Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN
S K R I P S I
ANALISA PENENTUAN LABA MENURUT
STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DAN UNDANG-UNDANG
PAJAK NOMOR 17 TAHUN 2000 PADA
PT CAHAYA GUNUNG SAKTI
OLEH :
NAMA : Sri Anggraini Putri
NIM : 040522007
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisa Penentuan Laba
Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-undang Pajak Nomor 17 tahun
2000 pada PT.Cahaya Gunung Sakti”, adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul
dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam
konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah
dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini
tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera
Utara.
Medan, 01 Juli 2009 Yang membuat pernyataan
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Analisa
Penentuan laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-undang Pajak
Nomor 17 tahun 2000 Pada PT. Cahaya Gunung Sakti ”. Dalam penyusunan skripsi ini
penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan mengingat keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis dengan hati terbuka
menerima semua kritikan dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca
skripsi ini.
Sebagai wujud rasa syukur penulis, penulis menyampaikan penghargaan
dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MS.i, Ak, dan Bapak Fahmi Natigor, SE, M.Acc, Ak,
selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs.Abikuso Dharsuky, MM, Ak, selaku dosen pembimbing yang menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran ditengah kesibukannya yang memberikan bimbingan,
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
4. Bapak Drs.Arifin Lubis, MM, Ak, selaku Dosen Pembanding I dan Bapak Drs
Wahidin Yasin, MS.i, Ak selaku Dosen Pembanding II yang telah menyediakan waktu
memberikan bimbingan, petunjuk dan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak H.M.Ilyas dan Ibu Hj.Nelly Ida suryati, selaku kedua orang tua saya yang selalu
mendukung, memberikan semangat dan mendokan saya dalam menyelesaikan skripsi
ini dan menjalani kehidupan ini.
6. Keluarga Besar Alm. H.Wahab Pane, atas segala dukungan yang memberikan harapan
buat saya untuk menjalani hidup esok lebih baik dari hari ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memenuhi
maksud dan tujuannya yang diharapkan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
memerlukannya
Medan, 01 Juli 2009
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “ Analisis Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT. Cahaya Gunung Sakti ”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab perbedaan penentuan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 pada PT. Cahaya Gunung Sakti dan untuk mengetahui apa yang akan dilakukan perusahaan untuk menjembatani perbedaan tersebut.
Data dianalisa dengan menggunakan metode deskripsi. Data yang dianalisis disusun sesuia dengan kebutuhan analisa dan selanjutnya dianalisa dengan membandingkan teori dengan konsep yang relevan sehingga dapat diambil suatu kesimpulan.
Kesimpulan yang diperoleh penulis dari penelitian ini adalah bahwa perbedaaan penentuan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 pada PT. Cahaya Gunung Sakti disebabkan adanya perbedaan berupa tetap yang terdiri dari biaya natura, biaya sumbangan, dan pendapatan bunga yang diakui perusahaan sebagi biaya dan pendapatan tetapi tidak diakui dalam Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000, sedangkan perbedaan berupa waktu adalah biaya penyusutan, disebabkan oleh perhitungan biaya penyusutan menurut perusahaan berbeda dengan perhitungan biaya penyusutan menurut pajak,. Karena adanya perbedaan tersebut perusahaan melakukan koreksi fiskal untuk menentukan penghasilan kena pajak atau laba fiskalnya yang digunakan sebagai dasar perhitungan pajak pengasilan perusahaan.
Kata Kunci : laba akuntansi, laba fiskal, koreksi fiskal
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
ABSTRACT
The thesis is entitled as “ Analysis of Fixation Income in Financial Accounting Standard and Ordinance of 17, in The Year of 2000 at PT. Cahaya Gunung Sakti “. The aim of this research is to find out cause distinction of income fixation in financial accounting standard and ordinance of 17, in the year of 2000 at PT. Cahaya Gunung Sakti and to find out what will corporation do to bridge the distinction.
The data is analyzed by using descriptive method. The collected data arranged based on the analyzed need and the analyzing by comparing between theory and relevant concept until the conclusion is drawn.
The conclusion of this research is that the distinction of fixation income in financial accounting standard and ordinance of 17, in the year of 2000 at PT. Cahaya Gunung Sakti is caused by fixed distinction which consists of natura cost, contribution cost, and interest revenue admitted as cost and revenue by corporation but not admitted by ordinance of 17, in year of 2000, while the time distinction consists of depreciation expense, counted by corporation are difference when it is accounted by fiscal. Because of the distinction, corporation do fiscal correction for fixing taxable income which is used as the base counting corporation income tax.
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... .. 3
C. Tujuan dan manfaat Penelitian ... ...4
D. Kerangka Konseptual ... ...5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pajak Penghasilan ... …7
B. Pengertian dan Fungsi Akuntansi 1. Pengertian Akuntansi ... ...12
2. Fungsi Akuntansi...13
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
2 Biaya Menurut Akuntansi ... 16
D. Penentuan Laba dan Biaya Menurut Undang-undang Pajak No.17 Tahun 2000...18
E. Laba Fiskal...20
F. Beda Tetap dan Beda Waktu ...30
G. Koreksi Fiskal...31
BAB III METODE PENELITIAN A. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... .34
B. Jenis dan Sumber Data ... .34
C. Teknik Pengumpulan Data ... .35
D. Metode Analisis Data ... .35
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan ... .36
2. Struktur Organisasi Perusahaan ... .37
3. Laporan keuangan perusahaan ... .43
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisis Laba Akuntansi Perusahaan Sebagai Dasar Perhitungan Pajak Penghasilan……….44
2. Analisis Pendapatan Kena Pajak Menurut Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2000 ………...45
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
keuangan dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 ...47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 50
B. Saran………. 51
DAFTAR PUSTAKA...53
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Laporan Laba Rugi ... 43
2 Koreksi Fiskal ... 46
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Halaman
1 Struktur Organisasi ... 55
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara
terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut perlu banyak
memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.
