PERANAN BADAN PENANAMAN MODAL DAN
PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAERAH PROVINSI
LAMPUNG DALAM PEMBERIAN IZIN USAHA
PENGELUARAN HEWAN TERNAK
(SKRIPSI)Oleh :
FELICITA BUDIRATIH
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup Permasalahan ... 6
1.2.1 Permasalahan ... 6
1.2.2 Ruang Lingkup Permasalahan ... 6
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 7
1.3.2 Kegunaan Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Peranan ... 9
2.2. Pengertian dan Unsur Izin ... 10
2.2.1 Pengertian Izin ... 10
2.2.2 Tujuan, Fungsi, dan Syarat Izin ... 11
2.2.3 Bentuk dan Isi Perizinan ... 14
2.3. Izin Pengeluaran Hewan Ternak... 15
2.4. Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan PerizinanTerpadu Daerah Provinsi Lampung ... 16
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Masalah ... 18
3.2. Sumber Data dan Jenis Data ... 18
3.3. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 20
3.3.1 Metode Pengumpulan Data... 20
3.3.2 Metode Pengolahan Data ... 21
3.4. Analisis Data... 21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 23
4.1.1 Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Daerah Provinsi Lampung (BPMP2TD) ... 23 4.1.2 Dinas Peternakan Provinsi Lampung ... 28 4.2. Peranan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Daerah Provinsi Lampung dalam Pemberian Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak ... 32 4.2.1 Persyaratan Pemberian Izin Usaha Pengeluaran Hewan
Ternak ... 33 4.2.2 Prosedur Pemberian Izin Usaha Pengeluaran Hewan
Ternak antar Pulau dan Provinsi. ... 41 4.3. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Pemberian
Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi
Lampung ... 47 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ... 52 5.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
GAMBAR DAN TABEL
Gambar 1. Prosedur pengurusan surat izin usaha impor dan pembibitan hewan ternak ... 37 Gambar 2. Bagan Alir Pemberian Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak ... 41 Gambar 3. Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinanan Terpadu Daerah Provinsi Lampung (BPMP2TD) ... 56 Gambar 4. Struktur Organisasi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi
DAFTAR PUSTAKA
Literatur
Bustanul Arifin . 2004 . Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit kompas. Jakarta.
Boediono.2003.Pelayanan Prima Perpajakan.Rineka Cipta.Jakarta.
Hadjon, Philipus M.Pengantar Hukum Perizinan.Yuridika. Surabaya. 1993. H.R Ridwan.2002.Hukum Administrasi Negara. UII Press. Yogyakarta.
Makin.Moch. 2011.Tata Laksana Peternakan Sapi Perah. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Nicholai, P. et. al.Bestuursrecht. Amsterdam. 1994.
Pengelolaan Hasil – Hasil Peternakan.1991. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Jakarta.
Philip Kotler, Marketing Managemet, , (New Jersey, Prentice Hall International, edisi ke-11, Pearson Education Inc, 2003, 477)
Prins, WF. Dan R Kosim Adisoeputra. 1983.Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara.Pradnya Paramita. Jakarta.
Shamo,B. dan Nazaruddi.1994.Ternak Komersial.Penebar Swadaya. Jakarta Soehino.1984.Asas-Asas Hukum Tata Pemerintahan.Liberty. Yogyakarta. Soerjono Soekanto. 1986.Pengantar Penelitian Hukum.UI-Press. Jakarta.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Unit Pelayanan Perijinan Terpadu di Daerah
Peraturan Gubernur Lampung No 15 Tahun 2009 Tentang Standar Prosedur Oprasional (Standard Operating Procedure), Pelayanan Perizinan Dan Non Perizinan Pada Sekretariat Unit Pelayanan Terpadu Perizinan Provinsi Lampung.
Peraturan Gubernur Lampung Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Lampung.
Peraturan Gubernur Lampung Nomor 34 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah pada Pemerintah Provinsi Lampung.
Peraturan Gubernur Lampung Nomor 15 tahun 2011 Tentang Limpahan Kewenangan dibidang Perizinan dan Non Perizinan pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung
Penunjang
(http://dikdas.kemdiknas.go.id/content/berita/ragam/berita-435.html diakses pada
ABSTRAK
PERANAN BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAERAH PROVINSI LAMPUNG DALAM
PEMBERIAN IZIN USAHA PENGELUARAN HEWAN TERNAK
Oleh Felicita Budiratih
Pemerintah telah menetapkan beberapa standar peraturan pelaksanaan pemberian izin usaha pengeluaran hewan ternak dalam hal pengawasan peredaran hewan ternak di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami peranan dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung dalam Pemberian Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak, untuk mengetahui dan memahami faktor penghambat dalam Pemberian Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif serta diikuti dengan pendekatan secara empiris, bersumber dari data primer yaitu pengamatan langsung di lapangan serta wawancara dengan informan dan data sekunder yaitu data yang sudah ada dalam bentuk jadi seperti peraturan perundang-undangan, literatur hukum, hasil penelitian, dan buku-buku ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pokok bahasan.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dalam hal distribusi hewan ternak berkenaan dengan usaha pengeluaran hewan ternak maka harus dipahami prosedur dan syarat izin pengeluaran hewan ternak. Instansi pemerintah yang berwenang untuk mengurus Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak sebelumnya terdapat pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung selaku instansi perizinan satu atap berdasarkan Permendagri No.20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah serta Pergub Lampung No.15 Tahun 2011 tentang Limpahan Kewenangan dibidang Perizinan dan Non Perizinan Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung memiliki tugas pokok dan fungsi mengurus bidang perizinan dan non perizinan di Provinsi Lampung, yang dalam hal ini mengenai perizinan pengeluaran atau penjualan hewan ternak.
Prosedur yang ditempuh oleh pemohon izin dapat dilakukan setelah pemohon memenuhi persyaratan yang ada setelah persyaratan terpenuhi maka pemohon dapat menyerahkan kepada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) untuk mengurus surat izin pengeluaran hewan
Felicita Budiratih ternak dalam waktu dua hari kerja tanpa dipungut biaya apapun dengan periode waktu empat belas hari. Namun dalam mengeluarkan izin Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) tetap harus melakukan koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, terdapat faktor penghambat dalam pengurusan izin pengeluaran hewan ternak yaitu mekanisme dalam pengurusan izinnya terlalu panjang dan pengiriman hewan ternak tidak tepat waktu.
Untuk itu peneliti menyarankan diharapkan adanya prosedur pengajuan dan penerbitan surat izin yang lebih sederhana dan mempermudah pengusaha, dibutuhkan pertimbangan dalam masa berlaku surat izin, meningkatkan koordinasi antara Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung untuk lebih mempermudah pengurusan izin oleh pengusaha pengeluaran hewan ternak.
Kata kunci : Izin Pengeluaran Hewan Ternak.
