Tingkat Pengetahuan Mahasiswa/i Keperawatan Semester IV/V
Universitas Sumatera Utara Terhadap Anestesiologi dan Terapi
Intensif
Oleh :
ADI RETNO
090100195
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Tingkat Pengetahuan Mahasiswa/i Keperawatan Semester IV/V
Universitas Sumatera Utara Terhadap Anestesiologi dan Terapi
Intensif
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan sebagai salah satu syarat
Untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh :
ADI RETNO
090100195
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan Mahasiswa/i Keperawatan Semester IV/V Universitas Sumatera Utara Terhadap Anestesiologi dan Terapi Intensif
Nama : Adi Retno
NIM : 090100195
Pembimbing
NIP . 19811107 20008 1 009
(dr. Andriamuri Primaputra Lubis, Sp.An)
Penguji I
(
NIP. 19650725 200501 1 001 DR.dr. Imam Budi Putra, Sp.KK)
Penguji II
(
NIP . 19760410 200312 2 002 Nenni Dwi.A. Lubis, SP, MSi)
Medan, 17 Desember 2012
Dekan
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
NIP. 19540220 198011 1 001
Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD KGEH
Anestesiologi ialah ilmu kedokteran yang pada awalnya berprofesi menghilangkan rasa nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama, dan sesudah pembedahan. Anestesi merupakan cabang ilmu kedokteran, tidak hanya di Fakuktas Kedokteran, tetapi juga dipelajari di Fakultas Keperawatan tingkat D-III
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perawat yang memiliki pengetahuan yang baik terhadap ilmu anestesiologi dan terapi intensif.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 di Fakultas Keperawatan USU Medan. Dengan menggunakan metode counsecutive sampling, diperoleh sampel sebanyak 50 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner, kemudian dilakukan pengolahan data dan tabulasi hasil. Tiap nilai jawaban dianalisis dan diinterpretasikan dengan skala pengukuran, yaitu kategori baik (lebih dari 75% dari nilai tertinggi), cukup (40 sampai 75% dari nilai tertinggi), dan kurang (kurang dari 40% dari nilai tertinggi).
Setelah melakukan penelitian terhadap 50 responden, diperoleh tingkat pengetahuan mahasiswa/i tentang Anestesiologi dan terapi Intensif, yaitu sebanyak 70% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 28% responden memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 2% responden memiliki tingkat pengetahuan kurang.
Secara keseluruhan tingkat pengetahuan mahasiswa/i tentang Anestesiologi dan Terapi Intensif sudah baik, namun, perlu ditingkatkan dengan cara memanfaatkan lebih baik lagi berbagai fasilitas yang tersedia, seperti perpustakaan dan akses internet untuk memperoleh informasi lebih tentang Anestesiologi dan Terapi Intensif.
ABSTRACT
Anesthesiology is the medical science profession initially relieve pain and maintenance of patients before, during, and after surgery. Anesthesia is a branch of medical science, not only in Faculty Medicine, but also studied at the School of Nursing D-III level.
This study aims to get a nurse who has a good knowledge of the science of anesthesiology and intensive therapy.
This study uses a descriptive research with a cross-sectional study. The research was conducted in October 2012 at the Faculty of Nursing USU Medan. By using the method of sampling counsecutive, obtained a sample of 50 people who meet the inclusion and exclusion criteria. Data were collected by distributing questionnaires, and conducted data processing and tabulation of results. Each value of the answers were analyzed and interpreted with the scale of measurement, ie either category (more than 75% of the highest value), enough (40 to 75% of the highest value), and less (less than 40% of the highest value).
After conducting a study of 50 respondents, obtained the degree of students' knowledgei of Sciences of Anesthesiology and Intensive therapy, as many as 70% of respondents had a good knowledge level, 28% of respondents had sufficient knowledge level and 2% of the respondents have less knowledge.
Overall the level of student knowledge of Anesthesiology and Intensive Therapy is good, however, need to be improved by better utilizing the available facilities, such as libraries and Internet access to obtain more information about the Anesthesiology and Intensive Therapy .
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang dengan limpahan rahmat, karunia, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Serta tidak lupa shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan Nabi besar kita Rasulullah Muhammad SAW, dan kepada keluarga beserta sahabatnya sekalian, yang telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang di jalan-Nya.
Rasa cinta, kasih, dan sayang penulis sampaikan kepada kedua orang tua, Ayahanda dan Ibunda tercinta, H. Yoto dan Hj. Sitin, yang telah mencurahkan kasih sayang, membesarkan, mendidik, dan memberikan dukungan moril maupun materil, serta doa kepada penulis sebagai dorongan motivasi terbesar untuk menyelesaikan pendidikan selama ini. Dalam doa mereka terkandung harapan kesuksesan bagi penulis.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, saya telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak.. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. DR. dr. Imam Budi Putra, SpKK, selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.
5. Nenni Dwi A. Lubis, SP, MSI, selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik dan saran demi perbaikan karya tulis ilmiah ini.
6. dr. Dedi Ardinata, M.kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan izin penulis untuk meneliti di tempat tersebut.
7. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama perkuliahan.
8. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberi bantuan selama perkuliahan.
9. Abang dan kakak kandung tersayang , Sunarti, Supriadi, SP.; Triyono, dr Tugi Santoso, Darwati.
10 . Adinda terkasih, Lailatus Syifa Ritonga, terima kasih atas dukungan, perhatian, dan kebersamaannya yang berharga sampai saat ini.
11. Seluruh rekan mahasiswa angkatan tahun 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, khususnya sahabat - sahabat terbaik d’tith , M. Arif Siregar, Raja Hasayangan Siregar, Farhan Alduna, Rizky Ananda Hasibuan, Candra Rukmana Dalimunte, Heru Pranata, Rizky Ananda Lubis, Dyan Friska Lubis.
12. Teman - teman sedosen pembimbing, Jonathan Toman Lumban Tobing, Tiop Maruntung Pasaribu.
13. Semua pihak yang tidak tersebutkan satu per satu, yang telah membantu, mendukung, dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Untuk seluruh dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis mengucapkan terima kasih. Hanya Allah SWT yang mampu memberikan balasan berlipat ganda kepada orang - orang tersebut.
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan karya tulis ilmiah ini, serta izinkanlah penulis memohon maaf atas segala kesalahan, kekhilafan, dan kekurangan yang telah penulis lakukan selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini. Besar harapan penulis, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu kedokteran, dan dapat bermanfaat bagi rekan - rekan pembaca sekalian. Amin Ya Rabbal’alamin.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.
