HUBUNGAN COATED TONGUE DENGAN CANDIDA SP.
DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO LAINNYA PADA
LANSIA DI PANTI JOMPO ABDI DARMA ASIH
BINJAI, SUMATERA UTARA (2009)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
POCUT ASTARI NIM : 060600115
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2010
Pocut Astari
Hubungan Coated Tongue dengan Candida sp. dan Faktor-Faktor Resiko Lainnya Pada Lansia di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai Sumatera Utara (2009) xiv + 52 halaman
Coated tongue merupakan lesi yang paling banyak ditemui pada lansia.
Berbagai penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara coated tongue dengan Candida sp. dan faktor-faktor kebiasaan tertentu seperti oral hygiene, merokok dan kebiasaan minum teh dan kopi, namun belum menunjukkan hubungan tersebut khusus pada lansia, begitu juga hubungan coated tongue dengan penggunaan obat-obatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya hubungan coated tongue dengan Candida sp. dan apakah faktor-faktor resiko seperti kebiasaan
menyikat lidah, merokok, minum teh dan kopi serta penggunaan obat-obatan dapat menyebabkan coated tongue pada lansia di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai, Sumatera Utara.
data ini digunakan untuk mencari hubungan antara coated tongue dengan faktor kebiasaan membersihkan lidah, merokok, minum teh dan kopi serta penggunaan obat-obatan dengan menggunakan uji Chi Square. Kedua, data klinik diperoleh dengan pengambilan swab pada permukaan dorsal lidah dengan menggunakan kapas lidi steril selama 10 detik lalu dimasukkan dalam media transfer Phosphate Buffer Saline sebanyak 1 mL dan sediaan dikirimkan ke laboratorium Mikrobiologi Universitas Sumatera Utara untuk dikultur dan dihitung jumlah koloni Candida sp., kemudian dilihat apakah ada hubungan antara coated tongue dengan jumlah koloni Candida sp. adanya hubungan yang bermakna dinyatakan dengan derajat kemaknaan p<0,05.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah adanya hubungan yang bermakna pada coated tongue dengan pertumbuhan Candida sp. yang berlebihan pada lansia dengan
rata-rata jumlah koloni sebesar 487,32 CFU/mL (p<0,0001). Derajat coated tongue juga menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap pertumbuhan Candida sp.(p<0,0001). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan coated tongue
dengan kebiasaan menyikat lidah (p<0,0001), merokok (p=0,001), minum teh dan kopi (p=0,008). Hubungan yang bermakna antara coated tongue dengan penggunaan obat-obatan hanya terlihat pada penggunaan antibiotik (p=0,042), antasida (p=0,032) dan antihipertensi (p=0,004) sedangkan pada penggunaan analgetik tidak terlihat adanya hubungan dengan timbulnya coated tongue.
terjadi bila tidak dicegah secara dini. Pencegahan dan pemeriksaan lebih lanjut sangat dibutuhkan untuk menurunkan jumlah penderita coated tongue pada lansia.
Daftar Rujukan : 42 ( 1994-2009)
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 1 April 2010
Pembimbing : Tanda Tangan
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim pengu ji pada tanggal 1 April 2009
TIM PENGUJI
KETUA : Wilda Hafni Lubis, drg., M.Si ANGGOTA : 1. Syuaibah Lubis, drg.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Hubungan Coated Tongue dengan Candida sp. dan Faktor-Faktor Resiko Lainnya Pada Lansia di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai Sumatera Utara (2009) “ sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Salawat beserta salam juga penulis sampaikan pada junjungan Nabi Muhammad Rasulullah SAW atas suri teladan yang baik.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih dengan segenap cinta dan ketulusan hati kepada keluarga tersayang. Ayahanda Teuku Azhari Soelaiman dan ibunda Ismawati Dewi, kakak penulis Pocut Indira, serta adik penulis Pocut Rizky dan Pocut Meutia atas segala perhatian, dukungan moril dan materil, motivasi, harapan dan doa, serta cinta dan kasih sayang yang melimpah.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ibu Wilda Hafni Lubis, drg., MSi. selaku dosen pembimbing skripsi dan Ketua Departemen Ilmu Penyakit Mulut yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Gigi Universitas Sumatera Utara, dr. Sofyan Lubis dan ibu Rafida atas bantuannya dalam pemeriksaan kultur jamur dan seluruh staf di laboratorium Mikrobiologi Universitas Sumatera Utara, dr. Surya Dharma, MPH yang telah membantu penulis dalam mengerjakan metode penelitian dan uji statistik, serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dan Oktavia Dewi, drg., M.Sc., selaku dosen pembimbing akademik serta seluruh staf pengajar dan pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing, mendidik dan membantu penulis selama menuntut ilmu di masa pendidikan.
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Nabari Ginting, M.Si selaku kepala Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara, seluruh staf Dinas Sosial dan Balai Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera Utara, seluruh staf dan dokter poliklinik di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai yang telah memberikan izin serta banya membantu dalam mendapatkan informasi yang diperlukan untuk
pembuatan skripsi ini. Tidak lupa pula terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh penghuni panti jompo Abdi Darma Asih Binjai yang telah bersedia
bekerjasama dengan baik dalam penelitian ini.
Selanjutnya terima kasih juga penulis sampaikan kepada Mbak Vira, Sanniah, Rifka, Riana, Daisy dan teman-teman stambuk 2006 lainnya atas bantuan, semangat, motivasi dan kebersamaan di FKG USU, Bang Ibob, Opi, Rara atas persahabatan yang tulus, Zia Muhammad atas doa dan motivasi selama ini.
Medan, 1 April 2010 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI
KATA PENGANTAR ………... vi
2.2 Teori-Teori Proses Menua ………... 8
2.2.1 Teori Nutritional Component ……… 9
2.2.2 Teori Sintessa Protein ………... 9
2.2.3 Teori Molekul Radikal Bebas ………... 9
2.2.4 Teori Imunologi ……… 9
2.2.5 Teori Genetika ……….. 9
2.2.6 Teori Stochastik ……… 10
2.2.7 Teori Cross Linking Colagen-Elastin ………... 10
2.3 Keadaan Mukosa Lidah Pada Lansia ……….. 11
2.3.1 Anatomi Lidah ……….. 11
2.3.2 Perubahan dan Kelainan Lidah pada Lansia … 14 2.4 Coated Tongue dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya ……….. 14
2.4.1 Candida sp. ………. 17
2.4.2 Kebiasaan Membersihkan Lidah ………. 20
2.4.3 Merokok ……….. 21
2.4.5 Obat-Obatan ……… 23
2.5 Pemeriksaan Candida sp. Pada Coated Tongue ………. 23
2.5.1 Pemilihan Media ………. 24
2.5.2 Alat-Alat yang Digunakan ……….. 25
2.5.3 Kultur Jamur ……… 26
KERANGKA TEORI ………. 28
KERANGKA KONSEP ………. 29
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ………. 30
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ……… 30
3.3 Populasi dan Identifikasi Variabel Penelitian ………… 30
3.3.1 Populasi ………... 30
3.3.2 Sampel ……… 31
3.4 Besar Sampel ………. 31
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian ………. 32
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Lidah Normal ………... 12
2 Permukaan Lidah Normal ……….. 13
3 Coated Tongue ………... 15
4 Derajat Coated Tongue ……….. 16
5 Diskolorasi pada Lidah ……….. 17
6 Candida sp. Secara Mikroskopis ……….... 19
7 Oral Thrush yang Disebabkan Oleh Jamur ……… 20
8 Pasien Dengan Coated Tongue yang Diinstruksikan Untuk Membersihkan Sebagian Lidahnya Dengan Tongue Scraper……. 21
9 Coated Tongue Pada Perokok ……… 22
10 Saboraud Dextrose Agar ……… 24
11 Tabung Berisi Phosphate Buffer Saline Beserta Bahan Inokulan Dari Swab ……….. 25
12 Alat-Alat Pemeriksaan Candida Pada Coated Tongue ………….. 26
13 Posisi Pasien dan Operator ……… 26
14 Pengambilan Swab Pada Lidah ………. 27
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Distribusi lansia Berdasarkan Keadaan Lidah, Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin ……….. 38
2 Hubungan Coated Tongue Dengan Jumlah Koloni Candida
Pada Lansia ……… 39
3 Hubungan Derajat Coated Tongue Dengan Jumlah Koloni
Candida sp. ……… 39
4 Hubungan Coated Tongue Dengan Faktor Kebiasaan Menyikat
Lidah, Merokok Serta Minum Teh Dan Kopi Pada Lansia………... 40 5 Hubungan Coated Tongue Dengan Penggunaan Obat-Obatan Pada
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar informed consent
2. Lembar kuesioner
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut Tahun 2010
Pocut Astari
Hubungan Coated Tongue dengan Candida sp. dan Faktor-Faktor Resiko Lainnya Pada Lansia di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai Sumatera Utara (2009) xiv + 52 halaman
Coated tongue merupakan lesi yang paling banyak ditemui pada lansia.
