• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengontrolan Jalur Lintasan Kereta Api Berbasis PLC Omron

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengontrolan Jalur Lintasan Kereta Api Berbasis PLC Omron"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

BERBASIS PLC OMRON

TUGAS AKHIR

Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh pendidikan Program Sarjana di Jurusan Teknik Elektro

Disusun Oleh : Wida Pramudita

1.31.06.002

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(2)

Tugas Akhir ini menjelaskan proses pengontrolan sebuah sistem lalulintas perkeretaapiaan dengan menggunakan PLC OMRON ZEN. Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk membuat sebuah aplikasi pengontrolan jalur lintasan kereta api berserta persinyalannya dengan menggunakan PLC OMRON ZEN secara otomatis. Penulis ingin mengetahui bagaimana PLC OMRON ZEN dapat mengontrol jalur lintasan kereta api agar dapat bergerak secara otomatis dengan melakukan pengujian yang dilakukan penulis menggunakan prototype pengontrolan jalur lintasan kereta api. Dari hasil pengujian yang dilakukan penulis dapat diketahui bahwa PLC OMRON ZEN 10C1AR-A-V1 memiliki kehandalan 80% dalam melakukan pengontrolan sistem ini.

(3)

This final project describes the process of controlling a railway of train

based on PLC OMRON. The aim of this paper is to create a simulation

application of a railway train control using OMRON ZEN PLC automatically.

Writer would like to know how PLC OMRON can control the railway of train that

can moves automatically by testing conducted by using a prototype of train. From

the testing that the writer can know OMRON ZEN PLC 10C1AR-A-V1 has a

reliability of 80% in the controlling system the railway of train

The design of the prototype based on railway of the train control PLC

OMRON was conducted in three stages. First, the design of software starts from

the description of a system and then addressing the components used to in a

language understandable by the PLC. Making the flowchart and truth table. The

second step began to enter the stage of making the computer program. In a

second step we tried to design hardware that is done by making the elevator

simulation. And the last stage is to do a merger between the software and

(4)

i

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini tanpa mengalamai hambatan yang berarti. Karya tulis ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam salah satu syarat dalam menempuh pendidikan Program Sarjana di Jurusan Teknik Elektro

Tak ada gading yang tak retak, penulis pun menyadari bahwa tugas akhir ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca semua sangat penulis harapkan.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak akan tuntas tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini

Ungkapan terima kasih ini ingin penulis sampaikan kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan keselamatan ketika melaksanakan percobaan di lab sampai penyusunan laporan tugas akhir ini.

2. Kepada kedua orang tua penulis yang telah memberi dukungan baik secara moril dan materil serta doa restu beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini

(5)

ii

5. Bapak Muhammad Aria, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro UNIKOM dan dosen pembimbing penulis sekaligus yang memperkenalkan penulis dengan PLC dan mengajarkan banyak hal tentang PLC dan khususnya sistem kendali di dunia elektro

6. Ibu Tri Rahajoeningroem, MT, selaku dosen penguji dan dosen pengajar di Jurusan Teknik Elektro UNIKOM .

7. Bapak Bobi Kurniawan,ST., M.Kom selaku penguji dan sekaligus dosen di jurusan Teknik Elektro

8. Bapak Riyanto, MT., sebagai dosen sistem embedded yang membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

9. Seluruh bapak dan ibu dosen di Jurusan Teknik Elektro UNIKOM. 10. Seluruh rekan-rekan satu perjuangan di Teknik Elektro.

11. Kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu Harapan penulis semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat dan memberikan sedikit ilmu bagi para pembaca semua, Amin.

Bandung, Agustus 2011

(6)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, dimana sistem transportasi sudah sedemikian pesatnya dan kebutuhan masyarakat sudah semakin meningkat akan sarana angkutan darat, maka kereta api merupakan salah satu alternatif yang menjanjikan untuk kebutuhan transportasi masyarakat dengan segala kelebihan yang dimilikinya. Selain merupakan alat transportasi yang murah, kecepatan dan ketepatan inilah yang menjadi latar belakang mengapa masyarakat memilih kereta api sebagai sarana transportasi mereka.

Karena mengingat banyaknya masyarakat yang mengandalkan alat transportasi ini, untuk itu jasa pelayanan ini sangat membutuhkan suatu sistem yang memiliki nilai keakurasian yang tinggi untuk menjamin setiap penumpangnya agak mereka merasa nyaman dan selamat sampai ke tujuan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, terpikirkan penulis untuk membuat pengonrolan jalur perlintasan kereta api dengan berbasis PLC (Programmable Logic Controller). Karena PLC merupakan alat kontrol yang banyak digunakan di bidang industri dan merupakan alat kontrol dengan teknologi yang relatif lebih baru. Bahkan saat ini sistem perkeretaapian di Indonesia sekalipun tidak ada yang menggunakan PLC sebagai alat pengontrolannya.

(7)

1.2 Rumusan Masalah

Mengacu pada permasalahan yang diuraikan pada latar belakang, maka rumusan masalah dapat ditekankan pada :

a. Bagaimana rancang bangun pengontrolan jalur lintasan kereta api berbasis PLC OMRON.

b. Bagaimana cara memprogram PLC OMRON dengan menggunakan ladder diagram.

c. Bagaimana menguji pengontrolan jalur lintasan kereta api berbasis PLC OMRON.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan pengontrolan jalur perlintasan kereta api berbasis PLC ini adalah: a. Mengetahui rancang bangun pengontrolan jalur lintasan kereta api

berbasis PLC OMRON.

b. Mengetahui cara memprogram PLC OMRON dengan menggunakan ladder diagram.

c. Mengetahui hasil pengujian pengontrolan jalur lintasan kereta api berbasis PLC OMRON.

(8)

1.4 Batasan Masalah

Dalam menyusun tugas akhir ini diperlukan suatu batasan masalah agar tidak menyimpang dari ruang lingkup yang akan dibahas. Adapun batasan masalahnya :

a. Pembahasan pengontrolan lintasan kereta api menggunakan PLC OMRON.

b. Pembahasan pemrograman PLC dengan menggunakan ladder diagram c. Dalam pengendalian kasus lintasan menggunakan 4 jalur yang di

kontrol.

d. Jalur 1 hanya dapat dilalui oleh kereta yang datang dari arah kiri ke arah kanan saja.

e. Jalur 4 hanya dapat dilalui oleh kereta yang datang dari arah kanan ke arah kiri.

Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari penulisan materi tugas akhir ini, maka penulis mengadakan kegiatan antara lain :

(9)

b. Membuat perancangan pengendalian PLC dalam beberapa struktur, serta membuat program dari setiap struktur pengendali PLC

c. Merancangan dan membangun prototipe yang akan dibuat d. Melakukan analisis hasil penelitian

1.6 Sistematika Penulisan

Secara garis besar pembahasan dari Perencanaan dan Pembuatan sistem ini terbagi dalam beberapa bab yaitu :

BAB I :Pendahuluan

Meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, metodologi dan sistematika pembahasan.

BAB II :Dasar Teori

Berisi tentang teori dasar yang berhubungan dengan alat yang direncanakan.

BAB III :Perencanaan dan perancangan

Berisi tentang, perencanaan dan perancangan prototipe

BAB IV :Pengujian

Membahas tentang pengujian prototipe serta analisa hasil pengujian.

BAB V :Penutup

(10)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengenalan PLC

Definisi Programmable Logic Controller (PLC) menurut National

Electrical Manufactures Association(NEMA) adalah suatu alat elektronika digital

yang menggunakan memori yang dapat diprogram untuk menyimpan

instruksi-instruksi dari suatu fungsi tertentu seperti logika, sekuensial, pewaktu dan

aritmatika untuk mengendalikan suatu proses. Dengan pengertian lain PLC adalah

suatu alat kendali elektronika yang dapat diprogram dengan menggunakan fungsi

logika.

Sebelum otomatisasi industri berkembang, proses produksi menggunakan

mesin-mesin yang dikendalikan secara langsung oleh para pekerja atau operator.