Medan, 27 November 2012 Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan .………... i
ABSTRAK………... ii
ABSTRACT... iii
Kata Pengantar... iv
Daftar Isi... vii
Daftar tabel... x
Daftar Singkatan... xi
Daftar gambar... xii
Daftar lampiran... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 3
1.2.Rumusan Masalah ... 3
1.3.Tujuan Penelitian ... 3
1.4.Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 4
2.1. Pengetahuan ... 5
2.2. Anestesiologi ... 5
2.2.1 Teori Anestesi Umum ... 6
2.3. Penilaian dan persiapan Pra-Anestesia ... 6
2.4. Anestesi Intravena ... 7
2.5. Anestesi Inhalasi ... 7
2.5.1 Cara Pemberian Anestesi Inhalasi ... 8
2.6. Anestesi Lokal ... 8
2.7 Terapi Cairan Pada Pembedahan ... 9
2.8 Intensive Care Unit ... 10
2.8.1 Indikasi Masuk dan Keluar ICU ... 10
2.8.3 Indikasi Keluar ICU ... 10
2.9 Keperawatan Gawat Darurat ... 11
2.9.1 Asuhan Keperawatan Dengan Syok Hipovolemik ... 12
2.9.2 Gagal Nafas Akut ... 12
2.9.3 Akut Abdomen ... 13
2.9.3.1 Survei Primer dan Resusitasi Akut Abdomen 13
2.9.3.2 Survei Sekunder Akut Abdomen ... 14
2.9.4 Gastro Entritis Dehidrasi ... 14
2.9.4.1 Survei Primer dan Resusitasi ... 14
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL…….. 15
3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 15
3.2. Defenisi Operasional... 15
3.2.1 Tingkat Pengetahuan... 15
3.2.2 Mahasiswa Keperawatan... 15
3.2.3 Ilmu anestesi dan terapi Intensif... 15
3.2.4 Aspek Pengukuran... 16
3.2.5 Hasil Pengukuran... 16
3.2.5.1 Kategori Hasil Penilaian Pengukuran... 16
3.2.6 Skala Pengukuran... 16
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian ... 17
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 17
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 17
4.4. Tehnik Pengumpulan Data ... 19
4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 20
4.6. Pengolahan dan Analisis Data ... 21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 22
5.1.2. Deskripsi karakteristik Responden ... 22 5.2. Pembahasan ... 27
BAB 6 KESIMPULAN DANA SARAN
6.1. Kesimpulan ... 30 6.2. Saran ... 30
DAFTAR PUSTAKA ...
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 4.1. Tabel Uji Valkiditas dan Reliabilitas……….. 21
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur… 24
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin……… 25
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan……….. 25
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Skor Tingkat Pengetahuan Responden Terhadap ilmu Anestesiologi dan Terapi
Intensif……….. 26
Tabel 5.5. Tabulasi Silang Umur Responden dengan Tingkat Pengetahuan Responden ………...
30
Tabel 5.6 Tabulasi Silang Jenis Kelamin Responden dengan Tingkat Pengetahuan Responden ………
DAFTAR SINGKATAN
CPU = Central Processing Unit CO = Cardiac Output
CO2 = Carbon Dioxide EKG = Elektrokadiogram
ETT = Endotracheal Tube
GABA = Gamma-amino butyric acid GED = Gastroentritis dehidrasi
ICU = Intensive Care Unit LCD = Lyquid Crystal Display NaOH = Sodium Hydroxide NMDA = N-methyl-D-aspartate
N2O = Nitrous Oxyde
SPP = Sistem Saraf Pusat
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Anestesiologi ialah ilmu kedokteran yang pada awalnya berprofesi menghilangkan rasa nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama, dan sesudah pembedahan. Anestesi merupakan cabang ilmu kedokteran, tidak hanya di Fakuktas Kedokteran, tetapi juga dipelajari di Fakultas Keperawatan tingkat D-III
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perawat yang memiliki pengetahuan yang baik terhadap ilmu anestesiologi dan terapi intensif.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 di Fakultas Keperawatan USU Medan. Dengan menggunakan metode counsecutive sampling, diperoleh sampel sebanyak 50 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data dikumpulkan dengan menyebarkan kuesioner, kemudian dilakukan pengolahan data dan tabulasi hasil. Tiap nilai jawaban dianalisis dan diinterpretasikan dengan skala pengukuran, yaitu kategori baik (lebih dari 75% dari nilai tertinggi), cukup (40 sampai 75% dari nilai tertinggi), dan kurang (kurang dari 40% dari nilai tertinggi).
Setelah melakukan penelitian terhadap 50 responden, diperoleh tingkat pengetahuan mahasiswa/i tentang Anestesiologi dan terapi Intensif, yaitu sebanyak 70% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 28% responden memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 2% responden memiliki tingkat pengetahuan kurang.
Secara keseluruhan tingkat pengetahuan mahasiswa/i tentang Anestesiologi dan Terapi Intensif sudah baik, namun, perlu ditingkatkan dengan cara memanfaatkan lebih baik lagi berbagai fasilitas yang tersedia, seperti perpustakaan dan akses internet untuk memperoleh informasi lebih tentang Anestesiologi dan Terapi Intensif.
ABSTRACT
Anesthesiology is the medical science profession initially relieve pain and maintenance of patients before, during, and after surgery. Anesthesia is a branch of medical science, not only in Faculty Medicine, but also studied at the School of Nursing D-III level.
This study aims to get a nurse who has a good knowledge of the science of anesthesiology and intensive therapy.
This study uses a descriptive research with a cross-sectional study. The research was conducted in October 2012 at the Faculty of Nursing USU Medan. By using the method of sampling counsecutive, obtained a sample of 50 people who meet the inclusion and exclusion criteria. Data were collected by distributing questionnaires, and conducted data processing and tabulation of results. Each value of the answers were analyzed and interpreted with the scale of measurement, ie either category (more than 75% of the highest value), enough (40 to 75% of the highest value), and less (less than 40% of the highest value).
After conducting a study of 50 respondents, obtained the degree of students' knowledgei of Sciences of Anesthesiology and Intensive therapy, as many as 70% of respondents had a good knowledge level, 28% of respondents had sufficient knowledge level and 2% of the respondents have less knowledge.
Overall the level of student knowledge of Anesthesiology and Intensive Therapy is good, however, need to be improved by better utilizing the available facilities, such as libraries and Internet access to obtain more information about the Anesthesiology and Intensive Therapy .
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengertian anestesi di masyarakat sangat sederhana sekali. Namun menurut Oloan (2009) ilmu anestesi itu mencakup tiga bidang yang cukup penting di bidang kesehatan yaitu, menghilangkan semua rasa nyeri apapun penyebabnya, terutama karena trauma atau pembedahan, mengembalikan fungsi vital tubuh yaitu sirkulasi dan pernapasan yang sempat tidak berfungsi sama sekali yang disebut resusitasi jantung paru dan otak, mengelola unit perawatan intensif bagi penderita-penderita yang mengalami gangguan fungsi-fungsi organ vital akibat penyakit atau pembedahan yang memerlukan pemantauan khusus dan dukungan pernapasan.
Kata anestesia diperkenalkan oleh Oliver Wendell Holmes yang menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri pembedahan. Anestesiologi ialah ilmu kedokteran yang pada awalnya berprofesi menghilangkan rasa nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama, dan sesudah pembedahan (Latief dkk, 2001).
Dahulu pendidikan bedah dan anestesi masih merupakan pendidikan gabungan ilmu bedah. Bahkan dulu dokter bedah harus menguasai anestesi. Tidak mengherankan pada sekitar tahun 1954 perhimpunan profesi yang mewadahinya masih bernama Ikatan Ahli Bedah dan Anestesi Indonesia. Tahun 1967, pendidikan bedah dan anestesi sudah resmi berpisah. Tahun itu pula diselenggarakan kongres pertama Ikatan Ahli Bedah Indonesia (IKABI) di Semarang. Sementara dokter ahli anestesi memiliki perhimpunan sendiri bernama Ikatan Ahli Anestesi Indonesia (Wibowo, 2008).
Reanimasi masih memiliki 12 cabang di seluruh Indonesia. Dokter anestesi Indonesia hanya bekerja sekitar kamar bedah, ICU, Unit Gawat Darurat, tidak dapat melangkah lebih jauh karena jumlah sangat terbatas. Kebanyakan masyarakat hanya mengenal anetesi sebagai tindakan pembiusan, padahal ilmu anestesi juga mencakup kegawatan medik dan masyarakat awam belum tersentuh bagaimana cara menangani kegawatan medik, padahal merekalah yang berhubungan langsung dengan sekelilingnya (Soenarjo, 2004).