Pembiayaan pembangunan dapat diperoleh dari sumber dana yang
berasal dari dalam negeri berupa pajak. Maka pajak merupakan salah satu
sumber pendapatan negara yang memiliki peran besar. Oleh sebab itu
masyarakat umum dan badab-badan usaha lain harus sadar pajak, membayar
dan melaporkan pajak terhutangnya dengan tertib dan jujur, sehingga nantinya
pembagunan di negara kita ini terus berkembang dengan baik, dan Indonesia
bisa menjadi negara yang maju.
Dalam perhitungan, pemungutan, dan pelaporan pajak, pemerintah
telah membuat peraturan perudang-undangan yang dapat membantu masyarakat
dan merupakan suatu dasar dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Undang-undang pajak di Indonesia telah banyak mengalami
perubahan sesuai dengan kebutuhan. Peraturan perundang-undangan
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
Januari 1984 adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan juga telah beberapa kali mengalami perubahan. Perubahan
pertama undang pajak penghasilan tersebut adalah dengan
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1991, perubahan yang kedua adalah Undang-Undang-undang
Nomor 10 Tahun1994, perubahan ketiga adalah Undang-undang Nomor 17
Tahun 2000, dan perubahan kempat asalah Undang-undang Nomor 36 Tahun
2009. Dalam skripsi ini penulis menggunakan Undang-undang Nomor 17
Tahun 2000, karena laporan keuangan yang digunakan adalah laporan
keuangan tahun 2008, dan Undang-undang Nomor 2009 berlaku pada tanggal 1
Januari 2009.
PT. Cahaya Gunung Sakti merupakan perusahaan yang bergerak
dalam kegiatan memproduksi batu es yang telah menyusun laporan keuangan
yang telah disesuaikan dengan Standar Akuntansi Keuangan. Namun sebagai
wajib pajak yang harus mematuhi dan melaksanakan kewajiban pajaknya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan pajak, laporan keuangan PT. Cahaya
Gunung Sakti juga harus disesuaikan dengan peraturan pajak dalam hal ini
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000. Dalam laporan keuangan perusahaan
ada beberapa item yang tidak diperkenankan oleh undang-undang pajak,
misalnya penyusutan ataupun beban-beban yang tidak diperkenankan oleh
undang-undang pajak ternyata dimasukkan sebagai pengurang penghasilan
dalam laporan keuangan perusahaan. Sehingga dalam penyusunan laporan
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
atau rugi bersih perusahaan yang dijadikan dasar perhitungan pajak penghasilan
terhutang.
Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan karena konsep dan cara
penentuan laba yang ditetapkan menurut Standar Akuntansi Keuangan tidak
selalu sama yang diatur menurut undang-undang perpajakan. Ketentuan
perpajakan pada umumnya menganut cara yang sama dengan apa yang terdapat
dalam Standar Akuntansi Keuangan, namun pada item-item tertentu terdapat
perbedaan didalam pengakuan pendapatan dan beban menurut konsep
akuntansi dan konsep perpajakan. Maka untuk itu, diperlukan koreksi fiskal
yang merupakan rekonsiliasi antara Standar Akuntansi Keuangan dengan
undang-undang perpajakan. Dari laba bersih perusahaan yang di koreksi fiskal
maka akan terbentuk laba kena pajak yang sesusi Undang-undang pajak. Dan
laba kena pajak ini lah yang akan di kenakan tarif pajak dalam perhitungan
hutang pajak PT.Cahaya Gunung Sakti.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk
membahsanya dalam skripsi yang berjudul “ Analisis Penentuan Laba
Menurut Standar Akuntansi Keuangan dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT. Cahaya Gunung Sakti ”.
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
Berdasarkan uraian di atas, maka Perumusan Masalah yang dapat
disimpulkan Penulis adalah
Koreksi fiskal apakah yang harus dilakukan untuk menjembatani
perbedaan penentuan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan dan
Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 pada PT. Cahaya Gunung
Sakti ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setelah melihat beberapa Permasalahan yang ada, yang menjadi
tujuan dalam penelitian adalah
Untuk mengetahui koreksi fiskal yang harus dilakukan untuk menjembatani
perbedaan penentuan laba menurut Standar Akuntansi Keuangan dan
Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 pada PT. Cahaya Gunung
Sakti.
Adapun manfaat dari Penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, penelitian ini menambah pengetahuan dan wawasan penulis
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
2. Bagi perusahaan, penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran, saran
dan gambaran tentang pengasilan kena pajak perusahaan setelah koreksi
fiskal.
3. Bagi pihak lain, penelitian ini dapat menjadi referensi untuk
penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis, khususnya yang berkaitan pajak
penghasilan.
D. Kerangka Konseptual
PT. Cahaya Gunung Sakti menyusun laporan keuangan
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan. Laba bersih yang tercantum dalam
laporan keuangan perlu di koreksi fiskal berdasarkan Undang-undang Nomor
17 Tahun 2000. Koreksi fiskal dilakukan karena ada perbedaan laba dan biaya
menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan Undang-undang Nomor 17
Tahun 2000. Setelah dilakukan koreksi fiskal maka dihasilkan laba kena pajak
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
PT. CAHAYA GUNUNG SAKTI
Laporan Keuangan Disusun Berdasarkan Prinsip Akuntansi Yang Berterima Umum (Standar Akuntansi Keuangan)
Laba Bersih
Koreksi Fiskal Berdasarkan Undang-undangan No.17 Tahun 2000
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pajak Penghasilan
Menurut Rochmat Soemitro (2005:1) pajak adalah iuran rakyat
kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditujukan dan yang digunakan untuk pengeluaran umum.
Ciri-ciri pengertian pajak adalah sebagai berikut :
1. Pajak merupakan peralihan kekayaan dari rakyat kepada Negara.
2. Pajak dipungut berdasarkan/dengan ketentuan Undang-undang serta
peraturan pelaksanaannya.
3. Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual
oleh pemerintah.
