Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh:
SUCI KUSMAYANTI NIM: 1111051000166
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
iv
Novel merupakan salah satu bentuk media berupa karya sastra yang dapat digunakan untuk menyampaikan isi pemikiran penulis kepada para pembaca yang panjang ceritanya bisa lebih dari 40.000 kata. Agar para pembaca dapat dengan mudah memahami makna dan nilai-nilai yang ingin disampaikan lewat novel, para penulis pun harus lihai memainkan kata-katanya sehingga tak jarang mereka menyampaikan alur ceritanya dengan narasi. Seiring perkembangannya, kini novel juga dapat berupa karya non-fiksi, misalnya saja seperti novel biografi. Hakikatnya, buku non-fiksi terbagi dua jenis, non-fiksi murni dan non-fiksi kreatif. Novel biografi termasuk kedalam jenis buku non-fiksi kreatif yang merupakan karya tulis berisikan data otentik yang dikembangkan dengan imajinasi. Seperti halnya novelAyah...karya Irfan Hamka yang sebetulnya ber-genre biografi namun dikemas dengan gaya novel dimana banyak penggunaan narasi yang bermakna keteladanan seorang tokoh Buya Hamka dalam alur cerita tersebut.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka muncul pertanyaan yaitu, Bagaimana narasi keteladanan Buya Hamka menurut Teori Naratif Walter Fisher?, Bagaimana struktur narasi keteladanan Buya Hamka yang ada dalam novel Ayah… karya Irfan Hamka menurut Tzvetan Todorov?.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori naratif Walter Fisher, dimana peneliti akan memilih setiap narasi keteladanan yang terdapat dalam novel
Ayah... tersebut. Secara umum, teori naratif adalah suatu teori dimana Fisher mengemukakan keyakinan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita. Menurutnya, orang-orang dapat terpengaruh atau terbujuk oleh sebuah cerita ketimbang oleh suatu argumen. Sehingga itu membuat narasi peran yang signifikan dalam pembentukan pola pikir seseorang.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif menggunakan analisis data yang merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk menganalisis data dengan model analisis naratif Tzvetan Todorov. Model analisis tersebut membagi setiap narasi kedalam beberapa struktur. Karena menurutnya, setiap narasi baik disengaja ataupun tidak pasti memiliki struktur yang ikut berperan dalam pembentukan makna dalam narasi.
Dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka ini, baik penulis maupun editor dari pihak Republika Penerbit memiliki satu misi yang sama. Sehingga membuat tampilan dalam novel tersebut menjadi tersaji sedemikian rupa. Mereka ingin memperkenalkan sosok yang dapat diteladani oleh masyarakat Indonesia khususnya yang terdapat dalam diri seorang ulama besar Buya Hamka. Untuk mempermudah penyampaian maksud dari isi novel tersebut, mereka pun menggunakan narasi bergaya novel dengan bahasa ringan sehingga memudahkan para pembaca untuk memahami maksud dalam setiap tulisan pada novelAyah...karya Irfan Hamka tersebut.
v
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah Swt yang telah memberikan
rahmat, dan juga nikmat yang begitu banyak sehingga dengan ridho-Nya peneliti
dapat menyelesaikan skripsi ini, shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada
nabi Muhammad SAW dan seluruh keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya.
Dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Arief Subhan, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Suparto Ph.D, M.Ed, Wakil Dekan Bidang Akademik. Drs. Jumroni M.Si, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum. Drs. Wahidin Saputra M.A, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama.
2. Rachmat Baihaky M.A, Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi, dan Fita Faturrohmah, M.A, Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Siti Nurbaya, M.Si, dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu,
tenaga dan pikiran untuk memberikan masukan tentang penyusunan skripsi ini. 4. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah mendidik
vi penelitian skripsi ini.
6. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi yang telah melayani peminjaman buku-buku literatur sebagai referensi dalam penyusunan skripsi ini.
7. Republika Penerbit khususnya kepada Iqbal Santosa selaku Editor Senior
Republika Penerbit, yang di sela kesibukannya menyempatkan diri untuk
menjadi narasumber serta membantu peneliti dalam penelitian ini.
8. Kedua orangtua tercinta Ayanda Dedi Kusmayadi dan Ibunda Neneng Siti
Rukoyah, yang senantiasa men-support secara moril juga materil demi kelancaran skripsi ini. Keikhlasan, kesabaran, dan kegigihan mereka dalam mendidik dan menyayangi peneliti juga atas cinta dan do’a mereka yang tak pernah putus untuk peneliti membuat semangat peneliti semakin kuat untuk menyelesaikan skripsi ini. Semua ini, peneliti persembahkan khusus untuk mamah, papah yang peneliti cintai.
9. Kemudian untuk sahabat terbaik seperjuangan, yaitu Maria Ulpa dan
Hairunisa yang selalu membangkitkan semangat peneliti ketika redup dan
selalu memberikan canda tawa yang membuat peneliti selalu tersenyum
ketika bersama. Semoga persahabatan kita terus terjalin dan terkenang
indah sepanjang masa.Love you, all….
10. Terima kasih juga peneliti ucapkan kepada teman-teman KPI angkatan
2010 dan 2011, yang telah menemani penulis merasakan hiruk pikuk
vii
dukungan, dan juga saran kepada peneliti sampai skripsi ini tuntas dengan
baik.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan,
akan tetapi peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin dengan baik. Semoga
skripsi ini dapat menjadi suatu yang bermanfaat bagi pembacanya.
Jakarta, 26 Maret 2015
viii
LEMBAR PENGESAHAN ... . i
LEMBAR PERNYATAAN ... .. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ... 11
C. Tujuan Penelitian ... 11
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Tinjauan Pustaka ... 12
F. Metodologi Penelitian ... 13
G. Sistematika Penulisan ... 19
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Narasi ... 21
B. Teori Naratif Walter Fisher ... 25
C. Analisis Naratif Tzvetan Todorov ... 27
D. Pengertian Novel Biografi ... 33
ix
B. Bagian Inti NovelAyah... ... 46
C. Latar Belakang Penulisan dan Penerbitan NovelAyah… 51 D. Biografi Irfan Hamka (Penulis Novel Ayah…) ... 53
E. Biografi Buya Hamka (Tokoh Ayah) ... 55
BAB IV ANALISIS HASIL TEMUAN DAN INTERPRETASI A. Temuan dan Pembahasan dalam NovelAyah... ... 67
1. Teori Naratif Walter Fisher ... 68
a. Keteladanan Untuk Keluarga ... 70
b. Keteladanan Untuk Agama ... 76
c. Keteladanan Untuk Negara ... 96
2. Model Analisis Tzvetan Todorov ... 99
B. Interpretasi dalam NovelAyah... ... 111
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 121
B. Saran ... 128
DAFTAR PUSTAKA ... 131
[image:10.612.118.508.95.593.2]x
Gambar 2.1 Perbedaan Cerita dan Alur ... 29
Gambar 2.2 Struktur Narasi ... 32
Gambar 3.1 Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA) ... 56
Tabel 3.1 Karya Tulis Buya Hamka ... 61
1 A. Latar Belakang Masalah
Saat ini, banyak berbagai macam cara digunakan oleh para komunikator
untuk menyampaikan ide dan gagasannya kepada para komunikan. Tujuan dari
komunikasi itu sendiri adalah mengharap adanya partisipasi dari komunikan atas
ide–ide atau pesan–pesan dari komunikator sehingga dari pesan yang disampaikan
tersebut terjadi perubahan sikap dan tingkah laku yang diharapkan.1 Seperti
halnya seorang penulis yang menggunakan karya tulisnya sebagai media untuk
menyampaikan argumen dan pemikirannya kepada para pembaca. Banyak jenis
karya tulis yang mereka gunakan untuk menyampaikan isi pemikirannya baik itu
karya itu berbentuk buku fiksi atau buku non-fiksi. Salah satunya seperti buku
novel.
Novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan biasanya
berbentuk sebuah cerita. Panjang cerita novel dapat lebih dari 40.000 kata dan
tidak memiliki batas maksimal karena tidak ada batasan struktural dan metrikal
sandiwara atau sajak. Biasanya novel berisikan kisah tokoh-tokoh imajinatif
dalam cerita dengan berbagai macam peran dan karakter tokoh yang bervariatif.
