• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sintesis Nanopartikel Perak Terstabilkan Gelatin dan Tween 20 untuk Deteksi Ion Logam Hg2+

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sintesis Nanopartikel Perak Terstabilkan Gelatin dan Tween 20 untuk Deteksi Ion Logam Hg2+"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK TERSTABILKAN

GELATIN DAN TWEEN 20 UNTUK DETEKSI

ION LOGAM Hg

2+

LILIS SULISTIAWATY

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Sintesis Nanopartikel Perak Terstabilkan Gelatin dan Tween 20 untuk Deteksi Ion Logam Hg2+ adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

RINGKASAN

LILIS SULISTIAWATY. Sintesis Nanopartikel Perak Terstabilkan Gelatin dan Tween 20 untuk Deteksi Ion Logam Hg2+. Dibimbing oleh SRI SUGIARTI dan NOVIYAN DARMAWAN

Aglomerasi dan rusaknya sistem koloidal akibat pengendapan dan flokulasi merupakan masalah utama dalam sintesis nanopartikel perak (Stoeva et al. 2007). Nanopartikel perak dapat beragregasi dan tumbuh secara kontinu jika tidak diselimuti capping agent (Diez et al. 2009). Masalah tersebut dapat diatasi dengan menambahkan agen penstabil. Polimer dapat digunakan untuk menjaga kestabilan nanopartikel dari oksidasi, aglomerasi, dan pengendapan (Li 2009), karena sifatnya yang non-toksik dan biokompatibel, contohnya polianilin (Khanna et al. 2005), poliakrilonitril (Zhang et al. 2001), polietilen glikol (Luo et al. 2005), PVA (Pimpang 2010), polisakarida (Huang et al. 2010), selulosa (Cai et al. 2009), gelatin dan kanji (Raveendran et al. 2003). Sebagai agen penstabil, polimer efektif untuk mengkhelat ion Ag+ dan mencegah aglomerasi Ag (Zielinska et al. 2009) dan memiliki gugus–OH yang digunakan sebagai akselerator pada nanopartikel logam, seperti perak dan tembaga (Singh et al. 2010).

Pada penelitian ini sintesis dilakukan dengan metode reduksi menggunakan glukosa dan natrium sitrat yang berperan sebagai agen pereduksi untuk prekursor AgNO3. Sintesis nanopartikel perak dilakukan dengan mencampurkan larutan AgNO3 10-2 M dengan larutan glukosa 0,5 M dan natrium sitrat 3% sebagai pereduksi, sedangkan penstabil yang digunakan larutan gelatin 0,5% dan larutan tween 20 3%. Proses pembentukan nanopartikel perak diamati dengan melihat perubahan warna larutan campuran dari tidak berwarna menjadi kuning kecoklatan. Nanopartikel perak yang dihasilkan dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis, Particle Size Analyzer (PSA) dan Transmission Electron Microscopy (TEM).

Sintesis nanopartikel perak dengan teknik pemanasan konvensional menunjukkan puncak spektrum untuk AgNPs-Glukosa muncul pada kisaran panjang gelombang 426 nm, sedangkan Gelatin-AgNPs-Glukosa pada λmaks 429 nm dan Tween-AgNPs-Glukosa pada λmaks 423 nm. Hasil pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis untuk AgNPs-Sitrat menunjukkan λmaks 426 nm, Gelatin-AgNPs-Sitrat pada λmaks 428 nm, dan Tween-AgNPs-Sitrat pada λmaks 430 nm. Hasil pengamatan distribusi ukuran dengan PSA untuk AgNPs-Glukosa, Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa adalah 299,74 nm, 240,10 nm dan 354,20 nm. Sedangkan untuk AgNPs-Sitrat, Gelatin-AgNPs-Sitrat, dan Tween-AgNPs-Sitrat adalah 69,45 nm, 49,76 nm dan 107,2 nm.

(5)

berukuran 7 nm dengan ukuran rata-rata 11,73 nm, untuk Gelatin-AgNPs-Glukosa partikel perak terkecil berukuran 1 nm dengan ukuran rata-rata 9,68 nm, dan untuk Tween-AgNPs-Glukosa partikel perak terkecil berukuran 5 nm dengan rata-rata 17,54 nm.

Penelitian ini menunjukkan sintesis nanopartikel dengan teknik pemanasan gelombang mikro menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan teknik pemanasan konvensional. Modifikasi sintesis nanopartikel perak dengan penstabil gelatin dan tween 20 dapat meningkatkan kestabilan. Gelatin-AgNPs-Glukosa memiliki stabilitas yang lebih baik daripada Tween-AgNPs-Glukosa. Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa selanjutnya diaplikasikan untuk mendeteksi ion logam berat. Reaksi Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa dengan sederet ion logam menunjukkan perubahan warna yang signifikan hanya terjadi saat ditambahkan pada larutan ion logam Hg2+. Hasil uji identifikasi ion logam Hg2+ menunjukkan bahwa Tween-AgNPs-Glukosa lebih baik meskipun ukuran partikelnya lebih besar daripada Gelatin-AgNPs-Glukosa.

Pengukuran limit deteksi metoda (LDM) menunjukkan nilai yang cukup rendah untuk Gelatin-AgNPs-Glukosa yaitu 5,43 mg/L sedangkan limit kuantitasi (LoQ) sebesar 6,48 mg/L. Untuk semua pengukuran ini digunakan rentang konsentrasi ion logam Hg2+ dari 25-100 mg/L. Pada rentang ini nilai regresi (r) untuk Gelatin-AgNPs-Glukosa adalah sebesar -0,9972. Hasil uji presisi diperoleh persen RSD 1,97 sedangkan hasil uji akurasi diperoleh persen perolehan kembali (Recovery) adalah 88,00-92,86 %. Pengukuran limit deteksi metoda (LDM) untuk Tween-AgNPs-Glukosa sebesar 1,85 mg/L sedangkan limit kuantitasi (LoQ) sebesar 2,17 mg/L. Untuk semua pengukuran ini digunakan rentang konsentrasi ion logam Hg2+ dari 25-100 mg/L. Pada rentang ini nilai regresi (r) untuk Tween-AgNPs-Glukosa adalah sebesar -0,9985. Hasil uji presisi diperoleh persen RSD 0,23 sedangkan hasil uji akurasi diperoleh persen perolehan kembali (Recovery) adalah 95,95 – 97,67 %. Daerah kerja yang linier, limit deteksi yang rendah, serta stabilitas, presisi dan akurasi yang tinggi menunjukkan bahwa Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Gelatin-AgNPs-Glukosa dapat dijadikan alternatif pada aplikasi sensor di masa depan yang lebih murah dan akurat.

(6)

SUMMARY

LILIS SULISTIAWATY. Synthesis of Silver Nanoparticles that Stabilized by Gelatin and Tween 20 for detection of Hg2+Metal Ion. Supervised by SRI SUGIARTI and NOVIYAN DARMAWAN.

The main problem is the agglomeration of silver nanoparticles synthesis and destruction of colloidal systems due to precipitation and flocculation (Stoeva et al. 2007). Silver nanoparticles can aggregate and grow continuously if they are not covered capping agent (Diez et al. 2009). These problems can be overcome by adding a stabilizing agent. Polymers can be used to maintain the stability of the nanoparticles from oxidation, agglomeration, and precipitation (Li 2009), because it is non-toxic and biocompatible, such as polyaniline (Khanna et al. 2005), polyacrylonitrile (Zhang et al. 2001), polyethylene glycol (Luo et al. 2005), PVA (Pimpang 2010), polysaccharides (Huang et al. 2010), cellulose (Cai et al. 2009), gelatin and starch (Raveendran et al. 2003). As a stabilizing agent, polymers are effective in shelating Ag+ metal ions and prevent the agglomeration of Ag (Zielinska et al. 2009) and has the OH groups are used as accelerators in the metal nanoparticles, such as silver and copper (Singh et al. 2010).

In this research synthesis conducted by reduction method using glucose and sodium citrate which acts as a reducing agent for the precursor AgNO3. Synthesis of silver nanoparticles is done by mixing the AgNO3 solution 10-2 M with 0.5 M glucose and 3% sodium citrate as reducing agent, and stabilizer used are 0.5% gelatin solution and a solution of 3% tween 20 solution. The process of formation of silver nanoparticles was observed by looking at the color of the mixed solution changes from colorless to yellow brown. Silver nanoparticles produced are characterisized using UV-Vis spectrophotometer, Particle Size Analyzer (PSA) and Transmission Electron Microscopy (TEM).

Synthesis of silver nanoparticles with conventional heating techniques showed the peak spectrum for AgNPs-Glucose appears in the wavelength range of 426 nm, on the other hand Gelatin-AgNPs-Glucose showed spectrum peak at 429 nm and Tween-AgNPs-Glucose at 423 nm. The results of measurements with UV-Vis spectrophotometer for AgNPs-Citrate show λmaks 426 nm,

Gelatin-AgNPs-Citrate on λmaks 428 nm, and Tween-AgNPs-Citrate on λmaks 430 nm. Observation of size distribution using PSA for AgNPs-Glucose, Gelatin-AgNPs-Glucose and Tween-AgNPs-Glucose is 299.74 nm, 240.10 nm and 354.20 nm. Then for AgNPs-Citrate, Gelatin-AgNPs-Citrate, and Tween-AgNPs-Citrate is 69.45 nm, 49.76 nm and 107.2 nm.

(7)

range 416 nm and Tween-AgNPs-glucose in the range of 420 nm. Observation results of size distribution with PSA for AgNPs-Glucose, Gelatin-AgNPs-Glucose and Tween-AgNPs-Glucose is 173.72 nm, 144.50 nm and 258.05 nm. Identification of particle size by TEM shows for AgNPs-glucose gave smallest silver particles measuring 7 nm with an average size of 11.73 nm, for AgNPs Gelatin-silver-Glucose the smallest was 1 nm with average size of 9.68 nm, and for Tween-AgNPs-Glucose smallest was 5 nm with average of 17.54 nm.

