• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA DAN FUNGSI TANGIS MILANGI PADA UPACARA MATE NCAYUR TUA ETNIS PAKPAK DI DESA LAE LANGGE NAMUSENG KECAMATAN SITELU TALI URANG JULU KABUPATEN PAKPAK BHARAT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA DAN FUNGSI TANGIS MILANGI PADA UPACARA MATE NCAYUR TUA ETNIS PAKPAK DI DESA LAE LANGGE NAMUSENG KECAMATAN SITELU TALI URANG JULU KABUPATEN PAKPAK BHARAT."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA DAN FUNGSI TANGIS MILANGI PADA UPACARA MATE NCAYUR TUA ETNIS PAKPAK DI DESA LAE LANGGE NAMUSENG KECAMATAN

SITELU TALI URANG JULU KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

REYNA HUTAPEA NIM. 3123122053

PRODI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Reyna Hutapea. Nim 3123122053. Makna dan Fungsi Tangis Milangi Pada Upacara Mate Ncayur Tua Etnis Pakpak di Desa Lae Langge Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak Bharat. Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dan fungsi dari Tangis Milangi, untuk mengetahui bagaimana mengekspresikan Tangis Milangi pada upacara Mate Ncayur Tua, dan untuk mengetahui apakah ada syair-syair khusus yang diungkapkan pada saat acara kematian Mate Ncayur Tua di Desa Lae Langge Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak Bharat.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi dan wawancara secara mendalam. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori makna (Interaksi Simbolik) dan Teori Fungsional. Informan dalam penelitian ini adalah 2 orang Ibu rumah tangga, 2 orang Nenek, yang pernah melakukan Tangis Milangi dalam upacara Mate Ncayur Tua dan 1 orang mahasiswa Unimed yang mengetahui sedikit hal tentang Tangis Milangi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Tangis Milangi yang merupakan salah satu tradisi upacara kematian memiliki makna dan fungsi pada etnis Pakpak. Makna dari tangis milangi adalah pengungkapan perasaan emosional (sedih, kesal, marah) seseorang karena ditinggalkan oleh keluarga atau kerabat. Dalam tangis milangi ada suatu gerakan dimana sipenyaji akan menggerakkan tangannya dari arah si mati dan menuju kea rah jantungnya, hal itu bermakna untuk mengambil berkat dari si mati kepada dirinya ataupun keturunannya. Tangis Milangi mempunyai 2 fungsi yaitu yang pertama fungsi pengungkapan emosional dimana penyaji yang menyajikan tangis milangi akan mengungkapkan rasa emosionalnya dengan menceritakan bagaimana kehidupan simati dulunya dan keluarganya dan semua yang berkaitan dengan si mati baik sifat baiknya bahkan sifat buruknya dan yang kedua yaitu fungsi komunikasi yaitu ketika ada orang yang mendengar suara tangis milangi maka mereka akan mengetahui bahwa di desa tersebut ada yang baru meninggal dunia dan akan segera memberitahukan orang lain disekitarnya bahwa ada yang mengalami kemalangan sehingga orang-orang akan datang untuk melayat serta memberikan penghiburan. Dan tangis milangi diungkapkan secara spontan tanpa adanya persiapan atau seperti menghapal sebuah teks, serta hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menyajikan tangis milangi karena dalam penyajiannya harus menggunakan kata-kata yang khusus dan pemilihan kata-kata yang sopan dalam adat Pakpak

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang selalu menyertai dan meolong penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Makna dan

Fungsi Tangis Milangi pada Upacara Mate Ncayur Tua Etnis Pakpak di Desa Lae Langge Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak Bharat“ ini dengan baik.

Penulisan skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari bahwa terdapat tantangan dan hambatan baik waktu, tenaga, materi, pustaka, pengalaman, pengetahuan dan lain sebagainya. Penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun penulis berusaha menyajikan dengan baik. Pada proses penyelesaian skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M. Pd sebagai Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Medan.

3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si sebagai Ketua Prodi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

4. Ibu Dra. Trisni Andayani, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Skripsi, terima kasih atas waktu, saran, kontribusi, dan bantuan Ibu dalam penulisan skripsi ini yang sangat berarti bagi penulis.

(7)

iii

6. Bapak Drs. Tumpal Simarmata, M.Si selaku dosen penguji bebas, penulis ucapkan banyak terima kasih buat kritikan dan masukan yang sangat berharga yang telah diberikan kepada penulis.

