ABSTRAK
KENDALA YANG DIHADAPI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI MADRASAH
ALIYAH NEGERI (MAN) KRUI LAMPUNG BARAT TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh LISA EPIYA
Masalah dalam penelitian ini adalah pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling (BK) di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Krui Lampung Barat belum berjalan sebagaimana mestinya. Adapun permasalahan penelitian ini adalah apakah kendala yang dihadapi guru BK dalam pelaksanaan layanan BK di MAN Krui Lampung Barat. Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui kendala yang dihadapi guru BK dalam pelaksanaan layanan BK di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Krui Lampung Barat Tahun Ajaran 2011/ 2012.
Penelitian dilakukan dengan mengunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data wawancara, yang didukung oleh observasi dan dokumentasi. Subjek penelitian adalah guru pembimbing, berjumlah 4 orang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kendala yang dihadapi guru BK dalam pelaksanaan layanan BK di MAN Krui Lampung Barat disebabkan oleh guru BK belum dapat memaksimalkan kemampuannya dalam pelaksanaan layanan BK karena keterbatasan guru BK di sekolah, sarana ruang BK yang belum kondusif dalam pelaksanaan layanan BK, dana yang terbatas dalam pengadaan sarana dan prasarana BK di sekolah, penjadwalan waktu yang belum efektif dalam pelaksanaan layanan dan kegiatan pendukung BK, siswa takut untuk memanfaatkan layanan BK karena masih ada persepsi yang salah terhadap keberadaan BK di sekolah, khususnya peran guru BK di sekolah, kerja sama antara pihak sekolah dengan guru BK dalam penanganan siswa yang memiliki masalah belum berjalan sepenuhnya, serta pengertian dan penerimaan dari Kepala Sekolah, Staf Guru, dan Orang Tua Siswa Terhadap Layanan BK.
1. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan jalan efektif bagi upaya pengembangan sumber daya manusia, karena
melalui pendidikan siswa dibina untuk menjadi dirinya sendiri yaitu mempunyai potensi yang
luar biasa. Pendidikan yang baik akan mengarahkan siswa menjadi manusia yang berkualitas
yang mampu menghadapi tantangan. Peran ini dapat dilihat dari UU Pendidikan No.20/2003
pasal 1 ayat 1 tentang pendidikan nasional yang menyatakan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Oleh sebab itu, pendidikan seharusnya dapat memberikan sumbangan berarti dalam
mewujudkan cita-cita yang terkandung dalam pasal tersebut. Undang-Undang yang
menegaskan cita-cita pendidikan tercantum dalam Undang-Undang No.2/1989 (Soetjipto dan
Raflis Kosasi, 2007:59) disebutkan bahwa:
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan rohani, kepribadian yang mantap, dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Usaha dalam mencapai tujuan pendidikan tersebut, siswa harus dapat berkembang secara
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Pendidikan harus membantu bukan hanya
mengembangkan kemampuan intelektual saja, tetapi juga kemampuan mengatasi masalah di
dalam dirinya sendiri dan masalah yang ditemukan dalam interaksi dengan lingkungannya.
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses
pendidikan juga harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial,
sebagai individu dan anggota masyarakat. Bagian inilah yang menjadi tugas pokok dari
keberadaan bimbingan dan konseling di suatu sekolah.
Optimalisasi siswa merupakan tujuan dari keberadaan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah. Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan agar siswa dapat
memahami dan menyesuaikan diri guna mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki. Ketika
siswa mampu mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki, diharapkan siswa dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya sehingga tujuan bimbingan dan konseling akan
tercapai. Surya(Sukardi, 2002:20) menyatakan bahwa pengertian bimbingan yaitu :
"Bimbingan adalah suatu proses pemberi bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri dalam mencapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan”.
Pengertian konseling yang diungkapkan oleh McDaniel (Amti dan Prayitno, 1999:100)
menyatakan bahwa :
Jadi, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian
bantuan yang diberikan oleh guru pembimbing kepada yang dibimbing (siswa) yang
dilakukan secara terus menerus, agar siswa mampu memahami dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki. Bimbingan
dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu ada di sekolah. Semakin tinggi tingkat
pendidikan dan semakin berbeda pula perkembangan siswa, maka perlu adanya bimbingan
dan konseling di sekolah.
Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa di sekolah dalam
rangka menentukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan, karena
kegiatan bimbingan dan konseling merupakan bagian yang integral dari upaya
pendidikan.Bimbingan membantu agar proses pendidikan berjalan dengan efisien, dalam arti
cepat, mudah dan efektif. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling sangat diperlukan di
sekolah- sekolah baik negeri maupun sekolah swasta. dengan demikian kegiatan bimbingan
dan konseling di sekolah merupakan kegiatan atau pelayanan fungsional yang bersifat
profesional atau dengan keahlian atas dasar pengetahuan dan tekhnologi.
Guru pembimbing adalah seorang yang berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
membimbing dan membantu siswa baik yang berkenaan dengan masalah belajar, karier,
pribadi maupun masalah sosial lainya yang berpengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap perkembangan siswa itu sendiri.
Dari penjelasan di atas, sangat dirasakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling di
itu diharapkan disetiap sekolah hendaknya memperhatikan pentingnya keberadaan bimbingan
dan konseling.
Berdasarkan observasi pada saat penelitian pendahuluan yang dilakukan penulis melihat
keadaan sekarang ini pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah masih belum
terlaksana secara efektif, hal ini terlihat dari masalah yang dihadapi siswa tidak dapat
tertangani dengan baik, penanganan masalah tersebut hanya dilakukan dipermukaannya saja.
dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling belum berjalan secara optimal dan
selalu menemui hambatan baik itu datang dari kepala sekolah, guru maupun dari siswa
sendiri. sehingga mereka mendapat kesulitan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan
konseling dengan baik. Selain itu di beberapa sekolah, rasio antara guru bimbingan dan
konseling dan siswa masih belum memenuhi standart.
Rasio guru bimbingan dan konseling dan siswa yang seharusnya, yaitu 1: 150. Dengan kata
lain kuota guru bimbingan dan konseling untuk Madrasah Aliayah Negeri (MAN) masih
kurang. Khususnya untuk daerah pendidikan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Krui Lampung
Barat.
Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan penulis, fasilitas penunjang layanan
bimbingan dan konseling yang belum memadai, terutama keberadaan ruang BK, sehingga
banyak layanan yang tidak berjalan secara optimal.
Dari beberapa masalah yang dikemukakan tersebut, pelaksanaan layanan bimbingan dan
tidak dapat teratasi dengan baik. Biasanya penanganan masalah tersebut hanya dilakukan di
awal saja, tidak tertuntaskan sampai akarnya.
Dari semua keterangan yang telah penulis sajikan di atas, berdasarkan observasi pendahuluan
yang dilakukan penulis, maka dirumuskan penelitian ini dengan judul “Kendala yang dihadapi
guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Krui Lampung Barat 2011/2012”.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1. Banyak layanan yang tidak berjalan, karena keterbatasan waktu untuk melaksanakannya.