4. Pajak dipungut oleh Negara (baik oleh pemerintah pusat maupun daerah).
5. Pajak diperuntukan untuk pengeluaran pembayaran pemerintah, yang bila
dari pemasukannya masih terdapat surplus dipergunakan untuk membiayai
publik investment.
Terdapat 3 (tiga) fungsi penting pajak yang diterima oleh Negara,
yaitu :
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
Penerimaan pajak dimasukan dapam APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara), dalam sisi penerimaan, dan dipakai untuk
membiayai pengeluaran pemerintah. Sejak dasawarsa 80-an, peranan pajak
jauh diatas pos-pos penerimaan yang lain seperti migas dan PNBP (
Penerimaan Negara Bukan Pajak). Dividen atau keuntungan BUMN
(Badan Usaha Milik Negara) yang dimasukkan ke kas pemerintah,
tergolong sebagai PNBP.
2. Sebagai alat pemerataan pendapatan
Untuk mewujudkan keadilan sosial, dibutuhkan
instrumen-instrumen yang menjamin pemerataan sosial-ekonomi. Pajak sebagai alat
pemerataan pendapatan dilakukan dengan menerapkan tarif pajak progresif
(tarif pajak lebih tinggi untuk golongan masyarakat yang berpendapatan
tinggi). Akan tetapi, secara de facto, tarif pajak progresif hanya bisa efektif
sebagai instrumen pemerataan apabila dana yang dikumpulkan kemudian
dialokasikan betul-betul untuk kepentingan golongan masyarakat
berpendapatan menengah ke bawah. Pengalokasian pajak untuk
memperbaiki fasilitas pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat kurang
mampu, merupakan contoh betapa pajak progresif efektif sebagai instrumen
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
3. Alat mendorong investasi
Apabila realisasi penerimaan pajak dalam APBN ternyata lebih
besar dari anggaran pengeluaran rutin, maka ada saldo yang dapat
digunakan untuk membiayai investasi pemerintah. Menurut teori ekonomi,
investasi akan meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pelipatan
(multiplying effect). Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, saldo
tersebut bisa dialokasikan langsung untuk menambah proyek-proyek
pembangunan. Akan tetapi, dapat juga saldo anggaran disimpan lebih
dahulu dalam tabungan pemerintah (government saving) untuk dialokasikan
pada periode anggaran berikutnya.
Salah satu jenis pajak yang dipungut pemerintah dari masyarakat
adalah Pajak Penghasilan (Pph).
Menurut Siti Resmi (2005:74) Pajak Pengahasilan (Pph) adalah
pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperolehnya dalam suatu tahun pajak.
Pengertian subjek pajak meliputi :
1. Orang Pribadi
Orang pribadi sebagai Subjek Pajak dapat bertempat tinggal
atau berada di Indonesia ataupun di luar negeri.
2. Warisan
Warisan yang belum di bagi sebagai satu kesatuan,
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
3. Badan
Badan yang terdiri dari perseroan terbatas, perseroan
komanditier, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara dan
badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun,
persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau
organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, dan bentuk badan
usaha lainnya.
4. Bentuk Usaha Tetap
Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan
oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada Indonesia tidak lebih dari 183 hai dalam jangka waktu 12
bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan di Indonesia.
Sedangkan yang tidak termasuk subjek pajak adalah :
1. Badan perwakilan negara asing ;
2. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan knsulat atau
pejabat-pejabat lain dari negara asing, dan orang-orang yang
dipebantukan kepada mereka yang bekerja pada dan
bertempat tinggal bersama-sama mereka, dengan syarat
bukan warga negara Indonesia dan di Indonesia tidak
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
jabatannya di Indonesia, serta negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan timbal balik ;
3. Organisasi-organisasi internasional yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan dengan syarat tidak menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia ;
4. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan dengan syarat bukan
warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau
melakukan kgiatan atau pekerjaan lain untuk memperoleh
penghasilan di Indonesia.
Dalam PSAK No. 46 (2007:46.2) pajak pengasilan adalah pajak
yang dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan pajak ini dikenakan atas
penghasilan kena pajak perusahaan.
Menurut Undang-undang perpajakan Nomor 17 Tahn 2000, pajak
penghasilan dipungut berdasarkan tarif. Lapisan Penghasilan Kena Pajak yang
dikenakan tarif untuk badan usaha yaitu :
1. Rp. 0 s/d Rp 50.000.000,- dikenakan tarif 10 %.
2. Rp. 50.000.000,- s/d Rp.100.000.000,- dikenakan tarif 15 %.
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
Sedangkan menurut Undang-undang perpajakan Nomor 36 tahun
2008, tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak untuk badan
adalah sebahai berikut :
1. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah
sebesar 28 %.
2. Wajib pajak badan dalam negeri berbentuk perseroan terbuka
yang paling sedikit 40 % dari jumlah keseluruhan saham yang
disetor diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya dapat memperoleh tarif sebesar 5 %
lebih rendah dari 28 %.
3. Dan mulai tahun 2010, tarif pajak yang dikenakan pada wajib
pajak badan akan berubah menjadi 25 %
B. Pengertian dan Fungsi Akuntansi
1. Pengertian Akuntansi
Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi,
meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang
berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang
menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu
keputusan serta tujuan lainnya.
Akuntansi berasal dari kata asing accounting yang artinya bila
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
mempertanggungjawabkan. Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan
bisnis di seluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga disebut sebagai
bahasa bisnis.
Menurut American Accounting Association ( AAA ). Akuntansi
merupakan :
"Proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi,
untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas
bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut ".
Menurut Smith dan skousen (1996:3) akuntansi adalah aktivitas
jasa fungsinya adalah untuk menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang
bersifat keuangan, tentang entitas (kesatuan) usaha yang dipandang akan
bemanfaat dalam pengambilan keputusan dalam menetapkan pilihan yang tepat
diantara berbagai altenatif tindakan.