This study shows the synthesis of silver nanoparticles by microwave heating technique produces smaller particle size compared with conventional heating techniques. Modification synthesis of nanoparticles with gelatin and tween-20 stabilizer can decrease stabilization of nanoparticles. Gelatin-AgNPs-Glucose has a better stability than Tween-AgNPs-Glucose. Gelatin-AgNPs-Glucose and Tween-AgNPs-Glucose then applied to detect heavy metal ions. Reaction Gelatin-AgNPs-Glucose and Tween-Gelatin-AgNPs-Glucose with some metal ions showed significant color change occurs only when added to a solution of metal ions Hg2 +. Identification of Hg2 + metal ions showed that Tween-AgNPs-Glucose was better even with bigger particles size compared to Gelatin-AgNPs-Glucose.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Kimia

SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK TERSTABILKAN

GELATIN DAN TWEEN 20 UNTUK DETEKSI

ION LOGAM Hg

2+

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(10)
(11)

Judul Tesis : Sintesis Nanopartikel Perak Terstabilkan Gelatin dan Tween 20 untuk Deteksi Ion Logam Hg2+

Nama : Lilis Sulistiawaty NIM : G451124051

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Sri Sugiarti, PhD Ketua

Dr rer nat Noviyan Darmawan, MSc Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Kimia

Prof Dr Dyah Iswantini Pradono, MSc.Agr

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MSc.Agr

Tanggal Ujian: (4 Februari 2015)

Tanggal Lulus:

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa

ta’ala atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini ialah Sintesis Nanopartikel Perak Terstabilkan Gelatin dan Tween 20 untuk Deteksi Ion Logam Hg2+.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Sri Sugiarti, PhD dan Bapak Dr rer nat Noviyan Darmawan, MSc selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan bimbingan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Akademi Kimia Analisis Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melanjutkan program pascasarjana ini, dan seluruh staf Laboratorium Instrumentasi dan Fisika Akademi Kimia Analsis Bogor yang telah membantu selama penelitian. Tak lupa pula, ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman-teman Pascasarjana Kimia (Dhian, Dewi, Imas, Damai, Mbak Ida, Cahya, Aldi, Bekti, Pak Adi dan Yani) atas masukan, saran dan motivasi yang diberikan. Selain itu, penghargaan yang luar biasa saya sampaikan kepada suami tercinta, dan ketiga putriku Alifya, Nida, dan Raya atas keridhoan dan pengorbanannya selama menyelesaikan pendidikan ini serta kepada Mamah, Papah, Leni, Lita dan Lusi juga seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua, bagi dunia ilmu pengetahuan, khususnya bidang ilmu Kimia.

Bogor, Februari 2015

(13)
(14)

DAFTAR ISI

Sintesis dan Optimasi Nanopartikel Perak (AgNPs) dengan Teknik

Pemanasan Konvensional 9

Sintesis dan Optimasi Nanopartikel Perak (AgNPs) dengan Teknik

Pemanasan Gelombang Mikro (microwave) 17

Aplikasi Nanopartikel Perak (Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa) untuk Mendeteksi Ion Logam Berat secara

Kolorimetri 20

1 Hasil sintesis nanopartikel perak dengan teknik pemanasan

konvensional 16

2 Hasil sintesis nanopartikel perak dengan teknik pemanasan

gelombang mikro 20

3 Hasil pengamatan visual reaksi ion logam dengan Gelatin-AgNPs-

Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa 22

4 Hasil analisis kuantitatif pengukuran ion logam Hg2+ oleh

(15)

DAFTAR GAMBAR

1 Skema agregasi Tween-AuNPs oleh ion logam 2

2 Spektrum UV-Vis AgNPs-Glukosa 9

3 Mekanisme reaksi pembentukan nanopartikel perak 10 4 Pengamatan visual Gelatin-AgNPs dan Tween-AgNPs 12 5 Spektrum UV-Vis kestabilan Gelatin-AgNPs-Glukosa (a) dan

Tween-AgNPs-Glukosa (b) 13

6 Spektrum UV-Vis kestabilan Gelatin-AgNPs-Glukosa pada

kondisi optimum 14

7 Hasil pengukuran TEM AgNPs-Sitrat (Perbesaran 150000 x) 15 8 Hasil karakterisasi dengan TEM dari Gelatin-AgNPs-Sitrat (a)

dan Tween-AgNPs-Sitrat (b) dengan perbesaran 20000 x 16 9 Spektrum UV-Vis dari kestabilan AgNPs-Glukosa dengan teknik

pemanasan gelombang mikro 18

10 Hasil pengukuran TEM AgNPs-Glukosa (a) Gelatin-AgNPs-Glukosa (b) dan Tween-AgNPs-Gelatin-AgNPs-Glukosa (c) dengan perbesaran

80000 x 19

11 Pengamatan visual deteksi ion logam menggunakan

Gelatin-AgNPs-Glukosa (a) dan Tween-Gelatin-AgNPs-Glukosa (b) 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Bagan alir sintesis nanopartikel perak dengan pereduksi

glukosa 31

2 Bagan alir sintesis nanopartikel perak dengan pereduksi

natrium sitrat 32

3 Pembuatan larutan analit Hg2+, Mn2+, Zn2+, Cu2+, Fe2+, Cr3+

dan Pb2+ 33

4 Sintesis AgNPs-Glukosa dengan pereduksi berbeda (a), dan

tabel ukuran partikel dan karakteristik spektrum nanopartikel (b) 34 5 Data hasil pengukuran PSA dari AgNPs-Glukosa (a),

Gelatin-AgNPs-Glukosa (b), dan Tween-Gelatin-AgNPs-Glukosa (c) dengan

teknik pemanasan konvensional 35

6 Pengamatan visual AgNPs-Glukosa pada berbagai rasio dengan

rentang waktu berbeda dengan teknik pemanasan konvensional 36 7 Spektrum UV-Vis dari AgNPs-Glukosa pada variasi rasio (a)

dan proses aglomerasi pada rasio 1:35 (b) dengan teknik

pemanasan konvensional 37

8 Spektrum UV-Vis dari pengamatan kestabilan AgNPs-Glukosa

dengan teknik pemanasan konvensional 38

9 Spektrum optimasi nanopartikel perak pada variasi konsentrasi

gelatin dan tween-20 dengan teknik pemanasan konvensional 39 10 Spektrum UV-Vis AgNPs-Sitrat pada saat optimasi 40 11 Data hasil pengukuran PSA dari AgNPs-Sitrat (a),

(16)

12 Optimasi modifikasi AgNPs-Sitrat dengan gelatin dan tween

20 42

13 Spektrum UV-Vis Gelatin-AgNPs-Glukosa optimum dan

kestabilannya dengan teknik pemanasan gelombang mikro 43 14 Optimasi sintesis Gelatin-AgNPs-Glukosa dengan teknik

pemanasan gelombang mikro 44

15 Spektrum UV-Vis Tween-AgNPs-Glukosa dan kestabilannya

dengan teknik pemanasan gelombang mikro 45

16 Optimasi sintesis Tween-AgNPs-Glukosa dengan teknik

pemanasan gelombang mikro 46

17 Distribusi ukuran partikel AgNPs-Glukosa (a)

Gelatin-AgNPs-Glukosa (b) dan Tween-AgNPs-Gelatin-AgNPs-Glukosa (c) dengan PSA 47 18 Spektrum UV-Vis reaksi ion logam terhadap

Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Gelatin-AgNPs-Glukosa 48

19 Spektrum UV-Vis dari reaksi ion logam campuran terhadap

Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa 49 20 Spektrum UV-Vis dari waktu kontak optimum deteksi ion

logam Hg2+ 50

21 Spektrum UV-Vis pengamatan kestabilan uji identifikasi Hg2+ oleh Gelatin-AgNPs-Glukosa (a) dan Tween-AgNPs-Glukosa

(b) 51

22 Data hasil pengukuran linieritas identifikasi ion logam Hg2+

oleh Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa 52 23 Data hasil pengukuran limit deteksi identifikasi ion logam Hg2+

oleh Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa 53 24 Spektrum UV-Vis dari reaksi ion logam campuran terhadap

Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa 54 25 Spektrum UV-Vis reaksi Tween-AgNPs-Glukosa terhadap

variasi konsentrasi Hg2+ dan pengamatan visual 55 26 Hasil uji presisi (Repeatability) identifikasi ion logam Hg2+

dengan Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa

sebagai sensor 56

27 Hasil uji akurasi identifikasi ion logam Hg2+ dengan

(17)

1

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Metode sintesis, kestabilan dan karakterisasi nanopartikel perak telah menjadi subyek penelitian dalam beberapa tahun ini. Nanopartikel perak telah diaplikasikan pada bidang katalis, biosensor, elektronik, dan optik (Nagarajan 2008). Karakteristik yang dominan pada nanopartikel logam adalah sifat optiknya. Warna yang teramati akan berubah dengan berubahnya ukuran dan bentuk nanopartikel. Nano bola emas memiliki warna karakteristik merah, sedangkan nano bola perak berwarna kuning. Warna ini disebabkan oleh kumpulan osilasi elektron dalam pita konduksi, yang dikenal dengan osilasi surface plasmon resonance (SPR) (Moores & Goettmann 2006). Secara umum nanopartikel perak dapat disintesis dengan dua metode, yaitu metode fisika (top down) dan metode kimia (bottom-up). Metode fisika dilakukan dengan memecah padatan logam menjadi partikel berukuran nano. Sintesis nanopartikel perak melalui metode kimia dilakukan dengan melarutkan garam perak, agen pereduksi, dan penstabil sampai terbentuk nanopartikel perak (Tolaymat et al. 2010). Pada sintesis nanopartikel perak dengan metode reduksi kimia, selain konsentrasi stabilizer dan reduktor, juga dipengaruhi oleh konsentrasi prekusor Ag, pengadukan, dan temperatur dalam mengontrol bentuk dan ukuran nanopartikel (Zielinska 2009). Sintesis dengan menggunakan gelombang mikro memiliki beberapa kelebihan, yang paling utama adalah bahwa energi gelombang mikro tidak terlalu tinggi namun dapat memanaskan material secara seragam sehingga menghasilkan nukleasi yang homogen dan waktu kristalisasi yang lebih singkat dibandingkan dengan pemanasan konvensional. Hal ini sangat menguntungkan untuk pembentukan koloid nanologam yang seragam dan homogen (Jiang et al. 2004).