ABSTRACT
THE ROLE OF INVESTMENT BOARD AND INTEGRATED SERVICE PROVINCIAL LICENSING LAMPUNG IN GRANT OF ANIMAL
DISTRIBUTION BUSINESS LICENSE
By
Felicita Budiratih
In terms of monitoring the circulation of animals in society the government has set a standard business license regulations implementing the provision of expenditures livestock. This study aims to determine and understand the role of the Board of Investment and the Regional Integrated Licensing Service (BPMP2TD) in Lampung Province Business Licensing Animal Expenditures, to know and understand the factors inhibiting the provision of expenditures Animal Business Permit by Board of Investment and Licensing Services Integrated Lampung Province. The approach taken in this study is the approach followed by the normative and empirical approaches, the primary data that is derived from direct field observations and interviews with informants and secondary data is data that already exist in the finished form such legislation, legal literature, the results research, and science books relating to the subject.
Research results indicate in the case of livestock distribution with respect to the cattle business expenses must be understood the procedures and conditions permit livestock expenditures. Government authorities to take care of business license expenditures contained in the previous Livestock Investment Board and the Regional Integrated Licensing Service (BPMP2TD) Lampung Province as a one-stop licensing agency based Permendagri No.20 Year 2008 on Guidelines for Organization and Administration of Licensing Services Unit Regional Integrated and Lampung gubernatorial overflow of 15 in 2011 On the field of Licensing Authority and the Licensing of Non Investment Board and the Regional Integrated Licensing Service (BPMP2TD) Lampung province has to take care of basic tasks and functions of the field of licensing and non licensing in Lampung Province, which in this case about licensing expenses or the sale of livestock.
The procedure adopted by the applicant permission to do after the applicant meets the requirements after the requirements are met then the applicant may submit to the Board of Investment and the Regional Integrated Licensing Service (BPMP2TD) to take care of livestock expenditure license within two working days without any charge to the period of fourteen days. However, the permit issuing Board of Investment and the Regional Integrated Licensing Service (BPMP2TD) still have to coordinate with the Department of Animal Husbandry and Animal Health Lampung Province, there is a limiting factor in livestock
Felicita Budiratih expenditure permit the handling mechanisms in the delivery of his permission too long and not just farm animals time.
For researchers suggest that the procedure is expected to permit the filing and issuance of a much simpler and easier for employers, required consideration of the validity period of license, increased coordination between the Department of Animal Husbandry and Animal Health and the Board of Investment and the Regional Integrated Licensing Service (BPMP2TD) Lampung Province to much easier for a permit by the employer spending livestock.
Keywords: Livestock Permit Expenditures.
ABSTRAK
PERANAN BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAERAH PROVINSI LAMPUNG DALAM
PEMBERIAN IZIN USAHA PENGELUARAN HEWAN TERNAK
Oleh
Felicita Budiratih
Pemerintah telah menetapkan beberapa standar peraturan pelaksanaan pemberian izin usaha pengeluaran hewan ternak dalam hal pengawasan peredaran hewan ternak di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami peranan dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung dalam Pemberian Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak, untuk mengetahui dan memahami faktor penghambat dalam Pemberian Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif serta diikuti dengan pendekatan secara empiris, bersumber dari data primer yaitu pengamatan langsung di lapangan serta wawancara dengan informan dan data sekunder yaitu data yang sudah ada dalam bentuk jadi seperti peraturan perundang-undangan, literatur hukum, hasil penelitian, dan buku-buku ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pokok bahasan.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dalam hal distribusi hewan ternak berkenaan dengan usaha pengeluaran hewan ternak maka harus dipahami prosedur dan syarat izin pengeluaran hewan ternak. Instansi pemerintah yang berwenang untuk mengurus Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak sebelumnya terdapat pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung selaku instansi perizinan satu atap berdasarkan Permendagri No.20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah serta Pergub Lampung No.15 Tahun 2011 tentang Limpahan Kewenangan dibidang Perizinan dan Non Perizinan Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung memiliki tugas pokok dan fungsi mengurus bidang perizinan dan non perizinan di Provinsi Lampung, yang dalam hal ini mengenai perizinan pengeluaran atau penjualan hewan ternak.
Prosedur yang ditempuh oleh pemohon izin dapat dilakukan setelah pemohon memenuhi persyaratan yang ada setelah persyaratan terpenuhi maka pemohon dapat menyerahkan kepada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) untuk mengurus surat izin pengeluaran hewan
Felicita Budiratih
ternak dalam waktu dua hari kerja tanpa dipungut biaya apapun dengan periode waktu empat belas hari. Namun dalam mengeluarkan izin Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) tetap harus melakukan koordinasi dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Lampung, terdapat faktor penghambat dalam pengurusan izin pengeluaran hewan ternak yaitu mekanisme dalam pengurusan izinnya terlalu panjang dan pengiriman hewan ternak tidak tepat waktu.
Untuk itu peneliti menyarankan diharapkan adanya prosedur pengajuan dan penerbitan surat izin yang lebih sederhana dan mempermudah pengusaha, dibutuhkan pertimbangan dalam masa berlaku surat izin, meningkatkan koordinasi antara Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung untuk lebih mempermudah pengurusan izin oleh pengusaha pengeluaran hewan ternak.
Kata kunci : Izin Pengeluaran Hewan Ternak.
ABSTRACT
THE ROLE OF INVESTMENT BOARD AND INTEGRATED SERVICE PROVINCIAL LICENSING LAMPUNG IN GRANT OF ANIMAL
DISTRIBUTION BUSINESS LICENSE
By
Felicita Budiratih
In terms of monitoring the circulation of animals in society the government has set a standard business license regulations implementing the provision of expenditures livestock. This study aims to determine and understand the role of the Board of Investment and the Regional Integrated Licensing Service (BPMP2TD) in Lampung Province Business Licensing Animal Expenditures, to know and understand the factors inhibiting the provision of expenditures Animal Business Permit by Board of Investment and Licensing Services Integrated Lampung Province. The approach taken in this study is the approach followed by the normative and empirical approaches, the primary data that is derived from direct field observations and interviews with informants and secondary data is data that already exist in the finished form such legislation, legal literature, the results research, and science books relating to the subject.
Research results indicate in the case of livestock distribution with respect to the cattle business expenses must be understood the procedures and conditions permit livestock expenditures. Government authorities to take care of business license expenditures contained in the previous Livestock Investment Board and the Regional Integrated Licensing Service (BPMP2TD) Lampung Province as a one-stop licensing agency based Permendagri No.20 Year 2008 on Guidelines for Organization and Administration of Licensing Services Unit Regional Integrated and Lampung gubernatorial overflow of 15 in 2011 On the field of Licensing Authority and the Licensing of Non Investment Board and the Regional Integrated Licensing Service (BPMP2TD) Lampung province has to take care of basic tasks and functions of the field of licensing and non licensing in Lampung Province, which in this case about licensing expenses or the sale of livestock.
