• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengendalian Persediaan Ikan Segar dengan Pertimbangan Laju Kerusakan pada Bulan Januari hingga Februari 2015 (Studi Kasus Hipermarket Z).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengendalian Persediaan Ikan Segar dengan Pertimbangan Laju Kerusakan pada Bulan Januari hingga Februari 2015 (Studi Kasus Hipermarket Z)."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

BULAN JANUARI HINGGA FEBRUARI 2015

(STUDI KASUS HIPERMARKET Z)

NOVRY AMELIA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengendalian Persediaan Ikan Segar Dengan Pertimbangan Laju Kerusakan Pada Bulan Januari hingga Februari 2015 (Studi Kasus Hipermarket Z) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Novry Amelia

(3)

NOVRY AMELIA. Analisis Pengendalian Persediaan Ikan Segar dengan Pertimbangan Laju Kerusakan pada Bulan Januari hingga Februari 2015 (Studi Kasus Hipermarket Z). Dibimbing oleh MACHFUD.

Persediaan merupakan salah satu permasalahan yang cukup krusial di supermarket. Hipermarket Z sebagai supermarket yang menyediakan berbagai jenis ikan segar, masih belum bisa melakukan manajemen pengendalian persediaan ikan segar yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi manajemen persediaan ikan segar di Hipermarket Z, menentukan model persediaan yang dapat meminimumkan biaya, menentukan frekuensi pemesanan dan jumlah pemesanan optimal ikan segar. Penelitian ini menggunakan pendekatan berencana yang diawali dengan observasi lapang. Jenis ikan segar yang diamati adalah udang vanamae dan ikan gurame hidup. Hasil perhitungan dari model persediaan dengan mempertimbangkan laju kerusakan, diperoleh bahwa pemesanan optimum dalam rentang waktu Januari hingga Februari 2015 untuk udang vanamae dan ikan gurame hidup berturut-turut sebesar 10.01 kg/siklus dan 11.72 kg/siklus. Waktu pemesanan optimum untuk udang vanamae adalah 1 hari. Model persediaan ini dapat memperkecil risiko biaya kerugian persediaan udang vanamae sebesar Rp 629 021 dan ikan gurame hidup sebesar Rp 1 316 442.

Kata kunci : ikan segar, laju kerusakan, persediaan

ABSTRACT

NOVRY AMELIA. Analysis of Fish Inventory Control Consider Rate of Decay on January until February 2015 (Study Case in Hipermarket Z). Supervised by MACHFUD.

Stock is one of crusial problem in supermarket. Hipermarket Z as supermarket that supply various kinds of fish has not known the optimal of inventory control management for fish. Aims of the research are to know the condition of the fish supply management in Hipermarket Z, to determine inventory model that can minimize costs, to determine the frequency of ordering and the optimal of order quantity for fish. This research uses planning approach that started from observation. The objects of the research are vanamae shrimp and gurame. Based on the calculation of the inventory model with , the optimum order from January until February for vanamae shrimp and gurame are 10.01 kg/cycle and 11.72 kg/cycle. The optimum cycle time for vanamae shrimp is 1 day. The loss of risk can reduce Rp 629 021 for shrimp and Rp 1 316 442 for gurame.

(4)

BULAN JANUARI HINGGA FEBRUARI 2015

(STUDI KASUS HIPERMARKET Z)

NOVRY AMELIA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(5)
(6)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian yang dilakukan sejak bulan Februari 2015 ini berjudul “Analisis Pengendalian Persediaan Pada Ikan Segar Dengan Pertimbangan Laju Kerusakan (Studi Kasus Hipermarket Z)”.

Penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada Prof Dr Ir Machfud, MS selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dan memberikan banyak saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi; Kedua orangtua saya yaitu Romel Sadar dan Zahiro, serta adik-adik tercinta Deriansyah Mi’raj, Ahmad Irvin dan Rani Oktaria yang selalu memberikan do’a dan semangat; Manajer fresh Hipermarket Z dan seluruh staf yang telah membantu penelitian saya; Rekan-rekan satu bimbingan, yaitu Muhammad Iqbal dan Riska Kristina yang sama-sama berjuang dalam penyelesaian tugas akhir; Keluarga besar TIN 48 terkhusus rekan-rekan golongan P2 yang telah menemani penulis selama belajar di departemen kita tercinta; Keluarga besar IKAMUSI, khususnya angkatan 48 yang selalu mendukung penulis dalam penyelesaian tugas akhir; Seluruh teman-teman dan kerabat yang telat membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(7)

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

TINJAUAN PUSTAKA 2

Persediaan 2

Biaya Persediaan 3

Analisis ABC 3

Model Pengendalian Persediaan untuk Produk Perishable 4

METODE 5

Kerangka Pemikiran 5

Pengumpulan Data 6

Analisis Data 6

Model Persediaan 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Kondisi Manajemen Persediaan di HipermarketZ 10

Analisis ABC 11

Kondisi Persediaan Udang Vanamae dan Ikan Gurame Hidup 12

Solusi Kebijakan Persediaan Udang Vanamae 17

Solusi Kebijakan Persediaan Ikan Gurame Hidup 18

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 20

LAMPIRAN 22

(8)

DAFTAR TABEL

1 Hasil analisis ABC kelompok A 11

2 Hasil distribusi BS udang vanamae 15

3 Hasil distribusi BS ikan gurame hidup 17

4 Perbandingan hasil perhitungan aktual dan model persediaan Udang Vanamae bulan Januari-Februari 2015

17

5 Perbandingan hasil perhitungan biaya persediaan aktual dan model persediaan Udang Vanamae bulan Januari-Februari 2015

18

6 Perbandingan hasil perhitungan biaya persediaan aktual dan model persediaan Ikan Gurame Hidup bulan Januari-Februari 2015

19

7 Perbandingan hasil perhitungan biaya persediaan aktual dan model persediaan Ikan Gurame Hidup bulan Januari-Februari 2015

19

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram Alir Metode Penelitian 5

2 Persediaan Udang Vanamae pada Januari-Februari 2015 14 3 Permintaan Ikan Gurame bulan Januari hingga Februari 2015 14

4 Persentase BS Udang Vanamae 15

5 Persediaan Ikan Gurame Hidup 16

6 Permintaan Ikan Gurame Hidup 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis ABC Ikan Segar 22

2 Kondisi persediaan Udang Vanamae pada Januari-Februari 2015 23 3 Kondisi persediaan Ikan Gurame Hidup pada Januari-Februari 2015 24 4 Hasil pengolahan data laju kerusakan udang vanamae menggunakan

Easyfit 5.6

26

5 Hasil pengolahan data permintaan ikan gurame hidup menggunakan Easyfit 5.6

28

6 Perhitungan Biaya Pengendalian Persediaan 31

7 Perhitungan Persediaan Udang Vanamae 34

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pengendalian persediaan produk pertanian yang membutuhkan perhatian lebih adalah terhadap ikan segar hidup. Dalam hal ini, ikan segar merupakan produk yang ditawarkan oleh Hipermarket Z. Menurut Sulistiya (2008), produk ikan segar adalah produk ikan yang berwujud yang ditawarkan kepada konsumen karena dapat memberikan manfaat bagi konsumen berupa pemenuhan makanan bagi konsumen, terutama gizi protein. Sehingga produk ikan segar merupakan produk harian yang cukup diminati oleh konsumen.