(18)

2

gelatin didasarkan pada rantai samping gelatin memiliki gugus yang bermuatan dan bagian tertentu dari rangkaian kolagen mengandung asam amino hidrofobik dan hidrofilik. Bagian hidrofobik dan hidrofilik dapat berpindah di permukaan, sehingga mengurangi tegangan muka larutan. Pada saat yang sama, gelatin memiliki beberapa sifat melindungi stabilitas permukaan yang dibentuk. Polioksietilen-20 sorbitan monolaurat atau tween 20 adalah surfaktan hidrofilik nonionik yang mempunyai fungsi sebagai pengemulsi, pelarut, dan pembasah. Beberapa penelitian menggunakan tween 20 sebagai penstabil dari nanopartikel karena dapat berprilaku sebagai surfaktan yang mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofobik (Kim et al. 2001; Mercier & Pinnavaia 1998; Williams et al. 1999).

Nanopartikel perak berpotensi digunakan sebagai sensor kolorimetri untuk mendeteksi keberadaan logam berat (Roh et al. 2010). Selama ini, metode identifikasi dan pengukuran logam berat yang telah dilakukan melalui berbagai proses yang cukup kompleks, waktu, dan biaya analisis yang tidak murah. Peralatan seperti Atomic Absorption Spectrometry (AAS) (Maciel et al. 2003) dan Inductively Coupled Plasma Mass Spectrometry (ICP) (Fong et al. 2007) merupakan alat yang umum digunakan untuk menganalisis logam berat. Namun, metode ini membutuhkan waktu untuk preparasi dan tidak dapat langsung dilakukan di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan metode identifikasi semikuantitatif atau kualitatif yang lebih sederhana dan dapat digunakan langsung di lapangan untuk melengkapi metode AAS ataupun ICP. Salah satu alternatif untuk pengembangan tersebut adalah kolorimetri berbasis nanopartikel logam (Lee et al. 2007). Secara umum, kolorimetri menggunakan nanopartikel logam berdasarkan pada agregasi nanopartikel karena reaksi antara ligan pada permukaan nanopartikel dengan molekul analit. Perubahan warna larutan terjadi ketika jarak rata-rata antar partikel berkurang (Tolaymat et al. 2010). Perubahan warna akan terjadi pada saat nanopartikel yang dimodifikasi bereaksi dengan polutan yang ingin dideteksi. Akibatnya nanopartikel akan mengalami perubahan yang akan teramati secara visual. Perubahan warna yang terjadi disebabkan oleh adanya pergeseran energi plasmon sehingga panjang gelombang dari nanopartikel yang termodifikasi juga akan berubah (Caro et al. 2010). Perubahan warna itulah yang menjadi indikasi terjadinya reaksi dengan ion-ion logam yang ingin dideteksi. Hal ini akan memudahkan monitoring dengan mata telanjang dan tidak diperlukan instrumen tertentu (Chai et al. 2010). Roh et al (2010) telah berhasil menggunakan nanopartikel emas yang dicoating oleh tween 20 untuk deteksi logam Co2+, Ni2+ dan Cd2+. Tween akan membentuk kompleks dengan ion logam, ketika ion logam berada di sekitar nanopartikel, diikuti dengan menginduksi agregasi setiap Tween-AuNPs (Gambar 1).

Gugus OH dari bagian hidrofil tween akan bergabung dengan ion logam sebagai reaksi ion-kelat, kemudian terbentuk senyawa kompleks. Hasil ini menunjukkan

(19)

3 bahwa deteksi ion secara selektif mungkin dilakukan dengan mengendalikan kekuatan ion. Sementara Farhadi et al (2011) telah berhasil menggunakan nanopartikel perak tanpa modifikasi untuk deteksi secara selektif logam Hg2+. Guo et al (2011) telah berhasil menggunakan nanopartikel emas yang difungsionalisasi oleh protein untuk deteksi logam Hg2+, Pb2+, dan Cu2+.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kestabilan dan kinerja nanopartikel perak hasil sintesis terhadap nanopartikel perak tanpa penstabil gelatin dan tween-20, mendapatkan kondisi optimum untuk menghasilkan nanopartikel perak, dan diperoleh teknik pemanasan yang sesuai agar dihasilkan nanopartikel perak dengan ukuran kecil. Gelatin-AgNPs dan Tween-AgNPs hasil sintesis diaplikasikan untuk mendeteksi ion logam berat.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai variabel-variabel yang berpengaruh dalam proses sintesis nanopartikel perak menggunakan glukosa dan natrium-sitrat, khususnya pengaruh teknik sintesis, jenis penstabil, dan jenis pereduksi terhadap ukuran nanopartikel. Nanopartikel perak yang dihasilkan diharapkan memiliki karakteristik yang mendukung untuk dapat diaplikasikan sebagai sensor ion logam. Selain itu, pada penelitian ini juga dilakukan verifikasi unjuk kerja sensor yang dihasilkan dengan memperhitungkan kinerja analitik seperti limit deteksi, linieritas, presisi, dan akurasi.

Hipotesis

Agregasi nanopartikel perak hasil sintesis dapat dicegah dengan penambahan gelatin dan tween-20 sehingga akan menaikkan kestabilan dari nanopartikel perak. Teknik pemanasan gelombang mikro dapat menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan pemanasan konvensional. Selain itu kinerja nanopartikel perak dengan penstabil gelatin dan tween-20 akan lebih baik dibandingkan nanopartikel perak tanpa penstabil terhadap deteksi logam berat.

2

METODE

(20)

4

tahap ketiga mengaplikasikan nanopartikel perak untuk mengidentifikasi ion logam Hg2+. Tahapan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

Bahan

Bahan yang digunakan adalah AgNO3 (Merck), Tween 20 (Merck), Gelatin (Merck), Glukosa Anhydrous (Merck), Natrium Sitrat (C6H5O7Na3 . 2H2O) (Merck), Larutan stok Hg2+, Mn2+, Zn2+, Cu2+, Fe2+, Cr6+, dan Pb2+ dengan konsentrasi 1000 mg/L, HNO3 (p.a), etanol (p.a), Na2EDTA, dan aquabidestilata.

Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, spektrofotometer ultraviolet-tampak (UV-Vis) 1700 Shimadzu, PSA, TEM JEM -1400 JEOL 120kV, neraca analitik (AND), microwave, hot plate with stirrer Heidolph MR Hei-End, pengaduk magnetik, kamera digital 12 MP (Samsung).

Prosedur Kerja

Pencucian Alat Gelas dari Material Organik dan Anorganik (Shugar & Ballinger, 2000)

Alat-alat gelas dicuci dengan menggunakan sabun dan sikat, kemudian untuk menghilangkan material organik digunakan pencucian dengan larutan NaOH-alkohol, yaitu berupa campuran etanol (95%) 100 mL dengan 12 mL H2O yang mengandung 12 gram NaOH. Selanjutnya alat-alat tersebut dibilas dengan aquabidestilata. Sementara untuk dekontaminasi residu logam pada peralatan gelas, digunakan 5 L larutan yang mengandung 100 g NaOH dan 50 gram

Pembuatan Larutan Glukosa 5 x 10-1 M dan Natrium Sitrat 3%

Larutan Glukosa 5 x 10-1M dibuat dengan menimbang 24,8250 gram serbuk glukosa (Merck), dilarutkan ke dalam labu takar 250 mL dengan akuabides kemudian ditera dan dihomogenkan. Larutan Natrium Sitrat 3% dibuat dengan menimbang 3 gram serbuk C6H5O7Na3 . 2H2O (Merck), dilarutkan ke dalam labu takar 100 mL dengan akuabidest, ditera, dan dihomogenkan.

Pembuatan Larutan Penstabil Tween 20 3% dan Gelatin 0,5%

(21)

5 akuabides dan dihomogenkan. Larutan gelatin 0,5% dibuat dengan menimbang 1,25 gram serbuk gelatin (Merck), dilarutkan ke dalam labu takar 250 mL dengan akuabides kemudian ditera dan dihomogenkan.

Sintesis Nanopartikel Perak dengan Teknik Pemanasan Konvensional

Sintesis AgNPs, Gelatin-AgNPs, dan Tween-AgNPs dengan Glukosa sebagai Pereduksi (Darroudi et al. 2010 ; Roh et al. 2010)

Sintesis nanopartikel perak dilakukan dengan menentukan kondisi optimum, yaitu penentuan rasio konsentrasi AgNO3 dengan glukosa anhidrat atau natrium sitrat, dan variasi konsentrasi gelatin dan tween 20. Tahap awal pada sintesis ini adalah membuat nanopartikel perak (AgNPs) tanpa penambahan stabilizer, yaitu dengan mereaksikan 8 mL AgNO3 10-2 M, 7 mL glukosa 0,5 M dan 5 mL akuabides kemudian dipanaskan menggunakan hot plate pada suhu 70 – 85 ºC selama 1 jam sampai terbentuk warna kuning kecoklatan, kenudian diaduk menggunakan pengaduk magnetik (stirer) selama 3 jam. Tahap kedua adalah pembuatan nanopartikel perak dengan penambahan gelatin atau tween-20 sebagai stabilizer (Gelatin-AgNPs / Tween-AgNPs), yaitu dengan mereaksikan 8 mL AgNO3 10-2 M, 7 mL glukosa 0,5 M, 0,5 mL gelatin 0,5% atau Tween 20 3%, dan 4,5 mL akuabides, campuran dipanaskan menggunakan hot plate pada suhu 70 – 85 ºC selama 1 jam sampai terbentuk warna kuning kecoklatan, kemudian diaduk menggunakan pengaduk magnetik (stirer) selama 3 jam. Tahap ketiga adalah karakterisasi hasil sintesis dengan spektrofotometer UV-Vis (1700 UV-Vis Shimadzu). Spektrum absorpsi diamati pada jangkauan panjang gelombang 200-1100 nm. Nanopartikel perak hasil optimasi dikarakterisasi juga dengan Particle Size Analyzer (PSA).