Anestesi merupakan cabang ilmu kedokteran, ilmu anestesi dipelajari di Fakultas Kedokteran yang didapat pada semester VI, pada blok Emergency Medicine dengan keselurahan berjumlah 6 (enam) SKS yang meliputi, aplikasi system ABCD pada primary survey pasien trauma, keterampilan kilinik airway management, resusitasi jantung paru dan otak, resusitasi cairan pada pasien dewasa dan penanganan awal pada pasien hemorrhagic shock (Gofar, 2012). Tidak hanya di Fakuktas Kedokteran, anestesi juga dipelajari di Fakultas Keperawatan tingkat D-III dalam Keperawatan Gawat Darurat (KGD) yang terdapat pada semester IV dan V dengan bobot SKS 5 (lima) yang meliputi, keperawatan gawat darurat gangguan pernapasan, gawat darurat sistem kardiovaskuler , kegawatdarurat gangguan sistem pencernaan dan lain-lain (Hutagalung, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
Be rdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dalam hal ini merusmuskan masalah yang dibahas adalah, Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan terhadap anestesiologi dan terapi intensif.
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan perawat yang memiliki pengetahuan yang baik terhadap anestesiologi dan terapi intensif.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan tentang anestesiologi.
2. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan tentang ilmu terapi intensif.
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan dilakukan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat, yakni :
1.4.1 Untuk Peneliti
Dapat mengembangkan kemampuan dibidang penelitian serta mengasah kemampuan analisis peneliti.
1.4.2Untuk Pendidikan
Sebagai data untuk pengembangan ilmu anestesi dan terapi intensif di Fakultas Keperawatan.
1.4.3 Untuk Pihak Lain
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1979) pengetahuan adalah hal-hal yang mengenai sesuatu segala apa yang diketahui, kepandaian.
2.1.2. Tingkat pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu adalah tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang telah diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application)
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen. Tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk meletakkan penilaian terhadap satu materi atau objek. Menurut Notoatmodjo (2007), belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan menghubungkan tanggapan-tanggapan dengan mengulang-ulang. Tanggapan-tanggapan tersebut diperoleh melalui pemberian stimulus atau rangsangan-rangsangan. Makin banyak dan sering diberikan stimulus maka memperkaya tanggapan pada subjek belajar.
2.2. Anestesiologi
2.2.1. Definisi Anestesiologi
Anestesiologi ialah ilmu kedokteran yang pada awalnya berprofesi menghilangkan nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama dan sesudah pembedahan. Definisi Anestesiologi berkembang terus sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran. Definisi yang ditegakkan oleh The American Board of Anestesiology (1989) dalam Latief dkk (2001) ialah mencakup semua kegiatan atau praktek yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Menilai, merancang, menyiapkan pasien untuk anestesia.
2. Membantu pasien menghilangkan nyeri pada saat penbedahan, persalinan atau pada saat dilakukan tindakan diagnostik-terapeutik.
3. Memantau dan memperbaiki hemeostatis pasien perioperatif dan pada pasien dalam keadaan kritis.
5. Mengelola dan mengajarkan Resusitasi Jantung Paru (RJP).
6. Membuat evaluasi fungsi pernapasan dan mengobati gangguan pernapasan. 7. Mengajarkan, memberi supervisi dan mengadakan evaluasi tentang
penampilan personel paramedik dalam bidang anestesia, perawatan pernapasan dan perawatan pasien dalam keadaan kritis.
8. Mengadakan penelitian tentang ilmu dasar dan ilmu klinik untuk menjelaskan dan memperbaiki perwatan pasien terutama tentang fungsi fisiologis dan respons terhadap obat.
9. Melibatkan diri dalam administrasi rumah sakit, pendidikan kedokteran dan fasilitas rawsat jalan yang diperlukan untuk implementasi pertanggung jawaban.
2.2.2 Teori anestesia umum
Dari berbagai teori yang pernah dikemukakan tentang mekanisme terjadinya anestesia, tampaknya teori neurofisiologi merupakan teori yang dapat menjelaskan terjadinya anestesia. Kini diyakini bahwa anestesia terjadi karena adanya perubahan neurotransmisi di berbagai bagian SSP. Kerja neurotrasmiter di pascasinaps akan diikuti dengan pembentukan second messenger dalam hal ini cAMP yang selanjutnya mengubah transmisi di neuron. Di samping asetikolin sebagai neurotransmiter klasik, dikenal juga katekolamin, serotonin, GABA, adenosin, serta berbagai asam amino dan peptida endogen yang bertindak sebagai neurotransmiter di SSP, misalnya asam glutamat dengan mekanisme hambatan pada reseptor NMDA (Zulnida, Elysabeth, 2007). Akhir-akhir ini terbukti bahwa sarsaran kerja anestetik inhalasi maupun anestetik intravena adala GABAA
receptor-chloride channel, suatu komponen membran neuron yang berperanan dalam transmisi sinaps penghambat (Zulnida, Elysabeth, 2007).
2.3. Penilaian dan Persiapan Pra Anestesia
menyiapkan pasien, sehingga pada waktu pasien dibedah dalam keadaan bugar. Tujuan utama kunjungan pra anestesia ialah untuk mengurangi angka kesakitan operasi, mengurangi biaya operasi dan meningkatkan kualitas pekayanan kesehatan. Menurut Latief dkk (2001) penilaian dan persiapan pra anestesia mencakup, anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, kebugaran untuk anestesia, masukan oral, premedikasi.
2.4. Anestesi Intravena
Yang dimaksud dengan anestesi intravena ialah anestesi yang diberikan dengan cara suntikan zat (obat) anestesi melalui vena (Oloan, 2009). Tehnik / obat anestesi yang diberikan secara intravena ini dapat dibagi atas tiga golongan, yaitu: 1. Ultra short acting barbiturates
Barbiturat ini diberikan terutama sebagai obat/anestesi sebagai induksi, yaitu permulaan dari pembiusan dimana dimulai dengan stadium I yang dicapai cepat dan menyenangkan pasien.
2. Neurolep analgesia
Suatu tehnik analgesia dengan memberikan obat neuroleptic (penenang) bersama-sama dengan necrotic analgetik. Dalam hal ini kesadaran tetap tetapi ketenangan sangat mendalam.
3. Dissociative anestesia
Adalah suatu keadaan “dissociative” pada anestesia memakai ketamin (ketalar) tanpa memberikan obat tambahan. Adapun Berbagai anestetik intravena adalah tiopental, droperidol, propofol, ketamin, etomidat, midazotam dan fentabil.
2.5 Anestesi Inhalasi
Obat anestesi inhalasi yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk membantu pembedahan adalah N2O. Kemudian menyusul, eter, kloroform,
umum digunakan untuk praktik klinik adalah N2O, haloten, enfluran, isofluran,
desfluran dan sevofluran (Latief dkk, 2001).
2.5.1. Cara Pemberian anestetik inhalasi
Ada beberapa cara pemberian anestetik ihalasi menurut Oloan (2009).
1. Tehnik Open-drop (tetesan pada kain kasa yang terbuka). Disini zat anestesi yang berupa cairan diuapkan pada lembaran kain kasa yang ditutup oleh kawat halus berupa masker (open mask).
2. Tehnik Insufflasi, pada tehnik ini gas anestesi dan uap zat anestesia dicampur dengan oksigen dan dimasukkan dalam mulut pasien dengan sauatu tube anestesi yang terbuat dari karet melalui (1) oropharynglal air-way (2) kateter yang dimasuukan dalam nasopharynx (3) kateter yang difiksasi pada sudut mulut.
3. Semi Closed System, udara yang dihisap diberikan bersama oksigen murni yang dapat ditentukan kadaranya, kemudian dilewatkan pada vaporizer sehingga kadar zat anestetik dapat ditentukan. Sesudah dihisap penderita, udara napas yang dikeluarkan akan dibuang ke udara luar.
4. Closed method, cara ini hampir sama seperti semiclosed, hanya udara ekspirasi dialirkan melalui NaOH yang dapat mengikat CO2, sehingga
udara yang mengandung anestetik dapat digunakan lagi.