The procedure adopted by the applicant permission to do after the applicant meets the requirements after the requirements are met then the applicant may submit to the Board of Investment and the Regional Integrated Licensing Service (BPMP2TD) to take care of livestock expenditure license within two working days without any charge to the period of fourteen days. However, the permit issuing Board of Investment and the Regional Integrated Licensing Service (BPMP2TD) still have to coordinate with the Department of Animal Husbandry and Animal Health Lampung Province, there is a limiting factor in livestock
Felicita Budiratih
expenditure permit the handling mechanisms in the delivery of his permission too long and not just farm animals time.
For researchers suggest that the procedure is expected to permit the filing and issuance of a much simpler and easier for employers, required consideration of the validity period of license, increased coordination between the Department of Animal Husbandry and Animal Health and the Board of Investment and the Regional Integrated Licensing Service (BPMP2TD) Lampung Province to much easier for a permit by the employer spending livestock.
Keywords: Livestock Permit Expenditures.
PERANAN BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAERAH PROVINSI LAMPUNG DALAM
PEMBERIAN IZIN USAHA PENGELUARAN HEWAN TERNAK
Oleh :
FELICITA BUDIRATIH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat mencapai gelar SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
Judul Skripsi : PERANAN BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAERAH PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMBERIAN IZIN USAHA PENGELUARAN HEWAN TERNAK
Nama Mahasiswa : Felicita Budiratih
No. Pokok Mahasiswa : 0812011030
Bagian : Hukum Administrasi Negara
Fakulta : Hukum
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Elman Eddy Patra, S.H., M.H. Satria Prayoga,S.H.,M.H.
NIP 19600714 198603 1 002 NIP 19820623 200812 1 003
2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua :Elman Eddy Patra, S.H., M.H. ...
Sekretaris/Anggota :Satria Prayoga, S.H., M.H. ...
Penguji Utama :Nurmayani, S.H., M.H. ...
2. Pj. Dekan Fakultas Hukum
Dr. Hi. Heryandi, S.H., M.S. NIP 19621109 198703 1 003
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang membutuhkan pasokan hewan ternak untuk dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan masyarakatnya akan hewan ternak, selain itu bisa meningkatkan populasi dan produksi hewan ternak guna menyediakan bahan pangan asal hewan ternak yang terjamin baik kualitas, kuantitas, dan kontinuitasnya dengan harga yang terjangkau serta semakin berperan dalam menyediakan kebutuhan nasional. Hewan ternak tersebut merupakan salah satu potensi dari provinsi untuk menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berguna untuk mensejahterakan masyarakatnya. Apabila Pendapatan Asli Daerah tersebut dapat selalu tercukupi, maka pembangunan di Indonesia, khususnya di Provinsi Lampung akan maju dengan pesat dan akan berhasil dengan baik.
2 Keberhasilan pembangunan di Indonesia, khususnya di Provinsi Lampung saat ini telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Lampung. Peningkatan kesejahteraan dan laju pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi ini merupakan indikator dari potensial sektor pengeluaran hewan ternak dan pengkonsumsian hewan ternak yang ada di Provinsi Lampung. Untuk kepentingan itu diperlukannya suatu izin usaha pengeluaran atau penjualan hewan ternak yang dikeluarkan oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung. Perizinan merupakan suatu persetujuan dari pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan atau peraturan pemerintah dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan yang menjadi larangan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan dikeluarkannya suatu izin oleh pemerintah, berarti pemerintah telah memperbolehkan subyek hukum memohon izin tersebut untuk melakukan tindakan-tindakan yang sebenarnya dilarang.
3 Pengeluaran hewan ternak tersebut tidak boleh dilakukan secara illegal, agar kebutuhan daging ternak bagi masyarakat daerah Provinsi Lampung dapat terpenuhi.
Berdasarkan Permendagri No.20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu daerah, Maka dalam Pasal 122 ayat 1 dan ayat 2 Pergub Lampung No.33 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas, Fungsi dan Tatakerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Lampung ditentukan bahwa :
a. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung (BPMP2TD), memiliki tugas pokok melaksanakan penyusunan kebijakan daerah dibidang pelayanan penanaman modal dan perizinan terpadu yang menjadi kewenangannya, tugas dekonstruksi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) mempunyai fungsi sebagai berikut :
1) Perumusan kebijakan teknis pengelolaan penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu daerah;
2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang penanaman modal dan pelayanan perizinan terpadu daerah; 3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang penanaman modal dan
pelayanan perizinan terpadu daerah;
4 Hewan ternak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sapi, kecenderungan yang tejadi di masyarakat adalah masih belum paham dan mengertinya
masyarakat (pengusaha ternak sapi) mengenai pentingnya izin pengeluaran hewan ternak. Pola pikir di masyarakat yang berkembang saat ini adalah cukup dengan memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang di keluarkan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan sudah menjadi dasar yang kuat dalam siklus perdagangan hewan ternak sapi.
(http://dikdas.kemdiknas.go.id/content/berita/ragam/berita-435.html diakses pada 18 November 2011).
Pengeluaran hewan ternak umumnya tidak dalam skala besar sehingga pengusaha berasumsi bahwa tidak perlu untuk memiliki izin pengeluaran hewan ternak yang diterbitkan oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung. Kurangnya sosialisasi dari instansi terkait dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi suatu permasalahan yang berkembang di masyarakat berkaitan dengan hewan ternak.
5 memperoleh manfaat dalam bentuk efisien pelayanan yang menghasilkan pengurangan waktu dan biaya, sementara bagi pemerintah, keberadaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) diharapkan mampu meningkatkan pelayanan lebih efektif dan efisien, meningkatkan daya saing dan kemandirian daerah, meningkatkan terbangunnya citra yang lebih baik, dan mencegah sejak dini terjadinya KKN dan pungutan liar dalam proses pengurusan Perizinan dan Non Perizinan.
Penulisan skripsi ini dilakukan karena Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) telah dibentuk menjadi Badan Pelayanan Perizinan Satu Atap yang ada di Provinsi Lampung berdasarkan Permendagri No.20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah serta Pergub Lampung No.15 Tahun 2011 tentang Limpahan Kewenangan dibidang Perizinan dan Non Perizinan Pada Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung. Dengan dibentuknya Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) sebagai Badan Perizinan Satu Atap di Provinsi Lampung khususnya tentang pengeluaran atau penjualan hewan ternak yang dilakukan oleh masyarakat baik secara individu maupun perusahaan di Provinsi Lampung. Untuk itu diperlukan pemahaman yang lebih mendalam mengenai penerbitan Surat Izin Pengeluaran Hewan Ternak yang diterbitkan oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung.