2. Siswa cenderung takut dan malu berhadapan dengan guru bimbingan dan konseling.
3. Sebagian siswa tidak merasakan manfaat pelayanan bimbingan dan konseling.
4. Sebagian siswa yang tidak mengetahui mengenai fungsi dan peranan guru bimbingan dan
konseling.
5. Sebagian siswa yang masih menganggap guru bimbingan dan konseling sebagai polisi
sekolah.
2. Fokus Penelitian
Penelitian ini memerlukan fokus agar penelitian lebih jelas dan terarah, sehingga tujuan
Bimbingan dan Konseling Dalam Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Krui Lampung Barat Tahun Ajaran 2011/ 2012.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis memfokuskan
permasalahannya dalam penelitian ini adalah”Apakah kendala yang dihadapi guru bimbingan
dan konseling dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Krui Lampung Barat?”
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. TujuanPenelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah penulis ingin mengetahui kendala yang dihadapi guru
bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) Krui Lampung Barat Tahun Ajaran 2011/ 2012.
2. Kegunaan penelitian
Kegunaan penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis yaitu sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, khususnya
kajian bimbingan dan konseling mengenai kendala yang dihadapi guru bimbingan dan
konseling dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah
2. kegunaan praktis
a. Diharapkan dapat dijadikan masukan untuk menambah kepustakaan sekaligus
memberikan kontribusi pada dunia pendidikan dalam meningkatkan kualitas peserta
didik.
b. Sebagai bahan rujukan terutama bagi yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut
khusunya yang menyangkut tentang kendala yang dihadapi guru bimbingan dan
konseling dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dalam meningkatkan prestasi
anak didik.
c. Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan
informasi serta dapat di manfaatkan oleh guru pembimbing bagi pelaksanaan pemberian
layanan bimbingan dan konseling yang merupakan tugas utamanya.
3. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari banyaknya kesalahan persepsi dari permasalahan yang akan di bahas dan
agar penelitian ini dapat mencapai sasaran sesuai dengan yang dimakasud, maka batasan yang
mematuhi ruang lingkup ini adalah sebagai berikut:
1. Ruang Lingkup Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kendala yang dihadapi guru bimbingan dan konseling dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Krui Lampung Barat
4. Ruang Lingkup Ilmu
Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah konsep dan kajian bimbingan dan konseling.
C. Kerangka Pemikiran
Soerjono Soekarto (1989:78) menyatakan bahwa: “kerangkan fikir adalah serangkaian konsep atau sistematika pikiran secara ilmiah, sehingga orang lain dapat mudah membaca alur pikiran”.
Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang sangat penting dalam pendidikan kita.
Karena guru pembimbing adalah orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling, guru pembimbing juga adalah orang yang memiliki keahlian
khusus dalam bidang bimbingan sehingga pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
tidak bisa dikerjakan oleh guru atau bukan seorang guru pembimbing.
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak terlepas dari kerja sama
banyak pihak oleh karena itu guru pembimbing tidak dapat melaksanakan layanan bimbingan
dan konseling tanpa dukungan atau bantuan dari pihak lain. Baik pihak yang berasal dari
dalam lingkungan sekolah itu sendiri maupun lingkungan yang berasal dari luar sekolah.
Menurut Winkel (1991:134) menyebutkan bahwa:
Mendukung pendapat di atas, Sukardi dan Sumiati (1990:1) menyatakan bahwa:
”Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah akan berhasil apabila dilaksanakan dan dilakukan oleh satu tim di dalam tim petugas yang terlibat dalam kegiatan bimbingan akan dapat saling bantu- membantu, tolong menolong, bertukar pikiran, pandangan, pengalaman, dan bekerja secara bersama-sama”.
Jadi, pihak-pihak terkait yang ada di sekolah seperti kepala sekolah, guru bimbingan dan
konseling, guru pelajaran dapat mempengarui keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling. Selain itu dibutuhkan kerja sama siswa dan orang tua siswa. Suasana sekolah
dan keadaan dunia pendidikan yang kondusif juga membantu terlaksananya layanan
bimbingan dan konseling yang efektif dan sangatlah mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Berdasarkan landasan teori di atas, maka timbul kerangka pikir dari penelitian ini adalah
kendala yang dihadapi guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling di sekolah. Dengan mengetahui berbagai kendala dalam pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling, guru bimbingan dan konseling akan terbuka pandangannya bahwa
perkembangan bimbingan dan konseling itu seperti apa, setelah mengetahui beberapa kendala
tersebut diharapkan guru bimbingan dan konseling bisa memberikan solusi untuk bisa
mengatasinya, sehingga layanan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik. Oleh
sebab itu, penelitian ini sengaja dirancang untuk mangungkap kendala- kendala tersebut dari
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka adalah teori- teori yang relevan yang dapat digunakan untuk menjelaskan
tentang variabel yang akan diteliti. Dengan demikian diperlukan teori- teori yang mendukung
variabel yang akan diteliti.
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu memanusiakan manusia dan membentuk manusia
secara utuh, maka proses pendidikan harus bisa membentuk siswa mencapai kematangan
emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan
kemampuan intelektualnya. Bimbingan dan konseling menangani masalah- masalah atau hal-
hal diluar garapan pengajar, tetapi tidak secara langsung menunjang tercapainya tujuan
pendidikan dan pengajaran di sekolah. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus
terhadap semua siswa agar siswa dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuan dan
potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
1. Pengertian Bimbingan
Bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan. Agar individu yang bersangkutan tersebut dapat
memahami dirinya, sanggup mengarahkan dirinya, dapat bertindak secara wajar sesuai
dengan tuntutan yang berlaku dalam berbagai lingkungan, baik lingkungan sekolah, keluarga
Menurut Crow & Crow 1960 (Prayitno, 1999: 94) menyatakan bahwa:
“ Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki- laki atau perempuan, yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu- individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusannya sendiri dan menanggung bebannya sendiri.”
Dari pengertian di atas, dapat di artikan bahwa bimbingan adalah suatu bentuk bantuan yang
diberikan oleh seseorang yang telah terlatih untuk individu di semua usia perkembangan
dengan tujuan agar individu tersebut memperoleh kemandirian dalam membuat rencana dan
membuat keputusan- keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya
tersebut.
Sedangkan menurut Prayitno (1983: 2) menyatakan bahwa:
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seorang individu atau sekelompok
orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi- pribadi yang mandiri. Kemandirian
itu mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: (a)
mengenal diri sendiri dan lingkungannya, (b) menerima diri sendiri dan lingkungan secara
positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri, dan (e) mewujudkan
diri.
Menurut Chisklom (Prayitno, 1999: 94), menjelaskan bahwa:
Dari uraian ini bimbingan merupakan suatu kegiatan untuk membantu orang lain untuk mengenali dirinya sendiri, mengenali potensi- potensi apa saja yang dimiliki. Diharapkan dengan itu, ia dapat mengaktualisasikan dirinya dengan baik.