1
Alur ceritanya selalu mengenai seputar realitas kehidupan sehari-hari dengan
memfokuskan pada sisi-sisi yang aneh dan unik dari narasi cerita tersebut.2
Seiring perkembangannya, novel kini bukan hanya berbentuk buku fiksi
saja, yang isi dan pembahasannya hanya tentang tokoh-tokoh imajinasi dengan
alur cerita yang berlatar belakang realitas kehidupan sehari-hari namun dibumbui
dengan cerita fiktif tanpa fakta atau data otentik lainnya. Karena biasanya novel
dibuat hanya untuk menjadi sebuah media hiburan saja bagi pembaca yang senang
membaca cerita-cerita fiksi yang seru, unik dan menghibur. Saat ini novel juga
dapat berupa sebuah karya buku non-fiksi, dimana bukan hanya sebuah cerita
fiktif belaka akan tetapi terdapat data otentik dalam alur cerita dan narasi yang
terdapat dalam buku novel tersebut.
Buku merupakan kumpulan tulisan seseorang yang telah disusun sehingga
seseorang dapat membacanya secara sistematis apa yang diungkapkan oleh
penulisnya. Buku juga memiliki peran besar dalam masyarakat karena dengan
membaca buku masyarakat dapat mengetahui banyak informasi juga pengetahuan
sehingga memunculkan sudut pandang terhadap masing–masing pembacanya.3
Pada hakikatnya, buku memang terbagi menjadi dua macam, yaitu buku
fiksi dan non-fiksi. buku fiksi merupakan suatu karya sastra yang mengungkap
realitas kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi penulis
maupun pembaca. Sedangkan buku non-fiksi merupakan karya tulis yang dibuat
berdasarkan data-data otentik saja, namun ada juga yang dikembangkan dengan
2
Wikipedia,Novel, artikel diakses pada pukul 01.16 WIB tanggal 23 februari 2015 dari
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Novel
3
imajinasi penulis. Buku non-fiksi terbagi menjadi dua jenis, diantaranya buku
non-fiksi murni dan buku non-fiksi kreatif.
Buku non-fiksi murni adalah buku yang tulisan yang berdasarkan
data-data otentik saja dengan gaya ilmiah sedangkan buku non-fiksi kreatif adalah
hasil karya tulis yang sama-sama berdasarkan data-data otentik namun
dikembangkan dengan imajinasi seorang penulis buku tersebut. Umumnya dapat
berupa cerita, prosa, puisi, dan juga novel.4
Novel yang memiliki data-data otentik didalamanya ada dalam berbagai
bentuk, salah satunya yaitu novel biografi. Biografi merupakan tulisan yang berisi
riwayat hidup yang ditulis oleh orang lain. Secara umum biografi berisi narasi
perjalanan hidup seorang tokoh, deskripsi kegiatan atau peristiwa yang
dialaminya, ekspresi termasuk gagasan, perasaan, dan pandangan hidup. Biografi
juga sangat penting untuk dibaca karena di dalamnya terkandung nilai pendidikan
atau moral bagi pembacanya.5
Dalam menggambarkan sosok atau tokoh yang sedang dibahas buku
biografi biasanya memang menggunakan bahasa ilmiah tetapi berbeda dalam
buku biografi yang berbentuk novel atau bisa juga disebut sebagai novel
non-fiksi/ novel biografi, sosok yang diceritakan tidak menggunakan bahasa ilmiah
dan kaku melainkan dengan menggunakan gaya bahasa yang ringan dan santai
sehingga terciptalah suatu narasi dan alur cerita di dalamnya yang membuat para
4
Bahasaku Inspirasiku, “Perbedaan Karya Fiksi dan NonFiksi” artikel ini diakses pada pukul
01.39 WIB tanggal 23 februari 2015 dari http://adeku-bahasaku.blogspot.com/2011/10/perbedaan-karya-fiksi-dan-nonfiksi.html?m=1
5
pembaca jadi lebih antusias untuk terus membacanya sampai akhir cerita, bahkan
secara sengaja atau tidak, dengan penggunaan bahasa gaya novel dalam suatu
buku biografi, terciptalah unsur sastra di dalamnya sehingga terbentulah suatu
karya tulis berupa novel biografi.
Sebuah biografi yang berbentuk novel dengan gaya bahasa ringan dan
narasi yang menarik seperti novel seakan menjadi suatu alat penyampai ide yang
lumayan efektif karena gaya bahasa yang digunakan dalam sebuah tulisan juga
memiliki peran penting terhadap pemaknaan suatu tulisan dalam sebuah narasi,
karena itu akan memberikan pengaruh atau suatu pola pikir kepada para
pembacanya.
Narasi merupakan suatu tulisan yang biasanya ditulis berdasarkan rekaan
atau imajinasi. Akan tetapi, bukan hanya itu, narasi yang ditulis juga dapat berupa
suatu tulisan berdasarkan pengalaman pribadi penulis, pengamatan atau
wawancara dan pada umunya berupa himpunan peristiwa yang disusun
berdasarkan urutan kejadian atau waktu.6
Narasi, baik itu dalam bentuk narasi fiksi ataupun narasi fakta mempunyai
fungsi tertentu dalam masyarakat. Dalam pembentukkan sebuah pandangan benar
atau salah, boleh atau tidak boleh, narasi memiliki peran tersendiri. Itu artinya
narasi pun berkaitan dengan ideologi. Narasi memperkuat ideologi (keyakinan
dan kepercayaan) yang terdapat dalam pola pikir masyarakat. Lewat narasi baik
berupa fiksi atau fakta sebuah cerita, karakter dan peristiwa diperkenalkan kepada
para anggota masyarakat lalu kemudian turun temurun dari generasi ke generasi
6
sehingga bahkan menjadi suatu panduan bersikap dan berprilaku bagi anggota
masyarakat tersebut.7
Maka dari itu seorang tokoh yang dinarasikan dalam sebuah novel biografi
tentu menggunakan bahasa tertentu sehingga kalimat-kalimat dalam buku tersebut
dapat menggambarkan sosok tokoh yang sedang dibahas. Tetapi setiap tulisan
yang dipakai dalam penulisan tersebut merupakan suatu hal yang perlu
diperhatikan, karena penggunaan bahasa dalam suatu kalimat terlebih dalam
menggambarkan suatu sosok, akan menimbulkan suatu pemaknaan tertentu
kepada setiap pembacanya. Artinya seseorang dapat juga menuangkan dan
menyampaikan ideologi, gagasan dan idenya kepada para pembaca lewat
tulisannya dalam suatu buku, khususnya dalam buku novel biografi.
Dengan narasi pun kita dapat memberikan contoh teladan kepada para
pembaca tentang sosok yang hebat sehingga membuat para pembaca terinspirasi
dengan tokoh tersebut karena narasi pun dapat tergambar dengan adanya narasi
perjalanan atau kisah hidup seseorang yang sedang dibahas dalam buku tersebut.
Sehingga buku biografi yang menggunakan narasi dengan gaya tutur novel atau
singkatnya novel biografi tentu akan dengan mudah menyalurkan ideologi penulis
tentang seorang tokoh kepada para pembacanya. Misalnya saja seperti
penggambaran narasi keteladanan seorang tokoh dalam novel biografi.
Keteladanan sendiri asal katanya adalah “teladan” yang artinya sesuatu
yang patut ditiru atau dicontoh, baik itu tentang perbuatan, kelakuan ataupun sifat.
7
Sedangkan menurut istilah, keteladanan adalah suatu perilaku seseorang yang
sengaja ataupun tidak sengaja dilakukan atau dijadikan contoh bagi orang yang
mengetahuinya atau melihatnya, begitu pula dengan para pembacanya yang
membaca kisah sosok yang menginspirasinya tersebut.8
Dalam bahasa Arab, kata teladan adalah “uswatun hasanah” dalam kamus
Mahmud Yunus “uswatun hasanah” didefinisikan “uswatun” sama dengan
“qudwah” artinya “ikutan” dan “hasanah” artinya perbuatan yang baik. Dari
definisi tersebut maka “uswatun hasanah” adalah suatu perbuatan baik seseorang
yang patut ditiru atau diikuti orang lain. Menjadi seorang panutan yang baik
merupakan satu metode juga dalam pendidikan terpenting, karena manusia
memiliki keinginan kuat yang bersifat pada diri manusia yang mengantarnya
untuk meniru dan mengikuti orang lain.9
Dalam ajaran agama Islam, sosok yang selalu menjadi suri teladan/
uswatun hasanah bagi para muslim adalah Nabi Muhammad SAW. Akhlaknya
yang mulia, perjuangan dakwahnya yang hebat, aqidahnya yang kuat,
kepribadiannya yang juga mulia menjadikan beliau sebagai panutan setiap umat
manusia di dunia. Hal itu disebutkan dalam firman Allah Swt suratal-Ahzab ayat
21 yang artinya:
“Sesungguhnya telah ada bagi kamu sekalian pada diri Rasulullah uswah
hasanah bagi orang yang mengharap ridha allah dan hari akhir serta berdzikir kepada Allah dengan dzikir yangbanyak”.
