PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMPEROLEH
DAN MENYAJIKAN SERTA MENGANALISIS DATA
Oleh
INDRI FEMICEYANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Kimia
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI ASAM BASA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMEPEROLEH
DAN MENYAJIKAN SERTA MENGANALISIS DATA
Oleh
INDRI FEMICEYANTI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model pembelajaran Learning
Cycle 3E (LC 3E) pada materi asam basa dalam meningkatkan keterampilan
memperoleh dan menyajikan serta menganalisis data. Penelitian ini menggunakan
metode kuasi eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest and Posttest) Control
Group Design. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Way
Jepara Lampung Timur kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 semester genap Tahun
Ajar-an 2012-2013 yAjar-ang memiliki karakteristik hampir sama. PeningkatAjar-an
keterampil-an memperoleh dketerampil-an menyajikketerampil-an serta mengketerampil-analisis data diukur berdasarkketerampil-an
perbedaan n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata n-Gain keterampilan memperoleh
dan menyajikan data untuk kelas kontrol dan eksperimen masing-masing 0,21 dan
0,43; dan rata-rata n-Gain menganalisis data untuk kelas kontrol dan eksperimen
masing-masing 0,20 dan 0,47. Berdasarkan uji hipotesis, diketahui bahwa siswa
dengan pembelajaran LC 3E memiliki keterampilan memperoleh dan menyajikan
pembelaja-an konvensional. Hal ini menunjukkpembelaja-an bahwa pembelajarpembelaja-an LC 3E dapat
meningkatkan keterampilan memperoleh dan menyajikan serta menganalisis data.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme ... 8
B. Learning Cycle 3E ... 11
C. Keterampilan Proses Sains ... 14
D. Keterampilan Memperoleh dan Menyajikan data ... 16
E. Keterampilan Menganalisis data ... 17
F. Kerangka Pemikiran ... 17
G. Anggapan Dasar ... 19
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20
B. Populasi dan Sampel ... 20
C. Jenis dan Sumber Data ... 20
D. Metode dan Desain Penelitian ... 21
E. Variabel Penelitian ... 22
F. Instrumen dan Validitas Penelitian ... 22
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 23
H. Teknik Analisis Data ... 24
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 30
B. Pembahasan... 36
V.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 47
B. Saran ... 48
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Pemetaan SK-KD ... 52
2. Silabus Kelas Eksperimen ... 60
3. RPP Kelas Eksperimen ... 70
4. Analisis Konsep ... 91
5. Lembar Kerja Siswa 1 ... 95
7. Lembar Kerja Siswa 3 ... 115
8. Kisi-kisi Soal Pretes ... 127
9. Kisi-kisi Soal Postes ... 133
10. Soal Pretes ... 139
11. Soal Postes ... 142
12. Rubrik Penilaian Soal Pretes ... 145
13. Rubrik Penilaian Soal Postes ... 154
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
se-kitar , serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. (BSNP,2006)
Ilmu kimia merupakan cabang dari IPA yang mencari jawaban atas pertanyaan
apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan
kom-posisi, struktur, serta energi yang menyertai perubahan materi. Ada tiga hal yang
berkaitan dengan kimia, yaitu kimia sebagai proses (kerja ilmiah), kimia sebagai
produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, hukum, teori dan prinsip
prinsip yang telah diterima kebenarannya) dan kimia sebagai sikap.
Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses,
produk dan sikap, siswa harus memiliki keterampilan proses sains. Keterampilan
berlangsungnya sains. KPS penting dimiliki guru digunakan sebagai jembatan
untuk menyampaikan informasi atau mengembangkan pengetahuan siswa.
