Persepsi M
Menghadapi
Sel
Guglielmino
R
FA
UNIVE
Mahasiswa FK USU terhadap Kesiapan
Self Directed Learning
dengan Mengguna
ino’s
SDLR
Scale
dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya
Oleh:
RAYMOND BERNARDUS
100100090
FAKULTAS KEDOKTERAN
IVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
an
unakan
Persepsi M
Menghadapi
Sel
Guglielmino
Karya Tulis Ilmiah
mempero
R
FA
UNIVE
Mahasiswa FK USU terhadap Kesiapan
Self Directed Learning
dengan Mengguna
ino’s
SDLR
Scale
dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya
KARYA TULIS ILMIAH
iah ini diajukan sebagai salah satu syarat
peroleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
RAYMOND BERNARDUS
100100090
FAKULTAS KEDOKTERAN
IVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
an
unakan
ng
ABSTRAK
Latar belakang : Dalam dunia kedokteran diharapkan seluruh dokter siap untuk menghadapi situasi dan kondisi yang sangat cepat berubah -ubah dan menghadapi perkembangan ilmu kedokteran yang berkembang dengan sangat pesat. Oleh karena itu, sangatlah penting b agi seluruh sarjana kedokteran untuk memiliki kemampuan untuk belajar secara mandiri (SDL). Namun, tidak ada penelitian yang mengatakan pentingnya dan memberikan persiapan kepada sarjana kedokteran untuk menghadapi situasi dan kondisi tersebut di Indonesia . Beberapa tahun yang lalu, di Universitas Sumatera Utara diterapkan sistem PBL yang diharapkan dapat memicu kemandirian calon -calon sarjana kedokteran.
Tujuan :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapan mahasiswa/i FK USU tahun 2013 dalam menghadapi SDL.
Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian potong lintang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Consecutive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan urutan pengambilan . Dari 80 mahasiswa FK USU 2013 Medan yang menjadi responden, sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan progam komputer SPSS.
Hasil : Jumlah seluruh sampel yang didapatkan ya itu 80 data dengan 5 sampel (6,3%) memiliki tingkat kesiapan rendah, 21 orang dibawah rata -rata (26,3%), kesiapan rata-rata 41 orang (51,3%), 12 orang diatas rata -rata (15%), dan yang tinggi hanya 1 orang (1,3%). Untuk data yang didapatkan dari faktor -faktor yang mempengaruhi, kesiapan belajar mandiri seluruh mahasiswa/i (100%) dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut
Kesimpulan :Tingkat kesiapan mahasiswa/i FK USU tahun 2013 kebanyakan di tingkat rata-rata. Dan faktor- faktor yang dominan mempengaruhinya antara lain akses informasi (68,8%), interaksi dengan senior ( 56,3), lingkungan belajar yang kondusif (66,3%), ujian (70%), dan dukungan orang tua (73,8).
Kata kunci : belajar mandiri, student-centered, mahasiswa kedokteran, medis, guglielmino
ABSTRACT
Background : In the medical world it is expected from all doctors to be prepared to face situations and conditions of rapidly changing and complex health care environment. Therefore, it is very important for all medical graduates to possess SDL abilities. However, no study has documented the needs of, or preparation required for, medical students to function effectively in rapid changing health care system in Indonesia. Several years ago, University of Nor th Sumatera has established PBL system hoping to encourage medical students to be independent in studying.
Objectives : This study aims to identify the level of Self -directed learning readiness among the medical students in University of North Sumatera .
Methods : This is a descriptive study using cross-sectional design. Samples were consecutively obtained from the students controlled by some inclusions and exclusions criteria. Data was collected by using a questionnaire. And then was analyzed by using SPSS computer program .
Results : The total of 80 samples were obtained with 5 samples (6,3%) have low SDLR, 21 students below average (26,3%), 41 students with average readiness (51,3%), 12 students above average (15%), and only one student with high level of readiness(1,3%). According to the data obtained from the contributing factors , SDLR of all students (100%) were influenced by those factors.
Conclusions : The level of Self-directed learning readiness within medical students in University of North Sumatera year 2013 is average in majority . And there are several dominant factors such as access to information (68,8%), interaction with senior (56,3), condusive learning environm ent (66,3%), examination (70%), and parental support (73,8).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia -Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai rangkaian tugas akhir untuk memperoleh kelulusan sarjana
kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, penulis menerima banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampa ikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi -tingginya kepada:
1. Orang tua penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih sayang
dan senantiasa mendoakan serta memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis dan pendidikan.
2. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD -KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Prof. dr. Guslihan D. Tjipta, Sp.A(K), selaku Pembantu Dekan I Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M. Med.Ed selaku dosen pembimbing yang telah memberi banyak arahan , bimbingan, dan masukan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik. 5. Ibu dr. Sarma Nursani Lumbanraja, Sp.OG , selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberi b anyak arahan dan bimbingan kepada penulis selama perkuliahan hingga penyelesaian studi.
6. Rekan-rekan mahasiswa FK USU stambuk 2010 yang tidak mungkin disebutkan namanya satu per satu yang telah memberi saran, kritik, dukungan materi, dan moril yang baik dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
tanggapan dari berbagai pihak agar penulis dapat memperbaiki kesalahan dan
kekurangan tersebut pada masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini memiliki manfaat dan nilai bagi kita semua dan di masa yang akan datang sekiranya dapat menj adi rujukan untuk penulisan yang lebih baik lagi.
Medan, 2 Desember 2013
Penulis
Raymond Bernardus
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN ... ... .... ii
ABSTRAK... ... ... ... iii
ABSTRACT ... ... ... .. iv
KATA PENGANTAR ... ... ... v
DAFTAR ISI ... ... ... vii
DAFTAR TABEL ... ... ... x
DAFTAR GAMBAR ... ... ... xi
DAFTAR SINGKATAN ... ... ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... ... ... xiii
BAB1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... ... ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... ... .... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... ... ... 3
1.3.1. Tujuan Umum ... ... 3
1.3.2. Tujuan Khusus ... ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... ... ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1.Self Directed Learning... ... 4
2.2.Self Directed Learning Readiness... ... 9
2.3.Problem Based Learning... ... 10
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 14
3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... ... 14
BAB 4 METODE PENELITIAN ... ... 16
4.1. Jenis Penelitian... ... ... 16
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... ... 16
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... ... 16
4.3.1. Populasi ... ... ... 16
4.3.2. Sampel ... ... ... 16
4.4. Metode Pengumpulan Data ... ... 18
4.4.1. Data Primer ... ... .. 18
4.4.2. Data Sekunder ... ... 18
4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas ... ... 18
4.4.4. Metode Pengolahan Data ... ... 19
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... . 20
5.1 Hasil Penelitian ... ... ... 20
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... 20
5.1.2 Distribusi Karakteristik Sampel ... ... 20
5.2 Pembahasan ... ... ... 24
5.2.1 SDLR ... ... ... 24
5.2.2 Faktor yang Mempengaruhi ... ... 28
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 30
6.1 Kesimpulan ... ... ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... ... ... 31
LAMPIRAN ... ... ... . 33
Lampiran 1 ... ... ... . 33
Lampiran 2 ... ... ... . 34
Lampiran 3 ... ... ... . 35
Lampiran 4 ... ... ... . 36
Lampiran 5 ... ... ... . 43
Lampiran 6 ... ... ... . 45
Lampiran 7 ... ... ... . 48
Lampiran 8 ... ... ... . 52
Lampiran 9 ... ... ... . 60
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
3.1 Kerangka Konsep dan Definisi Operasional 14
5.1 Distribusi Karakteristik Sampel 21
5.2
Distribusi Silang Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kesiapan
Belajar Mandiri 21
5.3
Distribusi Silang Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kesiapan
Belajar Mandiri 22
5.4
Distribusi Jawaban Kuesioner Guglielmino’s SDLRS
22
5.5
Distribusi Jawaban Kuesioner Faktor -faktor Yang
Daftar Gambar
Nomor Judul Gambar Halaman
DAFTAR SINGKATAN
SD Sekolah Dasar
SMP Sekolah Menengah Pertama
SMA Sekolah Menengah Atas
SDL Self Directed Learning
SDLA Self Directed Learning Aptitude
SDLR Self Directed Learning Readiness
SDLRS Self Directed Learning Readiness Scale
PBL Problem Based Learning
KBK Kurikulum Berbasis Kompetensi
SKDI Standar Kompetensi Dokter Indonesia
FK Fakultas Kedokteran
USU Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Datar Riwayat Hidup LAMPIRAN 2 Lembar Penjelasan
LAMPIRAN 3 Lembar Persetujuan (Informed Consent) LAMPIRAN 4 Kuesione Penelitian
LAMPIRAN 5 Kuesioner Penelitian
LAMPIRAN 6 Validitas dan Reliabilitas Kuesioner LAMPIRAN 7 Data Induk
ABSTRAK
Latar belakang : Dalam dunia kedokteran diharapkan seluruh dokter siap untuk menghadapi situasi dan kondisi yang sangat cepat berubah -ubah dan menghadapi perkembangan ilmu kedokteran yang berkembang dengan sangat pesat. Oleh karena itu, sangatlah penting b agi seluruh sarjana kedokteran untuk memiliki kemampuan untuk belajar secara mandiri (SDL). Namun, tidak ada penelitian yang mengatakan pentingnya dan memberikan persiapan kepada sarjana kedokteran untuk menghadapi situasi dan kondisi tersebut di Indonesia . Beberapa tahun yang lalu, di Universitas Sumatera Utara diterapkan sistem PBL yang diharapkan dapat memicu kemandirian calon -calon sarjana kedokteran.
