• Tidak ada hasil yang ditemukan

Autecology of pepper plan in Lampung Province environmental characteristic and its factors affecting the productivity of pepper plant

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Autecology of pepper plan in Lampung Province environmental characteristic and its factors affecting the productivity of pepper plant"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

AUTEKOLOGI TANAMAN LADA (

Piper nigrum

L.)

DI

PROVINSI LAMPUNG: KARAKTERISTIK LINGKUNGAN

DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS

YUDIYANTO

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Autekologi Tanaman Lada (Piper nigrum L.) di Provinsi Lampung: Karakteristik Lingkungan dan Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2013

Yudiyanto

(4)
(5)

RINGKASAN

YUDIYANTO. Autekologi Tanaman Lada (Piper nigrum L.) di Provinsi Lampung: Karakteristik Lingkungan dan Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas. Dibimbing oleh IBNUL QAYIM, ABDUL MUNIF, dan DEDE SETIADI.

Mengetahui dengan baik karakteristik suatu spesies tanaman merupakan langkah awal keberhasilan budidaya spesies tanaman tersebut. Setiap individu tumbuhan membutuhkan lingkungan hidup yang spesifik untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik. Namun tidak setiap habitat lingkungan hidupnya selalu sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangannya. Pada tanaman lada, perbedaan ketinggian tempat, curah hujan dan karakteristik lingkungan yang lain dimungkinkan akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan produktivitas. Daerah Lampung yang dikenal sebagai sentra tanaman lada memiliki banyak varietas tanaman lada serta kondisi wilayah dengan ketinggian dan karakteristik lingkungan yang berbeda. Data dari Dinas Perkebunan Provinsi Lampung menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir produktivitas tanaman lada di Lampung terus mengalami penurunan. Produktivitas tanaman lada pada tahun 2005 tercatat rata-rata 651 kg/ha, tahun 2007 sebesar 478 kg/ha dan tahun 2011 rata-rata 461 kg/ha. Oleh karena itu, informasi autekologi tanaman lada di Lampung menjadi penting dan menarik untuk diketahui sehingga nantinya dapat berguna bagi setiap usaha untuk meningkatkan produktivitas dan pengembangan tanaman lada di Provinsi Lampung.

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui autekologi tanaman lada di Provinsi Lampung yang meliputi beberapa aspek, antara lain: 1) untuk mendapatkan informasi tentang fenologi tanaman lada di Provinsi Lampung, 2) mengetahui kondisi faktor lingkungan abiotik dan biotik pada habitat tanaman lada di Provinsi Lampung saat ini, serta 3) mengetahui faktor-faktor lingkungan habitat tanaman lada yang mempengaruhi produktivitas tanaman lada di Provinsi Lampung.

Studi fenologi tanaman lada di Lampung dilakukan dengan observasi di lapangan dengan membuat plot penelitian di dua lokasi yaitu di Kebun Percobaan Balittri Desa Cahaya Negeri Lampung Utara dan Kebun Percobaan BPTP Desa Negara Ratu Kecamatan Natar Lampung Selatan. Kegiatan studi karakteristik faktor lingkungan dan pengaruhnya terhadap produktivitas tanaman lada dilakukan di empat kabupaten di Provinsi Lampung dengan lokasi ketinggian yang berbeda yaitu Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat, Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara, Kecamatan Margatiga Kabupaten Lampung Timur dan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Pengamatan dan pengukuran dilakukan terhadap faktor lingkungan, keragaan serta produktivitas tanaman lada. Analisis kimia tanah dilakukan untuk mengetahui kondisi tingkat kesuburan tanah di lokasi penelitian. Pada komponen lingkungan biotik dilakukan identifikasi keanekaragaman serangga permukaan tanah dan hubungannya dengan tanaman lada. Terakhir dilakukan analisis hubungan faktor-faktor lingkungan tersebut terhadap produktivitas tanaman lada.

(6)

Karakteristik pembungaan tanaman lada varietas Natar 1 dan Natar 2 memiliki sifat berbunga musiman, masa awal pembungaan mengikuti datangnya musim hujan di wilayah setempat. Di Abung Barat, varietas Natar.1 memiliki keragaan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan Natar.2, sebaliknya di wilayah Natar, keragaan dan produktivitas varietas Natar.2 lebih tinggi dibandingkan Natar.1. Perbedaan kondisi lingkungan habitat mempengaruhi produktivitas tanaman lada.

Karakteristik lingkungan habitat tanaman lada di empat lokasi penelitian dalam data iklim rataan per tahun antara lain: di wilayah Sekincau memiliki curah hujan 1836 mm/tahun, temperatur udara 21°C, kelembaban udara 93.6%, temperatur udara mikro siang hari 26°C dan 17°C pada malam hari. Kelembaban udara mikro 92.91%, intensitas cahaya mikro 911.8 lx serta memiliki kriteria tingkat kesuburan tanah yang sedang. Di Abung Barat memiliki curah hujan 2160 mm/tahun, temperatur udara 27.23°C, kelembaban udara 83.03%, temperatur udara mikro siang hari 31.4°C dan 23.56°C pada malam hari. Kelembaban udara mikro 79.41%, intensitas cahaya mikro 972 lx serta kesuburan tanah yang rendah. Di Margatiga memiliki curah hujan 2169 mm/tahun, temperatur udara 27.6°C, kelembaban udara 79.8%, temperatur udara mikro siang hari 31.4°C dan 23.74°C pada malam hari. Kelembaban udara mikro 78.41%, intensitas cahaya mikro 990 lx serta kesuburan tanah yang rendah. Di Natar memiliki curah hujan 1225 mm/tahun, temperatur udara 27.31°C, kelembaban udara 81.5%, temperatur udara mikro siang hari 32.26°C dan 23.28°C pada malam hari. Kelembaban udara mikro 82.74%, intensitas cahaya mikro 923 lx serta kesuburan tanah yang rendah. Berdasarkan kriteria kesesuaian lahan bagi tanaman lada, karakteristik lingkungan habitat tanaman lada di wilayah Sekincau memiliki kriteria kurang sesuai terutama untuk parameter kelembaban udara, wilayah Natar juga memiliki kriteria kurang sesuai pada parameter curah hujan, sedangkan wilayah Abung Barat dan Margatiga tergolong sangat sesuai terutama untuk parameter temperatur udara dan curah hujan.

Pada aspek faktor lingkungan biotik, terdapat 12 ordo serangga permukaan tanah yang ditemukan pada tanaman lada. Ordo Hymenoptera khususnya kelompok serangga Famili Formicidae ditemukan paling melimpah. Hasil analisis menunjukkan bahwa serangga-serangga tersebut tidak berasosiasi secara langsung dengan tanaman lada, keberadaaanya dimungkinkan karena dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti ketinggian, curah hujan dan aktivitas manusia. Beberapa lokasi kebun lada yang relatif lebih dekat dengan permukiman penduduk cenderung memiliki keanekaragaman serangga semut yang tinggi yang didominasi oleh keberadaan semut

tramp yang biasa berasosiasi dengan manusia.