8
Ammydotcom, “Apa itu Keteladanan”,diakses pada 23 Oktober 2014 pukul 13.06 wib dari
http://ammydotcom.blogspot.com/2011/02/apa-itu-keteladanan.html.
9
Ammydotcom, “Apa itu Keteladanan”,diakses pada 23 Oktober 2014 pukul 13.06 wib dari
Ayat tersebut menjelaskan bahwa sosok teladan bagi umat muslim adalah
Rasulullah SAW yang merupakan sosok yang pantas untuk diteladani dan diikuti
oleh siapa saja yang mengharap ridha Allah Swt dan beriman kepada hari akhirat
dan siapa saja yang ingin menerapkan Islam dengan sebenar-benarnya.10
Dalam Islam, ada istilah Qudwah Hasanah yang terbagi kedalam dua
bagian, antara lain, yaitu a) Qudwah Hasanah yang bersifat mutlak, artinya suatu
teladan yang murni langsung berasal dari Rasullah SAW dan, 2) Qudwah
Hasanah Nisbi, yaitu teladan yang berasal dari manusia bukan dari Rasul atau
Nabi. Seperti dari para ulama dan pemimpin umat lainnya. Teladannya hanya
sebatas jika tidak bertentangan dengan syari’at Allah Swt.11
Banyak ulama yang terus meningkatkan akhlaknya agar menjadi umat dan
hamba Allah Swt yang taat kepada ajaran Islam, sehingga banyak kepribadian dan
sikap para ulama yang dapat kita jadikan panutan atau keteladanan dalam
mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Ketika berpidato sebagai Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia yang
pertama, pada penutupan Musyawarah Nasional Majelis Ulama Seluruh
Indoneisa, 27 Juli 1975, Buya Hamka berkata: ”Mereka (Ulama) tidaklah
mengingat hendak minta upah dan minta di bayar, karena jasa apabila telah
dihargai, jatuhlah harganya, kami tidaklah meminta upah buat ini, dan tidak ingin
mengharapkan ucapan terima kasih. Karena kami takut dari Tuhan kami pada hari
10
Faizah dan Lalu Muchsin Effendi,Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), h. 192-193.
11
yang penuh kemurkaan dan kegelisahan”. Dalam pidato tersebut, Buya Hamka
seakan ingin mengungkapkan bahwa ulama haruslah penuh dengan keikhlasan
dan kesederhanaan.12Itu artinya sifat-sifat ulama pun harus sesuai dengan jalan
yang di ridhai Allah Swt.
Di Indonesia, kita banyak memiliki ulama yang dapat kita teladani
perilakunya, akhlaknya, dan lain sebagainya. Mereka adalah orang-orang yang
sangat pantang menyerah dengan keistiqamahannya mempelajari ajaran Islam
salah satu diantaranya adalah seorang tokoh ulama yang sempat menjabat sebagai
ketua umum Majelis Ulama Indonesia yang pertama, yaitu Haji Abdul Malik
Karim Amrullah atau dikenal dengan nama Buya Hamka.
Buya Hamka merupakan sosok ulama besar yang namanya pun masih
dikenang hingga sekarang walaupun ia sudah wafat beberapa tahun yang lalu.
Buya Hamka, bukan hanya seorang ulama besar saja, namun ia juga seorang
seorang sastrawan yang sangat terkenal dengan ratusan karyanya, seorang politisi,
dan juga seorang budayawan yang apik.
Buya Hamka memulai perjalanan dakwahnya dari sebelum Indonesia
merasakan kemerdekaan. Artinya, ia telah memperjuangkan jalan dakwahnya
semenjak Indonesia masih di jajah dan masih dalam keadaan zaman perang.
Banyak cerita bagaimana ia dapat terus bertahan dan berjuang menyebarkan
agama Islam di Indonesia, tapi sayangnya semakin bertambahnya usia
12
Ramlan Mardjoned, KH. Hasan Basri 70 Tahun; Fungsi Ulama dan Peranan Masjid,
kemerdekaan Indonesia, semakin lupa juga orang-orang dengan sejarah zaman
dahulu.
Buya Hamka merupakan sosok yang menarik untuk dibahas khususnya
dalam dunia kesehariannya sehingga membuat banyak orang tertarik untuk
mengetahui siapa itu Buya Hamka dan akhirnya pada tahun 2013 Republika
Penerbit pun menerbitkan satu buku biografi berbentuk novel mengenai Buya
Hamka yang di tulis oleh anak kandungnya sendiri yaitu Irfan Hamka.
Novel biografi ini menjadi semakin menarik karena menggunakan gaya
tutur novel dengan bahasa yang ringan, sehingga lebih menekankan kepada
struktur narasi dalam alur cerita dengan penggunaan narasi, dengan membaca
buku novel biografi tersebut bukan hanya kita bisa mendapatkan informasi
mengenai Buya Hamka dan kisah hidupnya melainkan para pembaca juga dapat
terinspirasi dengan banyaknya kisah-kisah teladan dalam buku tersebut yang
disampaikan dan digambarakan melalui narasi penceritaan kisah hidupnya yang
dikemas dengan semenarik mungkin sehingga membuat para pembaca menjadi
antusias untuk terus membaca buku tersebut dan sampai menjadikan buku ini
menjadi bukuBest Sellerdi berbagai kalangan usia pembacanya.
Hal itu terbukti dengan adanya penjualan buku hingga 15.000 eksemplar
dan dengan delapan kali cetak. Maka dari itu novel ini pun menjadi salah satu
novel biografi yang Best Seller sejak tahun 2013. Bahkan salah satu situs yang
berisi para pecinta membaca pun mencantumkan novel Ayah... kedalam list-nya
sehingga menjadi salah satu buku bacaan yang juga banyak diminati orang
210 rating dengan jumlah nilai bintang 3.89 yang artinya hampir mendekati angka
4 yang diberikan oleh sebagian pembaca dari 573 orang yang membahas novel
Ayah...dalam situs tersebut.13
Walaupun memang dalam buku tersebut, keteladanan Buya Hamka tidak
dikemukakan secara gamblang dan terbuka, namun banyak disetiap cerita kisah
hidupnya, menarasikan suatu keteladan dari sosok Buya Hamka tersebut. Hal ini
memungkinkan sikap keteladanan yang dinarasikan dalam buku tersebut adalah
suatu tujuan dari kepenulisan novel biografi yang berjudul Ayah… ini, agar para pembacanya dapat mengetahui apa saja kisah hidupnya dan kisah teladannya
sehingga para pembaca dapat terinspirasi dari cerita yang dinarasikan oleh buku
tersebut.
Hal ini membuat saya sebagai penulis/ peneliti menjadi tertarik untuk
menjadikan novel Ayah… ini sebagai bahan penelitian, dimana saya ingin mengkaji dan mengetahui secara detail sifat-sifat teladan Buya Hamka yang
dinarasikan oleh anaknya, yaitu Irfan Hamka dalam novel ini.
Dengan berbagai alasan dan atas latar belakang itulah maka peneliti ingin
mengkaji lebih dalam lagi novel Ayah... tersebut dengan mengambil metode
analisis naratif dimana peneliti akan mengkajinya lewat teks-teks narasi yang
tertulis dan alur cerita dalam buku tersebut dengan mengambil judul penelitian
“NARASI KETELADANAN BUYA HAMKA DALAM NOVEL AYAH…
KARYA IRFAN HAMKA”.
13
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak meluas, penelitian ini
difokuskan kepada narasi keteladanan Buya Hamka dalam novelAyah…karya Irfan Hamka.
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana narasi keteladanan Buya Hamka menurut Teori Naratif Walter
Fisher?
2. Bagaimana struktur narasi keteladanan Buya Hamka yang ada dalam novel
Ayah...karya Irfan Hamka menurut Analisis Naratif Tzvetan Todorov ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan bagaimana narasi keteladanan Buya Hamka yang
terdapat dalam novelAyah...karya Irfan Hamka.
2. Untuk mendeskripsikan struktur narasi keteladanan Buya Hamka dari novel
Ayah...karya Irfan Hamka.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian pengetahuan mengenai
ini sudah mulai digunakan dalam kajian ilmu komunikasi untuk menjadi suatu
metode dalam menganalisis teks media.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kepada pembaca
tentang keteladanan seorang ulama besar Indonesia, Buya Hamka yang
sejarahnya hampir dilupakan oleh masyarakat muda di zaman sekarang ini, yang
terdapat pada novelAyah…karya Irfan Hamka.
E. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian ini, peneliti melakukan penelusuran ke beberapa
perpustakaan yakni Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan
Perpustakaan Fakultas Ilmu dan Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Berdasarkan
penelusuran tersebut peneliti menemukan beberapa penelitian tentang analisis
naratif dengan berbagai subjek dan objek penelitian yang beragam dan latar
belakang yang bermacam-macam.
Skripsi-skripsi yang berhubungan dengan analisis naratif, diantaranya:
a. Skripsi karya Nur Afifah, mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menulis skripsi mengenai analisis narasi dengan judul “Narasi
Hubungan Ayah Dengan Anak Dalam Novel Ayahku (bukan) Pembohong
Karya Tere Liye”. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana hubungan
ayah dengan anak ketika anaknya tidak mempercayai ayahnya dan penelitian
b. Skripsi karya Dini Indriani, mahasiswi Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta menulis skripsi dengan judul “Analisis Narasi Pesan Moral Dalam
Novel Bumi Cinta”. Penelitian ini meneliti tentang seperti apa pesan moral
yang terdapat dalam novel Bumi Cinta, lalu mengemukakannya dan
menganalisisnya dengan menggunakan analisis naratif.
Dari beberapa tinjauan terdahulu memiliki perbedaan dengan penelitian
ini, ada yang berbeda dari segi objek penelitian dan juga subjek penelitian pun
berbeda, karena penelitian ini membahas tentang analisis naratif keteladanan
seorang ulama besar yaitu Buya Hamka dalam kesehariannya menjalani
kehidupan yang terdapat dalam sebuah novel karya anak kandungnya sendiri,
yaitu novelAyah…karya Irfan Hamka.
F. Metodologi Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti membagi metodologi ke dalam
beberapa bagian, yaitu:
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan berperilaku yang dapat diamati.14 Metode
pendekatan kualitatif merupakan suatu metode yang digunakan peneliti dalam
14
Mahi M. Hikmat, Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra
memaparkan semua data yang diperoleh dan menganalisisnya juga
menggambarkannya dengan berpedoman pada sumber-sumber tertulis dalam
bentuk kalimat-kalimat.
2. Metode Penelitian
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis narasi/
naratif (narative analysis), yaitu metode yang digunakan untuk memahami makna
dalam suatu tulisan atau suatu bentuk cerita.
Narasi adalah suatu cara seorang penulis dalam memberitahukan suatu
pesan kepada orang lain dengan sebuah cerita. Narasi sering diartikan juga
dengan sebuah cerita, misalnya seperti Cerita Pendek (cerpen), tulisan/ scenario
pembuatan film, dsb.15
Metode analisis narasi/ naratif berbeda dengan metode kuantitatif yang
menakankan pada pertanyaan “apa” (what), analisis ini lebih menekankan kepada
pertanyaan “bagaimana” (how) yang terdapat dalam suatu pesan atau makna dari
teks dalam komunikasi. Dengan begitu, peneliti dapat menemukan makna narasi
yang terkandung dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka, juga mengetahui
struktur dari narasi tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menelaah struktur
narasi yang terdapat dalam cerita dan alur cerita (plot) dimana seorang Buya
Hamka sangatlah disiplin dalam menegakkan syariat Islam diberbagai kondisi
sehingga menjadi sosok teladan.
Dari banyak ahli naratif, dalam penelitian ini peneliti mengambil salah
satu model naratif yang dikemukakan oleh Tzvetan Todorov.
15
Tzvetan Todorov; adalah seorang ahli sastra dari Bulgaria yang mengajukan gagasan mengenai struktur dari suatu narasi. Ia melihat bahwa teks
mempunyai susunan atau struktur tertentu. Penulis teks baik secara sadar ataupun
tidak menyusun teks ke dalam tahapan atau struktur tertentu sehingga membuat
para pembaca teks tersebut membaca dengan struktur dan tahapan-tahapan yang
diurutkan. Baginya setiap narasi adalah apa yang dikatakan, karenanya
mempunyai urutan kronologis, motif, dan plot juga hubungan sebab akibat dari
suatu peristiwa. Menurutnya, narasi dimulai dengan adanya keseimbangan yang
kemudian terganggu dengan adanya kekuatan jahat dan diakhiri dengan upaya
menghentikan gangguan sehingga keseimbangan tercipta.16
Narasi diawali dari sebuah keteraturan, kondisi masyarakat yang tertib.
Keteraturan tersebut lalu berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari
seseorang lalu diakhiri dengan kembalinya keteraturan. Struktur narasi milik
Todorov itupun di modivikasi oleh Lacey dan Gillespie menjadi lima bagian.
Pertama, kondisi awal, kondisi keseimbangan, dan keteraturan; dalam narasi
tentang superhero, umumnya diawali oleh kondisi kota damai, dan sebagainya.
Kedua, Gangguan (disruption) terhadap keseimbangan, dapat berupa tindakan
dari seorang tokoh yang dapat menggangu keharmonisan, misalnya datang
seorang musuh yang melakukan tindakan jahat dan menggangu ketertiban, dan
sebagainya. Ketiga, kesadaran terjadi gangguan (gangguan makin besar), pada
tahap ini gangguan mencapai puncaknya (titik puncak/ klimaks), misalnya
16
kekuatan musuh yang semakin besar, musuh dapat mempengaruhi korban dan
menggangu orang lain, dan sebagainya. Keempat, upaya untuk memperbaiki
gangguan, dalam tahap ini biasanya muncul seorang pahlawan atau penolong
yang dapat menghadapi gangguan-gangguan tersebut. Terkadang diselingi dengan
kegagalan atau kalah terlebih dahulu. Kelima, pemulihan menuju keseimbangan,
menciptakan keteraturan kembali, pada tahap ini adanya babak dimana suatu
narasi akan diakhiri. Kerusakan dan kekacauan yang muncul telah berhasil di
selesaikan dan kondisi menjadi normal kembali seperti sedia kala atau menjadi
lebih baik dari sebelumnya.17
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah novel Ayah... karya Irfan Hamka. Dan
objek penelitiannya adalah fokus pada narasi tentang keteladanan Buya Hamka
yang terdapat pada setiap narasi, alur dan plot cerita dalam novel Ayah... karya
Irfan Hamka.
4. Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan tiga metode pengumpulan data dalam teknik
pengumpulan data, yaitu:
a. Observasi Non Partisipan
Observasi yaitu merupakan sebuah kegiatan yang berhubungan dengan
pengawasan, peninjauan, penyelidikan, dan riset. Sedangkan observasi non
partisipan merupakan sebuah observasi yang dilakukan tanpa melibatkan
17
peneliti ke dalam objek yang diteliti atau kelompok yang diteliti sehingga
peneliti tidak ikut berpartisipasi.
Dalam hal ini peneliti membaca dan mengamati secara seksama setiap
narasi dari tulisan/ teks dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka dan
mengumpulkan struktur narasi yang mengandung makna keteladanan seorang
Buya Hamka.
b. Wawancara
Wawancara atauinterviewadalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Hubungan antara
pewawancara dan yang diwawancarai bersifat sementara, yaitu berlangsung
dalam jangka waktu tertentu dan kemudian diakhiri. Hubungan dalam
wawancara/ interview biasanya seperti antara orang asing yang tak
berkenalan, namun pewawancara harus mampu mendekati responden
sehingga ia rela memberikan keterangan yang kita inginkan.18
Untuk mencari data yang akurat, penulis melakukan wawancara
dengan menanyakan beberapa pertanyaan kepada sumber yang dianggap tepat
untuk memberikan informasi mengenai hal yang akan diteliti. Awalnya
peneliti ingin mewawancarai penulis novel Ayah... namun, karena adanya
berbagai halangan dan kendala maka peneliti tidak berhasil mewawancarai
langsung penulis dari novel Ayah... tersebut yaitu Irfan Hamka, tapi akhirnya
peneliti pun berhasil mendapat narasumber kedua, yaitu dengan pihak
18
Republika Penerbit sebagai suatu lembaga yang memiliki keterkaitan dalam
munculnya novel Ayah... tersebut. Peneliti pun menjadikan editor senior
Republika Penerbit sebagai narasumber kedua yang juga memiliki andil besar
dalam setiap isi dalam novel Ayah... karya Irfan Hamka tersebut sehingga
novel tersebut dapat terbit.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan pengumpulan dokumen yang dapat
diartikan sebagai bahan tertulis, film, maupun foto, penulis menggunakan
dokumen untuk memperoleh data yang tidak didapat melalui catatan hasil
wawancara.
Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dari buku-buku,
majalah-majalah, serta tulisan-tulisan yang ada hubungannya dengan novel
yang diteliti dan masalah yang akan dibahas dalam kajian skripsi.
5. Teknik Analisis Data
Dalam teknik analisis data, peneliti menggunakan analisis naratif, yaitu
dengan menganalisis setiap narasi dan struktur narasi yang terdapat dalam alur
cerita yang ada pada novel Ayah... . Setelah peneliti mengumpulkan data-data,
kemudian menjelaskan hasil temuan data dan bukti-bukti setelah itu
G. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang akan
diuraikan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis mengatur sistematikanya
kedalam lima bab sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, batasan dan rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II: LANDASAN TEORITIS
Membahas tentang segala sesuatu yang menyangkut tentang analisis
naratif, baik dari pengertian narasi dan teori naratif Walter Fisher, analisis naratif
dan model analisis naratif Tzvetan Todorov, ataupun segala hal yang berkaitan
dengan analisis naratif, juga membahas pengertian tentang novel biografi, konsep
keteladanan dan semua aspek yang berkaitan dengan narasi keteladanan Buya
Hamka.
BAB III: GAMBARAN UMUM NOVELAYAH...
Membahas tentang gambaran umum tentang novel Ayah… karya Irfan Hamka dalam bab ini diuraikan deskripsi novelAyah…,bagian inti novelAyah…, latar belakang penulisan dan penerbitan novel Ayah…, biografi Irfan Hamka, biografi Buya Hamka yang menjadi sosok ayah dari penulis novel tersebut yaitu
BAB IV: ANALISIS HASIL TEMUAN DAN INTERPRETASI
Berisi temuan dan analisis novel Ayah… karya Irfan Hamka, bagaimana analisis naratif keteladanan Buya Hamka dan seperti apa struktur narasi yang
terdapat di dalam novel Ayah… karya Irfan Hamka dalam model analisis naratif Tzvetan Todorov dan seperti apa narasi keteladanan Buya Hamka dalam novel
Ayah...karya Irfan Hamka dengan teori naratif Walter Fisher tersebut.
BAB V: PENUTUP
Menjelaskan dan menarik Kesimpulan dari analisis naratif keteladanan
21 A. Pengertian Narasi
Biasanya narasi selalu disamakan dengan cerita atau dongeng. Secara
harfiah kata narasi berasal dari kata Latin narre, yang artinya “membuat tahu”.
Dengan demikian, narasi merupakan suatu upaya seseorang untuk memberitahu
suatu kejadian. Akan tetapi, bukan berarti semua informasi atau sesuatu yang
sifatnya menyampaikan informasi itu termasuk ke dalam kategori narasi.
Misalnya saja papan penunjuk jalan, iklan lowongan pekerjaan, dsb.1
Narasi merupakan suatu bentuk representasi atau rangkaian dari
peristiwa-peristiwa. Intinya, suatu teks dapat dikategorikan sebagai narasi apabila ada suatu
rangakain kejadian atau peristiwa. Ada beberapa syarat dasar narasi. Pertama,
adanya rangakaian peristiwa dimana peristiwa yang satu di rangkai dengan
kejadian yang lain sehingga menjadi sebuah cerita. Kedua, adanya rangkaian
(sekuensial). Maksudnya peristiwa yang akan ditulis tidaklah secara randomatau
acak melainkan mengikuti jalannya pikiran atau logika tertentu, berurutan atau
bisa juga dengan sebab akibat sehingga beberapa peristiwa yang dirangkai itu
menjadi logis dan juga mempunyai makna tertentu.2
1
Eriyanto,Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 1
2
Narasi adalah cara seseorang memberitahukan sebuah cerita kepada orang
lain melalui media tulis, misalnya saja seperti penulis yang ingin menyampaikan
ceritanya kepada orang lain maka ia pun menulis sebuah tulisan berisikan cerita
yang ingin disampaikan. Narasi juga dapat diartikan sebagai cerita sedangkan
makna dari cerita adalah suatu tulisan yang mempunyai karakter, setting, waktu,
masalah, mencoba memecahkan masalah dan memberikan solusi dari masalah
tersebut. Dapat kita ambil contoh yaitu cerita pendek (cerpen), novel, cerita
bersambung (cerber), dan juga tulisan dari sebuah skenario yang digunakan
sebagai bahan dalam sebuah pembuatan film.3Begitu pula termasuk ke dalamnya
sebuah buku yang bertuliskan suatu kisah. Semua teks tersebut memiliki struktur
narasi. Artinya, semua teks ditulis dan dibuat dengan cara bercerita tertentu
dengan maksud agar dapat dipahami dan diketahui oleh khalayak.
Narasi selama ini selalu dikaitkan dengan dongeng, cerita rakyat, atau
cerita fiktif lainnya (novel, prosa, puisi, dan drama). Sehingga narasi pun sering
digunakan dalam penelitian cerita yang bersifat fiksi. Jika di telaah lagi,
sebenarnya bukan hanya cerita fiksi saja yang berupa narasi, cerita yang bersifat
fakta pun dapat dikaitkan dengan narasi.4
Dalam suatu analisa proses dapat juga dipergunakan teknik narasi. Narasi
seperti ini dinamakan narasi ekspositoris atau narasi teknis, karena sasaran yang
ingin dicapai adalah ketepatan informasi mengenai suatu peristiwa yang
3
Nurudin,Dasar-Dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 71
4
dideskripsikan.5 Narasi Ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para
pembacanya untuk mengetahui kisahnya dengan sasaran utamanya yaitu rasio,
yang berupa perluasan pengetahuan para pembaca setelah membaca kisahnya.6
Selain itu ada juga yang disebut narasi sugestif. Seperti halnya dengan
deskripsi sugestif yang ingin mencapai atau menciptakan sebuah kesan kepada
para pembaca atau pendengar, maka narasi sugestif juga ingin menciptakan kesan
kepada para pembaca mengenai obyek narasi. Itu artinya, narasi sugestif
merupakan narasi yang berusaha memberikan maksud tertentu dan
menyampaikan suatu amanat yang terselubung kepada para pembaca atau
pendengar.7Tujuan dan sasaran dari narasi ini adalah bukan untuk memperluas
pengetahuan seseorang, tapi berusaha untuk memberi makna terhadap peristiwa
atau kejadian itu, sehingga narasi ini selalu melibatkan daya imajinasi (khayal).8
Narasi, baik itu dalam bentuk narasi fiksi ataupun narasi non fiksi (fakta)
mempunyai fungsi tertentu dalam masyarakat. Dalam pembentukkan sebuah
pandangan benar atau salah, boleh atau tidak boleh, narasi memiliki peran
tersendiri. Itu artinya narasi pun berkaitan dengan ideologi. Narasi memperkuat
ideologi (keyakinan dan kepercayaan) yang terdapat dalam pola pikir masyarakat.
Lewat narasi baik berupa fiksi atau fakta sebuah cerita, karakter dan peristiwa
diperkenalkan kepada para anggota masyarakat lalu kemudian turun temurun dari
5
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 135.
6
Gorys Keraf,Argumentasi dan Narasi, h. 136.
7
Gorys Keraf,Argumentasi dan Narasi, h. 135.
8
generasi ke generasi sehingga bahkan menjadi suatu panduan bersikap dan
berprilaku bagi anggota masyarakat tersebut.9
Narasi merupakan suatu bentuk teks yang paling tua dan juga paling
dikenal. Narasi pun terdapat dalam kitab-kitab kuno seperti kitab Ramayana,
Mahabharata, Sutasmo, dan sebagainya. 10 Dari semua kitab kuno yang
disebutkan itu, hampir keseluruhan disajikan dengan bentuk narasi.
Narasi merupakan suatu tulisan yang biasanya ditulis berdasarkan rekaan
atau imajinasi. Akan tetapi, bukan hanya itu, narasi yang ditulis juga dapat berupa
suatu tulisan berdasarkan pengalaman pribadi penulis, pengamatan atau
wawancara dan pada umunya berupa himpunan peristiwa yang disusun
berdasarkan urutan kejadian atau waktu. Sebuah narasi selalu terdapat
tokoh-tokoh yang dilibatkan dalam suatu kejadian atau peristiwa dalam cerita. Itu
artinya, narasi adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha untuk menggambarkan,
mengisahkan, menciptakan dan menceritakan segala macam perbuatan manusia
dalam sebuah peristiwa atau kejadian secara kronologis atau sesuatu yang
berlangsung pada waktu tertentu.11
Narasi juga memiliki struktur. Narasi pada dasarnya adalah suatu
penggabungan berbagai peristiwa yang disusun menjadi satu untai cerita. Dan dari
9
Eriyanto,Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 221.