Berbagai penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara coated tongue dengan Candida sp. dan faktor-faktor kebiasaan tertentu seperti oral hygiene, merokok dan kebiasaan minum teh dan kopi, namun belum menunjukkan hubungan tersebut khusus pada lansia, begitu juga hubungan coated tongue dengan penggunaan obat-obatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya hubungan coated tongue dengan Candida sp. dan apakah faktor-faktor resiko seperti kebiasaan
menyikat lidah, merokok, minum teh dan kopi serta penggunaan obat-obatan dapat menyebabkan coated tongue pada lansia di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai, Sumatera Utara.
data ini digunakan untuk mencari hubungan antara coated tongue dengan faktor kebiasaan membersihkan lidah, merokok, minum teh dan kopi serta penggunaan obat-obatan dengan menggunakan uji Chi Square. Kedua, data klinik diperoleh dengan pengambilan swab pada permukaan dorsal lidah dengan menggunakan kapas lidi steril selama 10 detik lalu dimasukkan dalam media transfer Phosphate Buffer Saline sebanyak 1 mL dan sediaan dikirimkan ke laboratorium Mikrobiologi Universitas Sumatera Utara untuk dikultur dan dihitung jumlah koloni Candida sp., kemudian dilihat apakah ada hubungan antara coated tongue dengan jumlah koloni Candida sp. adanya hubungan yang bermakna dinyatakan dengan derajat kemaknaan p<0,05.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah adanya hubungan yang bermakna pada coated tongue dengan pertumbuhan Candida sp. yang berlebihan pada lansia dengan
rata-rata jumlah koloni sebesar 487,32 CFU/mL (p<0,0001). Derajat coated tongue juga menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap pertumbuhan Candida sp.(p<0,0001). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan coated tongue
dengan kebiasaan menyikat lidah (p<0,0001), merokok (p=0,001), minum teh dan kopi (p=0,008). Hubungan yang bermakna antara coated tongue dengan penggunaan obat-obatan hanya terlihat pada penggunaan antibiotik (p=0,042), antasida (p=0,032) dan antihipertensi (p=0,004) sedangkan pada penggunaan analgetik tidak terlihat adanya hubungan dengan timbulnya coated tongue.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Populasi penduduk lanjut usia merupakan kelompok penduduk yang paling cepat
pertumbuhannya dibandingkan populasi secara umum, hal ini merupakan bukti
bahwa akan ada implikasi yang meningkat pada kesehatan sistemik dan mulut pada
lansia di masa yang akan datang. Di Amerika Serikat jumlah lansia yang berumur 85
tahun keatas meningkat dari 3,3 juta jiwa pada tahun 1994 menjadi 8,6 juta jiwa pada
tahun 2030, dan akan terus meningkat hingga 19 juta jiwa pada tahun 2050. 1,2 Menurut Badan Pusat Statistik 2006 (BPS-Susenas 2006) jumlah Lansia di Indonesia
sebanyak 17.717.800 jiwa (7,90%), jumlahnya pada tahun 2010 diperkirakan sebesar
23.992.552 (9,77%) dan pada tahun 2020 sebesar 28.822.879 (11,34%). Jumlah lansia di propinsi Sumatera Utara adalah sebanyak 664.900 jiwa pada tahun 2005. Pada tahun 2025 angka harapan hidup akan mencapai usia 73,7 tahun, suatu peningkatan yang cukup tinggi dari angka 69,0 tahun pada tahun 2005.3 Peningkatan tersebut menandakan kebutuhan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi lansia juga perlu ditingkatkan.
Kesehatan rongga mulut memainkan peranan penting dalam peningkatan kualitas hidup lansia. Namun, perawatan kesehatan mulut hanya sedikit mendapat perhatian dalam kehidupan sehari-hari. Padahal kesehatan fungsi oral yang buruk pada lansia akan berakibat pada seluruh tubuh dan penurunan kualitas hidup. Misalnya, pada
lansia dengan lesi coated tongue dan candidiasis dapat menurunkan atau menghilangkan sensasi rasa pada lidah, sehingga nafsu makan menjadi berkurang dan nutrisi yang cukup tidak terpenuhi yang pada akhirnya akan berdampak pada kesehatan tubuh lansia.1 Kondisi fisik lansia berbeda dengan dewasa normal. Terdapat banyak teori tentang proses menua baik dari aspek biologis, fisiologi dan degeneratif yang sangat kompleks pada tubuh.5 Keadaan ini juga berpengaruh pada rongga mulut, dimana proses perbaikan luka dan regenerasi jaringan pada lansia mengalami kemunduran, sehingga respon terhadap injuri mukosa mulut menjadi berkurang.6 Penyakit mulut akibat perubahan struktur berkaitan dengan umur, perubahan imunologis, trauma lokal, penyakit sistemik, obat-obatan dan gizi yang buruk dapat menyebabkan perubahan yang nyata pada mukosa oral lansia. Contohnya, efek dari gizi yang buruk dan penggunaan obat-obatan dapat menyebabkan lidah yang membesar, berselaput, atau berfisur pada lansia.1
Motallebnejad, dkk (2008) dalam penelitiannya mengenai lesi-lesi mukosa mulut terhadap pasien kedokteran gigi di Iran menemukan bahwa coated tongue merupakan kelainan lidah yang paling banyak ditemui yaitu sebesar 13,4 % dari keseluruhan kelainan lidah yang diperiksa. Coated tongue juga lebih sering ditemukan seiring dengan meningkatnya umur, ditemukan sebanyak 18,5 % dari seluruh pasien lansia diatas umur 50 tahun memiliki coated tongue.
7
Berbagai penelitian menunjukkan coated tongue berkaitan dengan beberapa faktor diantaranya, kebiasaan merokok,
tongue pada orang dengan kebiasaan merokok ditemui sebanyak 35,34%, pada
peminum teh ditemui sebanyak 35,35%, pada orang dengan OHI buruk coated tongue ditemui sebanyak 43,51%. Avcu, dkk (2005) dalam penelitiannya mengenai lesi rongga mulut dan status kesehatan lansia di rumah sakit dengan keterbatasan fungsi, coated tongue dijumpai sebanyak 54,1%, sedangkan pada penderita xerostomia
akibat penyakit kanker coated tongue ditemui sebanyak 20%.
Coated tongue merupakan keadaan abnormal lidah dimana bagian dorsal lidah
ditutupi selaput putih akibat perpanjangan papilla filiformis pada permukaan lidah yang sering mendapat iritasi, sehingga lidah secara fisiologis akan membentuk suatu lapisan pelindung terdiri dari sel-sel deskuamasi yang disebut dengan “keratin”. Coated tongue juga dapat terjadi akibat pembentukan keratin yang lebih cepat
dibandingkan lepasnya keratin dari permukaan lidah, misalnya karena iritasi akibat makanan dan minuman yang terlalu panas atau penggunaan tembakau.
9
10
Coated tongue juga dapat diakibatkan oleh infeksi jamur yang dikenal dengan sebutan
Candida. Hal ini diakibatkan penggunaan antibiotik, kortikosteroid, dalam jumlah
banyak dan jangka waktu yang lama. Derajat coated tongue juga memainkan peranan penting pada infeksi mulut akibat Candida. Coated tongue yang disebabkan oleh Candida dapat merupakan salah satu gejala oral thrush. Hal ini menandakan adanya
penurunan sistem imun.