Akan tetapi pada kenyatannya proses pembelajaran di sekolah-sekolah masih
didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta
yang harus dihafal, kelas masih terfokus pada guru sebagai sumber utama
penge-tahuan dan ceramah, penugasan, dan latihan menjadi strategi mengajar yang
paling disukai dikalangan guru-guru kimia. Akibatnya pembelajaran kimia
men-jadi kehilangan daya tariknya dan lepas relevansinya dengan dunia nyata yang
seharusnya menjadi objek ilmu pengetahuan tersebut. (Depdiknas,2003)
Rendahnya kualitas pendidikan IPA di Indonesia dapat dilihat dari rendahnya
prestasi yang diraih oleh siswa-siswi Indonesia dalam ajang internasional seperti
The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) dan
Programme for International Student Assessment (PISA). Dalam ajang TIMSS
2011 bidang IPA, Indonesia menduduki peringkat 40 dari 42 negara, jauh di
bawah Singapura yang menduduki peringkat pertama dengan nilai rata-rata 590,
sedangkan siswa Indonesia mendapat nilai rata-rata sebesar 406, nilai ini berada di
bawah standar internasional yaitu 525. Sementara itu, dalam ajang PISA tahun
2009 bidang literasi sains, Indonesia menempati urutan 23 dari 31 negara,
pe-ringkat ini berada jauh di bawah China yang menduduki pepe-ringkat pertama
dengan nilai rata-rata 556. Sedangkan Indonesia memiliki nilai rata-rata 402, nilai
tersebut berada jauh di bawah nilai rata-rata Internasional yaitu 500. Soal-soal
pada TIMSS dan PISA menuntut peserta didik melakukan keterampilan proses
sains seperti keterampilan menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Hal ini
Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai SMA/MA di Lampung, beberapa
peneliti melaporkan bahwa dalam membelajarkan materi kimia guru hanya
me-nanamkan konsep secara verbal tanpa mementingkan proses ditemukannya
konsep tersebut. Hal ini diperkuat oleh hasil observasi dan wawancara yang telah
dilakukan dengan guru kimia SMA Negeri 1 Way Jepara Lampung Timur
di-peroleh informasi bahwa selama ini pembelajaran di sekolah umumnya dilakukan
dengan metode ceramah, contohnya dalam materi asam basa dimana penyampaian
materi pelajaran disampaikan langsung secara lisan oleh guru. Dalam
pem-belajaran dengan metode ceramah siswa menjadi pasif dan cepat merasa bosan
karena siswa hanya memperoleh penjelasan-penjelasan dari guru tanpa dilibatkan
langsung dalam menemukan konsep dari materi tersebut.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat
melatih keterampilan proses sains sehingga siswa dapat terpacu untuk berpikir
secara ilmiah. Salah satu model pembelajaran yang mendukung untuk
ter-laksananya keterampilan proses tersebut adalah model pembelajaran Learning
Cycle 3 E (LC 3E). Model pembelajaran LC 3E adalah pembelajaran yang
di-lakukan melalui serangkaian tahap (fase pembelajaran) yang diorganisasi
se-demikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi. Fase-fase
pembel-ajaran meliputi: (1) fase eksplorasi (exploration); (2) fase penjelasan konsep
(explaination); dan (3) fase penerapan konsep (elaboration).
Hasil penelitian Retnaningati (2011) yang dilakukan pada siswa kelas X 2 SMA
Negeri 3 Surakarta menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan
sains siswa. Selanjutnya, Rosilawati (2011) pernah melakukan penelitian pada
mahasiswa pendidikan kimia Universitas Lampung , menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan penerapan model pembelajaran LC 3E
mampu meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa pada materi Alkil
Halida dan Suri (2011) pun melakukan hal yang sama pada siswa kelas XI IPA 3
dan XI IPA 4 SMA Al-Kautsar Bandarlampung dan melaporkan bahwa penerapan
pembelajaran LC 3E pada materi Kesetimbangan Kimia efektif dalam
mening-katkan keterampilan interpretasi dan mengelompokkan.
Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa kelas XI pada semester
genap adalah mendeskripsikan teori-teori asam-basa dengan menentukan sifat
larutan dan menghitung pH larutan. Untuk mencapai kompetensi tersebut
penga-laman belajar yang dapat diberikan antara lain berupa keeratan hubungan antara
konsep yang dipelajari dalam pembelajaran dengan fakta-fakta dalam kehidupan
sehari-hari sehingga dalam proses pembelajaran siswa perlu melakukan kerja
ilmiah seperti praktikum. Di dalam melakukan praktikum asam- basa ini siswa
dapat dilatih bagaimana caranya memperoleh dan menyajikan serta menganalisis
data hasil percobaan mereka yang merupakan komponen keterampilan proses
sains terpadu. Dalam memperoleh data, siswa terlebih dahulu diminta untuk
me-rancang suatu percobaan contohnya meme-rancang suatu percobaan untuk
menge-tahui sifat suatu larutan asam, basa atau netral. Selanjutnya, siswa melakukan
praktikum yang prosedur percobaannya sudah dibenarkan oleh guru. Setelah
melakukan praktikum selanjutnya siswa diminta untuk menentukan variabel
bebas, variabel kontrol dan variabel terikat yang terdapat dalam percobaan
yang selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel hasil pengamatan. Setelah mampu
memperoleh dan menyajikan data, lalu siswa menganalisis data hasil
percobaannya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dilakukan penelitian
dengan judul “Pembelajaran Learning Cycle 3E pada Materi Asam Basa dalam
Meningkatkan Keterampilan Memperoleh dan Menyajikan serta Menganalisis
Data”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana model pembelajaran LC 3E pada materi asam basa dapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam memperoleh dan menyajikan data?
2. Bagaimana model pembelajaran LC 3E pada materi asam basadapat
meningkatkan keterampilan siswa dalam menganalisis data?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mendeskripsikan pembelajaran LC 3E pada materi asam basa dalam
meningkatkan keterampilan memperoleh dan menyajikan data.