Faktor lingkungan yang memberikan pengaruh nyata terhadap produktivitas tanaman lada varietas Natar.1 antara lain curah hujan, kelembaban udara, intensitas cahaya matahari, pH tanah dan temperatur udara, sedangkan terhadap varietas Natar.2 antara lain kelembaban udara, curah hujan, intensitas cahaya, C/N rasio dan pH tanah. Hasil analisis PCA per wilayah penelitian menunjukkan produktivitas lada di Sekincau berkorelasi positif dengan intensitas cahaya dan temperatur udara, di Abung Barat dan Margatiga berkorelasi positif dengan temperatur udara dan KTK tanah, serta di Natar berkorelasi positif dengan variabel KTK dan C/N rasio tanah. Karakteristik lingkungan yang sesuai dengan tanaman lada di Provinsi Lampung adalah di daerah Margatiga Kabupaten Lampung Timur dan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara.

(7)

SUMMARY

YUDIYANTO. Autecology of Pepper Plant (Piper nigrum L.) in Lampung Province: Environmental Characteristic and Its Factors Affecting the Productivity of Pepper Plant. Supervised by IBNUL QAYIM, ABDUL MUNIF, and DEDE SETIADI.

Understanding the characteristic of crop plant species is a pivotal step to achieve the cultivation success on agricultural practices. Each plant requires a specific environmental condition for its growth and maturation. In case of pepper plant, environmental factors such as altitude and rainfall considerably affect on the growth as well as productivity of this plant. As one of pepper production center in Indonesia, Lampung Province has diversity of pepper varieties and different environmental characteristic with gradient of altitude and precipitation. Based on Dinas Perkebunan (Plantation Office) of Lampung Province, productivity of pepper in Lampung tends to decrease recently. The average pepper production was 651 kg/ha in 2005, 478 kg/ha in 2007 and 461 kg/ha in 2011. Those, well-knowledge about autecology of pepper plant in Lampung Province become an important concern to solve the problems on pepper cultivation.

The main objective of this research was to study the autecology of pepper plant in Lampung Province. The research covered specific objectives were (i) to obtain the information about phenology of pepper plant in Lampung Province, (ii) to determine the recent environmental condition of pepper plant habitat including biotic and abiotic factors, and (iii) to investigate the environmental factors that affect the productivity of pepper plant in Lampung Province.

Study about phenology of pepper plant in Lampung was conducted through direct observation on selected plot in two areas i.e. (i) Kebun Percobaan Balittri, Cahaya Negeri Village, Subdistrict of Abung Barat, North Lampung and (ii) Kebun Percobaan BPTP, Negara Ratu Village, Subdistrict of Natar, South Lampung. Whereas, study about of environmental characteristics and its factors effect on the productivity of pepper plant was conducted in four districts with different altitude i.e. (i) Sekincau Subdistrict, West Lampung, (ii) Abung Barat Subdistrict, North Lampung, (iii) Margatiga Subdistrict, East Lampung, and (iv) Natar Subdistrict, South Lampung. Observation and measurement were conducted to obtain the data for environmental factors, variability and productivity of pepper plant. Analysis of soil chemistry was performed to determine the condition of soil fertility on each location. To study the biotic component, insects were explored as study case to investigate the relationship between insect and pepper plant. Then, statistical analyses were performed to study the relationship between environmental factors including abiotic and biotic factors and the productivity of pepper in Lampung Province.

(8)

flowering time follow the rainy season in the local region. In Abung Barat, variety of Natar 1 has higher variability and productivity than Natar 2. In contrast, variability and productivity of Natar 2 was higher than Natar 1 in Natar Subdistrict. The difference of environmental condition might affect the productivity of pepper plant in Lampung Province.

Environmental characteristic of pepper plant habitat in four locations related to climate condition (average per year) i.e. (i) Sekincau has rainfall 1836 mm/year, temperature 21°C, humidity 93.6%, micro-temperature 26 °C during the day and 17 °C at night, micro-humidity 92.91%, micro-light intensity 911.8 lx, and moderate of soil fertility; (ii) Abung Barat has rainfall 2160 mm/year, temperature 27.23°C, humidity 83.03%, micro-temperature 31.4 °C during the day and 23.56 °C at night, micro-humidity 79.41%, micro-light intensity 972 lx and low/poor of soil fertility; (iii) Margatiga has rainfall 2169 mm/year, temperature 27.6 °C, humidity 79.8%, micro-temperature 31.4 °C during the day and 23.74 °C at night, micro-humidity 78.41%, micro-light intensity 990 lx, and poor of soil fertility; (iv) Natar has rainfall 1225 mm/year, temperature 27.31 °C, humidity 81.5%, temperature 32.26 °C during the day and 23.28 °C at night, micro-humidity 82.74%, micro-light intensity 923 lx, and poor of soil fertility. Based on the criteria of land suitability for pepper plant, Sekincau and Natar are less suitable for pepper cultivation in related to humidity and rainfall respectively, whereas Abung Barat and Margatiga is classified as suitable for pepper cultivation especially for temperature and precipitation.

In the aspect of biotic environmental factor, 12 insect orders were found on the soil surface of pepper plant from four locations. The most dominance insect is Order Hymenoptera especially Family Formicidae which was found abundant in the pepper habitat. The analysis showed that those insects did not directly associate with the pepper plant. Their occurrence was influenced by environmental conditions such as altitude, rainfall, and human activities. Several location or pepper field were located close to housing area and caused the domination of certain species such as tramp ants that co-exist with humans.

Environmental factors that considerably effect on the productivity of Natar 1 variety were rainfall, humidity, light intensity, pH of soil and temperature. For the variety of Natar 2, the productivity was affected by humidity, precipitation, light intensity, C/N ratio and soil pH. Based on PCA on each location, the productivity of pepper in Sekincau positively correlated with light intensity and temperature. In Abung Barat and Margatiga positively correlated with temperature and CEC of soil. Whereas in Natar positively correlated with CEC and C/N ratio of soil. The most suitable environmental habitat for pepper plant in Lampung Province are in Margatiga and Abung Barat.