Seiring dengan perkembangan waktu sistem kendali kemudian berkembang

dengan menggantikan sebagian tugas atau bahkan seluruh tugas kendali dengan

menggunakan sejumlah elemen mekanik atau listrik yang dihubungkan

sedemikian sehingga membentuk sistem kendali yang berfungsi permanen

(hardware control), sistem kendali tersebut kemudian disebut dengan sistem

kendali konvensional. Pada sistem kendali konvensional kompleksitas sambungan

antara elemen pembentuk sistem kendali sangat tergantung pada kompleksitas

(11)

konfigurasi elemen maupun pelacakan gangguan (trouble shooting) pada

kegagalan sistem sangat sulit dilakukan.

Pekembangan komponen mikro elektronika, terutama yang bersifat dapat

diprogram menghasilkan suatu sistem kendali elektronika yang sangat fleksibel.

Alat kendali yang dapat diprogram tersebut salah satunya adalah sistem kendali

berbasis logika relay yang kemudian disebut PLC (Programmable Logic

Controller).

Operasi PLC dalam pengendalian sistem terdiri dari tiga tahap yaitu :

1. Pembacaan kondisi input (Scaning Input)

2. Pemrosesan kondisi input sesuai dengan program yang ada di memori

3. Meng-update kondisi output untuk menggerakkan peralatan-peralatan

beban

Secara sederhana proses operasi PLC diatas dapat digambarkan sebagai berikut.

(12)

Urutan proses operasi tersebut akan dilakukan secara berulang. Satu urutan proses

lengkap disebut dengan satu waktu operasi (Time Cycle).

2.1.1 Fungsi PLC

Fungsi PLC dalam sebuah sistem kendali antara lain adalah sebagai

berikut :

A. Kontrol Sekuensial

a. Pengganti relay control logickonvensional.

b. Pewaktu.

c. Pencacah.

B. Kontrol Cerdas (canggih)

a. Operasi Aritmatika.

b. Penanganan informasi.

c. Control analog(suhu, tekanan, aliran, dan lain-lain.).

d. PID (proporsional integerator derivative).

e. Fungsi Logic.

C. Kontrol Pengawasan

a. Proses monitoringdan alert system.

(13)

2.1.2 Keuntungan Penggunaan PLC

Beberapa keuntungan penggunaan PLC dalam sistem kendali

dibandingkan dengan suatu sistem kendali konvensional, antara lain :

A. Instalasi sistem kendali

5. Konsumsi daya listrik relatif rendah.

6. Modifikasi sistem lebih sederhana.

b. Kendali Konvensional

1. Perawatan relatif komplek.

2. Komplek dalam pengoperasian.

3. Mahal dalam perawatan.

4. Pelacakan kesalahan sistem relatif sulit.

5. Konsumsi daya listrik relatif tinggi.

6. Modifikasi sistem membutuhkan waktu yang lama.

B. Keuntungan dari penggunaan PLC dalam otomasi, antara lain :

a. Waktu implementasi dapat dipersingkat.

b. Modifikasi sistem lebih mudah.

c. Proses operasi kendali dapat diubah dengan memodifikasi program,

perubahan dan penambahan operasi dapat dilakukan pada software.

(14)

e. Indikator kerja input dan output dengan cepat dan mudah dapat segera

diketahui.

f. Keandalan tinggi.

g. Perangkat kontroler standar industri.

2.1.3 Arsitektur PLC

Bagian utama PLC yaitu Central Processing Unit (CPU), Memory dan

Modul input/output serta port komunikasi untuk keperluan pemrograman yang

dapat dilakukan dengan menggunakan alat (programming unit). Pada beberapa

jenis PLC untuk keperluan pemrograman juga disediakan keypad dan screen.

Selain itu untuk keperluan operasinya PLC juga memiliki sumber catu daya

(power supply) yang akan mengubah tegangan AC menjadi tegangan yang sesuai

dengan yang dibutuhkan oleh komponen PLC.

Bagian-bagian PLC tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

(15)

2.1.3.1 Central Processor Unit

Central Processor Unit (CPU) mengatur dan mengawasi seluruh operasi

PLC sehingga respon PLC terhadap sistem yang dikontrol sangat tergantung pada

kecepatan CPU. PLC yang mampu melakukan operasi komplek pada kecepatan

tinggi pada umumnya mempunyai CPU yang dibentuk dari mikroprosessor

berkemampuan tinggi.

2.1.3.2 Memory

Memory PLC terdiri dari memory sistem operasi dan memory data.

Memory sistem operasi adalah memory tempat menyimpan program yang

mengendalikan operasi PLC. Memory data adalah memory untuk lokasi

penempatan program yang dibuat dan berfungsi sebagai buffer sementara atas

kondisi input/output dan status fungsi-fungsi internal PLC. Ada beberapa macam

tipe memori yang digunakan dalam PLC antara lain :

a. Random Acces Memory(RAM)

Random Acces Memory (RAM) adalah memory internal CPU, dimana isinya

dapat dimodifikasi dengan cepat dan secara berulang-ulang. RAM sering juga

disebut real-write memory karena data secara konstan dapat ditulis ke dalam

(16)

b. Read Only Memory(ROM)

Informasi yang ada didalam Read Only Memory (ROM) hanya dapat dibaca

saja. Informasi atau program dimasukkan kedalam ROM oleh pabrik pembuat

untuk keperluan operasi PLC antara lain untuk keperluan CPU dan untuk

keperluan pemrograman PLC.

2.1.3.3 Unit Input/Output (I/O)

Unit input/output merupakan sistem mikro elektronika. Unit input PLC

terdiri dari unit yang mampu mempresentasikan dua level sinyal 0 dan 1 (input

level logika) atau mempresentasikan sejumlah level sinyal secara linier (level

sinyal analog). Unit output yang umumnya digunakan untuk menggerakkan

actuator berfungsi sebagai saklar ON/OFF (output level logika) atau sebagai

penggerak yang level outputnya dapat diatur dalam jangkauan (range) dan

langkah (step) tertentu (output level analog).

Modul input akan mengirimkan parameter dan statusnya ke memory untuk

dapat diproses oleh CPU sesuai dengan parameter operasi program, hasilnya akan

dikirimkan kembali ke memory untuk mengupdate status output sesuai dengan

parameter atau status yang diperoleh dari CPU.

Jumlah input/output yang diidentifikasikan pada suatu PLC umumnya

bukan merupakan jumlah unit input/output yang terpasang, tetapi jumlah unit

input/output maksimum yang dapat ditangani oleh CPU. Unit input/output

umumnya dirancang modular agar penggunanya dapat disesuaikan dengan

(17)

2.1.4 Bahasa Pemrograman PLC (Ladder Diagram)

Ladder Diagram menggambarkan program dalam bentuk grafik. Diagram

ini dikembangkan dari kontak-kontak relay yang terstruktur yang menggambarkan

aliran arus listrik. Dalam diagram ladder terdapat dua buah garis vertical dimana

garis vertikal sebelah kiri dihubungkan dengan sumber tegangan positip catu daya

dan garis sebelah kanan dihubungkan dengan sumber tegangan negatip catu daya.

Program ladder ditulis menggunakan bentuk pictorial atau simbol yang

secara umum mirip dengan rangkaian kontrol relay. Program ditampilkan pada

layar dengan elemen-elemen seperti normally open contact, normally closed

contact, timer, counter, sequencerdan lain-lain ditampilkan seperti dalam bentuk

pictorial.