Jika produk ini cukup diminati, maka Hipermarket Z sebagai salah satu retail yang harus menyediakan berbagai macam produk, tentu Hipermarket Z melakukan pengadaan atau persediaan ikan segar untuk memenuhi permintaan dari konsumen. Persediaan tersebut terkadang tidak diperhitungkan dengan optimal sehingga tingkat kerusakan ikan segar cukup tinggi karena ikan segar merupakan produk pertanian yang mudah rusak. Menurut Kusumapratiwi (2007), kerusakan yang terjadi dapat disebabkan oleh persediaan yang berlebih atau overstock. Hal ini juga akan berdampak pada tingginya biaya persediaan ikan segar. Produk ikan segar yang cukup tinggi persediaannya di Hipermarket Z adalah udang vanamae dan ikan gurame hidup. Kedua produk ini cukup diminati oleh konsumen.

Dalam pengendalian persediaan udang vanamae dan ikan gurame hidup di Hipermarket Z perlu diperhitungkan kembali menggunakan model persediaan. Model ini diharapkan dapat membantu dalam menentukan jumlah pemesanan dan waktu pemesanan yang optimal. Selain itu, biaya persediaan kedua produk ikan segar ini dapat lebih efektif sehingga risiko biaya kerugian akibat pengendalian persediaan yang kurang baik dapat lebih rendah. Oleh karena itu, pengendalian persediaan udang vanamae dan ikan gurame hidup di Hipermarket Z harus diperhitungkan dengan model persediaan yang mempertimbangkan laju kerusakannya.

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui kondisi manajemen persediaan ikan segar di Hipermarket Z. 2. Menerapkan model persediaan yang dapat meminimumkan biaya persediaan. 3. Menentukan frekuensi pemesanan dan jumlah pemesanan optimal ikan segar.

Ruang Lingkup Penelitian

(10)

TINJAUAN PUSTAKA

Persediaan

Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal atau barang-barang yang masih dalam proses produksi ataupun persediaan bahan baku yang masih menunggu untuk digunakan dalam suatu proses produksi (Maarif 2003).

Persediaan dapat dikelompokkan ke dalam empat jenis, yaitu:

1. Fluctuation Stock, meruupakan persediaan yang dimaksudkan untuk menjaga terjadinya fluktuasi permintaan yang tidak diperkirakan sebelumnya, dan untuk mengatasi bila terjadi kesalahan/penyimpangan dalam prakiraan penjualan, waktu produksi, atau pengiriman barang.

2. Anticipation Stock, merupakan persediaan untuk menghadapi permintaan yang dapat diramalkan, misalnya pada musim permintaan tinggi, tetapi kapasitas produksi pada saat itu tidak mampu memenuhi permintaan. Persediaan ini juga dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan baku sehingga tidak mengakibatkan terhentinya produksi.

3. Lot-size Inventory, merupakan persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar daripada kebutuhan pada saat itu. Persediaan dilakukan untuk mendapatkan keuntungan dari harga barang (berupa diskon) arena membeli dalam jumlah yang besar, atau untuk mendapatkan penghematan dari biaya pengangkutan per unit yang lebih rendah.

4. Pipeline Invetory, merupakan persediaan yang dalam proses pengirimann dari tempat asal ke tempat dimana barang itu akan digunakan. Misalnya, barang yang dikirim dari pabrik menuju tempat penjualan, yang dapat memakan waktu beberapa hari atau Minggu (Herjanto 2007).

Selain itu, persediaan juga dibedakan berdasarkan jenisnya secara fisik dan posisi barang tersebut dalam urutan pengerjaan produk, yaitu :

1. Persediaan Bahan Baku (Raw Material Stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang-barang mana yang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.

2. Persediaan bagian produk yang dibeli (Purchased Parts atau Components Stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari komponen yang diterima dari perusahaan lain, yang secara langsung dirakit dengan komponen lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi.

3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (Supplies Stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.

(11)

kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. Mungkin saja barang setengah jadi bagi suatu pabrik, merupakan barang jadi bagi pabrik lain karena proses produksinya hanya memang sampai disitu saja.

5. Persediaan barang jadi (finished goods stock) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain (Hermawan 2007).

Menurut Hermawan (2007), keadaan nyata yang berlaku pada perusahaan, ada beberapa parameter yang memiliki nilai tidak pasti, satu atau lebih parameter tersebut merupakan variabel-variabel acak. Parameter tersebut diantaranya : 1. Permintaan tahunan (D)

2. Permintaan harian (d) 3. Lead time (L)

4. Biaya penyimpanan (H) 5. Biaya pemesanan (S)

6. Biaya kehabisan persediaan atau shortage cost (stock out=B) 7. Harga (C)

Biaya Persediaan

Menurutb Assauri (1980) dalam Annisa (2008), biaya-biaya yang terdapat dalam persediaan digolongkan menjadi 4 golongan, yaitu:

1. Biaya pemesanan (ordering costs), yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan berkenaan dengan pemesanan barang-barang atau bahan-bahan dari penjual, sejak dari pesanan dibuat dan dikirim sampai barang/bahan tersebut diserahkan dan diinspeksi di gudang. Besarnya biaya yang dikeluarkan tidak tergantung pada banyaknya barang yang dipesan.

2. Biaya penyimpanan (inventory carrying costs), yaitu biaya-biaya yang diperlukan berkenaan dengan adanya persediaan yang meliputi seluruh pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan sebagai akibat adanya sejumlah persediaan. Besarnya biaya ini tergantung dari besar kecilnya rata-rata persediaan yang terdapat di gudang.

3. Biaya kekurangan persediaan (out of stock costs), yaitu biaya yang timbul sebagai akibat terjadinya persediaan yang lebih kecil dari jumlah yang diperlukan.

4. Biaya yang behubungan dengan kapasitas (capacity associated costs), yaitu biaya yang terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan kapasitas yang digunakan pada suatu waktu tertentu.

Analisis ABC

(12)

nilai barang dan jenis C (barang berharga rendah) merupakan sisa nilai barang secara keseluruhan.

Menurut Muhardi (2011), prinsip dari analisis ABC adalah sedikit satuan barang yang signifikan dengan pengendalian yang ketat dan sejumlah besar satuan barang yang relatif signifikan dengan pengendalian lebih longgar.

Prosedur penyelesaian yang dapat digunakan dengan pendekatan ABC untuk permasalahan pengendalian persediaan, dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data jumlah penggunaan barang dalam satu periode waktu tertentu (biasanya satu tahun), dan biaya per unit barang untuk menentukan penggunaan dana tahunan setiap barang, serta persentase penggunaan dananya. 2. Menentukan pengelompokkan persediaan berdasarkan kelompok ABC.

3. Menentukan kurva ABC.

4. Memberikan rekomendasi pengendalian persediaan (Muhardi 2011).

Model Pengendalian Persediaan untuk Produk Perishable

Model persediaan perishable product (produk yang mudah rusak) merupakan model persediaan dimana persediaan tidak hanya berkurang karena permintaan saja tetapi juga karena adanya kerusakan. Beberapa bentuk kerusakan produk adalah kebusukan/membusuk (direct spoilage), habis secara fisik (physical depletion) misal cairan yang mudah menguap; atau penurunan kualitas (deterioration) misal komponen elektronik (Rizkia 2012).

