SKRIPSI Oleh : Yasifa Fitriana NPM : 20120730011
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata satu
pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh : Yasifa Fitriana NPM : 20120730011
FAKULTAS AGAMA ISLAM
PRODI EKONOMI DAN PERBANKAN ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
ii Hal : Persetujuan
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah menerima dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka saya berpendapat bahwa skripsi saudara :
Nama : Yasifa Fitriana NPM : 20120730011
Judul : MODEL PENGELOLAAN DANA FILANTROPI ISLAM DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (LKS) (STUDI KASUS PADA KJKS BMT MARHAMAH WONOSOBO)
Telah memenuhi syarat untuk diajukan pada ujian akhir tingkat sarjana pada Fakultas Agama Islam Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Bersama ini saya sampaikan naskah skripsi tersebut, dengan harapan dapat diterima dan segera dimunaqasyahkan.
Atas perhatiannya diucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing,
iii Judul Skripsi
MODEL PENGELOLAAN DANA FILANTROPI ISLAM DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (LKS) (STUDI KASUS
PADA KJKS BMT MARHAMAH WONOSOBO)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh : Nama Mahasiswa : Yasifa Fitriana NPM : 20120730011
Telah dimunaqasyahkan di depan Sidang Munaqasyah Prodi Muamalat Konsentrasi Ekonomi dan Perbankan Islam pada tanggal 30 Agustus 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima:
Sidang Dewan Munaqasyah Skripsi
Ketua Sidang : Muhammad Zakiy Ishak, S.EI., M.Sc ( ) Pembimbing : Hilman Latief, S.Ag, M.A, Ph.D ( ) Penguji : Mukhlis Rahmanto, Lc., M.A ( )
Yogyakarta, Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Dekan,
iv Nama Mahasiswa : Yasifa Fitriana Nomor Mahasiswa : 20120730011
Program Studi : Ekonomi dan Perbankan Islam
Judul Skripsi : Model Pengelolaan Dana Filantropi Islam dalam Lembanga Keuangan Syariah (LKS) (Studi Kasus pada KJKS BMT Marhamah Wonosobo)
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini merupakan karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain. Kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta, 5 September 2016 Yang membuat pernyataan
v
“ Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS.Al-Insyirah [94]: 5)
”Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum
Mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu Maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan
vi
Atas nikmat dan berkah hidup yang tiadatara
Ayahanda, ibunda, kakanda dan adindaku
Nafas cinta dan kasih sayang selalu menyejukkan hati
Dan melebur jiwa yang sombong ini
Madrasah Mu’allimaat Muhammadiyah
Darinya aku belajar makna hidup
Tapak Suci Putera Muhammadiyah
vii
yang telah memberikan rahmat serta bimbingan-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa melimapahkan kasih sayang kepada umatnya dengan menebarkan nilai-nilai Islam hingga dapat kita rasakan saat ini.
Sebagai penulis dalam pelaksanaan dan menyelesaikan skripsi ini banyak mendapat bimbingan serta bantuan dari beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Bambang Cipto, M.A. selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Drs. Mahli Zainuddin Tago, Dekan Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Syarif As’ad, SEI., MSI, selaku Kepala Jurusan Ekonomi dan Perbankan Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 4. Drs. Moh Mas’udi, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu meluangkan waktu,tenaga dan fikirannya mendengarkan keluh kesah dan memberikan nasihat.
5. Hilman Latief, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan masukan pada penelitian ini.
6. Segenap dosen Fakultas Agama Islam atas ilmu serta motivasi yang diberikan hingga mampu mengantarkan kegerbang akhir.
7. Segenap staaf dan karyawan Fakultas Agama Islam dengan ketulusannya melayani mahasiswa.
viii jaga diri demi kebersamaan.
11.Teman seperjuangan Ekonomi dan Perbankan Islam (EPI) 2012, khususnya EPI A terimakasih atas pelajaran hidup mengenai arti sebuah ketulusan.
12.Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat FAI UMY, darah perjuangan selalu mengalir darimu.
13.Badan Eksekutif Mahasiswa FAI UMY, senang bisa mengabdi bersama. 14.Kepada seluruh pelatih dan kawan LKPTS angkatan 13 Kota Yogyakarta,
kobaran api semangat berjuang sampai akhir.
15.Segenap staf Baitul Mal BMT Marhamah yang telah memberikan ilmu, pengalaman serta nasihat.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan skripsi ini.
Yogyakarta, 16 Agustus 2016
ix HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO PERSEMBAHAN iii iv v vi
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAK
ABSTRAK
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
xi xii xiii xiv xv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian
1 7 7 8
BAB II TINJAUAN DAN KERANGKA TEORI 9
A. Tinjauan Pustaka 9
B. Kerangka Teoritik 12
1. Lembaga Keuangan Syariah 12
2. Baitul Mal Wat Tamwil 3. Zakat, Infak dan Sedekah 4. Pengelolaan Zakat
13 15 22
BAB III METODE PENELITIAN 27
A. Jenis Penelitian B. Objek Penelitian
C. Sumber dan Jenis Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data E. Teknik Analisis Data
x 3. Ruang Lingkup Kegiatan
4. Produk-produk di BMT Marhamah
33 35 B. Hasil dan Pembahasan
1. Model Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) a. Penghimpunan
b. Pendistribusian c. Pendampingan 2. Pemberdayaan Ekonomi
40 40 43 54 68 73
BAB IV. PENUTUP 81
A. Kesimpulan 81
B. Saran
C. Keterbatasan
83 84
xi
xii
xiii Yasifa Fitriana
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pengelolaan zakat, infaq dan sedekah (ZIS) serta proses pendistribusiannya untuk pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah dengan studi kasus pada BMT Marhamah Wonosobo.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskripsi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis data primer yang didapat langsung dari wawancara dan data sekunder yang berasal dari BMT Marhamah Wonosobo.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengelolaan yang dilakukan oleh Baitul Mal BMT Marhamah adalah penghimpunan menerapkan logika fundrising, pendistribusian dalam bentuk konsumtif dan produktif, pendampingan berupa pelatihan bisnis dan mengontrol perkembangan modal. Program pemberdayaan mampu meningkatkan ekonomi dan membangun mental masyarakat.
xiv Yasifa Fitriana
ABSTRACT
This research aims to find out the model of managing zakat, infaq, and charity (ZIS) and the distribution process to empower economy done by Sharia Financial Institution through a case study conducted at BMT Marhamah Wonosobo.
This research employs descriptive qualitative method. The data used in this research are primary data obtained directly from interview and secondary data from BMT Marhamah Wonosobo.
The research result show s that the management model done by Baitul Mal BMT Marhamah is through implementing fundrising logic, consumptive and productive distribution, mentoring through business training and controlling capital development. The empowerment program is able to increase economy and
society’s mental.
xv
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor : 158/1987 dan 0543b/U/1987 tertanggal 22
Januari 1988.
1. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
Alif Tidak
dilambangkan Tidak dilambangkan
Bā’ b -
Tā t -
Sā ṡ s (dengan titik diatas)
ج
Jī j -ح
Hā’ ḥ h (dengan titik dibawah)خ
Khā’ kh -د
Dāl d -Zāl ż z (dengan titik diatas)
ر
Rā’ r -Zā’ z -
Sīn s -
Syīn sy -
Sād ṣ s (dengan titik dibawah)
xvi
ع
Aīnش
Koma terbalik ke atasGaīn g -
ف
Fā’ f -Qāf q -
Kāf k -
Lā l -
Mī m -
Nūn n -
و
Wāwu w -Hā’ h -
ء
Hamzahش
Apostrofي
Yā’ y -2. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap
ةد
Ditulis Muta’addidahxvii
ح
ditulis ḥikmahي ج
ditulis jiyah(Ketentuan ini tidak diperlukan, bila kata-kata arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, salat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya)
b. Bila ta’ Marbūṭah diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua
itu terpisah, maka ditulis dengan h
ء ي وأ
ك
ditulis Karā ah al-auliyā’c. Bila ta’ Marbūṭah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan
dammah ditulis t
ة ك
ditulis Zakāt al-fịtr4. Vokal Pendek
َ
---
faṭhạh ditulis aَ
---
Kasrah ditulis iَ
xviii
2
faṭhạhي ت
+ya’ mati ditulis tansāā3
kasrahي ك
+ ya’ ati ditulis karīmī4
ḍammah + wawu matiضو ف
ditulis furūdū6. Vokal Rangkap
1
faṭhạh+ ya’ matiيب
ditulis aibainakum
2
faṭhạh +wawu matiق
ditulis auqaul
7. Vokal Pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
أأ
ditulis a’a tuعأ
ditulis u’iddatت ش
ditulis la’in syakartum8. Kata Sandang Alif + Lam
a. Bila diikuti huruf Qamariyah
ditulis al –Qur’ān
xix
ء
ditulis as –Sa ā’ditulis asy- Syams
9. Penulisan kata dalam Rangkaian Kalimat
Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya.
ضو و
ditulis zawi al-furūḍYasifa Fitriana ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pengelolaan zakat, infaq dan sedekah (ZIS) serta proses pendistribusiannya untuk pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah dengan studi kasus pada BMT Marhamah Wonosobo.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskripsi. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis data primer yang didapat langsung dari wawancara dan data sekunder yang berasal dari BMT Marhamah Wonosobo.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pengelolaan yang dilakukan oleh Baitul Mal BMT Marhamah adalah penghimpunan menerapkan logika fundrising, pendistribusian dalam bentuk konsumtif dan produktif, pendampingan berupa pelatihan bisnis dan mengontrol perkembangan modal. Program pemberdayaan mampu meningkatkan ekonomi dan membangun mental masyarakat.
Yasifa Fitriana ABSTRACT
This research aims to find out the model of managing zakat, infaq, and charity (ZIS) and the distribution process to empower economy done by Sharia Financial Institution through a case study conducted at BMT Marhamah Wonosobo.
This research employs descriptive qualitative method. The data used in this research are primary data obtained directly from interview and secondary data from BMT Marhamah Wonosobo.
The research result show s that the management model done by Baitul Mal BMT Marhamah is through implementing fundrising logic, consumptive and productive distribution, mentoring through business training and controlling capital development. The empowerment program is able to increase economy and
society’s mental.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan lembaga keuangan syariah di Indonesia dimulai pada tahun 1990an dan berkembang semakin pesat pada tahun 2000an ditandai dengan munculnya bank syariah. Lembaga keuangan syariah semakin berkembang dengan bantuan sejumlah masyarakat yang mulai tertarik dan bergabung ke dalam lembaga keuangan yang berbasis syariah.
(BMI), Bank Syariah Mandiri (BSM), dan Bank Syariah Mega Indonesia (BSMI).
Lembaga keuangan syariah mempunyai dua peran yaitu sebagai badan usaha dan badan sosial. Sebagai badan usaha lembaga keuangan syariah berfungsi sebagai manajer investasi, investor, dan jasa layanan. Sebagai badan sosial lembaga keuangan syariah berfungsi sebagai pengelola dana sosial untuk penghimpunan dan penyaluran dana zakat, infak dan sedekah (Soemitra, 2009: 39–40). Perkembangan lembaga keuangan yang semakin pesat menjadikan tidak hanya Bank Syariah saja yang berada di dalamnya, ada lembaga keuangan yang telah didirikan dan berbadan hukum misalnya, koperasi syariah, perkreditan rakyat syariah, baitul mal wa tamwil dan lain-lain.
Baitul Mal wat Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan mikro non bank yang memiliki kegiatan utama yaitu kegiatan sosial dan kegiatan bisnis. Kegiatan sosial BMT memiliki kesamaan fungsi dengan badan atau lembaga amil zakat yang melakukan kegiatan penerima dan mengumpulkan zakat, infak dan sedekah dan bantuan sosial lainnya, untuk didistribusikan kepada yang berhak menerima atau kepada pihak-pihak yang sangat membutuhkan (Supadie, 2013: 24). Melihat fungsi dari BMT itu sendiri tidak mungkin bahwa BMT tidak memiliki peran dalam perubahan ekonomi rakyat berbasis syariah.
Di Indonesia lembaga pengelola dana filantropi yang secara legal diakui oleh pemerintah adalah BAZ (Badan Amil Zakat) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat), BAZ adalah lembaga pengelola dana filantropi yang dibentuk oleh pemerintah, LAZ adalah lembaga pengelola dana fintropi yang dibentuk oleh swasta dan mendaptkan izin dari pemerintah. Salah satu LAZ yang konsinten dalam mengelola dana filantropi adalah Baitul Mal wat Tamwil (BMT). Filnatropi bisa bermakna sumbangan sosial berarti secara tidak langsung dana filantropi sendiri berasal dari dana seumbangan sosial yang biasanya berupa zakat, infak dan sedekah (ZIS) Nasrullah (2015: 3-5).
Tuhan selain Allah dan Muhammad SAW utusan Allah, menegakkan
sholat, membayar zakat, menunaikan haji dan saum ramdhan. Hadis ini sangat jelas menyatakan bahwa pondasi Islam yang ketiga adalah zakat. Dengan demikian zakat selalu tampil sepanjang waktu bukan saja di era klasik namun juga di era kontenporer. Bahkan dari waktu ke waktu terus berkembang selaras perkembangan masyarakat. perkembangan zakat bukan hanya menyangkut substansi obyek zakat (harta yang wajib dikeluarkan zakat) melainkan juga menajemen pengelolaannya (Supadie, 2013: 37). Infak dan sedekah meskipun hukumnya sunnah juga termasuk bagian terpenting untuk membantu pemberdayaan masyarakat kita.
BMT Marhamah menduduki peringkat ke dua di tingkat Provinsi Jawa Tengah sebagai baitul mal yang cukup aktif dalam kegiatan sosialnya. Salah satu keunikan yang dimiliki oleh BMT Marhamah sehingga banyak muzzaki yang berzakat yakni dengan keragaman program yang dimiliki oleh BMT Marhamah dalam mengelola dana zakat, infak dan sedekah itu sendiri. Beberapa program atau kegiatan sosial BMT Marhamah, diantaranya :
a. Menghimpun zakat, infak dan sedekah, wakaf, hibah dan dana-dana sosial lainnya.
b. Menyalurkan dana sosial tersebut kepada yang berhak menerima (mustahiq) sesuai dengan amanah.
c. Mengelola usaha tersebut secara profesional sehingga memberi manfaat yang optimal kepada mustahik dan menjadi modal dakwah Islam.
d. Program-program sosial lainnya.