(18)

2.2 PLC OMRON 2.2.1 Jenis PLC OMRON

OMRON sebagai perusahaan besar memproduksi berbagai macam

peralatan, salah satunya memproduksi PLC. OMRON mengeluarkan beberapa

jenis PLC diantaranya adalah :

a. ZEN

b. Sysmac

c. CPM 1A

Dalam perancangan dan pembahasan laporan ini, PLC yang digunakan adalah

PLC OMRON typeZEN

2.2.2 ZEN

ZEN Programmable Relay merupakan produk PLC lain dari OMRON,

sebagaimana ditunjukan pada gambar 2.4 merupakan kontroler kecil yang

menyediakan 10 saluran input/output (I/O) yang dapat diprogram (terdiri dari 6

masukan dan 4 keluaran). Alat ini jauh lebih murah dibandingkan seri CPM1

maupun CPM2

(19)

Dalam kesempatan ini penulis menggunakan ZEN type LCD, yang dilengkapi

dengan LCD dan tombol-tombol operasi.Zen Programmable Relay berukuran

kecil dan ringan, untuk tipe 10 I/O ukurannya 90 x 70 x 56 mm dan dapat

dipasang dimana saja.

2.2.3 Fitur-fitur ZEN

1. Mudah diprogram, perangkat ZEN ini lebih mudah pengoperasianya

dibanding type CPM1.Terdapat 4 macam jenis keluaran yang dapat diatur

dengan mudah, meliputi : operasi normal, operasi SET, operasi RESET dan

operasi TOGGLE atau ALTERNATE.

2. Antisipasi kerusakan catu daya, ZEN memiliki bit-bit penyimpan dan

penyimpan pewaktu untuk antisipasi kerusakan catu daya. Bit-bit ini akan

menyimpan sebelum terjadi kerusakan.

Serta 3 jangkauan pengaturan pewaktu yaitu:

a. 0,01 hingga 99,99 detik.

b. 1 detik hingga 99 menit 59 detik.

(20)

4. Pencacah naik/turun dan komparator, selain memiliki pewaktu, ZEN juga

di lengkapi dengan 16 pencacah atau conter yang bisa diprogram naik

maupun turun.

5. Operasi pewaktu bergantung musim dan hari, Unit CPU dalam ZEN juga

memiliki fungsi kalender dan jam yang terdiri dari 16 pewaktu mingguan

dan 16 pewaktu kalender. Pengontrolan musiman dimungkinkan dengan

kombinasi pewaktu mingguan dan kalender tersebut. Cocok untuk

pengontrolan penyemprotan taman atau kebun.

6. Masukan analog langsung. Unit CPU dengan catu daya DC memiliki 2

masukan analog langsung (tegangan 0 hingga 10 volt) dan 4 komparator

analog.

7. Pembuatan diagram tangga menggunakan perangkat lunak, selain bisa

diprogram secara langsung, juga dapat diprogram dengan perangkat lunak

ZEN Suport Software, sebagaimana contoh tampilannya ditunjukan pada

Gambar 2.5.

(21)

ZEN Suport Software dapat digunakan untuk mengsimulasikan ZEN dan

memonitor program tangga secara langsung, sehingga dapat langsung

diamati cara kerja program tangga yang terkait.

2.2.4 Area Memory

a. Bit-bit I/O, Work dan Penyimpan Internal (Internal Holding).

Bit-bit keluaran/masukan atau I/O, kerja (Work) dan penyimpan internal

(Internal Holding) berikut dengan keterangan atau penjelasan

fungsi-fungsingya ditunjuk pada tabel 2.1.

Tabel 2.1Alokasi Bit-bit I/O, Ekspansi, Kerja dan Penyimpan Internal

Nama Tipe Alamat piranti masukan yang terhubung dengan terminal masukan unit ekspansi Hanya dapat digunakan untuk CPU tipe LCD digunakan dengan model catu daya 24 VDC

(22)
(23)

Gambar 2.6Tombol Tekan Pada ZEN

Tombol operasional (seperti DEL, ALT dan seterusnya) dapat digunakan

untuk operasional ZEN, tidak perduli apakah tombol-tombol yang bersangkutan

digunakan sebagai tombol tekan (B) atau tidak, dengan kata lain, saat suatu

tombol operasional, misalnya DEL ditekan (untuk opersional penghapusan) maka

tombol tekan B6 juga ON. Bit-bit keluaran tersebut mencakup bit-bit keluaran

terminal ZEN (Q), bit-bit keluaran terminal ekspansi ZEN (Y), bit-bit kerja (M)

dan bitbit tahan (H), penggambarannya pada diagram tangga baik pada perangkat

lunak ZEN Support Software maupun tampilan LCD

b. Pewaktu dan Pencacah

Pada ZEN Programmable Relay terdapat 2 macam pewaktu, yaitu pewaktu

(timer) dan pewaktu tahan (Holding Timer) dengan perbedaan sebagai berikut:

a. Pewaktu : nilai pewaktu saat ini akan di-reset saat pewaktu diubah dari

mode RUN ke mode STOP atau catu daya ZEN dimatikan. Terdapat 4

macam operasional pewaktu jenis ini, yaitu: tundaan ON (X), tundaan

(24)

b. Pewaktu tahan : nilai pewaktu saat ini akan disimpan walaupun terjadi

pengubahan mode RUN menjadi STOP atau catu daya dimatikan. Pewaktu

akan dilanjutkan kembali jika masukan pemicu ON, selain itu status ON

pada bit pewaktu tahan ini akan disimpan jika waktu yang dikehendaki

sudah selesai. Bit peaktu tahan ini hanya bias beroperasi dengan fungsi

tundaan ON saja.

c. Pencacah : terdapat 16 pencacah yang dapat digunakan dalam mode naik

(increment) maupun turun (decrement). Nilai saat ini dari pencacah akan

disimpan jika mode ZEN diubah atau catu daya dimatikan. Bit pencacah

akan ON jika nilai cacah sudah melampaui yang ditentukan (nilai saat ini

e” nilai yang ditentukan). Nilai pencacah kembali ke 0 dan bit pewaktu

akan OFF jika direset, sebagaimana bit-bit pewaktu, pewaktu tahan dan

pencacah.

c. Bit-bit Penampilan.

Suatu pesan yang dibuat oleh pengguna, jam, nilai pewaktu atau pencacah saat

ini atau nilai kenversi analog dapat ditampilkan pada layar LCD, jika

digunakan fungsi tampilan (D) dan jika sigunakan lebih dari satu, maka satu

layar dapat menampilkan beberapa data atau pesan sekaligus.

2.2.5 Langkah Pembuatan Program PLC OMRON ZEN

PLC OMRON ZEN yang digunakan dalam “PENGONTROLAN

ELEVATOR BERBASIS PLC OMRON ZEN” ini menggunakan bahasa

(25)

Untuk membuat program tersebut penulis menggunakan ZEN Support

Software yang dapat berjalan pada sistem operasi windows. Software tersebut

digunakan penulis karena selain bias berjalan dalam sistem operasi windows juga

bias melakukan simulasi jalannya program yang telah dibuat secara langsung pada

komputer tanpa harus terkoneksi dengan modul PLC. Hal tersebut dirasakan

sangat menguntungkan karena kesalahan program dapat diketahui dengan lebih

awal.

Langkah pembuatan program dengan ZEN Support Software tersebut

adalah sebagai berikut :

A. Menjalankan Aplikasi ZEN Support Software

Dari sistem operasi jalankan Aplikasi ZEN Support Software dan terlihat

tampilan antar muka aplikasi seperti gambar dibawah.