Coated tongue lebih sering ditemui pada orang tua dan akan meningkat
seiring dengan pertambahan umur, hal ini dikarenakan perubahan pola makan, ketidakmampuan secara fisik untuk melakukan teknik pembersihan gigi dan mulut,
serta penurunan laju alir saliva yang membuat akumulasi debris pada gigi, jaringan pendukung mulut dan bagian dorsal lidah meningkat. Selaput pada lidah tersebut terdiri dari berbagai macam mikroorganisme, epitel sel deskuamasi yang sangat banyak dari mukosa oral, leukosit dari saku periodontal, metabolit darah dan berbagai nutrient.11,12 Coated tongue dapat menyebabkan sensasi kecap menjadi berkurang, bakteri yang berkolonisasi pada dorsal lidah akan memproduksi volatile sulfur compound yang mengakibatkan halitosis, serta Candida yang tumbuh dengan pesat
pada mukosa oral dapat mempengaruhi sistem imun tubuh, terutama bila Candida telah melekat pada dinding usus.13 Coated tongue dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup manusia terutama bagi lansia.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mayvira S. pada tahun 2008 di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai terhadap seratus orang lansia, coated tongue ditemui sebanyak 69% dari keseluruhan lesi-lesi mukosa mulut yang diperiksa.
12
14
1.2Permasalahan
Atas fakta tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai lesi coated tongue dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada lansia di Sumatera
Utara, khususnya di kotamadya Binjai. Penelitian akan dilakukan di Panti Jompo Abdi Darma Asih yang terletak di daerah Kebun Lada kotamadya Binjai.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
2. Apakah ada hubungan antara derajat coated tongue dengan pertumbuhan Candida sp. yang berlebihan pada lansia di Panti Jompo Abdi Darma Asih?
3. Apakah ada hubungan antara coated tongue dengan faktor kebiasaan merokok, kebiasaan membersihkan lidah kebiasaan minum teh/kopi dan penggunaan obat-obatan di Panti Jompo Abdi Darma Asih?
1.3Hipotesa
- Ada hubungan antara coated tongue dengan Candida sp. pada lansia di Panti Jompo Abdi Darma Asih.
- Ada hubungan antara derajat coated tongue dengan pertumbuhan Candida sp. yang berlebihan pada lansia di Panti Jompo Abdi Darma Asih.
- Ada hubungan antara coated tongue dengan faktor kebiasaan merokok, kebiasaan membersihkan lidah kebiasaan minum teh/kopi dan penggunaan obat-obatan di Panti Jompo Abdi Darma Asih.
1.4Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan coated tongue dengan Candida sp. pada lansia di Panti Jompo Abdi Darma Asih.
- Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan coated tongue dengan faktor kebiasaan merokok, kebiasaan membersihkan lidah, minum teh/kopi dan penggunaan obat-obatan di Panti Jompo Abdi Darma Asih.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui hubungan coated tongue dengan Candida sp. dan faktor-faktor resiko lainya yang terdapat pada lansia, maka diharapkan:
- Dokter gigi dapat memberikan edukasi dan perawatan yang sebaik-baiknya dalam menunjang kesehatan lansia baik kesehatan rongga mulut maupun keseluruhannya.
- Sebagai data awal bagi peneliti-peneliti lain untuk menelaah lebih lanjut pengaruh proses menua dengan timbulnya coated tongue.
- Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi pengelola panti dalam meningkatkan kualitas dalam bidang nutrisi, daya tahan tubuh, serta kesehatan gigi dan mulut untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.
- Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi program pemerintah dalam bidang kesehatan gigi dan mulut untuk meningkatkan kualitas hidup lansia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Lanjut Usia
Menurut Ernawati lansia adalah orang yang berusia 50 tahun atau lebih.4 Lansia merupakan kelompok orang lanjut usia yang mengalami proses penuaan yang terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindarkan. 6
Proses menua merupakan proses yang normal terjadi pada setiap manusia dan bukan merupakan suatu penyakit.
Menurut BKKBN 1998, penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, ditandai dengan penurunan daya tahan fisik dan rentan terhadap penyakit yang mengakibatkan kematian. Secara ekonomi lansia dianggap sebagai beban sumber daya. Saparinah (1983) berpendapat bahwa lansia merupakan kelompok umur yang mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah kelompok orang yang berumur lebih dari 50 tahun yang secara fisiologis mengalami kemunduran baik dari segi biologis, ekonomi maupun sosial secara bertahap hingga akhirnya sampai pada kematian.
15
ditandai dengan adanya perubahan-perubahan anatomik, fisiologik dan biomekanis dalam sel tubuh, sehingga mempengaruhi fungsi sel, jaringan dan organ tubuh.
Berdasarkan kelompok usia, lanjut usia menurut DEPKES RI dibagi menjadi 3 yaitu:
4
1. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan kelompok yang berada dalam keluarga dan masyarakat luas.
4,16
2. Kelompok usia dalam masa prasenium (55-64 tahun), merupakan kelompok yang berada dalam keluarga, organisasi usia lanjut dan masyarakat pada umumnya.
3. Kelompok usia masa senecrus ( >65 tahun), merupakan kelompok yang umumnya hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat.
Menurut WHO Lansia dapat dibagi atas Middle aged antara 45-59 tahun, Elderly antara 60-74 tahun, Aged 75 tahun atau lebih. Sementara itu, menurut Pathy
(1985) Lansia dapat dikelompokkan atas Young elderly antara 65-75 tahun dan Old elderly 75 tahun keatas.17
2.2 Teori-Teori Proses Menua
2.2.1 Teori Nutritional Component
Teori ini menjelaskan bahwa makanan memegang peranan penting dalam proses penuaan. Kekurangan makanan menyebabkan kerusakan dan terbatasnya regenerasi sel. Diet memegang peranan penting dari beberapa penyakit degenerasi yang menyertai proses penuaan.
2.2.2 Teori Sintesa Protein
Proses penuaan disebabkan karena gangguan mekanisme sintesa protein. Tahapan sintesa protein dipengaruhi oleh aktivitas enzim . Perubahan aktivitas enzim menyebabkan gangguan sintesa protein sehingga terbentuk protein abnormal.
2.2.3 Teori Molekul Radikal Bebas
Adanya fragmen molekul yang disebut radikal bebas yang bereaksi dengan asam lemak tidak jenuh pada membran sel untuk membentuk produk peroksidasi. Keadaan tersebut akan menghalangi keluar masuknya zat makanan melalui membran sel sehingga mempercepat kematian sel.
2.2.4 Teori Imunologi
Proses penuaan disebabkan kerusakan secara perlahan pada proses imunologis. Hal ini dibuktikan dengan menurunnya sintesa antibodi dalam tubuh dan pembentukan antibodi.
2.2.5 Teori Genetika
secara spontan, mutasi dalam sel somatik dan besarnya kesalahan dari DNA sendiri error catasthrope.
2.2.6 Teori Stochastik
Teori ini merumuskan penuaan disebabkan oleh penimbunan sisa-sisa dari lingkungan. Sebagai contoh paling spesifik dari teori ini adalah mutasi somatik dan kesalahan (error). Mutasi somatik, disebabkan oleh radiasi dan kemungkinan bahan-bahan radioaktif yang tertimbun. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan mensintesis protein, kegagalan fungsi dan berakhir dengan kematian. Perubahan molekul protein selama penuaan tidak langsung jelas pada umur, tergantung dari kesalahan sintesis protein, adanya akumulasi perubahan molekul protein fungsional (akibat kesalahan mensintesis protein karena terjadinya mutasi tersebut). Inilah yang mungkin dapat merusak kapasitas fisiologi dari jaringan atau sel yang menua.
2.2.7 Teori Cross Linking Colagen-Elastin
Penyebab penuaan yang dikaitkan dengan fungsi kolagen menjelaskan bahwa kolagen mengalami degenerasi, berubah setiap waktu. Serabut kolagen menjadi kurang lentur, lebih rapuh dan mudah terkoyak
2.3 Keadaan Mukosa Lidah pada Lansia
Didalam rongga mulut, lidah dianggap sebagai salah satu petunjuk atau cermin kesehatan umum seseorang. Hal ini disebabkan lidah merupakan organ tubuh yang paling peka terhadap perubahan yang terjadi di dalam tubuh. Dalam perkembangannya permukaan lidah secara normal dilapisi papilla lidah yaitu papilla filiformis, papilla fungiformis, papilla foliate dan papilla sirkumvalata.