10
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 9
11
situlah kita dapat mengkaji dengan analisis naratif bagaimana peristiwa itu
disusun dan disatukan atau disambung dengan peristiwa-peristiwa lainnya.12
B. Teori Naratif Walter Fisher
Menurut Walter Fisher teori naratif merupakan teori yang mengemukakan
keyakinan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan
akan nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita.
Orang-orang dapat terpengaruh atau terbujuk oleh sebuah cerita ketimbang oleh suatu
argumen. Fisher telah menyusun sebuah pendekatan terhadap cara berpikir teoritis
yang lebih luas cakupannya daripada teori spesifik apa pun. Cara pandang Fisher
merupakan cara pandang yang sangat luas dalam melihat narasi sehingga akan
sulit ketika mengidentifikasi komunikasi sebagai narasi.13
Prinsip dari teori ini didasarkan pada prinsip bahwa manusia adalah
makhluk pencerita. Daripada Logika Tradisional, Logika Narasi lebih dipilih
untuk digunakan dalam argumentasi karena Logika Narasi menyatakan bahwa
orang menilai kredibilitas pembicara melalui apakah ceritanya runtut dan
terdengar benar. Terdapat lima asumsi yang Fisher ungkapkan, antara lain yaitu,
• Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencerita.
• Yang mendasari keputusan mengenai harga dari sebuah cerita adalah
“pertimbangan yang sehat”.
12
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 15
13
• Sejarah, biografi, budaya dan karakter menentukan pertimbangan yang
sehat.
• Rasionalitas didasarkan pada peniliain orang mengenai konsistensi dan
kebenaran cerita.
• Dunia ini dipenuhi dengan cerita dan kita diharuskan untuk memilih
cerita-cerita yang ada didunia tersebut.14
Narasi, bagi Fisher lebih dari sekedar cerita yang memiliki plot dengan
awal, pertengahan dan akhir. Narasi mencakup deskripsi verbal atau nonverbal
apapun dengan urutan kejadian yang oleh para pendengar diberi makna.
Pemikiran Fisher sangat luas. Ia berargumen bahwa naratif bukan sebuah genre
khusus (cerita dibandingkan dengan puisi misalnya), melainkan sebuah bentuk
pengaruh sosial dan menurutnya kehidupanpun disusun dari cerita-cerita atau
naratif.15
Fisher mengungkapkan bahwa untuk bisa dipercayai, setiap cerita itu
berbeda dan memiliki power yang tidak sama. Ada dua hal prinsip dalam
rasionalitas naratif yaitu koherensi (coherence) dan kebenaran (fidelity). Ia juga
menyatakan bahwa saat naratif memiliki kebenaran, naratif itupun menyusun
suatu “pertimbangan sehat” yang ditentukan oleh sejarah, biografi, budaya dan
14
Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer,Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 2, h. 46
15
karakter bagi seseorang untuk dapat memegang keyakinan tertentu atau bahkan
untuk mengambil suatu tindakan.16
C. Analisis Naratif Tzvetan Todorov
Analisis naratif Tzvetan Todorov adalah model analisis yang membahas
tentang cara dan struktur bercerita dari suatu teks mengenai suatu peristiwa atau
kejadian. Analisis naratif memiliki suatu kelebihan dari analisis lain. Dengan
analisis naratif kita dapat menemukan makna tersembunyi dibalik sebuah teks dan
mengetahui bagaimana nalar dan pemikiran dari pembuat cerita ketika
mengisahkan suatu kronologi kejadian atau peristiwa. Analisis naratif juga
merupakan salah satu dari metode analisis teks media selain dari analisis isi
kuantitatif, analisis wacana, analisisframingatau analisis hermeneutik.17
Analisis naratif adalah analisis mengenai narasi, baik narasi fiksi ataupun
fakta. Dengan menggunakan analisis naratif, berarti telah menempatkan sebuah
teks ke dalam kategori cerita (narasi) sesuai dengan karakteristik fiksi atau fakta.
Sedangkan teks, dilihat sebagai rangkaian berupa peristiwa, logika dan tata urutan
peristiwa yang telah di pilih.18
Ada beberapa kelebihan analisis naratif, yaitu pertama, membantu kita
mengetahui bagaimana suatu pengetahuan, makna, dan nilai dibuat dan
disebarkan kepada masyarakat yang dituju. Kedua, membantu kita memahami
16
Richard West dan Lynn H. Turner, penerjemah; Maria Natalia Damayanti Maer,Pengantar Teori Komunikasi; Analisis dan Aplikasi, Edisi 3, Buku 2, h. 51-53.
17
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. v
18
bagaimana dunia sosial dan juga dunia politik diceritakan menggunakan suatu
pandangan tertentu yang membuat para pembacanya mengetahui kekuatan dan
nilai sosial yang dominan dalam masyarakat. Ketiga, memungkinkan kita
menyelidiki hal-hal yang tersembunyi dari suatu teks media. Dengan
menyuguhkan suatu cerita kepada pembaca, pada dasarnya terdapat suatu ideologi
yang dipakai dalam menceritakan kisah dalam teks media tersebut dan tentunya
pasti ada hal yang ingin ditonjolkan oleh penulis teks media tersebut.19
Terakhir, kelebihan keempat, analisis naratif merefleksikan kontuinitas
dan perubahan komunikasi. Contohnya seperti cerita yang sama diceritakan
kembali oleh orang yang berbeda dengan waktu yang berbeda, namun seiring
berjalannya waktu, tentu cerita yang memiliki alur yang sama belum tentu
mendapatkan tanggapan yang sama pula oleh masyarakat, sehingga mengalami
perubahan dalam suatu cerita yang sebenarnya sama. Itu artinya narasi
menggambarkan suatu kontinuitas atau perubahan nilai-nilai yang terjadi dalam
masyarakat.20
Dalam sebuah analisis naratif, bukan hanya tokoh dan karakter yang kita
perhatikan, namun juga cerita dan alur ceritanya yang dikenal dengan sebutan
plot. Kedua hal tersebut merupakan bagian yang sangat penting dan harus
diperhatikan ketika kita ingin mengkaji suatu teks menggunakan metode analisis
19
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 10
20
naratif. Karena dengan memperhatikan cerita dan plot, kita dapat memahami
narasi dari suatu teks dalam cerita tersebut.
Cerita dan alur cerita (plot) adalah dua hal yang berbeda. Cerita adalah
urutan kronologis dari suatu cerita. Sedangkan alur cerita (plot) adalah apa yang
ditampilkan secara eksplisit dalam sebuah teks. Penjelasan tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:21
Cerita (story)
Peristiwa utuh yang
disimpulan (inferred
events)
Peristiwa yang
ditampilkan secara
eksplisit
Bahan pendukung
(tambahan) lainnya
[image:40.612.131.530.187.554.2]Alur cerita (Plot)
Gambar 2.1Perbedaan Cerita dan Alur
Sumber: Eriyanto,Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 15.
Dan perbedaan mendasar dari keduanya ialah pertama, dilihat dari
keutuhan dari suatu peristiwa. Cerita (story) merupakan peristiwa yang utuh, yang
sesungguhnya, dari awal hingga akhir. Sedangkan alur cerita (plot) adalah
peristiwa yang secara eksplisit ditampilkan dalam suatu teks. Kedua, berdasarkan
urutan peristiwa. Cerita (story) menampilkan peristiwa secara berurutan,
21
kronologis dari awal hingga akhir. Berbeda dengan alur cerita (plot), urutan
peristiwa bisa dibolak balik.22
Dari pengertian analisis naratif dan hal-hal yang berhubungan dengan
naratif, lanjutlah kepada model-model analisis naratif. Berikut ini dibicarakan
empat ahli naratologi, dengan berbagai model, yaitu Vladimir Propp,
Levi-Strauss, Greimas, dan Tzvetan Todorov.23
Pertama,Vladimir Propp; seorang peneliti dongeng (folktale) asal Rusia, ia menyusun karakter-karakter yang hampir selalu ditemukan dalam setiap narasi.