Tujuan :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesiapan mahasiswa/i FK USU tahun 2013 dalam menghadapi SDL.
Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif dengan rancangan penelitian potong lintang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Consecutive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan urutan pengambilan . Dari 80 mahasiswa FK USU 2013 Medan yang menjadi responden, sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan progam komputer SPSS.
Hasil : Jumlah seluruh sampel yang didapatkan ya itu 80 data dengan 5 sampel (6,3%) memiliki tingkat kesiapan rendah, 21 orang dibawah rata -rata (26,3%), kesiapan rata-rata 41 orang (51,3%), 12 orang diatas rata -rata (15%), dan yang tinggi hanya 1 orang (1,3%). Untuk data yang didapatkan dari faktor -faktor yang mempengaruhi, kesiapan belajar mandiri seluruh mahasiswa/i (100%) dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut
Kesimpulan :Tingkat kesiapan mahasiswa/i FK USU tahun 2013 kebanyakan di tingkat rata-rata. Dan faktor- faktor yang dominan mempengaruhinya antara lain akses informasi (68,8%), interaksi dengan senior ( 56,3), lingkungan belajar yang kondusif (66,3%), ujian (70%), dan dukungan orang tua (73,8).
Kata kunci : belajar mandiri, student-centered, mahasiswa kedokteran, medis, guglielmino
ABSTRACT
Background : In the medical world it is expected from all doctors to be prepared to face situations and conditions of rapidly changing and complex health care environment. Therefore, it is very important for all medical graduates to possess SDL abilities. However, no study has documented the needs of, or preparation required for, medical students to function effectively in rapid changing health care system in Indonesia. Several years ago, University of Nor th Sumatera has established PBL system hoping to encourage medical students to be independent in studying.
Objectives : This study aims to identify the level of Self -directed learning readiness among the medical students in University of North Sumatera .
Methods : This is a descriptive study using cross-sectional design. Samples were consecutively obtained from the students controlled by some inclusions and exclusions criteria. Data was collected by using a questionnaire. And then was analyzed by using SPSS computer program .
Results : The total of 80 samples were obtained with 5 samples (6,3%) have low SDLR, 21 students below average (26,3%), 41 students with average readiness (51,3%), 12 students above average (15%), and only one student with high level of readiness(1,3%). According to the data obtained from the contributing factors , SDLR of all students (100%) were influenced by those factors.
Conclusions : The level of Self-directed learning readiness within medical students in University of North Sumatera year 2013 is average in majority . And there are several dominant factors such as access to information (68,8%), interaction with senior (56,3), condusive learning environm ent (66,3%), examination (70%), and parental support (73,8).
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak tahun 1970 belajar secara mandiri atau self-directed learning (SDL) telah dikenal sebagai pembelajaran orang dewasa (andragogik) dan populer pemanfaatannya (Liang, 2011). SDL menjadi topik yang serius saat ini karena kemampuan ini memungkinkan untuk pembelajaran jangka panjang (life-long learning), tercapainya kualitas hidup dan kepuasan d alam diri manusia. Mengembangkan kemampuan SDL adalah salah satu tujuan pendidikan yang penting, karenaseorang pelajar dapat mengambil keuntungan melalui metode pembelajaran dan pendekatan interpersonal yang dilakukan oleh pendidiknya untuk lebih mengembangkan kemampuan tersebut, misalnya pada saat belajar menunjukan ketertarikan yang lebih terhadap suatu topik dan ingin mengelola strategi pembelajarannya sendiri (Liang 2011).
SDLA (Self Directed Learning Aptitude) adalah karakter pembelajaran yang memicu pelajar melanjutkan proses belajar berdasarkan keinginan diri sendiri. SDLA terdiri dari 6 aspek: effective learning, fondness for learning, learning motivation, active learning, independent learning, dan creative learning (Guglielmino, 1977). Istilah ini j uga yang dikenal dengan SDLR (Self Directed Learning Readiness) yang merupakan kesiapan seorang pelajar melakukan proses belajar mandiri.
Perguruan tinggi di seluruh dunia menuntut pelajar untuk memiliki kemampuan SDLR ini. Di negara Indonesia juga sudah m ulai menggunakan sistem ini. Salah satunya adalah Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Kedokteran yang menggunakan sistem KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) dengan strategi pembelajaran PBL (Problem Based Learning) sejak tahun 2007 yang memicu SDL mahasiswa. Masalah terjadi karena sistem pembelajaran di bangku SD, SMP, SMA berbeda dengan sistem pembelajaran di perkuliahan. Salah satu perbedaan yang mendasar adalah pada saat menjalani pendidikan di SD, SMP, SMA sistem pembelajaran lebih diutamakan kepada peran seorang pengajar (teacher-centered), sedangkan saat di bangku perkuliahan, pelajar secara individu lebih berperan dalam penerimaan ilmu (student-centered). Ketimpangan ini dapat menyebabkan seorang calon mahasiswa tidak siap dengan pola pendekatan belajar mandiri atau self -directed learning yang diterapkan di perguruan tinggi nantinya. Ketidakmampuan ini dapat berisiko mahasiswa tersebut akan lambat menyesuaikan diri den gan pola pendidikan yang baru, yang pada akhirnya akan berdampak pada prestasi akademiknya.
Namun, Penelitian di Isparta Turki menyimpulkan bahwa jangka waktu seorang mahasiswa berada dalam suatu program studi meningkatkan SDLR karena SDL merupakan proses pematangan. Dalam penelit ian ini ada 3 hal yang diteliti yakni: pengaturan diri, keinginan belajar, pengendalian diri. Pada penelitian ini, informasi tentang program tradisional perawat tidak dapat dihubungkan karena kurangnya data, atau mungkin seluruh mahasiswa keperawatan semakin mandiri seiring berjalannya waktu (Kocaman, 2009).
PBL dikatakan mampu merangsang SDL mahasiswa namun, tidak ada penelitian yang mengatakan demikian oleh karena itu, perlu dilakukan peneltian yang lebih lanjut (Kocaman, 2009).
1.2. Rumusan masalah
Bagaimanakah persepsi mahasiswa FK USU terhadap kesiapan menghadapi Self Directed Learning dengan menggunakan Guglielmino’s SDLR Scale dan faktor yang mempengaruhi nya?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi mahasiswa FK USU terhadap kesiapan menghadapi Self Directed Learning dengan menggunakan Guglielmino’sSDLRScaledan faktor yang mempengaruhi nya.
1.3.2. Tujuan Khusus
Penelitian ini memiliki tujuan khusus sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui keingin an mahasiswa baru untuk belajar sepanjang hayat.
2. Untuk mengetahui kesiapan mahasiswa baru dalam menentukan apa yang ingin dipelajarinya.
3. Untuk mengetahui tingkat kemandirian mahasiswa baru dalam belajar. 4. Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa baru dalam menc ari
informasi yang baik.
5. Untuk mengetahui tingkat kreativitas mahasiswa baru.
1.4. Manfaat Penelitian
Data dari hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Mengetahui tingkat kesiapan mahasiswa baru FK USU dalam
2. Memberi masukan kepada pengelola program studi dalam upaya agar
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Self Directed Learning
Self-directed learning didefinisikan oleh Hiemstra (1994) sebagai kemampuan mengubah pembelajaran yang merupakan pengetahuan dan ilmu belajar dari satu situasi ke situasi lain. Menurut Long (2005) seorang pelajar self-directedadalah seorang yang memiliki sifat seperti memiliki tujuan, memproses informasi, memproses secara kognitif dan membuat keputusan. Proliferasi informasi dan teknologi dan kecepatan perubahan dari seluruh aspek kehidupan menunjukan seberapa penting SDL (Kocaman, 200 9). Bagaimana pelajar belajar tergantung pada pengetahuan dan kemampuan awal yang dia miliki, motivasi untuk belajar, cara belajar, konteks yang mereka pelajari (Marton, 1997). Penelitian Knowles (1983), yang membandingkan andragogy dan pedagogy menemukan bahwa pembelajaran dewasa akan optimal bila self-directed.