Tabel 1.1 Data perolehan ZIS BMT Marhamah Wonosobo
2011 2012 2013 2014 2015
Zakat 259.371.000 332.294.000 473.109.000 631.058.000 559.779.352 Infak 13.231.000 95.551.000 79.765.000 55.810.000 42.542.780 Rescue 2.757.000 4.005.000 18.497.000 67.132.000 7.448.000 B. Umat 252.000 2.175.000 8.037.000 14.919.000 13.343.000 L. Kesehatan 2.982.000 6.640.000 2.447.000 884.000 10.123.000 Beastudi 4.802.000 35.458.000 28.347.000 43.719.000 77.460.050 Ambulan 45.528.000 54.185.000 54.198.000 88.140.000 58.824.800 M. Dai 252.000 390.000 447.000 2.174.000 2.323.000 W. Quran 252.000 390.000 447.000 1.015.000 473.000 W. Uang 34.737.000 5.720.000 5.149.000 9.414.000 67.170.608 GSPR 77.092.000 107.918.000 141.609.000 154.445.000 181.573.000 Pemberdayaan 30.024.000 34.000.000 156.400.000 131.274.000 93.250.000 Kurban 172.682.000 214.586.000 376.995.000 429.467.000 707.562.000
Asset 643.968.000 893.318.000 1.345.455.000 1.629.457.000 1.821.872.590
Melihat hasil perolehan dana dari zakat, infak dan sedekah BMT Marhamah yang cukup besar, terbukti dengan jumalah perolehan pada tahun 2015 yang telah menyentuh angka Rp. 1.821.872.590. Perolehan dana tersebut yang menjadikan ketertarikan tersendiri bagi peneliti untuk mengetahui bagaimana sistem yang digunakan oleh BMT Marhamah untuk menarik minat muzakki hingga memperoleh dana mencapai nominal yang cukup besar bagi sebuah BMT. Serta bagaimana BMT Marhamah mendistribukan dana zakat, infak dan sedekah tersebut kepada kaum dhuafa yang membutuhkan, apakah dengan dana yang cukup besar sudah mampu membantu meningkatkan kegiatan ekonominya.
Dari permasalahan di atas, penulis tertarik untuk menulis judul
dana ZIS yang dilakukan oleh lembaga keuangan syariah terutama di BMT. Pengelolaan yang dilakukan memiliki beberapa proses yakni dari penghimpunan dana dari para muzakki, pendistribusian dana kepada kaum dhuafa, pendayagunaan dana yang diberikan kepada kaum dhuafa dan pendampingan bagi kaum dhuafa yang menerima dana ZIS yang digunakan untuk modal usaha atau usaha mikro. Kemudian diteliti juga hubungan lembaga keuangan syariah terutama BMT (baitul mal) dengan lembaga filantropi lainnya yang sama-sama mengelola dana ZIS.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka pokok penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana model pengelolaan ZIS dalam BMT Marhamah ?
2. Bagaimana BMT Marhamah mendistribusikan ZIS untuk permberdayaan ekonomi ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat ditetapkan tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui model pengelolaan ZIS dalam LKS
D. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain ialah : 1. Manfaat Teoritik
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pendidikan dan memperkaya hasil penelitia yang telah ada dan memberikan gambaran mengenai pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS).
2. Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Tinjuan pustaka ini berguna untuk menunjang keaslian dari penelitian ini, maka peneliti berusaha meninjau kembali beberapa penelitian yang relevan dengan masalah yang hendak diteliti. Peneliti kemudian mencari dan menemukan beberapa penelitian yang terkait dengan zakat, infak dan sedekah.
satu bentuk filantropi Islam bagi pengembangan ekonomi masyarakat, utamanya di negara sedang berkembang seperti Indonesia dapat berjalan maksimal.
2. Jurnal Jasafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry (2015) yang berjudul Manajemen Pengelolaan Zakat, Infak, Sadaqah Pada Baitul Mal Aceh Besar. Hasil penelitian yang didapatkan terdapat tiga kata kunci yang dapat diimplementasikan dalam pengelolaan zakat, infak dan sedekah. Pertama, aspek kelembagaan dilihat dari visi dan misi, struktur organisasi, legalitas kelembagaan serta strategi untuk program kerja yang diakan dilaksanakan. Kedua, aspek sumber daya manusia (SDM), SDM ini merupakan aset yang paling penting karena pemilihan daripada amil zakat itu sendiri akan berpengaruh kepada perubahan yang terjadi. Ketiga, aspek sistem pengelolaan harus sesuai dengan prosedur dan aturan yang jelas. Di dalam jurnal tersebut juga merangkan jika zakat, infak dan sedekah dikelola dengan baik , baik dari penghimpunan maupun pendistribusiannya dengan menerakan fungsi-fungsi manajemen yang baik akan dapat mengangkat kesejahteraan masyarakat. Fungsi yang digunakan dalam pengelolaannya adalah fungsi manajemen modern. Serta perlunya pengelola zakat (amil) yang amanah, jujur, dan profesional.
Ekonomi Umat (Studi Kasus Pengelolaan ZIS di Desa Jumoyo,
Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang). Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menyebutkan terdapat dua manfaat yang dihasilkan dari dana pengelolaan zakat, infak dan sedekah yaitu pemanfaatan yang bersifat konsumtif (bantuan rutin bulanan, bantuan pendidikan, bingkisan ramadhan, bingkisan lebaran,
bantuan pengobatan, bantuan majelis ta’lim, bantuan tempat ibadah
dan bantuan perumahan) dan pemanfaatan yang bersifat produktif (pengembangan ternak, budidaya ikan, usaha kecil dan usaha warung kelontong). Hasil yang di dapat pemanfaatan ZIS belum mampu merubah ksejahteraan masyarakat dikarenakan sebagaian besar bantuan yang diberikan kepada masyarakat berupa bantuan yang bersifat konsumtif sedangkan bantuan yang bersifat produktif yakni bantuan modal usaha dari dana ZIS masih sangat kecil.
pemerintah lainnya. Peran yang dilakukan hanya sebatas pada memaksimalkan potensi hasil zakat, infak dan sedekah dalam bentuk konsumtif sedangkan dalam bentuk produktif belum mampu dilakukan dengan baik. Maka dampak optimalisasi yang dilakukan masih kurang namun bersifat positif bagi masyarakat dan memberikan manfaat.
Penelitian yang akan peneliti lakukan ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dari beberapa penelitian tersebut pada dasarnya mengungkapkan tujuan yang sama yakni mengupayakan pengelolaan zakat, infak dan sedekah yang maksimal serta upaya dalam penyaluran dana agar dapat membantu masyarakat dari sisi ekonomi. Namun terdapat perbedaan dengan penelitian sebelumnya yakni penelitian ini terfokus pada model sistem pengelolaan ZIS yang digunakan oleh BMT Marhamah dalam pendistribusian untuk pemberdayaan ekonomi serta dampak yang dihasilkan untuk dikaitkan dengan program penguatan ekonomi.
B. Kerangka Teoritik
1. Lembaga Keuangan Syariah
Menurut undang-undang tentang perbankan syariah di Indonesia bahwa lembaga keuangan syariah merupakan badan atau lembaga yang kegiatannya menarik dana dari masyarakat dan menyalurkan kepada masyarakat berlandaskan prinsip syariah.