Sintesis AgNPs, Gelatin-AgNPs dan Tween-AgNPs dengan Natrium Sitrat sebagai Pereduksi

(22)

6

Sintesis Nanopartikel Perak dengan Teknik Pemanasan Gelombang Mikro

Sintesis AgNPs, Gelatin-AgNPs dan Tween-AgNPs dengan Glukosa sebagai Pereduksi (Darroudi et al. 2010 ; Roh et al. 2010)

Sintesis nanopartikel perak dilakukan dengan menentukan kondisi optimum, yaitu penentuan rasio konsentrasi AgNO3 dengan glukosa anhidrat, variasi konsentrasi gelatin dan tween 20, dan variasi waktu pemanasan dengan microwave. Tahap awal pada sintesis ini adalah membuat nanopartikel perak (AgNPs) tanpa penambahan stabilizer, yaitu dengan mereaksikan 8 mL AgNO3 10-2 M, 7 mL glukosa 0,5 M dan 5 mL akuabides kemudian dipanaskan menggunakan microwave dengan daya 80 selama 15 menit selanjutnya campuran larutan diaduk menggunakan pengaduk magnetik (stirrer) selama 3 jam. Tahap kedua adalah pembuatan nanopartikel perak dengan penambahan gelatin atau tween 20 sebagai stabilizer (Gelatin-AgNPs / Tween-AgNPs) yaitu dengan mereaksikan 8 mL AgNO3 10-2 M, 7 mL glukosa 0,5 M, 0,5 mL gelatin 0,5% atau tween 3%, dan 4,5 mL akuabides, campuran dipanaskan menggunakan microwave dengan daya 80 selama 15 menit dan diaduk selama 3 jam. Tahap ketiga adalah karakterisasi hasil sintesis dengan spektrofotometer UV-Vis (1700 UV-Vis Shimadzu). Spektrum absorpsi diamati pada jangkauan panjang gelombang 200-1100 nm. Nanopartikel perak hasil optimasi dikarakterisasi juga dengan Particle Size Analyzer (PSA), FTIR dan Transmission Electron Microscopy (TEM). Kestabilan AgNPs, Gelatin-AgNPs dan Tween-AgNPs diamati perubahan maks pada waktu-waktu tertentu dengan spektrofotometer UV-Vis.

Aplikasi Gelatin-AgNPs dan Tween-AgNPs untuk Mendeteksi Ion Logam secara Kolorimetri

Analisis Kualitatif Penambahan Ion Logam dalam Larutan Gelatin-AgNPs dan Tween-AgNPs

Deteksi dilakukan terhadap ion logam tunggal dan campuran. Aplikasi terhadap ion tunggal dilakukan dengan mereaksikan beberapa ion logam dengan nanopartikel perak. Setiap larutan analit yang mengandung ion Hg2+, Mn2+, Zn2+, Cu2+, Fe2+ , Cr6+ , dan Pb2+ sebanyak 1 mL dengan konsentrasi 1000 mg/L (Lampiran 3) ditambahkan dengan 2 mL larutan Gelatin-AgNPs atau Tween-AgNPs. Perubahan warna larutan yang terjadi diamati hingga 15 menit. Selanjutnya larutan hasil pengujian dikarakterisasi dengan spektrofotometer UV-Vis (1700 Shimadzu) dengan kisaran panjang gelombang 200-1100 nm.

(23)

7 menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 200-1100 nm untuk mengetahui nilai spektra absorpsi dan λmaks.

Analisis Kuantitatif Pengukuran Ion Logam Hg2+ oleh Gelatin-AgNPs dan Tween-AgNPs

Untuk mendapatkan metode yang efisien dalam uji kinerja sensor Gelatin-AgNPs dan Tween-Gelatin-AgNPs, dipelajari beberapa parameter seperti waktu kontak, variasi konsentrasi, dan kestabilan sensor logam.

Optimasi Pengukuran Ion Logam Hg2+

Optimasi variasi waktu kontak dilakukan dengan cara mereaksikan 2 mL larutan Gelatin-AgNPs atau Tween-AgNPs dengan 1 mL ion logam Hg2+ 50 mg/L, kemudian campuran diukur nilai serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis dari waktu 0, 5, 10, 15, 20, 30, dan 40 menit pada panjang gelombang maksimum. Tahap berikutnya membuat variasi konsentrasi ion logam Hg2+. Konsentrasi deret standar larutan ion logam Hg2+ adalah 0, 25, 30, 40, 45, 50, 55, 60, 65, 70, 75, 80, 85, 90, 95, dan 100 mg/L. Masing-masing larutan ion logam Hg2+ dipipet 1 mL direaksikan dengan 2 mL Gelatin-AgNPs atau Tween-AgNPs. Kemudian diukur nilai serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada λmaks setelah 5 menit pencampuran.

Penentuan kestabilan reaksi dilakukan dengan cara mereaksikan 2 mL Gelatin-AgNPs atau Tween-AgNPs dengan 1 mL ion logam Hg2+, kemudian absorbansinya diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada waktu 3, 5, 15, 30, 45, 60, 90, 120, dan 150 menit pada panjang gelombang maksimum.

Deteksi Ion Logam Hg2+ oleh Gelatin-AgNPs atau Tween-AgNPs pada Sampel Air Bersih

Gelatin-AgNPs atau Tween-AgNPs dipipet sebanyak 2 mL kemudian direaksikan dengan 1 mL contoh air bersih, setelah 5 menit diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis. Jika contoh air tidak mengandung ion Hg2+, selanjutnya dispike dengan larutan standar Hg2+ 50 mg/L.

Penentuan Linieritas Pengukuran

(24)

8

Dengan x adalah nilai konsentrasi standar (mg/L), y adalah nilai pembacaan absorbansi standar, n adalah jumlah deret standar yang digunakan dan r adalah nilai koefisien korelasi (linieritas).

Penentuan Limit Deteksi (LDM) dan Limit Kuantitasi (LoQ)

Limit deteksi ditentukan dengan melakukan pengukuran terhadap blanko (tidak mengandung analit) sebanyak sekurang-kurangnya 7 kali. Pengukuran limit deteksi dilakukan dengan cara membuat 7 blanko yang berisi masing-masing 2 mL Gelatin-AgNPs atau Tween-AgNPs ditambahkan 1 mL akuades, kemudian diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Limit deteksi dihitung dengan persamaan :

Dengan LDM teoritis adalah Limit Deteksi Metode, SD adalah Standar deviasi, xi adalah Nilai konsentrasi ke-i, n adalah jumla ulangan pengukuran, x adalah nilai rata-rata konsentrasi (mg/L), ttabelα = 99%.

Penentuan Nilai Kepresisian Pengukuran

Uji presisi dilakukan dengan cara menyiapkan sampel air, kemudian dipipet sebanyak 1 mL sampel air ditambahkan 2 mL Gelatin-AgNPs atau Tween-AgNPs. Setelah 15 menit diukur nilai serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Pengujian dilakukan sebanyak 7 kali. Nilai presisi dinyatakan dengan persen (%) RSD (Relative Standard Deviation), dihitung dengan persamaan :

Syarat keberterimaan pengukuran dibandingkan dengan CV (Coeficient Variation) Horwitz, dihitung dengan persamaan berikut :

Penentuan Nilai Keakuratan Pengukuran

Uji akurasi dilakukan bersamaan dengan pengujian contoh, dengan cara memipet 2,5 mL standar ion logam Hg2+ 500 mg/L kedalam labu takar 25 mL kemudian ditera dengan sampel air, pengujian dilakukan 7 kali. Setelah 15 menit diukur nilai serapannya dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Nilai akurasi dinyatakan dengan % recovery, dihitung dengan persamaan berikut :

(25)

9

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sintesis dan Optimasi Nanopartikel Perak (AgNPs) dengan Teknik Pemanasan Konvensional

Secara umum nanopartikel perak dapat disintesis dengan dua metode, yaitu metode fisika (top down) dan metode kimia (bottom-up). Sintesis nanopartikel perak melalui metode kimia dilakukan dengan melarutkan garam perak, agen pereduksi, dan penstabil sampai terbentuk nanopartikel perak (Tolaymat et al. 2010). Metode reduksi kimia banyak digunakan untuk menghasilkan nanopartikel perak karena langkah kerja yang mudah, murah, dan menggunakan temperatur yang rendah. Metode ini memerlukan pemanasan eksternal dan salah satunya adalah pemanasan dengan menggunakan hot plate yang disebut dengan pemanasan konvensional. Pada penelitian ini dilakukan sintesis nanopartikel perak dengan teknik pemanasan konvensional menggunakan pereduksi glukosa dan natrium sitrat, gelatin dan tween 20 sebagai agen penstabil, dan AgNO3 sebagai prekusor.