2. Mendeskripsikan pembelajaran LC 3E pada materi asam basadalam
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dari penelitian ini adalah:
a. Bagi siswa
Membantu dan memberikan pengalaman langsung bagi siswa untuk
mengembangkan keterampilan proses sains khususnya keterampilan
memperoleh, menyajikan dan menganalisis data.
b. Bagi guru dan calon guru
Memberi referensi model pembelajaran alternatif pada materi pokok
asam-basa maupun materi lain yang memiliki karakteristik yang sama.
c. Bagi sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan
mutu pembelajaran kimia di sekolah, khususnya di SMA Negeri 1 Way
Jepara, Lampung Timur.
d. Bagi Peneliti Lain
Sebagai bahan atau gambaran bagi peneliti lain untuk dapat mengembangkan
penelitian sejenis dengan ruang lingkup yang lebih luas.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memfokuskan penelitian dan menghindari salah persepsi maka dibuatlah
ruang lingkup penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Materi dalam penelitian ini adalah asam-basa Arrhenius.
2. Indikator memperoleh dan menyajikan data adalah mampu menyajikan data
3. Indikator menganalisis data adalah mampu menganalisis data dari tabel, bagan,
maupun grafik.
4. Peningkatan keterampilan siswa dalam memperoleh dan menyajikan serta
menganalisis data ditunjukkan dengan perbedaan n-Gain yang signifikan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan
bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diingat.
Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui
pengalaman nyata (Trianto, 2009).
Menurut Glasersfeld (Komalasari, 2010) mengemukakan:
Dalam paham konstruktivisme, pengetahuan kita adalah konstruksi bentukan kita sendiri. Glasersfeld menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep, dan struktur penegtahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Maka pengetahuan bukanlah tentang dunia lepas dari pengamat, melainkan merupakan ciptaan manusia yang
dikonstruksikan dari pengalaman atau dunia sejauh dialaminya.
Para penganut konstruktivisme percaya bahwa pengetahuan itu telah ada pada diri
seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu
saja dari otak sang guru ke otak siswa. Siswa sendirilah yang harus mengartikan
apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan pada pengalaman-pengalaman
mereka sebelumnya (Suparno, 2006). Pengalaman ini tidak harus berupa
penga-laman fisik semata namun termasuk juga pengalam kognitif dan pengapenga-laman
mental. Banyaknya siswa yang salah menangkap apa yang diajarkan oleh
gu-runya memperlihatkan bahwa pengetahuan memang tidak dapat dipindahkan
begitu saja. Siswa masih harus menkonstruksi atau minimal menginterpretasi
pengetahuan tersebut dalam dirinya.
Paham konstruktivisme menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai. Teori
ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan
teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Nur dalam Trianto, 2010).
Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang
anak dengan kegiatan asimilasi, akomodasi dan ekuilibrasi. Asimilasi ialah
pe-maduan data baru dengan stuktur kognitif yang sudah dimiliki untuk
menye-lesaikan masalah yang dihadapi dalam lingkungannya. Persyaratan penting untuk
terjadinya asimilasi adalah struktur internal yang menggunakan informasi baru.
Namun seseorang sering tidak memadukan informasi baru ke dalam struktur
kognitifnya karena tidak memiliki struktur asimilasi yang cocok. Akomodasi
ialah penyesuaian stuktur kognitif terhadap situasi baru, dan ekuilibrasi ialah
Dalam proses akomodasi ini seseorang memerlukan modifikasi struktur internal
yang ada dalam menghadapi reaksi terhadap tantangan lingkungan. Asimilasi dan
akomodasi berfungsi bersama-sama dalam menghadapi lingkungan (beradaptasi)
pada semua tingkat fungsi intelek. Dalam perkembangan intelektual, akomodai
mempunyai arti dalam pengubahan struktur kognitif individu. Bila ia menyadari
bahwa cara berpikirnya bertentangan dengan kejadian lingkungan, ia akan
mengorganisasikan cara berpikir sebelumnya. Reorganisasi inilah yang
meng-hasilkan tingkat berpikir yang lebih tinggi. Ekuilibrasi adalah pengaturan diri
yang berkesinambungan yang memungkinkan seseorang tumbuh, berkembang dan
berubah sementara untuk menjadi lebih mantap atau seimbang. Ekuilibrasi bukan
keseimbangan dalam hal kekuatan melainkan merupakan proses yang dinamis
yang secara terus mene-rus mengatur tingkah laku. Proses Ekuilibrasi ini disebut
juga proses penyeimbangan antara ”dunia luar” dan ”dunia dalam”. Tanpa proses
perkembangan intelektual seorang akan terganggu dan berlangsung secara tidak
seimbang (Bell, 1994).
Bila Piaget memfokuskan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui
anak terlepas dari konteks sosial atau kulturalnya, Vygotsky menekankan
pentingnya aspek sosial belajar. Vygotsky percaya bahwa interaksi sosial dengan
orang lain memacu pengonstruksian ide-ide baru dan meningkatkan
perkem-bangan intelektual pelajar. Salah satu ide kunci yang berasal dari minat Vygotsky
pada aspek sosial pembelajaran adalah konsepnya tentang zone of proximal
development. Menurut Vygotsky, pelajar memiliki dua tingkat perkembangan
yang berbeda yakni tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan
saat ini dan kemampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu. Individu
juga memiliki tingkat perkembangan potensial, yang oleh Vygotsky didefinisikan
sebagai tingkat yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan
orang lain, misalnya guru, orang tua, atau teman sebayanya yang lebih maju.