7. Sulian Ekomila, S. Sos, M. SP selaku dosen penguji bebas, penulis ucapkan banyak terima kasih buat kritikan dan masukan yang sangat berharga yang telah diberikan kepada penulis.

8. Bapak-bapak dan Ibu-Ibu Dosen Pendidikan Antropologi Universitas Negeri Medan dan Kepada Kak Ayu Febriany, yang sudah banyak membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teristimewa buat Bapak (Dakner Hutapea) dan Ibu (Rusliana Napitupulu) orang tua tercinta dan tersayang, yang telah memberikan motivasi, kasih sayang, bantuan, mendidik, mengajari, membesarkan dan telah rela berjuang dalam menyekolahkan penulis. Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Tuhan tetap menyertai, memberikan umur yang panjang, memberikan kesehatan, rejeki kepada kalian.

10.Kakak Tersayang (Rotua M Hutapea, dan Renita D.A Hutapea), abang tersayang (David V Hutapea) dan Adik-Adik Tersayang (Ruthtalia Hutapea, Rahayu M.D Hutapea, Ditho P Hutapea) yang selalu hadir dalam setiap kehidupan, mengajari berbagai hal, memotivasi setiap waktu, mendukung baik dari segi waktu, tenaga, biaya dan doa, serta pengertian yang baik sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

11.Aunty Romentry hutapea yag telah banyak memberikan banyak bantuan baik materi dan non materi, semoga aunty diberikan kesehatan dan semakin sukses dalam karir. 12.Masyarakat yang ada di Desa Lae Langge terutama buat Mpung Jupri, Mpung Jeki,

(8)

iv

selalu menemani penulis pada saat penelitian dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13.Bapak Camat STTU Julu Drs. Morasi Justinus Berutu, MM yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di Desa Lae Langge Namuseng. 14.Sahabat terbaik penulis yaitu Irma Hutajulu, Dewi Panjaitan, Lasma Panjaitan,

Remina Tarigan dan Toberta Hutahaean terima kasih buat dukungan, motivasi, bantuan, kebersamaan dan kenangan indah yang sangat berharga teman-teman tanpa kalian penulis tidak bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

15.Teman satu kos penulis yaitu kos 125 yaitu, Tyara, Kartini, Julianty, Sindi, Yanta, Alex, Yesti, Purnama, Mutiara, Tiur, Romiuli, Ditat, Susi, dan Yaadi Lase yang telah memberikan motivasi dan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

16.Teman-teman konsentrasi antropologi dan sosiologi 2012 yaitu Ira, Yustri, Dina, Grace, Janwilson, Aries, Evan, Richad, Ida, dan yang tidak dapat saya sebut satu persatu, terimakasih untuk kebersamaan yang terjalin selama ini .

17.Terkhusus kepada seseorang yang istimewa bagi penulis yaitu Gunawan Sitorus S.Pd yang telah memotivasi dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Masukan dan saran sangat diharapkan demi kemajuan penulis dimasa mendatang.

Medan, Juni 2016 Penulis

(9)

vi DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Pembatasan Masalah ... 4

1.4 Rumusan Masalah ... 4

1.5 Tujuan Penelitian ... 4

1.6 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 6

2.2 Landasan Teori... 8

2.2.1 Teori Makna (Interaksi Simbolik) ... 8

2.2.2 Teori Fungsional ... 12

2.3 Kerangka Konseptual ... 13

2.3.1 Upacara ... 13

2.3.2 Upacara Mate Ncayur Tua ... 14

2.3.3 Etnis Pakpak ... 16

(10)

vii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian... 19

3.2 Lokasi Penelitian ... 20

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 3.2.1 Subjek Penelitian ... 21

3.2.1.1 Karekateristik Informan ... 22

3.2.1.2 Jumlah Informan ... 22

3.2.2 Objek Penelitian ... 22

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.3.1 Observasi ... 23

3.3.2 Wawancara ... 25

3.5 Teknik Analisis Data ... 26

3.5.1 Mengelompokkan Hasil Data ... 27

3.5.2 Menginterpretasikan Data ... 27

3.5.3 Menganalisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28

4.1.1 Sejarah Berdirinya Kabupaten Pakpak ... 28

4.1.2 Geografis Kabupaten Pakpak Bharat... 29

4.1.3 Desa Lae Langge Namuseng ... 33

4.2 Gambaran Umum Etnis Pakpak ... 36

(11)

viii

4.2.2 Religi dan Kepercayaan ... 46

4.2.3 Mata Pencaharian ... 48

4.2.4 Sistem Kekerabatan ... 48

4.2.5 Bahasa ... 51

4.3 Makna dan Fungsi Tangis Milangi... 51

4.3.1 Makna Tangis Milangi ... 51

4.3.2 Fungsi Tangis Milangi ... 55

4.4 Pengekspresian dalam Penyajian Tangis Milangi pada Upacara Mate Ncayur Tua ... 57

4.5 Syair-syair atau Ungkapan yang terdapat pada Tangis Milangi Upacara Mate Ncayur Tua ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 68