2.6 Anestesi Lokal
Obat yang mampu menghambat hantaran saraf secara reversible pada bagian tubuh tertentu. Adapun anestesi lokal yang ideal tidak merusak jaringan secara permanen, batas keamanan lebar, onset cepat, durasi lama, larut air, stabil dalam bentuk larutan, tidak rusak karena proses penyaringan (Bakhriansyah, 2005).
Anestetik lokal dibagi menjadi dua golongan(Latief dkk, 2001) : 1. Golongan ester
2. Golongan amida
Lidokain (xylocaine, lihnocaine), mepivakain (carbocaine), prilokain (citanest), bupivacain (marcaine), etidokain (duranest), dibukain (nupercaine), ropivakain (naropin)
2.7. Terapi Cairan pada Pembedahan
Terapi cairan dibutuhkan, kalau tubuh tidak dapat memasukkan air, elektrolit dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien harus puasa lama, karena pembedahan saluran cerna, perdarahan banyak, syok hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah tak berkesudahan dan lain-lainnya. Kandungan air pada saat bayi lahir sekitar 75% berat badan, usia 1 bulan 65%, dewasa pria 60% dan wanita 50%, sisanya ialah zat padat seperti protein, lemak, karbohidrat dan lain-lainya. Air dalam tubuh berada di beberapa ruangan intraselular 40% dan ekstraselular 20%. Esktraselular dibagi lagi menjadi antarsel 15% dan plasma 5%. Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat digunakan vena-vena di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah kubiti. Gambar di bawah ini melukiskan tujuan terapi cairan (Latief dkk, 2001).
Terapi Cairan
Resusitasi Rumatan
Penggantian defisit
Kristaloid Koloid Kebutuhan normal
Harian kristaloid
Mengganti kehilangan akut
(dehidrasi, syok hipovolemik)
Memasok
Kebutuhan harian
2.8. INTENSIVE CARE UNIT (UNIT PERAWATAN/TERAPI INTENSIF)
ICU adalah suatu tempat atau unit tersendiri di dalam rumah sakit, memiliki staf khusus, peralatan khusus ditujukan untuk menanggulangi pasien gawat karena penyakit, trauma atau komplikasi-komplikasi. Staf khusus adalah dokter, perawat terlatih atau berpengalaman dalam Intensive Care (perawatan/terapi intensif) yang mampu memberikan pelayanan 24 jam, dokter ahli atau berpengalaman (intensivis) sebagai kepala ICU; tenaga ahli laboratorium diagnostik, teknisi alat-alat pemantauan, alat-alat untuk menopang fungsi vital dan alat-alat untuk prosedur diagnostik (Murdyanto, 2008).
2.8.1 Indikasi Masuk dan Keluar ICU
Pasien yang masuk ICU adalah pasien yang dalam keadaan terancam jiwanya sewaktu-waktu karena kegagalan atau disfungsi satu atau multiple organ atau sistem dan masih ada kemungkinan dapat disembuhkan kembali melalui perawatan, pemantauan dan pengobatan intensif. Selain adanya indikasi medik tersebut, masih ada indikasi sosial yang memungkinkan seorang pasien dengan kekritisan dapat dirawat di ICU (Nugroho, 2009).
2.8.2 Tidak Perlu Masuk ICU
Pasien mati batang otak (dipastikan secara klinis dan laboratorium) kecuali keberadaannya diperlukan sebagai donor organ. Pasien menolak terapi bantuan hidup. Pasien secara medis tidak ada harapan dapat disembuhkan lagi (contoh: karsinoma stadium akhir, kerusakan susunan saraf pusat dengan keadaan vegetatif) (Nugroho, 2009).
2.8.3. Indikasi Keluar ICU
memerlukan tindakan atau terapi intensif lebih lama. Terapi intensif tidak memberi manfaat dan tidak perlu diteruskan lagi (Nugroho, 2009).
2.9. Keperawatan Gawat Darurat
Fokus mata kuliah keperawatan gawat darurat ditujukan pada pemberian pelayanan asuhan keperawatan pasien yang mempunyai masalah aktual dan potensial yang mengancam kehidupan tanpa atau terjadinya secara mendadak atau tidak dapat diprakirakan dan tanpa atau disertai lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dan dikembangkan untuk mencegah kematian atau cacat yang mungkin terjadi menggunakan pendekatan sistem, holistik dan penggunaan teknologi maju diberikan berdasarkan pada pendekatan proses keperawatan: pengkajian, perumusan diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan yang komprehensif dan berlandaskan pada aspek etik dan legal keperawatan (Krisanty, 2009).
2.9.1.Prioritas dan Prinsip Penatalaksanaan Kedaruratan
2.9.2 Asuhan Keperawatan Pasien dengan Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik adalah merupakan suatu keadaan dimana volume cairan tidak adekuat dalam pembuluh darah. Akibatnya perfusi jaringan menurun sehingga menimbulkan respon syok secara umum. Pengkajian tahap awal yakni kehilangan cairan sebanyak <15% = <750mL, mekanisme kompensasi dengan meningkatkan CO, Pasien belum menunjukkan gejala, tahap kompensatori yakni kehilangan volume cairan sebanyak > 15-30% = >750-1500mL. Heart rate meningkat akibat perangsangan saraf simpatis, tekanan nadi dan tekanan darah meningkat akibat vasokonstriksi pembuluh darah, urine output berkurang, kulit pucat dan dingin, turgor < 2 detik, penurunan tingkat kesadaran, disorientasi, bingung , gelisa dan cemas, tahap progresif yakni kehilangan volume cairan 30-40% atau >1500-2000 ml, oliguria < 100cc, kulit dingin dan berkeringat, turgor lambat, letargi, tahap refraktori yakni kehilangan volume cairan >40% (>2000ml), mekanisme kompensasi seluruhnya menurun, gagal organ terjadi, takikardi hebat dan hipotensi terjadi, turgor tidak ada, sianosis (Setiawan, 2007).
2.9.2. Gagal Nafas Akut
2.9.3. Kegawat Darurat Gangguan Sistem Pencernaan.
Akut Abdomen
Akut abdomen adalah suatu keadaan dalam rongga abdomen (intraabdomen) mengalami gangguan dan memerlukan tindakan segera. Organ yang terdapat pada intraabdomen yaitu hepar, lien, gaster, usus halus dan sebagian besar usus besar (kolon), sedangkan organ yang terdapat pada ekstra abdomen adalah kedua ginjal dan ureter, pankreas, duodenum, sebagian kecil kolon (terutama rektum) serta buli-buli (vesika urinaria) dan uterus (Krisanty, 2009).
2.9.3.1. Survei Primer dan Resusitasi Pada Klien Akut Abdomen
Airway diatasi terlebih dahulu, selalu ingat bahwa cedera bisa lebih dari satu area tubuh, dan apapun yang ditemukan, harus memprioritaskan airway dan breathing terlebih dahulu. Breathing, kaji ventilasi apakah adekuat dan berikan oksigen aspirasi lambung dengan selang nasogastrik. Circulation, Kebanyakan pada trauma abdomen tidak dapat dilakukan tindakan apa-apa pada pra RS, namun terhadap syok yang menyertainya perlu penanganan yang segera. Disability, akut abdomen yang mengalami gangguan kesadaran terjadi pada klien trauma abdomen yang disertai trauma kapitis (Zafar, 2007).
2.9.3.2. Survei Skunder Pada klien Akut Abdomen
Kaji adanya nyeri abdomen, perhatikan sifat, progresivitas dan lokasi nyeri, kaji adanya anoreksia, nausea dan vomitis, kaji adanya diare : diare biasa menyertai apendiksitis, kaji adanya konstipasi dan keluhan tidak dapat flatus biasanya pada obstruksi usus, kaji adanya demam (susanto,2009).