Menurut Goyal dan Giri (2001) dalam Rizkia (2012), model persediaan untuk produk yang mengalami penurunan mutu dikelompokkan dalam tiga kelompok yaitu :

a. Model persediaan dengan umur hidup produk yang tetap (fixed lifetime). b. Model persediaan dengan umur hidup produk yang tidak tetap (random

lifetime).

c. Model persediaan untuk produk yang mengalami penurunan jumlah secara proporsional.

Menurut Nahmias (1982) dan Rafaat (1991) dalam Rizkia (2012), menjelaskan konsep analisis produk yang mengalami penurunan mutu yaitu (1) situasi dimana produk yang berbeda dalam persediaan secara bersama-sama mengalami keusangan pada akhir periode perencanaan, misalnya produk pakaian dan (2) situasi dimana produk mengalami penurunan mutu sepanjang periode perencanaan, misalnya buah dan sayuran segar. Situasi yang kedua kemudian dibagi menjadi dua bagian yaitu produk dengan umur simpan tetap (fixed lifetime) dan produk dengan umur simpan simpan acak (random lifetime). Khusus untuk produk segar hasil pertanian, mempunyai umur simpan acak (random lifetime) karena parameter mutu kritisnya yaitu freshness menurun secara acak dan terus menerus secara eksponensial dari waktu ke waktu.

(13)

pengendalian persediaan untuk produk yang mudah rusak dapat menggunakan variabel tambahan yaitu nilai sisa. namun, model ini menggunakan distribusi Weibull dalam menggabungkan persamaan turunan model EOQ.

Menurut Nahmias (2011), model pengendalian persediaan untuk produk mudah rusak dengaan umur hidup tetap yaitu model Newsvendor Inventory. Model ini biasa digunakan untuk kasus persediaan yang diperlukan setiap harinya dengan mempertimbangkan jumlah persediaan yang harus ada beserta biaya persediaan. Permintaan tidak diketahui secara pasti, tetapi diasumsikan untuk mengikuti distribusi probabilistik. Model ini terdiri dari satu periode dan multi periode. Perbedaan dari kedua jenis ini adalah pada persamaan yang digunakan. Multi periode menggunakan persamaan yang lebih kompleks.

METODE

Kerangka Berfikir

Penelitian ini menggunakan pendekatan berencana karena pada penelitian ini dilakukan pengembangan model kuantitatif untuk menyelesaikan masalah yang spesifik. Pendekatan berencana akan diawali dengan observasi sehingga dari data dan fakta hasil observasi dapat teridentifikasi permasalahan yang terjadi seperti pertentangan-pertentangan atau ketidaksesuaian. Kemudian, dilakukan pengembangan alternatif penyelesaian untuk memperoleh solusi yang optimal. Selain itu, dilakukan pembuatan pengendalian model optimal terhadap perubahan yang mungkin mempengaruhinya. Berdasarkan pendekatan tersebut, maka tahap penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.

Observasi lapangan Mulai

Pengumpulan data

Identifikasi masalah dan formulasi masalah

Pengolahan data

Penentuan model persediaan yang sesuai

(14)

Gambar 1 Diagram Alir Metode Penelitian

Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi langsung dan melakukan wawancara dengan karyawan di Hipermarket Z. Data-data primer yang diperoleh yaitu data penjualan, data pemesanan, data BS (Broken Stock), waktu tunggu (lead time) dan data instalasi (fasilitas). Data sekunder diperoleh dari skripsi, jurnal dan buku yang terkait dengan penelitian ini.

Analisis Data

1. Klasifikasi Persediaan Berdasarkan Volume Penjualan

Pengelompokkan produk-produk yang perlu mendapatkan prioritas dalam pengendalian persediaan dilakukan berdasarkan volume penjualan tertinggi. Penentuan prioritas produk ini dilakukan dengan bantuan Software Microsoft Excel, agar produk-produk yang termasuk dalam kategori penting dengan persentase kumulatif penjualan 50 sampai 75 persen mendapatkan perhatian lebih dalam pengendalian persediaan. Hal ini disebut dengan analisis ABC.

2. Pemilihan metode pengendalian persediaan

Metode pengendalian persediaan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Pada penelitian ini terdapat dua produk ikan segar yang dijadikan sebagai objek penelitian, yaitu udang vanamae dan ikan gurame hidup. Metode pengendalian persediaan yang diterapkan untuk udang vanamae adalah model pengendalian persediaan deterministik. Model ini dipilih karena semua variabel yang mempengaruhi persediaan diketahui dengan pasti dan besarnya konstan.. Sedangkan ikan gurame hidup menggunakan metode persediaan probabilistik karena ada satu atau lebih variabel yang mempengaruhi persediaan tidak diketahui dengan pasti dan tidak konstan.

Model Persediaan

Asumsi penyusunan model untuk udang vanamae dalam penelitian ini menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut.

1. Waktu pengiriman atau lead time selama 0 hari.

2. Harga udang vanamae tidak berubah, sumber daya dan fasilitas yang digunakan selama proses tetap.

3. Model hanya pengendalian persediaan tingkat retail. 4. Waktu kedatangan bersifat konstan.

Selesai

(15)

5. Kebutuhan disimpan dalam satuan per unit per hari. 6. Tidak terdapat kerusakan selama pengiriman. 7. Permintaan Konstan atau Deterministik. 8. Tidak pernah terjadi kekurangan persediaan.

Berikut notasi yang digunakan dalam model persediaan udang vanamae, yaitu :

 Cpt : biaya pemesanan (Rp/periode)

 Cs : biaya penyimpanan (Rp/hari)

 Cpm : biaya penurunan mutu (Rp/kg/periode)

 Cp : biaya sekali pemesanan (Rp pemesanan)

 Ctk : biaya tenaga kerja (Rp/kg)

 Cpb : biaya akibat penyusutan bobot (Rp/kg)

 D : permintaan (kg/hari)

 J : harga setelah terjadi kerusakan (Rp/kg)

 k : biaya tetap penyimpanan (Rp/hari)

 : rata-rata kerusakan (fraksi kg/hari)

Model persediaan udang vanamae dalam penelitian ini merupakan model yang diterapkan oleh Mishra dan Shah (2008). Penelitian Mishra dan Shah (2008) tentang model manajemen persediaan barang yang menurun mutu dengan nilai sisa dan menggunakan distribusi weibull. Model persediaan untuk udang vanamae menggunakan model persediaan terdistribusi eksponensial.

Pada model persediaan udang vanamae persamaan yang diperlukan adalah 1. Jumlah pemesanan awal

2. Rata-rata persediaan

3. Jumlah udang vanamae yang rusak dalam satu periode pemesanan

Biaya persediaan pada model persediaan udang vanamae dalam penelitian ini meliputi beberapa elemen, sebagai berikut :

1. Biaya pemesanan (Cp) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memesan ikan segar yang meliputi : biaya administrasi, biaya telekomunikasi dan biaya pekerja. Biaya per sekali pemesanan dinyatakan dengan Cp.