Keywords: autecology, environmental factor, Lampung Province, phenology,

(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(10)
(11)

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Biologi Tumbuhan

AUTEKOLOGI TANAMAN LADA

(

Piper nigrum

L.) DI

PROVINSI LAMPUNG: KARAKTERISTIK LINGKUNGAN

DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(12)

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr Ir Sudradjat, MS Dr Ir Sulistijorini, MSi

Penguji pada Ujian Terbuka: Dr Ir Agus Hasanuddin Rachman, MSc

Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc

(13)
(14)

Judul Disertasi : Autekologi Tanaman Lada(Piper nigrum L.) di Provinsi Lampung: Karakteristik Lingkungan dan Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas

Nama : Yudiyanto NIM : G363080011

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Ibnul Qayim Ketua

Dr Ir Abdul Munif, MScAgr Anggota

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Dede Setiadi, MS Anggota

Ketua Program Studi Biologi Tumbuhan

Dr Ir Miftahudin, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(15)
(16)

PRAKATA

Alhamdulillaah dengan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan disertasi yang berjudul: Autekologi Tanaman Lada (Piper nigrum L.) di Provinsi Lampung: Karakteristik Lingkungan dan Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Ibnul Qayim selaku ketua komisi pembimbing, Dr Ir Abdul Munif, MScAgr dan Prof Dr Ir Dede Setiadi, MS selaku anggota komisi pembimbing yang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk bisa menyusun tugas akhir ini dengan baik. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr Ir Sudradjat, MS dan Dr Ir Sulistijorini, MSi selaku penguji luar komisi dalam Ujian Tertutup, juga kepada Dr Ir Agus Hasanuddin Rachman, MSc dan Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc selaku penguji luar komisi dalam Ujian Terbuka. Semoga Allah SWT menjadikan bimbingan, arahan dan masukan untuk perbaikan penulisan ilmiah ini sebagai amal sholih.

Ungkapan rasa hormat dan terima kasih juga disampaikan kepada Dekan Sekolah Pascasarjana, Dekan FMIPA, Ketua Mayor Biologi Tumbuhan dan dosen-dosen di Departemen Biologi IPB atas curahan ilmu dan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan studi ini. Kepada Ketua STAIN Jurai Siwo Metro dan rekan-rekan dosen atas izin dan dukungan yang diberikan kepada penulis untuk penyelesaian tugas belajar pada program doktor di Sekolah Pascasarjana IPB.

Terimakasih juga penulis sampaikan kepada Dr Rizali, Dr Anuraga, Dr Alfan, Hari Agung MSi, dan Jekvi H MSi, atas berbagai saran dalam penulisan disertasi. Kepada Bp Cecep Firman-Kepala Kebun Percobaan Cahaya Negeri, Bp Sunarko-Kepala Kebun Percobaan Natar, Bp Suprapto-BPTP Lampung, Rizki dan Yadi di Laboratorium Pengendalian hayati dan Nematologi IPB, atas perizinan, dukungan fasilitas dan bantuannya dalam pelaksanaan penelitian. Kepada para petani lada; Hi Lukito, Supangat dan kelompok tani Sido Rukun di Margatiga, Budi Tursilowanto dan Hamim di Sekincau, Pak Wal, Jumari, Badri di Natar, Widi, Tomo, Bandol, Tiwak di Abung Barat atas izin pemanfaatan kebun lada dan bantuannya selama pelaksanaan penelitian di lapangan. Kepada pimpinan dan staf instansi di lingkungan Pemda Provinsi Lampung: Bappeda, Dinas Perkebunan, BPS, Badan Koordinasi Penyuluh, Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Barat, Lampung Utara, Lampung Timur dan Lampung Selatan, atas bantuan perizinan dan data yang diberikan.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada ayahanda Hi Sujud dan ibunda Hj Satirah, istri tercinta Masnawati Ali, SPd dan kedua putriku tersayang serta seluruh keluarga besar Bapak Sujud dan Bapak M Ali (alm) atas keikhlasannya baik do’a, dukungan bantuan dan kesabaran selama penulis melaksanakan tugas belajar ini. Semoga disertasi ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2013

(17)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN xii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Hipotesis 4

Nilai Kebaruan 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Lada (Piper nigrum L.) 5

Varietas dan Sentra Tanaman Lada di Provinsi Lampung 7

Pengertian Autekologi 9

Faktor Lingkungan Abiotik dan Perubahan Iklim 9

Agroklimat Tanaman Lada 10

Faktor Lingkungan Biotik; Serangga Asosiatif Tanaman 11

Karakteristik Agronomik Tanaman Lada 13

Pola Budidaya Tanaman Lada di Provinsi Lampung 15 Analisis Koresponden Kanonik dan Komponen Utama 15

METODOLOGI PENELITIAN 16

Lokasi dan Waktu Penelitian 16

Metode Penelitian 17

Fenologi Tanaman Lada di Provinsi Lampung 17 Pengaruh pemangkasan dan produktivitas tanaman lada 17 Karakteristik Lingkungan dan Interaksinya 17

Analisis Kimia Tanah 19

Studi Keanekaragaman dan Struktur Komunitas Serangga

Permukaan Tanah 20

Tahapan Penelitian 21

HASIL DAN PEMBAHASAN 22

Kondisi Umum Daerah Penelitian 22

Iklim di Wilayah Provinsi Lampung 22

Sejarah Penyebaran Tanaman Lada di Lampung 25

Fenologi Tanaman Lada di Lampung 27

Waktu Berbunga dan Berbuah Tanaman Lada 28

Vegetatif Tanaman Lada 34

Produksi Buah Lada 35

Naungan dan Produktivitas Tanaman Lada 38

(18)

Interaksi Tanaman Lada dan Faktor Lingkungan 41

Komponen Faktor Lingkungan Abiotik 41

Komponen Faktor Lingkungan Biotik 55

Produktivitas Tanaman Lada 59

Analisis Hubungan Faktor Lingkungan dan Keragaan Tanaman

Lada 61

Curah Hujan, Kelembaban Udara, dan Intensitas Cahaya 62 Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Keragaan Tanaman Lada

Varietas Natar 1 64

Pengaruh Faktor Lingkungan terhadap Keragaan Tanaman Lada

Varietas Natar 2 66

Hubungan Faktor Lingkungan dan Produktivitas 69

SIMPULAN DAN SARAN 80

Simpulan 80

Saran 81

DAFTAR PUSTAKA 81

(19)

DAFTAR TABEL

1 Daftar varietas tanaman lada di Indonesia 8

2 Luas areal dan produksi lada di Provinsi Lampung tahun 2009 9 3 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman lada 12 4 Variabel pengamatan, sumber data dan cara pengukuran yang

dilakukan di empat lokasi penelitian 19

5 Tipe iklim di Provinsi Lampung berdasarkan tipe iklim Oldeman 23 6 Waktu pembentukan bunga dan buah varietas Natar 1 di Abung Barat 29 7 Waktu pembentukan bunga dan buah pada 45 tangkai bunga dari tiga

tanaman lada varietas Natar 2 di Abung Barat 30 8 Waktu pembentukan bunga dan buah pada 45 tangkai bunga dari tiga

tanaman lada varietas Natar 1 di Natar 31

9 Waktu pembentukan bunga dan buah pada 45 tangkai bunga dari tiga

tanaman lada varietas Natar 2 di Natar 32

10 Rata-rata dan simpangan baku keragaan tanaman lada varietas Natar 1

dan Natar 2 di Abung Barat 33

11 Rata-rata dan simpangan baku keragaan tanaman lada varietas Natar 1

dan Natar 2 di Natar 34

12 Rata-rata dan simpangan baku produksi buah tanaman lada di Abung

Barat 35

13 Rata-rata dan simpangan baku produksi buah tanaman lada di Natar 36 14 Rata-rata dan simpangan baku keragaan tanaman lada di Kebun