5.2 Saran ... 70 DAFTAR PUSTAKA

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Profil Kabupaten Pakpak Bharat... 31

Tabel 2 : Kecamatan dan Desa di Kabupaten Pakpak Bharat ... 31

Tabel 3 : Komposisi penduduk Desa Lae Langge Namuseng ... 33

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap Etnis yang ada di Indonesia mempunyai kebudayaan maupun kepercayaan, sehingga Indonesia merupakan Negara yang terkenal akan kebudayaan yang bermacam-macam. Etnis Batak Pakpak merupakan salah satu sub-etnis Batak, selain Batak Toba, Simalungun, Karo, Angkola, dan Mandailing. Etnis Batak Pakpak dalam kehidupannya sehari-hari mengenal dua jenis upacara adat disebut kerja, yang pertama disebut Kerja Baik yaitu upacara adat yang berhubungan dengan pesta sukacita, misalnya merbayo (upacara perkawinan), menanda tahun (upacara menanam padi), merkottas (upacara untuk memulai sesuatu pekerjaan yang beresiko), pesta kelahiran anak, panen, dan lainnya. Sedangkan upacara yang kedua merupakan dari kebalikannya, yang disebut Kerja Njahat yang berhubungan dengan dukacita tepatnya pesta atau upacara kematian (Manik 2011:20)

Salah satu contoh dari Kerja Njahat yaitu upacara kematian. Pada tradisi upacara kematian Etnis Batak Pakpak, orang yang mati akan mengalami perlakuan khusus, terangkum dalam sebuah upacara adat kematian. Upacara adat kematian tersebut diklasifikasi berdasarkan usia dan status yang meninggal dunia. Salah satu dari upacara kematian Etnis Batak Pakpak yaitu kematian Ncayur Tua (meninggal di usia tua) apabila semua anak sudah berumah tangga dan tidak ada lagi hutang piutang kepada kula-kulanya (Paman atau saudara laki-laki dari

(14)

2

ibunya), dan juga sudah mempunyai cucu dan cicit. Ketika ada orang yang meninggal Ncayur Tua, maka pada saat upacara kematiannya itu ada orang yang akan meratap atau bisa disebut dengan istilah “Tangis Milangi”.

Tangis Milangi merupakan salah satu kebudayaan bagi etnis Pakpak yang

merupakan suatu nyanyian ratapan dalam konteks kematian atau kemalangan yang berisi tentang kesedihan atau penderitaan hidup orang yang sudah meninggal tersebut.

Penulis memandang keberadaan Tangis Milangi saat ini dalam konteks kematian mempunyai fungsi/tujuan sebagai suatu ekspresi dukacita yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan adat yang bermakna menghormati orang yang meninggal (serta roh/tendi orang itu dan tendi yang duluan meninggal) dan merupakan sebagai semacam komunikasi antara dunia ini (dunia nyata) dan dunia lain (dunia gaib) agar permohonan dari dunia nyata dapat di ajukan kepada nenek moyang yang ada di dunia gaib dan tuah/berkat dari mereka dapat diberikan kepada orang yang hidup terutama ahli warisnya.

(15)

3

Tangis Milangi biasanya dilakukan oleh kaum perempuan, jarang atau bahkan tidak ada ditemukan kaum laki-laki yang melakukan tangis milangi pada upacara kematian. Kebanyakan yang melakukannya adalah anak perempuan dari yang meninggal, atau dalam masyarakat Pakpak disebut dengan istilah Berru. Jika yang meninggal dalam kematian Ncayur Tua adalah laki-laki, yang akan melakukan Tangis Milangi adalah Inang Dukak (Istri) dan Berru (anak perempuan), serta ada juga saudara perempuannya (dengan sebeltek).