2.3.1 Anatomi Lidah
Lidah merupakan organ muskular yang kompleks yang melekat pada tulang hyoid, processus styloideus dan tuberkel genial mandibula pada daerah insersio tiga otot ekstrinsik, hyoglossus, styloglosus dan genyoglosus. Lidah melekat longgar pada palatoglossus dan glosopharyngeus serta ekstensi membrane mukosa mulut dan membrane mukosa pharyngeal yang menutupi lidah.
19
Gambar 1. Lidah normal 20
Mukosa permukaan dorsal anterior lidah ditandai dengan dua jenis papila dengan fungsi tertentu yaitu papila filiformis dan papila fungiformis dan sejumlah tonjolan-tonjolan lainnya dengan fungsi yang tidak jelas. Papila filiformis merupakan papila terkecil dan terbanyak yang dapat dijumpai pada permukaan dorsal lidah dalam arah antero-posterior. Bentuknya panjang dan runcing (konus), menyerupai rambut dan diliputi oleh lapisan keratin. Panjang papila filiformis kira-kira 2-3 mm. Papila ini tidak mengandung papila pengecap. Epitel keratin yang melapisi permukaannya memberikan warna abu-abu pada lidah dan pada dasarnya berfungsi dalam menjilat dan menggiring makanan ke distal. Pada keadaan infeksi pada papila ini terdapat timbunan bakteri dan sel-sel epitel mati sehingga warna abu-abu akan tampak lebih jelas meliputi permukaan dorsum.
Papila fungiformis hanya dijumpai pada dua pertiga anterior lidah dan jumlahnya kira-kira 29/cm
2
papila ini terlihat seperti bintik-bintik merah pada hamparan papila filiformis. Setiap papila fungiformis mengandung 0-20 kuncup pengecap yaitu rata-rata 2-4 kuncup pengecap tiap satu papila. Secara umum individu yang memiliki kuncup pengecap yang banyak akan menghantarkan rangsangan yang lebih kuat dibandingkan dengan individu yang memiliki kuncup pengecap sedikit.
Pada pertemuan dua pertiga anterior dan sepertiga posterior lidah, terdapat barisan papila sircumvalata yang berbentuk V atau Y yang berbatasan dengan sekelompok papila foliata yang tersebar pada tepi lateral lidah. Papila sircumvalata dan papila foliata dikelilingi oleh parit. Papila vallata berbentuk bundar dan besar dengan diameter 2 mm. Dua belas papila diantaranya tersusun dalam barisan berbentuk V di bagian anterior dan sejajar dengan sulcus terminalis. Tiap barisan dikelilingi oleh lapisan bundar. Sedangkan papila foliata terletak pada tepi lateral lidah, berupa tiga atau empat lipatan vertikal pendek.
2.3.2 Perubahan dan Kelainan Lidah pada Lansia
Dengan bertambah usia, lapisan epitel yang menutupi mukosa mulut cenderung mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, berkurangnya pembuluh darah kapiler dan suplai darah, serabut kolagen yang terdapat pada lamina propria mengalami penebalan. Akibat dari perubahan-perubahan tersebut, secara klinis terlihat mukosa mulut menjadi lebih pucat, tipis dan kering, proses penyembuhan menjadi lebih lambat, mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap tekanan dan gesekan. Keadaan ini dapat diperberat oleh berkurangnya aliran saliva.
Pada populasi lansia prevalensi penyakit mukosa oral mencapai 40% hingga 59%. Prevalensi penyakit mukosa oral pada lansia 47% lebih besar daripada dewasa muda.
1,11
5
Kelainan lidah pada lansia yang sering ditemui meliputi fissured tongue, coated tongue, geographic tongue, sublingual varikositis, atropi papilla lidah,
kandidiasis dan keganasan. 7-9,12,20
2.4 Coated Tongue dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya
Gambar 3. Coated Tongue10
Coated tongue adalah suatu keadaan dimana permukaan lidah terlihat
berwarna putih atau berwarna lain yang merupakan tumpukan dari debris, sisa-sisa makanan dan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan dorsal lidah.7,10 Lidah merupakan habitat bagi mikroorganisme rongga mulut yang banyak berkolonisasi di dorsum lidah.10 Bakteri yang berkolonisasi pada lidah memainkan peranan penting pada pembentukan volatile sulvur compounds yang dapat menyebabkan bau mulut.
Beberapa metode yang telah digunakan untuk menggolongkan coated tongue untuk mengetahui etiologi dan tingkat keparahannya, meliputi:
12
1. Boys, dkk menggolongkan coated tongue pada estimasi ketebalan selaput pada bagian dorsal lidah melalui pemeriksaan visual yaitu : berat, sedang, ringan atau tidak ada.
12
dari sepertiga permukaan dorsum lidah; 2, kurang dari dua pertiga permukaan dorsum lidah; 3, Lebih dari dua pertiga permukaan dorsal lidah.
Gambar 4. Derajat coated tongue: skor 0, tidak terlihat; skor 1, kurang dari sepertiga permukaan dorsal lidah; skor 2, kurang dari dua pertiga permukaan dorsal lidah; skor 3, lebih dari dua pertiga dorsal lidah
Gambar 5. Diskolorasi pada lidah : skor 0, pink ; score 1, putih ; skor 2 , kuning / coklat muda ; skor 3 : coklat ; skor 4: hitam
12
Iritasi lokal pada lidah secara terus menerus akan mengakibatkan tubuh untuk melakukan pertahanan terhadap iritan tersebut dengan cara memanjangkan papilla terutama papilla filiformosis pada bagian dorsal lidah, sehingga lidah tampak seperti berambut. Kondisi lidah seperti ini akan sangat menguntungkan bagi bakteri dan jamur untuk berkolonisasi. Perpanjangan papilla juga akan mengurangi sensitivitas rasa pada lansia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya coated tongue antara lain: 10
2.4.1 Candida sp.
Candida sp. Merupakan flora yang secara normal terdapat pada permukaan
terdapat dalam konsentrasi yang rendah sehingga tidak menyebabkan kelainan ataupun penyakit. Jumlah koloni Candida sp. normal dalam rongga mulut adalah kurang dari 200 CFU/ml.7,21 Candida sp. biasanya disebut sebagai agen infeksius oportunistik yang jika ada kesempatan dapat berkembang biak dengan cepat sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan.
Candida sp. Banyak diisolasi dari rongga mulut pada bermacam pasien,
seperti lansia, pengguna gigi tiruan, pasien immunocompromised dan pasien sehat. 22
Lesi akibat Candida sering ditemui pada lidah, mukosa pipi dan palatum.
23
26
Penyakit pada mukosa mulut yang diakibatkan oleh jamur berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh. Pada host yang immunocompromised, keberadaan jamur meningkat drastis.
Coated tongue akibat jamur dapat terjadi karena berbagai faktor seperti pada
pasien dengan kelainan sistemik yang harus mengkonsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama, infeksi, terapi radiasi, perokok berat, kebersihan mulut yang buruk, dan genetik .
20
Obat-obatan seperti turunan sulfa, kemoterapi, kortikosteroid, antibiotik, antihipertensi, analgesik, antasida berkontribusi dalam perkembangan jamur yang berlebihan. Obat turunan sulfa dan kemoterapi dapat mematikan mikroflora normal dalam rongga mulut karena sifatnya yang toksik, dan hal ini dapat memicu perkembangan jamur. Obat-obatan kortikosteroid akan mempengaruhi sistem imun yang akan menimbulkan infeksi opurtunistik seperti jamur. Antasida berkontribusi pada pertumbuhan jamur karena asam hidroklorik pada lambung membantu
mengontrol pertumbuhan jamur dan mikroba berbahaya lainnya pada saluran pencernaan.
Derajat coated tongue juga memainkan peranan penting pada infeksi mulut akibat Candida sp. Selaput pada lidah tersebut terdiri dari komponen darah, nutrient dan sel epitel yang telah berdeskuamasi yang dapat menimbulkan penyakit infeksi pada rongga mulut akibat jamur dan berkembangnya halitosis. Namun, memiliki coated tongue belum tentu terinfeksi oleh jamur.