2. Baitul Maal Wat Tamwil
a. Pengertian BMT
Menurut Andri Soemitra (2009: 451) BMT adalah kependekan kata Balai Usaha Mandiri Terpadu atau Baitul Mal wat Tamwil, yaitu Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. BMT sesuai namanya terdiri dari dua fungsi utama, yaitu :
1) Baitul tanwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.
2) Baitul mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan amanahnya.
dalam meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha makro dan kecil, antara lain mendorong kegiatan menabung dan pembiayaan kegiatan ekonominya (Rododi dan Hamid, 2008 : 60).
b. Fungsi dan Peran BMT
Fungsi BMT, pertama, mengidentifikasi, memobiliasasi, mengorganisasi, mendorong dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota, kelompok usaha anggota muamalat (Puskoma) dan kerjanya. Kedua, mempertinggi kualitas SDM anggota dan Puskoma menjadi lebih profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh menghadapi tantangan global. Ketiga, menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan anggota (Soemitra, 2009: 453).
Adapun fungsi BMT di masyarakat, adalah (Huda dan Heykal, 2010 : 364) :
1) Meningkatlan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi lebih profesional dalam menghadapi tantangan global.
4) Meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk anggota serta lembaga-lembaga ekonomi dan sosial.
3. Zakat, Infak, Sedekah a. Zakat
1) Pengertian Zakat
Zakat berasal dari kata az-zakah, dari segi bahasa merupakan kata dasar (masdar) dari kata zaka yang berarti tumbuh, bersih, berkembang dan berkah. Sedangkan menurut istilah fikih adalah menyerahkan sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak menerimannya (Qardawi, 2004: 34).
Di dalam al-Qur’an, Allah SWT telah menyebutkan secara jelas berbagai ayat tentang zakat dan shalat berjumlah 82 ayat. Zakat dan shalat dijadikan sebagai perlambangan keseluruhan ajaran Islam dan juga dijadikan satu kesatuan. Pelaksanaan shalat melambangkan hubungan dengan Allah SWT sedangkan zakat melambangkan hubungan sesama manusia. Dalam surat al-Bayyinah ayat 5 menjelaskan mengenai zakat (Huda dan Heykal, 2010 : 293-294).
Artinya : Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.
Zakat merupakan al-‘ibadah al-maaliyah al-ijtimaa’iyah (ibadah di bidang harta yang memiliki nilai sosial). Nilai sosial dalam ibadah zakat begitu kental sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan sekelompok orang yang bertugas untuk mengelola aspek dari zakat itu sendiri. Zakat yang terus berkembang dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi muzakki dan sisi mustahiq. Pertama, sisi muzakki, Allah menjanjikan siapa saja yang mau mengeluarkan sebagian hartanya dalam bentuk zakat, infak dan sedekah yang akan diberi ganjaran tidak hanya di akhirat tetapi juga di dunia dibuktikan dengan tidak pernah ada seseorang yang jatuh misin ketika seseorang membayar zakat. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT surat al-Baqarah ayat 261 :
Artinya : Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.
2) Golongan yang berhak menerima zakat
Golongan yang berhak menerima zakat sudah di atur dalam syariat Islam, yakni terdapat delapan golongan (asnaf) yang berhak menerima zakat. Syariat Islam yang bersifat universal yang artinya ketentuan-ketentuannya bersifat umum, serta dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Adapun pembahasan mengenai delapan golongan (asnaf) yang berhak menerima zakat dijelaskan dan diatur dalam surat At-Taubah ayat 60 , sebagai berikut (Pedoman Zakat 9 seri 2002: 248-249) :
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang-orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
a) Fakir, yaitu yang btidak berharta dan tidak mempunyai pekerjaan atau usaha tetap, guna mencukupi kebutuhan hidupnya (nafkah), sedang orang yang meananggungnya (menjamin) tidak ada.
b) Miskin, yaitu orang-orang tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya, meskipun ia mempunyai pekerjaan atau usaha tetap, tetapi hasil usaha itu belum dapay mencukupi kebutuhannya, dan orang yang menanggung (menjamin) juga tidak ada.
d) Muallaf, yaitu orang yang masih lemah imannya, karena baru memeluk agama Islam tetapi masih lemah 9ragu-ragu) kemauannya itu.
e) Riqab (hambasahaya) yang mempunyai perjanjian akan dimerdekakan oleh majikannya dengan jaln menebus dengan uang.
f) Gharim, yaitu orang mempunyai hutang karena suatu kepentingan yang bukan maksiat dan tidak mampu untuk melunasinya.
g) Sabilillah, yaitu usaha-usaha yang tujuannya untuk meeninggikan syiar agama Islam seperti membela/mempertahankan agama, mendirikan tempat ibadat, pendidikan dan lembaga-lembaga keagamaan lainnya.
h) Ibnu sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal dalam bepergian dengan maksud baik.
3) Macam-macam Zakat
Secara umum, zakat terbagi pada dua bagian, yaitu zakat fitrah dan zakat mal (Ridwan, 2013: 151-180).
a) Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan satu kali dalam setahun oleh setiap muslim mukallaf (orang yang dibebani kewajiban oleh Allah) untuk dirinya sendiri dan untuk setiap jiwa yang menjadi tanggungannya. Jumlahnya sebanyak satu sha’ (1.k 3,5 liter/2,5 kg) per jiwa, yang disitribusikan pada tanggal 1 Syawal setelah shalat Shubuh sebelum shalat Idul Fitri.
b) Zakat Mal
Sedangkan zakat uang menurut pendapat ulama Hanafiyah dan Malikiyah, zakat uang merupakan zakat emas dan perak karena uang pada zaman rasul terbuat dari emas dan perak. Jika di Indonesia memberlakukan uang kertas dan logam dalam jumlah tertentu tetap dianggap senilai dengan uang emas dan perak sehingga kewajiban
zakat tetap berlaku. Menurut ulam Syafi’iyah, tidak wajib
zakat karena uag kertas adalah hawalah (tanda penukaran) yang tidak sahih, karena tidak ada ijab dan qabul, kecuali telah ditukar dengan emas dan perak.
b. Infak
Infak berasal dari kata nafaqa, yang berarti telah lewat, berlalu, habis, mengeluarkan isi, menghabiskan isi, menghabiskan miliknya, atau belanja. Infak adalah mengeluarkan harta tertentu untuk dipergunakan bagi suatu kepentingan yang diperintahkan oleh Allah SWT diluar daripada zakat. Prioritas infak sendiri bertumpu kepada pos fii sabilillah (Ridwan, 2013: 143) .
Infak dari kata al-infaq (Arab) artinya membelanjakan. Dalam al-Qur’an kata infaq hanya disebut sekali, yaitu dalam surat al-Isra ayat 100. Akan tetapi kata lain yang seakar dengan kata tersebut, seperti anfawa, yunfiqu dan nafaqatan disebut sebanyak 73 kali adapun surat al-Isra’ ayat 100 dan terjemahannya dikutip berikut :
Artinya : Katakanlah: "Kalau seandainya kamu menguasai perbendaharaan-perbendaharaan rahmat Tuhanku, niscaya perbendaharaan itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya". dan adalah manusia itu sangat kikir.