Sintesis AgNPs dengan Pereduksi Glukosa

Keberhasilan sintesis nanopartikel perak (AgNPs) ditandai dengan terjadinya perubahan warna larutan prekusor AgNO3 yang tidak berwarna menjadi kuning kecoklatan setelah terbentuk nanopartikel perak akibat eksitasi vibrasi permukaan plasmon pada nanopartikel (Caro et al. 2010). Selain perubahan warna larutan, hasil spektrum UV-Vis menjadi salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengkonfirmasi pembentukkan AgNPs. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Oldenberg et al (2011) dimana proses terbentuknya AgNPs ditandai dengan munculnya puncak absorbansi pada kisaran 400-530 nm pada spektrum UV-Vis. Berdasarkan spektrum absorbansi UV-Vis yang disajikan pada Gambar 2, larutan AgNO3 10-2 M sebelum direaksikan tidak memiliki puncak spektrum pada daerah sekitar 250-1100 nm demikian halnya pada larutan glukosa 0,5 M. Setelah kedua larutan direaksikan, muncul spektrum absorbansi baru pada λmaks 438 nm yang menunjukkan komponen baru terbentuk didalam campuran.

(26)

10

Timberlake (2010) menyatakan bahwa AgNPs terbentuk melalui reaksi reduksi oksidasi dari ion Ag+ dari larutan AgNO3. Saat reduksi terjadi penambahan elektron mengubah ion Ag+ menjadi tidak bermuatan Ag0. Mekanisme reaksi reduksi glukosa yang mungkin terjadi dapat dilihat pada Gambar 3.

Penelitian ini juga membandingkan antara glukosa anhidrat dengan glukosa monohidrat yang digunakan sebagai reduktor dalam sintesis AgNPs. Hasil sintesis dengan glukosa anhidrat memberikan respon absorpsi lebih besar (A = 0,797) dibandingkan dengan glukosa monohidrat (A = 0,196) dan diperoleh puncak SPR untuk AgNPs dengan pereduksi glukosa anhidrat adalah 438 nm sedangkan AgNPs dengan pereduksi glukosa monohidrat memiliki puncak SPR pada 470 nm. Solomon et al (2007) menyatakan bahwa nilai absorbansi menunjukkan kecenderungan jumlah AgNPs yang dihasilkan dan jalannya reaksi seiring bertambahnya waktu. Berdasarkan pernyataan tersebut menunjukkan bahwa jumlah AgNPs yang dihasilkan dari sintesis dengan glukosa anhidrat lebih banyak daripada glukosa monohidrat. Hal ini disebabkan karena keberadaan hidrat dalam glukosa akan melemahkan daya reduksi glukosa terhadap ion Ag+ sehingga AgNPs yang terbentuk akan lebih sedikit. Oleh karena itu, pada penelitian ini digunakan glukosa anhidrat dalam sintesis nanopartikel perak. Hasil spektrum UV-Vis dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 4a.

Menurut Solomon et al (2007), ukuran dari AgNPs dapat diperkirakan berdasarkan panjang gelombang dari absorbansi maksimum. Tabel hubungan antara panjang gelombang maksimum SPR dengan ukuran partikel dapat dilihat pada Lampiran 4b, sehingga dari sintesis AgNPs yang dilakukan pada panjang gelombang maksimum 413 nm ukuran AgNPs yang dihasilkan akan berada pada kisaran 30 nm. Untuk menentukan ukuran AgNPs-Glukosa dilakukan pengukuran dengan menggunakan PSA seperti dapat dilihat pada Lampiran 5a. Dari hasil penelitian ini diperoleh nanopartikel perak (AgNPs-Glukosa) dengan ukuran 299,74 nm. Hal ini berbeda dengan yang dihasilkan oleh Solomon et al (2007), perbedaan ini antara lain disebabkan karena kondisi percobaan yang berbeda yaitu penggunaan NaBH4 sebagai pereduksi, dan PVP sebagai stabilizer. Disamping itu hal ini dapat disebabkan karena PSA tidak hanya mengukur nanopartikelnya saja akan tetapi berikut dengan pereduksi yang menyelimutinya. Selain pereduksi dan penstabil, dalam sintesis nanopartikel, teknik sintesis juga sangat menentukan ukuran, bentuk, dan morfologi permukaan. Sehingga dapat disimpulkan untuk mendapatkan nanopartikel perak dengan ukuran kurang dari 50 nm, metode ini tidak dapat diaplikasikan.

(27)

11

Optimasi sintesis AgNPs-Glukosa

Rasio prekusor (AgNO3) dan pereduksi (glukosa) dioptimasi dengan membuat beberapa variasi yang dilakukan pada rasio 1:5, 1:15, 1:25, 1:35, 1:45, dan 1:50, hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Rasio 1:5 diperoleh dengan mereaksikan 10 mL AgNO3 10-2 M dengan 1 mL glukosa 0,5 M dan 9 mL akuabides. Pada rasio 1:5, 1:15, dan 1:25 reduksi berjalan sangat cepat sekali sehingga sulit diamati prosesnya. Sedangkan pada rasio 1:45 dan 1:50 reaksi pembentukan AgNPs-Glukosa berjalan lambat. Rasio 1:35 adalah rasio optimum yang diperoleh dari penelitian ini, dilihat dari analisis visual pembentukan AgNPs-Glukosa. Pada rasio ini sintesis AgNPs-Glukosa berjalan secara cepat dan menghasilkan AgNPs-Glukosa yang memiliki kestabilan yang paling optimum. Hasil spektra absorpsi pembentukan nanopartikel perak pada rasio yang berbeda dapat dilihat pada Lampiran 7a. Terbentuknya nanopartikel perak dapat diidentifikasi secara visual. Perbedaan warna larutan menunjukkan jumlah nanopartikel perak yang terbentuk. Stabilitas penyimpanan jangka panjang merupakan faktor penting dalam penggunaan nanopartikel secara komersial. Stabilitas AgNPs diuji dengan menyimpan AgNPs pada suhu ruang dan dilihat kinerjanya dari waktu ke waktu dengan melihat perubahan spektrum UV-Vis dari larutan AgNPs. Pada rasio 1:35 diperoleh waktu optimum terbentuknya AgNPs, yaitu setelah 1 jam pencampuran setelah itu terjadi pergeseran panjang gelombang dari 450 nm menjadi 580 nm yang menunjukkan bahwa AgNPs-Glukosa tidak stabil. Hal ini dapat dilihat setelah 15 menit pencampuran menghasilkan AgNPs-Glukosa pada panjang gelombang 450 nm, 30 menit (465 nm), 1 jam (480 nm), 2 jam (530 nm), 3 jam (565 nm), dan setelah 4 jam (580 nm) seperti disajikan pada Lampiran 7b. Ketidakstabilan nanopartikel perak ini terjadi karena ada proses aglomerasi (Caro et al. 2010), ditandai dengan perubahan warna yang semakin pekat dan terjadinya pergeseran panjang gelombang ke arah panjang gelombang yang besar. Bertambahnya waktu reaksi menyebabkan semakin banyaknya nanopartikel perak dalam larutan, sehingga terjadi penggabungan antar nanopartikel perak membentuk nanopartikel dengan ukuran yang lebih besar. Aglomerasi terjadi karena gaya Van der Waals dan elektrostatik antar nanopartikel perak, yaitu terjadi tarik menarik antara elektron pada nanologam tersebut, sehingga jarak antar nanopartikel semakin mendekat dan semakin lama membentuk partikel-partikel yang berukuran besar.

(28)

12

absorpsi kestabilan nanopartikel perak dapat dilihat pada Lampiran 8. Oleh karena itu perlu ditambahkan agen penstabil untuk mencegah terjadinya aglomerasi.

Optimasi Modifikasi AgNPs dengan Penambahan Gelatin dan Tween 20 sebagai Agen Penstabil

Beberapa metode dilakukan untuk mengatasi ketidakstabilan dari nanopartikel perak ini, salah satunya memodifikasi AgNPs dengan penambahan stabilizer. Material yang dapat digunakan sebagai stabilizer antara lain PEG (Luo et al. 2005), PVA (Pimpang & Chopuun 2011) yang merupakan polimer dan beberapa surfaktan. Dalam penelitian ini dilakukan modifikasi nanopartikel menggunakan gelatin sesuai dengan penelitian yang dilaporkan oleh Darroudi et al (2010) terhadap prekusor AgNO3 dan tween 20 seperti yang sudah dilakukan oleh Roh et al (2010) namun terhadap prekusor HAuCl4. Gelatin memiliki gugus amina (NH2) yang terdapat pada kerangka utamanya, yang dapat berikatan dengan Ag. Reaksi kimia yang diusulkan untuk proses ini mengikuti persamaan :

Ag+(aq) + gelatin(gel) (aq) [Ag(gel)]+(aq)

[Ag(gel)]+(aq) + 2C5H11O5CHO(aq) Gelatin capped Ag-NPs(s) + 2C5H11O5COOH(aq)

Beberapa penelitian menggunakan tween 20 sebagai penstabil dari nanopartikel karena dapat berprilaku sebagai surfaktan yang mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofobik. Modifikasi sintesis AgNPs pada rasio 1:35 dilakukan dengan mereaksikan 5 mL AgNO3 10-2 M ; 3,5 mL glukosa 0,5 M; gelatin 0,5 % atau tween 3%, dan akuabides kemudian dipanaskan pada suhu 70-85 °C dengan hot plate, selanjutnya larutan campuran diaduk dengan menggunakan pengaduk magnet (stirer) selama 3 jam. Proses pengadukan selama reaksi berlangsung bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel dan menempelkan stabilizer dengan AgNPs. Modifikasi dilakukan pada volume AgNO3, konsentrasi AgNO3 dan glukosa tetap, volume larutan penstabil dan akuabides yang berubah. Pengamatan visual modifikasi sintesis nanopartikel perak dengan stabilizer pada volume yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 4.