13
23
Agen yang menjadi etiologi pada
oral candidiasis adalah C.albicans, C.tropicalis, C.glabrata, C.krusei dan
C.parapsilosis.24
Gambar 6. Candida sp. secara mikroskopis: 1, Candida albicans, 2, Candida tropicalis,3, Candida parapsilosis
Coated tongue biasanya tidak menimbulkan keluhan bagi penderitanya, tetapi
bila sudah terinvasi Candida sp. kelainan ini dapat menimbulkan beberapa gejala klinis
yang mengurangi kenyamanan penderitanya seperti sensasi rasa kecap yang terganggu,
kekurangan nutrisi, penyembuhan yang lambat dan waktu perawatan yang lebih panjang pada lansia.11 Hal ini dapat dicegah ataupun dihilangkan dengan memakai obat
kumur dan tindakan pembersihan lidah dengan baik. 22
Gambar 7. Oral thrush yang disebabkan oleh jamur 25
2.4.2 Kebiasaan Membersihkan Lidah
Membersihkan mulut secara rutin telah dilaporkan menjadi metode pencegahan yang paling utama dalam mencegah timbulnya lesi pada mukosa. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Heloe 1973, Richie 1973, Langer Michman dan Librach 1975 ditemukan kebiasaan membersihkan mulut yang buruk pada lansia. Dalam penelitian mereka terhadap 303 subjek diatas 60 tahun di Melbourne, Australia mereka menemukan 91-96% subjek yang masih bergigi membutuhkan perbaikan kebiasaan membersihkan mulut.
Oral hygiene tidak hanya dilakukan pada gigi atau jaringan keras rongga
mulut namun juga jaringan lunak mulut, salah satunya lidah. Pembersihan lidah telah dilakukan sejak beratas-ratus tahun lalu dengan berbagai metode. Namun, sekarang
lidah seperti diabaikan, karena terkonsentrasi pada pencegahan dan perawatan jaringan keras mulut. Berbagai penelitian menunjukkan terjadi penurunan jumlah kolonisasi bakteri pada dorsum lidah pada subjek yang membersihkan mulut sekaligus lidahnya secara rutin.
Gambar 8. Pasien dengan coated tongue yang di- instruksikan untuk membersihkan sebagian lidahnya dengan tongue scraper 10
2.4.3 Merokok
Penggunaan tembakau dapat secara cepat mempengaruhi aliran saliva, pH saliva meningkat selama merokok dan hal ini mengakibatkan jumlah lactobacillus dan Streptococcus mutans meningkat dalam rongga mulut. Meningkatnya jumlah bakteri yang berkoloni pada dorsum lidah terutama yang dapat menghasilkan VSC dapat menyebabkan halitosis.12,26 Merokok juga dapat mengganggu indera pengecapan, dimana terdapat penurunan sensasi rasa asin (NaCl) pada perokok.
Dalam banyak kasus, ditemukan adanya hubungan antara keberadaan jamur dengan kebiasaan merokok. Merokok merupakan salah satu faktor predisposisi infeksi jamur.
26
27
Gambar 9. Coated tongue pada perokok27
2.4.4 Teh dan kopi
Coated tongue banyak ditemui pada peminum teh dan kopi secara rutin.
tongue cukup tinggi.7 Temperatur minuman yang tinggi saat dikonsumsi merupakan salah satu faktor yang menjadikannya iritan lokal kronis pada lidah yang dapat menimbulkan coated tongue10
2.4.5 Obat-obatan
Lesi pada mukosa sangat berkaitan dengan penggunaan obat-obatan setiap harinya. Penggunaan bermacam obat mengakibatkan menurunnya laju aliran saliva diikuti dengan penyakit yang timbul akibat hal tersebut.20 Obat-obatan tersebut meliputi obat-obatan yang dapat mengakibatkan xerostomia yaitu, antibiotik, antihipertensi, analgetik, dan antasida yang berkontribusi pada pertumbuhan jamur karena asam hidroklorik pada lambung membantu mengontrol pertumbuhan jamur dan mikroba berbahaya lainnya pada saluran pencernaan yang pada akhirnya menimbulkan oral thrush. 28
2.5 Pemeriksaan Candida sp. pada coated tongue
Mikroorganisme dibiakkan di laboratorium pada media yang terdiri dari bahan nutrient. Pemilihan medium yang dipakai tergantung pada mikroorganisme apa yang akan ditumbuhkan. Perbenihan untuk pertumbuhan jamur agar dapat dipertahankan harus mengandung semua zat makanan yang dibutuhkan oleh organisme tersebut. Faktor lain seperti pH, suhu, dan pendinginan harus dikendalikan dengan baik.
Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptik ke dalam media steril baik pada media padat maupun media cair. Inokula merupakan bahan yang mengandung mikroba atau biakan mikroba baik dalam keadaan cair maupun padat.
Pemeriksaan terhadap Candida dapat dibagi menjadi pemeriksaan langsung dan pemeriksaan biakan.
Pemeriksaan biakan: bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Perbenihan disimpan dalam suhu kamar atau lemari suhu 37
Pemeriksaan langsung: kerokan mukosa lidah dengan pewarnaan gram, terlihat sel ragi, blastospora, atau hifa semu.
º
2.5.1 Pemilihan Media
C, koloni tumbuh setelah 24-48 jam, berupa yeast like colony.
Pemilihan media berdasarkan mikrooganisme apa yang akan dikembangkan dalam hal ini adalah jamur. Media yang digunakan adalah media spesifik dan khusus untuk isolasi jamur yaitu agar dekstrosa glukosa Sabouraud. Medium ini terdiri dari nutrien agar dan antibiotik (Chloramphenicol dan Gentamicin).
Sebelum ditanam dalam media, inokulan disimpan dalam tabung berisi larutan Phosphate Buffer Saline dengan tujuan agar mikroorganisme tidak rusak jika
disimpan dalam waktu yang cukup lama dan sifatnya yang menyerupai saliva ini membantu dalam menyimpan mikroorganisme tanpa menambah atau mengurangi pertumbuhan Candida.
Gambar 11. Tabung berisi Phosphate Buffer Saline beserta bahan inokulan dari swab
2.5.2 Alat-Alat yang Digunakan
Gambar 12.Alat-alat pemeriksaan Candida pada coated tongue:1.Senter, 2. Lampu spiritus, 3. Spatel kayu, 4. Kapas lidi, 5. Label stiker
31-34
2.5.3 Kultur Jamur
Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptik kedalam media steril baik pada media padat maupun media cair. Inokula merupakan bahan yang mengandung mikroba atau biakan mikroba baik dalam keadaan cair maupun padat.
34,35
Biakan murni diperlukan untuk keperluan diagnostik, karakterisasi mikroorganisme, industri farmasi dan kegiatan mikroorganisme lainnya. Untuk mendapatkan kultur yang murni selain nutrisi dan lingkungan yang menunjang pertumbuhan mikroorganisme tersebut juga perlu dicegah adanya kontaminan dalam biakan. Oleh karena itu diperlukan suatu teknik kerja aseptis.
KERANGKA TEORI
palatum Gingiva Gigi Tulang
Coated tongue
Candida Faktor resiko
KERANGKA KONSEP
Lansia Coated tongue
Candida
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan secara analitik dengan pendekatan potong silang (cross sectional), yaitu mempelajari dinamika korelasi antara coated tongue dengan
Candida sp. dan faktor-faktor resiko lainnya, dimana tiap subjek hanya diperiksa satu
kali saja.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai yang berada di jalan Perintis Kemerdekaan daerah Kebun Lada kotamadya Binjai, Sumatera Utara. Panti jompo ini dibangun pada tahun 1979 dengan luas sekitar 5 ha dan berada dibawah naungan Departemen Sosial Propinsi Sumatera Utara Waktu penelitian adalah Minggu pertama bulan November 2009 sampai seluruh hasil penelitian keluar dari laboratorium.
3.3. Populasi dan Identifikasi Variabel Penelitian
3.3.1 Populasi
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah para lansia yang berusia 50 tahun keatas di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai.
Kriteria Inklusi kelompok sampel lansia: - Lansia yang berusia 50 – 85 tahun
- Lansia yang bersedia diperiksa rongga mulutnya - Lansia yang dapat membuka mulut dengan baik Kriteria Eksklusi kelompok sampel lansia:
- Lansia dengan keterbatasan fungsi anggota gerak atas maupun bawah - Lansia yang berada di ruang ICU atau Unit Gawat Darurat
3.4 Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dari rumus besar sampel untuk menguji hipotesis terhadap dua kelompok berpasangan (Sudigdo,S .1995) yaitu sebagai berikut:
N = zα+zβ x Sd
38
d
2
Dimana:
d = clinical judgement, selisih rerata kedua kelompok yang bermakna Sd = Perkiraan simpang baku dari selisih rerata
N= 1,960 + 0,842 x 9,24 5
2
= 25
Jumlah sampel minimum yang didapat adalah 25 orang. Maka jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah 50 orang. 25 orang dengan coated tongue dan 25 orang sebagai kontrol.