Dalam pandangan Islam orang yang berinfak akan memperoleh keberuntungan yang berlipat ganda baik di dunia maupun di akhirat. Orang yang berinfak dijamin tidak akan pernah jatuh miskin, melainkan rezekinya akan bertambah dan mengalir dan jalan usahannya semakin berkembang. Dalam kajian fikih infak dibedakan dari zakat maupun sedekah (Supadie, 2013: 48).
c. Sedekah
Shadaqah berasal dari kata ash-shidqu, yang berarti orang yang banyak benarnya dalam perkataan, diungkapkan bagi orang yang sama sekali tidak pernah berdusta. Shadaqah adalah bukti bahwa seseorang memiliki kebenaran iman dan membenarkan adanya hari Kiamat. Oleh karena itu Rasulullah bersabda , artinya Shadaqah itu adalah bukti. Secara umum, kebaikan seseorang dalam bentuk memberikan sebagaian harta yang dimilikinya kepada orang lain disebut shadaqah (Ridwan, 2013: 138-139).
dan sukarela). Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum muslimin untuk memberikan sedekah, antara lain dalam surat an-Nisa’ ayat 114 (Supadie, 2013: 48-49).
Artinya : Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau Mengadakan perdamaian di antara manusia. dan Barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.
4. Pengelolaan Zakat
pokok yang menentukan citra lembaga zakat yang amanah dan profesional (Sarah Anabarja dan Syarifah Ajeng, 2015).
Pengelolaan zakat dilakukan dengan sistem kerja dan profesional sebagaimana pengelolaan manajemen perusahaan. Namun, sesuai dengan aturan kaidah hukum syariah. Ada empat bidang yang harus dimiliki oleh lembaga zakat, yaitu (Ridwan, 2013: 126-127) :
a. Manajemen Penghimpunan (Fundraising Management)
1) Membuat media sosialisasi dan promosi sendiri yang lebih baik dan berkualitas.
2) Melakukan sosialisasi dengan bekerja sama dengan media cetak dan elektronik (koran, radio, televisi).
3) Mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas layanan donatur dengan berbagai bentuk (silaturahmi, jemput zakat, konsultasi zakat, infak, sedekah dan wakaf (ZISWAF), layanan ceramah keagamaan, dan lain-lain).
4) Memanfaatkan teknologi canggih untuk meraih donasi (SMS infak, infak via ATM, website, dan lain-lain).
5) Menambah jumlah kotak infak. b. Manajemen Amil (Amil Management)
2) Membangun sistem manajemen berbasis kinerja yang mendorong peningkatan produktivitas kinerja dan pelayanan keumatan.
3) Meningkatkan performa lembaga dan kinerja amilin sesuai dengan indikator-indikator profesionalisme.
4) Meningkatkan kualitas SDM dengan mengadakan berbagai pelatihan.
5) Menyelenggarakan fit and propper test bagi calon amil yang akan bekerja.
6) Mencari kemungkinan mendapatkan dana khusus di luar jatah amilin untuk menunjang kesejahteraan amilin.
7) Menyediakan kelengkapan sarana dan prasarana untuk meningkatkan kualitas program.
c. Manajemen Keuangan dan Akutansi (Finance and Accounting Management)
1) Membuat sistem pengelolaan dan pelaporan keuangan.
2) Menerbitkan laporan keuangan dan analisis keuangan secara periodik dan tepat waktu.
3) Menyosialisasikan laporan keuangan melalui berbagai media yang mudah diakses publik.
5) Melakukan upaya-upaya untuk meraih tingkat amanah dan transparan dalam hal akuntasi, akuntabilitas, dan aksesibilitas pengelolaan dana.
d. Manajemen Pendayagunaan (Empowering Management)
1) Menyelenggarakan program layanan mustahik untuk membantu mereka yang membutuhkan secara konsumtif (tradisional dan inovatif) dan secara produktif (tradisional dan inovatif).
2) Menjalin kerja sama dengan lembaga lain untuk membuat program unggulan di bidang pendidikan dan dakwah.
3) Menjalin kerja sama dengan lembaga lain untuk membuat program ungulan di bidang ekonomi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu dengan metode deskripsi, metode untuk mengungkapkan masalah dengan cara memaparkan atau menggambarkan situasi atau peristiwa dari penelitian.
B. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini objek penelitian adalah Pengurus Baitul Maal KJKS BMT Marhamah Wonosobo yang beralamat di Jl. Tumenggung Jogonegoro Km.0,5 Wonosobo 56311 Telp. (0286) 3320722, 321556 Fax.(0286) 324716 . Adapun subjek penelitian ini adalah kaum dhuafa yang menerima dana bantuan ZIS dari KJKS BMT Marhamah Wonosobo.
C. Sumber dan Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan dua jenis data, yaitu :
1. Data Primer
pengurus baitul mal KJKS BMT Marhamah dan kaum dhuafa penerima dana ZIS dari KJKS BMT Marhamah.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang didapat secara tidak langsung. Data sekunder pada penelitian ini berupa dokumen perolehan dana ZIS dari KJKS BMT Marhamah.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu : 1. Observasi
Jenis obeservasi yang digunakan adalaha obeservasi terus terang atau tersamar, yaitu peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam obeservasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan. Kemungkinan kalau dilakukan dengan terus terang, maka peneliti tidak akan ijinkan untuk melakukan observasi (Sugiono, 2010: 407).
2. Wawancara
Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara semiterstruktur, yaitu wawancara yang sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan de-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara eliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan (Sugiono, 2010: 413).
Metode yang digunakan ini yakni peneliti melakukan tanya jawab atau wawancara kepada informan yang bertujuan untuk mendapatkan data yang berkaitan tentang pegelolaan ZIS baik dari penghimpunan, pendistribusian, pendayagunaan dan pendampingan yang dilakukan oleh KJKS BMT Marhamah.
3. Dokumentasi
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiono, 2010 : 422).
Metode yang digunakan ini yakni peneliti memanfaatkan dokumen dalam bentuk gambar (foto) yang bertujuan untuk mendapatkan dokumen-dokumen terkait proses pegelolaan dana ZIS di BMT Marhamah.
E. Teknik Analisis Data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum KJKS BMT Marhamah Wonosobo 1. Sejarah Berdirinya
Gagasan untuk mendirikan BMT muncul setelah mengikuti Pelatihan Pengembangan Lembaga Keuangan Syariah yang diselenggarakan pada bulan April 1995 oleh BMT Tamzis. Gagasan ini kemudian lebih dipertegas lagi setelah mengikuti Pelatihan Nasional Katalis BMT pada tanggal 22-24 Juli 1997 di Pusat Pelatihan Koperasi Jakarta yang diselenggarakan Oleh P3UK dan Dep. PELMAS ICMI Pusat. Tujuan utamanya, selain berupaya menerapkan
Sistem Ekonomi Syari’ah adalah membuka kesempatan usaha mandiri
serta menggali dan mengembangkan potensi daerah.
Berbekal hasil pelatihan tersebut maka dibentuklah sebuah tim
“Persiapan Pendirian BMT” guna mempersiapkan segala sesuatunya.