Menurut O'shea (2003), aktivitas tersebut dapat disimpulkan menjadi beberapa tahap yakni: asesmen yang merupakan karakteristik dari pelajar seperti kesiapan untuk SDL, kebutuhan untuk belajar dan s umber, planning yang menjelaskan tentang SDL kemudian mengaplikasikan SDL, dan mengevaluasi SDL.
Pelajar dirangsang untuk mengembangkan kemampuan untuk SDL di bangku perkuliahan, pelajar dilatih untuk mengendalikan otonomi belajarnya. Huang et al(2008) meneliti adaptasi belajar dan hubungannya dengan isi dan cara pembelajaran. Mereka menemukan adaptasi pembelajaran perlu dibiasakan sebagai alternatif dari pembelajaran tradisional agar dapat belajar dengan optimal. Mayes (2002) menambahkan, keberadaan tekno logi seperti internet menyebabkan perubahan pada pembelajaran, dan pelajar harus dimotivasi untuk menjadi aktif dan ikut dalam proses pembelajaran.
Dalam suatu penelitian terhadap mahasiswa keperawatan di UK telah dijumpai aspek positif dan negatif dari S DL (Maxine, 2010). Aspek positif meliputilearner-centered teaching yang bermanfaat untuk belajar, pelajar dapat belajar independen, SDL memotivasi pelajar untuk belajar dan merefleksikan diri, SDL merangsang pelajar untuk inisiatif. Aspek negatif meliput i kecemasan karena ketidakyakinan terhadap apa yang diharapkan, pengetahuan SDL yang kurang, tidak berpengalaman tentang SDL, perlu staf pengajar yang lebih banyak, universitas harus lebih fleksibel untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pelajar yang bervaria si, tidak ada struktur yang menjelaskan apa yang diharapkan dari pelajar.
Dalam SDL, peran pendidik adalah untuk mendukung belajar saat proses teacher-learning (Crooks, et al. 2001; Schmidt, 2000). SDL juga memberikan fleksibilitas kepada pelajar untuk me nggunakan cara terbaiknya (Hewitt -Taylor, 2001) dan mengendalikan tujuan pembelajarannya (Lowry, 1989). Namun demikian, SDL bukan berarti belajar dalam kesendirian, tetapi dengan pakar dan fasilitator sebagai sumber (Kell dan van Deursen, 2000).
mengevaluasi hasil. Hal ini dapat dilakukan sendiri atau dengan bantuan orang lain (Knowles, 1975). SDLbukan merupakan konsep pem belajaran baru bagi orang dewasa (Grow, 1991). Aspek yang unik dari pembelajaran ini terletak pada metode penyampaiannya untuk menyesuaikan karakteristik pelajar dewasa, karena orang dewasa berbeda dengan anak -anak dalam hal belajar. Knowles (1984) menegaskan bahwa dewasa adalah self-directed dan mampu untuk bertanggung jawab untuk keputusannya. Orang dewasa ternyata belajar lebih efektif dari melakukan atau pengalaman. SDL pertama kali didefinisikan sebagai kemampuan seorang dewasa melakukan proses pembel ajaran tanpa bantuan (Houle, 1961). Semua manusia dilahirkan dengan potensi yang tidak terbatas untuk bertumbuh dan berkembang (Dewey, 1938), mendefinisikan edukasi sebagai agen yang memfasilitasi pertumbuhan ini dan guru sebagai pengarah namun tidak boleh mencampuri atau mengendalikan proses belajar.
Lingkungan pembelajaran juga mempengaruhi proses SDL. Misalnya, kekurangan sumber untuk mencari ilmu, pengajar yang terlalu berotoritas, kekurangan waktu atau kecelakaan yang tidak terduga dapat mempengaruhi re-evaluasi dan re-directing pelajar (Guglielmino, 1977). SDL sering diduga sebagai proses instruksi dan sifat seseorang (Brockett dan Hiemstra, 1991). Ada 5 hal yang berperan dalam SDL pelajar yang telah diidentifikasi yakni: aman secara sosial dan profesional, bertempo, berstruktur, dipercaya, dan timbal -balik.Aspek aman secara sosial dan profesional berarti diterima sebagai bagian dari suatu tim adalah hal pertama yang diperlukan untuk menciptakan suasana belajar yang efektif. Hal ini mengurangi ketaku tan untuk menunjukan ketidakpedulian terhadap penghinaan dan meningkatkan kesenangan dalam dunia kedokteran, Bertempo berarti kecepatan belajar pemula sangat lambat karena mereka kekurangan teknik dari pakar. Bisa dalam hal kosa kata yang harus dimengerti dalam bidang kedokteran. Kecepatan belajar seorang mahasiswa sangat penting untuk disesuaikan sesuai dengan kecepatan masing -masing, yang dalam hal ini temponya masih sangat lambat.
Berstruktur berarti terjadwal, yang memungkan mahasiswa dapat belajar lebih bebas dan dapat fokus pada topik yang spesifik, Dipercaya. bermakna kepercayaan mahasiswa untuk merencanakan pembelajaran akan melemah bila lingkungannya tidak dapat diprediksi, dosen tidak ha dir dan jadwal tidak sesuai,. Dalam aspek timbal-balik, otonomi dapat dirangsang jika pelajar mengetahui mereka meraih tingkat kompetensi yang sesuai. Hal ini memerlukan timbal balik yang sering, berjadwal dan pantas. Ini dapat diraih dengan tes uji proses untuk mengetahui proses seorang mahasiswa selama tahun ajaran hingga akhir tahun dan pada saat mendekati ujian akhir (Blake et al.,1996). Namun, banyak pendidik atau dosen yang justru kekurangan ilmu untuk memberikan timbal -balik ini atau jarang memperha tikan aktifitas klinis pelajar (Cox, 1993).
kemampuan membangun pertanyaan dan belajar mandiri ini bahkan disebutkan oleh Knowles (1975) dapat mempengaruhi terjadinya kecemasan, frustasi dan kegagalan.
SDL dideskripsikan dalam berbagai cara, namun, secara keseluruhan dipercayai bahwa self-direction pelajar menjadi inti proses pembelajaran dan ini dapat di kembangkan melalui instruksi dan aktifitas pembelajaran yang sesuai (Brockett & Hiemstra, 1991; Candy, 1991; Grow, 1991; Knowles, 1983).
Berdasarkan hasil kerja Knowles (1975), Iwasiw (1987) menganggap SDL adalah bentuk pembelajaran yakni individu memiliki tanggung jawab untuk merencanakan, menggunakan dan mengevaluasi kerjanya. Iwasiw (1987) menyimpulkan lima karakteristik dari SDL dan mengatakan bahwa pebelajar bertanggung jawab untuk mengidentifikasi kebutuhan belaja rnya, menentukan tujuan belajarnya, menentukan bagaimana mengevaluasi hasil yang akan didapat, mengidentifikasi dan mencari sumber dan strategi pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran.
Knowles telah mengidentifikasi 7 kemampuan yang diperlukan untuk SDL yakni: 1. Kemampuan untuk mengembangkan rasa keingintahuan, 2. Kemampuan untuk membuat pertanyaan sesuai dengan keingintahuannya. Kemampuan ini adalah permulaan dari kemampuan untuk berpikir konvergen atau berdebat induktif -deduktif, 3. Kemampuan untuk mengidentifikasi data yang didapatkan untuk menjawab berbagai pertanyaan, 4. Kemampuan untuk menentukan sumber informasi yang relevan (pakar, guru, kerabat, pengalaman, komunitas, media audio -visual), 5. Kemampuan untuk memilih dan menggunakan cara paling efisien untuk mengumpulkan data dari sumber terpercaya, 6. Kemampuan untuk menyusun, menganalisa, mengevaluasi data untuk mendapatkan jawaban valid, 7. Kemampuan untuk mengaplikasikan dan mengkomunikasikan jawaban terhadap pertanyaan yang diberikan.
Grow (1991) juga melaporkan variasi aktifitas pembelajaran yang banyak untuk memicu pelajar untuk bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri, Hal ini termasuk mengembangkan strategi untuk belajar, tujuan yang diharapkan, perencanaan pembelajaran, dan melat ih strategi ini sampai otomatis. Melalui SDL, kemampuan pelajar untuk mendapatkan informasi akan bertambah.