Percobaan Natar dengan perlakuan pemangkasan tanaman tegakan 38 15 Rata-rata dan simpangan baku produktivitas tanaman lada di Kebun

Percobaan Natar dengan perlakuan pemangkasan tanaman tegakan 39 16 Rata-rata dan simpangan baku data ketinggian, curah hujan,

kelembaban dan temperatur udara di empat lokasi penelitian 41 17 Rata-rata dan simpangan baku data iklim mikro di lokasi penelitian 45

18 Tekstur tanah di lokasi penelitian 46

19 Derajat Kemasaman tanah di Lokasi Penelitian 47 20 Kadar bahan organik di empat lokasi penelitian 48

21 Kadar fosfor di lokasi penelitian 49

22 Kadar kalium di lokasi penelitian 50

23 Nilai kapasitas tukar kation (KTK) di lokasi penelitian 51

24 Kejenuhan basa di lokasi penelitian 52

25 Kadar Ca dan Mg di lokasi Penelitian 53

26 Kadar K dan Na di lokasi penelitian 54

27 Rata-rata dan simpangan baku nilai pH, C/N, dan KTK tanah di empat

lokasi penelitian 54

28 Keanekaragaman serangga permukaan tanah yang diperoleh pada

empat lokasi penelitian 55

29 Keanekaragaman semut pada empat lokasi penelitian 56 30 Data rataan keragaan dan produktivitas tanaman lada di empat lokasi

penelitian 60

(20)

32 Hubungan variabel lingkungan dengan keragaan dan produktivitas tanaman lada berdasarkan analisis CCA yang dilanjutkan dengan

ordistep menggunakan permutasi 1000 kali 62

33 Hubungan variabel lingkungan dengan keragaan tanaman lada varietas Natar 1 berdasarkan analisis CCA yang dilanjutkan dengan ordistep

menggunakan permutasi 1000 kali 66

34 Hubungan variabel lingkungan dengan keragaan tanaman lada varietas Natar 2 berdasarkan analisis CCA yang dilanjutkan dengan ordistep

menggunakan permutasi 1000 kali 68

35 Hubungan faktor lingkungan iklim mikro dan kesuburan tanah

terhadap produktivitas tanaman lada. 77

36 Kondisi lingkungan tumbuh dan produktivitas tanaman lada di

Provinsi Lampung 78

DAFTAR GAMBAR

1 Posisi lokasi penelitian di empat kabupaten di Provinsi Lampung 16 2 Diagam alir tahapan penelitian autekologi tanaman lada di Provinsi

Lampung 21

3 Fase perkembangan tanaman lada (D: diameter biji, t: tinggi tanaman, P: panjang malai bunga dan buah, dan u: umur tanaman, bunga dan

buah) 27

4 Iklim bulanan di Abung Barat. Jl: Juli, Ag: Agustus, S: September, O: Oktober, N: Nopember, D: Desember, J: Januari, P: Pebruari, Ma: Maret, A: April, M: Mei, Jn: Juni. (▲) awal berbunga. 40 5 Iklim bulanan di Natar. Jl: Juli, Ag: Agustus, S: September, O:

Oktober, N: Nopember, D: Desember, J: Januari, P: Pebruari, Ma: Maret, A: April, M: Mei, Jn: Juni. (▲) awal berbunga 41 6 Curah hujan bulanan di empat lokasi penelitian pada musim lada tahun

2008-2009 sampai dengan tahun 2010-2011 di Sekincau, Abung Barat, Margatiga dan Natar. Jl: Juli, Ag: Agustus, S: September, O: Oktober, N: Nopember, D: Desember, J: Januari, P: Pebruari, Ma: Maret, A:

April, M: Mei, Jn: Juni. 42

7 Iklim bulanan di Sekincau. Jl: Juli, Ag: Agustus, S: September, O: Oktober, N: Nopember, D: Desember, J: Januari, P: Pebruari, Ma:

Maret, A: April, M: Mei, Jn: Juni. 43

8 Iklim bulanan di Margatiga. Jl: Juli, Ag: Agustus, S: September, O: Oktober, N: Nopember, D: Desember, J: Januari, P: Pebruari, Ma:

Maret, A: April, M: Mei, Jn: Juni. 44

9 Akumulasi spesies semut yang ditemukan pada empat daerah penelitian. LS: Desa Negara Ratu, Lampung Selatan; LB: Desa Sekincau, Lampung Barat; LU: Desa Cahaya Negeri, Lampung Utara; LT: Desa Sukadana Baru, Lampung Timur. Proporsi spesies hasil observasi/estimasi Chao: LB = 17/33 (52%), LS = 19/28 (68%), LT =

(21)

10 Analisis MDS dari kemiripan spesies semut antar lokasi penelitian berdasarkan indeks kemiripan Bray-curtis (stress = 0,013). LB: Lampung Barat, LT: Lampung Timur, LS: Lampung Selatan, LU:

Lampung Utara. P1: Plot 1, P2: Plot 2 58

11 Produktivitas tanaman lada pada tiga musim antara tahun 2008/2009

sampai dengan tahun 2010/2011 59

12 Biplot yang menggambarkan hubungan antar variabel lingkungan dengan menggunakan canonical corespondence analysis (CCA). Anak panah menunjukkan variabel lingkungan, korelasi antar varibel ditunjukkan melalui kedekatan posisi antar anak panah. Titik berupa lingkaran menunjukkan varibel produktivitas, dalam hal ini tidak ditampilkan nama varibelnya supaya terlihat jelas. Singkatan dari variabel lingkungan antara lain: CH: Curah hujan, alt: ketinggian, RH: kelembaban udara lokal, RHm: kelembaban udara mikro, Tm: temperatur mikro malam hari, Ts: temperatur mikro siang hari, IC: intensitas cahaya mikro, pH: keasaman tanah, CN: rasio C/N tanah, KTK: kapasitas tukar kation tanah, Var: varietas tanaman lada. Singkatan variabel keragaan dan produktivitas, tg: tinggi tanaman, tj: diameter tajuk, bb: bobot basah buah per tanaman, dan bk: bobot