Berdasarkan uraian diatas ada beberapa hal yang menarik untuk dikaji dalam bentuk karya ilmiah yaitu: berhubungan dengan analisis makna Tangis Milangi sehingga nyanyian itu dapat mempengaruhi orang dalam suasana duka. Maka penulis meneliti lebih lanjut dan membuat kedalam bentuk karya ilmiah dengan judul “Makna dan Fungsi Tangis Milangi pada Upacara Mate Ncayur Tua Etnis Pakpak di Desa Lae Langge Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang

Julu Kabupaten Pakpak Bharat”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Tangis Milangi pada Etnis Pakpak Bharat 2. Sejarah Tangis Milangi

3. Upacara adat kematian Ncayur Tua

(16)

4 1.3Pembatasan Masalah

Agar tidak terlalu luas dan lebih terarah, maka yang menjadi pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu “Makna dan Fungsi Tangis Milangi pada Upacara Mate Ncayur Tua Etnis Pakpak di Desa Lae Langge Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak Bharat”.

1.4 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka peneliti mengambil rumusan masalah yaitu : 1. Apakah makna dan fungsi dari Tangis Milangi?

2. Bagaimana mengekspresikan Tangis Milangi pada upacara kematian Ncayur Tua?

3. Adakah syair-syair khusus yang diungkapkan pada saat acara kematian tersebut?

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui tentang makna dan fungsi dari Tangis Milangi

2. Untuk mengetahui pengekspresian Tangis Milangi pada upacara Mate Ncayur Tua

3. Untuk mengetahui syair khusus yang diungkapkan pada saat acara kematian Ncayur Tua.

(17)

5 1.6 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini ada 2 yaitu: 1. Manfaat Teoritis :

Memberikan tambahan wawasan dan pemahamam bagi peneliti dan pembaca tentang peran upacara adat masyarakat Pakpak terkhusus Upacara Kematian dan menambah sumber kajian mahasiswa Pendidikan Antropologi Universitas Negeri Medan tentang kebudayaan dan kepercayaan lokal seperti Tangis Milangi serta menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan khususnya Universitas Negeri Medan.

2. Manfaat Praktis

(18)

65 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Lae Langge Namuseng Kecamatan Sitelu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak Bharat, maka penulis mengambil beberapa kesimpulan yakni:

1. Tangis Milangi adalah salah satu nyanyian ratapan yang ada pada Etnis Pakpak yang disajikan ketika ada sanak saudara/keluarga yang meninggal dunia yang berisikan tentang kesedihan dan penderitaan hidup orang yang meninggal dan semua keluarganya. Tangisan ini disajikan pada saat jenazah masih berada di rumah dan tanpa diiringi alat musik.

2. Makna dari Tangis Milangi adalah sebagai pengungkapan perasaan (emosi, kekesalan, kesedihan) seseorang karena ditinggal oleh keluarga atau kerabat. Dalam tangis milangi ada suatu gerakan dimana sipenyaji akan menggerakkan tangannya dari arah si mati dan menuju kea rah jantungnya, hal itu bermakna untuk mengambil berkat dari si mati kepada dirinya ataupun keturunannya.

3. Tangis Milangi mempunyai 2 fungsi yaitu yang pertama fungsi pengungkapan emosional dimana penyaji yang menyajikan tangis milangi akan mengungkapkan rasa emosionalnya dengan menceritakan bagaimana kehidupan simati dulunya dan keluarganya dan semua yang berkaitan dengan si mati baik sifat baiknya bahkan sifat buruknya. Dan bukan hanya

(19)

66

menceritakan mengenai simati tetapi dikaitkan dengan keluarga lainnya yang mempunyai hubungan keluarga dengan mereka. Yang kedua yaitu fungsi komunikasi yaitu ketika ada orang yang mendengar suara tangis milangi maka mereka akan mengetahui bahwa di desa tersebut ada yang

baru meninggal dunia dan akan segera memberitahukan orang lain disekitarnya bahwa ada yang mengalami kemalangan sehingga orang-orang akan datang untuk melayat serta memberikan penghiburan.

4. Tangis Milangi di sajikan secara spontan dan tidak seperti sebuah teks yang dihapalkan dan tanpa adanya aturan waktu tertentu dalam penyajiannya selama jenazah masih ada di rumah dan kecuali pada saat ada acara tertentu seperti acara dari gereja maka tangis milangi tidak disajikan. Ekspresi si penyaji dan kata-kata yang diungkapkan ketika melakukan tangis milangi bisa mengundang orang yang melayat ikut merasakan kesedihan dan bahkan bisa ikut menangis.