Menurut Gibbons (1994) latihan untuk metode memerlukan 3 tahap, yaitu tahap belajar bagaimana cara belajar dari mentor/guru, diikuti oleh tahap belajar bagaimana mengajar diri sendiri, dan diakhiri oleh tahap belajar bagaimana mengarahkan pembelajaran.
menyelesaikan tugas. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menguatkan murid untuk menemukan cara paling menarik dan sukses untuk mencapai tujuan. Pada tahap terakhir yakni belajar bagaimana mengarahkan pembelajaran', pelajar memperlajari bagaimana car a memutuskan hal yang penting untuk dipelajari, dilakukan, dan cara mencapainya. Masing -masing pelajar menentukan tujuannya dan berupaya meraihnya. Misalnya, bagaimana cara membayangkan keinginan di masa depan, bagaimana menentukan tujuan pribadi, bagaiman a memanfaatkan waktu, usaha dan sumber, bagaimana mengevaluasi dan mengarahkan kemajuan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk membiasakan pelajar untuk hidup dengan terus belajar, prestasi dan perkembangan pribadi. Pendekatan SDL berbeda dengan pendekatan pe ndidikan tradisional. SDL bermula dari menentukan apa yang ingin dipelajari, sedangkan di pendidikan tradisional, program pendidikan yang menentukan apa yang perlu dipelajari. Pendekatan SDL membuat ini bisa ditentukan oleh pelajar misalnya dengan membaca buku atau mengikuti kuliah. Hal yang terakhir yang diperlukan adalah evaluasi. Pada pendidikan tradisional, mentor/guru yang menentukan ini dengan cara ujian untuk menilai jumlah pengetahuan yang didapatkan oleh pelajar. SDL memaksa pelajar untuk menentuk an apakah dia sudah mendapatkan informasi yang cukup untuk menyelesaikan masalah. Jika sudah, maka proses belajar disebut sukses; bila belum, pelajar harus kembali mencari informasi tambahan (Frisby, 1991). Bagi seorang calon dokter, saat terbaik untuk me latih SDL bukan pada saat mahasiswa sudah menjadi dokter dan lepas dari pendidikan formal, tetapi saat mahasiswa masih di fakultas kedokteran. Brown dan Uhl (1970) menyatakan bahwa seorang dokter harus menjadi pelajar seumur hidup untuk meraih kemampuan medis yang baik dan memberikan pelayanan medis yang berkualitas.
Berbagai pendapat menyetujui bahwa mahasiswa kedokteran perlu mengubah cara belajar mereka dari teacher -directed ke self-directed (Fisher, 1981; Caplan, 1977; Fox dan West, 1984). Pendidikan k edokteran mampu memfasilitasi perubahan ini dengan cara memberikan instruksi dan latihan dalam kurikulum yang menyerupai masalah -masalah pada saat praktek yang sebenarnya.
2.2.Self Directed Learning Readiness
Self-directed learning readiness adalah derajat seorang individu memiliki sikap, kemampuan, dan karakteristik pribadi yang diperlukan untuk self-directed learning. SDLR dipengaruhi oleh pelajar secara individu karena kepribadian seseorang sangat mempengaruhi kemampuan SDL orang tersebut (Wiley, 1983).
self-directing secara keseluruhan dan menginginkan orang lain menganggap dia self-directed (Yu-Chiung, 2005). Knowles menjelaskan SDL sebagai tingkat kesiapan dan kemampuan untuk respon terhadap pengalaman dengan menyelesaikan masalah dan menggunakan peng etahuan. Dia juga mengidentifikasi 3 alasan untuk SDL yang sukses: pelajar proaktif belajar lebih baik daripada pelajar reaktif, SDL konsisten dengan perkembangan psikologi dewasa untuk menjadi lebih bertanggung jawab, banyak perkembangan baru di dunia pendidikan menuntut pelajar untuk menjadi bertanggung jawab dan mengambil inisiatif untuk belajar sendiri.
SDLR ini sangat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk melakukan SDL, tetapi tidak semua pelajar memiliki SDLR karena sistem pembelajaran anak- anak dan dewasa sangat berbeda.
Setiap orang dewasa harus memiliki SDLR karena orang dewasa tidak belajar sepenuhnya dari guru tetapi belajar secara mandiri. Dalam merintis karir, seorang dewasa pasti akan memiliki masalah dalam pekerjaannya, contohnya seorang dokter yang mendapatkan pasien dengan penyakit yang langka dan dokter tersebut tidak mengetahui cara mendiagnosis dan memberi terapi. Oleh sebab itu untuk mencari solusi untuk masalah tersebut, dokter tersebut harus membuka buku atau jurnal untuk mencari p enyakit pasien tersebut dan menyesuaikan dengan gejala klinis pasien. Namun, hal ini tidak dapat terjadi bila dokter tersebut tidak memiliki SDLR.
2.3.Problem Based Learning
Problem based learning adalah salah satu cara untuk merubah sistem pembelajaranteacher-centered menjadi student-centered dan juga memfasilitasi SDL (Rideout dan Carpio, 2001). PBL tidak dapat terjadi tanpa keberadaan SDL, Boud dan Felleti (1997) menyatakan PBL sebagai salah satu cara pembelajaran terbaik untuk merangsang pelajar aga r dapat bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri. Meningkatkan kemampuan SDL saat perkuliahan adalah tujuan PBL, karena ini membantu pelajar untuk mendapatkan dan menggunakan pengetahuannya dan mepersiapkannya untuk karir profesionalnya (Barrows, 1983; Morrison, 2004; O’Shea, 2003).
Komponen SDL yang penting tampak pada proses PBL dimana pelajar mengikuti tahap – tahap berikut: membahas skenario dan membuat hipotesa, menentukan learning issue, memastikan sumber yang akan dibahas, melakukan pencarian informasi, mengaplikasikan pembelajaran dan merefleksikan hasil dan proses pembelajaran. PBL yang merangsang SDL merupakan metode terbaik untuk mengembangkan sikap dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah.
memilki potensi yang besa r dalam mengatur pendidikan. Memposisikan pelajar di dalam ruang lingkup problem -centered dapat menjembatani antara teori dan praktek. Satu masalah penting yang kurang dikembangkan dalam PBL adalah desain konteks dari situasi problem -based (Sherwood, 2004). PBL merupakan salah satu metode terbaik untuk pembelajaran interaktif (Buisonje, 2002).
PBL tutorial adalah metode pembelajaran dimana pelajar dimasukan kedalam beberapa kelompok belajar yang terdiri dari 8 -10 orang dan diberikan skenario kasus untuk did iskusikan. PBL tutorial ini memiliki 7 tahap yakni:Tahap pertama adalah mengidentifikasi dan klarifikasi istilah yang kurang dimengerti yang ada pada kasus, Tahap kedua adalah mengidentifikasi masalah yang akan didiskusikan, Tahap ketiga adalah tahap diman a pelajar mendiskusikan masalah pada kasus, menjelaskan kemungkinan yang dapat terjadi pada kasus, Tahap keempat adalah menyusun hasil diskusi secara singkat pada tahap 3, Tahap kelima adalah menentukan tujuan pembelajaran, dan tutor memastikan tujuan pemb elajaran agar lebih fokus, terarah, dan jelas, Tahap keenam adalah belajar secara mandiri dimana semua pelajar mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran, Tahap ketujuh adalah tahap dimana pelajar membagikan hasil dari pembelajaran secara mandiri kepada grup (Wood, 2003).
Ada beberapa keuntungan dari PBL yaitu student -centered, motivation, deep learning, dan constuctivism (Wood, 2003). Student centred pada PBL membuat pelajar aktif, lebih mudah mengerti, dan mengembangkan kemampuan untuk belajar sepanjang hayat. Motivation karena PBL menarik bagi pelajar dan tutor, dan prosesnya membutuhkan semua pelajar untuk berpartisipasi. " Deep" learning karena PBL menuntut pelajar untuk berinteraksi dengan materi pembelajaran, berhubungan dengan konsep aktivitas sehari -hari, dan memperkuat kemampuan untuk mengerti. Constructivist approach karena pelajar dipaksa untuk mengaktifkan hal -hal yang sudah dia ketahui (prior knowledge).