Zona yang terletak diantara kedua tingkat perkembangan inilah yang disebutnya
sebagai zone of proximal development (Arends dalam Septiana, 2012).
B. Learning Cycle 3 E (LC 3E)
Learning Cycle (LC) merupakan salah satu model pembelajaran yang telah diakui
dalam pendidikan, khususnya pendidikan IPA. Model ini merupakan model yang
mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk
mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa. LC merupakan
rangkaian dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa
sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai
dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif.
LC merupakan model pembelajaran yang dilandasi oleh filsafat konstruktivisme
yang dikembangkan dari teori perkembangan kognitif Piaget. Model belajar ini
menyarankan agar proses pembelajaran dapat melibatkan siswa dalam kegiatan
belajar yang aktif sehingga terjadi proses asimilasi, akomodasi dan organisasi
dalam struktur kognitif siswa. Bila terjadi proses konstruksi pengetahuan dengan
baik maka siswa akan dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang
dipelajari.
Model pembelajaran ini memiliki tiga langkah sederhana, yaitu fase eksplorasi
kelompok-kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji
prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan melalui kegiatan praktikum. Fase
penjelasan konsep (explaination), siswa lebih aktif untuk menentukan atau
me-ngenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya di
dalam fase eksplorasi. Fase penerapan konsep (elaboration), dimaksudkan
mengajak siswa untuk menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik
yang sama ataupun yang lebih tinggi tingkatannya.
Karplus (Sunal.1994) “science learning should be a process of self–regulation in which the learner forms new reasoning patterns. These will result from reflection, after the pupil interacts with phenomena and with the ideas of others.”
Menurut Karplus (Sunal.1994) ada tiga siklus dalam pembelajaran. Tahap
pertama adalah eksplorasi di mana siswa belajar dengan sedikit bimbingan dari
guru mengenai fenomena alam maupun gagasan yang menghasilkan perta-nyaan-
pertanyaan yang tidak dapat mereka jawab. Pada fase kedua dari konsep ini
adalah fase explaination dimana konsep yang akan dibelajarkan dijelaskan oleh
guru. Pada tahap ini siswa dituntut untuk lebih aktif. Yang terakhir, yaitu tahap
aplikasi (elaboration), konsep diterapkan melalui situasi baru dan memperluas
jangkauan kegunaan konsep. Pada Fase ini pembelajaran dicapai melalui
pengu-langan dan praktik sehingga ada waktu untuk menstabilkan gagasan baru dan
pemikiran siswa.
(Fajaroh dan Dasna, 2007) menyatakan bahwa pada tahap eksplorasi, siswa diberi
kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam
berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan-kegiatan seperti melakukan
so-sial, dan lain-lain. Dari kegiatan ini diharapkan timbul ketidakseimbangan dalam
struktur mentalnya (cognitive disequilibrium) yang ditandai dengan munculnya
pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada berkembangnya daya nalar tingkat
tinggi (high level reasoning) yang diawali dengan kata-kata seperti mengapa dan
bagaimana. Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan
indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase pengenalan konsep (explanation).
Pada fase penjelasan konsep (explanation), diharapkan terjadi proses menuju
ke-setimbangan antara konsep yang telah dimiliki siswa dengan
konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya
nalar seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi. Pada fase terakhir, yakni
penerapan konsep (elaboration), siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya
melalui berbagai kegiatan-kegiatan seperti problem solving atau melakukan
per-cobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkatkan pemahaman konsep
dan motivasi belajar karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang
mereka pelajari. Menurut Karplus dan Their (Fajaroh dan Dasna, 2007).
Kegiatan dalam tiap faseLC 3E mewadahi siswa untuk secara aktif membangun
konsep-konsepnya sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik
maupun sosial.
Hudojo (2001) mengemukakan bahwa:
Implementasi LC 3E dalam pembelajaran sesuai dengan pandangan konstruktivis:
1. siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa,
2. informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa. informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu, 3. orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan
LC 3E merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah
karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan
siswa. Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan
meningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran menurut
Cohen dan Clough (Fajaroh dan Dasna, 2007).
D. Keterampilan Proses Sains
Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses,
produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki KPS. Dalam pembelajaran IPA aspek
proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih
penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. Dengan kata lain bila
seseorang telah memiliki KPS, IPA sebagai produk akan mudah dipahami, bahkan
mengaplikasikan dan mengembangkannya. KPS adalah semua keterampilan yang
terlibat pada saat proses berlangsungnya sains. KPS penting dimiliki guru untuk
digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan pengetahuan/ informasi baru
kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan atau informasi yang telah
dimiliki siswa.
Hartono (Fitriani, 2009) mengemukakan:
Pendekatan keterampilan proses sains dirancang dengan beberapa tahapan yang
diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep. Tahapan-tahapan pendekatan
pembelajaran keterampilan proses sains menurut Dimyati dan Mudjiono (2009):
Pendekatan keterampilan proses lebih cocok diterapkan pada pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan: (1) Penam-pilan fenomena. (2) apersepsi, (3) menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, (4) demonstrasi atau eksperimen, (5) siswa mengisi lembar kerja. (6) guru memberikan penguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan.
Penerapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains memungkinkan
siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang pada dasarnya
sudah dimiliki oleh siswa. Hal itu didukung oleh pendapat Arikunto (2004): “Pendekataan berbasis keterampilan proses adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya keterampilan-keterampilan intelektual tersebut telah ada pada siswa. “
Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan instruksional yang berada
diluar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa.
Menurut pendapat Moejiono dan Dimyati (1992) keterampilan proses sains dibagi
menjadi dua antara lain:
Tabel 1. Indikator Keterampilan Proses Sains Terintegrasi Keterampilan Proses Sains Terintegrasi Indikator Merumuskan masalah
Mampu menyatakan hubungan antara dua variabel, mengajukan perkiraan penyebab suatu hal terjadi dengan mengungkapkan bagaimana cara melakukan pemecahan masalah.
Mengidentifikasi variabel
Mampu mengidentifikasi semua variabel jika digunakan dalam percobaan.
Mendeskripsikan hubungan antar variabel
Mampu mendeskripsikan hubungan antar variabel yang digunakan dalam percobaan
Mengendalikan variabel
Mampu mengidentifikasi variabel yang mempengaruhi hasil percobaan, menjaga
kekonstanannya selagi memanipulasi variabel bebas. Mendefinisikan
variabel secara operasional
Mampu menyatakan bagaimana mengukur semua faktor atau variabel dalam suatu eksperimen.
Memperoleh dan menyajikan data
Mampu menyajikan data hasil percobaan dalam bentuk tabel, grafik, gambar dan bagan.
[image:24.595.121.503.102.547.2]Menganalisis data Mampu menganalisis data dari tabel, bagan maupun grafik.
Merumuskan hipotesis
Mampu merumuskan hipotesis berdasarkan permasalahan yang telah diberikan
Merancang
percobaan/penelitian
Mampu merancang sebuah percobaan
Melakukan Eksperimen
Mampu melakukan kegiatan, mengajukan pertanyaan yang sesuai, menyatakan hipotesis, mengidentifikasi dan mengontrol variabel, mendefinisikan secara operasional variabel-variabel, mendesain sebuah eksperimen yang jujur, menginterpretasi hasil eksperimen.
E. Keterampilan Memperoleh dan Menyajikan data
Keterampilan memperoleh dan menyajikan data adalah kemampuan memperoleh
informasi atau data dari orang atau sumber informasi lain dengan cara lisan,
tertulis, atau pengamatan dan mengkajinya lebih lanjut secara kuantitatif atau
Data yang diperoleh dari percobaan atau penyelidikan dicatat, kemudian disusun
secara sistematis. Selanjutnya data tersebut disajian dalam bentuk tabel, grafik,
atau gambar disesuaikan dengan jenis datanya. (Dimyati dan Mudjiono, 2006)
F. Keterampilan Menganalisis Data
Menurut Kurikulum SMKTA 1984 (Soetarjo,1998) keterampilan menganalisis
data terdiri dari menaksir, memberi arti, memproposisikan, mencari hubungan,
menemukan pola, menarik kesimpulan dan menggeneralisasi. Keterampilan
menganalisis data merupakan kegiatan menafsirkan data yang diperoleh dari hasil
observasi, pengukuran, perhitungan, eksperimen (penelitian sederhana) atau
se-rangkaian data yang ditampilkan melalui data tabel, grafik, histogram maupun
diagram.
G. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran melalui LC 3E, terutama dalam membelajarkan materi asam basa,
merupakan pembelajaran siklus belajar mengharuskan siswa membangun sendiri
pengetahuannya dengan memecahkan permasalahan melalui arahan dan
bim-bingan guru. Model pembelajaran ini memiliki tiga langkah sederhana, yaitu fase
eksplorasi (exploration), fase penjelasan konsep (explaination), dan fase
penerap-an konsep (elaboration). Fase eksplorasi siswa diberi kesempatan untuk
meman-faatkan indra penglihatannya, diajak untuk melakukan percobaan, mengamati
data-data larutan asam dan basa pada kehidupan sehari-hari dan yang ada di
laboratorium yang mengarahkan siswa untuk berfikir lebih lanjut dan
mengakibatkan timbulnya pertanyaan-pertanyaan dari dalam diri siswa yang tidak
menempuh fase penjelasan konsep. Fase penjelasan konsep (explaination), pada
fase ini berdasarkan data-data larutan asam basa menurut Arrhenius dan data-data
derajat keasaman dari beberapa larutan asam dan basa, Selanjutnya siswa
dibimbing untuk menggolongkan larutan asam basa menurut Arrhenius dan siswa
diminta untuk menemukan konsep pH dan pOH serta hubungan antara pH, pOH
dan pKw. Pada fase penerapan konsep (elaboration), siswa diminta untuk
mengerjakan soal evaluasi pada LKS mengenai asam basa Arhenius untuk melatih
keterampilan menganalisis data.