Biasanya Propp meneliti sebuah dongeng lalu memotongnya ke dalam beberapa
bagian lalu menemukan bahwa setiap memiliki karakter, dan karakter-karakter
tersebut menempati fungsi tertentu dalam cerita. Propp tidak tertarik dengan
motivasi psikologis dari masing-masing karakter. Ia lebih melihat karakter itu
sebagai sebuah fungsi dalam narasi.24
Kedua, Levi-Strauss; seorang antropolog yang memperkenalkan kajian antropologi struktural. Levi-Strauss cenderung lebih tertarik untuk menjelaskan
dan menggambarkan cerita atau dongeng tersebut ke dalam suatu struktur tertentu
yang menjadikan makna dari dongeng-dongeng yang beragam tersebut dapat
dijelaskan dan diterangkan. Studinya ini pada dasaranya berusaha menjelaskan
22
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 16.
23
Sastra dan Seni,“Metode Penelitian Sastra”, diakses pada hari Selasa, tanggal 13 Mei 2014,
pukul. 17.07 WIB dari http://sastra-sastradanseni.blogspot.com/2011/03/metode-penelitian-sastra-disusun-olehal.html,.
24
dongeng atau cerita yang beragam tersebut ke dalam suatu pola, seperti halnya
studi linguistik.25
Ketiga, Algirdas Greimas; seorang ahli bahasa asal Lithuania. Dalam pemikirannya, ia lebih mengembangkan gagasan dari Vladimir Propp. Greimas
menganalogikan narasi sebagai suatu struktur makna (semantic structure). Serupa
dengan kalimat yang terdiri atas rangkaian kata-kata, setiap kata dalam kalimat
menempati posisi dan fungsinya masing-masing (sebagai subjek, objek, predikat,
dan seterusnya). Baginya, kata-kata juga mempunyai relasi dengan kata lainnya
sehingga membentuk suatu kesatuan yang mempunyai makna. Bagi Greimas
relasi dari masing0masing karakter itu penting, menurutnya sebuah narasi
dikarakterisasi menjadi enam peran, yaitu subjek yang menduduki peran utama,
objek bisa berupa orang atau keadaan dari yang dicita-citakan, pengirim
(destinator) penentu arah narasi, penerima (receiver) merupakan penerima dari
pengirim, pendukung (adjuvant) pendukung subjek dalam mencapai objek,
penghalang (traitor) menghambat subjek dalam mencapai objek.26
Dan yang terakhir adalah sebuah analisis dimana peneliti menggunakan
model analisis tersebut dalam mengkaji objek penelitian. Model Analisis Tzvetan Todorov.
Keempat, Tzvetan Todorov; adalah seorang ahli sastra dari Bulgaria yang mengajukan gagasan mengenai struktur dari suatu narasi. Ia melihat bahwa
25
Eriyanto, Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, h. 161-162.
26
teks mempunyai susunan atau struktur tertentu. Penulis teks baik secara sadar
ataupun tidak menyusun teks ke dalam tahapan atau struktur tertentu sehingga
membuat para pembaca teks tersebut membaca dengan struktur dan
tahapan-tahapan yang diurutkan. Baginya setiap narasi adalah apa yang dikatakan,
karenanya mempunyai urutan kronologis, motif, dan plot juga hubungan sebab
akibat dari suatu peristiwa. Menurutnya, narasi dimulai dengan adanya
keseimbangan yang kemudian terganggu dengan adanya kekuatan jahat dan
diakhiri dengan upaya menghentikan gangguan sehingga keseimbangan tercipta.
Berikut penggambarannya.27
[image:43.612.133.528.220.557.2]Ekuilibrium (keseimbangan) → Gangguan (kekacauan) → Ekuilibrium (keseimbangan)
Gambar 2.2Struktur Narasi
Sumber: Eriyanto,Analisis Naratif: Dasar-dasar dan Penerapan dalam Ananlisis Teks Berita Media, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 46.
Narasi diawali dari sebuah keteraturan, kondisi masyarakat yang tertib.
Keteraturan tersebut lalu berubah menjadi kekacauan akibat tindakan dari
seseorang lalu diakhiri dengan kembalinya keteraturan. Struktur narasi milik
Todorov itupun di modivikasi oleh Lacey dan Gillespie menjadi lima bagian.
Pertama, kondisi awal, kondisi keseimbangan, dan keteraturan; dalam narasi
tentang superhero, umumnya diawali oleh kondisi kota damai, dan sebagainya.
Kedua, Gangguan (disruption) terhadap keseimbangan, dapat berupa tindakan
27
dari seorang tokoh yang dapat menggangu keharmonisan, misalnya datang
seorang musuh yang melakukan tindakan jahat dan menggangu ketertiban, dan
sebagainya. Ketiga, kesadaran terjadi gangguan (gangguan makin besar), pada
tahap ini gangguan mencapai puncaknya (titik puncak/ klimaks), misalnya
kekuatan musuh yang semakin besar, musush dapat mempengaruhi korban dan
menggangu orang lain, dan sebagainya. Keempat, upaya untuk memperbaiki
gangguan, dalam tahap ini biasanya muncul seorang pahlawan atau penolong
yang dapat menghadapi gangguan-gangguan tersebut. Terkadang diselingi dengan
kegagalan atau kalah terlebih dahulu. Kelima, pemulihan menuju keseimbangan,
menciptakan keteraturan kembali, pada tahap ini adanya babak dimana suatu
narasi akan diakhiri. Kerusakan dan kekacauan yang muncul telah berhasil di
selesaikan dan kondisi menjadi normal kembali seperti sedia kala atau menjadi
lebih baik dari sebelumnya.28
D. Pengertian Novel Biografi
Novel adalah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan biasanya
berbentuk sebuah cerita. Dalam pengertian menurut bahasa, novel berasal dari
bahasa Italia novella yang artinya sebuah kisah atau sepotong berita. Sedangkan
dalam bahasa Indonesia novel hampir sama dengan roman namun yang alur
ceritanya lebih kompleks dan jumlah pemerannya atau tokoh cerita jug alebih
banyak. Panjang cerita novel dapat lebih dari 40.000 kata dan terdiri dari
28
beberapa bab atau bagian cerita yang saling berkaitan sehingga membuat
ceritanya lebih kompleks daripada cerpen selain itu novel juga tidak memiliki
batas maksimal karena tidak ada batasan struktural dan metrikal sandiwara atau
sajak. Biasanya novel berisikan kisah tokoh-tokoh imajinatif dalam cerita dengan
berbagai macam peran dan karakter tokoh yang bervariatif. Alur ceritanya selalu
mengenai seputar realitas kehidupan sehari-hari dengan memfokuskan pada
sisi-sisi yang aneh dan unik dari narasi cerita tersebut.29
Novel juga terbagi kedalam beberapa genre berdasarkan jenis cerita,
diantaranya romantik, misteri, inspiratif, islami, komedi, dan sebagainya.30
Namun itu semua jika novel tersebut bersifat fiksi. Seiring perkembangannya kini
novel tidak hanya bersifat fiksi saja yang di dalamnya banyak imajinasi penulis
yang dilatar belakangi oleh realitas kehidupan sehari-hari. Adapula novel yang
besifat non-fiksi. Sehingga menjadi sebuah bentuk buku non-fiksi.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia pusat bahasa, buku memiliki arti
tersendiri. Buku adalah lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong.31
Buku merupakan kumpulan tulisan seseorang yang telah disusun sehingga
seseorang dapat membacanya secara sistematis apa yang diungkapkan oleh
penulisnya. Kehadiran sebuah buku di tengah-tengah masyarakat memiliki peran
yang begitu besar karena dengan membaca buku seseorang dapat mendapatkan
banyak informasi, memperoleh ilmu dan wawasan yang sangat luas tentang hal
29
Wikipedia,Novel, artikel diakses pada pukul 01.16 WIB tanggal 23 februari2015 dari
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Novel
30
Jadi Penulis Buku,Macam-macam Genre Novel,
http://jadipenulisbuku.blogspot.com/2014/01/macam-macam-genre-novel-.html?m=1
31
apapun, dan bahkan dapat juga membuat seseorang belajar secara otodidak.