Berbeda dengan Lefever (Prayitno, 1999:94) mengemukakan bahwa:
“Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan hidupnya sendiri, yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman- pengalaman yang dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi masayarakat.”
Pendidikan memang tidak bisa dipisahkan dengan bimbingan, karena pada dasarnya
bimbingan ada dalam kegiatan mendidik. Untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif,
bimbingan harus dilakukan dengan teratur dan sistematis. Dari pengertian di atas, bimbingan
diberikan kepada anak yang lebih muda dengan tujuan agar ia bisa menentukan dan
mengarahkan dirinya sendiri. Melalui bimbingan di usahakan agar klien memperoleh
pengalaman- pengalaman yang berharga untuk hidupnya.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan adalah suatu
bentuk bantuan yang diberikan oleh seseorang yang telah terlatih dan berpengalaman kepada
seorang individuagar ia dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri,
dengan memanfaatkan potensi yang ia miliki.
1. Pengertian Konseling
Menurut Smith dkk (Prayitno 1999: 100), konseling adalah suatu proses dimana konselor
membantu konseli untuk membuat interpretasi tentang fakta- fakta yang berhubungan dengan
Konseling dilakukan sebagai sebuah proses interaksi antara konselor dan konseli untuk dapat
menginterpretasikan fakta- fakta, baik mengenai diri individu yang di bimbing sendiri
maupun lingkungannya. Khususnya yang menyangkut pilihan- pilihan, dan rencana- rencana
yang akan dibuat.
Sedangkan Menurut Hahn dalam Willis (2004: 18) menyatakan bahwa konseling adalah
“suatu proses yang terjadi dalam hubungan seorang dengan seorang yaitu individu yang
mengalami masalah yang tidak dapat diatasinya, dengan seorang petugas profesional yang
telah memperoleh latihan dan pengalaman untuk membantu agar klien mampu memecahkan
kesulitannya”.
Pendapat serupa yang dikemukakan oleh Tolbert 1959 (Prayitno, 1999:101), yang
menyatakan bahwa:
“ konseling adalah hubungan pribadi dengan cara tatap muka antara dua orang, dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan kemampuan- kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah- masalah dan menemukan kebutuhan- kebutuhan yang akan datang”.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat di simpulkan bahwa bimbingan konseling adalah
suatu proses pemberian bantuanyang dilakukan oleh seseorang yang memiliki kemampuan
khusus dalam bidang konseling yang di sebut konselor kepada individu yang bermasalah yang
disebut konseli melalui tatap muka (wawancara) agar individu lebih mengenali berbagai
informasi tentang dirinya sendiri, membantu dalam memecahkan masalah- masalah klien
guna memperbaiki tingkah lakunya pada saat sekarang dan pada saat masa yang akan datang
3. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Sejalan dengan perkembangan konsepsi bimbingan dan konseling, maka tujuan bimbingan
dan konseling pun mengalami perubahan. Berikut ini adalah tujuan dari bimbingan dan
konseling adalah:
1. Untuk membantu individu membuat pilihan- pilihan, penyesuaian- penyesuaian dan
interpretasi- interpretasi dalam hubungannya dengan situasi- situasi tertentu (Hamrin
& Clifford 1951)
2. Untuk memperkuat fungsi- fungsi pendididkan menurut
(Bradshow Daniel, 1956)
3. Untuk membantu orang- orang menjadi insan yang berguna, tidak hanya sekedar
mengikuti kegiatan- kegiatan yang berguna saja
(Tiedemen dalam Bernard, 1969).
Menurut Hamrin dan Clifford dalam Prayitno (1999: 113) menyatakan mengenai
tujuan dari bimbingan dan konseling adalah: untuk membantu individu membuat
pilihan- pilihan, membuat penyesuaian- penyesuaian, dan membuat interpretasi-
interpretasi.
Menurut Prayitno (1999: 114) bahwa tujuan bimbingan dan konseling yakni:
Sedangkan Menurut Thamson dalam Prayitno (1999: 113) bahwa bimbingan dan
konseling bertujuan agar klien:
a. Mengikuti kemauan- kemauan atau saran- saran konselor.
b. Mengadakan perubahan tingkah laku secara positif.
c. Melakukan pemecahan masalah.
d. Melakukan pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran, dan pengembangan
pribadi.
e. Mengembangkan penerimaan diri.
f. Memberikan pengukuhan.
Dari penjelasan di atas, tujuan dari bimbingan adalah untuk membantu individu lebih baik
dari sebelumnya, membantu individu dalam pengambilan keputusan, memahami dirinya
sendiri, mengembangkan potensi yang dimilikinya, serta mengarahkan agar ia memiliki
rencana- rencana untuk kehidupan mendatang, agar tidak kembali terjerat dalam masalah yang
sama. Yang paling utama adalah memberikan pengalaman- pengalaman untuk meningkatkan
kemandiriannya, sehingga ia memiliki kemampuan untuk dapat membantu dirinya sendiri.
4. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi
melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno (1999: 196) fungsi-
1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang
akanmenghasilkanpemahan tentang sesuatu oleh pihak- pihak tetentu sesuai dengan
kepentingan peserta didik
2. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkantercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang
mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan
kesulitan dan kerugian- kerugian tertentu dalam proses perkembangan peserta didik nya.
3. Fungsi Pengentasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta didik.
4. Fungsi Pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan
menghasilkan terpeliharanya dan terkembangnya berbagai potensi dan kondisi peserta
didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Fungsi- fungsi tersebut diwujudkan melalui diselenggarakannya berbagai jenis layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terdapat didalam fungsi
itu. Setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan harus secara
langsung mengacu pada satu atau lebih fungsi- fungsi tersebut agar hasil yang hendak
dicapainya secara jelas dapat diidentifikasikan dan di evaluasi.
5. Prinsip- Prinsip Bimbingan dan Konseling
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling perlu diperhatikan sejumlah prinsip, yaitu:
(1) Bimbingan dan konseling melayani semua individu tanpa memandang umur, jenis
kelamin, suku, agama, dan status sosial ekonomi.
(2) Bimbingan dan konseling berurusan dengan individu dan tingkah laku individu yang
unik.
(3) Bimbingan dan konseling memperhatikan sepenuhnya tahap dan berbagai aspek
perkembangan individu.
(4) Bimbingan dan konseling memberikan perhatian utama kepada perbedaan individual
yang menjadi orientasi pokok layanannya.
b. Prinsip- Prinsip berkenaan dengan permasalahan individu:
(1) Bimbingan dan konseling berurusan dengan hal- hal yang menyangkut pengaruh
kondisi mental/ fisik individu terhadap penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah,
serta dalam kaitannya dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh
lingkungan terhadap kondisi mental dan fisik individu.
(2) Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah
pada individu yang kesemuanya menjadi perhatian utama pelayanan bimbingan dan
konseling.
c. Prinsip- Prinsip berkenaan dengan program layanan:
(1) Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari upaya pendidikan dan
pengembangan individu; oleh karena itu program bimbingan dan konseling harus
diselaraskan dan dipadukan dengan program pendidikan serta pengembangan peserta
(2) Program bimbingan dan konseling harus fleksibel di sesuaikan dengan kebutuhan
individu, masyarakat dan kondisi lembaga.