Namun, beberapa melaporkan kelemahan metode ini (Wood, 2003). Namun kelemahan ini dijumpai terkait dengan pelaksanaan PBL yang tidak sesuai dengan kaidah yang telah direkomendasikan. Beberapa kelemahan tersebut terjadi terkait dengan kualitas tutor, kualitas pemicu (skenario), sumber daya dan pembiayaan, serta kesiapan mah asiswa. Tutor yang terbiasa dengan metode teacher-centered akan cenderung bertindak sebagai narasumber di dalam ruang tutorial. Tutor seperti ini cenderung menganggap bahwa sistem pembelajaran PBL menyulitkan, Dari segi kesiapan sumber daya dan pembiayaan, PBL memerlukan staf pengajar yang lebih banyak untuk menjadi tutor, ruangan yang banyak, dan sumber bacaan dan perpustakaan yang dapat diakses dengan mudah. Dari segi kesiapan mahasiswa, kurangnya kemampuan dalam SDL akan menghambat karena mahasiswa tidak tahu berapa banyak informasi yang perlu dikumpulkan, berhubungan, dan berguna untuk mendukung pembelajaran mereka (Wood, 2003).
diharapkan agar pelajar yang dulunya hanya menerima ilmu dari guru menjadi pelajar yang mencari ilmu secara mandiri sampai seterusnya.
2.4 Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan Kurikulum yang digunakan di Fakultas Kedokteran USU sejak 2008 yang memiliki 7 area kompetensi diantara lain: Profesionalitas yang luhur, Mawas diri dan pengembangan diri, Komunikasi efektif, Pengelolaan informasi, Landasan il miah ilmu kedokteran, Ketrampilan klinis, Pengelolaan masalah kesehatan. (SKDI 2012). SDL merupakan suatu sifat yang harus dimiliki oleh seorang dokter, karena SDL termasuk dalam area kompetensi yang ke -2 yaitu mawas diri dan pengembangan diri.
Dalam area kompetensi 2 ini diharapkan agar dokter memiliki prinsip pembelajaran dewasa yaitu: belajar mandiri (SDL), berpikir kritis, refleksi diri. Memiliki dasar-dasar keterampilan belajar yaitu: pengenalan gaya belajar, pencarian literatur, mendengar aktif, memb aca aktif, konsentrasi dan memori, manajemen waktu, membuat catatan kuliah, persiapan ujian (SKDI, 2012).
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitan dia tas ,maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian.
Tabel 3.1. Kerangka Konsep dan Definisi Operasional
Variabel Definisi Alat Ukur Skala Ukur Keterangan
1.Mahasiswa
semester I FK USU Mahasiswa laki-laki dan perempuan yang terdaftar di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara pada Semester Ganjil tahun 2013. Data Sekunder Nominal
2. Kesiapan menghadapi Self-directed learning Keadaan atau kondisi seorang mahasiswa dapat melakukan proses belajar secara mandiri. Self-directed Learning Readiness Scale (SDLRS)
Ordinal 1 = hampir tidak 2 = tidak selalu 3 = sesekali 4 = biasanya 5 = hampir selalu 58-176 = Rendah
177-201 = Dibawah rata-rata 202-226 = Rata-rata
227-251 = Diatas rata-rata 252-290 = Tinggi
3. Faktor yang mempengaruhi
Sifat atau karakter individu yang telah siap untuk belajar secara mandiri.
Kuesioner Nominal 1= Sangat tidak setuju 2= Tidak setuju 3= Setuju
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional study yang bersifat deskriptif, dimana penelitian ini memberikan gambaran tentang kesiapan mahasiswa semester I FK USU terhadap SDL.
4.2.Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran USU Medan selama bulan September dan Oktober 2013.
4.3.Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi target penelitian ini adalah mahasiswa Semester I FK USU sejumlah 463 orang.
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian diambil dengan metode probability samplingyaitu metodeConsecutive Sampling(sampel strata yang diacak). Di dalam penarikan sampel secara acak maka semua unsur yang ada di populasi akan mempunyai peluang yang sama untuk terambil sebagai sampel untuk mewakili populasinya (Wahyuni, 2007).
Besarnya sampel penelitian ini dihitung dengan menggunakan perhitungan dengan rumus berdasarkan Wahyuni (2007):
n . 1 / 2. . 1
1 1 / 2. . 1
Dimana:
n = besar sampel minimum N = jumlah di populasi
Z1-α/2 = nilai distribusi normal baku menurut tabel Z pada α tertentu P = harga proporsi di populasi
d = kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
Berdasarkan rumus tersebut maka besar sampel dapat dihitung sebagai berikut:
n = besar sampel minimum
N = 463
Z1-α/2 = 1,96 (95%)
P = 0,5
n 463. 1,96 . 0,5 1 0,5
463 1 0,1 1,96 . 0,5. 1 0,5
n 463. 3,8416. 0,25 462 . 0,01 3,8416 .0,25
n 444,6652
4,62 0,9604
n 444,6652
5,5804
n = 79,68
n = 80
Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan adalah 80 orang. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini adalah :
1. Kriteria Inklusi
a. Mahasiswa semester 1 FK USU Medan.
b. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent).
2. Kriteria Eksklusi
a. Kuesioner yang diisi tidak lengkap.
b. Kuesioner dijawab lebih dari satu jawab an.
4.4. Metode Pengumpulan Data 4.4.1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data. Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden yang dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap sampel penelitian.
4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Sub. Bagian Pendidikan FK USU Medan, berupa data demografi mahasiswa FK USU Medan.
4.4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
momment dan ujiCronbach (cronbach alpha) dalam program Statistical Product and Service Solutions (SPSS).
Sampel yang digunakan dalam uji validitas ini memiliki karakter yang hampir sama dengan sampel dalam penelitian. Uji validitas dan reabilitas kuesioner dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak 10 subyek.
Hasil uji validitas dan reliabilitas pada kuesioner ini adalah valid dengan nilai Pearson Correlation sebesar 0,663 sampai 0,943 dan reliabel dengan koefisienCronbach alphasebesar 0,876.
Setelah kuesioner valid dan reliabel, peneliti akan membagikan kuesioner pada subjek penelitian yang telah menyetujui informed consent. Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sum atera Utara.
4.4.4. Metode Pengolahan Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada pengambilan data penelitian, sebanyak 80 orang mahasiswa dan mahasiswi yang memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian diminta mengisi Guglielmino SDLRS untuk mendapatkan informasi yang diperlukan serta
menandatangani lembar informed consent sebagai tanda subjek bersedia untuk menjadi sampel penelitian.
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
yang beralamat Jalan Dokter Mansy ur Nomor 5, Medan, Kecamatan Medan Baru dengan batas wilayah:
a)Batas Utara : Jalan Dokter Mansyur, Padang Bulan b) Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU c) Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan d) Batas Barat : Fakultas Psikologi USU
Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara memiliki luas sekitar 122 Ha dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada di tengahnya.
5.1.2. Distribusi Karakteristik Sampel
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Nomor Jenis Kelamin Frekuensi
(Orang) Persentase (%) 1 2 Laki-Laki Perempuan 32 48 40 60
Total 80 100
[image:33.612.128.513.146.247.2]Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, sampel yang lebih banyak adalah sampel yang berjenis kelamin wanita. Terdapat 48 subjek berjenis kelamin wanita dengan persentase 60% dari jumlah seluruh sampel.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Kesiapan Responden
Variabel Kategori Frekuensi
(orang) Persentase (%) Tingkat Kesiapan Rendah Di bawah Rata-rata
Rata-rata
Di atas Rata-rata Tinggi 5 21 41 12 1 6,3 26,3 51,3 15,0 1,3
Total 80 100
[image:33.612.125.512.361.520.2]Tabel 5.3. Distribusi Silang Jenis Kelamin Dengan Tingkat Kesiapan Belajar Mandiri Jenis Kelamin Tingkat Kesiapan Total Rendah Dibawah rata-rata Rata-rata Diatas rata-rata Tinggi
F (%) F (%) F (%) F (%) F (%) F (%)
Laki-laki Perempuan 3 2 3,7 9 12 11,3 16 25 20 4 8 5 0 1 0 32 48 40
2,5 15 31,2 10 1,3 60
Total 5 6,2 21 26,3 41 51,2 12 15 1 1,3 80 100
Dari data yang diperoleh dari tabel 5.2 dilihat bahwa hanya terdapat 1 orang perempuan (1,3%) yang memiliki tingkat kesiapan belajar mandiri yang tinggi,
dari jawaban kuesioner faktor yang mempengaruhi juga didapatkan bahwa sampel tersebut sangat menyetujui bahwa kemandirian belajarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian pelajar, dia juga menyetujui belajar sendiri itu menyenangkan, hal ini membuktikan bahwa memang mahasiswi tersebut senang belajar mandiri. Pada keseluruhan sampel memiliki
[image:34.612.130.513.477.700.2]tingkat kesiapan rata-rata yang berjumlah 41 orang (51,2%) dan mayoritas perempuan yang berjumlah 25 orang (31,2%).
Tabel 5.4. Distribusi Jawaban Kuesioner Guglielmino’s SDLRS
Klasifikasi Pertanyaan Kategori Hampir tidak pernah Tidak selalu pernah Sesekali pernah Biasanya pernah Hampir selalu pernah
F (%) F (%) F (%) F (%) F (%)
1.Keinginan belajar sepanjang
hayat.