(16)

( )

3. Biaya penurunan mutu (Cpm) merupakan biaya yang dikeluarkan akibat ikan segar mengalami kerusakan fisik sehingga tidak layang pajang, tetapi dapat dikonsumsi atau pun tidak layak pajang dan tidak bisa dikonsumsi. Besar biaya penurunan mutu dinyatakan sebagai berikut :

Dengan demikian,biaya total (TC) persediaan buah selama kurun waktu T adalah sebagai berikut :

Biaya total (TC) = biaya penyimpanan + biaya pemesanan + biaya penurunan mutu

TC = Cpt + Cs + Cpm

TC =

Kemudian, untuk menentukan nilai T* dihitung dengan

Model persediaan untuk ikan gurame hidup berbeda dengan udang vanamae. Hal ini disebabkan karena ikan gurame hidup bersifat fix life time. Waktu siklus dari ikan gurame hidup adalah selama 3 hari. Model yang diterapkan adalah probabilistik. Model probabilistik yang dianjurkan adalah persediaan newsvendor satu periode yang bersifat perishable. Model ini tidak memperhitungkan laju kerusakan seperti halnya pada model persediaan udang vanamae. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan data laju kerusakan yang diperoleh selama penelitian ini. Namun, model persediaan ini pun telah disesuaikan dengan hal tersebut. Berikut adalah keterangan notasi dari persamaan-persamaan diatas:

c : harga jual produk h : holding cost

p : biaya akibat kekurangan order : biaya akibat kelebihan order µ : mean permintaan

S : inventory level at the start of each period di : peluang

m : umur simpan

W : expected outdate quantity Q : expected orders quantity

Menurut Nahmias (2011), dalam model persediaan perishable newsvendor terdapat dua macam penalti (biaya) yaitu overage (kelebihan order) dan underage (kekurangan order). Penalti akibat kelebihan pemesanan (overage) dilambangkan dengan per unit, dan penalti akibat kekurangan pemesanan (underage) dilambangkan dengan p per unit.

(17)

Dalam perhitungan biaya ditambahkan juga c sebagai harga beli setiap pemesanan dan h sebagai biaya penyimpanan. Sehingga, solusi optimal yaitu (x< ̅ pemesanan y*(x)) adalah sebagai berikut

( )

Sedangkan, untuk x ̅, jika tidak melakukan pemesanan, yaitu

̅ ( ̅ )

Hasil dari persamaan diatas diperoleh nilai z, kemudian dilakukan perhitungan lagi untuk memperoleh y*(x). Menurut Ding et al (2000), terdapat persamaan untuk menghitung dengan metode Newsvendor, yaitu

yN = M-1(k) dimana

, 0 < k < 1 sebagai critical fractile dan M(x) = Prob(X x).

Menurut Sule (2008), terdapat beberapa istilah dalam pemesanan periode tunggal. Istilah tersebut diantaranya adalah biaya akibat kekurangan persediaan (understocking) dan biaya akibat kelebihan persediaan (overstocking) dan optimum Service level (OSL). Istilah-istilah tersebut dirumuskan sebagai berikut

Cost of understocking (Cu) = p – c Cost of overstocking (Co) = c – s

Optimum Service Level (OSL) = peluang permintaan ≤ O* Dimana tidak melebihi Q* maka peluangnya adalah OSL. Penentuan OSL optimum adalah sebagai berikut

Optimum OSL =

Menurut Omosigho (2002) dalam Enagbonma dan Eraikhuemen (2011), estimasi dari peluang untuk produk yang terjual adalah sebagai berikut

P = S

Q = E(Q(t)) = /(1-(1-/S)m) W= E(W(t)) = Q(1-/S)m

Menurut Nahmias 1977 dalam Enagbonma dan Eraikhuemen (2011), untuk nilai outdate dikurangi dengan meningkatkan m, karena 1-P<1. Berikut ini adalah hasil perkiraannya

Menurut Jagannathan dan Sen (1991) dalam Enagbonma dan Eraikhuemen (2011), ketika D(t) adalah permintaan pada periode t, E(D(t)) adalah dan di= adalah peluang {D(t)=i} sehingga ekspektasi kuantitas kekurangan stock adalah

(18)

Expected shortage cost = ∑

Kondisi Manajemen Persediaan di Hipermarket Z

Dalam pengendalian persediaan produk fresh di Hipermarket Z dilakukan beberapa kegiatan diantaranya adalah melakukan pengecekan persediaan setiap harinya, pemesanan dan penerimaan. Pengecekan stock dapat dilihat pada data di komputer dan dapat dilihat langsung di gudang penyimpanan atau pun yang dipajang di toko. Pengendalian persediaan pada Hipermarket Z dengan konsep persediaan minimum-maksimum. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), konsep ini dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan operasi di suatu pabrik dengan melakukan pengadaan beberapa jenis barang dalam jumlah minimum, supaya jika terjadi kerusakan dapat langsung diganti. Akan tetapi, jumlah barang tersebut juga sesuai dengan batas maksimum agar biaya pengadaannya tidak terlalu mahal. Kemudian, jika stock hampir berada dibatas minimum persediaan, maka pihak Hipermarket Z akan melakukan pemesanan. Namun, terkadang pemesanan juga dapat dilakukan jika terjadi peningkatan permintaan secara tiba-tiba. Pemesanan yang dilakukan oleh Hipermarket Z ada dua cara yaitu dengan memesan lewat email dan fax. Pemesanan lewat email dilakukan untuk produk yang didatangkan dari Distribution Center (DC), sedangkan untuk pemesanan lewat fax adalah pemesanan yang ditujukan langsung kepada supplier. Berikut ini tahapan dalam melakukan pemesanan produk ikan segar, yaitu :

1. Pemesanan produk ikan segar ke Distribution Center (DC)

Tahapan sebelum melakukan pemesan ke DC adalah staf di bagian fish dan staf administrasi melakukan pengecekan persediaan setiap harinya. Kemudian, setelah diketahui jumlah yang akan dipesan, staf administrasi divisi fresh membuat PO (Purchase order) yang telah disesuaikan dengan kebijakan manajer fresh. Kebijakan tersebut dilihat dari estimasi order yang telah dibuat setiap minggunya. Estimasi dilakukan dengan melihat kondisi permintaan dari minggu sebelumnya dan melihat kondisi pada minggu setelahnya. Sebenarnya, dari kantor pusat telah melakukan alokasi pemesanan untuk Hipermarket Z. Namun, dari pihak Hipermarket Z sendiri juga harus tetap melakukan estimasi karena menyesuaikan keadaan di Hipermarket Z.

(19)

2. Pemesan produk ikan segar ke supplier

Tahapan yang dilakukan sebelum pemesanan ke supplier, sama halnya seperti ke DC. Namun, yang membedakan hanya cara pengiriman PO saja. Jumlah produk yang ingin dipesan, juga terlebih dahulu dimasukkan ke dalam sistem komputer. Setelah PO dicetak, salah satu lembar dari lembar PO tersebut dikirim melalui fax ke supplier dan lembar PO yang lain disimpan sebagai arsip untuk penerimaan produk.

Setelah dilakukan proses pemesanan, tentunya akan ada proses penerimaan produk. Penerimaan produk fresh di Hipermarket Z lebih didahulukan karena produk-produk tersebut rentan terjadi kerusakan. Sehingga, diperlukan penangan yang khusus, tepat dan cepat untuk produk-produk fresh tersebut. Kedatangan produk fresh setiap harinya adalah sekitar pukul 06.00 hingga pukul 18.00 WIB. Pada saat penerimaan produk fresh terdapat 4 orang dari pihak Hipermarket Z yang melakukan penerimaan. Mereka terdiri dari staf divisi fresh, LP (security) dan 2 orang staf receiving. Saat penerimaan, pihak Hipermarket Z akan melakukan pengecekan kualitas dan kuantitas. Hal ini dimaksudkan agar mengetahui kondisi atau mutu dari produk fresh yang diterima beserta jumlahnya. Pengecekan tersebut dilakukan langsung oleh staf yang sedang bertugas pada masing-masing bagian divisi fresh. Setelah dilakukan pengecekan, produk tersebut segera dibawa ke chiller atau langsung dipajang di toko.