(3) Program bimbingan dan konseling di susun secara berkelanjutan dari jenjang
pendididkan yang terendah sampai tertinggi.
(4) Terhadap isi dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling perlu diadakan
penilaian yang teratur dan terarah.
d. Prinsip- prinsip yang berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan:
(1) Bimbingan dan konseling harus diarahkan untuk pengembangan individu yang
akhirnya mampu membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahannya.
(2) Dalam proses bimbingan dan konseling keputusan yang diambil dan akan dilakukan
oleh individu hendaknya atas kemauan individu itu sendiri, bukan karena kemauan
atau desakan dari pembimbing atau pihak lain.
(3) Permasalahan individu harus di tanganni oleh tenaga ahli dalam bidang yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi
(4) Kerja sama antara guru bimbingan dan konseling, guru- guru lain, dan orang tua amat
menentukan hasil pelayanan bimbingan.
(5) Pengembangan program pelayanan bimbingan dan konseling ditempuh melalui
pemanfaatan yang maksimal dari hasil pengukuran dan penilaian terhadap individu
yang terlibat dalam proses pelayanan dan program bimbingan dan konseling itu
sendiri.
Penyelenggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi,
dan di dasarkan pada prinsip- prinsip bimbingan, juga di tuntut untuk memenuhi sejumlah
asas- asas bimbingan. Pemenuhan atas asas- asas itu akan memperlancar pelaksanaan dan
lebih menjamin keberhasilan layanan kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat
menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan serta mengurangi atau mengaburkan
hasil layanan kegiatan bimbingan dan konseling itu sendiri. Menurut Prayitno (1999: 114)
menyebutkan bahwa terdapat 12 asas dalam bimbingan dan konseling, yaitu sebagai berikut:
a. Asas kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya
segenap data dan keterangan tentang peserta dididk (klien) yang menjadi sasaran layanan,
yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui orang lain. Dalam hal
ini guru bimbingan dankonseling berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data
dan keterangan itu sehingga kerahasiaannya benar- benar terjamin.
b. Asas kesukarelaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya
kesukaan dan kerelaan peserta dididk mengikuti atau menjalani kegiatan yang
diperuntukan baginya. Dalam hal ini guru bimbingan dan konseling berkewajiban
membina dan mengembangkan kesukarelaan seperti itu.
c. Asas keterbukaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta
didik (klien) yang menjadi sasaran layanan atau kegiatan bersikap terbuka dan tidak
berpura- pura, baik dalam memberikan keterangan tentang dirinya sendiri maupun dalam
menerima berbagai informasi dan materi dari luar yang berguna bagi pengembangan
dirinya. Keterbukaan ini amat terkait dengan asas kerahasiaan dan adanya kesukarelaan
pada diri klien yang menjadi sasaran kegiatan. Agar para peserta dididk dapat terbuka, guru
d. Asas kegiatan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar peserta didik
(klien) yang menjadi sasaran berpartisipasi secara aktif di dalam penyelenggaraan layanan
atau kegiatan bimbingan. Dalam hal ini guru bimbingan dan konseling perlu mendorong
peserta didik untuk aktif dalam setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang
diperuntukan baginya.
e. Asas kemandiria, yaitu asas bimbingan dan konseling yang merujuk pada tujuan umum
bimbingan dan konseling, yaitu klien sebagai sasaran layanan bimbingan dan konseling
diharapkan menjadi individu- individu yang mandiri dengan ciri- ciri mengenal dan
menerima diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan
serta mewujudkan diri sendiri. Guru bimbingan dan konseling hendaknya mampu
mengarahkan segenap layanan bimbingan dan konseling yang diselenggarakan bagi
berkembangnya kemandirian peserta didik.
f. Asas kekinian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar objek sasaran
layanan bimbingan dan konseling adalah permasalahan klien dalam kondisi sekarang.
Layanan yang berkenaan dengan masa depan atau kondisi masa lampaunya dilihat dampak
dan kaitannya dengan kondisi yang ada dan apa yang dapat diperbuat sekarang.
g. Asas kedinamisan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi layanan
terhadap sasaran layanan (klien) yang sama hendaknya selalu bergerak maju tidak
monoton, dan terus berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
h. Asas keterpaduan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, baik yang dilakukan oleh guru bimbingan
kerja sama antara guru bimbingan dan konseling dengan pihak- pihak yang berperan dalm
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling perlu terus dikembangkan.
i. Asas kenormatifan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling di dasarkanpada dan tidak boleh
bertentangan dengan nilai dan norma- norma yang ada, yaitu norma- norma agama, hukum
dan peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan kebiasaan yang berlaku. Bukanlah
layanan atau kegiatan bimbingan dan konseling yang dapat dipertanggungjawabkan apabila
isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan norma- norma yang dimaksudkan itu.
j. Asas keahlian, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan
kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas dasar kaidah- kaidah profesional.
Dalam hal ini, para pelaksana layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling hendaklah
tenaga yang benar- benar ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keprofesionalan
guru bimbingan dan konseling harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis- jenis
layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling maupun dalam menegakan kode etik
bimbingan dan konseling.
k. Asas alih tangan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak- pihak
yang tidak mampu menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling secara tepat dan
tuntas atas suatu permasalahan peserta didik (klien) mengalihtangankan permasalahan itu
kepada pihak yang lebih ahli. Guru bimbingan dan konseling dapat menerima alih tangan
kasus dari orang tua, guru- guru lain, dan demikian pula guru bimbingan dan konseling
l. Asas tutwuri handayani, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar
pelayanan bimbingan dan konseling secara keseluruhan dapat menciptakan suasana yang
mengayomi (memberikan rasa aman, mengembangkanketeladanan, memberikan
rangsangan, dorongan) serta kesempatan yang seluas- luasnya kepada peserta didik (klien)
untuk maju.
Asas- asas tersebut salaing terkait satu dengan yang lain, segenap asas itu perlu
diselenggarakan secara terpadu dan tepat waktu. Apabila asas- asas itu tidak di jalankan
dengan baik, penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling akan tidak efektif bahkan
terhenti sama sekali.
7. jenis- jenis layanan bimbingan dan konseling
Banyak faktor- faktor yang mempengaruhi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di
sekolah menjadi hambatan tersendiri bagi guru bimbingan dan konseling. Suatu kegiatan
bimbingan dan konseling disebut layanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak
langsung dengan sasaran layanan (klien), dan secara langsung berkenaan dengan pernasalahan
ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh sasaran layanan itu.
1. Layanan Orientasi, yaitu merupakan layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan
untuk memperkenalkan peserta didik (klien) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang
baru dimasuki peserta didik, untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta
didik dilingkungan yang baru itu.
2. Layanan Informasi, yaitu merupakan layanan bimbingan dan konseling yang
informasi pendidikan dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien).
3. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu merupakan layanan bimbingan dan konseling
yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang
tepat (misalnya penempatan/ penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan
program studi, program latihan dsb) sesuai dengan potensi, bakat dan minat, serta kondisi
pribadinya.
4. Layanan pembelajaran, yaitu merupakan layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan
kecepatan dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan
dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
5. Layanan Konseling perorangan, yaitu merupakan layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara
perorangan) dengan guru bimbingan dan konseling dalam rangka pembahasan dan
pengentasan permasalahan pribadi yang dideritanya.
6. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan bimbingan konseling yang memungkinkan
sejumlah peserta didik secara bersama-sama melakukan dinamika kelompok memperoleh
berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari guru bimbingan dan konseling)
atau membahas secara bersama-sama poko bahasan (topik) tetentu yang berguna untuk
menunjang pemahaman dan kehidupannya sehari-hari dan untuk perkembangan dirinya
baik secara individu maupun sebagai pelajar, dan untuk pertimbangan dalam mengambil
7. Layanan konseling kelompok, yaitu merupakan layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan
pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang di
bahas itu adalah masalah- masalah pribadi yang dialami oleh masing- masing anggota
kelompok.
8. Layanan Mediasi, yaitu merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
pembimbing untuk menjadi perantara (media) untuk menyelesaikan masalah siswa.
9. Layanan Konsultasi, yaitu merupakan layanan bimbingan dan konseling yang
memungkinkan peserta didik (klien) untuk mengkonsultasikan masalah- masalah yang
dialaminya.
Rahman(2003:69-79) memaparkan tentang lima kegiatan pendukung pelaksanaan bimbingan
dan konseling, sebagai berikut:
1. Instrumentasi bimbingan adalah pengadaan segala jenis instrumen baik berupa tes
maupun non tes guna menjaring data dan mencatat segala keterangan siswa dalam proses
pelaksanaan bimbingan dan konseling.
2. Himpunan data atau pengumpulan data adalah kegiatan mengumpulkan, menyeleksi,
menata dan menyimpan data serta keterangan siswa dengan teknik tes maupun non tes.
3. Konferensi kasus adalah membahas suatu kasus dengan melibatkan banyak pihak.
4. Kunjungan rumah adalah kegiatan guru pembimbing mengunjungi tempat tinggal orang
5. Alih tangan kasus adalah kegiatan pembimbing melimpahkan penanganan suatu kasus
dari seorang guru pembimbing kepada pihak lain yang dianggap memiliki kemampuan
dan wewenang yang relevan dengan masalah yang dihadapi siswa.
Jadi, berdasarkan pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaanbimbingan
dan konseling berarti melaksanakan tujuh layanan bimbingan dan konseling yaitu layanan
orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan pembelajaran,
layanan konseling perorangan,layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok,
layanan mediasi, dan layanan konsultasi serta melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling yaitu instrumentasi bimbingan, himpunan data atau pengumpulan data,
konferensi kasus, kunjungan rumah, dan alih tangan kasus.
Berbagai jenis layanan tersebut di atas dapat saling terkait dan menunjang yang satu dengan
yang lainnya, sesuai dengan asas keterpaduan dalam bimbingan dan konseling.
8. Program pelayanan bimbingan dan konseling
Pelayanan bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan mengadakan kegiatan bimbingan
dan konseling. Kegiatan tersebut terselenggara dalam satu rangkaian program bimbingan dan
konseling. Winkel (1991:105) menjelaskan bahwa ”program bimbingan dan konseling
(guidance program) yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode tertentu, misalnya satu tahun ajaran”. Pendapat Hotch dan
Costor(Soetjipto dan Raflis Kosasi,2007:91) ”program bimbingan dan konseling adalah suatu
program yang memberikan layanan khusus yang dimaksudkan untuk membantu siswa dalam
mengadakan penyesuaian diri”. Pendapat di atas menjelaskan bahwa program bimbingan dan
diorganisasikan selama jangka waktu tertentu yang diberikan kepada siswa guna mencapai
tujuan bimbingan dan konseling di sekolah.
Program pelayanan bimbingan dan konseling perlu dibuat gunanya adalah agar semua
kegiatan pelayanan yang akan dilaksanakan dapat terlaksana secara teratur, dan sistematik,
sehingga pelayanan yang diberikan dapat optimal. Program pelayanan bimbingan dan
konseling disusun berdasarkan kebutuhan siswa, lengkap dan menyeluruh, sistematik, terbuka
dan luwes, memungkinkan kerjasama, dan memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan
tindak lanjut.
Sukardi (1983: 58-159) Untuk menyusun suatu program bimbingan ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan, diantaranya:
a. Susunlah program bimbingan yang relevan dengan kebutuhan bimbingan di sekolah
b. Mempertimbangkan sifat- sifat khas sekolah, yaitu jenis sekolah, ukuran sekolah, sifat
atau tujuan sekolah, guru- guru (perhatian, kesibukan dan kemampuan), murid- murid
dengan berbagai persoalan, dan sikap.
c. Hendaknya diadakan inventarisasi berbagai macam fasilitas yang ada, termasuk di
dalamnya petugas bimbingan yang telah ada sebagai pelaksana program bimbingan.
d. Hendaknya di tentukan program kerja yang terperinci dan sistematis dalam program
bimbingan di sekolah berdasarkan masalah- masalah yang secara mendesak harus di
tanganni.
e. Hendaknya di tentukan personalia, pembagian tugas dan tanggung jawab yan merata
dengan mempertimbangkan berbagai faktor. Kemampuan, minat, kesempatan, serta bakat
f. Menentukan organisasi termasuk didalamnya ialah cara kerja, dan kerjasama dalam
mewujudkan program bimbingan.
g. Hendaknya diadakan evaluasi program bimbingan yang gunanya untuk mengecek
seberapa jauh rencana dan pengaturan kerja itu telah dapat dilaksanakan.
B. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
Selain ada faktor penghambat, tentu ada juga faktor yang mempengaruhi keberhasilan layanan
bimbingan dan konseling. Menurut Prayitno (1998: 185) yang mempengaruhi keberhasilan
terlaksananya pelayanan bimbingan dan konseling adalah perlu diperhatikannya hal-hal
sebagai berikut: tenaga, sarana dan prasarana, waktu, kerjasama, suasana profesional, dan
dana.
1. Tenaga. Tenaga utama dalam layanan bimbingan dan konseling adalah guru bimbingan dan
konseling yang merupakan tenaga profesional. Tenaga ini hendaklah memiliki modal
personal dan modal profesional yang dapat diandalkan untuk tuigas- tugas profesinya.
Rasio antara guru bimbingan dan konseling diberi tugas atau tanggung jawab penuh
melakukan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap 150 orang siswa.