(26)

B. Menggunakan Fungsi-fungsi Program dalam aplikasi ZEN Support

Software

Fungsi program tersebut adalah :

a. Fungsi Ladder

Fungsi Ladder berisi alamat input dan output yang biasa digunakan

Fungsi Ladder terdiri dari I0 s/d I5, Q0 s/d Q3, X0 s/d Xb, Y0 s/d Yb,

M0 s/d Mf, T0 s/d Tf, C0 s/d Cf, P0 s/d Pf

b. Fungsi Simulator

Fungsi Simulator berisi pilihan fungsi untuk RUN, STOP, ZEN Image

Display, Present Value List Display, Clock Display, Start/Stop

Simulator

C. Mensimulasikan Program

Salah satu fasilitas yang ada dalam aplikasi ini adalah fasilitas untuk

mensimulasikan program yang telah dibuat secara langsung pada

komputer tanpa harus terhubung terlebih dahulu dengan PLC, hal ini

sangat membantu untuk melihat jalannya program dan sekaligus

mengetahui kesalahan pada program secara lebih dini meskipun tidak

(27)

Gambar 2.8Tampilan Aplikasi ZEN Support Softwarepada saat dilakukan Simulasi Program

D. Overview Program

Overview program digunakan untuk melihat program yang telah dibuat

secara keseluruhan dalam bentuk grafis dan dapat digunakan dalam

melakukan pengecekan lokasi kesalahan program maupun untuk kepentingan

(28)

Gambar 2.9Tampilan Aplikasi ZEN Support Software pada saat Overview Program

E. Upload Program

Setelah program selesai dibuat dan di uji dengan menggunakan software,

selanjutnya program akan dimasukkan (ditransfer) kedalam modul PLC. Proses

pengisian program ke modul PLC OMRON ZEN dapat dilakukan dengan cara

melakukan Upload program dari PC ke Modul PLC ZEN dengan menggunakan

(29)

2.3 Lintasan Kereta Api

Dalam sistem lintasan kereta api ada empat komponen utama yang

berguna untuk mengendalikan arus lalulintas perkeretaapian. Beberapa komponen

tersebut adalah :

a. Rel

b. Mesin Penggerak Rel (Wesel)

c. Lampu Sinyal

d. Kontrol Sistem

Keempat komponen utama tersebuta memiliki fungsi yang sangat penting, satu

dari keempat itu mengalami kerusakan maka akan berakibat sangat berbahaya

dalam menjamin keselamatan para penumpang.

2.3.1 Rel

Jika kendaraan lain memiliki sistem kemudi untuk mengendaliakan arah

tujuan yang akan dilalui sedangkan kereta api tidak memiliki kemudi untuk

mengendalikannya, kereta api hanya mengandalkan rel untuk bergerak ke kanan,

ke kiri atau lurus. Untuk itu dibutuhkan suatu alat pembantu untuk mengendalikan

laju kereta agar selalu ada di jalur yang benar untuk itu dibutuhkan rel untuk

mengendalikannya. Rel merupakan dua batang besi baja kaku yang sama panjang

dipasang pada bantalan sebagai dasar landasan. Rel-rel tersebut diikat pada

bantalan dengan menggunakan paku rel atau sekrup penambat. Jenis penambat

yang digunakan bergantung kepada jenis bantalan yang digunakan. Puku ulir atau

(30)

digunakan untuk bantalan beton atau semen. Rel biasanya dipasang di atas badan

jalan yang dilapis dengan batu kericak atau dikenal sebagai Balast. Balast

berfungsi pada rel kereta api untuk meredam getaran dan lenturan rel akibat

beratnya kereta api. Untuk menyeberangi jembatan, digunakan bantalan kayu

yang lebih elastis ketimbang bantalan beton.

Gambar 2.10Rel

2.3.2 Mesin Penggerak Rel (Wesel)

Wesel adalah konstruksi rel kereta api yang bercabang

(bersimpangan) tempat memindahkan jurusan jalan kereta api. Wesel terdiri dari

sepasang rel yang ujungnya diruncingkan sehingga dapat melancarkan

perpindahan kereta api dari jalur yang satu ke jalur yang lain dengan menggeser

bagian rel yang runcing. Kereta api berjalan mengikuti rel, sehingga kalau relnya

digeser maka kereta api juga mengikutinya. Untuk memindahkan rel, digunakan

(31)

Lidah wesel adalah bagian yang menentukan arah gerak roda. Sepasang

lidah dihubungkan dengan sebuah batang besi sehingga gerak sepasang lidah

tersebut bersama-sama. Jika lidah menempel pada rel kiri maka pada rel kanan

lidah akan memberi celah untuk roda lewat. Demikian juga sebaliknya.

Bagian lain dari wesel, yaitu hati wesel merupakan bagian tetap yang tidak

bisa digerakkan dan dibiarkan mempunyai celah agar flens roda dapat

melewatinya. Bagian ini terkena hentakan roda akibat adanya celah yang

disediakan bagi flens roda. Karena itu hati wesel biasanya dibuat dari baja

(mangan steel) agar bertahan lama. Bagian ujung dari hati wesel dibuat lebih

rendah 8 mm dari permukaan rel dan hanya menyangga bagian sisi dari flens roda.

Bidang jalan roda menginjak rel sayap tanpa menyentuh ujung hati wesel. Seteleh

roda berada pada bagian hati wesel yang mempunyai lebar sekitar 70 mm barulah

beban roda kembali ditopang oleh hati wesel.

(32)

2.3.3 Lampu Sinyal

Lampu sinyal adalah sebuah alat komunikasi yang mengisyaratkan

sejumlah kode-kode tertentu dengan menggunakan cahaya. Persinyalan kereta api

adalah seperangkat fasilitas yang berfungsi untuk memberikan isyarat berupa

bentuk, warna atau cahaya yang ditempatkan pada suatu tempat tertentu dan

memberikan isyarat dengan arti tertentu untuk mengatur dan mengontrol

pengoperasian kereta api. Lampu-lampu ini juga menggunakan warna-warna yang

sama seperti lampu lalu lintas pada umumnya. Untuk menghindari bola lampu

putus, biasanya digunakan dua pasang lampu atau setiap aspek dipasangi 2 lampu

sedangkan perkembangan terakhir yang sudah mulai digunakan di Indonesia

adalah penggunaan lampu LED.

Gambar 2.12 Lampu Sinyal

2.3.4 Track Circuit

Track Circuit atau meja pelayanan adalah merupakan tempat di mana

(33)

persinyalannya. track circuit hanya berupa meja besar yang di atasnya terdapat

tombol-tombol panel untuk menggerakan wesel-wesel. Dari track circuit terpantau

semua keadaan-keadaan yang terjadi di lapangan. Kondisi wesel serta ada atau

tidak adanya kereta bisa terpantau dari sini

Gambar 2.13 Track circuit

Track circuit terbentuk oleh bagian jalan kereta api, yang dibuat hampir

mirip dengan kondisi di lapangan. Segala perlengkapan yang menunjang keamana

kereta api terdapat pada track circuit. Pada indikator rel di track circuit dinyatan

dengan dua warna garis, yakni garis berwarna merah dan garis berwarna kuning.

Garis berwarna merah menandakan ada kereta yang sedang melintas pada rel

tersebut atau ada kereta yang sedang berada diam pada rel, sedangkan warna

kuning pada menyatakan tidak ada kereta yang melintas atau berada pada rel

tersebut. Ini disebabkan karena rel di aliri oleh arus listrik guna mengetahui ada

atau tidaknya kereta di jalur tersebut. Arah pergerakan wesel pun dapat terlihat

dengan di tandainya lampu yang menyala menandakan kemana arah mesel itu

(34)

2.3.5 Kontol Sistem

Untuk mengendalikan semua komponen-komponen tersebut dibutuhkan

sebuah suatu alat kontrol sistem yang dapat mengatur semua

komponen-komponen utama tersebut. Dalam sistem kontrol perkeretaapian di Indonesia

sistem kontrol yang digunakan adalah Siemens DRS 60. Pada prinsipnya DRS

60 ini adalah suatu alat kontrol yang masih berupa relay-relay besar. Alat ini

dibuat di Jerman pada tahun 1960an, alat ini digunakan di Indonesia pada

tahun 1970an tapi baru beroperasi pada tahun 1971. Hanya dua daerah saja

yang masih menggunakan alat ini, hanya stasiun Bandung dan stasiun Solo.

Ini meruapakan sistem penngontrol pertama yang digunakan dalam sistem

perkeretaapian di Indonesia. DRS 60 tidak hanya mengatur sinyal saja tapi

juga mengatur seluruh sistem perkeretaapian.

