• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seni Tradisional Mamanda Banjarmasin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Seni Tradisional Mamanda Banjarmasin"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(2)

BAB II PEMBAHASAN

Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup. Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan.

Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri). Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat.

Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan. Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk. Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda.

Bermula dari kedatangan rombongan bangsawan Malaka (1897 M) yang dipimpin oleh Encik Ibrahim dan isterinya Cik Hawa di Tanah Banjar, kesenian ini dipopulerkan dan disambut hangat oleh masyarakat Banjar. Setelah beradaptasi, teater ini melahirkan sebuah teater baru bernama "Mamanda". Seni drama tradisional Mamanda ini sangat populer di kalangan masyarakat

(3)

Pada pementasan malam itu, Mamanda dipentaskan dengan tokoh-tokoh yang baku saja, seperti Raja, Mangkubumi, Panglima Perang, Khadam, Harapan Pertama dan Harapan Kedua, Permainsuri, dan Perdana Menteri, dengan alur cerita yang sederhana tentang Kota Banjarbaru yang bersiap untuk meraih Adipura dan kerusakan alam. Dengan peralatan yang sederhana, pementasannya berlangsung dengan lancar dan datar, dengan penampilan tokoh Khadam yang mampu menutupi berbagai kendala yang dihadapi pemain lainnya dan keterbatasan peralatan dan sarana.

Memperhatikan pementasan teater Mamanda yang sederhana dengan peralatan seadanya di Taman Air Mancur Mingguraya itu yang ternyata cukup menarik perhatian warga masyarakat, terbayang bagaimana seandainya teater Mamanda mendapatkan dukungan yang memadai dan cukup. Terlihat bahwa teater Mamanda hanya membutuhkan dukungan sumber daya untuk menyatakan sebenarnya warga masyarakat masih berminat dan tertarik dengan seni teater tradisional sebagai bentuk hiburan yang layak ditonton dan memang menghibur.

Dalam pertunjukkan teater Mamanda, peran aktif dan spontan penonton dapat memberikan daya hidup dari pertunjukkan teater Mamanda, yang mampu meningkatkan improvisasi para pemain sehingga terjalin interaksi yang dinamis antara penonton dan pemain. Keberadaan penonton yang berperan aktif dan spontan mengandaikan bahwa penonton merupakan orang yang tahu dan memahami bagaimana teater Mamanda dipentaskan yang memungkinkan keterlibatan penonton dalam menghidupkan pertunjukkan tersebut.

Pada pementasan teater Mamanda di Taman Air Mancur Mingguraya malam itu, terlihat para penonton masih cenderung pasif meskipun para pemain sudah mencoba mendekat kepada para penonton. Hal ini perlu mendapat perhatian para penggiat teater Mamanda, bagaimana penonton dapat terlibat secara aktif dan terjalin interaksi yang menghidupkan suasana pertunjukkan. Para penggiat teater Mamanda perlu “mendidik” penonton untuk dapat berperan aktif dan spontan dalam menyaksikan pertunjukkan Mamanda, yang dapat dilakukan sekaligus saat pementasan dengan menempatkan orang-orang teater di bagian penonton untuk berperan sebagai penonton yang memahami posisi sebagai penonton teater Mamanda yang aktif terlibat dalam interaksi umpan balik dengan pemain.

(4)

Pada saat pementasan teater Mamanda malam itu, ada terlihat gank anak-anak muda (punk) yang siap dengan gitar duduk menyaksikan, para penggiat teater Mamanda perlu memperhatikan keberadaan mereka dengan meminta mereka tampil pada babak tertentu, misalnya dengan menyanyi secara spontan. Atau para pedagang yang beroperasi di Mingguraya, seperti pedagang pentol dengan gerobaknya, pedagang bakso, pedagang kerak telor (betawi), dan lainnya. Mereka dapat diminta mengemukakan apa saja, bisa berupa keluhan, saran, atau hanya sekedar menyanyi seperti para pengamen yang biasa mangkal di Mingguraya.

Pementasan teater Mamanda dapat juga mengundang tokoh masyarakat untuk tampil dengan dengan peran khusus, seperti tentang sampah bisa meminta kepala dinas pertamanan, tata kota, dan kebersihan untuk membicarakan hal tersebut dengan gaya Mamanda dalam tema persidangan mengenai pengelolaan sampah. Begitu juga para politisi (anggota dewan), LSM, organisasi kemasyarakatan lainnya perlu diundang untuk tampil sesuai tema pementasan, karena teater Mamanda memberikan suasana yang cair dan spontan sehingga dapat menjadi saluran aspirasi yang membuka ruang kritik dengan positif. Pada penampilan tokoh masyarakat, politisi, LSM, dan lainnya harus dipikirkan bagaimana ditunjang dengan kemajuan teknologi saat ini seperti layar lebar dengan menggunakan proyektor untuk menampilkan bahan tema bahasan yang dibawa para tokoh tamu. Misalnya, masalah sampah dengan tampilan layar sampah atau berita tentang sampah, sehingga lebih menarik perhatian sebagai hiburan dan sekaligus sebagai sarana pendidikan.