6 Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung dalam Pemberian Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak”.
1.2Rumusan Masalah Dan Ruang Lingkup Permasalahan
1.2.1 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa pokok bahasan, yaitu:
a. Bagaimanakah Peranan Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung dalam Pemberian Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak?
b. Adakah faktor penghambat dalam Pemberian Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung?
1.2.2. Ruang Lingkup Permasalahan
7 dilakukan di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung.
1.3Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Mengacu pada permasalahan dan pokok bahasan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui dan memahami Peranan dari Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung dalam Pemberian Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak.
b. Untuk mengetahui dan memahami faktor penghambat dalam Pemberian Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak oleh Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung.
1.3.2. Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan memiliki kegunaan, yaitu : a. Kegunaan Teoritis :
8 tersebut, sehingga dapat bermanfaat terutama bagi ilmu pengetahuan, khususnya Hukum Perizinan.
b. Kegunaan Praktis :
Diharapkan melalui penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, yaitu unit-unit/satuan kerja Pemerintah Propinsi Lampung, terutama Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung, serta bagi masyarakat umum yang membacanya.
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian Peranan
Peranan berasal dari kata peran. Peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat
diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan di masyarakat. Sedangkan
peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1989). Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang yang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan (Soekanto 1984: 237).
Analisis terhadap perilaku peranan dapat dilakukan melalui tiga pendekatan : (1)
ketentuan peranan, (2) gambaran peranan, dan (3) harapan peranan. Peranan
adalah suatu gambaran tentang perilaku yang sacara aktual ditampilkan seseorang
dalam membawakan perannya, sedangkan harapan peranan adalah harapan
orang-orang terhadap perilaku yang ditampilkan seseorang-orang dalam membawakan
perannya (Berlo 1961: 153).
Jadi menurut peneliti, peranan sangat penting dalam menjalankan kewajibannya,
pada akhirnya ia mengerti akan kewajiban dan gambaran yang akan ia lakukan
10 2.2 Pengertian dan Unsur Izin
2.2.1. Pengertian Izin
Izin merupakan suatu persetujuan dari pemerintah yang berdasarkan peraturan
perundang-undangan atau peraturan pemerintah yang dalam keadaan tertentu
menyimpang dari ketentuan yang menjadi larangan dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dengan dikeluarkannya suatu izin oleh pemerintah,
berarti pemerintah telah memperbolehkan subyek hukum yang memohon izin
tersebut untuk melakukan tindakan-tindakan yang sebenarnya dilarang.
Menurut para ahli, izin adalah :
a. Penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan perundang-undangan (Philipus M. Hadjon, 1993:2-3).
b. Menurut Van der Pot, izin merupakan keputusan yang memperkenankan dilakukannya perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh pembuat peraturan (Y. Sri Pudyatmoko, 2009:7)
Perizinan atau izin memiliki lima buah unsur (Ridwan HR, 2002:58), yaitu:
a. Instrumen Yuridis
Sesuai dengan sifatnya, yaitu individual dan konkret, ketetapan merupakan ujung tombak dari instrumen hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan, atau sebagai norma penutup dalam rangkaian norma hukum. Salah satu wujud dari ketetapan ini adalah izin. Berdasarkan jenis-jenis ketetapan, izin termasuk sebagai ketetapan yang bersifat konstitutif, yaitu ketetapan yang menimbulkan hak baru yang sebelumnya tidak dimiliki oleh seseorang yang namanya tercantum dalam ketetapan tersebut. Dengan demikian, izin merupakan instrumen yuridis yang bersifat konstitutif dan yang digunakan oleh pemerintah untuk menghadapi atau mengatur peristiwa konkret.
b. Peraturan Perundang-Undangan
11 Pada umumnya pemerintah memperoleh wewenang untuk mengeluarkan izin ditentukan secara tegas didalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dari perizinan tersebut. c. Organ Pemerintah
Organ pemerintah adalah organ yang menjalankan urusan pemerintahan baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Beragam organ pemerintahan yang berwenang memberikan izin, dapat menyebabkan tujuan dari kegiatan yang membutuhkan izin tertentu menjadi terhambat, bahkan tidak mencapai sasaran yang hendak di capai. Artinya campur tangan pemerintah dalam bentuk regulasi perizinan dapat menimbulkan kejenuhan bagi pelaku kegiatan yang membutuhkan izin karena terlalu banyak mata rantai dalam prosedur perizinan yang banyak membuang waktu dan biaya.
d. Peristiwa Konkret
Peristiwa konkret terdiri dari beragam jenis, sejalan dengan keberagaman perkembangan masyarakat, maka izinpun memiliki keberagaman. Izin yang jenisnya beragam itu dibuat dalam proses yang cara prosedurnya tergantung dari kewenangan pemberi izin, maka macam izin dan struktur organisasi tergantung dari kewenangan pemberi izin, macam izin dan struktur organisasi yang menerbitkannya.
e. Prosedur dan Persyaratan
Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh pemerintah, selaku pemberi izin. Disamping itu harus menempuh prosedur tertentu, pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak oleh pemberi izin. Prosedur dan persyaratan perizinan berbeda-beda tergantung jenis izin dan instansi pemberi izin.
2.2.2. Tujuan, Fungsi dan Syarat Perizinan
Tujuan dari perizinan adalah sebagai berikut (Ten Berge, 1996:11-15), yaitu :
a. Keinginan mengarahkan atau mengendalikan aktifitas-aktifitas tertentu; Tujuan Pemerintah memberikan suatu izin pengeluaran hewan ternak adalah untuk mengarahkan atau mengendalikan aktifitas-aktifitas yang menjadi bagian dari pengeluaran hewan ternak. Pengendalian yang dimaksud adalah bagaimana cara pengusaha melakukan pengeluaran hewan ternak, jangan sampai usaha pengeluaran hewan ternak tersebut merugikan masyarakat.
b. Mencegah bahaya bagi lingkungan;
12 c. Keinginan melindungi obyek-obyek tertentu;
Tujuan Pemerintah memberikan suatu izin pengeluaran hewan ternak adalah untuk melindungi objek yang terdapat dalam usaha pengeluaran hewan ternak yaitu hewan ternak itu sendiri apabila hewan ternak dijual secara ilegal atau tanpa sepengetahuan pemerintah maka kebutuhan masyarakat akan hewan ternak yang ingin dikonsumsi akan berkurang dan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.
d. Hendak membagi benda-benda yang sedikit;
Tujuan Pemerintah memberikan suatu izin pengeluaran hewan ternak adalah untuk membagi hewan ternak yang akan dikeluarkan. Maksudnya adalah kebutuhan masyarakat akan hewan ternak ditiap daerah berbeda-beda oleh sebab itu pemerintah membagi jumlah hewan ternak yang akan dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat masing-masing daerah yang menjadi yurisdiksinya.
e. Pengarahan, dengan menyeleksi orang-orang dan aktivitas-aktivitas tertentu dimana pengurus harus memenuhi syarat-syarat tertentu (drank en horecawet).