2. Sarana. Sarana yang diperlukan untuk penunjang pelayanan bimbingan dan konseling
seperti: alat pengumpul data, baik tes maupun non tes, alat penyimpan data khususnya
dalam bentuk himpunan data, kelengkapan penunjang teknis, seperti data informasi, paket
bimbingan, alat bantu bimbingan, perlengkapan administrasi seperti alat tulis menulis,
3. Prasarana. Prasarana pokok yang diperlukan adalah ruangan yang cukup memadai serta
prabotannya. Ruangan ini hendaknya ditata sedemikian rupa sehingga di satu segi para
siswa yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa senang dan di sisi lain di ruangan
tersebut dapat dilaksanakan layanan dan kegiatan bimbingan lainnya sesuai dengan
asas-asas dan kode etik bimbingan dan konseling.
4. Waktu. Penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling memerlukan waktu yang
cukup. Oleh karena itu perlu disediakan waktu dan kesempatan yang memadai bagi
terselenggaranya segenap jenis layanan bimbingan dan konseling dengan berbagai kegiatan
pendukungnya itu. waktu di luar jam-jam pelajaran (jam sekolah) perlu disediakan dan
diatur dengan baik bagi terselenggaranya layanan bimbingan dan konseling serta kegiatan
pendukungnya.
5. Kerja sama. pelayanan bimbingan dan konseling yang efektif memerlukan kerja sama
semua pihak berkepentingan dengan kesuksesan pelayanan itu. Kerja sama antar personil
sekolah dengan tugas dan peran masing- masing dalam pelayanan bimbingan dan
konseling adalah sangat vital. Tanpa kerja sama antar personal itu, kegiatan bimbingan dan
konseling akan banyak mengalami hambatan.
Demikian juga kerjasama dengan orang tua siswa, para siswa yang ada di sekolah, dan para
ahli lain yang sangat diperlukan dalam rangka alih tangan kasus, dan berbagai lembaga
serta pihak-pihak lain di masyarakat pada umumnya, semua akan lebih menjamin
keberhasilan upaya bimbingan dan konseling di sekolah. Bentuk kerjasama dengan
6. Suasana Profesional. pelayanan bimbingan dan konseling adalah pelayanan profesional,
sehingga pelaksanaannya memerlukan suasana profesional. Suasana ini akan terwujud
apabila para pelaksananya adalah tenaga profesional dan kegiatannya dilandasi oleh
asas-asas serta kode etik profesional.
7. Dana. Dana diperlukan bagi penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Juga untuk
keperluan lain, seperti perlengkapan administrasi, kunjungan rumah, dan penyusunan
laporan kegiatan.
C. Kendala Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
Tugas seorang guru bimbingan dan konseling tidaklah mudah, Banyak hal- hal yang perlu
diperhatikan untuk dapat mewujudkan suatu layanan bimbingan dan konseling yang baik,
bukan saja untuk siswa selaku objek dari layanan ini, melainkan para guru, kepala sekolah,
dan orang tua.
Melihat layanan bimbingan dan konseling di sekolah merupakan hal yang tidak mudah maka
diperlukan perhatian yang khusus guna memperlancar pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Hal- hal yang perlu diperhatikan oleh banyak pihak sekolah dan segala
sesuatu yang mendukung serta menunjang proses pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah. Baik dari luar maupun dari dalam sekolah itu sendiri.
Dalam pelaksanaannya, banyak sekali kendala yang terjadi. Seperti yang diungkapkan oleh
Winkel (1991: 134) bahwa:
a. Dari konselor sendiri. Banyak tamatan program studi bimbingan dan konseling pada
strata S1 masih berumur muda pada saat terjun kelapangan. Kepribadian belum terbentuk
sepenuhnya, sehingga konselor menjadi ragu- ragu dalam melaksanakan konseling.
b. Kepala sekolah. Tantangan yang dihadapi oleh konselor adalah mengkomunikasikan
kepada kepala sekolah tentang bimbingan dan konseling, bukan pertama- tama melalui
teoritis, melainkan melalui pelayanan yang memuaskan kepada siswa.
c. Staf guru pelajaran. Masih banyak staf guru yang melontarkan kritik negatif tehadap
konselor sekolah yang bersumber kepada rasa iri dengan konselor.
d. Siswa. Pada kalangan siswa sendiri, tanggapannya beragam dari tanggapan yangpositif,
kurang peduli, bahkan ada yang terang- terangan menolak. Hambatan- hambatan yang
biasa dihadapi oleh konselor sekolah adalah siswa tidak memahami hakekat pelayanan
bimbingan dan konseling, siswa memandang konselor sebagai satpam sekolah, siswa
enggan menghadapi konselor karena mengira akan dimarahi, dan lain sebagainya.
e. Orang Tua. Banyak oarng tua yang merasa senang dengan hadirnya seorang konselor di
sekolah, yang dapat membantu anaknya menjadi lebih dewasa dan menjadi seorang
mediator antara harapan orang tua dan harapan anaknya. Orang tua seperti ini biasanya
memiliki pendidikan yang tinggi. Namun ada juga orang tua yang memiliki harapan yang
tidak realistik, misalnya supaya anak tidak memberontak.
f.Suasana Sekolah dan keadaan dunia pendidikan. Suasana sekolah yang kurang disiplin,
pengaturan nilai menurut situasi dan kondisi, kebiasaan siswa untuk mencontek dan
mencari lobang- lobang untuk menutupi kesalahannya itu bisa mempersulit pekerjaan
Jadi, pihak-pihak terkait yang ada di sekolah seperti kepala sekolah, guru bimbingan dan
konseling, guru pelajaran dapat mempengarui keberhasilan pelaksanaan layanan bimbingan
dan konseling. Selain itu dibutuhkan kerja sama siswa dan orang tua siswa. Suasana sekolah
dan keadaan dunia pendidikan yang kondusif juga membantu terlaksananya layanan
bimbingan dan konseling yang efektif. Pendapat yang lebih rinci dikemukakan oleh Prayitno
(1998:185) menyatakan “yang mempengaruhi keberhasilan terlaksananya layanan
bimbingan dan konseling adalah perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: tenaga, sarana
dan prasarana, waktu, kerjasama, suasana profesional dan dana”. Oleh sebab itu, dapat
disimpulkan bahwa banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling, apabila hal tersebut dapat terwujud maka pelaksanaan program
bimbingan dan konseling akan berjalan dengan baik.
Selanjutnya Purwanto (1984: 136) berpendapat bahwa berhasil atau tidaknya suatu program
bimbingan di sekolah sebagian besar bergantung pada:
a. Bagaimana pengertian dan penerimaan kepala sekolah tentang fungsi dan tujuan
bimbingan itu.
b. Latihan, pengalaman, minat, dan pengetahuan tentang bimbingan yang dimiliki oleh para
pelaksananya.
c. Bagaimana pandangan guru- guru dan masyarakat terhadap kebutuhan- kebutuhan
bimbingan itu bagi murid- murid.
d. Kerjasama antara guru- guru, orang tua murid dan masyarakat.
Gunawan (2001:209) mengemukakan kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah sebagai berikut:
1. Para pengelola sekolah masih beranggapan bahwa tugas sekolah adalah mengajar.
2. Kepala sekolah dan guru masih belum memiliki pengetahuan yang benar mengenai
peranan dan kedudukan program bimbingan dan konseling dalam kesatuannya dengan
program pendidikan di sekolah.