Analisis Klasifikasi ABC

Pada penelitian ini tidak seluruh ikan segar yang ada di Hipermarket Z menjadi objek penelitian sehingga digunakan analisis ABC terlebih dahulu. Dalam melakukan analisis ABC, diperlukan data yang membantu dalam melakukan analisis ABC. Data yang diperlukan untuk analisis ABC adalah data penjualan (sales) pada bulan Oktober hingga Desember 2014. Data tersebut dianggap sebagai data permintaan ikan segar di Hipermarket Z. Setelah data tersebut diolah, maka hasil dari analisis ABC dapat dilihat pada lampiran 1.

Hasil dari analisis ABC diperoleh komoditas-komoditas ikan segar yang berada pada grup A, grup B dan grup C. Dari ketiga grup tersebut, tentunya komoditas yang berada pada grup A yang akan dipilih karena merupakan komoditas-komoditas yang dianggap paling penting dalam pengadaan persediaan. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), pengawasan harus lebih difokuskan pada barang kategori A karena kemelesetan dalam pengawasan dapat menimbulkan kerugian yang besar. Berikut adalah hasil analisis ABC untuk kelompok A.

Tabel 1 Hasil analisis ABC kelompok A

Urutan Komoditas % terhadap

(20)

6 Ikan Kembung Banjar 4.2694 32.8554 A komoditas yang memiliki hasil penjualan paling baik. Komoditas-komoditas tersebut adalah udang vanamae dan ikan gurame hidup. Selain dilihat dari tingkat penjualan yang baik, dilihat pula potensi laju kerusakan dari ikan segar tersebut.

Kondisi Persediaan Udang Vanamae dan Ikan Gurame Hidup

(21)

dari pukul 10.00 hingga pukul 18.00 WIB. Pada saat penerimaan ikan segar terdapat 4 orang dari pihak Hipermarket Z yang melakukan penerimaan. Mereka terdiri dari staf fish, LP (security) dan 2 orang staf receiving. Saat penerimaan, pihak Hipermarket Z dipastikan akan melakukan pengecekan kualitas dan kuantitas. Pengecekan tersebut dilakukan langsung oleh staf fish yang sedang bertugas. Setelah dilakukan pengecekan, untuk udang vanamae segera dibawa ke chiller atau langsung dipajang di toko, sedangkan ikan gurame hidup langsung dimasukkan ke akuarium yang berada di toko.

Kemudian, dari segi pengecekan stock, udang vanamae dan ikan gurame hidup dilakukan setiap hari. Pengecekan tersebut biasanya dilakukan sebelum pemajangan yang sekaligus dilakukan penyortiran. Penyortiran yang dilakukan terhadap udang vanamae dan ikan gurame hidup adalah untuk tetap menjaga mutu/kualitas dari udang vanamae dan ikan gurame hidup di Hipermarket Z. Penyortiran ini juga dilakukan karena pihak Hipermarket Z menyadari bahwa produk-produk fresh merupakan produk yang paling berpotensi terjadinya kerusakan atau penurunan mutu.

Masing-masing ikan segar yang diteliti, baik ikan gurame hidup maupun udang vanamae pasti akan mengalami kerusakan yang akan berdampak pada penyusutan bobot dan harga. Penyusutan bobot dapat terjadi saat penyortiran ikan segar yang dilakukan setiap harinya. Penyortiran dilakukan terhadap ikan gurame hidup yang telah mati atau sudah dalam keadaan setengah sadar. Ikan gurame hidup hasil dari penyortiran tersebut akan dibersihkan, sehingga akan menjadi ikan gurame bersih. Ikan gurame bersih ini akan dibuat menjadi ikan gurame kuning yang akan dijual kembali kepada konsumen. Begitu pun dengan udang vanamae, yang juga akan mengalami penyusutan bobot saat penyortiran udang yang dilakukan setiap harinya sebelum pemajangan udang. Penyortiran yang dilakukan adalah dengan memisahkan kepala udang dari bagian tubuh udang. Kepala udang akan dilepaskan, jika dengan mudah mengeluarkan kotoran ketika ditekan. Selain kepala udang yang dilepaskan, terkadang seluruh bagian utuh dari tubuh udang juga dibuang jika sudah menunjukkan tanda udang tersebut sudah tidak segar, seperti tubuh yang sudah lembut dan mengeluarkan bau amis yang tidak wajar. Hasil dari penyortiran tersebut disebut dengan Broken stock (BS). Menurut Kusumapratiwi (2007), salah satu penyebab kerusakan yang terjadi adalah pengadaan persediaan yang dilakukan terlalu banyak.

(22)

Gambar 2 Persediaan Udang Vanamae pada Januari-Februari 2015

Grafik tersebut menunjukkan bahwa persediaan udang vanamae cenderung meningkat pada bulan Februari. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi peningkatan permintaan di bulan Februari sehingga dilakukan pengadaan udang vanamae yang lebih banyak. Rata-rata persediaan yang terdapat di Hipermarket Z sebesar 10.81 kg per hari. Sedangkan, permintaan udang vanamae rata-rata sebesar 9.51 kg per hari. Grafik permintaan udang vanamae dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Persediaan Udang Vanamae pada Januari-Februari 2015

(23)

Gambar 4 Persentase BS Udang Vanamae

Pada grafik tersebut dapat dilihat bahwa kerusakan udang vanamae yang terjadi di Hipermarket Z bersifat fluktuatif. Data tersebut kemudian diolah menggunakan software Easyfit 5.6. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sebaran data dari tingkat kerusakan udang vanamae. Analisis data menggunakan metode Chi-squared. Rincian dari hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada lampiran 4 dan hasil pengolahan data secara ringkas dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Hasil distribusi BS udang vanamae

Distribution Chi-Squared

Hasil pengolahan data tersebut dapat dilihat bahwa tingkat kerusakan udang vanamae terdistribusi eksponensial. Distribusi eksponensial menunjukkan bahwa jumlah kerusakan udang vanamae semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu. Kerusakan yang terjadi dapat disebabkan kerusakan mekanis yang berupa broken stock yang diperparah dengan handling product yang kurang baik, perubahan biokimia maupun perubahan mikrobial. Fungsi dari laju kerusakan terdistribusi eksponensial sebagai berikut

Nilai tengah dari tingkat kerusakan wortel impor sebesar 0.0905. Rata-rata dari tingkat kerusakan per hari dihitung dengan persamaan sehingga diperoleh rata-rata sebesar 8.48% Broken stock terhadap Stock on hand atau 0.70 kg/hari.

(24)

Kemudian, untuk kondisi persediaan ikan gurame hidup di Hipermarket Z dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5 Persediaan Ikan Gurame Hidup

Persediaan ikan gurame hidup di Hipermarket Z selama bulan Januari hingga Februari 2015 rata-rata sebesar 23.67 kg per hari. Pada bulan Februari persediaan ikan gurame hidup cenderung menurun. Hal ini disebabkan tingkat kerusakan ikan gurame hidup lebih tinggi dibandingkan pada bulan Januari. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ikan gurame hidup yang telah mengalami kerusakan dijadikan ikan gurame kuning. Data tersebut dapat dilihat pada lampiran 3. Berikut ini adalah grafik permintaan ikan gurame hidup bulan Januari hingga Februari 2015.