Sedangkan dalam buku Akuntansi Perpajakan (2006:1) akuntansi
adalah urutan proses kegiatan pencatatan, penggolongan, peringkasan dan
penyajian dengan cara tertentu atas transaksi keuangan yang terjadi dalam
perusahaan atau organisasi serta penafsiran terhadap hasilnya.
2. Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi adalah menyajikan informasi yang kuantitatif
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
dengan perusahaan tersebut, misalnya para pemilik pemegang saham,
manajemen dan pemerintah
C. Pengertian Laba dan Biaya Menurut Akuntansi
1. Laba menurut Akuntansi
Laba akuntansi adalah pengukuran laba berdasarkan prinsip
akuntansi yang berterima umum yang biasa digunakan dalam dunia bisnis.
Laba akuntansi diperoleh dari menandingkan antara pendapatan atau
penghasilan dengan biaya-biaya yang terkait ( matching cost against revenue ).
Berdasarkan laba akuntansi Penghasilan (income) adalah penambahan aktiva
atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal. Penghasilan meliputi pendapatan
(revenues) dan keuntungan (gains). Pendapatan adalah penghasilan yang
timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan di kenal dengan sebutan yang
berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalty, dan
sewa.
Dalam PSAK No.46 laba akuntansi adalah laba atau rugi bersih
selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak. (Ikatan Akuntan Indonesia,
2007:46.2)
Menurut Djoko (2006:143) laba bersih komersil adalah besarnya
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
pembukuan yang wajar yang diakui dalam Standar Akuntansi Keuangan
(SAK).
Laba bersih adalah selisih lebih pendapatan atas biaya-biaya yang
dibebankan dan yang merupakan kenaikan bersih atas modal yang berasal dari
kegiatan usaha.(Soemarso, 1996:57)
Laba berasal dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, berikut dapat
dilihat beberapa penjelasan mengenai pendapatan.
Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas
perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti
penjualan, pendapatan jasa, bunga, dividen, royalty, dan sewa.
Menurut Smith dan skousen (1996:123) pendapatan adalah arus
masuk atau penambahan lain atas aktiva suatu entitas atau penyelesaian
kewajiban-kewajibannya (atau kombinasi keduanya) yang berasal dari
penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau aktivitas-aktivitas lain
yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang berkelanjuatan dari suatu
entitas.
Dalam PSAK No. 23 (2007:23.2) pendapatan adalah arus masuk
bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan
selama satu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas,
yang tidak berasal dari kontribusi penaman modal.
Pendapatan dan keuntungan umumnya diakui apabila pendapatan
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
telah dihasilkan karena sebagian besar dari proses untuk menghasilkan laba
telah diselesaikan.
2. Biaya Menurut Akuntansi
Biaya adalah semua pengurangan terhadap penghasilan.
Sehubungan dengan periode akuntansi, pemanfaatan pengeluaran dipisahkan
antara pengeluaran capital dengan pengeluaran penghasilan.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi selama satu periode
akuntansi dalam bentuk arus kas keluar atau kekurangan aktiva atau terjadinya
kewajiban yang menyebabkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanam modal.
Beban dapat didefinisikan sebagi arus keluar barang dan jasa,
yang dibebankan pada/ditandingkan (matched) dengan pendapatan (revenue)
untuk menentukan laba (income).(Matz dan Usry, 1994:20)
Menurut Smith-skousen (1996:123) beban adalah arus keluar atau
pemakaian lain aktiva atau terjadinya kewajiban (atau kombinasi keduanya) yang
berasal dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, atau pelaksanaan
aktivitas-aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau operasi inti yang
berkelanjutan dari suatu entitas.
Kebutuhan akan data biaya berbeda-beda dan biaya-biaya
mungkin dihitung berdasarkan kondisi, dan tujuan yang berbeda-beda serta
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
keanekaragaman di dalam pemakaian istilah dan konsep yang digunakan dalam
perhitungan biaya. Yang jelas, biaya haruslah didasarkan pada fakta yang
bersangkutan, dan cukup terukur sehingga memungkinkan perusahaan
mengambil keputusan yang tepat.
Menurut Abas Kartadinata (2001:24) Biaya adalah pengorbanan
yang diukur dengan satuan uang, yang dilakukan atau harus dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan tertentu dan harga penukaran atau pengorbanan yang
dilakukan untuk memperoleh suatu manfaat
Pengumpulan, penyajian dan analisis data biaya harus dapat
memenuhi tujuan-tujuan dan keperluan-keperluan dasar berikut ini :
1. Perencanaan rugi-laba dengan perantaraan budget
2. Pengawasan biaya melalui responsibility accounting.
3. Mengukur laba tahunan atau laba periodik, termasuk hitung pokok
persediaan.
4. Membantu penentuan harga-jual dan kebijaksanaan harga.
5. Menyediakan data yang diperlukan untuk keperluan analisis dan
pengambilan keputusan.
Agar kegiatan-kegiatan tersebut dapat berjalan dengan lancar
tanpa hambatan-hambatan yang mengganggu, diperlukan perencanaan dan
pengawasan. Walaupun kegiatan perencanaan menurut partisipasi dari tiap
jajaran dalam perusahaan, pada dasarnya perencanaan tetap merupakan tugas
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
menembus setiap lapisan dalam perusahaan. Untuk dapat melaksanakan kedua
tugas ini sebaik-baiknya, pimpinan perusahaan memerlukan data biaya yang
sistematis dan komparatif. Dengan data biaya komparatif dimaksudkan data
yang memuat perbandingan dengan data di masa lalu atau dengan sasaran yang
telah ditentukan. Pimpinan juga memerlukan analisis biaya dan data rugi laba
untuk dapat mengelola perusahaan sebagaimana mestinya.