3. Banyak lembaga pendidikan guru pembimbing kurang memberikan bekal praktek
bimbingan kepada para calon petugas bimbingan dan konseling.
4. Nama staf bimbingan memberikan kesan kepada guru bahwa fungsi bimbingan telah
memiliki spesialisasi.
5. Banyak petugas bimbingan bukan lulusan bimbingan dan konseling, sehingga bimbingan
dan konseling tidak bisa berjalan baik, bahkan banyak yang melanggar prinsip-prinsip
bimbingan dan konseling.
Jadi,dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling diperlukan dukungan banyak
pihak agar menjadi lancar. Perlu kerja sama antara pengelola sekolah, kepala sekolah
sebagai penanggung jawab, guru dan wali kelas, dan guru bimbingan dan konseling sebagai
petugas utama pelaksana program bimbingan dan konseling.
D. Pengertian Guru bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling atau biasa disebut konselor sekolah adalah seorang tenaga
profesional yang memperoleh pendidokan khusus diperguruan tinggi dan mencurahkan
(WS.Winkel, 1990:164)
Kordinator bimbingan memegang pimpinan program bimbingan dan bertugas terhadap
perencanaan program bimbingan, pembagian tugas, pengaturan tata usaha bimbingan,
penyediaan fasilitas, kontak dengan tenaga- tenaga ahli di luar sekolah dan dengan orang tua,
serta pelaksana studi evaluatifterhadap efektifitas program bimbingan. Bila di sekolah
terdapat beberapa konselor sekolah, salah seorang diantara meraka diangkat sebagai
kordinator bimbingan dan konselor-konselor sekolah lain bertanggung jawab kepada
kordinator. Semua konselor sekolah adalah tenaga generalis, dalam arti memberikan lebih dari
satu layanan bimbingan, kecuali bila ada tenaga yang memiliki keahlian tambahan dalam
salah satu layanan bimbingan dan hanya berkecimpung dalam layanan itu (tenaga ahli).
Ada juga berpendapat bahwa guru bimbingan dan konseling adalah seorang guru yang
disamping pengajar di salah satu bidang studi, terdapat juga dalam pelayanan- pelayanan
bimbingan, termasuk layanan konseling. Jadi tenaga ini adalah time teacher dan part-time counsellor,dengan perbandingan waktu 50%- 50%; guru- konselor ini bukan tenaga profesional bimbingan. Kedudukan sebagai guru-konselor mengandung kesulitan dan
mungkin sekali menimbulkan konflik bagi tenaga yang bersangkutan. Kesulitan terletak
dalam sifat merangkap karena pada waktu-waktu tertentu ia harus bertindak sebagai tenaga
pengajar, yang harus mengantar sekelompok ke tercapainya tujuan instruksional dan harus
menilai kemajuan siswa menurut patokan tujuan instruksional itu.
Jadi berdasarkan penjelasan di atas, pengertian guru bimbingan konseling adalah interpretasi
terhadap suatu hal (kaitannya dengan layanan bimbingan dan konseling) yang dilakukan oleh
guru bimbingan dan konseling yang satu dengan guru bimbingan dan konseling yang lain
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penerapan teori terhadap suatu permasalahan memerlukan metode khusus yang dianggap relevan dan membantu pemecahan masalah. Metode tersebut dipergunakan untuk melaksanakan penelitian sehingga penelitian ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Metode penelitian merupakan suatu ilmu yang membicarakan tentang berbagai cara yang harus ditempuh secara ilmiah dengan maksud untuk menemukan dan menguji kebenaran suatu penelitian.
Penelitian ini meneliti mengenai kendala yang dihadapi guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, hal tersebut merupakan masalah kompleks yang dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Nawawi (1993: 73) adalah:
“Prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta- fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”
(aktor), dengan peran dan tugasnya di sekolah (activity) dan tempat (place) akan menghasilkan suatu situasi sosial tertentu.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan diMadrasah Aliyah Negeri (MAN) Krui Lampung Barat Pad tahun Tahun Pelajaran 2011/2012, Kecamatan Pesisir Tengah Krui, Kabupaten Lampung Barat.
C. Subjek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian kualitatif disebut dengan istilah informan. Informan dalam penelitian ini yaitu 4guru pembimbing di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Krui Lampung Barat yang terdiri dari 2 orang laki-laki yang berlatar belakang pendidikan psikologi dan pendididkan agama islam, dan 2 orang perempuan yang berlatar belakang pendidikannya adalah bimbingan dan konseling yang ditentukan secara purposive yaitu pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. pelaksana utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru bimbingan dan konseling, hal tersebut yang menjadi pertimbangan dalam menentukan informan dalam penelitian ini.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
memberikan gambaran data dan informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Variabel dalam penelitian ini adalahkendala yang dihadapi guru bimbingan dan konseling dalm pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
2. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kendala yang dihadapi guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling adalah hal-hal yang menjadi penghambat layanan bimbingan dan konseling.
(Suharsimi Arikunto, 1986: 91). Definisi operasional berisi pengertian variabel yang akan dikembangkan. Pada penelitian ini, mempunyai satu variabel tunggal Yaitu Kendala yang Dihadapi Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Krui Lampung Barat.
adapun yang menjadi definisi operasional dalam penelitian ini adalah kendala yang dihadapi guru bimbingan dan konseling dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yaitu hal- hal apa yang menjadi kendala dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Berdasarkan beberapa teori yang telah di sajikan pada tinjauan pustaka, diperoleh indikator dalam penelitian ini menurut Prayitno (1998:185) adalah sebagai berikut:
a. Jumlah tenaga pembimbing
c. Sarana dan prasarana bimbingan dan konseling
d. Dana bimbingan dan konseling
e. Pengertian dan penerimaan dari kepala sekolah, staf guru, orang tua siswaterhadaplayanan bimbingan dan konseling
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Adapun pihak yang di wawancara 4 orang guru pembimbing yang terdiri dari 2 orang laki- laki yang berlatar belakang pendidikannya adalah psikologi dan pendidikan agama islam, dan 2 orang perempuan yang berlatar belakang pendidikan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah. Dalam wawancara yang penulis gunakan adalah berupa daftar pertanyaan.
2. Observasi
3. Dokumentasi
Dokumentasi ditujukan untuk memperoleh data yang bersumber dari sekolah yang ada hubungannya dengan arsip-arsip seperti silabus, format rencana satuan layanan, data base, buku catatan pribadi siswa. Teknik ini digunakan untuk mencari data tentang jumlah guru pembimbing, jumlah siswa yang dibimbing dan arsip-arsip lainnya seperti alat penyimpan data, dan lain- lainnya yang berhubungan dengan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah.
F. Uji Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan beberapa pengujian, penelitian ini menggunakan pengujian kredibilitas data dan pengujian depenability.