(20)

67 5.2SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran-saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah :

1. Tangis Milangi merupakan salah satu kebudayaan yang ada di Etnis Pakpak yang memiliki keunikan tersendiri. Diharapkan Etnis Pakpak bisa menjaga dan melestarikan tangisan ini yang sudah sangat jarang ditemukan dan dilakukan pada sebuah acara kematian.

2. Saran kepada Pemerintah kabupaten Pakpak agar memberikan perhatian lebih terhadap seni dan budaya yang ada di Pakpak, Karena menurut penulis sudah semakin hilang dan sangat jarang ditemukan budaya yang ada di Pakpak seiring dengan perkembangan zaman dan semakin majunya IPTEK

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Berutu, Mestiani. 2011. Sejarah Perkembangan Adat Perkawinan Mayarakat Pakpak di Kecamatan Sitellu Tali Urang Julu Kabupaten Pakpak

Bharat.Skripsi.Fakultas Ilmu Sosial.UNIMED, Medan

Danandjaja, 2012. Metodologi Peneltian Sosial. Yogjakarta: Graha Ilmu

Flora, Hotmaida. 2014. Makna Simbol Andung (Ratapan) Dalam Upacara Pemakaman Adat Batak Toba Di Pekanbaru. Jurnal. Vol.1.Jurusan Ilmu

Komunikasi - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik .Universitas Riau Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta:Kanisius

Koenjaraningrat. 1981. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta : UI-Press

_____________. 1987. Teori Antropologi (Jilid 1). Jakarta: UI-Press

______________. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta

______________. 2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utara

_____________.2007. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan

_____________. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta

Lister Berutu 2006. Mengenal Upacara Adat Pada Masyarakat Pakpak, Medan, Monoratama.

Maibang, Ringgas, BA. 2009. Mengenal Ethnis Pakpak Lebih Dekat. Pakpak Bharat.

Manik, Mansehat. 2011. Seni dan Budaya Pakpak. Edisi 1. Medan: Penerbit Mitra

(22)

______________. 2013. Asal suku Pakpak. SUKU pakPAK COMMUNITY

Manik, Marliana. 2013. Analisis Fungsi Sosial, Tekstual Dan Musikal Tangis

Simate Pada Masyarakat Pakpak Di desa Siompin, Aceh Singkil Skripsi

Sarjana S-1, Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Maran, Rafael.R. 2000. Manusia & Kebudayaan Dalam Perspektif Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Margono .S. 2007. Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK. Jakarta : PT Rineka Cipta

Moleong Lexy, J. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Naiborhu, Torang, 2002.” Musik Pakpak Dairi di Sumatera Utara,” dalam

Ben Pasaribu (ed), Pluralitas Musik Etnik. Medan: PusatDokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak. Universitas HKBP Nommensen.

_______________, 1998. Tesis. Odong-odong: Nyanyian Ratapan Rimba Pakpak Dairi. Analisa Tekstual dan Musikologis. Medan: Lembaga Penelitian USU.

Padang, Formanty. 2015 . Tindak Tutur Pemberian Ulos pada Upacara Kematian Ncayur Tua Adat Batak Pakpak. Skripsi.Fakultas Bahasa dan Seni,

UNIMED, Medan.

Poerwadarminta ,dkk. 2012. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Rogers, Everett. M. 1994. A History of Communication Study: A

(23)

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Soeprapto, Riyadi. 2007. Teori Interaksi Simbolik. Averroes Community - Membangun Wacana Kritis Rakyat.

 Internet

http://pakpak/Nyanyian sunyi parkemenjen di tano Pakpak_batak itu keren.com (diunduh pada tanggal 12 januari 2016)

http:// /pakpak/HIDUP asal suku pakpak.htm (diunduh 12 januari 2016)

Gambar

Tabel 1 : Profil Kabupaten Pakpak Bharat.............................................

Referensi

Dokumen terkait

(1) Sub Bagian teknis administrasi pembangunan mempunyai tugas mengumpulkan bahan program tahunan pembangunan, mengkoordinasikan penyusunan pedoman dan petunjuk

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Pasal 5 Ayat (2), bahwa yang dimaksud dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bnatul tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan daerah Kabupaten

Angka Melek Huruf digunakan untuk mengetahui atau mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf terutama di daerah pedesaan. Selain itu AMH juga

[r]

[r]

bahwa berdasarkan pertimangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

Sangat diperlukan untuk mencapai kantor alur kerja teknologi digital, yang2. sekarang lebih populer sistem e-mail berbasis pada teknologi alur kerja,