2.9.4. Askep Klien Gastro Entritis Dehidrasi (Ged)
2.9.4.1 Survai Primer dan Resusitasi
BAB III
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI
OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
3.2 Definisi Operasional
3.2.1. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
3.2.2. Mahasiswa Keperawatan
Mahasiwa/i Keperawatan D-III yang sedang menjalani masa pembelajaran di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3.2.3. Anestesiologi dan Terapi Intensif
Anestesiologi adalah Ilmu kedokteran yang pada awalnya berprofesi menghilangkan nyeri dan rumatan pasien sebelum,selama dan sesudah pembedahan.
Terapi intensif atau insentive care unit adalah tempat atau unit tersendiri di dalam rumah sakit yang menangani pasien-pasien gawat karena penyakit, trauma atau komplikasi penyakit lain.
Anestesiologi Dan Terapi Intensif Tingkat Pengetahuan
3.2.4. Aspek Pengukuran (Alat ukur)
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis kuesioner.
3.2.5. Hasil Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner pengukuran dan penggolongan tingkat pengetahuan diperoleh dari hasil pengukuran jumlah kuisioner yang diberikan bagi mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa dan dapat dikategorikan kepaada pengetahuan baik, pengetahuan cukup, pengetahuan kurang,
3.2.5.1. Kategori Penilaian Pengukuran
Sedangkan dalam penentuan kategori penelitian dinilai dengan menggunakan presentasi skoring (sebanyak tiga puluh pertanyaan) sebagai berikut:
1. Pengatahuan mahasiswa baik bila >75% pertanyaan dapat dijawab oleh responden dari nilai tertinggi (nilai >22)
2. Pengetahuan mahasiswa cukup bila 40-75% pertanyaan dapat dijawab oleh responden dari nilai tertinggi (nilai 12-21)
3. Pengetahuan mahasiswa kurang bila <40% pertanyaan dapat dijawab oleh responden dari nilai tertinggi (nilai <12)
3.2.6 . Skala Pengukuran
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif (penelitian yang diarahkan untuk menguraikan keadaan) yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa/i Keperawatan Universitas Sumatera Utara terhadap Anestesiologi dan terapi intensif. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain potong lintang (cross sectional) yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi hanya sekali saja (dalam waktu melakukan penelitian, waktu bersamaan mendapatkan hasil).
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Mahasiswa/i Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama dua bulan yaitu mulai dari bulan Oktober – November 2012.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi
4.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel disini adalah Mahasiswa/i fakultas keperawatan DIII yang sedang duduk di semester IV/V. Sampel dipilih berdasarkan counsecutive sampling. Metode counsecutive sampling berarti semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.
Adapun kriteria inklusi sample penelitian ini adalah:
1. Responden masih berstatus sebagai Mahasiswa /i di Fakultas Keperawatan Unisversitas Sumatera Utara.
2. Responden masih duduk di semester IV atau V. 3. Bersedia menjadi responden.
Adapun kriteria eksklusi sample penelitian ini adalah:
1. Responden tidak menandatangani lembar persetujuan responden penelitian.
Berdasarkan survei awal penelitian, diperoleh jumlah populasi adalah 99. Rumus yang digunakan dalam penghitungan sampel adalah: (Wahyuni , 2007)
n = N.Z21-α /2 P.(1-P) ( N-1) d2 + Z21-α/2 P.(1-P)
Keterangan: n : Besar sampel
zα : Tingkat kepercayaan yang dikehendaki (95 % = 1,96) P : Proporsi atau keadaan yang akan dicari
Q : 1 – P
d : Tingkat ketepatan yang diinginkan
n = 99 (1.96)2 x (0.5) x (1 - 0.5) = 49 (99-1)x(0.1)2 + (1.96)2 x (0.5) X (1 - 0.5)
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui pengisian kuesioner.
4.5. Uji Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti, bukan kuesioner yang sudah terstandar (standardized). Oleh karena itu, peneliti melakukan uji coba terhadap kuesioner agar apabila digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian, kuesioner penelitian sudah benar - benar menyatakan hasil pengukuran yang ingin diukur (valid) dan sudah dapat dipercaya atau dapat diandalkan (reliabel), sehingga pembaca laporan penelitian tidak akan mempermasalahkan kualitas kuesioner yang digunakan dan kecil kemungkinan terjadi kesalahan hasil pengukuran.
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan secara bertahap. Pertama, kuesioner akan divalidasi oleh dosen pembimbing, dokter yang lebih ahli untuk menilai, mempertimbangkan, dan memutuskan kepresentatifan dan keterkaitan yang tinggi satu demi satu butir pertanyaan yang ada dalam kuesioner apakah sudah sesuai dengan isi dan aspek yang akan diukur. Kuesioner yang sudah sesuai dengan isi dikatakan sudah memiliki validitas isi (content validity), dan kuesioner yang sudah sesuai dengan aspek yang akan diukur dikatakan sudah memiliki validitas konstruksi (construct validity). Kemudian, kuesioner akan diujicobakan kepada sejumlah subjek (20 orang) yang mempunyai karakteristik yang sama dengan calon responden penelitian, yaitu masih berstatus sebagai mahasiswa/i Fakultas Keperawatan USU di kota Medan serta masih duduk di semester IV/V, kemudian data hasil uji coba diolah menggunakan program komputer Stastistical Product and Service Solution (SPSS) dengan metode Total Pearson Correlation dan metode Cro bach’s Alpha untuk melihat kuesioner yang akan digunakan dalam penelitian ini valid dan reliabel atau tidak.
4.1. Tabel Uji Validitas dan Reliabilitas
Variabel Nomor Total Status Cronbach’s Status
Pertanyaan pearson Alpha
correlation
Pengetahuan 1 0,803 Valid 0,760 Reliabel
2 0,584 Valid Reliabel
3 0,855 Valid Reliabel
4 0,762 Valid Reliabel
5 0,654 Valid Reliabel
6 0,507 Valid Reliabel
7 0,843 Valid Reliabel
8 0,584 Valid Reliabel
9 0,543 Valid Reliabel
10 0,855 Valid Reliabel
11 0,711 Valid Reliabel
12 0,632 Valid Reliabel
13 0,584 Valid Reliabel
14 0,721 Valid Reliabel
15 0,839 Valid Reliabel
16 0,803 Valid Reliabel
17 0,577 Valid Reliabel
18 0,832 Valid Reliabel
19 0,847 Valid Reliabel
20
0,893 Valid Reliabel
21 0,762 Valid Reliabel
22 0,802 Valid Reliabel
23 0,865 Valid Reliabel
24 0,882 Valid Reliabel
25 0,574 Valid Reliabel
26 0,655 Valid Reliabel
27 0,782 Valid Reliabel
28
0,711 Valid Reliabel
29 0,893 Valid Reliabel
30 0,893 Valid Reliabel
1. Nilai r tabel pada jumlah data (n=20) dengan taraf signifikansi 0,05 adalah 0,444.
2. Untuk validitas, seluruh nilai r hitung yang didapat adalah lebih besar dari nilai r tabel, sehingga seluruh butir pertanyaan berstatus valid dan dapat digunakan dalam penelitian.
3. Untuk reliabilitas, seluruh nilai alpha yang didapat adalah lebih besar dari nilai r tabel, sehingga seluruh butir pertanyaan berstatus reliabel dan dapat digunakan sebagai alat ukur yang sahih.
4.6. Pengelolahan dan Analisis Data
4.6.1. Pengelolahan data
Menurut Wahyuni (2007), pengelolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara tertentu. Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data. Coding, data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan computer. Entry, memasukkan data dari lembar observasi kedalam program computer dengan menggunakan progranm SPSS versi 17.0. Cleaning, pemeriksaan kembali semua data yang telah dimasukkan kedalam computer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. Saving, penyimpanan data untuk siap dianalis.