Gambar 2.14Siemens DRS60

2.4 Demultiplekser

Demultiplekser adalah suatu rangkaian elektronik yang mampu

menyalurkan sinyal dari suatu saluran ke salah satu dari banyak saluran

keluaran. Pemilihan keluaran ini dilakukan melalui masukan penyeleksi.

(35)

Gambar 2.15Rangkaian Dasar Demultiplekser

Cara Demultiplekser melewatkan sinyal tidak selamanya seperti yang

diuraikan diatas. Ada kalanya sebuah demultiplekser hanya mengaktifkan satu

dari sekian saluran keluaran, yang kebanyakan aktif rendah. Dalam hal ini

demultiplekser hanya memiliki fasilitas "n" kendali masukan untuk memilih

satu dari 2n saluran keluaran.

(36)

2.5 Flowchart

Flowchart adalah penggambaran secara grafik dari langkah-langkah dan

urut-urutan prosedur dari suatu program. Flowchart menolong analis dan

programmer untuk memecahkan masalah kedalam segmen-segmen yang lebih

kecil dan menolong dalam menganalisis alternatif-alternatif lain dalam

pengoperasian. Flowchart biasanya mempermudah penyelesaian suatu masalah

khususnya masalah yang perlu dipelajari dan dievaluasi lebih lanjut.

Bila seorang analis dan programmer akan membuat flowchart, ada

beberapa petunjuk yang harus diperhatikan, seperti :

a. Flowchart digambarkan dari halaman atas ke bawah dan dari kiri ke kanan.

b. Aktivitas yang digambarkan harus didefinisikan secara hati-hati dan

definisi ini harus dapat dimengerti oleh pembacanya.

c. Kapan aktivitas dimulai dan berakhir harus ditentukan secara jelas.

d. Setiap langkah dari aktivitas harus diuraikan dengan menggunakan

deskripsi kata kerja, misalkan MENGHITUNG PAJAK PENJUALAN.

e. Setiap langkah dari aktivitas harus berada pada urutan yang benar.

f. Lingkup dan range dari aktifitas yang sedang digambarkan harus ditelusuri

dengan hati-hati. Percabangan-percabangan yang memotong aktivitas yang

sedang digambarkan tidak perlu digambarkan pada flowchart yang sama.

Simbol konektor harus digunakan dan percabangannya diletakan pada

halaman yang terpisah atau hilangkan seluruhnya bila percabangannya

tidak berkaitan dengan sistem.

(37)

Flowchart terbagi atas lima jenis, yaitu :

a. Flowchart Sistem (System Flowchart)

b. Flowchart Paperwork / Flowchart Dokumen (Document Flowchart)

c. Flowchart Skematik (Schematic Flowchart)

d. Flowchart Program (Program Flowchart)

(38)

BAB III

PERANCANGAN DAN REALISASI

3.1 Perancangan Diagram Blok Sistem

Dalam perancangan ini menggunakan tiga buah PLC untuk mengatur seluruh sistem. PLC pertama mengatur pergerakan wesel-wesel sedangkan PLC kedua dan ketiga mengatur seluruh sistem lampu sinyal. Berikut adalah gambar blok diagram dari sistem yang akan di realisasikan.

Gambar 3.1Diagram Blok Sistem PLC 1

Gambar 3.2Diagram Blok Sistem PLC 2 Sensor Keadaan PLC 1 Demultiplekser

Power Supply

Lampu Sinyal Kiri

Sensor Keadaan PLC 2 Power Supply

(39)

Gambar 3.3Diagram Blok Sistem PLC 3

PLC pertama menentukan tujuan dan mengatur seluruh pergerakan wesel-wesel sesuai dengan wesel yang akan dilewati oleh kereta. PLC 1 menjadikan sensor keadaan menjadi input untuk memproses program yang dibuat. Pada prinsipnya PLC 1, PLC 2 dan PLC 3 memiliki kesamaan yaitu menjadikan sensor keadaan sebagai inputan, tetapi output yang di kontrolnya berbeda. Jika pada PLC 1 yang di kotrolnya adalah wesel-wesel maka pada PLC 2 dan PLC 3 mengkontrol seluruh lampu sinyal.

3.2 Perancangan Perangkat Keras (hardware)

Perancanagn perangkat keras meliputi beberapa alat atau komponen yang digunakan dalam perancangan PENGONTROLAN LINTASAN KERETA API BERBASIS PLC OMRON tersebut adalah :

3.2.1 Rel

Jika kendaraan lain memiliki sistem kemudi untuk mengendaliakan arah tujuan yang akan dilalui sedangkan kereta api tidak memiliki kemudi untuk mengendalikannya, kereta api hanya mengandalkan rel untuk bergerak ke kanan, ke kiri atau lurus. Rel merupakan faktor penting guna kelancaran perjalanan

Sensor Keadaan PLC 3 Demultiplekser Lampu Sinyal Kanan

(40)

kereta api. Biasanya rel hanya memanjang dari stasiun ke stasiun yang lain tetapi menjadi suatu masalah apabila ada kereta api lain yang ingin memasuki jalur yang sama. Untuk itu di buat suatu perlintasan rel yang bercabang dari satu arah ke dua arah. Istilah rel bercabang itu disebut wesel.

Gambar 3.4Rancangan Jalur Lintasan

Terdapat empat jalur lintasan kereta api yang memiliki dua jalur kedatangan dan dua jalur keberangkatan. Digunakannya empat jalur dan double trackdikedua sisi untuk mengurangi tumpukan penumpang di stasiun

3.2.2 Penggerak Rel (Wesel)

(41)

( a )

( b )

Gambar 3.5(a) Skema wesel ketika arah lurus, (b) skema wesel ketika arah belok

Mesin wessel di gerakan dengan menggunakan motor dc 5 volt dan untuk membantu pergerakannya ditambahkan sebuah gearbox agar kinerja dari motor lebih efisien dalam menggerakan lidah rel. Dalam sistem ini digunakan 12 mesin wessel yang di pasang dalam setiap persimpangan.

(42)

Gambar 3.7gambar rangkaian motor dc dengan menggunakan driver motor L293D

Gambar 3.8Skema wesel-wesel yang akan dikontrol

Tabel 3.1Tabel Kebenaran Gerak Wesel Apabila Kereta Datang Dari Arah Kiri

Arah Kedatangan

Jalur Tujuan

Kondisi Wesel

W2 W3 W4 W5 W6

(43)

-Tabel 3.2Tabel Kebenaran Gerak Wesel Apabila Kereta Datang Dari Arah Kanan

Arah

Kedatangan Jalur Tujuan

Kondisi Wesel

W7 W8 W9 W10 W11 Kanan Jalur 2 - Lurus - Belok Belok Kanan Jalur 3 Lurus - Lurus - Lurus Kanan Jalur 4 Belok - Lurus - Lurus

o

Tabel 3.3Tabel Kebenaran Gerak Wesel Apabila Kereta Akan Keluar Dari Arah Kiri Ke Kanan

Arah Kiri Ke Kanan Jalur 1 - Belok - Lurus Lurus Kiri Ke Kanan Jalur 2 - Lurus - Lurus Lurus Kiri Ke Kanan Jalur 3 Lurus - Belok - Belok

Tabel 3.4Tabel Kebenaran Gerak Wesel Apabila Kereta Akan Keluar Dari Arah Kanan Ke Kiri

Arah Kanan Ke Kiri Jalur 2 Belok - Belok - Lurus Kanan Ke Kiri Jalur 3 Lurus Lurus - Lurus -Kanan Ke Kiri Jalur 4 Lurus Lurus - Belok

-3.2.3 Lampu Sinyal

(44)

dalam sistem lalulintas perkeretaapian hanya memiliki dua kode warna saja yaitu merah untuk menandakan berhenti dan hijau untuk menandakan jalan terus. Bahkan dalam beberapa kasus ada yang memiliki sampai empat kode warna dalam satu lampu sinyal, namun dalam tugas akhir ini jumlah kode warna yang digunakan hanya dua warna saja. Lampu sinyal ini berperan sangat penting untuk menghindari adanya kecelakaan antar kereta.