Tujuan Pemerintah memberikan suatu izin pengeluaran hewan ternak adalah untuk menyeleksi baik subjek hukum ataupun badan hukum maupun usaha pengeluaran hewan ternak, hal ini bertujuan untuk mengarahkan aktifitas dan pengusaha yang akan melakukan pengeluaran hewan ternak dengan menerapkan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang yang harus dipenuhi oleh pengusaha pengeluaran hewan ternak.
Dari pernyataan-pernyataan di atas saya simpulkan bahwa :
Izin berfungsi sebagai ujung tombak dari instrumen hukum sebagai pengarah,
perekayasa, dan perancang masyarakat adil dan makmur dijelmakan. Dalam hal
ini izin diletakkan dalam fungsi menertibkan masyarakat. Pada umumnya
permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang ditentukan oleh
pemerintah. Disamping harus menempuh prosedur tertentu, pemohon izin juga
harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu yang ditentukan secara sepihak
oleh pemerintah selaku pemberi izin. Prosedur dan syarat-syarat untuk
memperoleh izin berbeda-beda, tergantung dari jenis izin dan instansi pemberi
13 Dalam perizinan, setidaknya harus memperhatikan empat hal penting (Ridwan
HR, 2002:158-159), yaitu :
a. Jangan sampai menghilangkan esensi dari sistem perizinan itu sendiri, terutama dalam fungsinya sebagai pengarah kegiatan tertentu;
b. Peniadaan berbagai peraturan perundang-undangan yang dipandang berlebihan (deregulasi) hanya diterapkan pada hal-hal yang bersifat teknis administratif dan finansial;
c. Deregulasi dan pengurangan akan campur tangan dari pemerintah atau negara dalam kegiatan kemasyarakatan tertentu terutama di bidang ekonomi (debirokratisasi) tidak menghilangkan prinsip-prinsip dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dari suatu perizinan;
d. Deregulasi dan debirokratisasi harus memperhatikan asas-asas umum pemerintahan yang layak.
Dalam perizinan, syarat-syaratnya bersifat konstitutif dan kondisional (Soehino,
1984:97). Bersifat konstitutif maksudnya bahwa izin tersebut ditentukan oleh
suatu perbuatan konkret dan apabila tidak dipenuhi dapat dikenai sanksi. Bersifat
kondisional maksudnya bahwa izin tersebut dinilai baru ada dan dapat dilihat
serta dapat dinilai setelah perbuatan atau tingkah laku yang disyaratkan itu terjadi,
walaupun penentuan persyaratan perizinan dilakukan secara sepihak oleh
pemerintah. Dalam Hal ini pemerintah tidak boleh menentukan prosedur dan
persyaratan menurut kehendaknya sendiri, akan tetapi haruslah sejalan dengan
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dari perizinan itu sendiri,
sehingga pemerintah tidak boleh menentukan syarat-syarat yang melampaui batas
tujuan yang hendak dicapai oleh peraturan hukum yang menjadi dasar perizinan
14 2.2.3. Bentuk dan isi Perizinan
Sesuai dengan sifatnya yang merupakan bagian dari ketetapan izin selalu dibuat
dalam bentuk tertulis. Sebagai ketetapan tertulis, secara umum izin memuat
hal-hal sebagai berikut (Ten Berge, 1996:4-5), yaitu:
a. Organ yang Berwenang
Dalam izin dinyatakan siapa yang memberikannya, biasanya dari kepala surat dan penandatanganan izin akan nyata organ mana yang mengeluarkan izin tersebut.
b. Yang dialamatkan
Izin ditujukan pada pihak yang berkepentingan. Biasanya izin lahir setelah yang berkepentingan mengajukan permohonan untuk itu. Oleh karena itu, keputusan yang memuat izin akan dialamatkan pula kepada pihak yang memohon izin.
c. Diktum
Keputusan yang memuat izin, demi alasan kepastian hukum, harus memuat uraian sejelas mungkin untuk apa izin itu diberikan. Bagian keputusan ini, dimana akibat-akibat hukum yang ditimbulkan oleh keputusan, dinamakan diktum, yang merupakan inti dari keputusan menganai izin tersebut.
d. Ketentuan-Ketentuan, Pembatasan-pembatasan, dan Syarat-Syarat Ketentuan-ketentuan adalah kewajiban-kewajiban yang dapat dikaitkan pada keputusan yang menguntungkan yang terdapat dalam praktek hukum administrasi. Apabila ketentuan tidak dipenuhi, maka akan mendapat pelanggaran sanksi. Pembatasan-pembatasan dalam izin memberi kemungkinan untuk secara praktis melingkari lebih lanjut tindakan yang dibolehkan, biasanya berbentuk batas-batas waktu, tempat atau dengan cara lainnya. Dengan menetapkan syarat-syarat, akibat-akibat hukum tertentu digantungkan pada timbulnya suatu peristiwa dikemudian hari yang belum pasti, seperti syarat penghapusan dan syarat penagguhan.
e. Pemberian Alasan
Pemberian alasan dapat memuat hal-hal seperti penyebutan ketentuan undang-undang, pertimbangan-pertimbangan hukum, dan penetapan fakta. Penyebutan ketentuan undang-undang memberikan pegangan kepada semua yang bersangkutan dengan izin tersebut.
f. Pemberitahuan Tambahan
15 2.3. Izin Pengeluaran Hewan Ternak
Izin merupakan suatu persetujuan yang dikeluarkan oleh pemerintah, dalam hal
ini Pemerintah Provinsi Lampung dengan memperhitungkan hal-hal yang
bermanfaat dari izin tersebut. Dengan dikeluarkan suatu izin oleh pemerintah,
maka subyek hukum atau badan hukum yang membutuhkan izin tersebut untuk
melakukan usaha di bidang tertentu, haruslah mengurusnya terlebih dahulu
kepada pemerintah. Setelah memenuhi segala persyaratan yang ada, maka subyek
hukum atau badan hukum tersebut dapat mulai melakukan usahanya. Namun
apabila izin tersebut dipandang tidak diperlukan, maka izin tersebut tidak akan
dikeluarkan. Hal ini karena izin merupakan ketetapan yang dikeluarkan
pemerintah secara sepihak, jadi pemohon izin tidak dapat memaksakan diri agar
dapat memperoleh izin tersebut.
