare part, penyewaan alat, dan perbaikan alat menggunakan aplikasi asset management tool (AMT). Kedua server tersebut menggunakan protokol transport TCP. Berdasarkan komposisi protokol pada Gambar 6 dapat disimpulkan bahwa layanan yang banyak digunakan oleh pelanggan berorientasi koneksi (connection-oriented).
Gambar 6 Komposisi protokol transport pada 3 pelanggan VSAT Metrasat Selanjutnya, dilakukan analisis terhadap layanan yang digunakan oleh pengguna dari masing-masing pelanggan. Layanan yang dianalisis adalah layanan yang berhubungan dengan proses bisnis perusahaan yaitu protokol layanan web, layanan transfer data, dan layanan remote akses. Pada site Buma Lati, terdapat satu protokol trasnport tambahan, yaitu protokol RTP yang digunakan untuk layanan voice karena pada site Buma Lati memiliki kebijakan bahwa layanan voice memiliki prioritas utama dibandingkan dengan layanan data. Jumlah paket data yang mengalir pada layanan yang digunakan oleh user dari masing-masing pelanggan dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Jumlah paket data pada masing-masing protokol 83.45%
Buma Lati Gunung Bayan Adaro Mile
76583
17
Analisis Kinerja
Analisis Delay
Dalam menentukan kualitas jaringan VSAT, salah satu hal yang penting yaitu besarnya nilai delay. Pada penelitian ini dilakukan analisis perhitungan rata-rata delay transmisi terhadap masing-masing protokol yang digunakan pada masing-masing pelanggan. Data yang digunakan dalam analisis delay
diambil dari Lampiran 2 dan Lampiran 3. Berdasarkan Persamaan 2, delay
transmisi paket data dapat dihitung sebagai berikut:
- Jumlah paket data protokol HTTP site Buma Lati pada hari ke-1 pengamatan adalah 3277 paket, dengan waktu pengiriman seluruh paket adalah 3563.802 detik. Maka delay transmisi paket data HTTP adalah:
delay(sec) Tx (HTTP) =3563.802 detik3277 paket =1.088 detik
- Jumlah paket data protokol SSL site Buma Lati pada hari ke-1 pengamatan adalah 4550 paket, dengan waktu pengiriman seluruh paket adalah 3557.125 detik. Maka delay transmisi paket data SSL adalah:
delay(sec) Tx (SSL) =3557.125 detik4550 paket =0.782 detik
Berdasarkan perhitungan dari Persamaan 2, maka hasil perhitungan keseluruhan protokol sampai dengan pengamatan hari ke-20 dapat diimplementasikan ke dalam bentuk grafik yang dapat dilihat pada Gambar 8, 9, dan 10.
Gambar 8 Hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data site Buma Lati
Gambar 8 adalah hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data pada site Buma Lati. Dapat dilihat bahwa protokol yang memiliki rata-rata
delay terkecil adalah protokol RTP dibandingkan protokol lainnya. Hal ini disebabkan pada site Buma Lati memiliki kebijakan bahwa layanan voice
18
Tabel 11 Analisis kualitas delay transmisi site Buma Lati
No Protokol Rata-rata Delay
transmisi (ms) TIPHON ITU-T
1 HTTP 1464.782 Jelek Buruk
2 SSL 673.0541 Jelek Buruk
3 RTP 22.364 Sangat Bagus Baik
4 DCE/RPC 2405.101 Jelek Buruk
5 NBSS 386.7112 Sedang Cukup
Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa kualitas delay layanan voice sangat bagus dan baik.