Dalam perancangan ini, lampu sinyal terdiri dari dua jenis, yaitu sinyal kedatangan dan sinyal keberangkatan. Sinyal kedatangan adalah lampu sinyal yang berada pada jalur yang hendak masuk ke suatu stasiun atau sistem lintasan yang bercabang. Sedangkan sinyal keberangkatan adalah lampu sinyal yang berada pada jalur ke arah keluar dari suatu stasiun atau sistem lintasan yang bercabang. Dalam sistem yang akan direalisasikan ada dua buah lampu sinyal kedatangan yaitu L1 dan L8 sedangakan sinyal keberangkatan ada enam buah yaitu L2, L3 dan L4 dibagian kiri dan L5, L6 dan L,7 dibagian kanan

(45)

Gambar 3.9Rangkaian lampu sinyal

Gambar 3.10Skema penempatan lampu sinyal

(46)

lampu merah akan kembali menyala dan lampu hijau akan mati. Sedangkan lampu sinyal keberangkatan masih menggunakan sistem manual yaitu dengan menggunakan operator, dikarenakan ada tidak semua kereta akan berhenti di suatu stasiun.

3.2.4 Sensor Keadaan

Karena sistem yang akan dibuat menggunakan sudah dapat bekerja secara otomatis untuk itu dibutuhkan suatu sensor sebagai parameter untuk sensor agar dapat bekerja tanpa menggunakan operator. Sensor yang digunakan hanya analogi sebuah saklar biasa. Sebenarnya rel-rel kereta api yang ada di Indonesia semuanya dialiri arus listrik, namun arus yang dialirkannya memiliki tegangan yang tidak terlalu besar hanya sekitar 8-10 volt AC. Dua buah rel di sebelah kanan dan sebelah kiri memiliki kutub yang berbeda, apabila kutub tersebut di hubungkan maka lampu indikator di track circuit akan menyala. Karena roda kereta terbuat dari besi yang merupakan konduktor maka kedua kutub yang dihubungkan oleh roda kereta akan short yang menyebabkan indikator di track circuit akan menyala.

(47)

Gambar 3.12Skema pemasangan sensor keadaan

3.2.5 Modul PLC OMRON ZEN

Sesuai dengan judul maka sistem pengontrolan yang digunakan berbasis PLC OMRON ZEN.

Gambar 3.13PLC OMRON ZEN

(48)

Tabel 3.5Daftar pin input yang digunakan oleh PLC 1

No PIN

INPUT Fungsi

1 I0 Sensor kedatangan kiri 2 I1 Sensor keberangkatan jalur 4 3 I2 Sensor keberangkatan jalur 3 4 I3 Sensor keberangkatan jalur 2 5 I4 Sensor kedatangan kanan

Tabel 3.6Daftar pin output yang digunakan oleh PLC 1

No PIN OUTPUT Fungsi

1 Q0 Sebagai input A ke demultiplekser 1 2 Q1 Sebagai input B ke demultiplekser 1 3 Q2 Sebagai input C ke demultiplekser 1 4 Q3 Kontrol motor ke kondisi awal

Tabel 3.7Daftar pin input yang digunakan oleh PLC 2

No PIN

INPUT Fungsi

(49)

Tabel 3.8Daftar pin output yang digunakan oleh PLC 2

No PIN

OUTPUT Fungsi

1 Q0 Kontrol motor wesel 1 2 Q1 Kontrol motor wesel 2 3 Q2 Kontrol motor wesel 3 4 Q3 Kontrol motor wesel 4 5 Y1 Kontrol motor wesel 5 6 Y2 Kontrol motor wesel 6 7 Y3 Kontrol motor wesel 7 8 Y4 Kontrol motor wesel 8 9 Y5 Kontrol motor wesel 9 10 Y6 Kontrol motor wesel 10 11 Y7 Kontrol motor wesel 11 12 Y8 Kontrol motor wesel 12

Tabel 3.7Daftar pin input yang digunakan oleh PLC 3

No PIN INPUT Fungsi

1 I0 Sensor kedatangan kanan 2 I1 Sensor keberangkatan jalur 1 3 I2 Sensor keberangkatan jalur 2 4 I3 Sensor keberangkatan jalur 3 5 I4 Sensor kedatangan kiri

Tabel 3.8Daftar pin output yang digunakan oleh PLC 2

No PIN OUTPUT Fungsi

(50)

3.3 Algoritma Program

detik Hitung 18 detik Hitung 18 detik

Hitung 5 detik Hitung 5 detik

Hitung 5 detik Hitung 5 detik

(51)
(52)
(53)

Mulai

detik Hitung 18 detik Hitung 18 detik

Hitung 5 detik Hitung 5 detik

Hitung 5 detik Hitung 5 detik

(54)

3.4 ZEN Suport Software

PLC OMRON ZEN yang digunakan dalam “PENGONTROLAN JALUR LINTASAN KERETA API BERBASIS PLC OMRON” ini menggunakan bahasa pemrograman LLD (Ladder Logic Diagram).

Untuk membuat program tersebut penulis menggunakan ZEN Support Software yang dapat berjalan pada sistem operasi windows. Software tersebut digunakan penulis karena selain bias berjalan dalam sistem operasi windows juga bias melakukan simulasi jalannya program yang telah dibuat secara langsung pada komputer tanpa harus terkoneksi dengan modul PLC. Hal tersebut dirasakan sangat menguntungkan karena kesalahan program dapat diketahui dengan lebih awal.

(55)
(56)

BAB IV

PENGUJIAN DAN ANALISA

4.1. Tujuan

Langkah pengujian bertujuan untuk mendapatkan data-data sejauh mana sistem berfungsi sesuai dengan rancangan serta mengetahui letak kesalahan bila sistem yang dibuat ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan dan selanjutnya mengambil kesimpulan terhadap langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka memperbaiki kesalahan tersebut.

Pengujian dilakukan dengan mengoperasikan secara langsung terhadap sistem yang sudah terinstalasi.

4.2. Kondisi-Kondisi Pengujian dan Analisa

4.2.1 Pengujian dan Analisa Kondisi 1

Pada awalnya semua posisi wesel berada pada posisi lurus dan apabila PLC mendapatkan input dari sensor maka secara otomatis PLC akan mengatur seluruh pergerakan wesel yang akan dilalui oleh kereta.

(57)

Gambar 4.1Kondisi awal

(58)

menuju jalur keluar akan secara otomatis akan terbentuk. Wesel-wesel yang dilewati adalah wesel 8, wesel 10 dan wesel 12, dalam kondisi seperti ini wesel 10 dan wesel 12 akan tetap diam sedangkan wesel 8 akan bergerak ke belok agar kereta yang akan melewatinya bisa bergerak kearah jalur keluar.

Gambar 4.2Kereta datang dari sebelah kiri kondisi semua jalur kosong

(59)

maka lampu sinyal L6 akan kembali memberi sinyal merah dan semua wesel yang dilewati dari jalur 2 akan menuju kearah jalur keluar.