D. Penentuan Laba dan Biaya menurut Undang-Undang Pajak No.17 Tahun 2000
Laporan akuntansi yang digunakan untuk tujuan perpajakan
berbeda dengan laporan untuk tujuan lain. Hal ini disebabkan oleh berbedanya
konsep tentang transaksi dan kejadian keuangan, metode pengukuran dan cara
pelaporan. Untuk tujuan pajak, konsep tentang transaksi dan kejadian
keuangan serta bagaimana mengukur dan melaporkannya ditetapkan oleh
peraturan pajak. Oleh karena setiap perusahaan akan selalu berurusan dengan
masalah perpajakan, maka seorang akuntan perlu mengetahui konsep, metode,
dan cara pelaporan untuk perpajakan tersebut. Disamping itu, peraturan
perpajakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap keputusan usaha yang
dilakukan perusahaan. Dalam menghadapi masalah pajak, akuntan dapat
berperan dalam hal perencanaan pajak (tax planning), pelaksanaan peraturan
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
Penghasilan adalah tambahan kekayaan neto yang berasal dari
penghasilan yang belum dikenakan pajak. Tambahan kekayaan neto
merupakan akumulasi penghasilan yang belum dikenakan dan bukan objek
pajak adalah penghasilan. Atau dapat disimpulkan bahwa semua tambahan
kekayaan neto atau tambahan kekayaan yg tidak dikecualikan oleh
Undang-undang adalah penghasilan.
Biaya adalah semua pengurang terhadap penghasilan.
Biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi menjadi 2
(dua) bagian, yaitu :
Biaya yangmempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1 (satu)
tahun;
Merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya gaji,
biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah, dan
sebagainya.
Biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
Biaya ini pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau
melalui amortisasi.
Disamping itu apabila ada dalam suatu tahun pajak didapat
kerugian karena penjualan harta atau karna kurs, maka
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
E. Laba Fiskal
Penghasilan kena pajak atau laba fiskal merupakan laba yang
dihitung berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku, yaitu Undang-undang
Pajak Nomor 17 tahun 2000 tentang pajak penghasilan, sesuai dengan
peryataan dalam PSAK No.46 pengasilan kena pajak atau laba fiskal (taxable
profit) atau rugi pajak (tax loss) adalah laba atau rugi selama satu periode yang
dihitung berdasarkan peraturan perpajakan dan yang menjadi dasar perhitungan
pajak penghasilan. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2007:46.2)
Menurut Djoko (2006:143) penghasilan kena pajak adalah selisih
yang didapat dari penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan
dikurangi dengan biaya yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan
kena pajak dan ditambah dengan penghasilan lainnya yang merupakan objek
pajak.
Penghasilan Kena Pajak berdasarkan prinsip taxability
deductability, dengan prinsip-prinsip ini suatu biaya baru dapat dikurangkan dari penghasilan bruto apabila pihak yang menerima pengeluaran atas biaya
yang bersangkutan melaporkannya sebagai penghasilan dan penghasilan
tersebut dikenakan pajak (taxable). Misalnya tunjangan yang diberikan oleh
perusahaan kepada karyawan dapat dianggap sebagai biaya dan mengurangi
laba kotor jika karyawan yang menerima tunjangan tersebut mengakui
tunjangan yang memberikan sebagai bagian dari penghasilan bruto dan
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
Untuk menghitung penghasilan kena pajak minimal ada 5 (lima)
komponen yang perlu diperhatikan, yaitu :
1. Penghasilan yang menjadi objek.
2. Penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
3. Penghasilan yang pajaknya dikenakan secara final.
4. Biaya yang boleh dikurangi dari penghasilan bruto.
5. Biaya yang tidak boleh dikurangi dari penghasilan bruto.
Pendapatan dan Biaya menurut Undang-undang Pajak No.17 tahun 2000 adalah
sebagai berikut :
1. Penentuan Pendapatan Menurut Undang-undang Pajak No.17 Tahun 2000
Berdasarkan pasal 4 (1) UU Pajak No. 17/2000 yang menjadi
objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia
maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam
bentuk apa pun.
Jenis penghasilan yang dikenakan pajak atau objek pajak sesuai
dengan Pasal 4 ayat (1) UU Pph adalah sebagai berikut :
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan;
c. laba usaha;
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
1) keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
2) keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota;
3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
4) keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan
atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan
oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan;
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya;
f. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi;
h. royalti;
i. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
j. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
l. keuntungan karena selisih kurs mata uang asing;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
n. premi asuransi;
o. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas;
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
Adapun bentuk penghasilan yang bukan merupakan objek pajak
berdasarkan Pasal 4 ayat (3) UU Pph adalah :
a. 1) bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat
atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah
dan para penerima zakat yang berhak;
2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan;
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak pihak yang bersangkutan;
b. warisan;
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau Pemerintah;
e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan
dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa;
f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas
sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha Milik Negara,
atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha
yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
1) dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
2) bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha
Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
dari jumlah modal yang disetor dan harus mempunyai usaha aktif di luar
kepemilikan saham tersebut;
g. iuran yang diterirna atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah
disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja
maupun pegawai;
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana
dimaksud pada huruf g, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan.
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi;
j. bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksa dana selama 5
(lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau pemberian ijin usaha;
k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan
usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha
tersebut:
1) merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan
dalam sektor-sektor usaha yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan; dan
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
2. Penentuan Biaya Menurut Undang-undang Pajak No.17 Tahun 2000
Pengurangan atau biaya yang diperkenankan dikurangakan dari
pengahasilan untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak bagi wajib
pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap sesuai dengan pasal 6 ayat (1) UU
Pph sebagi berikut :
a. biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasitan, termasuk
biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalti, biaya perjalanan, biaya
pengolahan limbah, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali
Pajak Penghasilan;
b. penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan
digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan;
e. kerugian dari selisih kurs mata uang asing;
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
g. biaya bea siswa, magang, dan pelatihan;
h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat:
1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau
-Badan Urusan Piutang danLelang Negara (BUPLN) atau adanya
perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/ pembebasan utang
antara kreditur dan debitur yang bersangkutan;
3) telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus; dan
4) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih
kepada Direktorat Jenderal Pajak;
yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut dengan Keputusan
DirekturJenderal Pajak.