Proses terbentuknya nanopartikel perak dengan penstabil gelatin (Gelatin-AgNPs-Glukosa) dan tween 20 (Tween-(Gelatin-AgNPs-Glukosa) diamati menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 200-1100 nm. Bentuk spektrum Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa lebih simetris daripada spektrum AgNPs-Glukosa dan diperoleh kisaran maks adalah 417 – 430 nm, hal ini menunjukkan bahwa sebaran ukuran partikelnya lebih homogen. Selain itu penambahan gelatin dan tween 20 juga meningkatkan jumlah

(29)

13 nanopartikel perak yang terbentuk, hal ini ditandai dengan adanya kenaikan nilai absorbansi dari larutan nanopartikel perak setelah ditambah dengan gelatin (A = 2,370) dibandingkan dengan absorbansi nanopartikel perak tanpa penambahan gelatin (A = 0,405), demikian halnya setelah penambahan tween 20 nilai absorbansi meningkat menjadi 0,934. Nilai absorbansi dari Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Gelatin-AgNPs-Glukosa lebih besar dibandingkan AgNPs-Gelatin-AgNPs-Glukosa, hal ini menunjukkan bahwa jumlah nanopartikel perak yang terbentuk lebih banyak. Semakin banyaknya jumlah nanopartikel menyebabkan semakin besarnya absorpsi sinar UV-Vis yang terjadi sehingga absorbansi yang dihasilkan semakin besar.

Ion logam Ag (Ag+) bersifat asam lunak merupakan ion logam yang berukuran besar, bermuatan kecil atau nol, dan elektron terluarnya mudah dipengaruhi oleh ion lain. Tween 20 bersifat basa lunak merupakan ligan yang atom terluarnya mudah terpolarisasi akibat pengaruh ion dari luar. Menurut teori HSAB (Hard Soft Acid and Base), umumnya asam lunak lebih menyukai untuk berkoordinasi dengan basa lunak. Ikatan yang terjadi antara tween-AgNPs merupakan ikatan kovalen. Berdasarkan uraian sebelumnya, seharusnya nanopartikel perak yang diselimuti oleh tween 20 akan memberikan nilai absorbansi yang tidak terlalu jauh berbeda dengan nanopartikel perak yang diselimuti oleh gelatin, tetapi pada kenyataannya justru berbeda artinya ada faktor yang mempengaruhi proses sintesis ini, salah satu faktor yang dapat diajukan adalah kestabilan tween 20 terhadap panas lebih rendah dibandingkan gelatin.

Stabilitas AgNPs-Glukosa meningkat secara drastis setelah dimodifikasi dengan gelatin dan tween 20, hal ini disebabkan karena AgNPs terselimuti secara sterik oleh agen penstabil sehingga tidak teraglomerasi. Kestabilan Gelatin-AgNPs-Glukosa dapat dibuktikan dengan tidak adanya pergeseran puncak spektrum setelah 2 minggu, sedangkan kestabilan Tween-AgNPs-Glukosa hanya

sampai 6 hari, pada usia 1 minggu mulai terjadi pergeseran λmaks dan penurunan absorbansi yang dapat dilihat pada Gambar 5. Optimasi modifikasi AgNPs dengan gelatin dan tween 20 dapat dilihat pada Lampiran 9.

(a) (b)

(30)

14

Penambahan penstabil gelatin dan tween 20 mempengaruhi ukuran dari nanopartikel perak. Sebaran ukuran Gelatin-AgNPs-Glukosa adalah 240,10 nm, sedangkan ukuran AgNPs-Glukosa adalah 299,74 nm. Hal ini menunjukkan bahwa gelatin berfungsi sebagai capping agent yang mencegah bergabungnya setiap partikel perak membentuk ukuran yang lebih besar (aglomerasi). Sedangkan ukuran partikel untuk Tween-AgNPs-Glukosa adalah 354,24 nm, nilai ini lebih besar daripada ukuran AgNPs-Glukosa (299,74 nm). Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, antara lain partikel-partikel Tween-AgNPs-Glukosa satu sama lain letaknya saling berdekatan belum terpisah dengan sempurna oleh proses secara fisik yaitu dengan pengadukan menggunakan magnetic stirrer. Selain itu dapat pula disebabkan karena nanopartikel perak terselimuti oleh tween 20 dan menyebabkan radius hidrodinamiknya menjadi lebih besar ketika diukur dengan PSA. Hasil pengukuran dengan PSA dapat dilihat pada Lampiran 5b dan 5c.

Sintesis AgNPs dengan Natrium Sitrat sebagai Pereduksi

Pada penelitian ini selain dilakukan sintesis nanopartikel dengan pereduksi glukosa, dilakukan pula sintesis dengan menggunakan pereduksi natrium sitrat untuk pembanding glukosa sebagai pereduksi. Sintesis nanopartikel dengan pereduksi natrium sitrat sudah dilaporkan sebelumnya oleh Udapudi et al (2012), Saputra dkk (2011), Harmami dkk (2007), karena prosesnya yang sederhana, material yang murah, mudah didapatkan, dan banyak digunakan pula sebagai pereduksi. Hasil optimasi untuk sintesis nanopartikel perak dengan pereduksi natrium sitrat dilakukan dengan mereaksikan 8 mL AgNO3 10-2 M, 0,5 mL natrium sitrat 3%, dan 11,5 mL akuabides, hal ini ditunjukkan pada Gambar 6. Hasil spektra absorpsi proses optimasi sintesis nanopartikel perak menggunakan prekusor AgNO3 dan pereduksi natrium sitrat dapat dilihat pada Lampiran 10.

Reaksi kimia yang mungkin terjadi pada proses reduksi AgNO3 menggunakan natrium sitrat sebagai pereduksi adalah :

4 Ag+ + C6H5O7Na3 + 2H2O  4 Ag0 + C6H5O7H3 + 3Na+ + H+ + O2 Gambar 6 Spektrum UV-Vis AgNPs-Sitrat dan AgNPs-Glukosa

(31)

15 Hasil sintesis menunjukkan terbentuknya AgNPs-Sitrat ditandai dengan munculnya warna kuning setelah 15 menit pemanasan dengan refluks, dan puncak spektrum muncul pada panjang gelombang 417 nm dengan nilai absorbansi 0,624, sedangkan spektrum AgNPs-Glukosa muncul pada λmaks 438 nm dengan nilai absorbansi 0,797. Nilai absorbansi Glukosa lebih besar daripada AgNPs-Sitrat, hal ini menunjukkan bahwa jumlah nanopartikel yang dihasilkan dari sintesis dengan pereduksi glukosa lebih banyak dibandingkan dengan pereduksi natrium sitrat, sedangkan dari nilai λmaks dapat menjelaskan bahwa ukuran nanopartikel yang dihasilkan dengan pereduksi natrium sitrat lebih kecil dibandingkan dengan pereduksi glukosa. Hal ini didukung oleh hasil pengukuran dengan menggunakan PSA menunjukkan distribusi ukuran partikel AgNPs-Sitrat adalah 69,45, sedangkan untuk AgNPs-Glukosa adalah 299,74. Hasil pengukuran dengan PSA dapat dilihat pada Lampiran 11a. Sedangkan hasil pengukuran dengan menggunakan TEM dapat dilihat pada Gambar 7, menunjukkan AgNPs-Sitrat memiliki ukuran rata-rata 47,02 nm.

AgNPs-Sitrat dan AgNPs-Glukosa sama-sama memiliki tingkat kestabilan yang rendah. Setelah pencampuran selama 24 jam terjadi agregasi antar nanopartikel membentuk partikel-partikel yang lebih besar sehingga terjadi aglomerasi.

Optimasi modifikasi AgNPs-Sitrat dengan Penambahan Gelatin dan Tween 20 sebagai Agen Penstabil

Sama halnya dengan sintesis nanopartikel perak dengan pereduksi glukosa modifikasi dilakukan pula terhadap pereduksi natrium sitrat dengan memvariasikan konsentrasi gelatin 0,5 % dan tween 20 3% yang disajikan pada Lampiran 12. Kondisi optimum diperoleh dengan mereaksikan 8 mL AgNO3 10-2 M, 0,5 mL natrium sitrat 3%, 0,5 mL gelatin 0,5% atau tween 20 3% dan 11 mL akuabides. Hasil spektrum UV-Vis pada kondisi optimum menunjukkan munculnya serapan panjang gelombang maksimum pada kisaran 428 nm dengan nilai absorbansi 1,892 untuk Gelatin-AgNPs-Sitrat, dan Tween-AgNPs-Sitrat pada kisaran maks 426 nm dengan nilai absorbansi sebesar 0,596. Hasil pengukuran sebaran ukuran partikel disajikan dalam Lampiran11b dan 11c, yang menunjukkan Gelatin-AgNPs-Sitrat memiliki ukuran 49,76 nm dan Sitrat memiliki ukuran 107,2 nm. Sebaran ukuran untuk Tween-AgNPs-Sitrat pun lebih besar dibandingkan dengan AgNPs-Tween-AgNPs-Sitrat. Salah satu penyebabnya adalah partikel-partikel yang mengumpul dalam satu tempat, atau

(32)

16

tidak tersebar seperti Gelatin-AgNPs-Sitrat, sehingga yang terukur oleh PSA adalah sekumpulan nanopartikel perak yang mengakibatkan radius hidrodinamiknya menjadi lebih besar. Hal tersebut diperkuat dengan hasil pengukuran dengan TEM, menunjukkan ukuran Gelatin-AgNPs-Sitrat adalah 21,87 nm dan untuk Tween-AgNPs-Sitrat adalah 32,30 nm. Nilai ini tidak terlalu berbeda, hal ini menunjukkan pengukuran dengan TEM lebih akurat (Gambar 8).