4.6.2. Analisis data
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi lokasi penelitian
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara merupakan perguruan tinggi negeri yang terletak di jalan Prof. Ma’as No.3 Kampus USU, Medan. Perkuliahan dilaksanakan di gedung progam studi D-3 Keperawatan Depatermen Ilmu Keperawatan Fakultas Kedoktteran USU dengan jumlah ruangan perkuliahan sebanyak 4 ruangan dengan luas 520,4 m2. Perpustakan Departemen Ilmu Keperawatan FK-USU merupakan fasilitas pendukung lainnya dalam menunjang perkuliahan dengan luas 128,7 m2 yang memiliki koleksi buku-buku ilmu keperawAtan dan kesehatan yang cukup lengkap.
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini, responden yang terpilih sebanyak 50 orang. Gambaran karakteristik responden yang diamati meliputi tingkat pengetahuan. Data lengkap distribusi karakteristik responden dapat dilihat pada tabel tabel berikut :
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan n %
Baik 35 70,0
Cukup 14 28,0
Kurang 1 2,0
Total 50 100,0
Terapi Intensif. Selanjutnya, tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu kurang, cukup, dan baik.
Dari hasil penelitian ini diperoleh kelompok responden tertinggi memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 35 orang (70%) dan kelompok responden terendah dengan kategori kurang yaitu sebanyak 1 orang (2%). Hal ini dapat dilihat pada table 5.1.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Skor Tingkat Pengetahuan Responden
Terhadap Anestesiologi dan Terapi Intensif
Pertanyaan
Skor observasi
1 0
n % n %
1. Apakah Anestesi menurut anda, kedokteran yang pada awalanya berprofesi menghilankan nyeri dan rumatan pasien sebelum , selama dan sesudah pembedahan
46 92,0 4 8,0
2. Berikut adalah jenis jenis anestesi, kecuali interlokal
42 84,0 8 16,0
3. Anestetik lokal dibagi menjadi dua golongan yaitu ester dan amida
43 86,0 7 14,0
4. Anestesi yang sering digunakan untuk persalinan secara seksio sesarea adalah spinal
28 56,0 22 44,0
5. Anastesi spinal adalah Metode anestesi dengan menyuntikkan obat analgetik lokal
kedalam ruang subarachnoid
6. Berikut adalah obat-obatan pada anestesi intravena, kecuali N2O
43 86,0 7 14,0
7. Berikut adalah obat-obatan pada anestesi inhalasi kecuali ketamin
29 58,0 21 42,0
8. Open drop adalah salah satu tehnik yang terdapat pada anestesi inhalasi
36 72,0 14 28,0
9. Pelayanan anestesia peri-operatif merupakan pelayanan anestesia yang mengevaluasi, memantau dan mengelola pasien
26 52,0 24 48,0
10.Tanggung jawab dokter spesialis Anestesiologi untuk menilai dan menentukan status medis pasien pra-anestesia berdasarkan prosedur sebagai berikut anamnesis dan pemeriksaan pasien
42 84,0 8 16,0
11. Pada pasien yang menjalani anestesia regional (spinal atau epidural), tingginya blokade harus diamati sampai efek anestesi tersebut menghilang
22 44,0 28 56,0
12. Indikasi anestesi epidural adalah
pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah
42 86,0 8 14,0
13.Tanda- tanda obstruksi jalan nafas adalah, kecuali kesadaran menurun
36 72,0 14 28,0
14. Metode pemberian obat secara Intravena dalam praktek anestesia meliputi Bolus, Infus, Rektal, Spinal, Epidural
42 86,0 8 14,0
atau unit yang menangani pasien-pasien gawat karena penyakit, trauma atau komplikasi
16. Pasien yang masuk ke Pasien yang dalam keadaan terancam jiwanya sewaktu-waktu karena kegagalan disfungsi satu atau multiple organ Intensive Care Unit (ICU) adalah pasien yang
49 98,0 1 2,0
17.Indikasi pasien yang keluar ICU adalah tidak memerlukan lagi terapi intensif karena keadaan membaik
18. Dalam keadaan kegawat darurat gangguan sistem pencernaan yaitu akut abdomen, tindakan awal yang harus kita lakukan adalah Airway
49
31
98.0
62
1
19
2,0
38
19. Kandungan air pada pria dan wanita dewasa adalah 60% dan 50%
42 86,0 8 14,0
20. Jaringan yang mendapat kandungan air paling banyak adalah ginjal
27 54,0 23 46,0
21. Cairan resusitasi terdiri atas dua jenis, yaitu kristaloid dan koloid di bawah ini adalah jenis-jenis cairan kristaloid kecuali Albumin 5%
30 60,0 20 40,0
22. Kebutuhan pasien ICU adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti airway, breathing, circulation, brain
42 86,0 8 16,0
23. Pelayanan ICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut kecuali
memasang infus/kateter
24. Prosedur critical care biasa, antara lain memasang kateter intravaskular dan peralatan monitoring
30 60,0 20 40,0
25. Standar Internasional serta pedoman praktis untuk resusitasi jantung paru mengikuti American Heart Association (AHA) dan/atau European
Resuscitation Council
46 92,0 4 8,0
26. Tujuan perawatan pascaoperasi untuk memulihkan kesehatan fisiologi dan psikologi antara lain, kecuali Mempertahankan kesadaran
31 62,0 19 38,0
27. Tingkat kesadaran harus dimonitor dengan mengobservasi kembalinya berbagai refleks seperti menelan, dan refleks bersuara, serta berespon tehadap perintah
32 64,0 18 36,0
28.Terapi cairan pasca bedah dilakukan untuk Memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi
33 66,0 17 34,0
29. Setelah tindakan pembedahan atau anestesi, sering dijumpai hal-hal yang tidak diinginkan akibat stress pasca bedah atau pasca anestesia yang berupa Gangguan nafas, gangguan kardiovaskuler, gelisah, kesakitan, mual muntah, menggigil dan terkadang perdarahan
30. Pasien yang berada di ICU dapat kembali ke kamar semulanya ( bangsal perawatan) setelah pengaruh obat bius sudah tidak berbahaya lagi, tekanan darah stabil bagus, perafasan lancar adekuat dan kesadaran sudah mencukupi
45 90,0 5 10,0
Dari tabel 5.2. menunjukkan bahwa pertanyaan ‘Pasien yang masuk ke Intensive Care Unit (ICU) adalah pasien yang dalam keadaan terancam jiwanya sewaktu-waktu karena kegagalan disfungsi satu atau multiple organ ’ (nomor 16 ) dan ’Indikasi pasien yang keluar ICU adalah pasien tidak memerlukan lagi terapi intensif karena keadaan membaik ’ (nomor 17) adalah pertanyaan paling banyak dijawab benar oleh responden, yaitu sebanyak 49 orang ( 98,0%). Sedangkan pertanyaan ‘Pada pasien yang menjalani anestesi regional (spinal atau epidural), tingginya blokade harus diamati sampai efek anestesi tersebut menghilang’ (no 11) adalah pertanyaan paling banyak dijawab salah oleh responden, yaitu sebanyak 28 orang (56,0%).