Pada tanggal 1 Oktober 1995, tim tersebut berhasil menyelenggarakan rapat pembentukan BMT. Sesuai dengan amanat hasil rapat tersebut, maka pada panggal 16 Oktober 1995, sebuah lembaga keuangan syariah yang kemudian lebih dikenal dengan nama BMT Marhamah mulai beroperasi. Walaupun modal yang terhimpun pada waktu itu masih sangat minim, yakni hanya Rp. 875.000,- namun dengan kerja keras dan usaha yang sungguh-sungguh, modal atau aset tersebut dapat terus ditingkatkan.
2. Visi dan Misi Visi :
Terbangunnya keluarga sakinah, yang maju secara ekonomi dengan pengelolaan keuangan secara syariah.
Misi :
a. Memfasilitasi berbagai kegiatan yang mendorong terwujudnya keluarga sakinah.
b. Meningkatkan kualitas perekonomian keluarga sakinah dengan bertransaksi secara sakinah.
c. Memfasilitasi pengembangan ekonomi mikro berbasis keluarga sakinah melalui pembiayaan modal kerja dan investasi.
d. Menyusun dan elakukan program pemberdayaan ekonomi dan sosial secara integral dan komprehensif terwujudnya keluarga sakinah.
3. Ruang Lingkup Kegiatan Kegiatan bisnis, diantaranya :
a. Menghimpun dana-dana komersial berupa simpanan/tabungan maupun sumber dana lain yang sah dan halal.
b. Memberikan pembiayaan kepada anggotanya sesuai dengan penilaian kelayakan usahanya.
Kegiatan sosial, diantaranya :
a. Menghimpun zakat, infak dan sedekah, wakaf, hibah dan dana-dana sosial lainnya.
b. Menyalurkan dana sosial tersebut kepada yang berhak menerima (mustahiq) sesuai dengan amanah.
c. Mengelola usaha tersebut secara profesional sehingga memberi manfaat yang optimal kepada mustahik dan menjadi modal dakwah Islam.
d. Program-program sosial, diantaranya : 1) Gebyar paket ramadhan
Pemberian paket sembako kepada fakir miskin pada bulan ramadhan.
2) THK (tebar hewan kurban)
Penyaluran hewan kurban ke pelosok-pelosok desa yang belum terdapat hewan kurban pada Idul Adha.
3) Beasiswa
Beasiswa pendidikan bagi anak-anak dhuafa yang memiliki prestasi.
4) Ambulance dhuafa
4. Produk-produk di BMT Marhamah a. Penghimpunan Dana
1) Simpanan Ukhuwah (sinergis, pendidikan) 2) Simpanan Ummat
3) Simpanan Berjangka 4) Simpanan Masa Depan b. Penyaluran Dana
1) Pembiayaan Jual Beli 2) Pembiayan Jasa-jasa
a) Ijarah atau sewa b) Rahn atau gadai 3) Pembiayan Modal Usaha c. Baitul Mal
1) Data Identitas Baitul Mal
a) Nama : Baitul Mal BMT Marhamah b) Alamat : Jl. Tumenggung Jogonegoro KM
0,5 Wonosobo
Website : www.bmtMarhamah.com
Email : [email protected]
d) Status Hukum :
- No. 13825/BH/KWK.11/III/98 Tgl.31 Maret 1998 (KSU)
- Perubahan I : No.13825. a/BH/PAD/I/2006, 24 January 2006 (KSPS)
- Perubahan II : No. 04/PAD/KDK.11/IV/2008 Tgl. 2 April 2008 (KJKS Wilayah Operassional ProvinsI Jawa
Tengah)
- TDP : No. 1129000391Tgl. 25 Agustus 2018
- HO : No. 530/407/HO/2013 Tgl. 17 Oktober 2018
- NPWP : No. 01..820.921.3-533.000 - Ijin Operasional : No. 69.52/DU-SISPK/XIV/2013 Sebagai LAZ (Lembaga Amil Zakat):
- Terdaftar Mitra Pengelola Zakat LAZISMU No.Reg.1305 Tgl 2 Agustus 2010
- Terdfatar Mitra Pengelola Zakat Dompet Dhuafa Republika No. Reg.0075/DD.LAZ-Legal/II/2012 Sebagai Nazhir Wakaf Uang:
e) Susunan Kepengurusan:
Ketua : H. Ngadidjo, S.Pd
Sekretaris : H. Taat Sumanto, A.Md
Bendahara : H. Fatah Yasin
f) Susunan Dewan Pengawas:
Ketua : H. Suparyo, Drs, M.Ag
Anggota : Drs.H.Ngatmin Surobudin,Lc
g) Susunan Pelaksana Harian:
Manajer Baitul Maal : Khanif Rosyadi, S.Si
Staff Administrasi : Jati Dwi Arisman, S.EI
Staff Marketing : Paryanto, S.EI
Driver Ambulan : Syukur Basuki
2) Profil LAZIS (Lembaga Amil Zakat, Infak dan Sedekah) BMT Marhamah
kepada yang berhak secara amanah dan profesional melalui program-program odial yang inovatif dan solutif.
3) Visi, Misi dan Motto Visi :
Menjadikan motor penggerak program kemandirian rakyat menuju terwujudnya tatanan masyarakat yang peduli.
Misi :
Menyusun dan melaksanakan program-program pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat secara integral dan komprehensif. Membangun dan mengembangkan jaringan kerja pemberdayaan seluas-luasnya.
Motto :
Membantu dhuafa membangun etos kerja 4) Ruang Lingkup Kegiatan
a) Menghimpun dana-dana sosial (zakat, infak, sedekah, hibah, wakaf, kurban dan dana lainnya yang halal dan legal) baik dari perorangan atau lembaga.
b) Menyalurkan dana sosial tersebut kepada yang berhak menerima (mustahiq) sesuai amanah (Al-Qur’an dan As -Sunnah).
5) Program-Program
Sejak dikokohkannya Lembaga Amil Zakat (LAZ) BMT Marhamah, selalu menghadirkan program-program sosial yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat khusunya untuk masyarakat dhuafa secara inovatif, kreatif dan solutif. Maka terwujudlah program-program unggulan sebagai berikut :
a) Layanan ambulance dhuafa.
b) BALADA UMAT (Bantuan Langsung untuk Dhuafa dan Anak Yatim)
c) BALKES (Bantuan Layanan Kesehatan). d) Program tanggap bencana.
e) Motor da’i
f) Pemberdayaan ekonomi dhuafa. g) BIDIK (Beasiswa Pendidikan) dhuafa. h) Bina sumber daya insani.
i) GSPR (Gebyar 1.000 Paket Ramadhan). j) Gerakan wakaf Qur’an.
k) Wakaf tunai.
l) THK (Tebar Hewan Kurban)
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Model Pengelolaan Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS)
Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah institusi pengelolaan zakat yang dibentuk masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah untuk melakukan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Sedangkan Baitul Mal merupakan salah satu bagian dari LAZ yang secara sah dapat melakukan kegiatan sesuai dengan ketentuan. Secara konsep Baitul Mal memiliki kesamaan fungsi dan tujuan baik dengan BAZ, LAZ ataupun OPZ yakni menghimpun dan menyalurkan dana dari masyarakat untuk diberikan kepada mereka yang membutuhkan.
Sedangkan menurut Rahmayanti (2014:22) Amil zakat adalah semua pihak yang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, perlindungan, pencatatan dan penyaluran harta zakat. Mereka diangkat oleh pemerintah yang berkuasa oleh masyarakat Islam setempat untuk memungut dan membagikan serta tugas-tugas lain yang berhubungan dengan zakat.