Melalui pembelajaran dengan menggunakan LC 3E, siswa diajak mencari tahu
jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Sehingga guru dapat melatih
siswa dalam keterampilan memperoleh dan menyajikan serta menganalisis data
sebagai salah satu komponen dalam Keterampilan Proses Sains Terintegrasi.
Berdasarkan uraian di atas apabila pada pembelajaran kimia digunakan model
pembelajaran LC 3E diharapkan dapat meningkatkan keterampilan memperoleh
dan menyajikan serta menganalisis data.
G. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:
1. Siswa kelas XI IPA SMAN 1 Way Jepara Tahun 2012-2013 yang menjadi
obyek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam kemampuan
memperoleh dan menyajikan data serta menganalisis data.
2. Perbedaan peningkatan keterampilan memperoleh, menyajikan dan
Jepara tahun pelajaran 2012/2013 hanya dipengaruhi oleh pembelajaran yang
diterapkan pada masing-masing kelas.
3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi peningkatan keterampilan memperoleh,
menyajikan dan menganalisis data pada materi pokok asam basa siswa kelas XI
IPA 2 dan XI IPA 3 semester genap SMA Negeri 1 Way Jepara tahun pelajaran
2012/2013 diabaikan.
H. Hipotesis
Pembelajaran materi asam basa melalui model pembelajaran LC 3E dapat
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Jepara Kabupaten Lampung Timur
pada bulan Desember 2012 sampai Mei 2013.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMAN 1 Way
Jepara Tahun Ajaran 2012-2013 yang berjumlah 124 siswa dan tersebar dalam
empat kelas yang masing-masing kelas terdiri atas 30 hingga 32 siswa.
Selanjutnya dari populasi tersebut diambil sebanyak dua kelas untuk dijadikan
sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan diberi
perlakuan dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa data hasil tes
memperoleh dan menyajikan data serta menganalisis data sebelum penerapan
pembelajaran (pretes) dan memperoleh dan menyajikan data serta menganalisis
data sebelum penerapan pembelajaran (pretes) penerapan pembelajaran (postes).
Data ini bersumber dari seluruh siswa kelas eksperimen dan seluruh siswa kelas
D. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan Non
Eqiuvalent (Pretest-Posttest) Control Group Design (Creswell, 1997) dengan
[image:29.595.118.456.261.308.2]urutan kegiatan seperti yang terlihat pada tabel 2.
Tabel 2. Desain penelitian
Kelas Pretes Perlakuan Postes
Kelas eksperimen O1 X O2
Kelas kontrol O1 - O2
Dengan keterangan O1 adalah pretest yang diberikan sebelum perlakuan.
Kemudian pada kelas eksperimen diterapkan perlakuan model pembelajaran LC
3E (X). Selanjutnya, kedua kelompok sampel diberikan postest (O2).
Oleh karena peneliti ingin mendapatkan kelas dengan tingkat kemampuan
akademik yang sama, peneliti memilih teknik purposive sampling dalam
pengambilan sampel. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel
yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti
sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Syaodih, 2009).
Dalam pelaksanaannya peneliti meminta bantuan pihak sekolah, yaitu guru bidang
studi kimia yang memahami karakteristik siswa di sekolah tersebut untuk
menen-tukan dua kelas dengan tingkat kemampuan akademik yang sama dan peneliti
mendapatkan kelas XI IPA 2 dan XI IPA 3 sebagai sampel penelitian. Kelas XI
pembelajaran LC 3E, sedangkan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol yang
mengalami pembelajaran konvensional.
E. Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Sebagai
variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model
pembelajaran LC 3E dan pembelajaran konvensional. Sebagai variabel terikat
adalah keterampilan proses sains terintegrasi (keterampilan memperoleh dan
menyajikan data serta menganalisis data) pada materi pokok asam basa siswa
kelas XI IPA SMAN 1 Way Jepara Tahun 2012-2013.
F. Instrumen dan Validitas Penelitian
1. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa pemetaan, silabus, RPP,
lembar kerja siswa (LKS), kisi-kisi soal, soal pretes dan postes yang dapat melatih
siswa untuk meningkatkan keterampilan memperoleh dan menyajikan serta
menganalisis data. Dalam pelaksanaannya, kelas kontrol dan kelas eksperimen
diberikan soal yang sama. Soal pretes adalah materi asam basa yang terdiri dari 4
butir soal uraian untuk mengukur kemampuan siswa dalam memperoleh dan
menyajikan data dan 4 butir soal uraian untuk mengukur kemampuan siswa dalam
menganalisis data.
2. Validitas Instrumen
Uji validitas instrumen ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini
tujuan penelitian, tujuan pengukuran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya.
Bila antara unsur-unsur itu terdapat kesesuaian, maka dapat dinilai bahwa
instrumen dianggap valid untuk digunakan dalam mengumpulkan data sesuai
kepentingan penelitian yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam melakukan
judgment diperlukan ketelitian dan keahlian penilai, maka peneliti meminta ahli
untuk melakukannya. Dalam penelitian ini dilakukan oleh dosen pembimbing
untuk mengujinya.