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian
3.2.1 Variabel bebas : Lansia
3.2.2 Variabel terikat : - Coated tongue
- Jumlah koloni Candida
- Faktor Resiko:
- Kebiasaan menyikat lidah - Kebiasaan merokok
- Kebiasaan minum teh / kopi - Penggunaan obat-obatan
3.2.3 Variabel terkendali : - Usia (50 -85 tahun) 3.2.4 Variabel tak terkendali : - Jenis kelamin
3.6Defenisi Operasional
a. Lansia adalah orang-orang yang telah mencapai usia lanjut (50 tahun keatas).18
b. Coated tongue adalah suatu keadaan dimana permukaan lidah terlihat berwarna putih atau berwarna lain yang merupakan tumpukan debris, sisa-sisa makanan dan plak bakteri yang terdapat pada permukaan dorsal lidah.
c. Candida adalah agen infeksius oportunistik yang merupakan flora normal yang terdapat pada mukosa dalam konsentrasi yang rendah, yang dapat menginfeksi mukosa dan jaringan jika pertumbuhannya tidak terkontrol sehingga mengakibatkan kerusakan jaringan.
11,15
d. Membersihkan lidah adalah kegiatan membersihkan permukaan dorsal lidah dimana tingkat kebersihannya dapat diukur dari frekuensi membersihkan lidah tersebut.
22
e. Merokok adalah suatu kegiatan menghisap hasil olahan tembakau yang dapat bersifat adiktif.
f. Perokok adalah orang yang merokok setidaknya 1 batang sampai 10 batang sehari.
g. Perokok berat adalah orang yang merokok lebih dari 20 batang sehari. 25,39
h. Teh dan Kopi adalah suatu hasil olahan berupa minuman yang berasal dari daun teh dan biji kopi.
i. Peminum teh dan kopi adalah orang yang meminum teh dan atau kopi 1 cangkir sehari.
j. Peminum teh dan kopi berat adalah orang yang meminum teh dan kopi 2 cangkir atau lebih sehari.
40
k. Obat-obatan adalah suatu zat yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit.
40
l. Derajat coated tongue adalah skala yang menunjukkan tingkat keparahan coated tongue yaitu skor 0, tidak terlihat; skor 1, kurang dari sepertiga permukaan
dorsal lidah; skor 2, kurang dari dua pertiga permukaan dorsal lidah; skor 3, lebih dari dua pertiga dorsal lidah.
3.7 Sarana Penelitian
12
3.7.1 Alat dan bahan
Alat yang digunakan untuk melakukan swab adalah spatel kayu, kapas lidi, lampu spiritus, lampu senter serta kamera untuk dokumentasi penelitian. Sebagai bahan untuk menyimpan hasil swab yang digunakan adalah larutan Phosphate Buffer Saline (PBS) yang diletakkan dalam tabung-tabung steril, masing-masing tabung berisi 1 ml larutan PBS. Sebagai media kultur Candida digunakan SabDex Agar.
3.7.2 Formulir pencatatan
3.8. Cara Pengumpulan Data
a. Pengumpulan data mengenai demografi meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan dilakukan dengan wawancara langsung dan melalui data sekunder.
b. Pengumpulan data mengenai kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan, oral hygiene dan kebiasaan minum teh dan kopi dilakukan dengan menggunakan
kuesioner dan melalui data sekunder.
c. Pengumpulan data klinik dilakukan dengan pemeriksaan rongga mulut terhadap subjek dengan cara pasien duduk rileks, posisi operator berhadapan dengan pasien. Pasien diinstruksikan untuk membuka mulut dan menjulurkan lidah semaksimal mungkin. Area tongue coating harus terlihat jelas, dapat dibantu dengan senter jika perlu. Swab diambil dengan kapas lidi steril yang digosokkan selama 10 detik pada permukaan dorsum lidah dibantu dengan spatel kayu. Hasil swab lalu dipindahkan dalam tabung steril berisi larutan Phosphate buffer saline (PBS) sebanyak 1 ml. Setelah selesai, sekeliling mulut tabung dipanaskan dengan api lampu spiritus, lalu ditutup. Tabung diberi label dengan nama (inisial), nama pasien dan tanggal. Simpan tabung dalam media untuk mengurangi kontaminasi.
dengan suhu 37° C selama 48 jam. Media yang telah diinkubasi lalu diperiksa dan diobservasi. Hasil kultur jamur dikatakan positif jika pada permukaan agar terdapat koloni-koloni kecil berwarna putih berbau khas ragi dengan tidak ada perubahan warna pada medium.
3.9 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan komputerisasi menggunakan SPSS 13.
3.10 Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan metode T-test dan Chi Square dengan mengumpulkan data univariant dan data bivariant. Adanya hubungan yang bermakna pada perhitungan statistik dinyatakan dengan derajat kemaknaan p<0,05. sehingga :
Bila nilai P < 0,05 maka dikatakan h0 ditolak dengan arti terdapat hubungan yang bermakna atau signifikan. Bila nilai P > 0,05 maka dikatakan h0
3.10.1 Data Univariant.
diterima dengan arti tidak terdapat hubungan yang bermakna atau significant terhadap kedua variable.
Data univariant disajikan dalam bentuk tabel, meliput i:
3.10.2 Data Bivariant
Data bivariant disajikan dalam bentuk tabel, meliputi:
- Hubungan jumlah Candida dengan coated tongue pada lansia;
- Hubungan derajat coated tongue dengan jumlah koloni Candida pada lansia; - Hubungan coated tongue dengan faktor kebiasaan menyikat lidah, merokok
serta minum teh dan kopi pada lansia;
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Subjek penelitian yang diperiksa berjumlah 50 orang, terdiri dari 25 orang dengan coated tongue dan 25 orang sebagai kontrol. Coated tongue paling banyak ditemui pada lansia berjenis kelamin perempuan pada kelompok umur 60-74 tahun sebesar 44% (Tabel 1).
Tabel 1. DISTRIBUSI LANSIA BERDASARKAN KEADAAN LIDAH, KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN
Keadaan
Sebanyak 92% lansia ditemukan memiliki koloni Candida pada lidahnya. Median jumlah koloni Candida yang dihitung pada penderita coated tongue sebesar 496 CFU/mL (interval, 220 hingga 898 CFU/mL), sedangkan pada lansia dengan keadaan lidah yang normal median jumlah koloni yang dihitung adalah sebesar 36 CFU/mL (interval, 0 hingga 120 CFU/mL). Rata-rata jumlah koloni Candida sp. pada lansia dengan coated tongue lebih tinggi dibandingkan dengan lansia yang normal (p<0,0001) (Tabel 2 ). Derajat tongue coating menunjukkan hubungan yang nyata terhadap jumlah koloni Candida sp. (p<0,0001) (Tabel 3).
Tabel 2. HUBUNGAN COATED TONGUE DENGAN JUMLAH KOLONI CANDIDA SP. PADA LANSIA
Jumlah koloni
Coated tongue memiliki hubungan yang nyata pada lansia yang tidak
menyikat lidah (p<0,0001), pada perokok (p=0,001) dan pada peminum teh dan kopi (p=0,008) (Tabel 4).
Tabel 5. HUBUNGAN COATED TONGUE DENGAN PENGGUNAAN
BAB 5
PEMBAHASAN
Populasi lansia merupakan populasi yang bertambah relatif paling cepat terhadap populasi total yang memiliki dampak besar dalam kesehatan sistemik dan rongga mulut. Populasi jumlah penduduk lansia meningkat drastis karena peningkatan rata-rata harapan hidup dan kualitas hidup serta kemajuan di bidang medis. Pergeseran struktur penduduk ini menandakan adanya kebutuhan pelayanan kesehatan yang tersedia.
Para lansia yang menjadi subjek penelitian dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan keadaan lidah yaitu lansia dengan coated tongue dan lansia dengan lidah normal (kontrol) masing-masing sebanyak 25 orang, sehingga total jumlah subjek penelitian adalah 50 orang.