2 3 6 7,5 21 23,6 31 39,3 19 23,7
2.Kesiapan menentukan yang
ingin dipelajari.
1 1,3 3 3,7 15 18,8 37 46,2 24 30
kemandirian
dalam belajar.
4.Kemampuan mencari informasi
yang baik 15 18,8 18 22,5 37 46,3 8 10 2 2,5
5.Tingkat
Kreativitas 1 1,3 8 10 27 33,7 27 33,7 17 21,2
[image:35.612.131.512.425.701.2]Dari hasil analisis data didapati bahwa ke keinginan mahasiswa belajar sepanjang hayat mencapai 39,3%, kesiapan mahasiswa untuk menentukan apa yang ingin dipelajarinya mencapai 46,2%, kemandirian dalam belajar menacapai 40%, kemampuan untuk mencari informasi yang baik mencapai 46,3%, dan tingkat kreativitas mencapai 33,7%.
Tabel 5.5. Distribusi Jawaban Kuesioner Faktor -faktor Yang Mempengaruhi
No Faktor yang mempengaruhi
Kategori Sangat tidak
setuju Tidak setuju Setuju
Sangat setuju
F (%) F (%) F (%) F (%)
1 Akses
informasi 1 1,3 9 11.3 55 68,8 15 18,8
2 Interaksi
dengan senior 0 0 2 2,5 45 56,3 33 41,3
3 Lingkungan
kondusif 0 0 3 3,8 24 30 53 66,3
4
Interaksi
dengan staf
pengajar
0 0 4 5 44 55 32 40
5 Jadwal 0 0 11 13,8 33 41,3 36 45
membaca
7 Tempo belajar 1 1,3 2 2,5 42 52,5 35 43,8
8 Kehadiran
pengajar 3 3,8 12 15 47 58.8 18 22,5
9 Ujian 3 3.8 3 3.8 56 70 18 22,5
10 Teknik belajar
tradisional 0 0 35 43,8 31 38,8 14 17,5
11
Ilmu
pengetahuan
dasar
0 0 3 3,8 33 41,3 44 55
12 Kesukaan
belajar mandiri 0 0 23 28,8 44 55 13 16,3
13 Kebosanan
belajar sendiri 8 10 41 51,3 21 26,3 10 12,5
14 Dukungan
orang tua 1 1,3 7 6,8 13 16,2 59 73,8
Dari hasil analisis data didapatkan bahwa ada beberapa faktor yang sangat berperan dalam meningkatkan kemampuan belajar ma ndiri seseorang seperti akses informasi dimana 68,8% responden setuju bahwa hal tersebut sangat mempengaruhi kemampuan belajar mandiri seseorang. Hal -hal lain misalnya interaksi dengan senior (56,3% setuju), lingkungan belajar yang kondusif (66,3% sangat disetujui), interaksi dengan staf pengajar, kemampuan membaca tempo
belajar, kehadiran pengajar, adanya ujian hingga ke hal yang pribadi seperti dukungan orang tua (73,8%) yang ternyata sangat mempengaruhi kemampuan belajar mandiri seseorang.
5.2. Pembahasan 5.2.1. SDLR
learning. SDLR dipengaruhi oleh pelajar secara individu karena kepribadian seseorang sangat mempengaruhi kemampuan SDL orang tersebut (Wiley, 1983).
Self Directed Learning adalah konsep yang dapat memperkuat diri . Dosen memberi kendali kepada mahasiswa untuk belajar , namun sekaligus membiarkan mahasiswa memiliki otonomi dalam melakukan proses tersebut. Oleh karena itu, tujuan pendidikan adalah untuk membantu mahasiswa mengembangkan ilmu
mereka untuk belajar, membuat mereka mampu mengendalikan dan bertanggung jawab untuk belajar. Dosen akan memberikan kend ali dan tanggung jawab pembelajaran kepada mahasiswa pada saat proses belajar mengajar tergantung kepada keinginan dari mahasiswa itu sendiri . Dosen juga pada akhirnya mencapai tujuan dari pendidikan yaitu membuat mahasiswa mampu belajar sendiri . Untuk membuat mahasiswa menjadi mandiri, staf dosen harus memberikan kesempatan
belajar dan membujuk mahasiswa untuk menilai diri mereka sendiri . Jadi, penting untuk menilai tingkat kesiapan belajar mandiri dari mahasiswa lalu menyesuaikan teknik pembelajaran dan m elakukan pendekatan interpersonal yang disesuaikan dengan tingkat kesiapan mahasiswa tersebut untuk menciptakan hubungan antara mahasiswa dan dosen. Dosen mampu mengirimkan pengendalian pembelajaran
dari dosen ke mahasiswa, dan mengendalikan situasi pembel ajaran bersama. Pada akhirnya, mahasiswa mempelajari situasi pembelajaran . Dosen adalah konsultan yang perlahan-lahan membantu mahasiswa melanjutkan proses belajar mandiri . Dosen tidak boleh menghilangkan tanggung jawab mereka untuk belajar terus saat peran mereka menjadi pemberi ilmu, perintah, fasilitator sudah berakhir karena
mahasiswa sudah dapat belajar mandiri . Proses perubahan kendali pembelajaran ini perlahan-lahan akan menjadikan mahasiswa dan dosen membuat keputusan bersama-sama. Akhirnya, dosen mejadi sumber, penguat, konsultan bagi mahasiswa saat mendapatkan masalah dan membantu mereka untuk melihatnya dari sisi yang lain (Liang, 2011). Namun, dari hasil yang didapatkan dari penelitian ini didapatkan bahwa kondisi mahasiswa/i pada saat ini yang h ampir
Di Indonesia telah menjadi sebuah tradisi untuk menganggap seorang guru
adalah sosok otoriter dimana segala sesuatu harus diperintahkan oleh se orang guru karena mempunyai otoritas dalam segala hal sehingga kebutuhan seorang pelajar secara individu terabaikan (Dunbar, 1991). Tradisi komunikasi verbal antara guru dan murid sudah menjadi persepsi populer yang menjadikan pembelajaran dengan seorang guru adalah seolah-olah pembelajaran dengan seorang atasan.
Pembelajaran adalah sesuatu yang aktif sedangkan dinamika pembelajaran ini adalah aktifitas pasif. Dunbar juga mengatakan bahwa penambahan ilmu dan pengembangan teknik di Indonesia adalah replikasi dari apa yang dikatakan dan diperbuat seorang guru, sehingga ini menjadikan pelajar Indonesia dari SD hingga bangku perkuliahan membawa kebiasaan belajar ini. Persepsi ini masih terdapat di Sekolah Tinggi Keperawatan di Kalimantan Tengah (2002). Pada pene litian
tersebut dilihat bahwa pada perawat -perawat yang diberikan program pembelajaran yang dapat memicu kemandirian, terdapat peningkatan kemampuan pembelajaran karena beberapa faktor yang salah satunya adalah kemudahan mengakses informasi dari internet m aupun perpustakaan.
Dari hasil penelitian ternyata 43,8% mahasiswa biasanya tahu dimana
mencari dan mendapatkan informasi dan kebanyakan mahasiswa di Indonesia menganggap bahwa perpustakaan adalah tempat yang membosankan, hanya 33,8% yang merasa perpustak aan tidak membosankan. Perpustakaan di Amerika, Kanada, Australia, Inggris memiliki jurnal, buku -buku, dan bermacam-macam jenis referensi untuk mendapatkan ilmu. Akan tetapi, perpustakaan yang terdapat
di universitas keperawatan di Kalimantan Tengah tidak memiliki referensi sebanyak itu. Sehingga SDL pada pelajar -pelajar di Amerika dan negara -negara lain menganggap bahwa mahasiswa memiliki kemampuan untuk belajar secara independen dan secara psikologis siap untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran yang diperlukan saat belajar secara teacher-independent,atau belajar mandiri. Hal ini sangat berbeda di Indonesia karena pelajar di Indonesia sudah memiliki budaya
hal-hal diluar perintah seorang guru sebagai tindakan yang didasari oleh keinginan
pribadi (Dunbar, 1991). Dari hasil penelitian d idapatkan bahwa ternyata mahasiswa biasanya tahu apa yang ingin mereka pelajari (42,5%), mengetahui cara untuk mempelajarinya (52,5%), menentukan cara mempelajarinya dengan metode sendiri (48,8%), mengetahui kapan harus belajar lebih (43,8%), memiliki keinginan kuat untuk belajar hal baru (48,8%), dan sudah bertanggung jawab
untuk pembelajarannya sendiri (46,3%). Hal ini membuktikan bahwa sebenarnya mahasiswa/i pada dasarnya memiliki kemampuan untuk belajar mandiri hanya saja dibutuhkan cara untuk memicu d an mengembangkannya. Menurut penelitian Huang (2008), lingkungan pembelajaran yang suportif seperti keberadaan perpustakaan hanya memberi pengaruh 3% kepada SDLR, hal ini sesuai dengan penelitian Regan (2003) yang mendapatkan bahwa arahan dan tuntunan yang jelas
dapat memotivasi mahasiswa/i untuk belajar mandiri.