Biaya-biaya yang bukan pengurangan penghasilan kena pajak
berdasarkan pasal 9 ayat (1) UU Pph sebagi berikut :
a. pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota;
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
untuk usaha asuransi dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha
pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan;
d. premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi
dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkut an;
e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan
dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Keuangan;
f. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham
atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali zakat atas
penghasilan yang nyata-nyata dibayarkan oleh Wajib Pajak orang pribadi
pemeluk agama Islam dan atau Wajib Pajak badan dalam negeri yang
dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
h. Pajak Penghasilan;
i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib
Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
k. sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana
berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto bagi wajib
pajak dalam negeri da bentuk usaha tetap dapat di bagi dalam 2 (dua) golongan,
yaitu :
Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1
(satu) tahun.
Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih dari 1
(satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan,
misalnya gaji, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan
limbah, dan sebagainya.
Beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu)
tahun .
Pengeluaran yang mempunyai mas amanfaat lebih dari 1 (satu)
tahun, pembebananya dilakukan melalui penyusutan atau melalui
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
Kemudian pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh wajib pajak
dapat pula dibedakan menjadi, yaitu :
Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya.
Pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah
pengeluaran yang mempunyai hubungan langsung dengan usaha
atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang merupakan Objek Pajak yang pembebananya
dapat dilakukan dalam tahun pengeluaran atau selama masa manfaat
dari pengeluaran tersebut.
Pengeluaran yang tidak dapat dibebankan sebagai biaya.
Pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto
atau tidak dapat dibebankan sebagai biaya adalah pengeluaran untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan
merupakan Objek Pajak atau pengeluaran dilakukan tidak dalam
batas-batas yang wajar sesuai dengan adat kebiasaan pengusaha
yang baik. Oleh karena itu Pengeluaran yang melampaui baas
kewajaran dipengaruhi oleh hubungan istimewa, maka pengeluaran
tersebut tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
F. Beda Tetap dan Beda Waktu
Perbedaan-perbedaan penghasilan dan pengeluaran menurut
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
1 Perbedaan tetap
Perbedaaan tetap terjadi karena transaksi-transaksi pendapatan
dan biaya diakui menurut akuntansi komersial dan tidak diakui menurut fiskal,
sehingga mengakibatkan laba menurut akuntansi berbeda dengan laba kena
pajak menurut fiskal. Contohnya penghasilan bunga bank, dividen, dan
penghasilan lain yang sifat pemungutan pajaknya final.
2 Perbedaan waktu
Perbedaan waktu terjadi karena perbedaan waktu pengakuaan
pendapatan dan biaya untuk perhitungan laba. Suatu biaya atau penghasilan
diakui menurut akuntansi komersial dan belum diakui menurut fiskal, atau
sebaliknya. Contohnya pengakuan piutang tak tertagih, penyusutan harta
berwujud, amortisasi harta tidak bewujud, penilaian persediaan, dan lain-lain.
G. Koreksi Fiskal
Untuk menjembatani perbedaan laba menurut Standar Akuntansi
Keuangan dengan penghasilan kena pajak menurut Undang-undang Perpajakan,
maka dilakukan koreksi fiskal terhadap laba secara komersial. Koresi fiskal
tersebut berupa :
1 Koreksi Positif
Koreksi positif adalah koreksi fiskal yang mengakibatkan
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
semakin kecil, atau yang berakibat adanya penambahan penghasilan. Kegiatan
yang mengakibatkan koreksi positf sebagai berikut :
a. Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara pendapatan ;
b. Biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurangan penghasilan kena
pajak ;
c. Biaya yang diakui lebih kecil ;
d. Biaya yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak ;
e. Biaya yang didapat dari penghasilan yang dikenakan Pph final.
2 Koreksi Negatif
Koreksi negatif adalah koreksi fiskal yang berakibat dengan
adanya penambahan biaya yang telah diakui dalam laporan laba rugi komersial
menjadi semakin besar, atau yang berakibat adanya pengurangan penghasilan.
Kegiatan yang mengakibatkan koreksi negatif sebagai berikut :
a. Biaya yang diakui lebih besar ;
b. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek
pajak ;
c. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan Pph final.
Koreksi positif dan koreksi negatif dapat ditemukan dalam contoh transaksi
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
Retur penjualan yang diterima sebuah perusahaan pada tahun 2007
adalah sebesar Rp.50.000.000,-, sedangkan dalam laporan laba
akuntansi Rp. 65.000.000,-, maka perlu dilakukan koreksi fiskal positif
sebesar Rp. 15.000.000,-.
Pph yang dibayar dimuka oleh perusahaan adalah sebesar
Rp.60.000.000,- (Pph pasal 25), dan dikenakan Pph pasal 23 atas bunga
deposito sebesar Rp.10.000.000, karena perusahaan telah dikenakan
Pph final atas bunga deposito, maka harus dilakukan koreksi negatif
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jadwal dan Lokasi Penelitian
Penelitian dimulai bulan Februari 2009 dan dilakukan di PT.
Cahaya Gunung Sakti, yang bertempat di Jalan Jendral S.Parman Kompleks
MBC (Medan Bisnis Center) Blok A-1.
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data dalam penelitian ada 2 (dua), yaitu :
1 Data Primer
Data Primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara).
(Indriantoro dan Supomo,2002:146). Data primer yang digunakan dalam
penelitian ini adalah laporan laba rugi serta koreksi fiskal yang dilakukan
perusahaan.
2 Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
digunakan dalam penelitian dapat berupa Undang-undang Nomor 17 tahun
2000, sejarah perusahaan, struktur organisasi dan Standar Akuntansi
Keuangan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :
1. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung dengan pihak
responden untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan melaksanakan
penelitian, dalam penelitian ini dilakuka n tanya jawab pada bagian
keuangan ;
2. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung
terhadap dokumen-dokumen yang dikumpulkan selama penelitian yang
berupa laporan laba rugi perusahaan, koreksi fiskal perusahaan,
Undang-undang Nomor 17 tahun 2000 dan Standar Akuntansi Keuangan.