Gambar 9 Hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data site Gunung Bayan
Gambar 9 adalah hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data pada site Gunung Bayan. Dapat dilihat bahwa protokol yang memiliki rata-rata delay terkecil adalah protokol NBSS. NetBIOS adalah protokol yang mengizinkan aplikasi-aplikasi terdistribusi agar dapat saling mengakses layanan jaringan tanpa memerhatikan protokol transport yang digunakan. Dengan protokol NBSS ini dapat membuat sebuah koneksi dan melakukan percakapan, sehingga pengiriman paket data dapat dipantau dan dikenali. Pada site Gunung Bayan jaringan VSAT digunakan untuk melakukan pengiriman data dari site Gunung Bayan ke kantor pusat. Berdasarkan kategorisasi TIPHON dan ITU-T, analisis kualitas rata-rata delay transmisi pada masing-masing protokol dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12 Analisis kualitas delay transmisi site Gunung Bayan
No Protokol Rata-rata Delay
transmisi (ms) TIPHON ITU-T
1 HTTP 2317.918 Jelek Buruk
2 SSL 948.2157 Jelek Buruk
3 DCE/RPC 3687.137 Jelek Buruk
4 NBSS 767.2441 Jelek Buruk
19
Gambar 10 Hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data site Adaro Mile
Gambar 10 adalah hasil perhitungan rata-rata delay transmisi paket data pada site Adaro Mile. Dapat dilihat bahwa protokol yang memiliki delay
terkecil adalah protokol DCE/RPC. Hal ini disebabkan pada site Adaro Mile, server-serveraplikasi yang digunakan berada di kantor pusat dan umumnya
user akan melakukan remote access ke kantor pusat untuk menjalankan aplikasi yang dibutuhkan. Berdasarkan kategorisasi TIPHON dan ITU-T, analisis kualitas rata-rata delay transmisi pada masing-masing protokol dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13 Analisis kualitas delay transmisi site Adaro Mile
No Protokol Rata-rata Delay
transmisi (ms) TIPHON ITU-T
1 HTTP 1062.891 Jelek Buruk
2 SSL 1409.199 Jelek Buruk
3 DCE/RPC 824.950 Jelek Buruk
4 NBSS 1319.812 Jelek Buruk
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa kualitas delay layanan remote access jelek dan buruk.
Analisis Throughput
Analisis throughput digunakan untuk mengetahui kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data per satuan waktu. Data yang digunakan dalam analisis throughput diambil dari Lampiran 2 dan Lampiran 3. Berdasarkan Persamaan 3, besarnya throughput
pengiriman paket data dapat dihitung sebagai berikut:
- Jumlah paket data protokol HTTP site Buma Lati pada hari ke-1 pengamatan adalah 3277 paket dengan ukuran seluruh paket sebesar 1519447 Bytesdan waktu pengiriman seluruh paket adalah 3563.802 detik. Maka besar throughput pengiriman paket data HTTP adalah:
Throughput HTTP =3563.802 detik =3277 Paket 1519447 Bytes3563.802 detik =1519447 x 8 bit3563.802 detik
=3563.802 detik =3410.845 bps =3.331 kbps12155576bit
- Jumlah paket data pada protokol SSL site Buma Lati pada hari ke-1 pengamatan adalah 4550 paket dengan ukuran seluruh paket sebesar
20
2414448 Bytesdan waktu pengiriman seluruh paket adalah 3557.125 detik. Maka besar throughput pengiriman paket data SSL adalah:
Throughput SSL =3557.125 detik =4550 Paket 2414448 Bytes3557.125 detik =2414448 x 8 bit3557.125 detik
=3557.125 detik19315584 bit =5430.111 bps=5.303 kbps
Berdasarkan perhitungan dari Persamaan 3, maka hasil perhitungan keseluruhan protokol sampai dengan pengamatan hari ke-20 dapat diimplementasikan ke dalam bentuk grafik yang ditunjukan pada Gambar 11, 12, dan 13.