Pada umumnya permohonan izin harus menempuh prosedur tertentu yang
ditentukan oleh pemerintah. Di samping harus menempuh prosedur tertentu,
pemohon izin juga harus memenuhi persyaratan yang ditentukan secara sepihak
oleh pemerintah selaku pemberi izin. Prosedur dan syarat-syarat untuk
memperoleh izin berbeda-beda, tergantung dari jenis izin dan instansi pemberi
izin. Dalam perizinan, setidaknya harus memperhatikan empat hal penting
(Ridwan HR, 2002 : 158-159), yaitu :
1) Jangan sampai menghilangkan esensi dari sistem perizinan itu sendiri, terutama dalam fungsinya sebagai pengarah kegiatan tertentu;
2) Peniadaan berbagai peraturan perundang-undangan yang dipandang berlebihan (deregulasi) hanya diterapkan pada hal-hal yang bersifat teknis administratif dan finansial;
16 ekonomi (debirokratisasi) tidak menghilangkan prinsip-prinsip dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar dari suatu perizinan; 4) Deregulasi dan debirokratisasi harus memperhatikan asas-asas umum
pemerintahan yang layak.
Izin pengeluaran hewan ternak antar provinsi/pulau diperlukan untuk dapat
melakukan usaha di bidang pengeluaran hewan ternak. Kegiatan usaha ini
merupakan kegiatan usaha yang memanfaatkan sumber daya hewani yang ada dan
memiliki peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada
pertumbuhan ekonomi nasional dan pembangunan daerah secara berkelanjutan.
Demi tujuan itu, Pemerintah Provinsi Lampung memberikan kesempatan kepada
subyek hukum maupun badan hukum untuk melakukan usaha pengeluaran hewan
ternak dengan cara memberikan izin dengan menggunakan prinsip eksternalitas,
akuntabilitas dan efisiensi agar dapat memberikan manfaat ekonomi dan sosial
yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan warga masyarakat Indonesia, khususnya
di Provinsi Lampung.
2.4Tugas Pokok dan Fungsi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung.
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi
Lampung (BPMP2TD) merupakan instansi Pemerintah Provinsi Lampung yang
memiliki tugas pokok melaksanakan penyusunan kebijakan daerah di bidang
pelayanan penanaman modal dan perizinan terpadu yang menjadi
kewenangannya, tugas dekonstruksi dan tugas pembantuan yang diberikan
pemerintah kepada gubernur serta tugas lain sesuai dengan kebijaksanaan yang
ditetapkan oleh gubernur berdasarkan dengan peraturan perundang-undangan
17 Ternak merupakan hewan yang sengaja dipelihara sebagai sumber pangan,
sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu kegiatan manusia dan
merupakan hewan peliharaan yang produknya diperuntukan sebagai jasa dan/atau
hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian. Ternak sapi dapat memberikan
manfaat yang lebih luas dan bernilai ekonomis lebih besar daripada ternak lain.
Beberapa manfaat sapi dapat dipaparkan di bawah ini karena bernilai ekonomi
yang tinggi, yaitu sapi merupakan salah satu ternak yang berhubungan dengan
kebudayaan masyarakat, misalnya sapi untuk keperluan sesaji, sebagai ternak
karapan di Madura, dan sebagai ukuran martabat manusia dalam masyarakat
(social standing), Sapi sebagai tabungan para petani di desa–desa pada umumnya
telah terbiasa bahwa pada saat panen mereka menjual hasil panennya, kemudian
membeli beberapa ekor sapi. Sapi-sapi tersebut pada masa paceklik atau pada saat
mereka memiliki keperluan bisa dilepas atau dijual lagi. Mutu dan harga daging
sapi atau kulitnya menduduki peringkat atas bila dibanding daging atau kulit
kerbau apalagi kuda. Pemeliharaan sapi memberikan kesempatan kerja, banyak
usaha ternak sapi di Indonesia yang bisa dan mampu menampung tenaga kerja
sehingga dapat menghidupi banyak keluarga.
Untuk dapat memenuhi manfaat di atas dengan baik, maka diperlukan izin usaha
pengeluaran atau penjualan hewan ternak yang diberikan oleh Badan Penanaman
Modan dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung
dengan didasari oleh surat keterangan sehat hewan yang dikeluarkan oleh Dinas
18 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Masalah
Jenis penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
normatif empiris.
a. Pendekatan Normatif
Pendekatan normatif dilakukan melalui studi kepustakaan dan kajian
bahan-bahan hukum seperti peraturan perundang-undangan, serta buku-buku
literatur yang berkaitan dengan kewenangan Pemerintah Provinsi Lampung
dalam Pemberian Izin Usaha Pengeluaran hewan ternak dan prosedur dari
Pemberian Izin Usaha Pengeluaran hewan ternak.
b. Pendekatan Empiris
Pendekatan empiris ini dilakukan melalui penelitian di lapangan untuk
mendapatkan data dan informasi dengan mewawancarai para informan yang
mengetahui dengan jelas tentang Peranan Pemerintah Provinsi Lampung
dalam Pemberian Izin Usaha Pengeluaran hewan ternak dan prosedur dari
Pemberian Izin Usaha Pengeluaran hewan ternak.
3.2 Sumber Data dan Jenis Data
19 a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh atau bersumber dari kegiatan
penelitian secara langsung di lapangan, yang didapat melalui kegiatan
wawancara dengan informan.
b. Data Sekunder, yaitu data yang sudah ada dalam bentuk jadi seperti peraturan
perundang-undangan, literatur hukum, hasil penelitian, dan buku-buku ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan pokok bahasan, serta data sekunder
lainnya. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari :
1) Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, antara
lain Permendagri No.20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan
Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah serta Pergub
Lampung No.15 Tahun 2011 tentang Limpahan Kewenangan dibidang
Perizinan dan Non Perizinan Pada Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung
memiliki tugas pokok dan fungsi mengurus bidang perizinan dan non
perizinan di Provinsi Lampung, UU No.16 Tahun 1992 tentang karantina
hewan, ikan dan tumbuhan dan PP no.82 Tahun 2000 tentang Karantina
Hewan, serta UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang dapat memberikan
penjelasan dari bahan buku primer, berupa kumpulan buku-buku hukum
literatur hasil karya ilmiah sarjana dan hasil penelitian yang berkaitan
dengan permasalahan dalam penelitian ini.
3) Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk
20 sekunder yang meliputi kamus hukum dan kamus besar Bahasa
Indonesia.