Teater Mamanda sebagaimana pementasan di Taman Air Mancur memperlihatkan adanya antusias warga masyarakat untuk menyaksikannya dan merasakan keterhiburan meskipun masih dipentaskan dengan sederhana dan seadanya. Para penonton yang cenderung pasif perlu mendapatkan perhatian para penggiat teater Mamanda, karena peran aktif dan spontan para penonton merupakan bagian penting dalam setiap pementasan Mamanda yang menjadikannya lebih hidup. Sedangkan penggunaan teknologi perlu dipikirkan untuk menjadi penunjang yang penting untuk menghidupkan suasana persidangan dan alur cerita.

Semuanya itu, dukungan sumber daya dari semua pemangku kepentingan sangat penting artinya untuk menjadikan teater Mamanda sebagai tontotan yang menghibur dan sekaligus tuntutan yang mendidik.

(5)

BAB III PENUTUP

Mamanda adalah seni teater atau pementasan tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan. Dibanding dengan seni pementasan yang lain, Mamanda lebih mirip dengan Lenong dari segi hubungan yang terjalin antara pemain dengan penonton. Interaksi ini membuat penonton menjadi aktif menyampaikan komentar-komentar lucu yang disinyalir dapat membuat suasana jadi lebih hidup. Bedanya, Kesenian lenong kini lebih mengikuti zaman ketimbang Mamanda yang monoton pada alur cerita kerajaan.

Sebab pada kesenian Mamanda tokoh-tokoh yang dimainkan adalah tokoh baku seperti Raja, Perdana Menteri, Mangkubumi, Wazir, Panglima Perang, Harapan Pertama, Harapan kedua, Khadam (Badut/ajudan), Permaisuri dan Sandut (Putri). Disinyalir istilah Mamanda digunakan karena di dalam lakonnya, para pemain seperti Wazir, Menteri, dan Mangkubumi dipanggil dengan sebutan pamanda atau mamanda oleh Sang Raja. Mamanda secara etimologis terdiri dari kata "mama" (mamarina) yang berarti paman dalam bahasa Banjar dan “nda” yang berarti terhormat.

Jadi mamanda berarti paman yang terhormat. Yaitu “sapaan” kepada paman yang dihormati dalam sistem kekerabatan atau kekeluargaan. Asal muasal Mamanda adalah kesenian Badamuluk yang dibawa rombongan Abdoel Moeloek dari Malaka tahun 1897. Dulunya di Kalimantan Selatan bernama Komedi Indra Bangsawan. Persinggungan kesenian lokal di Banjar dengan Komedi Indra Bangsawan melahirkan bentuk kesenian baru yang disebut sebagai Ba Abdoel Moeloek atau lebih tenar dengan Badamuluk. Kesenian ini hingga saat ini lebih dikenal dengan sebutan mamanda.

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 4 Flowchart Informasi & Panduan Aplikasi Berdasarkan pada flowchart tersebut, pengguna mobile Android sebelumnya akan memilih BANK apa yang akan dituju,

Dengan metode six sigma kemudian dilakukan pengendalian dengan menganalisa penyebab kecacatan dengan fishbone diagram didapat faktor faktor penyebab defect ada

Iðorinis vaizdas gali bûti susijæs su forma, spalvø deriniu, kontûrais, linijomis, tekstûra ir (arba) medþiaga. Taigi naujumas gali pasireikðti naujø elementø buvimu, formos

galli betina dewasa, seperti yang ditunjukkan pada pemeriksaan lima ekor cacing bahwa jumlah telur yang dihasilkan oleh setiap ekor cacing A.. Variasi kemampuan

Walaupun pada awalnya pengetahuan awal semua masyarakat Desa Dalpenang itu sama yaitu bahwa penyakit kusta merupakan penyakit kutukan atau keturunan karena

Metode meta-theory (the analysis of theory) digunakan, bertujuan untuk mengambarkan dan mengungkapkan beberapa temuan literatur ilmiah yang relevan secara sistematis agar

Mudah-mudahan cerita saya yang tak seberapa ini dapat membuka jalan kepada peminat-peminat sejarah untuk mengkaji dengan lebih mendalam tentang Masyarakat Brunei (terutama

Aspek hukum dalam tata kelola hutan tanaman rakyat di Kabupaten Barru berada dalam kategori sedang dengan nilai 1.81 berdasarkan akumulasi nilai dari 4 aspek prioritas yang