Rangkuman optimasi sintesis AgNPs dengan teknik pemanasan konvensional

Optimasi sintesis nanopartikel perak menggunakan teknik pemanasan konvensional telah dilakukan dan telah divariasikan konsentrasi prekusor (AgNO3) , pereduksi (glukosa dan natrium sitrat) dan penstabil (gelatin dan tween 20). Data hasil penelitian sintesis AgNPs dengan teknik pemanasan konvensional disimpulkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil sintesis nanopartikel perak dengan teknik pemanasan konvensional

No Nanopartikel λmaks Abs PSA TEM

Secara umum sintesis nanopartikel perak dengan teknik pemanasan konvensional baik dengan pereduksi glukosa maupun natrium sitrat tanpa penstabil memiliki kestabilan yang rendah karena mudah teraglomerasi. Sintesis nanopartikel dengan natrium sitrat sebagai agen pereduksi menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan nanopartikel perak yang disintesis dengan glukosa sebagai agen pereduksi. Akan tetapi nanopartikel perak dengan pereduksi natrium sitrat sulit disintesis, karena reproduksibilitasnya kurang baik, dan proses pemanasan yang tidak seragam. Untuk mendapatkan nanopartikel perak dengan ukuran kurang dari 50 nm, sintesis nanopartikel perak dengan pereduksi glukosa menggunakan teknik pemanasan konvensional tidak dapat

(a) (b)

(33)

17 diaplikasikan. Penambahan larutan penstabil gelatin dan tween 20 dapat mencegah aglomerasi, serta meningkatkan kestabilan AgNPs-Glukosa dan AgNPs-Sitrat. Hal ini dapat dilihat dari spektrum UV-Vis yang dihasilkan setelah pengamatan pada waktu-waktu tertentu, yaitu tidak adanya pergeseran λmaks setelah 2 minggu disintesis.

Sintesis dan Optimasi Nanopartikel Perak (AgNPs) dengan Teknik Pemanasan Gelombang Mikro (microwave)

Sintesis nanopartikel perak dengan teknik pemanasan konvensional berlangsung lama dalam waktu 1 jam. Dari penelitian sebelumnya pemanasan konvensional juga memiliki kekurangan, yaitu pemanasan yang tidak merata sehingga reproduksibilitasnya kurang baik. Untuk mendapatkan AgNPs dalam waktu singkat maka pada penelitian ini sintesis juga dilakukan dengan teknik pemanasan gelombang mikro (microwave). Teknik pemanasan gelombang mikro telah dilaporkan sebelumnya antara lain oleh Jiang et al. (2004), Pal dan Deb (2012) untuk sintesis nanopartikel perak namun agen penstabil yang digunakan adalah PVP.

Dalam sintesis nanopartikel selain pereduksi dan penstabil, teknik sintesis sangat menentukan ukuran, bentuk, dan morfologi permukaan. Teknik sintesis dengan menggunakan gelombang mikro (microwave) memiliki beberapa kelebihan, yang paling utama adalah bahwa energi gelombang mikro tidak terlalu tinggi namun dapat memanaskan material secara seragam sehingga menghasilkan nukleasi yang homogen dan waktu kristalisasi yang lebih singkat dibandingkan dengan pemanasan konvensional. Hal ini sangat menguntungkan untuk pembentukan koloid nanopartikel yang seragam dan homogen (Jiang et al. 2004).

Pada penelitian ini sintesis nanopartikel perak dengan teknik pemanasan gelombang mikro dilakukan sesuai dengan prosedur Pal dan Deb (2012). Pada teknik sintesis ini hanya menggunakan pereduksi glukosa yang sudah dilakukan sebelumnya dengan kondisi optimum pada rasio konsentrasi AgNO3 dan glukosa 1:35. Pereduksi natrium sitrat tidak digunakan pada teknik sintesis ini karena berdasarkan studi awal selama pemanasan terjadi letupan dan tekanan yang besar sehingga berakibat terhadap buruknya reproduksibilitas dari nanopartikel perak yang dihasilkan.

Sintesis AgNPs dengan Pereduksi Glukosa

(34)

18

perubahan warna larutan secara visual dari kuning kecoklatan menjadi tidak berwarna.

Sintesis nanopartikel perak dengan teknik pemanasan gelombang mikro menghasilkan AgNPs-Glukosa dengan ukuran 173,72 nm, nilai ini lebih kecil dibandingkan dengan nanopartikel yang dihasilkan melalui teknik pemanasan konvensional. Hal ini menunjukkan teknik pemanasan dengan gelombang mikro dapat memperkecil ukuran partikel.

Optimasi Modifikasi AgNPs-Glukosa dengan Penambahan Gelatin dan Tween 20 sebagai Agen Penstabil

Hasil optimasi pada tahap modifikasi ini adalah dengan mereaksikan 8 mL AgNO3 10-2 M dan 7 mL glukosa 0,5 M, kemudian ditambahkan 0,5 mL gelatin 0,5% (b/v) dan tween 20 3% (v/v), setelah itu ditambahkan 4,5 mL akuabides, lalu campuran dipanaskan menggunakan microwave dengan daya 80 watt selama 15 menit untuk gelatin sedangkan tween 20 pemanasan dengan daya 100 watt, campuran diaduk menggunakan pengaduk magnetik selama 3 jam. Gelatin-AgNPs-Glukosa menghasilkan spektra UV-Vis pada λmaks 416 nm, sedangkan Tween-AgNPs-Glukosa pada kisaran λmaks 420 nm, nilai ini tidak jauh berbeda dengan nanopartikel yang diperoleh dengan teknik pemanasan konvensional. Bentuk spektra yang dihasilkan melalui teknik pemanasan gelombang mikro lebih simetris dibandingkan dengan nanopartikel perak yang dihasilkan melalui teknik pemanasan konvensional, hal ini menunjukkan bahwa pemanasan dengan gelombang mikro menghasilkan nanopartikel yang lebih homogen. Disamping itu penambahan agen penstabil pada teknik ini pun dapat meningkatkan jumlah nanopartikel perak yang terbentuk, ditandai dengan meningkatnya nilai absorbansi dari 0,375 menjadi 1,200 untuk Gelatin-AgNPs-Glukosa, demikian halnya dengan penambahan tween 20 nilai absorbansi meningkat menjadi 0,874.

Kestabilan Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa pun meningkat secara drastis setelah dimodifikasi dengan penambahan agen penstabil, dibuktikan juga dengan tidak adanya pergeseran panjang gelombang. Namun Tween-AgNPs-Glukosa kurang stabil dibandingkan dengan

(35)

19 Glukosa, hal ini ditunjukkan dari nilai absorbansinya yang semakin lama semakin menurun, dan dapat dilihat dari perubahan warna larutan menjadi tidak berwarna setelah 2 minggu disintesis diduga nanopartikel mengalami agregasi dan dekomposisi. Proses ini dapat dilihat pada Lampiran 13, 14, 15 dan 16.

Pada sintesis dengan teknik pemanasan gelombang mikro ini, penambahan agen penstabil dapat mempengaruhi ukuran dari nanopartikel perak. Sebaran ukuran Gelatin-AgNPs-Glukosa adalah 144,50 sedangkan untuk Tween-AgNPs-Glukosa adalah 258,05 (Lampiran 17). Hal ini disebabkan karena gelatin merupakan suatu polimer yang ukurannya lebih meruah (bulky) dibandingkan tween 20 sehingga pertumbuhan nanopartikel perak yang terstabilkan gelatin lebih terhambat/sulit/sesak karena capping agent-nya yang lebih besar ukurannya oleh karena itu dihasilkan nanopartikel yang lebih kecil. Sedangkan pertumbuhan nanopartikel perak yang terstabilkan tween 20 lebih mudah karena capping agent -nya lebih kecil ukuran-nya mengakibatkan nanopartikel perak yang dihasilkan memiliki ukuran lebih besar.

Hasil pengukuran dengan TEM dapat dilihat pada Gambar 10, menunjukkan bahwa terdapat ukuran terkecil dari AgNPs-Glukosa adalah 7 nm dengan rata-rata ukuran 11,73 nm, untuk Gelatin-AgNPs-Glukosa terdapat partikel perak dengan ukuran terkecil adalah 1 nm dengan rata-rata ukuran 9,68 nm, dan untuk Tween-AgNPs-Glukosa terdapat ukuran terkecilnya 5 nm dengan rata-rata ukuran sebesar 17,54 nm. Perbedaan ukuran ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan PSA yang terukur adalah distribusi sebarannya dalam larutan berikut dengan pereduksinya sehingga radius hidrodinamiknya menjadi lebih besar, sedangkan pengukuran dengan TEM hanya nanopartikel peraknya saja. Gambar TEM menunjukkan bahwa nanopartikel perak yang dihasilkan dari sintesis berbentuk bulat. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sintesis dengan teknik pemanasan gelombang mikro dihasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan teknik pemanasan konvensional.

Rangkuman Optimasi Sintesis AgNPs dengan Teknik Pemanasan Gelombang Mikro

Telah dilakukan optimasi sintesis nanopartikel perak menggunakan teknik pemanasan gelombang mikro, dan telah divariasikan konsentrasi prekusor

(a) (b) (c)

(36)

20

(AgNO3), pereduksi (glukosa) dan penstabil (gelatin dan tween 20). Secara umum sintesis nanopartikel perak dengan teknik pemanasan gelombang mikro menggunakan pereduksi glukosa menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan teknik pemanasan konvensional. Sintesis nanopartikel perak dengan teknik pemanasan gelombang mikro menggunakan pereduksi glukosa tanpa penstabil memiliki kestabilan yang rendah karena mudah teraglomerasi, hal ini identik dengan nanopartikel perak yang dihasilkan dengan teknik pemanasan konvensional. Penambahan agen penstabil gelatin dan tween 20 dapat mencegah aglomerasi, serta meningkatkan kestabilan nanopartikel perak. Gelatin-AgNPs-Glukosa memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dibandingkan dengan Tween-AgNPs-Glukosa. Ukuran partikelnya pun lebih seragam dibandingkan dengan Tween-AgNPs-Glukosa. Disamping itu Gelatin-AgNPs-Glukosa memiliki kestabilan yang lebih baik dibandingkan dengan Tween-AgNPs-Glukosa. Hal ini ditunjukkan dari spektrum UV-Vis yang dihasilkan setelah pengamatan pada waktu-waktu tertentu, yaitu tidak terjadi pergeseran λmaks setelah 2 minggu disintesis. Data hasil penelitian sintesis AgNPs dengan teknik pemanasan gelombang mikro disimpulkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil sintesis nanopartikel perak dengan teknik pemanasan gelombang mikro Glukosa) untuk Mendeteksi Ion Logam Berat secara Kolorimetri

(37)

21 Selektifitas dan sensitifitas nanopartikel perak dalam mendeteksi ion logam berat ditentukan oleh jenis pereduksi, jenis capping agent, dan fungsionalisasi ligan yang dimasukkan ke permukaan nanopartikel perak. Pada penelitian ini Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa dilihat potensinya untuk mendeteksi ion logam berat dengan metode kolorimetri. Logam-logam yang digunakan adalah Cr6+, Hg2+, Mn2+, Cu2+, Zn2+, Fe2+, dan Pb2+.