Pada penelitian di Indonesia sebelumnya, terdapat 64% sampel memiliki kesiapan belajar mandiri dibawah rata -rata, 34% rata-rata, dan 2% diatas rata -rata. Tidak ada pelajar yang memiliki tingkat kem andirian diatas rata-rata, hal yang serupa terdapat pada penelitian yang dilakukan terhadap pilot 78% dibawah rata
-rata, 20% rata--rata, dan 2% diatas rata --rata, namun tidak ada yang memiliki tingkat kemandirian yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian terd ahulu membuktikan bahwa pelajar di Indonesia menggunakan sistem pembelajaran tradisional (Saha, 2006). Penelitian Hsu tahun 2005 juga mengatakan bahwa pada pelajar yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik akan memiliki tingkat
kemandirian yang tinggi dan pelajar yang memiliki latar belakang yang buruk memiliki tingkat kemandirian yang rendah.
Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan dari 80 sampel yang menggunakan Guglielmino SDLRS ternyata 5 orang masih memiliki tingkat kemandirian yang rendah (6,3%), 21 orang dibawah rata -rata (26,3%), dan yang terbanyak adalah sampel dengan tingkat kemandirian rata -rata yaitu 41 orang
rata-rata. Hal ini dapat terjadi karena sampel diambil setelah terpapar dengan
program fakultas yang dapat memicu SDL pelajar. Penelitian sebelumnya j uga mengatakan bahwa terjadi peningkatan SDLR pelajar pada saat pertama masuk program perkuliahan dan pada akhir program perkuliahan (Kocaman, 2009). Penelitian terdahulu juga mendapatkan hasil bahwa persepsi psikologis mahasiswa tentang SDL meningkat sei ring dengan berakhirnya program
pembelajaran. Hasil dari penelitian itu juga mengatakan bahwa SDLR adalah suatu proses pendewasaan. Program dari fakultas dan harapan yang ingin dicapai dari mahasiswa/i ternyata juga berperan dalam mengubah persepsi mereka mengenai SDL, begitu juga dengan pemberian dukungan dan semangat dari dosen pada permulaan program pembelajaran dapat memfasilitasi kemandirian mahasiswa (Chakravarti, 2010).
5.2.2. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi
Faktor yang mempengaruhi kemampuan belaj ar mandiri seseorang sangat bervariasi antara lain: akses terhadap informasi yang akan dicari, interaksi dengan senior, lingkungan belajar, interaksi dengan staf dosen, jadwal perkuliahan,
kemampuan membaca, tempo belajar, cara belajar, dukungan orang tua, dan ujian untuk mengukur ilmu yang didapatkan. Hal -hal ini dapat diukur dengan menggunakan kuesioner yang telah divalidasi untuk melihat apakah faktor -faktor tersebut berpengaruh terhadap kemampuan belajar mandiri seseorang. Dikatakan berpengaruh apabila skor yang didapatkan >50,01 dan tidak berpengaruh apabila
skor <50,01. Dari hasil penelitian terhadap 80 sampel ternyata kemampuan belajar mandiri seluruh sampel (100%) dipengaruhi oleh faktor -faktor tersebut.
Dari hasil analisis data didapatkan bahwa ada beberapa faktor yang sangat berperan dalam meningkatkan kemampuan belajar mandiri seseorang seperti akses informasi (68,8%). interaksi dengan senior (56,3%), lingkungan belajar yang kondusif (66,3%), tempo belajar (52,5%), Kehadiran dosen (58,8%), adanya
program yang dibuat oleh ins titusi pendidikan misalnya program kurikulum PBL
dimana mahasiswa dituntut untuk belajar mengenai kasus dan mencari inti dan tujuan yang perlu dipelajari dari kasus tersebut dan mencari informasi lebih mengenai hal-hal yang bersangkutan dengan kasus. Dalam pencarian informasi tersebut juga dituntut kemampuan mahasiswa untuk mencari informasi yang relevan karena informasi -informasi yang didapatkan nanti akan dibahas dan
didiskusikan bersama di kelompok belajar mereka masing -masing. Penelitian di Arab Saudi mendapatkan bahwa ternyata 55% mahasiswa membutuhkan bantuan menggunakan perpustakaan dan internet untuk mengakses informasi, 80% menginginkan waktu yang lebih lama untuk berdiskusi menjawab pertanyaan dari materi perkuliahan, dan 74% ingin dipecahkan menja di beberapa kelompok saat perkuliahan. Hal ini serupa dengan penelitian ini dimana 68,8% mahasiswa sangat
dipengaruhi oleh kemudahan akses informasi untuk belajar mandiri, keinginan membentuk kelompok belajar karena bosan belajar sendiri (51,3%). Penelitia n tersebut juga mendapatkan hal yang menarik yaitu kebanyakan mahasiswa menganggap diri mereka pemalu (53%) sehingga mereka tidak pernah bertanya atau berinteraksi dengan dosen, hanya 46% yang berinteraksi bila tidak mengerti
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Empat puluh satu orang (51,3%) yang memiliki kesiapan untuk belajar mandiri pada tingkat rata-rata.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar mandiri seseorang sangatlah berperan dalam menentukan kemampuan seseorang untuk belajar secara independen.
3. 45,2% dari seluruh sampel ingin belajar sepanjang hayat.
4. Mahasiswa yang mampu menentukan apa yang ingin dipelajarinya mencapai 46,5%
5. Mahasiswa yang mampu mencari informasi dengan baik mencapai 46,3% 6. Hanya sedikit mahasiswa yang memiliki kreativitas (32,2%).
6.2. Saran
1. Mahasiswa perlu meningkatkan dan memperbaiki kualitas faktor -faktor yang mempengaruhi kemampuan belajar mandirinya, didukung oleh program studi dan kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
Chakravarthi, S. & Vijayan, P., 2010. Analysis of the Psychological Impact of Problem Based Learning (PBL) towards Self Directed Learning among Students in Undergraduate Medical Education. Int. J. Psychol. Stud, 2 (1): 38-43.
Chang, C., 2006. Development of Competency -Based Web Learning Material and Effect Evaluation of Self -Directed Learning Aptitudes on Learning Achievements.ILE, 14 (3): 265-286.
Crook, J., 1985. A Validation Study of a Self -Directed Learning Readiness Scale. Journal of Nursing Education, 24 (7): 274.
Dunn, D. & Saitonge. D.M.C.D., 1999. A student view of self -directed clinical learning.Medical Teacher, 21 (3): 302.
Frisby, A.J., 1991. Self -Directed Learning Readiness in Medical Students at the Ohio State University. Ohio: School of Ohio State University, 13-28.
Hsu, Y., & Shiue, Y., 2005. The Effect of Self -Directed Learning Readiness on Achievement Comparing Face -To-Face and Two-Way Distance Learning Instruction.Int. J. Instr. Media, 32 (2): 143-156.
Huang, M., 2008. Factors Influencing Self -Directed Learning Readiness amongst Taiwanese Nursing Students. Queensland: QUT, IHBI, 15-28.
Kocaman, G., Dicle, A. & Ungur, A., 2009. A Longitudinal Analysis of the Self -Directed Learning Readiness Level of Nursing Students Enrolled in a Problem-Based Curriculum.Journal of Nursing Education, 48 (5): 286-289. Liang, L. & Wang, W., 2011. Promotion of Self -Directed Learning Through
Developmental Teaching Strategies. JAABC, 17 (1): 209-215.
Malta, S., Dimeo, S.B. & Carey, P.D., 2010. Self -Direction in Learning Does it Change Over Time?. Journal of Allied Summer, 39 (2): 37-41.
Miller, M.P., 2010. Are first year undergraduate student nurses prepared for self directed learning?.Nursing times, 106 (46): 21.
Sherwood, A.L., 2004. Problem -Based Learning in Management Education A Framework for Designing Context.J. Manag. Educ, 28 (5): 536-557.
Smiths, P.B.A., Verbeek, J.H.A.M. & de Buisonje, C.D., 2002. Problem based learning in continuing medical education: A review of controlled evaluation studies.BMJ, International edition, 324 (7330): 153-6.
Standar Kompetensi Dokter Indonesia, 2012. Area Kompetensi 2: Mawas Diri dan Pengembangan Diri. Dalam: SKDI Jakarta: Konsil Kedok teran Indonesia, 16.