kering buah per tanaman. 61

13 Biplot yang menggambarkan hubungan antar variabel lingkungan pada tanaman lada varietas Natar 1 dengan menggunakan canonical corespondence analysis (CCA). Anak panah menunjukkan variabel lingkungan, korelasi antar varibel ditunjukkan melalui kedekatan posisi antar anak panah. Titik berupa lingkaran menunjukkan varibel produktivitas, dalam hal ini tidak ditampilkan nama varibelnya supaya terlihat jelas. Singkatan dari variabel lingkungan antara lain: CH: Curah hujan, alt: ketinggian, RH: kelembaban udara lokal, RHm: kelembaban udara mikro, Tm: temperatur mikro malam hari, Ts: temperatur mikro siang hari, IC: intensitas cahaya mikro, pH: keasaman tanah, CN: rasio C/N tanah, KTK: kapasitas tukar kation tanah, Var: varietas tanaman lada. Singkatan variabel keragaan dan produktivitas, tg: tinggi tanaman, tj: diameter tajuk, bb: bobot basah buah per tanaman, dan bk: bobot kering buah per tanaman. 65 14 Biplot yang menggambarkan hubungan antar variabel lingkungan pada

tanaman lada varietas Natar 2 menggunakan canonical corespondence analysis (CCA). Anak panah menunjukkan variabel lingkungan, korelasi antar varibel ditunjukkan melalui kedekatan posisi antar anak panah. Titik berupa lingkaran menunjukkan varibel produktivitas, dalam hal ini tidak ditampilkan nama varibelnya supaya terlihat jelas. Singkatan dari variabel lingkungan antara lain: CH: Curah hujan, alt: ketinggian, RH: kelembaban udara lokal, RHm: kelembaban udara mikro, Tm: temperatur mikro malam hari, Ts: temperatur mikro siang hari, IC: intensitas cahaya mikro, pH: keasaman tanah, CN: rasio C/N tanah, KTK: kapasitas tukar kation tanah, Var: varietas tanaman lada. Singkatan variabel keragaan dan produktivitas, tg: tinggi tanaman, tj: diameter tajuk, bb: bobot basah buah per tanaman, dan bk: bobot

(22)

15 Loading plot berdasarkan Principal Component Analysis (PCA) antara faktor lingkungan dengan bobot kering buah per tanaman untuk varietas Natar 1 di Sekincau. CH: Curah hujan, alt: ketinggian, RH: kelembaban udara, RHm: kelembaban udara mikro, Tm: temperatur mikro malam hari, Ts: temperatur mikro siang hari, IC: intensitas cahaya matahari, pH: keasaman tanah, CN: rasio C/N tanah, KTK: kapasitas tukar kation Tanah, bk: bobot kering buah per tanaman. 69 16 Loading plot berdasarkan Principal Component Analysis (PCA) antara

faktor lingkungan dengan bobot kering buah per tanaman untuk varietas Natar 2 di Sekincau. CH: Curah hujan, alt: ketinggian, RH: kelembaban udara, RHm: kelembaban udara mikro, Tm: temperatur mikro malam hari, Ts: temperatur mikro siang hari, IC: intensitas cahaya matahari, pH: keasaman tanah, CN: rasio C/N tanah, KTK: kapasitas tukar kation Tanah, bk: bobot kering buah per tanaman. 70 17 Loading plot berdasarkan Principal Component Analysis (PCA) antara

faktor lingkungan dengan bobot kering buah per tanaman untuk varietas Natar 1 di Abung Barat. CH: Curah hujan, alt: ketinggian, RH: kelembaban udara, RHm: kelembaban udara mikro, Tm: temperatur mikro malam hari, Ts: temperatur mikro siang hari, IC: intensitas cahaya matahari, pH: keasaman tanah, CN: rasio C/N tanah, KTK: kapasitas tukar kation Tanah, bk: bobot kering buah per tanaman. 71 18 Loading plot berdasarkan Principal Component Analysis (PCA) antara

faktor lingkungan dengan bobot kering buah per tanaman untuk varietas Natar 2 di Abung Barat. CH: Curah hujan, alt: ketinggian, RH: kelembaban udara, RHm: kelembaban udara mikro, Tm: temperatur mikro malam hari, Ts: temperatur mikro siang hari, IC: intensitas cahaya matahari, pH: keasaman tanah, CN: rasio C/N tanah, KTK: kapasitas tukar kation Tanah, bk: bobot kering buah per tanaman. 72 19 Loading plot berdasarkan Principal Component Analysis (PCA) antara

faktor lingkungan dengan bobot kering buah per tanaman untuk varietas Natar 1 di Margatiga. CH: Curah hujan, alt: ketinggian, RH: kelembaban udara, RHm: kelembaban udara mikro, Tm: temperatur mikro malam hari, Ts: temperatur mikro siang hari, IC: intensitas cahaya matahari, pH: keasaman tanah, CN: rasio C/N tanah, KTK: kapasitas tukar kation Tanah, bk: bobot kering buah per tanaman. 73 20 Loading plot berdasarkan Principal Component Analysis (PCA) antara

faktor lingkungan dengan bobot kering buah per tanaman untuk varietas Natar 2 di Margatiga. CH: Curah hujan, alt: ketinggian, RH: kelembaban udara, RHm: kelembaban udara mikro, Tm: temperatur mikro malam hari, Ts: temperatur mikro siang hari, IC: intensitas cahaya matahari, pH: keasaman tanah, CN: rasio C/N tanah, KTK: kapasitas tukar kation Tanah, bk: bobot kering buah per tanaman. 74 21 Loading plot berdasarkan Principal Component Analysis (PCA) antara

(23)

cahaya matahari, pH: keasaman tanah, CN: rasio C/N tanah, KTK: kapasitas tukar kation Tanah, bk: bobot kering buah per tanaman. 22

75

Loading plot berdasarkan Principal Component Analysis (PCA) antara faktor lingkungan dengan bobot kering buah per tanaman untuk varietas Natar 2 di Natar. CH: Curah hujan, alt: ketinggian, RH: kelembaban udara, RHm: kelembaban udara mikro, Tm: temperatur mikro malam hari, Ts: temperatur mikro siang hari, IC: intensitas cahaya matahari, pH: keasaman tanah, CN: rasio C/N tanah, KTK: kapasitas tukar kation Tanah, bk: bobot kering buah per tanaman. 76

DAFTAR LAMPIRAN

1 Data hasil pengukuran variabel iklim, kesuburan tanah dan bobot kering buah per tanaman lada varietas Natar 1 di Lokasi Penelitian 91 2 Data hasil pengukuran variabel iklim, kesuburan tanah dan bobot

kering buah per tanaman lada varietas Natar 2 di Lokasi Penelitian 92 3 Data keragaan dan produktivitas tanaman lada di Sekincau Kabupaten