(25)

Permintaan ikan gurame hidup bersifat fluktuatif, tetapi pada bulan Februari permintaan cenderung meningkat. Rata-rata permintaan ikan gurame hidup selama bulan Januari hingga Februari 2015 sebesar 8.32 kg per hari. Kemudian, data ini digunakan untuk menentukan Nilai dan yang diolah menggunakan software Easyfit 5.6. Nilai dan dicari untuk mengetahui rata-rata persediaan dan standar deviasi ikan gurame hidup. Hasil dari pengolahan menggunakan software tersebut diperoleh bahwa data permintaan ikan gurame hidup terdistribusi normal dengan nilai mean sebesar 9.5902 dan standar deviasi (σ) sebesar 6.6497. menurut Assauri (1980), distribusi normal merupakan salah satu demand frequency distribution yang umumnya digunakan untuk barang-barang yang berganti/bergerak. Rincian dari hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada lampiran 5. Berikut adalah hasil distribusi data permintaan ikan gurame hidup.

Tabel 3 Hasil uji distribusi permintaan ikan gurame hidup

Distribution Chi-Squared

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh dari model persediaan untuk udang vanamae diperoleh bahwa nilai T* (waktu siklus optimum) adalah sebesar 1 hari dengan frekuensi pemesanan sebanyak 59 kali dalam rentang waktu Januari hingga Februari 2015. Jika dibandingkan dengan yang telah diterapkan oleh Hipermarket Z, frekuensi pemesanan dari hasil perhitungan model persediaan udang vanamae lebih banyak yaitu dengan selisih 15 kali pemesanan. Kuantitas pemesanan yang optimum sebanyak 10.01 kg setiap kali pemesanan. Sedangkan, kuantitas pemesanan yang dilakukan oleh Hipermarket Z rata-rata sebanyak 10.21 kg setiap kali pemesanan. Dari segi jumlah kerusakan udang vanamae dibandingkan dengan yang terjadi di Hipermarket Z, pada model persediaan jumlah udang vanamae yang mengalami kerusakan lebih sedikit, yaitu sebesar 0,45 kg/hari. Hal ini disebabkan karena jumlah pemesanan yang diperhitungkan dengan model persediaan lebih sedikit dibandingkan aktual sehingga jumlah udang vanamae yang rusak pun ikut berkurang. Perhitungan dari penjelasan diatas dapat dilihat pada lampiran 7. Berikut ini adalah perbandingan antara hasil perhitungan Hipermarket Z dan model persediaan pada bulan Januari higgan Februari 2015.

Tabel 4 Perbandingan hasil perhitungan aktual dan model persediaan Udang Vanamae bulan Januari-Februari 2015

Perhitungan Aktual Model

Waktu siklus (hari) - 1

(26)

Kuantitas pemesanan (kg/hari) 10.21 10.01 Persediaan rata-rata (kg/hari) 10.81 4.81 Jumlah yang rusak (kg/hari) 0.70 0.45 Sumber : Data olahan

Kemudian, dari segi biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan biaya penurunan mutu. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2003), dalam penentuan jumlah dan jenis barang persediaan harus sedemikian rupa agar aktivitas produksi maupun operasi tidak terganggu. Akan tetapi, biaya investasi untuk pengadaan persediaan barang-barang tersebut haruslah seminimal mungkin. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan biaya persediaan dengan menggunakan model persediaan. Biaya-biaya yang diperhitungkan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan biaya-biaya yang diterapkan oleh Hipermarket Z. Perbandingan dari total biaya persediaan untuk Januari hingga Februari yaitu sebesar Rp 5 723 466 untuk biaya total aktual (Hipermarket Z) dan Rp 4 622 821 untuk biaya total model persediaan udang vanamae. Jika Hipermarket Z menerapkan model persediaan udang vanamae maka dapat memperkecil resik kerugian sebesar Rp 629 021atau sekitar 10.99%. Penjelasan mengenai perhitungan biaya-biaya tersebut dapat dilihat di lampiran 6 dan 7. Perbandingan dari penjelasan diatas dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Perbandingan hasil perhitungan biaya persediaan aktual dan model persediaan Udang Vanamae bulan Januari-Februari 2015

Komponen Biaya Aktual Model

Biaya pemesanan (Rp) 1 503 040 2 004 373 Biaya penyimpanan (Rp) 622 397 621 002 Biaya penurunan mutu (Rp) 3 598 029 1 997 446 Total biaya (Rp) 5 723 466 4 622 821 Sumber : Data olahan

Solusi Kebijakan Persediaan Ikan Gurame

(27)

Tabel 6 Perbandingan hasil perhitungan aktual dan model persediaan Ikan Gurame Hidup bulan Januari-Februari 2015

Perhitungan Aktual Model

Frekuensi pemesanan (kali) 29 20

Kuantitas pemesanan (kg/siklus) 8.96 11.72 Persediaan rata-rata (kg/hari) 23.67 15.82 Overstock rata-rata (kg/hari) 1.20 - Ekpektasi overstock (kg/hari) - 0.07 Ekspektasi understock (kg/hari) - 0.03 Sumber : Data olahan

Kemudian, dari segi biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya pemesanan, biaya penyimpanan, biaya akibat overstock dan biaya akibat understock. Perbedaan perhitungan biaya total persediaan ikan gurame hidup dengan udang vanamae terletak pada biaya overstock dan biaya understock. Biaya overstock merupakan biaya akibat terjadinya kelebihan persediaan. Dalam hal ini biaya tersebut, salah satu bagian dalam perhitungannya dilihat dari biaya akibat kerusakan ikan gurame hidup yang dapat dilihat pada lampiran 6. Pada lampiran tersebut dapat dilihat bahwa harga jual ikan gurame hidup dan ikan gurame setelah diolah (ikan gurame kuning) berbeda. Ikan gurame kuning memiliki harga jual yang lebih mahal dibandingkan dengan ikan gurame hidup. Hal tersebut disebabkan oleh adanya biaya pengolahan ikan gurame kuning yang terdiri dari biaya penyusutan bobot, biaya bumbu tambahan dan biaya tenaga kerja. Walaupun, harga jual ikan gurame kuning lebih mahal tetapi ikan gurame yang lebih ditawarkan oleh Hipermarket Z kepada konsumen adalah ikan gurame yang masih hidup dan segar.