LAZ yang diperbolehkan untuk melakukan kegiatan pengelolaan zakat karena didirikan oleh masyarakat yang tergabung dalam kesatuan BMT.
Setelah lebih dari sepuluh tahun UU Nomor 38 tahun 1999 dinilai tidak optimal muncul dorongan untuk mengubah dan memperjelas subtansinya. Beberapa alasan perubahan dilakukan di antaranya tidak maksimalnya peran pemerintah dan lembaga zakat dalam mengumpulkan, mengelola dan mendistribukan zakat, belum jelas penentuan wajib zakat, barang-barang yang dizakati, nishab dan haul. Kemudian disempurnakan dalam UU Nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat meskipun terdapat perubahan sebenarnya memiliki kesamaan yakni fokus mendalam mengenai keberadaan badan atau lembaga pengelola zakat.
Hal serupa juga ditegaskan dalam Siradj (2014: 24-26), dijelaskan bahwa Baitul Mal wat Tamwil termasuk didalam delapan belas LAZ yang sudah memiliki legalitas untuk menjadi LAZ menurut Keputusan Menteri Agama Nomor 468 Tahun 2002 tanggal 28 November 2002 tentang pengukuhan Baitul Mal wat Tamwil sebagai Lembaga Amil Zakat. Tugas amil telah dijelaskan secara rinci dalam surat At-Taubah ayat 13. Sebagai berikut:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (At -Taubah [9]: 103)
Dalam surat At-Taubah ayat 103 dijelaskan bahwa zakat itu diambil (dijemput) dari orang-orang yang berkewajiban untuk berzakat (muzakki) untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Yang mengambil dan atau menjemput tersebut adalah petugas (‘amil). Imam Qurthubi dalam Hafidhuddin (2004: 125) menafsirkan bahwa ‘amil itu adalah orang-orang yang ditugaskan untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilya dari para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya.
a. Penghimpunan (fundraising)
Sebuah karakteristik sangatlah penting untuk membangun citra pada masyarakat. Karakteristik yang terus dibangun oleh pihak Baitul Mal Marhamah mencakup pada beberapa hal yang sangat penting sebagai dasar berjalannya sebuah Baitul Mal. Sebuah lembaga haruslah memiliki karakteristik yang menjadikan keunggulan bagi lembaga itu sendiri. Baitul Mal BMT Marhamah memiliki karakter yang mampu menopang berjalannya program. Support daripada baitul tanwil sangat penting untuk saling bekerja sama, membantu tenaga, bertukar fikiran dan termasuk dalam penggalangan dana atau menghimpun dana. Menggerakkan seluruh anggota atau karyawan terlebih dahulu sebelum bergerak keluar sebagai wujud nyata diberdayakannya basis anggota. Kemudian, menggandeng ataupun bekerjasama dalam berbagai program dengan banyak lembaga sebagai aspek kemitraan agar hasil yang dapat dapat lebih banyak dan bermanfaat.
penghimpunan dana yang dilakukan oleh BMT Marhamah terinci dalam beberapa program yang dilaksanakan.
Gambar 4.1 Logika Fundraising (penghimpunan) BMT
Sumber: Data dari hasil wawancara dengan manajer Baitul Mal BMT Marhamah
Berdasarkan data yang telah disajikan di atas diketahui bahwa penghimpunan dana ZIS yang dibuat oleh Baitul Mal BMT Marhamah melalui beberapa tahapan, di antaranya:
1) Observasi
Observasi merupakan awal proses dari logika penghimpunan yang dilakukan oleh Baitul Mal BMT Marhamah. Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana keadaan lokasi, kondisi masyarakat yang akan mendapatkan bantuan.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan proses obrservasi atau survei dilakukan kebeberapa daerah yang telah ditentukan untuk mengetahui keadaan lokasi, kondisi masyarakat dan jika memiliki potensi yang bisa
Obeservasi
Program Kegiatan
dikembangkan dan tentunya dirasa membutuhkan bantuan uluran tangan. Tahapan selanjutnya adalah mencarikan solusi yang tepat dari kendala-kendala yang dihadapai oleh masyarakat tersebut. Koordinasi kepada aparat pemerintah setempat juga sangat dibutuhkan untuk lebih detail dalam menjelaskan kondisi masyarakat yang ada.
2) Program Kerja
Setelah melakukan observasi lalu pihak Baitul Mal akan merancang program kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang nantinya akan cukup untuk menarik minat para muzakki agar mau untuk mengeluarkan sebagian hartanya untuk ZIS. Adapun beberapa unsur-unsur yang dimasukkan dalam pembuatan program oleh BMT Marhamah yang sangat diperhatikan yaitu permasalahan umat (kemiskinan dan pendidikan rendah), gagasan ide menarik (nama program, tujuan dan manfaat), tempat dan waktu (sesuai dengan kondisi wilayah dan potensi daerah) dan pelaksanaan serta tanggung jawab (tepat sasaran dan laporan kegiatan).
3) Zakat, infak dan sedekah
[image:70.595.177.516.297.676.2]Adapun jumlah penghimpunan dana ZIS yang didapat oleh Baitul Mal BMT Marhamah pada tahun 2015 tercatat Rp. 1.821.872.590,- naik sebesar sebelas persen (11%) dari tahun sebelumnya Rp. 1.629.457.460,- dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.1 Laporan Penghimpunan Dana pada tahun 2015
Sumber: RAT BMT Marhamah
No Keterangan Perolehan Jumlah
Donatur
1 Dana Zakat 559.779.352 221
2 Dana Infaq/ Shodaqoh 42.542.780 66
3 Dana Tanggap Bencana 7.448.000 42
4 Dana Balada Umat 13.343.000 15
5 Dana Bantuan Layanan Kesehatan 10.123.000 18 6 Dana Beasiswa Pendidikan/ BIDIK 77.460.050 13
7 Dana Layanan Ambulan 58.824.800 210
8 Dana Moto Da’i 2.323.000 12 9 Dana Wa af Qu ’an 473.000 11
10 Dana Waqaf Tunai 67.170.608 196
11 Dana GSPR 181.573.000 692
12 Dana Mitra Pemberdayaan 93.250.000 7 13 Dana Tebar Hewan Kurban 707.562.000 319
Menurut Ridwan (2013: 126-127) manajemen penghimpunan dana ZIS yaitu membuat media sosialisasi dan promosi, melakukan sosialisasi dengan bekerja sama dengan media cetak dan elektronik, mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas layanan donatur dengan berbagai bentuk, memanfaatkan teknologi canggih untuk meraih donasi dan menambah jumlah kotak infak. Hal ini juga telah diterapkan oleh pihak Baitul Mal BMT Marhamah.
Dalam menghimpun dana BMT Marhamah menerapkan beberapa prinsip agar dana yang terkumpul menjadi maksimal, baik dalam jumlah nominalnya juga manfaat yang nantinya akan diberikan kepada yang membutuhkan. Prinsip-prinsip penghimpunan dana yang dilakukan oleh Baitul Mal BMT Marhamah, antara lain :
1) Jemput bola, hal ini harus dilakukan karena masyarakat cukup banyak yang enggan untuk datang sendiri ke Baitul Mal untuk menyalurkan dana ZIS nya. Sehingga prinsip ini menjadi salah strategi penghimpunan dana agar dana yang didapat maksimal.
terburu-terburu dikhawatirkan muzakki justru enggan mengeluarkan hartanya untuk bezakat.