D. Metode Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu metode
yang mengumpulkan, menyusun, mengimplentasikan dan menganalisa data
sehingga memberikan keterangan lengkap bagi masalah yang dihadapi.
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
C. Gambaran Umum Perusahaan
1. Sejarah Singkat Perusahaan
PT. Cahaya Gunung Sakti Medan adalah perseroan terbatas
yang berkedudukan di Jl. Jendral S. Parman Kompleks Medan Bisnis Center
(MBC) Blok A-1 dan PT. Cahaya Gunung Sakti didirikan berdasarkan Akte
No. 74 tanggal 29 April 1999 yang dibuat dihadapan Aida Sri Fatriani, SH,
pengganti sementara dari Notaris Aniswar Yanis, SH, Notaris di Medan. Akte
pendirian ini telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik
Indonesia, No.C-19014.HT.01.01.TH.00, tanggal 19 November 1999.
PT. Cahaya Gunung Sakti Medan ini memiliki pabrik es di daerah Tanjung
Beringin. Pendirian pabrik es ini dikarenakan kebutuhan petani tambak dan
nelayan di Kabupaten Langkat. Selama ini Kabupaten Langkat hanya ada satu
pabrik es yaitu Bintang Mas dengan kapasitas produksi 1.600 batang per hari.
Kekurangan kebutuhan es selama ini dipasok dari kota Medan dan langsa
sehingga peluang kebutuhan es ini yang mendasari PT. Cahaya Gunung Sakti
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
kapasitas produksi 928 batang per hari. PT. Cahaya gunung Sakti pada saat ini
dipimpin oleh seorang direktur yang bernama Kianto, SE, serta membawahi 42
orang tenaga kerja baik yang berkerja dikantor yang di Jl. Jendral S. Parman
Kompleks MBC Blok A-1 maupun pabrik di Tanjung Beringin.
2. Struktur Organisasi Perusahaan
Untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan
dalam mencapai kualitas dan kuantitas produk yang direncanakan, maka pihak
perusahaan membuat struktur perusahaan dan pabrik pengelolaan es batangan
seefektif mungkin. Dengan membuat pembagian tugas yang jelas antara satu
bagian dengan bagian lainnya. Sehingga fungsi, kewajiban dan hak-hak
masing-masing karyawan dapat dijalankan dengan efektif dan efisien.
Susunan organisasi perusahaan akan dipersiapkan seefisien
mungkin dan didasarkan kepada masing-masing fungsi yang diperlukan untuk
mencapai tujuan perusahaan yang ditetapkan.
Uraian tugas dan tata kerja personil organisasi perusahaan PT.
Cahaya Gunung Sakti Medan adalah sebgai berikut :
a. Komisaris
Komisaris adalah wakil dari para pemegang saham yang mempunyai
fungsi untuk menetapkan garis-garis kebijaksanaan bersama direksi dan
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
b. Direksi
Secara umum merupakan:
1) Penanggung jawab tertinggi terhadap segala kegiatan perusahaan baik
intern maupun ekstern yang juga merupakan koordinasi tertinggi
dalam menjalankan perusahaan ketujuan yang dikehendaki.
2) Berfungsi untuk prevoir (mempersiapkan), Organizer (menyusun),
Commander (mengarahkan), dan Controller (mengendalikan).
Direksi sesuai dengan fungsinya harus mampu membuat
garis-garis pokok kebijaksanaan dalam program kegiatan, menyusun organisasi,
member komando serta penugasan kepada para pelaksannya dan
memimpin pelaksanan tersebut, mengkoordinasi kegiatan-kegiatan
pelaksanaan dan memeriksa apakah tindakan-tindakan yang dilakuakn
sesuai dengan penugasan serta petunjuk yang diberikan. Direksi sebagai
pimpinan puncak dapat melimpahkan tugas, wewenang dan tanggung
jawab pada para bawahan dan mempunyai tugas-tugas utama sebagai
berikut :
1) Menetapkan kebijaksanaan perusahaan, baik keluar maupun kedalam.
2) Memimpin dan mengawasai seluruh kegiatan kerja, aktivitas
perusahaan, ketentuan kebijaksanaan lainnya yang telah disepakati
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
3) Memiliki wewenang dan tanggung jawab tertinggi dalam mengambil
keputusan yang berhubungan dengan kegiatan operasional maupun
dalam pengembangan perusahaan dalam batas yang ditentukan.
4) Bertindak atas nama perusahaan dalam mengadakan hubungan yang
saling menguntungkan dengan perusahaan lain.
5) Menyampaikan laporan pertanggung jawaban yang dituangkan dalam
laporan laba rugi, laporan neraca perusahaan dan lain-lain kepada rapat
dewan komisaris yang dihadiri oleh para pemegang saham.
6) Mengkoordinasi seluruh kegiatan perusahaan.
c. Manajer Pabrik
Tugas dan kewajiaban manajer pabrik antara lain :
1) Melaksanakan, mengatur dan mengawasi rencana pekerjaan
administrasi pabrik seperti perawatan bangunan pabrik, mesin-mesin,
peralatan dan juga produksi yang disesuaikan oleh rencana yang
digariskan oleh rencana yang digariskan oleh perusahaan.
2) Menyusun dan melaksanakan jadwal rencana pemeliharaan dan
perawatan pabrik yang disesuaikan dengan petunjuk teknis
syarat-syarat yang ditetapkan.
3) Menginventarisir juamlah asset yang ada menurut jenis, unsur dan
kondisi serta mendelegasiakan atau mengkonirmasi kepada bagian
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
4) Mengkoordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi permintaan dari staf
pabrik dan para pekerjanya.
5) Menyusun datar kerja lembur, sesuai dengan kebutuhan dan yang
disesuaikan dengan norma-norma perusahaan.
6) Menjaga suasana kerja yang baik dilingkungan pabrik yang di
koordinirnya.