Lansia yang menjadi subjek penelitian berusia 59 tahun hingga 85 tahun, dimana yang terbanyak adalah kelompok usia 60-74 tahun yang termasuk dalam kelompok elderly pada pembagian kelompok lansia menurut WHO yaitu sebesar 64%. Hal ini disebabkan pada kelompok usia ini lansia pada umumnya menghuni panti jompo.
Kelainan lidah berupa coated tongue paling sering ditemui pada perempuan dengan jumlah 18 orang (68%). Hasil penelitian ini lebih tinggi dari penelitian yang dilakukan oleh Motallebnejad M, dkk (2008) yaitu sebanyak 49,8% dan oleh Nevalainen MJ, dkk (1997) sebanyak 64%.
4,5
7,21
yang lebih rendah pada lansia terutama yang berjenis kelamin perempuan dan kurangnya fasilitas kesehatan rongga mulut pada panti jompo tersebut. Sedangkan kelompok umur yang paling banyak menderita coated tongue adalah kelompok umur 60-74 tahun yaitu sebanyak 16 orang (32%) dari total keseluruhan subjek yang diperiksa. Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan penelitian yang dilakukan oleh Motallebnejad M, dkk (2008) yaitu sebanyak 18,5% dan oleh Nevalainen MJ, dkk (1997) yaitu sebanyak 10,63%.7,20
Sebanyak 80 % lansia dengan coated tongue tidak menyadari bahwa terdapat selaput pada permukaan lidahnya dan 92% lansia dengan dan tanpa coated tongue tidak mengetahui bahwa selaput di lidah tersebut menandakan suatu penyakit. Hal ini dikarenakan rendahnya pendidikan yang didapatkan para lansia sehingga pengetahuan mengenai kesehatan rongga mulut juga sangat kurang.
Hal ini dikarenakan lebih rendahnya pendidikan lansia, kurangnya fasilitas kesehatan dipanti jompo tersebut, dan lebih banyak terpapar faktor resiko yang dapat menimbulkan coated tongue.
Dalam penelitian ini ditemukan adanya hubungan antara coated tongue dengan jumlah koloni Candida sp yang berlebihan. Hal ini juga ditemukan pada penelitian Mikkonen AK, dkk dimana terdapat hubungan antara coated tongue dengan jumlah koloni Candida sp yang berlebihan.
Derajat coated tongue memainkan peran yang penting dalam menentukan jumlah Candida. Semakin tinggi derajat tongue coating maka semakin banyak jumlah koloni Candida di rongga mulut. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Shimizu T, dkk (2007) dimana tidak ditemukannya hubungan antara derajat coated tongue dengan jumlah koloni Candida.
Frekuensi coated tongue yang paling banyak ditemukan adalah pada lansia yang tidak menyikat lidah. Namun, coated tongue pada perokok berat dan pada peminum berat teh dan atau kopi juga menunjukkan hubungan yang nyata. Hal yang sama juga ditemui pada penelitian di Iran (2008).
42
Para lansia penghuni panti jompo tidak lepas dari penyakit sistemik, untuk itu mereka menggunakan obat-obatan untuk menyembuhkan penyakit mereka ataupun hanya untuk mengurangi rasa sakit. Penelitian ini merupakan penelitian mengenai hubungan coated tongue dengan obat-obatan tertentu pada lansia yang pertama kali dilakukan. Dalam penelitian ini obat-obatan yang dicari hubungannya adalah obat yang digunakan para lansia dipanti jompo tersebut dan yang dapat menyebabkan coated tongue, yaitu antibiotik, antasida, analgetik dan antihipertensi. Frekuensi
coated tongue pada lansia menunjukkan angka yang nyata pada pengguna antibiotik,
antasida dan antihipertensi, yaitu 14 orang (70%) pada pengguna antibiotik, 12 orang (75%) pada pengguna antasida, dan 16 orang (76,2%) pada pengguna antihipertensi, sedangkan pada pengguna analgesik frekuensi coated tongue tidak begitu nyata. Pada penelitian yang dilakukan oleh Torres SR, dkk (2002) distribusi pemakaian obat-obatan yang berkaitan dengan pertumbuhan Candida yang berlebihan menunjukkan angka yang lebih rendah dimana pengguna antibiotik ditemukan sebesar 32,3%, antasida sebesar 9,2%, antihipertensi sebesar 44,6% dan analgesik sebesar 13,8%.
7
Dalam penelitian ini peneliti tidak menguhubungkan antara coated tongue dengan spesies Candida apa saja yang terlibat dan menghubungkan tingkat keparahan coated tongue dengan infeksi Candida dalam rongga mulut lansia . Dalam penelitian
ini peneliti hanya mencari hubungan antara coated tongue dengan jumlah koloni Candida sp. dan hubungan antara coated tongue dengan faktor-faktor resiko lainnya
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa coated tongue pada lansia berkaitan dengan pertumbuhan Candida sp. yang berlebihan. Coated tongue juga timbul akibat kebiasaan membersihkan lidah yang buruk, merokok, minum teh dan kopi serta penggunaan obat-obatan seperti antibiotik, antasida dan antihipertensi. Hal ini menunjukkan adanya masalah kesehatan dan pola hidup pada lansia yang membutuhkan perhatian serius.
Panti jompo ini memiliki poliklinik yang berfungsi sebagai pusat pemeriksaan dan pengobatan untuk membantu meningkatkan kesehatan para lansia, tetapi pemeriksaan dan pengobatan hanya terfokus pada penyakit sistemik saja. Sedangkan kelainan rongga mulut lansia tidak mendapatkan perhatian khusus, salah satunya coated tongue dimana bila dibiarkan akan memiliki dampak sistemik yang serius
pada lansia. Tidak adanya dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rongga mulut secara rutin serta tidak adanya edukasi yang diberikan oleh tenaga kesehatan poliklinik juga berkaitan dengan rendahnya tingkat kesehatan rongga mulut lansia dipanti jompo tersebut.
Penelitian ini hanya mencari hubungan antara coated tongue dengan Candida sp. dan faktor-faktor resiko lainya oleh karena itu diharapkan adanya penelitian
DAFTAR PUSTAKA
1. Greenberg MS, Glick M. Burket’s oral medicine diagnosis and treatment. 10th ed
2. Winasa IG. Prevalensi edentulous pada masyarakat usia lanjut di panti wreda. Majalah Kesehatan Gigi Indonesia 1995; 1(5): 17-8
. Ontario: BC Decker Inc, 2003: 94,126, 612
3. Jubhari EH. Tingkat kepuasan manula terhadap gigi tiruannya. Jurnal PDGI, Edisi Khusus Kongres XXIII. 2008: 49
4. Widyastuti R. Pengelolaan kesehatan periodontal pada lanjut usia. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM. 2003 ; 1 (2): 91-5 5. Hasibuan S. Keadaan-keadaan di rongga mulut yang perlu diketahui pada
usia lanjut. Majalah Kedokteran Gigi USU 1998; 4: 40-3
6. Lestari S, Boesro S. Pendekatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada lansia. Jurnal Ilmiah dan Teknologi FKG UPDM (B) 2003; 1(2): 48-9
7. Motallebnejad M, Babaee N, Sakhdari S. An epidemiologic study of tongue lesions in 1901 iranian dental outpatients. The Journal of Contemp Dent
Pract. 2008; 9 (7): 1-17
8. Cebeci ARI, Gulsahi A, Kamburoglu K, Prevalence and distribution of oral mucosal lesions in an adult turkish population. Med Oral Patol Oral Cir
Bucal. 2009; 14 (6): 272-7
10.Anonymus. Hairy / coated tongue patient information. American Academy of Oral and Maxillofacial Pathology. 2005: 1-2
11.Akpan A, Morgan R. Oral candidiasis. Post Grad Med Journal. 2002; 78: 455-9
12.Danser MM, Gomez SM, Weijden GA. Tongue coating and tongue brushing: a literature review. Int J Dent Hygiene. 2003: 151-8
13.Horne S, Peretty P. Oregano. Naturesfield. 2008; 24 (11): 1-7
14.Mayvira S. Prevalensi dan distribusi lesi-lesi mukosa mulut pada manusia lanjut usia dipanti jompo abdi darma asih binjai, sumatera utara (2008).
2009. Medan: Universitas Sumatera Utara
15.Ernawati DS. Kelainan jaringan lunak rongga mulut akibat proses menua. Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal) 1997; 30(3): 111-4
16.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pembinaan kesehatan lanjut usia bagi petugas kesehatan. Direktorat Bina Kesehatan Keluarga.