5.2. Pembahasan
dikarenakan Mahasiswa/i yang belajar di universtitas ini tergolong mudah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan di berbagai bidang karena selain terletak di ibukota propinsi dan bahkan tidak jauh dari pusat kota, universitas ini juga telah dilengkapi fasilitas perpustakaan dan juga akses internet. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2011) bahwa pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu
Berdasarkan tabel 5.2. ,ada dua hal yang peneliti cermati. Pertama petanyaan berupa ‘pemakaian Pada pasien yang menjalani anestesi regional (spinal atau epidural), tingginya blokade harus diamati sampai efek anestesi tersebut menghilang ’ (nomor 11) banyak dijawab salah oleh 28 orang (56,0 %), dan pertanyaan lainnya yang meliputi anestesiologi sebagian besar sudah dijawab dengan benar dan untuk keseluruhan pertanyaan mengenai anestesiologi sebanyak 37 orang (76,0%) mempunyai tingkat pengetahuan baik, 13 orang (24,0%) mempunyai tingkat pengetahuan cukup dan tidak terdapat responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tentang anestesiologi tersebut sudah baik. Peneliti berasumsi bahwa dari semester awal para mahasiswa/i sudah dikenalkan dengan dasar dasar anestesi di dalam perkuliahan, selain itu para mahasiswa/i diberikan praktik belajar klinik di rumah sakit, sehingga menunjang wawasan para mahasiswa tentang anestesiologi.
kurang. Dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tentang Terapi Intensif tersebut sudah baik, hal ini bisa dimengerti karena praktik belajar lapangan diikuti mahasiswa/i dengan menggunakan istilah study week yang maksudnya satu minggu perkuliahan diikuti satu minggu praktik belajar klinik di rumah sakit yang jadwalnya disesuaikan dengan kebutuhan praktik belajar klinik dan ketentuan pihak rumah sakit, peneliti berasumsi dengan adanya study week ini para mahasiswa/i mengenal secara langsung ruang lingkup ICU sehingga seputar pertanyaan mengenai ICU dapat dijawab dengan benar oleh 49 orang.
0
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang diperoleh dengan mengolah 50 sampel dalam SPSS, diperoleh bahwa Tingkat Pengetahuan Mahasiswa/i Fakultas Keperawatan USU Medan terhadap Anestesiologi dan Terapi Intensif sebagai berikut, yaitu :
1. Baik : 70,0% 2. Cukup : 28,0% 3. Kurang : 2%
6.2. Saran
1) Para mahasiswa/i sebaiknya dapat memanfaatkan lebih baik lagi berbagai fasilitas yang tersedia, seperti perpustakaan dan akses internet untuk memperoleh informasi lebih tentang anestesiologi dan terapi intensif.
2) Para mahasiswa (laki-laki) supaya lebih giat dan semangat lagi dalam mempelajari anestesiologi dan terapi intensif karena hal ini sangat penting untuk diterapkan kepada para pasien khusunya pasien yang mengalami kegawat daruratan medik.
DAFTAR PUSTAKA
Gofar, S.A., et al., 2012. Emergency Medicine. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Gunawan, S.G., 2007. Anestetik Umum. Dalam : Zulnida D.S., Elysabeth. ed. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : Departemen Farmakologi dan Teraupeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 122-138.
Hutagalung, H., 2008. Keperawatan Gawat Darurat . Dalam : Hutagalung, H. Panduan Perkuliahan Program Studi D-3 keperawatan. Medan : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, 39.
Krisanty, P., et al., 2009. Asuhan Keperawatan Kegawat Darurat Gangguan Sistem Pencernaan. Dalam : Krisanty, P., et al. Ed. Asuhan Keperawatan Gawat darurat. Jakarta : CV. Trans Info Media , 103-105
Latief, S.A., Suryadi, KA. Dachlan, MR., 2001. Penilaian dan Persiapan Pasien Pra-anestesi. Dalam : Latief, S.A., Suryadi, KA. Dachlan, MR. ed. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi 2. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran UI.
Murdyanto, J., 2008. Konsep Dasar Intensive Care Unit, Joe. Available from:
[Accesed 23 April 2012]
Notoatmodjo, S., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
[Accesed 15 May 2012]
Oloan, S.M, Siahaan., 2009. Pengantar Anestesi. Medan: Fakultas Kedoteran UMI / UNPRI
Sastroasmoro, S., dan Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Edisi ke-3. Jakata: CV.Sagung Seto
Setiawan., 2012. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Syok Hipovolemik, Universitas of Sumatera Utara. Available from:
Smeltzer, C.S.,Bare,G.B., 2002 Prioritas dan Prinsip Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Dalam : Smeltzer, C.S., Bare,G.B ed. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: ECG
Soenarjo., 2004. Pelatihan Kegawat Daruratan Medik. Dalam : Soenarjo. ed. Peranan Anestesi dan Pengelolahan Rawat Intensif Dalam Hubungan Dengan Kualitas Hidup. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang : 6-9.
Tanjung., 2012 . Gagal Nafas Akut, Universitas of Sumatera Utara.Available from:
Wibowo, S.A., 2008. Mengenal Lebih Dekat Sosok Perintis Spesialis Bedah Digestif di Indonesia, Cermin Dunia Kedokteran. Available from:
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP (CURRICULUM VITAE)
Nama : Adi Retno
Tempat / Tanggal Lahir : Pematang Seleng / 16 Maret 1990
Agama : Islam
Alamat : Jl. Flamboyan Raya Komplek Waikiki
Blok D32 / Medan
Riwayat Pendidikan : 1. TK Nurul Iman Pematang Seleng Tahun 1995 - 1996
2. SD Negeri 117469 Pematang Seleng Tahun 1996 - 2002
3. SMP Negeri 1 Aeknabara Tahun 2002 - 2005
4. SMA Swasta Bhayankari-2 Rantauprapat Tahun 2005 - 2008 Riwayat Pelatihan : 1. Pelatihan Drama Pentas Seni SMA
Bhayangkari-2
Riwayat Organisasi : 1. Ketua Remaja Mesjid Desa Pematang Seleng Tahun 2005 - 2006
2. Panitia Porseni FK USU Tahun 2010 3. Panitia PMB FK USU Tahun 2012
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Dengan hormat,
Saya bernama Adi Retno, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Stambuk 2009. Saat ini saya sedang mengerjakan penelitian untuk melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya dalam menyelesaikan pendidikan di Fakultas Kedokteran. Adapun judul penelitian saya adalah Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Fakultas Keperawatan Sumatera Utara Terhadap Anestesiologi dan Terapi Intensif. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa keperawatan terhadap Anestesiologi dan Terapi Intensif. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian adalah dapat mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta mengasah kemampuan analisis peneliti dan sebagai data untuk pengembangan ilmu anestesi dan terapi intensif di fakultas keperawatan
Untuk itu saya mohon kesediaan saudara/i untuk ikut serta dalam penelitian ini, yaitu sebagai responden. Melalui kuesioner yang akan saya bagikan saya akan menanyakan beberapa hal mengenai pengetahuan terhadap Anestesi dan terapi Intensif, saya sangat berharap saudara/i bersedia mengisi kuesioner tersebut. Jawaban dari saudara/i tersebut akan dijamin kerahasiaannya dan jawaban tersebut digunakan hanya untuk kepentingan penelitian ini dan tidak ada hubungannya dengan kepentingan lain
Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan Saudara/i, saya ucapkan terima kasih. Semoga partisipasi Saudara/i dalam penelitian ini bermanfaat bagi kita semua
Medan, 31 Mei 2012 Peneliti
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
MENGIKUTI PENELITIAN ( INFORMED CONSET)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama :
Umur : tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki/ Perempuan *) Alamat :
Setelah membaca dan mendapat penjelasan serta saya memahami sepenuhnya tentang penelitian,
Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan Mahasiswa /i Keperawatan Semester IV/V Universitas Sumatera Utara Terhadap Anestesiologi dan Terapi Intensif
Nama Peneliti Utama : Adi Retno
Jenis Penelitian : Deskriptif dengan desain Cross Sectional Jangka Waktu penelitian : Oktober - November 2012
Instansi Penelitian : Fakultas Kedokteran USU
Dengan ini saya menyatakan bersedia mengikuti penelitian tersebut secara sukarela sebagai subjek peneliatian .