G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Langkah-langkah penelitian ini adalah:
1. Observasi Pendahuluan
Tujuan observasi pendahuluan:
a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SMAN 1 Way Jepara untuk
melaksanakan penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan
informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan
sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana
pendukung pelaksanaan penelitian.
c. Peneliti menentukan populasi dan sampel penelitian.
2. Pelaksanaan Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
a. Tahap persiapan, peneliti menyusun analisis konsep, silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
b. Tahap pelaksanaan penelitian, adapun prosedur pelaksanaan penelitian
eksperimen dan kelas kontrol; (2) melaksanakan kegiatan pembelajaran pada
materi asam basa sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di
masing-masing kelas, model pembelajaran Learning Cycle 3-E diterapkan di
kelas eksperimen serta pembelajaran konvensional diterapkan di kelas kontrol;
(3) melakukan postes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol; dan (4) melakukan tabulasi dan analisis data.
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan
[image:32.595.116.495.305.656.2]di bawah ini:
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian
Mempersiapkan instrumen dan perangkat pembelajaran
Menentukan Populasi dan Sampel
Kelas Eksperimen Pretest Kelas Kontrol
Posttest Pembelajaran
konvensional Pembelajaran LC 3E
Analisis Data
Pembahasan dan simpulan Validasi instrumen
H. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan
untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan
hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
a. Perhitungan Nilai Siswa
Nilai pretes dan postes pada penilaian memperoleh dan menyajikan data serta
menganalisis data dirumuskan sebagai berikut:
100 x maksimal skor Jumlah diperoleh yang jawaban skor Jumlah siswa Nilai
Data yang diperoleh kemudian dianalisis, dengan menghitung gain yang
selanjutnya digunakan pengujian hipotesis.
b. Perhitungan n-Gain
Untuk mengetahui kemampuan memperoleh dan menyajikan data serta
menganalisis data pada materi pokok asam basa antara model pembelajaran LC
3Edengan pembelajaran konvensional, maka dilakukan analisis skor gain
ternormalisasi. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai
pretes dan postes dari kedua kelas. Rumus n-Gain (g) menurut Hake (1999)
adalah sebagai berikut:
2. Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Uji normalitas
Hipotesis untuk uji normalitas :
Ho = data penelitian berdistribusi normal
H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal
Untuk uji normalitas data digunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan : = uji Chi- kuadrat
fo = frekuensi observasi fe = frekuensi harapan
Data akan berdistribusi normal jika χ2 hitung ≤ χ2
tabel dengan taraf signifikan 5%
dan derajat kebebasan dk = k – 3 (Sudjana, 2005)
b. Uji homogenitas
Karena pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumusan statistik uji
kesamaan dua rata-rata uji satu pihak, yakni uji pihak kanan, maka untuk uji
statistik ini diperlukan pengujian homogenitas kedua varians kelas sampel.
Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah:
H1: σ12 ≠ σ22 Kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang tidak homogen.
Sedangkan untuk uji homogenitas kedua varians kelas sampel, digunakan uji
kesamaan dua varians, dengan rumusan statistik :
dengan
Keterangan:
S = simpangan baku
x = n-Gain siswa
= rata-rata n-Gain
n = jumlah siswa
Dengan kriteria uji adalah terima jika < pada taraf nyata 5%
(Sudjana, 2005).
c. Uji Perbedaan Dua Rata-Rata
Uji perbedaan dua rata-rata dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik,
hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis
al-ternatif (H1) sehingga rumusan hipotesis menjadi:
1. Hipotesis satu (Kemampuan Memperoleh dan Menyajikan data)
H0 : µ1x≤ µ2x
H0 : Rata-rata n-Gain kemampuan memperoleh dan menyajikan data siswa pada
pembelajaran LC 3E lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain
kemampuan memperoleh dan menyajikan data siswa dengan pembelajaran
konvensional.
H1 : µ1x> µ2x
H1 : Rata-rata n-Gain kemampuan memperoleh dan menyajikan data siswa pada
materi pokok asam basa yang diterapkan pembelajaran melalui model
pembelajaran LC 3E lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain kemampuan
memperoleh dan menyajikan data siswa dengan pembelajaran konvensional.
2. Hipotesis dua (Kemampuan Menganalisis data)
H0 : µ1y≤ µ2y
H0 : Rata-rata n-Gain kemampuan menganalisis data siswa pada materi pokok asam basa yang diterapkan pembelajaran melalui model pembelajaran LC 3E
lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain kemampuan menganalisis
data siswa dengan pembelajaran konvensional.
H1 : µ1y> µ2y
H1 : Rata-rata n-Gain kemampuan menganalisis data siswa pada materi pokok
asam basa yang diterapkan pembelajaran melalui model pembelajaran LC 3E
lebih tinggi dari pada rata-rata n-Gain kemampuan menganalisis data siswa
dengan pembelajaran konvensional.