Lampiran 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Raymond Bernardus
Tempat/ Tanggallahir : Medan/19 Oktober 1992
Agama : Katolik
Alamat : Jl. Babura Baru No.419 f/12
Medan 2153
Nomor Telepon : 08126303696
Orang Tua : - Ayah : Dewanta Tjandra
- Ibu : Dian Pertiwi
RiwayatPendidikan : 1.SD Santo Yoseph I Medan 1998
2. SMP Santo Yoseph I Medan 2004 3. SMA Santo Thomas I Medan 2007 4. Fakultas Kedokteran USU 2010
Riwayat Pelatihan : 1. Seminar dan Workshop Basic Life Support dan Traumatologi
RiwayatOrganisasi : 1. Bakti Sosial Keluarga Mahasiswa Kristen USU tahun 2011
2. Bakti Sosial Keluarga Mahasiswa Kristen USU tahun 2012
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN
Dengan hormat,
Saya, Raymond Bernardus adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010. Saat ini saya sedang mengadakan penelitian dengan judul “Persepsi Mahasiswa FK USU ter hadap Kesiapan
Menghadapi Self Directed Learning dengan Menggunakan Guglielmino’s SDLR
Scale dan Faktor yang Mempengaruhinya”. Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan proses bela jar mengajar pada blokCommunity Research Programme.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesiapan mahasiswa semester I FK USU terhadap SDL . Untuk keperluan tersebut, saya memohon kesediaan Adik untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini. Selanjutnya, saya memohon kesediaan Adik untuk mengisi kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika Adik bersedia, silahkan menandatangani persetujuan ini sebagai bukti
kesukarelawan saudara.
Identitas pribadi saudara sebagai partisipan akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya a kan digunakan untuk penelitian ini. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, saudara dapat bertanya langsung kepada peneliti. Atas perhatian dan kesediaan saudara menjadi partisipan dalam penelitian ini,
saya mengucapakan terima kasih.
Medan 15 Juli 2013 Peneliti,
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini,
nama :
kelas :
jenis kelamin :
no. telepon/HP :
telah benar-benar paham atas penjelasan yang disampaikan oleh peneliti mengenai penelitian ini yang berjudul “Persepsi Mahasiswa FK USU terhadap Kesiapan
Menghadapi Self Directed Learning dengan Menggunakan Guglielmino’s SDLR
Scale dan Faktor yang Mempengaruhinya”. Oleh karena itu saya menyatakan BERSEDIA menjadi partisipan dalam penelitian ini. Demikianlah, persetujuan ini saya sampaikan dengan sukarela dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Medan, 15 Juli 2013 Hormat Saya,
LAMPIRAN 4 KUESIONER PENELITIAN Respon Pertanyaan Hampir tidak Tidak selalu
Sesekali Biasanya Hampir
selalu
1.Saya ingin belajar terus selama saya masih
hidup.
1 2 3 4 5
2.Saya tahu apa yang ingin saya pelajari.
1 2 3 4 5
3.Saat saya tidak mengerti, saya tidak
memperdulikan hal itu
lagi.
1 2 3 4 5
4.Jika ada hal yang ingin saya pelajari, saya
mencari cara untuk
mempelajarinya.
1 2 3 4 5
5.Saya suka belajar. 1 2 3 4 5
6.Saya butuh waktu untuk memulai belajar.
1 2 3 4 5
7.Di dalam kelas, saya berharap dosen untuk
selalu memberi tahu
mahasiswa apa yang
harus dilakukan.
1 2 3 4 5
8.Saya percaya, bahwa berpikir tentang siapa
saya, dimana saya
berada, kemana saya
akan pergi memberi
pengaruh besar dalam
pendidikan saya.
9.Saya tidak bekerja dengan baik sendirian.
1 2 3 4 5
10.Jika saya
membutuhkan informasi,
saya tahu tempat untuk
mencarinya.
1 2 3 4 5
11.Saya mampu belajar sendiri lebih baik dari
orang lain.
1 2 3 4 5
12.Walaupun saya memiliki ide yang baik,
saya tidak mampu
merancang rencana untuk
mejalankannya.
1 2 3 4 5
13.Dalam pengalaman belajar, saya lebih
menyukai menentukan
apa yang akan dipelajari
dan bagaimana caranya.
1 2 3 4 5
14.Kesulitan belajar tidak mempengaruhi saya
bila saya tertarik pada
sesuatu.
1 2 3 4 5
15.Tidak ada orang lain yang bertanggung jawab
tentang apa yang saya
pelajari.
1 2 3 4 5
16.Saya mampu menilai apakah saya belajar
dengan baik atau tidak.
1 2 3 4 5
17.Sangat banyak yang ingin saya pelajari, saya
berharap ada waktu lebih
banyak dalam sehari.
18.Bila ada sesuatu yang sudah saya putuskan
untuk dipelajari, saya
mampu mencari waktu
untuk belajar, walaupun
sibuk.
1 2 3 4 5
19.Saya memiliki kesulitan untuk mengerti
apa yang saya baca.
1 2 3 4 5
20.Bukan salah saya bila saya tidak belajar.
1 2 3 4 5
21.Saya tahu kapan saya perlu belajar lebih.
1 2 3 4 5
22.Saya tidak keberatan apabila masih memiliki
pertanyaan apabila saya
bisa memperoleh nilai
baik.
1 2 3 4 5
23.Perpustakaan adalah tempat yang
membosankan
1 2 3 4 5
24.Orang yang saya kagumi selalu
mempelajari hal baru
1 2 3 4 5
25.Saya dapat mencari berbagai cara untuk
mempelajari topik baru.
1 2 3 4 5
26.Saya mencoba menghubungkan apa
yang saya pelajari
dengan tujuan jangka
panjang saya.
27.Saya mampu mempelajari hampir
semua hal yang saya
ingin ketahui untuk diri
sendiri.
1 2 3 4 5
28.Saya suka mencari jawaban suatu
pertanyaan.
1 2 3 4 5
29.Saya tidak suka pertanyaan yang tidak
memiliki satu jawaban
yang benar.
1 2 3 4 5
30.Saya memilik rasa ingin tahu yang besar.
1 2 3 4 5
31.Saya senang bila telah selesai belajar.
1 2 3 4 5
32.Saya tidak begitu suka belajar seperti orang
lain.
1 2 3 4 5
33.Saya tidak memiliki masalah dalam ilmu
dasar.
1 2 3 4 5
34.Saya suka mencoba hal baru, walaupun saya
tidak tahu apa yang akan
terjadi.
1 2 3 4 5
35.Saya tidak suka pakar yang memberi tahu
kesalahan yang saya
perbuat.
1 2 3 4 5
36.Saya hebat dalam hal memikirkan cara yang
tidak biasa untuk
menyelesaikan masalah.
37.Saya suka
memikirkan masa depan.
1 2 3 4 5
38.Saya lebih baik dari kebanyakan orang untuk
mencari hal yang perlu
saya ketahui.
1 2 3 4 5
39.Saya melihat masalah sebagai tantangan, bukan
tanda untukberhenti.
1 2 3 4 5
40.Saya mampu membuat diri saya
melakukan hal yang saya
pikir harus dilakukan.
1 2 3 4 5
41.Saya senang dengan cara saya melacak
masalah.
1 2 3 4 5
42.Saya menjadi pemimpin dalam belajar
kelompok.
1 2 3 4 5
43.Saya suka mendiskusikan ide.
1 2 3 4 5
44.Saya tidak suka kondisi belajar yang
menantang.
1 2 3 4 5
45.Saya memiliki keinginan kuat untuk
mempelajari hal baru.
1 2 3 4 5
46.Semakin saya belajar, dunia semakin
menyenangkan.
1 2 3 4 5
menyenangkan.
48.Lebih baik tetap menggunakan metode
belajar yang kita ketahui
akan berhasil daripada
mencoba ide baru.
1 2 3 4 5
49.Saya mau belajar lebih agar saya dapat
terus tumbuh sebagai
seorang manusia.
1 2 3 4 5
50.Saya bertanggung jawab untuk
pembelajaran saya–
tidak ada orang lain.
1 2 3 4 5
51.Belajar bagaimana cara belajar sangat
penting.
1 2 3 4 5
52.Saya tidak pernah terlalu tua untuk
mempelajari hal baru.
1 2 3 4 5
53.Belajar secara konstan membosankan.
1 2 3 4 5
54.Belajar adalah alat kehidupan.
1 2 3 4 5
55.Saya belajar sendiri beberapa hal baru tiap
tahun.
1 2 3 4 5
56.Belajar tidak membuat perbedaan di
hidup saya.