Lampung Barat 93

4 Data keragaan dan produktivitas tanaman lada di Abung Barat

Kabupaten Lampung Utara 94

5 Data keragaan dan produktivitas tanaman lada di Margatiga Kabupaten

Lampung Timur 95

6 Data keragaan dan produktivitas tanaman lada di Natar Kabupaten

Lampung Selatan 96

7 Data serangga permukaan tanah di Kabupaten Lampung Barat dan

Lampung Selatan 97

8 Data serangga permukaan tanah di Kabupaten Lampung Timur dan

(24)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu tanaman tertua yang diusahakan di Indonesia dan sangat dibutuhkan oleh dunia. Pada tahun 2004, Indonesia merupakan produsen lada nomor tiga di dunia, yang meliputi lada hitam dan putih. Khusus lada putih, Indonesia tercatat sebagai penghasil terbesar dunia, sedangkan untuk lada hitam Indonesia sebagai penghasil nomor 4 dunia. Di pasar internasional, lada Indonesia mempunyai kekuatan dan daya jual tersendiri karena cita rasanya yang khas. Lada Indonesia dikenal dengan nama Muntok white pepper untuk lada putih dan Lampong black pepper untuk lada hitam (Yuhono 2005).

Lada merupakan komoditas ekspor non migas yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia sebagai penghasil devisa, penyedia lapangan kerja, bahan baku industri, dan untuk konsumsi langsung. Devisa dari lada menempati urutan keempat setelah minyak sawit (CPO), karet, dan kopi (Kemala 2011). Konsumsi lada di Indonesia mencapai 60 g/kapita/tahun (Ditjenbun 2003). Dengan jumlah penduduk 240 juta orang, diperlukan 14.4 ribu ton lada/tahun atau 16.5% dari produksi lada nasional.

Tanaman lada banyak diusahakan oleh para petani kecil di Indonesia. Sentra lada terbesar berasal dari Provinsi Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Provinsi Lampung merupakan penghasil lada terbesar di Indonesia, sekitar 80% ekspor lada hitam berasal dari daerah ini (AELI 2006).

Mengenal baik suatu tanaman merupakan langkah awal keberhasilan membudidayakan dan mengembangkan suatu tanaman (Wahid 1996). Beberapa aspek pada tanaman budidaya yang perlu diketahui antara lain karakter sifat spesies, sejarah hidup, pembungaan, produksi buah, gugurnya daun, adaptasi, dan juga kompleksitas lingkungan habitatnya. Identifikasi tanaman merupakan cara untuk dapat mengenal karakteristik tanaman dengan baik. Pengenalan suatu tanaman dapat melalui identifikasi terhadap karakter morfologi, anatomi, dan agronominya. Beberapa aspek tersebut saling terkait dan akan menentukan tanaman tersebut mampu berinteraksi dengan lingkungan hidupnya sehingga tanaman dapat tumbuh, berkembang dan berproduksi secara optimal.

Kondisi lingkungan mempengaruhi keberhasilan budidaya tanaman lada. Sebagai salah satu tanaman budidaya perkebunan rakyat, kegiatan usaha budidaya tanaman lada memiliki resiko relatif tinggi dari pada usaha tani tanaman tahunan lainnya, terutama resiko karena faktor alam. Berbagai permasalahan budidaya tanaman lada seperti penurunan produktivitas, serangan penyakit dan bahkan mengalami kematian karena temperatur dan variabilitas iklim sangat mempengaruhi produktivitas tanaman pertanian (Olesen dan Bindi 2002).

(25)

mengalami penurunan. Produktivitas tanaman lada di Provinsi Lampung pada tahun 2005 tercatat rata-rata 651 kg/ha, tahun 2007 rata-rata 478 kg/ha dan tahun 2011 rata-rata 461 kg/ha (Dinas Perkebunan Provinsi Lampung 2012).

Kondisi faktor lingkungan baik biotik maupun abiotik memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan, produktivitas, serangan hama penyakit dan juga pemilihan jenis pola tanam. Faktor lingkungan abiotik tersebut antara lain curah hujan, intensitas radiasi cahaya matahari, temperatur udara, kelembaban udara, dan kesuburan tanah.

Faktor lingkungan biotik pada tanaman seperti serangga, baik yang memiliki hubungan tropik dengan serangga herbivor (kelompok predator dan parasitoid) maupun yang tidak memiliki hubungan tropik secara langsung seperti kelompok pengurai dan polinator, juga ditemukan melimpah pada habitat pertanian (Settle et al. 1996). Keanekaragaman serangga di lahan-lahan pertanian tersebut juga dapat memberikan gambaran tentang praktik budidaya yang dilakukan serta karakteristik kondisi lahan pertanian (Altieri 1999). Serangga semut memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap gangguan habitat sehingga menjadikan semut dapat digunakan sebagai bioindikator perubahan kondisi lahan (Andersen et al. 2002).

Dalam kegiatan pengembangan tanaman budidaya termasuk lada, salah satu hal yang sangat penting adalah bahwa budidaya tersebut harus didasarkan pada potensi lahan dan lingkungannya. Pemilihan lahan yang sesuai bagi tanaman lada akan memberikan peluang tanaman tersebut dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Sebaliknya, apabila penanaman dilakukan di daerah yang kurang sesuai akan dapat menimbulkan berbagai kendala seperti produktivitas yang rendah serta serangan hama dan penyakit.

Keterbatasan informasi dan pengetahuan akan setiap spesies yang memiliki ‘ecological individuality’ atau kebutuhan relung hidup yang spesifik menjadi tantangan tersendiri. Relung hidup yang spesifik menunjukkan bahwa tiap detil perubahan dalam komposisi spesies atau vegetasi dari suatu tempat ke tempat lainnya kemungkinan menunjukkan adanya beberapa perbedaan faktor-faktor lingkungan (Mukaromah 2010). Pengetahuan karakteristik dari setiap varietas lada, kondisi lingkungan, iklim, dan kondisi tanah tempat tanaman lada itu tumbuh layaknya menjadi perhatian dalam budidaya lada di Provinsi Lampung. Oleh karena itu, maka diperlukan suatu penelitian terkait kondisi terkini dari karakteristik varietas tanaman lada, faktor-faktor lingkungan, dan kondisi tanah, agar dalam pengembangan budidaya tanaman lada sejak pemilihan lahan, praktik budidaya, pemupukan dan pemeliharaan tanaman lada menjadi tepat sesuai kebutuhan spesifik tanaman lada di Provinsi Lampung.