Jakarta. 1994: 5-55
17.Winasa IG. Perubahan Jaringan rongga mulut pada usia lanjut. Majalah Kesehatan Gigi Indonesia 1995; 1(4): 15-17
18.Susmiarsih T. Beberapa teori penuaan : suatu tinjauan. Jurnal Kedokteran YARSI 1997; 5(1): 67-71
20.Nevalainen MJ, Narhi TO, Ainamo A. Oral mucosal lesions and oral hygiene habit in the home-living elderly.Journal of Oral Rehab.1997; 24: 332-7
21.Torres SR, Peixoto CB, Caldas DM. Relationship between salivary flow rates and candida counts in subject with xerostomia. Oral Surg Oral Med Oral
Pathol Oral Radiol Endod . 2002; 93: 149-54
22.Setiani T, Sufiawati I. Efektifias heksitidinsebagai obat kumur terhadap frekuensi kehadiran jamur Candida albicans pada penderita kelainan lidah.
FKG UNPAD. 2005
23.Derceli JR, Pires JR, Tardivo TA. Comparative study of clinical and anti microbial efficacy of tongue cleaner. Braz J Oral Sci. 2007; 6(22): 1407-10
24.Azevedo RVP, Komesu MC, Candido RG. Candida sp. in the oral cavity with and without lesion: maximal inhibitory dilution of propolisand periogard.
Revista de Microbiologica. 1999; 30: 335-41
25.Reibel J. Tobacco and oral disease. Med Princ Pract. 2003; 12(1):22-32 26.Quiec C. Anatomy of an unhealthy mouth-part two. California CA Dentist.
2008. two.html>. (24 September 2009)
27.Kamsiah. Smoking is hazardous to your dental health too.2009.
28.Ryles J. Evidence based mouthcare policy. Clinical Review Group. 2007:1-21 29.Blackwell M. Fungi mold the world. Fungal
30.Khadke C. Mikrobiolgi kultur agar
<http:/www.kultur/Agar Plates in Microbiology.htm> (24 September) 31. Anonymus. AcmeGadgetLab
32. Anonymus.
september 2009)
33.Rossi HL . Facing doctor phobias: throat culture. 2009
<http://blog.beliefnet.com/freshliving/2009/04/facing-doctor-phobias.html> . (24 september 2009)
34.Anonymus. Tongue depressor, instrument tray
35.Yustian F. Inokulasi dan peremajaan biakan dalam media padat dan cair. 2006. September 2009)
36.Fankhauser DB. Hemolytic streptococcus detection by throat culture. University of Cincinnati Clermont College
37.Anonymus. Petunjuk praktikum mikrobiologi.
38.Sastroasmoro S, Ismael S. 1995, Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Binarupa Aksara: 197
39.Kumar V, Vellappally S, Fiala Z. Tobacco habits and oral health status in selected Indian population. Cent Eur J Public Health 2008; 16 (2): 77-84
40.Kuriyama S, Hozawa A, Ohmori K. Green tea consumption and cognitive function: a cross-sectional study from the Tsurugaya Project 1. Am J Clin
Nutr. 2006; 83 (2): 355-61
41.Mikkonen AK, Kotilainen R. The prevalence of oral carriers of candida in patients with tongue abnormalities. J of Dent. 2004; 11 (4): 313-7 (Abstrak)
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Selamat pagi Kakek / Nenek,
Perkenalkan nama saya Pocut Astari, saat ini saya sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan kepada Kakek/Nenek bahwa saya sedang melakukan penelitian dengan judul “ Hubungan Coated Tongue Dengan Candida sp. dan Faktor- Faktor Resiko Lainnya pada Lansia di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai Sumatera Utara Tahun 2009”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan coated tongue pada lidah dengan Candida sp. Manfaat dari penelitian ini adalah agar dokter gigi dapat memberikan perawatan yang sebaik-baiknya dalam menunjang kesehatan lansia pada rongga mulut maupun keseluruhan tubuhnya.
Kakek/Nenek, pada usia lanjut, akan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh, termasuk juga pada rongga mulut, seperti timbulnya kelainan-kelainan pada jaringan lunak mulut begitu pula dengan lidah. Hal ini terjadi karena proses menua pada tubuh itu sendiri.
Saya akan mencatat identitas Kakek/Nenek (nama, umur, jenis kelamin). Setelah itu, saya akan bertanya beberapa pertanyaan mengenai keluhan yang ada pada lidah yang Kakek/Nenek rasakan. Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan diantaranya dengan melihat mulut Kakek/Nenek selama beberapa menit. Setelah itu saya mohon kesediaan Kakek/ Nenek memperbolehkan saya mengambil sedikit jaringan lidah dengan kerokan dan pengambilan gambar.
Partisipasi Kakek/Nenek dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tidak akan terjadi efek samping sama sekali. Apabila selama penelitian berlangsung ada keluhan yang Kakek/ Nenek alami, silahkan menghubungi saya, Pocut Astari (HP: 085760633769)
Demikian penjelasan dari saya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu Kakek/ Nenek, saya ucapkan terima kasih.
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
Saya yang namanya tersebut di bawah ini : Nama :
Umur : Jenis Kelamin : Alamat :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan, Saya menandatangani dan menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.
Medan, / / 2009
Peneliti Peserta Penelitian
HUBUNGAN COATED TONGUE DENGAN CANDIDA SP. DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO LAINNYA PADA LANSIA DI
PANTI JOMPO ABDI DARMA ASIH BINJAI SUMATERA UTARA (2009)
Tanggal : ... Nomor : ... Derajat coated tongue : ... Data Pribadi:
Nama : Umur : Jenis Kelamin :
1. Berapa kali Kakek / Nenek menyikat gigi dalam satu hari? a. Tidak sikat gigi
b. 1 x sehari c. 2 x sehari
2. Apakah Kakek / Nenek menyadari bahwa ada selaput putih pada lidah
Kakek / Nenek?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah Kakek / Nenek tahu bahwa selaput itu menandakan suatu penyakit?
4. Apakah Kakek / Nenek memiliki kebiasaan merokok?
a. Ya b. Tidak
5. Berapa banyak Kakek / Nenek merokok dalam satu hari? a. 1 batang – ½ bungkus
b. lebih dari 1 bungkus
6. Apakah Kakek / Nenek memiliki kebiasaan minum teh?
a. Ya b. Tidak
7. Berapa kali Kakek / Nenek minum teh dalam sehari? a. 1 x sehari
b. ≥ 2 x sehari
8. Apakah Kakek / Nenek memiliki kebiasaan minum kopi?
a. Ya b. Tidak
9. Berapa kali Kakek / Nenek minum kopi dalam sehari? a. 1 x sehari
b. ≥2 x sehari
Jenis Obat-Obatan yang dipakai:
PERHITUNGAN STATISTIK
T-Test
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 jumlahcandidaa &
jumlahcandidab
grupcandida * derajat Crosstabulation
Crosstabs
grupsampel * menyikat lidah Crosstabulation
Count
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,50.
merokok * grupsampel Crosstabulation
Count
grupsampel
Total coated tongue kontrol
Chi-Square Tests
grupsampel * antibiotik Crosstabulation
Count
Continuity Correctionb 4.083 1 .043
Likelihood Ratio 5.451 1 .020
Fisher's Exact Test .042 .021
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00.
DRINKER * grupsampel Crosstabulation
Count
grupsampel
Total coated tongue kontrol
DRINKER non drinker 1 8 9
drinker 22 17 39
heavy drinker 2 0 2
Chi-Square Tests
Continuity Correctionb 4.504 1 .034
Likelihood Ratio 6.086 1 .014
Fisher's Exact Test .032 .016
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,00. b. Computed only for a 2x2 table
grupsampel * analgetik Crosstabulation
Count
Continuity Correctionb .092 1 .762
Likelihood Ratio .368 1 .544
Fisher's Exact Test .762 .381
N of Valid Cases 50
grupsampel * antasid Crosstabulation
Count
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 9.934a 1 .002
Continuity Correctionb 8.210 1 .004
Likelihood Ratio 10.338 1 .001
Fisher's Exact Test .004 .002
N of Valid Cases 50
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,50. b. Computed only for a 2x2 table
Count
antihypertensive
Total
ya tidak
grupsampel coated tongue 16 9 25
kontrol 5 20 25