Medan,...2012
( )
Nama dan Tanda Tangan
Keterangan: *) Coret yang tidak perlu Lampiran 4
Tingkat Pengetahuan
Mahasiswa/i Keperawatan Semester IV/V Sumatera Utara Terhadap
Anestesiologi dan Terapi Intensif
IDENTITAS RESPONDEN
Nama responden :………..
Jenis Kelamin :………..
Umur :………..
Alamat :………..
Pilihlah salah satu jawaban yang benar pada pertanyaan dibawah ini
1. Apakah ilmu Anestesi menurut anda…
a. ilmu yang mempelajari tentang obat-obatan
b. ilmu yang mempelajari tentang tindakan pembedahan
c. ilmu kedokteran yang pada awalanya berprofesi menghilankan nyeri dan rumatan pasien sebelum , selama dan sesudah pembedahan
2. Berikut adalah jenis jenis anestesi, kecuali … a. lokal
b. interlokal c. umum
b. amida dan nitrogen c. ester dan karbondioksida
4. Anestesi yang sering digunakan untuk persalinan secara seksio sesarea adalah…
a. spinal b. epidural c. kaudal
5. Anastesi spinal adalah….
a. Blokade saraf dengan menempatkan obat diruang epidural
b. Metode anestesi dengan menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid
c. Metode anestesi dengan menyuntikkan obat pada lengan atau tungkai
6. Berikut adalah obat-obatan pada anestesi intravena, kecuali.... a. Tiopental
b. Propofol c. N2O
7. Berikut adalah obat-obatan pada anestesi inhalasi, kecuali….. a. Halotan
b. N2O
c. Ketamin
8. Open drop adalah salah satu tehnik yang terdapat pada anestesi … a. Ihalasi
c. Lokal
9. Pelayanan anestesia peri-operatif merupakan pelayanan anestesia yang……
a. Mengevaluasi, memantau dan mengelola pasien pra, intra dan pascaanestesia serta terapi intensif dan pengelolaan nyeri berdasarkan keilmuan yang multidisiplin
b. Menangani pasien yang dalam keadaan kritis
c. Menagani pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan
10. Tanggung jawab dokter spesialis Anestesiologi untuk menilai dan menentukan status medis pasien pra-anestesia berdasarkan prosedur sebagai berikut :
a. Anamnesis dan pemeriksaan pasien b. Merujuk pasien ke Rumah sakit tertentu c. Mempersiapkan alat alat anestesia
11. Pada pasien yang menjalani anesthesia regional (spinal atau epidural), tingginya blokade harus diamati sampai…
a. Efek anesthesi tersebut menghilang b. Efek anesthesi tersebut habis
c. Efek anesthesi yang menimbulkan gejala klinis
12. Indikasi anestesi epidural adalah…
a. Pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah b. Nyeri tempat suntikan
c. Nyeri kepala karena kebocoran likuor
13. Tanda- tanda obstruksi jalan nafas adalah, kecuali a. Stridor
c. Kesadaran menurun
14. Metode pemberian obat secara Intravena dalam praktek anestesia meliputi… a. Bolus, Infus, Rektal, Spinal, Epidural
b. Oral, Intramuskular, Lidah dan mukosa pipi c. Transdermal, Inhalasi, Oral , Intramuskular
15. Definisi dari terapi intensif adalah…..
a. Tempat atau unit yang menangani pasien-pasien gawat karena penyakit, trauma atau komplikasi
b. Tempat atau unit yang menangani pasien-pasien yang akan melahirkan c. Tempat atau unit untuk para pasien-pasien yang opname
16. Pasien yang masuk ke Intensive Care Unit (ICU) adalah pasien yang... a. Pasien yang sedang menjalani berobat jalan
b. Pasien yang dalam keadaan terancam jiwanya sewaktu-waktu karena kegagalan disfungsi satu atau multiple organ
c. Pasien yang sudah sembuh dari penyakit
17 Indikasi pasien yang keluar ICU adalah…. a. Pasien menolak terapi bantuan hidup b. Pasien secara medis tidak ada harapan lagi
c. Pasien tidak memerlukan lagi terapi intensif karena keadaan membaik
18. Dalam keadaan kegawat darurat gangguan sistem pencernaan yaitu akut abdomen, tindakan awal yang harus kita lakukan adalah…..
a. Airway b. Breathing c. Circulation
a. 100% dan 80% b. 70% dan 60 % c. 60% dan 50%
20. Jaringan yang mendapat kandungan air paling banyak adalah…. a. Ginjal
b. Mata c. Kulit
21. Cairan resusitasi terdiri atas dua jenis, yaitu kristaloid dan koloid. Di bawah ini adalah jenis-jenis cairan kristaloid kecuali…..
a. Ringer laktat b. Ringer asetat c. Albumin 5%
22. Kebutuhan pasien ICU adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti …
a. airway, breathing, circulation, brain b. Jantung
c. Paru-paru
23. Pelayanan ICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut, kecuali... a. Resusitasi jantung paru
b. memasang infus/kateter c. Terapi oksigen
24. Prosedur critical care biasa, antara lain: a. Pengelolahan pasien
b. Manajemen unit
c. Memasang kateter intravaskular dan peralatan monitoring
a. American Heart Association (AHA) dan/atau European Resuscitation Council
b. Peraturan di rumah sakit tersebut c. Prosedur yang telah ditentukan
26. Tujuan perawatan pascaoperasi untuk memulihkan kesehatan fisiologi dan psikologi antara lain, kecuali…
a. Mempertahankan jalan nafas
b. Mempertahankan sirkulasi darah dan ventilasi/oksigen c. Mempertahankan kesadaran
27. Tingkat kesadaran harus dimonitor dengan mengobservasi kembalinya berbagai refleks seperti…
a. Reflek menangis dan refleks menjerit
b. Refleks menelan, dan refleks bersuara, serta berespon tehadap perintah c. Refleks berbicara, refleks terhadap rasa nyeri
28. Terapi cairan pasca bedah dilakukan untuk… a. Mencegah pasien dari keadaan dehidrasi b. Memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi c. Untuk melancarkan peredaran darah
a. Setelah tindakan pembedahan atau anestesi, sering dijumpai hal-hal yang tidak diinginkan akibat stress pasca bedah atau pasca anestesia yang berupa...
a.Gangguan nafas, gangguan kardiovaskuler, gelisah, kesakitan, mual muntah, menggigil dan terkadang perdarahan
30. Pasien yang berada di ICU dapat kembali ke kamar semulanya ( bangsal perawatan) setelah ...
a. Pasien sudah bisa berjalan
b. Pasien sudah sadar dan bisa berjalan
Lampiran 5
TABEL SKOR OBSERVASI
NO SKOR
A B C
1. 0 0 1
2. 0 1 0
3. 1 0 0
4. 1 0 0
5. 0 1 0
6. 0 0 1
7. 0 0 1
8. 1 0 0
9. 1 0 0
10. 1 0 0
11. 1 0 0
12. 1 0 0
13. 0 0 1
14. 1 0 0
15. 1 0 0
16 0 1 0
17 0 0 1
18 1 0 0
19 0 0 1
20 1 0 0
21 0 0 1
22 1 0 0
23 0 1 0
24 0 0 1
25 1 0 0
27 0 1 0
28 0 1 0
29 1 0 0
Lampiran 8
OUTPUT SPSS UJI RELIABILITAS
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 20 100,0
Excludeda 0 ,0
Total 20 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.
DISTRIBUSI KARAKTERISTIK RESPONDEN
Statistics
N Valid 50
Missing 0
tingkat pengetahuan responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
baik 35 70,0 70,0 70,0
cukup 14 28,0 28,0 98,0
kurang 1 2,0 2,0 100,0
Total 50 100,0 100,0
DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN
Statistics
N Valid 50
Missing 0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items