(26)

Perumusan Masalah

Terkait dengan keberadaan tanaman lada dan upaya peningkatan produktivitas tanamam lada di Provinsi Lampung maka pengetahuan tentang autekologi tanaman lada menjadi penting. Sekurangnya ada tiga hal menarik yang sekaligus menjadi pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian ini, yakni:

a. Komoditas pertanian tanaman lada terus mengalami keterasingan bagi sebagian masyarakat di Lampung, dahulu kejayaan lada hitam Lampung begitu dikenal dunia, namun seiring waktu, saat ini tanaman lada tidak lagi menjadi ciri identitas utama bagi sebagian masyarakat Lampung. Berbagai kendala budidaya lada seperti penurunan produktivitas, masalah hama dan penyakit, masalah perubahan iklim, curah hujan dan kekeringan semakin menjadikan para petani lada kurang bergairah untuk merawat dan menanam kembali kebun ladanya. Perubahan penggunaan lahan lada yang dilakukan oleh masyarakat relatif semakin meningkat. Sebagian petani beralih kepada komoditas pertanian lain seperti, kakao, karet dan sawit. Pengetahuan cara budidaya tanaman lada yang diperoleh secara turun temurun dirasa kurang mampu mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi dewasa ini. Diperlukan penelitian untuk lebih mengenal karakteristik tanaman lada dan lingkungannya dewasa ini. Oleh karena itu, data dan informasi mengenai fenologi tanaman lada penting untuk dapat memahami karakteristik tanaman lada di Provinsi Lampung dewasa ini.

b. Faktor lingkungan seperti iklim dan tingkat kesuburan tanah memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan produktivitas tanaman lada. Tingginya serangan hama dan penyakit serta menurunnya produktivitas tanaman lada dimungkinkan berkaitan erat dengan kondisi iklim dan kesuburan tanahnya. Selain kondisi faktor abiotik seperti iklim dan kesuburan tanah di lahan-lahan pertanaman lada, faktor biotik seperti keberadaan serangga permukaan tanah menarik untuk diketahui keanekaragaman serta hubungannya dengan pertanaman lada di Provinsi Lampung. Serangga permukaan tanah diketahui memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap gangguan habitat sehingga menjadikan serangga dapat digunakan sebagai bioindikator kondisi lahan dan praktik budidaya suatu tanaman. Bagaimanakah kondisi lingkungan habitat tanaman lada di Provinsi Lampung saat ini?

(27)

Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah mempelajari autekologi tanaman lada (Piper nigrum L.) di Provinsi Lampung, yang meliputi beberapa tujuan khusus antara lain:

1. mendapatkan informasi tentang fenologi tanaman lada di Provinsi Lampung.

2. mendapatkan informasi tentang kondisi faktor-faktor lingkungan abiotik dan biotik pada habitat tanaman lada di Provinsi Lampung saat ini.

3. mengetahui faktor-faktor lingkungan habitat tanaman lada yang mempengaruhi produktivitas tanaman lada di Provinsi Lampung.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah diperolehnya paket informasi autekologi tanaman lada (Piper nigrum L.) di Provinsi Lampung yang meliputi:

1. informasi tentang fenologi tanaman lada di Provinsi Lampung.

2. informasi tentang kondisi faktor lingkungan abiotik dan biotik pada lingkungan habitat tanaman lada di Provinsi Lampung saat ini serta,

3. diketahuinya faktor-faktor lingkungan habitat tanaman lada yang

mempengaruhi produktivitas tanaman lada di Provinsi Lampung. Hipotesis

Ada 3 hipotesis yang akan dijawab melalui penelitian ini, yakni:

1. setiap varietas tanaman lada di Provinsi Lampung memiliki karakteristik individu yang spesifik.

2. terdapat perbedaan karakteristik lingkungan habitat tanaman lada di beberapa sentra tanaman lada di Provinsi Lampung baik lingkungan biotik maupun abiotiknya.

3. produktivitas tanaman lada dipengaruhi oleh kondisi lingkungan habitat

tanaman lada di Provinsi Lampung.

Nilai Kebaruan Ada 3 nilai kebaruan dalam penelitian ini, yaitu:

1. diketahuinya karakteristik fenologi tanaman lada (Piper nigrum L.) di Provinsi Lampung saat ini.

2. diperolehnya informasi karakteristik lingkungan habitat tanaman lada (Piper nigrum L.) di Provinsi Lampung.

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Lada (Piper nigrum L.)

Tanaman Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu tanaman tertua yang diusahakan di Indonesia dan produk pertama yang dibawa ke Eropa melalui Persia dan Arabia. Perdagangan lada oleh Belanda (VOC) sampai tahun 1720 merupakan sepertiga dari seluruh hasil yang diperoleh VOC (Rutgers 1949).

Lada merupakan produk rempah-rempah tertua dan terpenting yang diperdagangkan di dunia (antara Barat dan Timur). Theophratus yang hidup 372-287 SM (Sebelum Masehi) menyebutkan dua jenis lada yang telah digunakan oleh bangsa Mesir dan Romawi pada waktu itu yaitu lada hitam (Black Pepper) dan lada panjang (Pepper Longum). Pada abad pertengahan tahun 1100-1500 perdagangan lada memiliki kedudukan yang sangat penting, bahkan digunakan juga sebagai alat tukar dan mas kawin, bahan persembahan dan pembayaran pajak/upeti. Pada masa itu perdagangan dan penyebarannya banyak dikuasai bangsa Arab. Begitu pentingnya lada maka banyak bangsa-bangsa menjelajah untuk mendapatkannya seperti penjelajahan Marcopolo atau Cournelis de Houtman. Karena riwayat lada yang begitu penting dan sebagai rempah-rempah utama dan terbesar diperdagangkan di dunia, sehingga lada dijuluki sebagai rajanya rempah-rempah atau ‘King of Spice” (Wahid 1996).

Tanaman lada termasuk tumbuhan memanjat yang memerlukan penyangga untuk hidupnya. Lada termasuk Kelas Dicotyledon, ordo Piperales, famili

Piperaceae, genus Piper dan spesies Piper nigrum. Diperkirakan tanaman ini berasal dari lada liar yang tumbuh di pegunungan Malabar, India Barat Daya. Di dunia terdapat tidak kurang dari 600 jenis dari genus Piper yang hidup di daerah tropis dan kurang lebih 40 jenis berasal dari Indonesia.

Akar tanaman lada terdiri dari dua jenis, yaitu akar yang tumbuh dari buku di dalam tanah membentuk akar lateral dan berfungsi sebagai penyerap zat makanan, serta akar yang tumbuh di atas tanah yang berfungsi sebagai akar perekat. Panjangnya terbatas 3-5 cm. Fungsinya dapat berubah jika dilakukan perbanyakan secara vegetatif dengan memakai stek. Pada perbanyakan vegetatif dengan stek, akar lekat ini dapat berkembang menjadi akar adventif serabut yang biasa (Wahid 1996).