Gambar 11 Hasil perhitungan rata-rata throughput transmisi paket data site
Buma Lati
Gambar 11 adalah hasil perhitungan rata-rata throughput pengiriman data pada site Buma Lati. Dapat dilihat bahwa protokol yang memiliki rata-rata throughput terbesar adalah protokol RTP. Seperti yang telah dijelaskan bahwa pada site Buma Lati memiliki kebijakan terhadap layanan voice dan kebutuhkan layanan voice cukup tinggi maka protokol RTP memiliki rata-rata throughput terbesar dibandingkan dengan protokol lainnya. Persentase nilai utilisasi penggunaan bandwidth pada masing-masing protokol dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Utilisasi penggunaan bandwidth site Buma Lati
No Protokol Bandwidth sewa
Berdasarkan Tabel 14 dapat dilihat bahwa utilisasi penggunaan bandwidth
pada masing-masing protokol masih sangat rendah. Hal ini perlu dilakukan optimalisasi agar utilisasi penggunaan bandwidth meningkat.
21
Gambar 12 Hasil perhitungan rata-rata throughput transmisi paket data site
Gunung Bayan
Gambar 12 adalah hasil perhitungan rata-rata throughput pengiriman pada site Gunung Bayan. Dapat dilihat bahwa protokol yang memiliki rata-rata throughput terbesar adalah protokol NBSS. Hal ini dikarenakan site
Gunung Bayan menggunakan jaringan VSAT untuk mengirimkan laporan dari kantor cabang ke kantor pusat sehingga protokol NBSS memiliki rata-rata throughput terbesar. Persentase nilai utilisasi penggunaan bandwidth
pada masing-masing protokol dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15 Utilisasi penggunaan bandwidth site Gunung Bayan
No Protokol Bandwidth sewa
Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa utilisasi penggunaan bandwidth
pada masing-masing protokol masih sangat rendah. Hal ini perlu dilakukan optimalisasi agar utilisasi penggunaan bandwidth meningkat.
Gambar 13 Hasil perhitungan rata-rata throughput transmisi paket data site
Adaro Mile
Gambar 13 adalah hasil perhitungan rata-rata throughput pengiriman pada site Adaro Mile. Dapat dilihat bahwa protokol yang memiliki rata-rata
22
throughput terbesar adalah protokol DCE/RPC. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa user pada site Adaro Mile mengakses serveraplikasi yang berada di kantor pusat dengan menggunakan remote access sehingga protokol DCE/RPC memiliki rata-rata throughput terbesar. Persentase nilai utilisasi penggunaan bandwidth pada masing-masing protokol dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16 Utilisasi penggunaan bandwidth site Adaro Mile
No Protokol Bandwidth sewa
Berdasarkan Tabel 16 dapat dilihat bahwa utilisasi penggunaan bandwidth
pada masing-masing protokol masih sangat rendah. Hal ini perlu dilakukan optimalisasi agar utilisasi penggunaan bandwidth meningkat.
Analisis Packet Loss
Analisis perhitungan packet loss ratio yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah analisis terhadap persentase packet loss dari masing-masing pelanggan. Analisis packet loss ini digunakan untuk mengetahui paket data yang hilang pada saat pengiriman. Data yang digunakan dalam analisis
packet loss diambil dari Lampiran 2 dan Lampiran 3. Berdasarkan Persamaan 4, besarnya packet loss pengiriman paket data dapat dihitung sebagai berikut: - Jumlah paket data yang dikirim site Buma Lati pada hari ke-1 pengamatan adalah 43083 paket, dengan paket data yang diterima ditujuannya adalah 41166 paket. Maka packet loss ratio pengiriman paket data pada site Buma Lati adalah:
PacketLossRatio (BL)=43083-4116643083 x 100% = 4.45 %
- Jumlah paket data yang dikirim site Gunung Bayan pada hari ke-1 pengamatan adalah 7327 paket, dengan paket data yang diterima ditujuannya adalah 6640 paket. Maka packet loss ratio pengiriman paket data pada site Gunung Bayan adalah:
Packet Loss Ratio (GB) =7327-66407327 x 100% = 9.38 %
Berdasarkan perhitungan dari Persamaan 4, maka hasil perhitungan packet loss ratio seluruh pelanggan sampai dengan pengamatan hari ke-20 dapat diimplementasikan ke dalam bentuk grafik yang ditunjukkan pada Gambar 14. Pada Gambar 14 dapat dilihat grafik hasil perhitungan packet loss ratio
23
Gambar 14 Hasil perhitungan packet loss ratio pengiriman paket data Pada Gambar 14 juga dapat dilihat bahwa site Gunung Bayan memiliki nilai packet loss terbesar dibandingkan dengan site yang lainnya. Bahkan pada pengamatan hari ke-19, nilai packet loss site Gunung Bayan dapat mencapai nilai 20.35%. Hal ini karena rata-rata delay pada protokol yang diamati memiliki nilai tertinggi yaitu 1.930 detik. Dengan memiliki nilai rata-rata delay tinggi, maka rasio packet loss yang didapatkan juga tinggi. Oleh karena itu paket yang dikirimkan pada site Gunung Bayan tidak akan diterima dengan baik karena banyak paket data yang hilang selama proses pengiriman. Keterkaitan antara delay dan packet loss yaitu pada pengiriman paket data memiliki parameter time to live (TTL) yang menunjukkan seberapa lama paket dapat berjalan di dalam jaringan. Nilai TTL ini akan dikurangi satu setiap melewati satu hop router. Sebuah paket yang memiliki delay yang tinggi dikirimkan ke alamat tujuan. Namun paket tersebut tidak diterima di alamat tujuan hingga TTL bernilai 0, maka paket tersebut akan dibuang. Kondisi seperti ini yang disebut dengan packet loss. Jadi, semakin tinggi nilai
delay pengiriman paket maka akan semakin tinggi juga nilai packet loss yang diterima.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Penelitian ini telah berhasil melakukan analisis kualitas layanan jaringan VSAT terhadap tiga pelanggan VSAT yang ada di Metrasat. Hasil analisis layanan jaringan VSAT menunjukkan bahwa protokol transport yang paling banyak digunakan adalah protokol TCP dengan persentase lebih dari 80%. Site Buma Lati memiliki rata-rata delay pengiriman paket terkecil dan rata-rata nilai throughput terbesar pada protokol RTP, dengan nilai masing-masing 22.364 ms dan 49.542 kbps. Site Gunung Bayan memiliki rata-rata
delay pengiriman paket terkecil dan rata-rata nilai throughput terbesar pada protokol NBSS, dengan nilai masing-masing 767.244 ms dan 5.398 kbps. Site
Adaro Mile memiliki rata-rata delay pengiriman paket terkecil dan rata-rata nilai throughput terbesar adalah pada protokol DCE/RPC, dengan nilai masing-masing 824.950 ms dan 9.137 kbps.
0.00%
24
Untuk packet loss ratio, site Buma Lati memiliki nilai packet loss
terkecil dibandingkan dengan site Gunung Bayan dan site Adaro Mile dengan nilai rata-rata packet loss sebesar 1.57%. Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa site Buma Lati memiliki kualitas layanan jaringan VSAT yang lebih baik dibandingkan pelanggan lain.
Hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas layanan jaringan VSAT. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas layanan jaringan VSAT adalah dengan menerapkan manajemen bandwidth. Dengan demikian, penggunaan bandwidth pada jaringan VSAT dapat optimal.
Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah:
1 Penelitian ini menggunakan teknologi point to point yaitu VSAT SCPC. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan teknologi point to multipoint.
2 Penelitian ini tidak memerhatikan faktor cuaca. Penelitian selanjutnya dapat melakukan analisis faktor cuaca, redaman dan distorsi terhadap kualitas layanan jaringan VSAT.
3 Penentuan busy hour pada penelitian ini menggunakan metode average daily peak hour (ADPH). Penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode time consistent busy hour (TCBH) atau fixed daily measurement hour (FDMH).