Keterangan:
µ1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi asam basa yang diterapkan melalui model pembelajaran LC 3E
x : kemampuan memperoleh dan menyajikan data
y : kemampuan menganalisis data
Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data, jika
kedua varians kelas sampel homogen (σ12= σ22
), maka uji yang dilakukan
menggunakan rumus yang mengacu pada Sudjana (2005) sebagai berikut :
2 1 2 1 n 1 n 1 S x -x t dengan 2 -n n s 1 n s 1 n S 2 1 2 2 2 2 1 1 2 Keterangan:
t = Koefisien t
1
x = Mean n-Gain keterampilan mengendalikan variabel/ keterampilan
mengidentifikasi variabel secara operasioanal kelas eksperimen
2
x = Mean n-Gain keterampilan mengendalikan variabel/ keterampilan
mengidentifikasi variabel secara operasioanal kelas kontrol
2 1
s = Varians kelas eksperimen
2 2
s = Varians kelas kontrol
2
s = Varians kedua kelas
1
n = Jumlah sampel kelas eksperimen
2
n = Jumlah sampel kelas kontrol
dengan kriteria pengujian terima Ho jika t t1 - dan tolak Ho jika mempunyai
harga-harga lain. Langkah selanjutnya, yaitu mencari harga t tabel pada tabel
distribusi t dengan level signifikan 0,05 dan dk n1 n2-2 untuk 12 22,
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan dalam
penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Rata-rata n-Gain keterampilan memperoleh dan menyajikan data pada materi
pokok asam-basa dengan model pembelajaran LC 3E lebih tinggi daripada
pembelajaran konvensional siswa SMAN 1 Way Jepara.
2. Rata-rata n-Gain keterampilan menganalisis data pada materi pokok
asam-basa dengan model pembelajaran LC 3E lebih tinggi daripada pembelajaran
konvensional siswa SMAN 1 Way Jepara.
3. Pembelajaran materi asam basa melalui model pembelajaran LC 3E pada
materi asam-basa dapat meningkatkan keterampilan memperoleh dan
menyajikan data serta menganalisis data karena setiap tahapan
pembelajaran-nya dapat melatih dan mengembangkan kemampuan siswa dalam
menemu-kan suatu konsep dan melatih siswa membuat pola hasil pengamatan yang
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian agar lebih
mem-perhatikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran sehingga
pembelajaran lebih maksimal.
2. Agar penerapan model pembelajaran LC 3E berjalan maksimal, guru harus
mempersiapkan bahan-bahan dan alat-alat praktikum dengan maksimal, agar
hasil pengamatan yang diharapkan sama dengan apa yang ditemukan siswa
pada fase eksplorasi.
3. Model pembelajaran LC 3E dapat dipakai sebagai alternatif model
pembela-jaran bagi guru dalam membelajarkan materi asam-basa dan materi lain
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. 2008. Learning To Teach. Edisi VII. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Arikunto, S. 2004. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA.BSNP. Jakarta.
Bell, G.M.E. 1994. Belajar dan Membelajarkan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta
Creswell, J. W. 1997. Research Design Qualitative and Quantitative Approaches. Sage Publications. London.
Depdiknas. 2003. Pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta.
Fajaroh, F. dan I W. Dasna. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar. September 2007. FMIPA UM. 10 Desember 2012 (online)
http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20/pembelajaran-dengan-model-siklus-belajar-learning-cycle.
Fitriani, D. 2009. Penerapan Model Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI) Berbasis Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Laju Reaksi (PTK Pada Siswa Kelas XII IPA 2 SMAN 1 Bandar Lampung TP 2009-2010). Skripsi.FKIP UNILA. Bandar Lampung.
Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseedingof The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung.
Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Makalah Semlok Konstruktivisme sebagai Rangkaian Kegiatan Piloting JICA. FMIPA UM.
Purba, M. 2006. KIMIA SMA Kelas XI. Erlangga. Jakarta.
Retnaningati,D. 2011. Jurnal Skripsi Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. November 2012. http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/bio/article/download/40/28.
Rosilawati, I. 2011. Penerapan Learning Cycle 3E untuk Meningkatkan kemampuan berkomunikasi mahasiswa mata kuliah Organik I. Proseding Seminar Nasional LS IV: Universitas Negeri Malang. Malang.
Trianto. 2010. Model- Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Bandung.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif berorientasi konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Septiana, C. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving pada Materi Asam-Basa dalam Meningkatkan Keterampilan Memprediksi pada Siswa.
Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.
Soetardjo dan Soejitno.1998. Proses Belajar Mengajar dengan Metode Pendekatan Keterampilan Proses. SIC. Surabaya.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung
Sunal, D. W. The Learning Cycle: A Comparison of Models of Strategies for Conceptual Reconstruction: A Review of the Literature. - - -.Desember 2012.
http://astlc.ua.edu/ScienceInElem&MiddleSchool/565LearningCycle-ComparingModels.htm. 3 September 2011.
Suparno, A.S. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Suri, F.I. 2011. Efektifitas Model Pembelajaran Learning Cycle 3E pada Materi Kesetimbangan Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Interpretasi Siswa XI IPA SMA Al-Kautsar. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.