Gambar 4.3Kereta datang dari sebelah kiri kondisi semua jalur 1 terisi

(60)

Gambar 4.4Kereta datang dari sebelah kiri kondisi semua jalur 1 dan 2 terisi

Table 4.1Tabel pengujian wesel kondisi 1 kereta masuk

Kondisi Jalur Jalur Tujuan

Wesel

1 2 3 4 5 6

Semua Jalur

Jalur 1 - Lurus - Lurus - Belok Kosong

Jalur 1 Terisi Jalur 2 - Lurus - Lurus - Lurus Jalur 1 dan Jalur 2

Jalur 3 - Belok Belok - Lurus -Terisi

(61)

(b)

(c)

Gambar 4.5(a) wesel 6 belok menuju jalur 1, (b) semua wesel lurus menuju jalur 2, (c) wesel 2 dan wesel 3 belok menuju jalur 3

Table 4.2Tabel pengujian lampu sinyal L8 kereta masuk dari kiri

Kondisi Jalur Kondisi Awal

Kondisi Sensor Aktif Merah Hijau Merah Hijau Jalur 1, Jalur 2 dan Jalur 3 Kosong Menyala Mati Mati Menyala

(62)

Table 4.3Tabel pengujian wesel kondisi 1 kereta keluar ke kanan

Arah Keberangkatan

Jalur Keberadaan

Kereta

Kondisi Wesel

7 8 9 10 11 12

Kiri Ke Kanan Jalur 1 - Belok - Lurus - Lurus Kiri Ke Kanan Jalur 2 - Lurus - Lurus - Lurus Kiri Ke Kanan Jalur 3 Lurus - Belok - - Belok

(a)

(b)

(c)

(63)

Table 4.4Tabel pengujian lampu sinyal kondisi 1 kereta keluar

Lampu Sinyal Kondisi Awal Setelah 18 Detik Merah Hijau Merah Hijau L2 Menyala Mati Mati Menyala L3 Menyala Mati Mati Menyala L4 Menyala Mati Mati Menyala

Dari data hasil pengujian yang didapatkan dapat dianalisa bahwa sistem dapat menentukan jalur mana yang akan dilalui oleh kereta dan jalur mana yang sedang digunakan oleh kereta yang lainnya. Sistem yang di buat secara otomatis menggerakan wesel-wesel yang akan dilalui oleh kereta dan membuka dan menutup lampu sinyal untuk memberikan tanda aman kepada masinis yang mengendalikan kereta agar dapat bergerak sesuai dengan jalur yang telah ditentukan oleh sistem.

4.2.2 Pengujian dan Analisa Kondisi 2

(64)

maka akan terjadi reset wesel dimana wesel-wesel yang bergerak akan kembali ke kondisi awal yaitu kondisi lurus. Setelah masuk ke jalur 4 maka kereta akan berhenti karena lampu sinyal L2 akan tetap memberi sinyal merah. Setelah kereta berhenti tepat di sensor keadaan maka sistem akan menghitung selama 18 detik. Waktu 18 detik dianalogikan sebagai waktu kereta dapat menaikan atau menurunkan penumpang. Setelah 18 detik maka lampu sinyal L2 akan memberi sinyal hijau agar kereta dapat bergerak melanjutkan perjalanan. Secara bersamaan wesel-wesel yang akan dilalui kereta menuju jalur keluar akan secara otomatis akan terbentuk. Wesel-wesel yang dilewati adalah wesel 5, wesel 3 dan wesel 1, dalam kondisi seperti ini wesel 1 dan wesel 3 akan tetap diam sedangkan wesel 5 akan bergerak ke belok agar kereta yang akan melewatinya bisa bergerak kearah jalur keluar keluar.

(65)

Jika kondisi jalur 4 terisi oleh kereta lain sedangkan ada kereta yang akan masuk kembali ke stasiun maka kereta akan di arahkan oleh sistem menuju jalur 3 karena jalur 4 sedang di gunakan oleh kereta yang lain. Ketika sensor kedatangan sedang dilewati maka lampu sinyal L8 akan memberi sinyal hijau dan apabila kereta telah melewati lampu sinyal lampu sinyal L8 akan kembali memberi sinyal merah. Kondisi wesel yang akan dilalui seperti wesel 7, wesel 9 dan wesel 11 tidak akan bergerak karena dari arah kedatangan menuju jalur 3 tidak ada persimpangan yang mengharuskan untuk berbelok jadi semua wesel tetap pada posisi lurus. Setelah kereta menginjak sensor keberangkatan di L3 maka sistem akan menghitung selama 18 detik dan lampu sinyal L3 tetap merah. Setelah 18 detik maka lampu sinyal L3 akan memberi sinyal hijau dan setelah kereta melewati lampu sinyal L3 maka lampu sinyal L3 akan kembali memberi sinyal merah dan semua wesel yang dilewati dari jalur 3 akan menuju kearah jalur keluar.

(66)

Jika dalam kondisi jalur 4 dan jalur 3 sedang digunakan oleh kereta lain maka kereta yang akan masuk ke stasiun akan masuk ke jalur 2. Lampu sinyal L8 akan memberi sinyal hijau dan akan kembali merah apabila kereta telah melalui lampu sinyal L8. Dan wesel-wesel yang akan dilalui seperti wesel 8, wesel 10 dan wesel 11 akan membuka jalan menuju jalur 2. Wesel 11 dan wesel 10 akan berbelok sedangkan wesel 8 akan tetap lurus. Setelah kereta menginjak sensor keberangkatan di L4 maka sistem akan menghitung selama 18 detik dan lampu sinyal L4 tetap merah. Setelah 18 detik maka lampu sinyal L4 akan memberi sinyal hijau dan setelah kereta melewati lampu sinyal L4 maka lampu sinyal L4 akan kembali memberi sinyal merah. Wesel-wesel yang akan dilalui oleh kereta seperti wesel 1, wesel 4 dan wesel 6 akan menuntun kereta agar dapat menuju kearah jalur keluar. Wesel 1 dan wesel 4 akan berbelok sedangkan wesel 6 akan tetap lurus. Berikut adalah hasil data setiap pengujian yang dilakukan.

(67)

Table 4.5Tabel pengujian wesel kondisi 2 kereta masuk

Kondisi Jalur Jalur Tujuan Wesel

7 8 9 10 11 12

Semua Jalur

Jalur 4 Belok - Lurus - Lurus -Kosong

Jalur 4 Terisi Jalur 3 Lurus - Lurus - Lurus -Jalur 4 dan -Jalur 3

Jalur 2 - Lurus - Belok Belok -Terisi

(a)

(68)

(c)

Gambar 4.10(a) wesel 7 belok menuju jalur 4, (b) semua wesel lurus menuju jalur 3, (c) wesel 11 dan wesel 10 belok menuju jalur 2

Table 4.6Tabel pengujian lampu sinyal L1 kereta masuk dari kanan

Kondisi Jalur Kondisi Awal

Kondisi Sensor Aktif Merah Hijau Merah Hijau Jalur 2, Jalur 3 dan Jalur 4 Kosong Menyala Mati Mati Menyala

Jalur 2 dan Jalur 3 Kosong Menyala Mati Mati Menyala Jalur 2 Kosong Menyala Mati Mati Menyala

Table 4.7Tabel pengujian wesel kondisi 2 kereta keluar ke kiri

(69)

(a)

(b)

(c)

(70)

Table 4.8Tabel pengujian lampu sinyal kondisi 2 kereta keluar

Lampu Sinyal Kondisi Awal Setelah 18 Detik Merah Hijau Merah Hijau L5 Menyala Mati Mati Menyala L6 Menyala Mati Mati Menyala L7 Menyala Mati Mati Menyala

Dari data hasil pengujian yang didapatkan dapat dianalisa bahwa sistem dapat menentukan jalur mana yang akan dilalui oleh kereta dan jalur mana yang sedang digunakan oleh kereta yang lainnya. Sistem yang dibuat secara otomatis menggerakan wesel-wesel yang akan dilalui oleh kereta untuk membuka dan menutup lampu sinyal untuk memberikan tanda aman kepada masinis yang mengendalikan kereta agar dapat bergerak sesuai dengan jalur yang telah ditentukan oleh sistem.

4.2.3 Pengujian dan Analisa Kondisi 3

(71)

akan tetap lurus karena untuk memberi jalan menuju ke jalur 4. Berikut hasil data pengujian.