7) Mendelegasikan tugas-tugas lain yang dapat dikerjakan oleh para staf
dan karyawannya.
8) Mengatur mengenai hak-hak dan kewajiban karyawandalam hal cuti
tahunan, cuti sakit, izin dan lain-lain.
9) Memberikan bimbingan, petunjuk dan nasehat kepada para bawahan
atau karyawan lainnya.
10) Menjalankan sanksi kepada staf, karyawan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di perusahaan.
11) Bertanggung jawab terhadap kelancaran pekerjaan pabrik yang di
koordinirnya.
12) Bertanggung jawab terhadap pengeluaran-pengeluaran uang yang
dipergunakan oleh bawahannya kepada pemilik.
d. Bagian Teknisi Pabrik
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
1) Memberikan masukan kepada manajer pabrik dalam menetapkan
kebijaksanaan perusahan khususnya masalah teknik mesin dan
peralatan lainnya.
2) Memberikan intruksi untuk pelaksanaan kerja operator
3) Menjaga dan merawat mesin-mesin pabrik agar tetap awet dan sehat
4) Memperbaiki mesin-mesin atau peralatan pabrik yang rusak.
e. Mandor
Tugas dan tanggung jawab mandor adalah :
1) Mengawasi para karyawan yang bekerja dipabrik.
2) Mencatat waktu jam kerja setiap karyawan
3) Membuat laporan hasil kerja karyawan pabrik kepada personalia.
f. Personalia
Tugas dan tanggung jawab personalia adalah :
1) Mencari dan menseleksi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan
2) Memberikan arahan dan latihan kepada karyawan baru.
3) Mengawasi dan mengontrol sikap para karyawan pabrik.
4) Mengatur dan membuat daftar hadir karyawan.
5) Memecat dan memberhentikan karyawan sesuai dengan instruksi
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
6) Mengurus masalah hubungan keluar yaitu masalah pajak, orang
pemerintahan, masyarakat setempat dan alin sebagainnya.
g. Pemasaran
Tugas dan tanggung jawab pemasaran adalah :
1) Mencari pembeli es untuk perusahaan.
2) Memasarkan es keluar perusahaan yaitu kedaerahan sekitar kabupaten
langkat dan beberapa daerah lainnya yang masih membutuhkan es.
3) Menentukan harga standar penjualan es perusahaan.
h. Keuangan
Tugas dan tanggung jawab keuangan adalah :
1) Menerima dan mengeluarkan dana perusahaan sesuai instruksi dari
direktur utama, direktur dan manajer.
2) Mengurus dana perusahaan yang ada di bank-bank.
3) Membayar gaji karyawan.
4) Mengatur sistem pembayaran hutang perusahaan pada pihak pemasok.
i. Administrasi
Tugas dan tanggung jawab administrasi adalah :
1) Mencatat semua transaksi akuntansi yang terjadi dalam perusahaan
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
3) Mengelompokan, mengarsip dokumen dan bon-bon perusahaan.
j. Umum
Tugas dan tanggung jawab bagian umum adalah untuk mengurus hal-hal
umum yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan, misalnya mengurus
listrik, air, mobil, memperbaiki bangunan kantor dan lain-lain.
3. Laporan keuangan perusahaan
Untuk melakukan analisa Laba Menurut Standar Akuntansi
Keuangan dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 diperlukan
laporan laba-rugi periode 31 Desember 2008 PT. Cahaya Gunung Sakti adalah
sebagai berikut :
Tabel 1
PT. CAHAYA GUNUNG SAKTI LAPORAN LABA RUGI PER 31 DESEMBER 2008
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
laba (Rugi) Kotor 1,659,139,735.00
Biaya Usaha
Biaya Operasional
308,928,238.00
Biaya Umum dan Administrasi
138,098,538.00
Total Biaya Usaha 447,026,776.00
Laba (Rugi) Usaha 1,212,112,959.00
Pendapatan dan Biaya Lain-Lain
Pendapatan Lain-lain
192,837,041.00
Biaya Bunga
(84,350,000.00 )
Total Pendapatan (Biaya) Lain-Lain 108,487,041.00
Laba Sebelum Pajak 1,320,600,000.00
Pajak Pengahasilan 378,680,000.00
Laba Setelah Pajak 941,920,000.00
Sumber : PT. Cahaya Gunung Sakti
D. Analisis Hasil Penelitian
4. Analisis Laba Akuntansi Perusahaan Sebagai Dasar Perhitungan Pajak Penghasilan
Laba akuntansi PT. Cahaya Gunung Sakti disajikan berdasarkan
prosedur pembukuan yang wajar sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.
Laba akuntansi merupakan selisih lebih pendapatan dengan biaya-biaya yang
Sri Anggraini Putri : Analisa Penentuan Laba Menurut Standar Akuntansi Keuangan Dan Undang-Undang Pajak Nomor 17 Tahun 2000 Pada PT Cahaya Gunung Sakti, 2009.
Berdasarkan perhitungan Laba-Rugi PT. Cahaya Gunung Sakti
yang disajikan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, maka selama periode
tahun 2008 diperoleh laba sebesar Rp. 1,320,600,000 ,dengan demikian
besarnya pajak penghasilan berdasarkan laba perusahaan adalah sebagai
berikut :
5. Analisis Laba Fiskal Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Laba fiskal atau pendapatan kena pajak yang menjadi dasar
pengukuran pajak penghasilan dapat dihitung dari laba akuntansi PT. Cahaya
Gunung Sakti dikurangi dengan koreksi fiskal.
Koreksi fiskal dilakukan karena adanya perbedaan pengakuan
pendapatan dan biaya menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan pengakuan
pendapatan dan biaya menurut Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 adalah
sebagai berikut :
a. Koreksi Positif
10% X Rp 50,000,000.00 = Rp 5,000,000.00
15% X Rp 50,000,000.00 = Rp 7,500,000.00
30% X Rp 1,220,600,000.00 = Rp 366,180,000.00