• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH, UNTUK APA?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEKOLAH, UNTUK APA?"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

1

http://muhsinhar.staff.umy.ac.id

Sekolah, Untuk Apa?

Saya masih ingat terhadap gugatan seorang remaja yang menulis sebuah

buku yang berjudul: “Dunia Tanpa Sekolah”. Dia menulis dengan ‘nuansa’

protes, seraya mengggagas sebuah solusi, yang akhirnya menemukan sekolah

yang dirasakan tak membebani dirinya di Salatiga, Jawa Tengah: “Qaryah Thayyibah”. dan dia pun berprestasi di sekolah itu serta menemukan jati dirinya sebagai pembelajar yang baik.

Namanya: M. Izza Ahsin. Anak cerdas dari Salatiga, Jawa Tengah, yang kecewa karena sekolah yang dia temukan telah memenjarakan dirinya. Dan akhirnya memutuskan untuk tidak mau bersekolah, tetapi tetap memiliki antusiasme untuk belajar. Dia nyatakan dalam tulisannya:

Sindrom sekolah telah mengalir ke seluruh peredaran darah dan menekan otakku. Merampok kebahagiaanku. Aku semakin tidak betah di sekolah. Ditambah lagi dengan keberadaan guru penghancur mental. Guru yang merendahkan martabat murid di depan umum. Guru yang tidak mempergunakan jangka sebagai alat mengajar, melainkan sebagai alat menghajar. Guru yang membuat kelas jadi sesunyi kuburan dengan dalih menciptakan suasana kondusif. Sekolah seperti memenjarakanku dalam ketidakpastian dan hanya mengotori otakku, menghambat impianku. Sekolah itu seperti susah payah menimba air dari dalam sumur, lalu mengguyurnya ke tempat semula. Sebagai seorang remaja yang ingin terus belajar dalam arti sebenarnya, aku tidak ingin tersesat di sekolah.

Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk keluar dari sekolah formal dan menciptakan sekolahku sendiri. Aku memilih melawan arus secara frontal; membebaskan diri sepenuhnya, tapi juga harus berani mendapat tantangan berat dari luar. Yaitu, dari orang-orang yang menganggap anak yang tidak ingin sekolah, tetapi ingin belajar adalah lelucon; sedangkan anak yang sekolah, tetapi tidak belajar adalah biasa.

Dengan motivasi belajarnya yang luar biasa, dibimbing oleh para pendidik yang luar biasa, berada di lingkungan yang luar biasa, dengan proses pembelajaran yang luar biasa, dan mendapatkan idola yang luar biasa, akhirnya

“dia” pun menjadi anak yang luar biasa.

Nah, apa yang bisa kita jadikan sebagai ‘ibrah (pelajaran) dari kisah ini? Dengan belajar secara tepat di mana pun dan kapan pun dan kepada siapa pun,

siapa pun bisa menjadi yang ‘luar biasa’, tanpa sekat tembok sekolah yang

(2)

2

Dan tantangan bagi sekolah-sekolah formal: “marilah kita jadikan sekolah

kita sebagai tempat yang nyaman, menyenangkan dan ‘wahana’ pendewasaan

bagi setiap peserta didik kita dan siapa pun yang terlibat dalam proses pendidikan di dalamnya, dan jangan sampai dikotori oleh kepentingan-kepentingan yang bisa merusak visi dan misinya oleh siapa pun, kapan pun dan di mana pun”.

Referensi

Dokumen terkait

Arti dari koefisien ini adalah bahwa pengaruh yang diberikan oleh kombinasi variabel pemanfaatan jam belajar di luar sekolah dan pendampingan belajar orang tua

Walau sekolah saya jauh dari kota, saya tidak ingin kalah dengan anak-anak yang bersekolah di kota.. Sekolah saya memang berada di perbatasan, tetapi saya tidak ingin ilmu yang

Faktor ‐ faktor penyebab anak tidak sekolah pada program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun yang meliputi tingkat pendapatan orang tua, beban tanggungan orang tua, status

Masih banyak faktor lain yang tidak kalah penting dari prestasi belajar anak di sekolah.. Ini juga menjelaskan mengapa banyak orang yang berprestasi di sekolah tetapi hanya

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat quis interaktif matematika untuk anak sekolah dasar. Yang diharapkan menambah minat belajar anak-anak dan dapat digunakan

Motivasi yang dapat diberikan orang tua kepada anaknya adalah mendorongnya untuk belajar, memperhatikan dan membantu anak mempersiapkan kebutuhan sekolah, dan memastikan tidak ada

Dari hasil penelitian mengenai prestasi yang menurun dan saat anak tidak ingin belajar apa yang menjadi respon dan yang di katakan orang tua, memberikan pernyataannya bahwa jika

Faktor yang menjadi penghambat program PPA-PKH dalam mengurangi angka putus sekolah adalah faktor ekonomi orang tua yang rendah membuat anak ingin kembali ke