Gambar 4.12Kereta datang dari sebelah kiri dan kanan

Table 4.9Tabel pengujian wesel kondisi 3 kereta yang masuk dari kiri

Tujuan Arah Kedatangan

Kondisi Wesel

1 2 3 4 5 6

Datang Dari Kiri - Lurus - Lurus - Belok

(72)

Table 4.10Tabel pengujian wesel kondisi 3 kereta yang masuk dari kanan

Tujuan Arah Kedatangan

Kondisi Wesel

7 8 9 10 11 12

Datang Dari Kanan Belok - Lurus - Lurus

-Gambar 4.14Wesel 11 berbelok untuk menuju ke jalur 4

Table 4.11Tabel pengujian wesel kondisi 3 kereta yang akan keluar ke kanan

Tujuan Arah Kedatangan

Kondisi Wesel

7 8 9 10 11 12

Keluar Ke Kanan - Belok - Lurus - Lurus

Gambar 4.15Wesel 8 berbelok untuk menuju ke jalur keluar dari jalur 1

Table 4.12Tabel pengujian wesel kondisi 3 kereta yang akan keluar ke kiri

Tujuan Arah Kedatangan

Kondisi Wesel

1 2 3 4 5 6

(73)

-Gambar 4.16Wesel 5 berbelok untuk menuju ke jalur keluar dari jalur 4

Dari data-data yang didapatkan ketika pengujian kondisi 3 maka dapat di analisa apabila ada dua kereta yang datang secara bersamaan dan kondisi seluruh jalur dalam keadaan kosong maka, secara otomatis sistem akan menentukan jalur yang akan dilewati oleh setiap kereta dengan mendahulukan jalur kereta yang sebelah kanan terlebih dahulu dari arah kedatangan kereta. Kedatangan dua kereta sekaligus tidak menghambat laju kereta yang satu dengan yang lainnya selama tersedianya jalur yang kosong untuk dilewati kereta tersebut.

4.2.4 Pengujian dan Analisa Kondisi 4

(74)

jalur 3 karena walaupun prinsip dari sistem adalah menempatkan kereta ke jalur paling kanan tapi karena jalur 2 sedang digunakan oleh kereta yang berlawanan arah maka sistem akan secara otomatis akan memilih jalur yang kosong. Kereta akan diarahkan ke jalur 3 dengan melewati wesel 2, wesel 3 dan wesel 5. Wesel 2 dan wesel 3 akan berbelok dan wesel 5 akan tetap lurus agar kereta dapat menuju ke jalur 3. Berikut adalah hasil data pengujian yang dilakukan.

Gambar 4.17Kereta datang dari kiri jalur 1, jalur 2 dan jalur 4 terisi maka kereta menuju jalur 4

Table 4.13Tabel pengujian wesel kondisi 4 kereta yang akan masuk dari kiri

Kondisi Jalur Jalur Tujuan Wesel

1 2 3 4 5 6

Jalur 1, Jalur 2 dan

(75)

Gambar 4.18wesel 2 dan wesel 3 belok menuju jalur 3

Dari hasil pengujian dapat dianalisa bahwa sistem dapat membaca kondisi setiap jalur walaupun kereta yang menepati jalur yang akan dituju merupakan kereta yang berasal dari arah yang berlawanan. Disinilah guna penampatan sensor-sensor keadaan sebagai input ke PLC yang terhubung secara paralel antara ketiga PLC yang digunakan.

4.2.5 Pengujian dan Analisa Kondisi 5

(76)

Gambar 4.19Jalur 1, jalur 2 dan jalur 3 terisi

Table 4.14Tabel pengujian Lampu Sinyal Kondisi 5 pengujian pertama

Kondisi Jalur

Kondisi Lampu Sinyal Awal

Kondisi Ada Kereta Yang Akan Masuk

Merah Hijau Merah Hijau Jalur 1, jalur 2

dan Menyala Mati Menyala Mati jalur 3 terisi

(77)

Jika hanya sekali maka sistem bekerja sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis tapi jika kondisi setelah salah satu kereta yang ada di stasiun sudah keluar kemudian kereta yang menunggu di jalur kedatangan telah masuk ke salah satu jalur, lalu datang lagi kereta dengan arah kedatangan yang sama akan masuk juga ke stasiun. Berikut hasil pengujiannya.

Table 4.15Tabel pengujian Lampu Sinyal Kondisi 5pengujian kedua

Kondisi Jalur

Kondisi Lampu Sinyal Awal

Kondisi Ada Kereta Yang Akan Masuk

Merah Hijau Merah Hijau Jalur 1, jalur 2

dan Menyala Mati * Mati * Menyala jalur 3 terisi

Keterangan : * = eror pada sistem

Gambar 4.21Kondisi lampu sinyal L1 menyala hijau terjadi eror

(78)

pada kondisi sebenarnya maka masinis akan melewati lampu sinyal karena lampu sinyal memberi menyala hijau yang akan mengakibatkan kecelakaan yang membahayakan penumpang.

(79)

i

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melewati proses pengujian dan data yang didapat dari hasil pengujian, maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Proses rancang bangun pengontrolan jalur lintasan kereta api berbasis PLC OMRON dengan mempelajari sistem jalur lintasan kereta api yang sebenarnya, telah diusahakan sebaik mungkin untuk memaksimalkan kerja PLC OMRON dalam melakukan pengontrolan sistem terdapat kendala pada kapasitas PLC OMRON dalam menerima program yang dibuat. Hal ini mengakibatkan terjadinya eror di satu kasus pengujian.

b. Selepas dengan hasil eror pada pengujian ke-5, hasil pengujian kondisi yang lainnya sesuai dengan tabel kebenaran sistem yang telah dibuat sebelumnya. Tujuan tersebut tercapai karena prinsip logika sistem yang dibuat dengan penggunakan ladder diagram sebagai bahasa pemograman PLC OMRON.

c. Sistem berjalan dengan baik karena PLC membandingkan kondisi-kondisi yang ada pada setiap jalur dengan input dari sensor keadaan. d. PLC OMRON ZEN 10C1AR-A-V1 yang digunakan ini hanya dapat

(80)

ii

Pengontrolan sistem lintasan kereta api ini supaya mampu dibuat dengan rancangan yang lebih sempurna dengan alat pengendali PLC. Adapun hal-hal yang dirasa kurang sempurna dan patut untuk menjadi bahan pertimbangan rancangan selanjutnya adalah dengan melakukan :

a. Mengganti PLC OMRON ZEN 10C1AR-A-V1 dengan menggunakan PLC yang memiliki kapasitas pemprograman yang lebih besar dirasa penulis dapat melakukan pengontrolan ini dengan sempurna tanpa terjadi eror.

b. Menambah jumlah jalur yang tersedia agar jumlah kereta yang datang dan kereta yang masuk dapat diimplementasikan di daerah-daerah lintasan yang cukup sibuk dengan hilir mudik datangnya kereta.

c. Penambahan suatu sensor di ujung setiap jalur agar sistem mengetahui jenis kereta yang akan memasuki stasiun. Misalnya untuk kereta pengangkut barang sistem akan memberikan sinyal hijau di lampu sinyal keberangkatan sejak kereta tersebut akan hendak memasuki stasiun karena kereta barang tidak berhenti di stasiun-stasiun yang di khususkan untuk penumpang.

(81)

iii

(82)

i OMRON, (2003). ZEN Programmable Relay

OMRON, (2003). ZEN Support Software

Yayasan Diklat Vidiatama. “Pelatihan Programmable Logic Controller(PLC)”. Bandung, Vidiatama

http://accessscience.com/content/Railroad-control-systems/571900

http://www.jrtr.net/jrtr21/pdf/F44_Technology.pdf

(83)

I. IDENTITAS DIRI

Nama Lengkap : Wida Pramudita

Nim : 13106002

Tampat, Tanggal Lahir : Bandung, 4 Juni 1988

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Mahasiswa

Alamat : Jln Teluk Buyung Kaler no 9

Pajajaran Bandung

No. Handphone : 08562192055

(84)

1994 - 2000 : SDN Sejahtera VI Bandung

2000 – 2003 : SLTPN 40 Bandung

2003 – 2006 : SMA ANGKASA Bandung

Gambar

Gambar 2.12 Lampu Sinyal
Gambar 2.16 Rangkaian Logika Demultipekser 1 ke 4
Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem PLC 1
Gambar 3.6 gambar motor dc lengkap dengan gearbox
+7

Referensi

Dokumen terkait