Perhitungan biaya untuk model persediaan diperoleh bahwa biaya-biaya yang diperhitungkan tersebut lebih rendah dibandingkan dengan biaya-biaya yang diterapkan oleh Hipermarket Z. Perbandingan dari total biaya persediaan untuk Januari hingga Februari yaitu sebesar Rp 2 849 394 untuk biaya total aktual (Hipermarket Z) dan Rp 1 532 953 untuk biaya total pemodelan. Jika menerapkan model persediaan ikan gurame hidup maka biaya persediaan dapat berkurang sebesar Rp 1 316 442 atau sekitar 46.20%. Penjelasan mengenai perhitungan biaya dapat dilihat di lampiran 6 dan 8. Perbandingan dari penjelasan diatas dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Perbandingan hasil perhitungan biaya persediaan aktual dan model persediaan Ikan Gurame Hidup bulan Januari-Februari 2015

Komponen Biaya Aktual Model

(28)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kondisi manajemen persediaan ikan segar di Hipermarket Z masih belum efisien. Hal ini terlihat dari adanya kelebihan persediaan ikan segar yang terjadi pada periode bulan Januari hingga Februari 2015. Model persediaan yang diterapkan untuk udang vanamae adalah model persediaan pengembangan EOQ terdistribusi eksponensial dan dari model tersebut diperoleh bahwa biaya persediaan udang vanamae berkurang menjadi Rp 4 622 821 sehingga dapat mengurangi kerugian sebesar Rp 629 021. Sedangkan, untuk ikan gurame hidup menerapkan Newsvendor Inventory dan hasil perhitungan model tersebut diperoleh bahwa biaya persediaan ikan gurame hidup berkurang menjadi Rp 1 532 953 sehingga dapat mengurangi kerugian sebesar Rp 1 316 442. Dengan model ini jumlah pemesanan untuk udang vanamae dan ikan gurame hidup sebesar 10.01 kg/siklus dengan waktu pemesanan selama 1 hari dan 11.72 kg/siklus dengan waktu pemesanan selama 3 hari.

Saran

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data pada bulan Januari hingga Februari 2015. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menggunakan data selama 1 tahun agar lebih representatif untuk model persediaan yang akan diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa. 2008. Analisis Manajemen Persediaan Produk Ikan Segar Pada Hipermarket (Kasus di Giant Hypermarket, Mega Bekasi Hypermall, Kota Bekasi) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Assauri S. 1980. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Ding X, Puterman ML, Bisi A. 2000. The Censored newsvendor and Optimal Acquisition of Information. Operation Research. 50(3): 520.

Enagbonma O, Eraikhuemen IB. 2011. Optimal Ordering Policies for The Inventory System With Fixed Lifetime. Australian Journal of Basic and Applied Sciences. 5(12): 3343-3348.

Herjanto E. 2007. Manajemen Operasi (Edisi 3). Jakarta (ID): Gramedia Widiasana Indonesia.

Hermawan I. 2007. Analisis Perencanaan dan Pengendalian Persediaan Barang Jadi (Studi Kasus : PT Alam Sumbervita Jakarta) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Indrajit RE, Richardus D. 2003. Manajemen Persediaan Barang Umum dan Suku Cadang untuk Keperluan Pemeliharaan, Perbaikan, dan Operasi. Jakarta (ID): Grasindo.

(29)

Maarif MS, Hendri T. 2003. Manajemen Operasi. Jakarta (ID): Grasindo.

Mishra P, Shah NH. 2008. Inventory Management of Time Dependent Deteriorating Items with Salvage Value. Applied Mathemathic Science. 2 (16): 793-798.

Muhardi. 2011. Manajemen Operasi Suatu Kuantitatif untuk Pengambilan Keputusan. Bandung (ID): Refika Aditama.

Nahmias S. 2011. Perishable Inventory Systems. California (US): Springer. Nareswari M. 2010. Sistem Penyediaan Dan Pengandalian Kualitas Produk Ikan

Segar Di Giant, Botani Square [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Rizkia H. 2012. Pengembangan Sistem Persediaan Dalam Rantai Pasok Mangga Gedong Gincu [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sule DR. 2008. Production Planning and Industrial Scheduling Examples, Case Studies and Applications. Florida (US): CRC Press.

(30)

Lampiran 1 Analisis ABC Ikan Segar

(31)

41 Udang Vanm Ak 60-70 278.970 0,1551 74,5120 B

(32)

28-Jan 7,68 10 5,68 0 12,00

Lampiran 3 Kondisi Persediaan Ikan Gurame Hidup di Hipermarket Z pada

(33)
(34)

20-Feb 3,07 30 12,08 2 18,99

21-Feb 18,99 28 23,64 3 20,35

22-Feb 20,35 0 6,72 4,9 8,73

23-Feb 8,73 10 2,17 4,3 12,26

24-Feb 12,26 0 5,43 3,85 2,98

25-Feb 2,98 15 1,34 8,38 8,26

26-Feb 8,26 0 4,53 0 3,73

27-Feb 3,73 32 10,74 0,61 24,38

28-Feb 24,38 0 20,8 0 3,58

(35)
(36)
(37)
(38)
(39)

Lampiran 6 Perhitungan Biaya Pengendalian Persediaan

Biaya Pemesanan

Biaya order dengan fax :

Setiap kali pemesanan hanya membutuhkan 1 lembar (dokumen) Tarif fax lokal 1 kali pengiriman per 1 lembar = Rp 2 500

Biaya fax = Rp 2 500 X 1 lembar = Rp 2 500 Biaya kertas = Rp 300/siklus

Biaya tenaga kerja :

Waktu untuk pemesanan 60 menit

Waktu untuk bongkar muat 20 menit, dibutuhkan 4 karyawan

Upah = Rp 2 800 000/bulan

Hari kerja per bulan = 26 hari Jam kerja per hari = 8 jam

Jumlah jam kerja per bulan = 208 jam kerja Upah tenaga kerja = Rp 224/menit

1. Biaya TK pemesanan = Rp 13 440/karyawan 2. Biaya TK bongkar muat = Rp 17 920/4 karyawan Total biaya pemesanan = Rp 34 160/siklus

Total biaya pemesanan (setiap pemesanan) Rincian biaya pemesanan Biaya(/siklus)

 Listrik global: 96 060 kwh/bulan x Rp 1 710/kwh = Rp 164 262 600/bulan  AC dan lampu global: 32 kwh/hari x 30 hari/bulan x Rp 1 710/kwh

= Rp 1 641 600/bulan

 Kebutuhan AC dan lampu area Fresh:

(Luas area Fresh/luas area Giant) x tarif pemakaian AC dan lampu global/bulan = 328.05m2/3984.63m2 x Rp 1 641 600/bulan = Rp 135 151/bulan

 Kebutuhan AC dan lampu untuk area display Ikan Gurame Hidup dan Udang Vanamae:

1. Estimasi untuk area display Ikan Gurame Hidup adalah 1.32 m2 (30 kg) Estimasi luas area display/luas area Fresh x tarif keb. Fresh/bulan

= 1.32 m2/32.05 m2 x Rp 135 151/bulan = Rp 544/bulan Rp 18/kg 2. Estimasi untuk area display Udang Vanamae adalah 1 m2 (20 kg)

Estimasi luas area display/luas area fresh x tarif keb. Fresh/bulan = 1 m2/328.05 m2 x Rp 135 151/bulan = Rp 412/bulan Rp 20/kg

(40)

Dimensi gudang: 4 x 2.6 x 2.6 m = 27.04 m3 = pemakaian energi x tarif listrik

= 3.03 kwh/hari x 30 hari/bulan x Rp 1 710/kwh = Rp 155 439/bulan  Kebutuhan Chiller untuk Udang Vanamae

Estimasi kebutuhan Chiller untuk Udang Vanamae : 0.5 m3 = estimasi dimensi/dimensi gudang x tarif chiller gudang/bulan = 0.07m3/27.04m3 x Rp 155 439/bulan = Rp 402/bulan Rp 20/kg  Kebutuhan Chiller untuk Ikan Gurame Hidup = Rp 0

(karena penyimpanan Ikan Gurame Hidup langsung di daerah display Meat and Fish)