Analisis Kualitatif Penambahan Ion Logam dalam Larutan Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Gelatin-AgNPs-Glukosa

Analisis kualitatif secara visual dan spektroskopi bertujuan untuk mengetahui selektifitas nanopartikel perak terhadap ion logam berat.. Analisis ini dilakukan dengan menambahkan ion logam berat ke dalam larutan Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-Gelatin-AgNPs-Glukosa. Telah dilakukan penambahan ion logam Cr6+, Hg2+, Mn2+, Cu2+, Zn2+, Fe2+, dan Pb2+ pada konsentrasi 1000 mg/L ke dalam larutan Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa untuk melihat perubahan pada warna dan spektra absorpsinya baik secara visual maupun menggunakan spektrofotometer UV-Vis untuk mendapatkan respon yang selektif hanya pada satu logam berat saja sehingga dapat digunakan sebagai sensor untuk logam tersebut.

Nanopartikel perak tanpa penstabil tidak dilakukan uji identifikasi terhadap ion logam, karena sebelum digunakan sudah mengalami aglomerasi. Pengujian terhadap ion logam secara bersamaan pada konsentrasi 1000 mg/L oleh Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa disajikan pada Gambar 11. Hasil spektra absorpsi pengujian Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa terhadap ion logam berat disajikan pada Lampiran 18 dan Tabel 3.

(a)

(b)

(38)

22 terjadinya agregasi nanopartikel perak yang menyebabkan pergeseran SPR ke arah panjang gelombang yang lebih besar.

(-) : terlihat adanya puncak pada panjang gelombang 400-530 nm namun absorbansi lebih rendah dibandingkan larutan nanopartikel perak saja, agregasi yang terjadi hanya sedikit, secara visual hanya terlihat

pemudaran warna nanopartikel.

Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian terhadap ion logam campuran oleh Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa. Hasil spektra pada campuran II yang terdiri dari Mn2+, Cu2+, Zn2+, dan Pb2+, campuran III yang terdiri dari Cr6+, Cu2+, Zn2+, dan Pb2+, campuran IV yang terdiri dari Fe2+, Cu2+, Zn2+, dan Pb2+, dan campuran V yang terdiri dari Hg2+, Mn2+, Cu2+, Zn2+, dan Pb2+ tidak menunjukkan spektra dan perubahan warna yang khas seperti pada ion logam tunggal. Hal ini menunjukkan Gelatin-AgNPs-Glukosa tidak dapat mengidentifikasi ion logam campuran. Akan tetapi pada campuran ion logam I yang terdiri dari Hg2+, Cu2+, Zn2+, dan Pb2+, ion logam Hg2+ dapat terdeteksi oleh Gelatin-AgNPs-Glukosa, ditandai dengan berubahnya warna larutan menjadi tidak berwarna dan terdapat pergeseran nilai maks, dan memberikan spektra yang khas. Sehingga dapat disimpulkan Gelatin-AgNPs-Glukosa dapat mendeteksi ion logam Hg2+ dalam campuran Hg2+, Cu2+, Zn2+, dan Pb2+. Hal yang serupa terjadi pada campuran ion logam dengan Tween-AgNPs-Glukosa. Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 19. Kesimpulan dari analisis kualitatif ini menunjukkan bahwa Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-Gelatin-AgNPs-Glukosa selektif terhadap ion logam Hg2+. Langkah berikutnya adalah melakukan analisis kuantitatif untuk mengetahui kinerja Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Glukosa.

Analisis Kuantitatif Pengukuran Ion Logam Hg2+ oleh Gelatin-AgNPs-Glukosa dan Tween-AgNPs-Gelatin-AgNPs-Glukosa

Optimasi Pengukuran Ion Logam Hg2+

(39)

23 optimum saat reaksi terjadi antara Gelatin-AgNPs-Glukosa / Tween-AgNPs-Glukosa dengan larutan ion Hg2+, diperoleh hasil waktu yang digunakan untuk mengamati reaksi deteksi ion logam Hg2+ adalah 15 menit, hal ini dapat dilihat pada Lampiran 20.

Rentang waktu pengukuran yang optimum untuk metode ini diperoleh dengan mengamati perubahan absorbansinya pada waktu-waktu tertentu, diperoleh hasil bahwa pada menit ke 45 masih terdapat puncak spektrum yaitu pada  376 nm dengan absorbansi = 0,361, sedangkan pada menit ke-60 puncak spektrum sudah tidak dapat diamati, sehingga dapat disimpulkan rentang waktu pengukuran untuk metoda ini adalah 15 – 50 menit. Proses ini dapat dilihat pada Lampiran 21.

Penentuan Linieritas Pengukuran

Linieritas adalah kemampuan metode analisis memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Linieritas suatu metode merupakan ukuran seberapa baik kurva kalibrasi yang menghubungkan antara respon (y) dengan konsentrasi (x) (Eurachem 1998). Dalam penelitian ini nilai linieritas diperoleh dengan memplotkan nilai konsentrasi ion loham Hg2+ pada sumbu x dan nilai absorbansinya pada sumbu y, diperoleh nilai r = -0.9972 untuk Gelatin-AgNPs-Glukosa dan r = -0.9985 untuk Tween-AgNPs-Glukosa. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa metode ini masih memberikan hasil yang linier pada rentang konsentrasi 25-100 mg/L. Data hasil pengukuran linieritas tersaji pada Lampiran 22.

Penentuan Limit Deteksi Pengukuran

Limit of detection atau batas deteksi adalah konsentrasi analit terendah dalam sampel yang masih dapat dideteksi, meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi (Eurachem 1998). Nilai limit deteksi teoritis dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan pengukuran sebanyak 7 kali ulangan, untuk Gelatin-AgNPs-Glukosa nilai limit deteksi metode (LoDM ) adalah 5,43 mg/L, dan nilai limit deteksi kuantitasi (LoQ) adalah 6,48 mg/L yang menunjukkan konsentrasi terendah dari analit dalam contoh yang dapat ditentukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang dapat diterima. Sedangkan untuk Tween-AgNPs-Glukosa diperoleh LoDM 1,85 mg/L, dan LoQ adalah 2,17 mg/L. Data pengukuran ditampilkan pada Lampiran 23.

Pergeseran maks dan perubahan warna yang signifikan dari kuning kecoklatan menjadi tidak berwarna merupakan indikasi terjadinya agregasi antara nanopartikel perak dengan ion logam Hg2+. Hal ini diketahui dengan membuat variasi konsentrasi dari 0.5 mg/L – 500 mg/L Hg2+. Konsentrasi terkecil yang dapat dideteksi oleh larutan Gelatin-AgNPs-Glukosa, yaitu pada konsentrasi larutan Hg2+ 50 mg/L. Pada konsentrasi tersebut terlihat adanya pergeseran maks dari 413 nm ke 389 nm. Sedangkan konsentrasi terkecil yang dapat dideteksi oleh Tween-AgNPs-Glukosa adalah 25 mg/L Hg2+. Pada konsentrasi tersebut terjadi pergeseran maks dari 412 nm ke 392 nm. Hasil spektra absorpsi reaksi antara

(40)

24

dibedakan oleh mata adalah pada konsentrasi ion Hg2+ 150 mg/L, hal ini dapat dianggap sebagai limit deteksi secara kualitatif dengan mata sebagai detektornya.

Penentuan Presisi Pengukuran (Repeatability)

Uji presisi adalah uji yang dilakukan untuk menentukan kedekatan beberapa nilai pengukuran dari sampel yang homogen pada kondisi normal (sampel yang sama dan diuji secara berurutan). Parameter yang digunakan untuk menyatakan nilai presisi adalah simpangan baku (SD), simpangan baku relative (RSD), dan koefisien variansi (CV). Dalam uji presisi ini, presisi dikatakan baik apabila CV pengukuran < 2/3 % CV Horwitz (Eurachem 1998). Dari data pengukuran hasil penelitian ini didapat CV pengukuran adalah 1.97 untuk Gelatin-AgNPs-Glukosa dan 0.23 untuk Tween-AgNPs-Glukosa. Nilai CV Horwitz yang telah dihitung dengan rumus: 0.66 x 2 (1-0.5 log C) didapat sebesar 6.04 untuk Gelatin-AgNPs-Glukosa dan 5.94 untuk Tween-AgNPs-Gelatin-AgNPs-Glukosa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode analisis yang dilakukan memiliki presisi yang baik. Hasil uji presisidapat dilihat pada Lampiran 26.

Penentuan Akurasi Pengukuran

Gambar

Gambar 2  Spektrum UV-Vis AgNPs-Glukosa
Gambar 3  Mekanisme reaksi pembentukan nanopartikel perak
Gambar 5  Spektrum UV-Vis kestabilan Gelatin-AgNPs-Glukosa (a) dan
Tabel 1 Hasil sintesis nanopartikel perak dengan teknik pemanasan konvensional
+3

Referensi

Dokumen terkait

Diperlukan variasi logam yang lebih banyak pada sintesis katalis bentonit terpilar untuk mengetahui nilai minimum keasaman dari katalis serta suhu optimum pada