3.3 Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data
3.3.1 Metode Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a. Studi Pustaka :
Studi pustaka dilakukan dengan maksud memperoleh data sekunder dengan
cara usaha koleksi data dalam jumlah besar. Usaha koleksi ini merupakan
usaha inventarisasi yang menyeluruh atas data yang terdiri dari literatur dan
peraturan-peraturan hukum positif yang berlaku, serta membaca dan
mengutip bahan-bahan bacaan berupa literatur-literatur hukum dan peraturan
yang berlaku.
b. Studi Lapangan :
Pengumpulan data primer dilakukan melalui kegiatan studi lapangan di
lokasi-lokasi penelitian dengan menggunakan teknik wawancara secara
langsung dengan informan, beberapa diantaranya yaitu Bapak Masri Yahya,
S.E, MM. selaku Sekretaris Badan Penanaman Modal dan Pelayanan
Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung dan Bapak As’ari, S.Sos selaku
Kepala Subbidang Perizinan Pemerintahan Bidang Pemerintahan dan
Kesejahteraan Rakyat di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
21 dilakukan wawancara kepada salah satu pihak pengusaha sebagai pemohon
surat izin pengeluaran ternak yaitu PT. Austasia Stockfeed.
3.3.2 Metode Pengolahan Data
Dari hasil penelitian, data primer dan data sekunder yang telah dikumpulkan
selanjutnya diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Pengeditan
Semua data yang telah diperoleh kemudian disesuaikan dengan permasalah yang ada di dalam penulisan ini.
b. Seleksi
Semua data yang telah diedit, diteliti kembali (diseleksi) untuk mengetahui apakah data tersebut sudah cukup baik agar dapat segera disiapkan untuk keperluan proses berikutnya. Dengan cara ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas kebaikan data yang hendak dianalisis.
c. Klasifikasi
Setelah tahap seleksi selesai, selanjutnya proses yang dilakukan adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban para informan menurut kriteria yang telah ditetapkan sesuai pokok bahasan.
d. Penyusunan Data
Data yang telah diklasifikasi kemudian disusun dan ditempatkan pada setiap pokok bahasan secara sistematis sehingga memudahkan untuk dianalisis lebih lanjut.
3.4 Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara
menggambarkan kenyataan-kenyataan atau keadaan atas suatu objek dalam
bentuk uraian kalimat berdasarkan keterangan-keterangan dari pihak-pihak yang
22 interprestasikan guna memberikan gambaran yang jelas terhadap permasalahan
52 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
Untuk dapat melakukan usaha pengeluaran hewan ternak, tentu saja pengusaha
haruslah memiliki hewan ternak baik melalui import ataupun pembibitan hewan
ternak. Kedua cara dalam pemasukan hewan ternak tersebut memiliki prosedur
yang sama yaitu pengusaha yang telah melengkapi seluruh persyaratan pengusaha
memasukkan berkas-berkas ke Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan
Terpadu Daerah (BPMP2TD) pada bagian umum untuk mendapatkan persetujuan
pada bagian umum, lalu berkas tersebut akan dimintakan disposisi kepada Kepala
Badan BPMP2TD melalui Sekretaris Badan BPMP2TD dan akan diteruskan ke
Sub Bidang Perizinan Pemerintahan untuk memeriksa kembali khususnya Surat
Rekomendasi yang diberikan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Lampung dan Srat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) serta Surat
Hasil Uji Lab.
Apabila seluruh berkas telah terpenuhi, maka berkas tersebut akan diproses
53 14 hari dan dapat dibuat kembali dengan persyaratan yang sama namun dikurangi
dengan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dan Surat Izin Tempat Usaha
(SITU). Salah satu izin pengeluaran hewan ternak hanya berlaku untuk 10 ekor
hewan ternak. Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah
(BPMP2TD) akan membuat dan mengirimkan surat pertimbangan teknis
(rekomendasi) yang akan ditujukan kepada Direktorat Jendral Peternakan
Departement Pertanian RI agar izin tersebut dapat diterbitkan.
Faktor pendukung dan faktor penghambat Pengurusan Izin Usaha Pengeluaran
Hewan Ternak:
1) Faktor Pendukung yang ada berupa sarana dan prasarana yang baik dalam
hal pengurusan surat izin pengeluaran hewan ternak, dan Sumber Daya
Manusia yang ada telah dapat menjalankan Pergub No.15 Tahun 2009
tentang Standar Prosedur Operasional (Standard Operating Procedure)
Pelayanan Perizinan Dan Non Perizinan Pada Sekretariat Unit Pelayanan
Terpadu Perizinan Provinsi Lampung tersebut dengan baik;
2) Faktor Penghambat Mekanisme dalam pengurusan izinnya terlalu panjang
dan pengiriman hewan ternak tidak tepat waktu.
3) Kurang tegasnya sanksi dan aparat yang mengatur dan mengawasi proses
izin pengeluaran hewan ternak yang dilakukan oleh pengusaha
pengeluaran hewan ternak, hal ini terlihat bahwa ada beberapa pengusaha
hewan ternak yang telah tertangkap oleh aparat karena tidak mengantongi
surat izin pengeluaran hewan ternak dan masih tetap melakukan
54 5.2 Saran
Atas hambatan yang muncul pada penelitian ini, maka peneliti memberikan saran:
a. Diharapkan adanya prosedur pengajuan dan penerbitan surat izin yang lebih
sederhana dan mempermudah pengusaha sesuai dengan Pergub No.15 Tahun
2009 tentang Standar Prosedur Operasional (Standard Operating Procedure)
Pelayanan Perizinan Dan Non Perizinan Pada Sekretariat Unit Pelayanan
Terpadu Perizinan Provinsi Lampung tersebut dengan baik, sesuai proses
pembuatan izin 2 (dua) hari dan masa berlaku surat izin 14 hari.
b. Dibutuhkan pertimbangan dalam masa berlaku surat izin dengan
memperhatikan aspek-aspek berkaitan dengan kondisi hewan ternak tersebut,
kondisi situasi transportasi yang ada, daerah tujuan dan jarak tempuh
perjalanan pengiriman hewan ternak tersebut.
c. Meningkatkan koordinasi antara Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dan
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah
(BPMP2TD) Provinsi Lampung agar perbedaan persyaratan antara Dinas
Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan Badan Penanaman Modal dan
Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah (BPMP2TD) Provinsi Lampung dapat
dihilangkan dan membuat pengusaha pengeluaran hewan ternak tidak merasa
kesulitan dan proses pengeluaran izin hewan ternak dapat dengan mudah urus
oleh pengusaha pengeluaran hewan ternak.
d. Penelitian skripsi ini dapat diketahui bahwa dalam pengurusan izin usaha
55 sumbangan sukarela dari pemohon yang ingin memberikannya. Oleh karena
itu dalam prosedur pengurusan izin usaha pengeluaran hewan ternak ini harus
ditegaskan mengenai pemberian sumbangan sukarela dari pemohon dalam
bentuk bukti pembayaran atau kwitansi, hal ini digunakan untuk
meminimalisir adanya penyelewengan dana tersebut oleh oknum yang tidak
MOTTO
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
soleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat
menasihati supaya menetapi kesabaran.
—QSAL ’ASR ayat 1-3
Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba,
karena didalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar
membangun kesempatan untuk berhasil.