Melalui buku, pesan-pesan dan informasi yang terdapat di buku tersebut dapat
kita dapatkan dan pesan-pesan tersebut dapat tersebar luaskan juga kepada para
masyarakat yang membacanya. Itu artinya, buku telah menjadi media yang
lumayan efektif dalam penyampaian suatu ide/ gagasan atau suatu pemaknaan
terhadap objek yang sedang dibahas dalam buku, selain itu buku juga salah satu
media cetak yang dapat bertahan lama dan jangkauannya pun luas kepada seluruh
masyarakat.32
Pada hakikatnya, buku memang terbagi menjadi dua macam, yaitu buku
fiksi dan non-fiksi. Buku fiksi merupakan suatu karya sastra yang mengungkap
realitas kehidupan sehingga mampu mengembangkan daya imajinasi penulis
maupun pembaca. Sedangkan buku non-fiksi merupakan karya tulis yang dibuat
berdasarkan data-data otentik saja, namun ada juga yang dikembangkan dengan
imajinasi penulis. Adapun bentuk dari buku non-fiksi antara lain adalah sejarah,
autobiografi, biografi, dsb. 33 Buku non-fiksi terbagi menjadi dua jenis,
diantaranya buku non-fiksi murni dan buku non-fiksi kreatif.
Buku non-fiksi murni adalah buku yang tulisan yang berdasarkan
data-data otentik saja dengan gaya ilmiah sedangkan buku non-fiksi kreatif adalah
hasil karya tulis yang sama-sama berdasarkan data-data otentik namun
32
Samsul Munir Amin,Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 123.
33
dikembangkan dengan imajinasi seorang penulis buku tersebut. Umumnya dapat
berupa cerita, prosa, puisi, dan juga novel.34
Novel yang memiliki data-data otentik didalamanya ada dalam berbagai
bentuk, salah satunya yaitu novel biografi, yaitu suatu perpaduan buku novel yang
bersifat fiksi dan buku biografi yang bersifat non-fiksi, sehingga terbentuklah
buku non-fiksi kreatif.
Dalam pengertiannya, biografi merupakan tulisan yang berisi riwayat
hidup yang ditulis oleh orang lain. Secara umum biografi berisi narasi perjalanan
hidup seorang tokoh, deskripsi kegiatan atau peristiwa yang dialaminya, ekspresi
termasuk gagasan, perasaan, dan pandangan hidup. Biografi juga sangat penting
untuk dibaca karena di dalamnya terkandung nilai pendidikan atau moral bagi
pembacanya.35
Biografi adalah kisah atau keterangan tentang kehidupan seseorang.
Sebuah biografi lebih kompleks daripada sekedar daftar tanggal lahir atau mati
dan data-data pekerjaan seseorang, biografi juga bercerita tentang perasaan yang
terlibat dalam mengalami kejadian-kejadian tersebut. Dalam biografi tersebut
dijelaskan secara lengkap kehidupan seorang tokoh sejak kecil sampai tua, bahkan
sampai meninggal dunia. Semua jasa, karya, dan segala hal yang dihasilkan atau
dilakukan oleh seorang tokoh dijelaskan juga.36
34
Bahasaku Inspirasiku, “Perbedaan Karya Fiksi dan NonFiksi” artikel ini diakses pada pukul
01.39 WIB tanggal 23 februari 2015 dari http://adeku-bahasaku.blogspot.com/2011/10/perbedaan-karya-fiksi-dan-nonfiksi.html?m=1
35
Eapriani 51, “Biografi dan Autobiografi”, artikel diakses pada 2 September 2014 dari
http://eapriani51.wordpress.com/2013/03/27/biografi-dan-autobiografi/.
36
Wikipedia,”Biografi”, diakses pada pukul 19.18 wib, selasa 2 September 2014 dari
Biografi merupakan tulisan yang berisi riwayat hidup yang ditulis oleh
orang lain. Secara umum biografi, berisi narasi perjalanan hidup seorang tokoh, deskripsi kegiatan atau peristiwa yang dialaminya, ekspresi termasuk gagasan,
perasaan, dan pandangan hidup. Biografi juga sangat penting untuk dibaca karena
di dalamnya terkandung nilai pendidikan atau moral bagi pembacanya.
Contohnya: Biografi pahlawan, artis, sastrawan, dll.37
Sasaran utama biografi adalah menyajikan atau mengemukakan
peristiwa-peristiwa yang dramatis, dan berusaha menarik manfaat dari banyaknya seluruh
pengalaman pribadi bagi pembaca dan masyarakat luas. Karena biografi
mengisahkan suka duka dan seluruh pengalaman seseorang secara faktual, maka
dapat dijamin keautentikan dan lika liku, cita rasa kehidupan yang sesungguhnya.
Diluar dari seperti apa bentuk dramatik dan saat-saat tegang yang dihadapi sang
tokoh, riwayat hidupnya tentu akan dirangkai sedemikian rupa secara manis,
langsung dan sederhana serta dengan penceritaanya yang juga menarik perhatian
para pembacanya.38
Berikut strukturnya atau kerangka pembuatannya:39
1. Latar Belakang Keluarga, disini menceritakan tentang keluarganya berupa kedua orang tua, tempat dan tanggal lahir, anak ke berapa, dan menceritakan
saudaranya.
37
Eapriani51, “Biografi dan Aotobiografi”, diakses pada pukul 19.30 wib, selasa 2 september
2014 darihttp://eapriani51.wordpress.com/2013/03/27/biografi-dan-autobiografi/.
38
Gorys Keraf, Argumentasi dan Narasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 142.
39
Eapriani51, “Biografi dan Aotobiografi”, diakses pada pukul 19.30 wib, selasa 2 september
2. Latar Belakang Pendidikan, berisi tentang pendidikan yang telah dicapai hingga sekarang berikut dengan tahun dan nama sekolahnya. Dan diawali
dengan paragraf baru
3. Latar Belakang Prestasi, isinya tentang semua prestasi yang pernah diperoleh mulai dari kecil hingga sekarang.
4. Latar Belakang Pekerjaan, jika sudah bekerja maka mencantumkannya namun jika masih pelajar maka poin ini bisa dihilangkan. Namun jika sudah
bekerja, maka diterangkan pekerjaannya.
5. Latar Belakang Hasil Karya, ini khusyuk bagi mereka yang sudah bekerja dan lagi-lagi untuk para pelajar poin ini bisa dihilangkan.
Dalam menggambarkan sosok atau tokoh yang sedang dibahas buku
biografi biasanya memang menggunakan bahasa ilmiah tetapi berbeda dalam
buku biografi yang berbentuk novel atau bisa juga disebut sebagai novel
non-fiksi/ novel biografi, sosok yang diceritakan tidak menggunakan bahasa ilmiah
dan kaku melainkan dengan menggunakan gaya bahasa yang ringan dan santai
sehingga terciptalah suatu narasi dan alur cerita di dalamnya yang membuat para
pembaca jadi lebih antusias untuk terus membacanya sampai akhir cerita, bahkan
secara sengaja atau tidak, dengan penggunaan bahasa gaya novel dalam suatu
buku biografi, terciptalah unsur sastra di dalamnya sehingga terbentulah suatu
karya tulis berupa novel biografi.
Sebuah biografi yang berbentuk novel dengan gaya bahasa ringan dan
narasi yang menarik seperti novel seakan menjadi suatu alat penyampai ide yang
memiliki peran penting terhadap pemaknaan suatu tulisan dalam sebuah narasi,
karena itu akan memberikan pengaruh atau suatu pola pikir kepada para
pembacanya.
E. Konsep Keteladanan
Keteladanan berasal dari kata “teladan” yang artinya sesuatu yang patut
ditiru atau dicontoh, baik itu tentang perbuatan, kelakuan ataupun sifat.
Sedangkan menurut istilah, keteladanan adalah suatu perilaku seseorang yang
sengaja ataupun tidak sengaja dilakukan atau dijadikan contoh bagi orang yang
mengetahuinya atau melihatnya, begitu pula dengan para pembacanya yang
membaca kisah sosok yang menginspirasinya tersebut.40
Dalam bahasa Arab, kata teladan adalah “uswatun hasanah” dalam kamus
Mahmud Yunus “uswatun hasanah” didefinisikan “uswatun” sama dengan
“qudwah” artinya “ikutan” dan “hasanah” artinya perbuatan yang baik. Dari
definisi tersebut maka “uswatun hasanah” adalah suatu perbuatan baik seseorang
yang patut ditiru atau diikuti orang lain. Menjadi seorang panutan yang baik
merupakan satu metode juga dalam pendidikan terpenting, karena manusia
memiliki keinginan kuat yang bersifat pada diri manusia yang mengantarnya
untuk meniru dan mengikuti orang lain.41
40
Ammydotcom, “Apa Itu Keteladanan”,diakses pada tanggal 23 Oktober 2014 pukul 13.06 wib darihttp://ammydotcom.blogspot.com/2011/02/apa-itu-keteladanan.html.
41
Dalam ajaran agama Islam, sosok yang selalu m