3. Biaya tenaga kerja Gaji = Rp 2 800 000/bulan

Jumlah karyawan yang bertugas sebanyak 1 karyawan Proporsi Ikan Gurame Hidup dari analisis ABC = 13.311% Proporsi Udang Vanamae dari analisis ABC = 24.907%

1. Biaya TK Ikan Gurame Hidup = Rp 372 708/bulan Rp 511/kg 2. Biaya TK Udang Vanamae = Rp 697 396/bulan Rp 2 189/kg

Biaya Tetap Penyimpanan Total biaya (/kg/hari) Ikan Gurame Udang Vanamae

 Harga jual rata-rata Ikan Gurame Hidup (P) = Rp 39 710/kg

 Harga jual rata-rata Udang Vanamae (P) = Rp 73 666/kg 1. Total biaya tidak tetap penyimpanan Ikan Gurame Hidup

2. Total biaya tidak tetap penyimpanan Udang Vanamae

(41)

Biaya Akibat Kerusakan

1. Ikan Gurame Hidup:

Harga jual normal (P1)= Rp 39 990/kg Harga jual rusak (P2)= Rp 69 990/kg

Persentase penyusutan bobot ikan gurame rata-rata per kg sebesar 0.130. 1) Biaya penyusutan bobot (Cpb)

Harga dari penyusutan bobot ikan gurame = harga jual normal x bobot kehilangan = Rp 39 990 x 0.130

= Rp 5 199/kg

2) Biaya bumbu tambahan (Cbt)

Bumbu Kebutuhan Satuan Harga Total

Daun sereh 1 batang Rp 1 750 Rp1 000

Bawang putih 0.150 kg Rp18 790 Rp2 819

Jahe 0.090 kg Rp36 990 Rp3 329

Lengkuas 0.078 kg Rp24 490 Rp1 910

Royko 1 sachet Rp 350 Rp 350

Sasa 1 sachet Rp 200 Rp 200

Kunyit 0.150 kg Rp20 990 Rp3 149

Bawang merah 0.090 kg Rp24 990 Rp2 249

Total biaya Rp15 005

*Setiap pembuatan ikan gurame kuning sebanyak sehingga biaya bumbu tambahan per kg sebesar Rp 3 001.

3) Biaya tenaga kerja (Ctk)

Upah tenaga kerja = Rp 2 800 000/bulan = Rp 224/menit

Waktu untuk penanganan ikan gurame adalah 20 menit/hari Upah penanganan ikan gurame = Rp 4 480/hari

Upah penanganan = Rp 896/kg

=

2. Udang Vanamae:

Harga jual normal (P1) = Rp 79 990/kg 1) Biaya tenaga kerja (Ctk)

Waktu untuk penanganan udang vanamae selama 10 menit (1 kg) Upah tenaga kerja = Rp 224/menit

(42)

Biaya Akibat Kerusakan Total biaya

Ikan Gurame(/kg) Udang Vanamae(/kg) Biaya penyusutan bobot Rp 5 199 Rp 0

Biaya bumbu Rp 3 001 Rp 0 Biaya tenaga kerja Rp 896 Rp 2 240

Total Rp 9 096 Rp 2 240

Lampiran 7 Perhitungan Persediaan dan Biaya Pengendalian Persediaan Udang Vanamae bulan Januari-Februari 2015

Perhitungan Aktual Model

Waktu siklus (hari) - 1

Frekuensi pemesanan (kali) 44 59

Kuantitas pemesanan (kg/pesanan) 9.51 10.01 Persediaan rata-rata (kg) 10.81 4.81 Jumlah yang rusak (kg/siklus) 0.70 0.45 Jumlah yang rusak (kg) 41.29 26.46

T* =

=

= √

= 1,01 hari 1 hari

Q (T) =

= (9.51x1,01) +

= 10.01 kg

R =

=

= 0.40 kg

I(t) =

=

(43)

Komponen Biaya Aktual Model Biaya pemesanan (Rp/kg) 1 503 040 2 004 373 Biaya penyimpanan (Rp/kg) 622 397 621 002 Biaya penurunan mutu (Rp/kg) 3 598 029 1 997 446 Total biaya (Rp/kg) 5 723 466 4.622.821

Biaya Total (TC) = Cpt + Cs + Cpm

= (Rp 2 004 373 + Rp 621 002 + Rp 1 997 446)/kg = Rp 4 622 821/kg

Lampiran 8 Perhitungan Persediaan dan Biaya Pengendalian Persediaan Ikan Gurame Hidup bulan Januari-Februari 2015

Perhitungan Aktual Model

Frekuensi pemesanan (kali) 29 20

Kuantitas pemesanan (kg/siklus) 8.96 11.72 Persediaan rata-rata (kg/hari) 23.67 15.82 Overstock rata-rata (kg/hari) 1.20 -

Ekpektasi overstock (kg) - 3.89

Ekspektasi understock (kg) - 1.70

Seling price (p) = Rp 39 990 Cost from Wholesale (c) = Rp 27 993 Salvage value (s) = Rp 20 904

Mean (µ) = 9.5902

Standard Aviation (σ) = 6.6497 Cost of understock (Cu) = p – c

= Rp 39 990 – Rp 27 993 = Rp 11 997

Cost of overstock (Co) = c – s

= Rp 27 993 – Rp 20 904 = Rp 7 089

OSL* = Probability (Demand≤y*) = Cu/(Cu+Co)

= Rp 11 997/(Rp 11 997+Rp 7 089) = 0.6286

 Nilai z

̅ ( ̅ )

̅ ̅ ̅

̅ ̅

(44)

̅

z = 0.32  Nilai y*

Komponen Biaya Aktual Model

Biaya pemesanan (Rp/kg) 990 640 683 200 Biaya penyimpanan (Rp/kg) 1 199 619 801 773 Biaya overstock (Rp/kg) 659 135 27 542

Biaya understock (Rp/kg) 0 20 437

Total biaya (Rp/kg) 2 849 394 1 532 953

Total Cost (TC) = Biaya Pemesanan + Biaya Penyimpanan + Biaya Overstock Biaya Understock

= (Rp 683 200 + Rp 801 773+ Rp 27 542 + Rp 20 437)/kg = Rp 1 532 953/kg

(45)

RIWAYAT

Penulis bernama lengkap Novry Amelia, lahir di Palembang tanggal 8 November 1993 dari pasangan Romel Sadar dan Zahiro. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Penulis lulus dari SMA Negeri 1 kota Palembang pada tahun 2011. Kemudian, langsung melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis aktif di organisasi kemahasiswaan, yaitu sebagai anggota HIMALOGIN (Himpunan Mahasiswa Agroindustri), Forum Bina Islam (2014-2015) dan Rohis TIN (2012). Selain itu, penulis juga turut aktif dalam kegiatan kepanitiaan seperti Hari Warga Industri (HAGATRI) pada tahun 2013, Techno-F pada tahun 2013, Agroindustrial Fair (2013), Pestival Mentoring (2014), serta kegiatan kepanitiaan lainnya.

Gambar

Tabel  diatas  menunjukkan  bahwa  pada  grup  A  terdapat  26  komoditas  ikan  segar  yang  terjual  paling  banyak  di  Hipermarket  Z  pada  bulan  Oktober  hingga  Desember  2014
Gambar 2 Persediaan Udang Vanamae pada Januari-Februari 2015
Gambar 4 Persentase BS Udang Vanamae
Gambar 6 Permintaan Ikan Gurame Hidup
+2

Referensi

Dokumen terkait