—
Mario TeguhSeseorang yang sukses adalah orang yang menerima banyak hal dari
orang lain, biasanya lebih banyak dibandingkan dengan apa yang ia
berikan kepada orang lain.
Kesuksesan bukan diukur dari harta dan jabatan tapi sesungguhnya
kesuksesan itu diukur dari kebahagiaan akhirnya.
Ibuku idolaku, Ayahku panutanku, kakak-kakakku harapanku.
—
Felicita BudiratihPERSEMBAHAN
Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Kupersembahkan skripsi ini untuk kedua orang tuaku yang sangat
kucintai, dengan seluruh rasa hormat dan kasih sayangku Untuk Papa
A. Herry Pundoko, B.A. dan Mama Dra. Rismaini Anshorie, yang
sejak Penulis dilahirkan tak henti-hentinya memberikan yang terbaik
kepadaku walau dalam keadaan apapun. Penulis tidak mampu
membalas semua kebaikan yang telah Papa dan Mama berikan.
Senyuman Papa dan Mama selalu menjadi motivasi terkuatku
berjuang di sini. Besar harapanku untuk dapat menjadi anak yang bisa
membanggakan kedua orangtuaku dengan keberhasilanku. Kepada
kakak-kakakku yang sangat kusayangi Herris Hidayadi, S.Hut.,
Rahmadi Budi Darmanto, S.P., Heni Widata Budi Asih, S.E.,
Sanjungan Fitriani, Serta Ponakan-Ponakan Penulis yang selalu
memberikan keceriaan dan spiritual setiap hari.
KATA PENGANTAR
Assallamualaikum Wr Wb.
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan berkah, rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Peranan Badan Penanaman
Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Provinsi Lampung dalam
Pemberian Izin Usaha Pengeluaran Hewan Ternak.
Skripsi ini sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Lampung. Dengan berbekal keyakinan, ketabahan dan
kemauan yang keras, bimbingan dan ridho dari ALLAH S.W.T, serta bantuan dari
berbagai pihak lain maka Penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Melalui
kesempatan ini, Penulis hendak mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moril, maupun spiritual,
untuk itulah maka pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Bapak Elman Edy Patra S.H.,M.H selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan pengarahan, saran, dan bimbingan baik alam penulisan
skripsi ini serta dukungan moral yang telah diberikan sehingga Penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Satria Prayoga S.H.,M.H selaku Dosen Pembimbing II yang
senantiasa menyediakan waktu untuk berkonsultasi dan membimbing
dengan penuh kesabaran, penuh perhatian dan senantiasa mendorong
semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas I dan juga selaku
Ketua Jurusan Hukum Administrasi Negara yang telah banyak
memberikan petunjuk, saran bagi kesempurnaan skripsi ini.
4. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. selaku Dosen Pembahas II yang telah
memberikan pengarahan dan bimbingan baik dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Hi. Heryandi, S.H., M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Lampung.
6. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Sekretaris Bagian Hukum
Administrasi Negara yang telah banyak membantu selama Penulis menjadi
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.
7. Bapak Dr. Maroni, S.H., M.H. selaku Dosen Pembimbing Akademik
terima kasih atas arahan dan bantuannya selama Penulis menjadi
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung.
8. Ibu Marlia Eka Putri A.T, S.H., M.H selaku Dosen di Fakultas Hukum
Universitas Lampung yang telah banyak membantu, memberikan masukan
dan saran selama menjadi Mahasiwa Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
9. Bapak Dr. H Soerya Tisnanta, S.H., M.Hum selaku Dosen Fakultas
Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan bantuan terhadap
penulis dalam pembuatan skripsi ini.
10. Maksu Ernadewi, S.H., M.H selaku Dosen di Fakultas Hukum Universitas
Lampung yang telah memberikan bantuan, masukan saran, spiritual
terhadap Penulis selama menjadi Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Lampung.
11. Seluruh Dosen Pengajar di Fakultas Hukum Universitas Lampung atas
ilmu yang telah diterima oleh Penulis.
12. Bapak Azhari, S.E., M.M. dan Bapak As’Ari S.Sos.di Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Daerah Propinsi Lampung, atas
semua bantuan dan waktu yang diberikan dari awal hingga akhir.
13.Bapak Drs. Azharuddin, MM. di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Propinsi Lampung,atas semua bantuan dan waktu yang diberikan dari awal
hingga akhir.
14. Bapak Poltak MPS selaku direktur PT. Austasia Stockfeed yang telah
memberikan info, masukan guna menyempurnakan skripsi ini.
15. Kedua Orangtuaku yang begitu sabar dan tabah mendampingi,
membimbing dalam doa serta semangat selama ini tak akan pernah Penulis
melupakan semua pelajaran iniYou Are My Everything’s.
16. Kakak-kakakku Herris Hidayadi, S.Hut., Rahmadi Budi Darmanto, S.P.,
Heni Widata Budi Asih, S.E., Sanjungan Fitriani, serta ponakan-ponakan
Penulis yang selalu memberikan keceriaan dan spiritual setiap hari.
17. Kurniawan Saputra A.T., S.H. my Dindut yang selalu mensupport,
menyemangati, dan menemani dalam menyelesaikan skripsi ini serta
mampu mengubah pandangan Penulis tentang arti cobaan dan rintangan
thank you for spending your time with me.
18. Sahabat-sahabatku KPP: Windy Febriyani, Winni Feriana, Ria Melinda,
Ressy Tri Oktavianti, Ratih Purwandari, Thrisia Kusuma Putri, Widya
Wati, Riani Purwaningsih unforgettable memories during the campus, thanks to all friends.
19. Rekan-rekan di HAN yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu dan mendukung dalam kehidupan Penulis.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, meskipun sudah
diusahakan semaksimal mungkin, oleh sebab itu penulis mengharap kritik dan
saran untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga hasil yang dituangkan dalam
skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.
Wassalamu’alaikum wr. Wb
Bandar Lampung, 02 Mei 2012
Felicita Budirath.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 22 Maret 1990 di Bandar
Lampung. Penulis merupakan anak keempat (dari empat
bersaudara) dari pasangan A. Herry Pundoko, B.A dan Dra.
Rismaini Anshorie.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh Penulis adalah :
1. Taman Kanak-Kanak di TK. Pembina Bandar Lampung, lulus pada tahun
1996.
2. Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Teladan Rawa Laut Bandar Lampung, lulus
pada tahun 2002.
3. Sekolah Menengah Tingkat Pertama di SLTP Negeri 4 Bandar Lampung,
lulus pada tahun 2005.
4. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 10 Bandar Lampung, lulus pada
tahun 2008.
5. Pada tahun 2008 diterima di Fakultas Hukum Universitas Lampung jalur
Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB) dan diselesaikan
pada tahun 2012.