3) Memahamkan konsep zakat, bagi masyarakat yang enggan mengeluarkan hartanya untuk berzakat, infak atau sedekah karena memiliki pandangan akan berkurang hartanya maka wajib untuk memberikan pemahaman mengenai konsep zakat yang sebenarnya. Bahwa zakat itu hukumnya wajib dan tidak akan mengurangi harta justru akan membersihkan harta dan membanyak rezeki.
4) Kepercayaan dan keyakinan, sebagai seorang amil harus memiliki sifat percaya diri sebagai modal untuk mencari muzakki yang akan dengan rela mengeluarkan hartanya untuk kebaikan.
5) Laporan, hal ini merupakan hal yang cukup penting. Laporan sebagai bentuk hasil kepercayaan dari muzakki yang telah mau mengeluarkan sebagian hartanya. Ketika memberika laporan secara rinci kepada para muzakki maka akan bertambah keyakinan para muzakki untuk tetap mau mengeluarkan zakat, infak atau sedekahnya.
telah dilakukan, dana yang telah masuk, dibutuhkan dan dikeluarkan. Diantara bentuk sosialisai yang dilakukan antara lain melalui majalah atau buletin yang diterbitkan oleh BMT Marhamah yang dibagikan kepada anggota, surat edaran, spanduk atau banner, brosur, pamflet, media sosial (web, facebook dan twitter) dan iklan di majalah, radio. Harapannya akan mampu mengadakan sosialisasi pada media yang lebih besar seperti televisi.
Setelah mengetahui prinsip yang diterapkan untuk menghimpun dana selanjutnya ada baiknya mengetahui sasaran atau lingkup penghimpunan dana, Baitul Mal BMT Marhamah sendiri memiliki dua kategori dalam menghimpun dana yaitu kategori satu atau lingkup internal kembali kepada basis anggota (lembaga, pengurus, pengawas, karyawan dan anggota) dan kategori dua atau lingkup eksternal mencakup instansi-instansi
atau mitra terkait (notaris, bank syari’ah, pemerintah, tokoh
Dari sekian banyak hal yang telah dilakukan pihak Baitul Mal BMT Marhamah selalu memiliki aspek yang penting untuk mendukung keberlangsungan serta kelancaran dalam penghimpunan dana yang akan dilakukan. Aspek-aspek tersebut antara lain:
1) Performa Lembaga, merupakan hal yang tidak bisa dihapuskan keberadaannya karena semakin baik penilaian masyarakat terhadap suatu lembaga akan berdampak baik pula kepada setiap aktifitas yang dilakukan oleh lembaga tersebut. Keberadaan baitul tamwil BMT Marhamah yang telah lebih dahulu mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat akan berdampak baik pula kepada Baitul Mal BMT Marhamah tersebut.
3) Amil, merupakan sumber daya manusia yang paling penting dalam proses penghimpunan dana. Agar terciptanya hasil pekerjaan yang maksimal seorang amil haruslah memiliki kualitas yang baik dan haruslah bekerja secara totalitas. Rekuitment sumber daya manusia atau amil dilihat dari segala sisi dan aspek, diantaranya keluarga, lingkungan tempat tinggal, aspek ibadah yang utama dikarenakan seorang amil haruslah memiliki ruh yang harus dijaga. Khusus pada permasalahan ibadah pihak Baitul Mal sangatlah menjaga para anggota staff nya untuk senantiasa shalat berjamaah wajib dimasjid, melakukan puasa sunnah dan ibadah lainnya yang sunnah.
4) Donasi tidak selalu uang, karena kegiatan sosial tidak hanya terpaku pada uang semata. Maka dari itu donasi yang diberikan dapat berupa apa saja selama dapat bermanfaat dan sesuai kebutuhan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Donasi dapat berupa pakaian, makanan, obat-obatan dan lain-lain karena program yang ada tidak hanya mengandalkan uang misalnya tanggap bencana bisa dipastikan yang dibutuhkan adalah bantuan selain uang misal makanan dan obat-obatan. 5) Marketing plan, tidak hanya perusahan besar yang
kemudian disalurkan kepada yang membutuhkan. Dalam kegiatan merketing tentunya sangat dibutuhkan bnyak strategi untuk menarik minat masyarakat untuk megeluarkan ssebagian hartanya. Salah satunya sudah dijelaskan dengan menggunakan program yang kreatif sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk menarik minat masyarakat.
6) Donatur relationship management, merupakan hubungan kerjasama antara pihak lembaga dengan donatur sehingga kedua belah pihak saling menguntungkan. Dalam ini lembaga tidak akan memaksa tetapi lebih pada fokus membangun interaksi dengan program kegiatan yang dikelola oleh lembaga untuk memunculkan sikap kepercayaan.
7) Sinergi relawan, merupakan hubungan kerjasama yang dilakukan kepada lembaga lembaga atau dinas tertentu terlebilh lagi hubungan sesama BMT yang harus dibangun kuat. Karena baik dan besar kekuatan kesinergian maka akan menghasilkan manfaat yang jauh lebih besar.
Dengan adanya aspek-aspek pendukung diatas dapat membantu proses penghimpunan dana yang dilakukan oleh Baitul Mal BMT Marhamah secara baik. Selain aspek-aspek pendukung terdapat tantangan-tantangan yang harus dihadapi. Tentu tidaklah mudah untuk menghadapi tantangan yang terjadi, salah satu yang menjadi tantangan dalam penghimpunan dana tak lain adalah perkembangan zaman atau perkembangan masyarakat yang saat ini semakin pintar, maka sebagai pengelola haruslah juga semakin pintar untuk menghadapi tantangan masyarakat. Berkembangnya teknologi, budaya, lingkungan sosial yang semakin tak terkondisikan mengakibatkan hal ini menjadi tantangan yang cukup pelik untuk menghadapinya. Kompetensi penggalangan dana mau tak mau juga menjadi salah satu tantangan tersendiri bagai Baitul Mal BMT Marhamah, karena dituntut untuk terus memperbaharui pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang akan diaktualisasikan dalam melaksanakan kegiatan penggalangan dana.
menjadikannya donatur atau muzakki, atau kasus lain donatur yang sudah lama merasa bosan dengan program yang hanya itu saja maka dengan sigap haruslah membuat program baru sehingga donatur akan tetap. Contoh lain yakni akuisisi (menjaga ketersediaan dengan menyediakan barang) pada kasus sekelompok guru SD (Sekolah Dasar) yang berjumlah lima orang ingin berkurban sapi dengan cara iuran, namun dalam islam mengharuskan tujuh orang jika ingin berkurban sapi menganggapi hal tersebut akhir pihak Baitul Mal membantu dengan menambahkan dua orang dari pihak Baitul Mal yang akhirnya menjadi sebuah kerja sama. Hal ini sebagai tantangan namun juga bisa sebagai bentuk sosialisasi.
b. Pendistribusian
Pendistribusian ZIS yang dilakukan pihak Baitul Mal BMT Marhamah memperhatikan pada delapan golongan (asnaf) yang berhak menerima zakat seperti yang telah dijelaskan dan diatur dalam surat At-Taubah ayat 60, sebagai berikut :