DAFTAR PUSTAKA
Basuseno A. 2014. Analisis Perhitungan Trafik CDMA 2000 1X pada Jam Sibuk pada BTS Inner dan BTS Outer City Menggunakan Metode ADPH, TCBH, FDMH, dan FDMP Studi Kasus di Divisi Flexi Semarang [Tugas Akhir]. Purwokerto (ID): Program Studi D3 Teknik Telekomunikasi, Akademi Teknik Telkom Sandhy Putra Purwokerto. Cisco. 2014. Catalyst Switched Port Analyzer (SPAN). [internet].
http://www.cisco.com/c/en/us/support/docs/switches/catalyst-6500-series-switches/ 10570-41.html. [15 Oktober 2014].
Darwin F. 2008. Analisis Performansi BER dengan Pengkodean
Concatenated Viterbi/Reed-Solomon dan Turbo pada Jaringan VSAT
untuk Hubungan antar BTS dan BSC [skripsi]. Depok (ID): Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
[ITU]. 1998. International Telecomunication Union for Standardization Rekomendasi ITU-T E.600. http://www.itu.int/rec/T-REC-E.500-199303-I/en. [10 Februari 2015].
Manurung CH. 2011. Perbandingan Tipe MAC pada Jaringan VSAT Mesh
25 Parlindungan. 2008. Analisis Tahapan Optimalisasi Link VSAT Metode Akses
SCPC Studi Kasus Telkomsel MSC Jayapura –BSC Merauke [skripsi]. Depok (ID): Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
Putra YG. 2013. Analisis Kualitas Jaringan VSAT Pusat Layanan Internet Kecamatan Kabupaten Lahat [skripsi]. Palembang (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bina Darma. Ranggasukma R. 2014. Analisis Kinerja Jaringan VSAT pada Stasiun
Klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Semarang [skripsi]. Semarang (ID): Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Dian Nuswantoro.
Szigeti T, Hattingh C. 2004. End-to-end QoS Network Design. Indianapolis (US): Cisco Press.
Talwalkar R. 2008. Analysis of Quality of Service (QoS) in WiMAX [tesis]. Boca Raton (US): Florida Atlantic University.
Winarno AS, Oktavia D. 2004. Analisis Sistem Aplikasi Perbankan yang Berjalan pada Jaringan Multi Protocol Label Switching (MPLS) dan
Very Small Aperture Terminal (VSAT) [skripsi]. Jakarta (ID): Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara.
Zenhadi. 2013. Modul 10 Multi Protocol Label Switching (MPLS) [internet].
[2015 Juni 8]. Tersedia pada:
26
LAMPIRAN
Lampiran 1 Langkah pengambilan data traffic jaringan 1 Jalankan aplikasi Wireshark
2 Pilihlah menu Capture->Option, akan tampil jendela seperti pada Gambar
3 Pada jendela Capture Option, pilihlah interface Ethernet yang akan dicapture.
27
Lampiran 2 Hasil pembersihan data
Hari ke-
HTTP (paket/jam) SSL(paket/jam) NetBIOS (paket/jam) DCE/RPC (paket/jam)
RTP (paket/jam)
28
Lampiran 3 Waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan paket data pada Lampiran 2.
Hari ke-
HTTP (detik) SSL(detik) NetBIOS (detik) DCE/RPC (detik) RTP (detik)
BL GB AM BL GB AM BL GB AM BL GB AM BL
29 Lampiran 4 Penentuan busy hour pada Buma Lati
Pengamatan Hari ke-1
Pengamatan Hari ke-2
30
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Subang, Jawa Barat pada tanggal 14 September 1989. Penulis adalah putra pertama dari tiga bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Bogor. Pada tahun yang sama, penulis mendaftarkan diri mengikuti seleksi penerimaan calon perwira di Akademi Militer (AKMIL). Namun penulis tidak berhasil diterima menjadi calon perwira AKMIL karena proses seleksi yang cukup ketat. Pada tahun 2008, akhirnya penulis diterima di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yaitu Institut Pertanian Bogor pada Program Diploma III Teknik Komputer melalui jalur Regular.