(2009:131) dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Pemilihan teknik analisis data ditentukan oleh jenis data yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai. Teknik analisis data dalam penelitian kulaitatif dilakukan sejak awal memperoleh data. Penulis melakukan analisis domain yaitu mencari dan memperoleh gambaran umum mengenai objek penelitian Tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasa dan ditanyakan. Tahap kedua penulis menentukan fokus masalah berdasarkan hasil analisis domain tersebut, selanjutnya peneliti menguraikan fokus masalah tersebut menjadi lebih rinci, tahap ini dinamakan dengan analisis komponensial.
Tahap selanjutnya peneliti menghubungkan uraian fokus masalah, mengakaitkan satu dengan yang lainnya sehingga terbentuk satu gambaran yang terkait antara masing-masing fokus dan menjadi suatu tema, tahap ini dinamakan analisis tema yang selanjutnya dapat menjadi dasar dalam membuat judul penelitian.Spradley (Santoso dan Royanto, 2009:72). Analisis model Miles and Huberman, yang meliputi datareduction(reduksi data), data display(penyajian data), dan verivication(penarikan kesimpulan)dilakukan pada setiap tahapan penelitian menurut Spradley (penjelajahan, fokus, dan seleksi).
kata perkata.Selain itu, hal yang tidak kalah penting yakni dalam pengorganisasian data. Pengorganisasian data dalam penelitian ini akan dilakukan secara cross sectional, dimana data yang didapat diatur secara kronologis atau tematis, sehingga ketika dibutuhkan data dapat diperoleh dengan cepat dan efisien.
1
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
kendala pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) Krui Lampung Baratyaitu:
1. Guru bimbingan dan konseling belum dapat memaksimalkan
kemampuannya dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling
karena keterbatasan jumlah guru bimbingan dan konseling di sekolah.
2. Sarana ruang bimbingan dan konseling yang belum kondusif dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.
3. Dana yang terbatas dalam pengadaan sarana dan prasarana bimbingan dan
konseling di sekolah.
4. Penjadwalan waktu yang belum efektif dalam pelaksanaan layanan dan
kegiatan pendukung bimbingan dan konseling.
5. Siswa takut untuk memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling karena
masih ada persepsi yang salah terhadap keberadaan bimbingan dan
konseling di sekolah, khususnya peran guru bimbingan dan konseling di
2
6. Kerja sama antara pihak sekolah dan oarang tua siswa dengan guru
bimbingan dan konseling dalam penanganan siswa yang memiliki masalah
belum berjalan sebagaimana mestinya.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, penelitian ini dapat disarankan kepada:
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah diharapkan dapat menyediakan sarana dan prasana
bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling dan menambah jumlah tenaga guru
bimbingan dan konseling di sekolah.
2. Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling dapat mengoptimalkan kemampuan yang
dimilikinya dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling
sehingga layanan bimbingan dan konseling dapat dirasakan keberadaannya
di dalam lingkungan sekolah.
3. Guru pembimbing yang berlatar belakang pendidikannya psikologi dan
pendidikan agama islam diharapkan untuk terus mempelajari ilmu tentang
bimbingan dan konseling serta mengembangkan potensi yang dimiliki
agar bisa melaksanakan layanan bimbingan dan konseling lebih optimal.
3
Guru, wali kelas, staf sekolah diharapkan dapat menjalin kerja sama yang
baik dengan guru bimbingan dan konseling dalam membantu
menyelesaikan masalah siswa karena siswa merupakan tanggung jawab
semua pihak yang ada di sekolah.
5. Kepada Siswa
Siswa diharapkan mau ikut serta dalam kegiatan bimbingan dan konseling
dan dapat menghilangkan persepsi yang salah mengenai bimbingan dan
konseling di sekolah dan mau memanfaatkan layanan bimbingan dan
konseling yang ada di sekolah.
6. Kepada Orang Tua Siswa
Diharapkan dapat berkoordinasi dengan guru bimbingan dan konseling
4
KENDALA YANG DIHADAPI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING
DALAM PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI
MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) KRUI LAMPUNG BARAT
TAHUN AJARAN 2011/2012
(Proposal)
Oleh:
Lisa Epiya
0713052007
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
KENDALA YANG DIHADAPI GURU BIMBINGAN DAN
KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING DI MADRASAH ALIYAH
NEGERI (MAN) KRUI LAMPUNG BARAT TAHUN AJARAN
2011/2012
(Proposal)
Oleh:
Lisa Epiya
0713052007
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
1. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
1. Identifikasi Masalah 5
2. Pokus Penelitian 6
3. Peruumusan Masalah 6
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...6
1. Tujuan Penelitian ...6
2. Kegunaan Penelitian 7
3. Ruang Lingkup Penelitian ...8
C. Kerangka Pemikiran .9
11. TINJAUAN PUSTAKA 11
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling 11
1. Pengertian Bimbingan 11
2. Pengertian Konseling 14
3. Tujuan Bimbingan dan Konseling 15
4. Fungsi Bimbingan dan Konseling 17
5. Prinsip- Prinsip Bimbingan dan Konseling 18
7. Jenis- Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling 24
8. Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling 28
B. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan layanan bimbingan dan Konseling ...29
C. Kendala Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling 32
D. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling 35
111. METODELOGI PENELITIAN 38
A. Metode Penelitian 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian 39
C. Subjek Penelitian 39
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional variabel 40
1. Variabel Penelitian ...40
2. Definisi Operasional variabel ...40
E. Teknik Pengumpulan Data 41
F. Uji Keabsahan Data 42
1. Uji kredibilitas 42
2. Uji Transferability ...42
3. Uji Depenability ...43
4. Uji Konfirmability ...43
G. Teknik Analisis Data . 43
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 StrukturOrganisasiBimbingandanKonseling………. 22 4.1 Denah di dalamRuangBimbingandanKonseling di SMP Negeri 1
Gadingrejo……….. 65
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI i
1. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
1. Identifikasi Masalah 5
2. Pokus Penelitian 6
3. Peruumusan Masalah 6
B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...6
1. TujuanPenelitian ...6
2. Kegunaan Penelitian 7
3. Ruang Lingkup Penelitian ...8
C. Kerangka Pemikiran .9 11. TINJAUAN PUSTAKA 11
A. Pengertian Bimbingan dan Konseling 11
1. Pengertian Bimbingan 11
2. Pengertian Konseling 14
3. Tujuan Bimbingan dan Konseling 15
4. Fungsi Bimbingan dan Konseling 17
5. Prinsip- Prinsip Bimbingan dan Konseling 18
7. Jenis- Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling 24
8. Program Pelayanan Bimbingan dan Konseling 28
B. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan layanan bimbingan dan
Konseling ...29
C. Kendala Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling 32
D. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling 35
111. METODELOGI PENELITIAN 38
A. Metode Penelitian 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian 39
C. Subjek Penelitian 39
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional variabel 40
1. Variabel Penelitian ...40 2. Definisi Operasional variabel ...40
E. Teknik Pengumpulan Data 41
F. Uji Keabsahan Data 42
1. Uji kredibilitas 42
2. Uji Transferability ...42 3. Uji Depenability ...43 4. Uji Konfirmability ...43
G. Teknik Analisis Data . 43
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1 PembagianTugas Guru Pembimbing ………... 48