Daun lada berbentuk bulat telur, berbentuk asimetrik dengan ujung yang meruncing, tumbuh berselang-seling pada buku-buku batang. Tanaman lada merupakan tanaman dimorphic yang memiliki dua macam sulur utama yaitu sulur panjat dan sulur buah. Sulur panjat mempunyai ruas dengan buku-buku yang membentuk akar lekat, panjang, tidak mempunyai potensi berbuah. Batang tanaman lada terdiri dari ruas-ruas, pada setiap buku dari ruas tersebut tumbuh akar yang melekat pada penyangga.

(29)

berbunga jantan saja atau yang hermaphrodite (bisexual). Varietas yang terdapat di Indonesia maupun India umumnya hermaphrodite. Menurut Jose dan Nambiar (1972), perbedaan utama pada varietas terdapat pada komposisi bunga betina dan jantan pada malainya. Alat kelamin betina bersel tunggal terdiri atas 1 ovul, ovari dikelilingi oleh 305 stigma. Di kiri/kanan alat kelamin betina terdapat 2-4 benang sari yang pendek, masing-masing mengandung 2 kantong sari (theca). Bunga lada bersifat protogeni. Calon-calon bunga mula-mula berupa mata. Menjelang masa pembungaan mata tunas tumbuh menjadi kuncup yang diselubungi oleh seludang daun. Beberapa hari sesudah bulir/malai bunga tersembul, bunga mulai bengkok ke bawah di mulai dari ujungnya, lambat laun diikuti pangkalnya (Iljas 1969). Hasil pengamatan morfologi dari 8 spesies lada, serbuk sarinya seragam, hanya berbeda dalam ukuran (Rahiman dan Nair 1983). Waktu yang diperlukan dari mulai terbentuknya bunga sampai buah masak kurang lebih tujuh bulan (Wahid 1996).

Buah lada umumnya berbentuk bulat atau agak lonjong. Menurut Martin dan Gegory (1962) ada tiga tipe buah yaitu buah normal, buah tidak normal dan bakal buah yang tidak tumbuh/berkembang. Buah normal berwarna hijau apabila sudah masak berwarna merah orange. Buah yang tidak normal berukuran kecil-kecil berwarna hijau tua dan akan berubah menjadi hitam. Di Indonesia ada beberapa varietas yang berbuah besar seperti Jambi dan Jaya Mulya. Diameter buah Jaya Mulya 7.28 mm, jauh lebih besar dibandingkan diameter buah varietas Bengkayang yaitu 5.71 mm atau varietas Lampung Daun Lebar (LDL) yaitu 5.15 mm. Kulit buah lada setebal 1-2 mm, pada buah muda kulitnya keras, pada buah masak kulit lunak berair berwarna merah jingga dan mudah terkelupas. Buah mengandung minyak atsiri, oleoresin dan piperin yang kandungannya berbeda pada beberapa varietas (Nuryani dan Tritianingsih 1994). Kandungan minyak terdapat pada kulit biji (Nurjannah dan Sait 1989).

Lada banyak dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, parfum, industri kosmetik dan farmasi. Sebagai bahan baku obat, terdapat 18 klaim manfaat lada bagi kesehatan, antara lain untuk reumatik, asma, influensa, dan osteoporosis (Wijayakusumah 1999). Menurut Kemala (2011) minyak lada terutama digunakan sebagai pemberi aroma dan rasa pada berbagai makanan dan juga dipakai dalam industri kosmetik dan farmasi. Indonesia baru berkontribusi 10% terhadap produksi minyak lada dunia saat ini, yaitu 10 ton/tahun. Penggunaan lada untuk pestisida nabati menjadi salah satu prioritas pengembangan produk. Penggunaan pestisida nabati lada untuk hama dan penyakit tanaman mempunyai ± 21 klaim manfaat, sedangkan kandungan piperin dari lada dapat digunakan sebagai pengawet makanan.

(30)

tegakan tersebut juga dapat digunakan sebagai pembeda pola usaha tani lada yang intensif dan ekstensif.

Tanaman lada tumbuh baik pada ketinggian tempat antara 0 sampai 1000 meter dari permukaan laut. Pada topografi yang agak landai tanaman lada paling baik pertumbuhannya. Menghendaki keadaan tanah yang gembur, lapisan atas kaya akan humus, mempunyai daya mengikat air yang baik dan mempunyai aerasi dan drainase yang baik (Faisal 1984). Cocok pada tanah yang subur dengan pH sekitar 5.5-6.9, iklim yang panas dan berhujan banyak dengan rata-rata curah hujan 2300 mm/tahun dan rata-rata tiap bulan tidak kurang dari 100 mm, jumlah hari hujan 150-200 hari/tahun atau rata-rata 177 hari/tahun (Dhalimi et al. 1996).

Tanaman lada tumbuh dan berproduksi dengan baik membutuhkan ketersediaan unsur hara yang cukup tinggi. Menurut de Waard (1964) untuk setiap kg lada, tanaman lada menyerap sekitar 32 g N, 5 g P, 28 g K, 8 g Ca dan 3 g Mg. Selain itu daun-daun yang terbentuk akan menyerap sebanyak 106 g N, 8 g P, 84 g K, 36 g Ca dan 11 g Mg. Jika daun-daun lada tidak ikut terangkut keluar kebun maka unsur-unsur tersebut akan mengalami daur ulang.

Varietas dan Sentra Tanaman Lada di Provinsi Lampung

Lada (Piper nigrum L.) adalah spesies tanaman yang banyak digunakan sebagai bumbu dan memiliki berbagai sifat obat, seperti imunomodulator, oksidan, asma, karsinogenik, inflamasi, maag dan efek anti-amuba (Ahmad et al. 2012; Meghwal dan Goswami 2013). Lada merupakan tanaman tahunan yang merambat, dan untuk dapat tumbuh normal diperlukan tegakan hidup atau tegakan mati (Zaubin dan Yufdi 1991). Di Indonesia tanaman lada terdapat hampir di seluruh Provinsi. Daerah sentra produksi terdapat di Bangka, Lampung dan Kalimantan Barat. Varietas yang terdapat di Bangka ada 5 yaitu: Lampung Daun Lebar (LDL), Lampung Daun Kecil (LDK), Chunuk, Merapin dan Jambi. Di Lampung selain varietas unggul Natar 1 dan Natar 2 beberapa varietas lokal yang banyak dibudidayakan antara lain Belantung, Bulok Belantung dan Kerinci. Tanaman lada varietas Natar 1 dan Natar 2 merupakan hasil rakitan Balai Penelitian Tanaman rempah dan Obat (Balittro) di Bogor yang sesuai untuk wilayah Lampung, sedangkan varietas Petaling 1 dan Petaling 2 sesuai untuk daerah Bangka (Hamid et al. 1989; Kemala 2011). Produktivitas varitas lokal jauh lebih rendah dibandingkan varietas unggul hasil rakitan Balitrro (Kemala 2011). Di Indonesia tercatat ada sekitar 51 varietas tanaman lada (Tabel 1) (Nuryani et al. 1992).

Provinsi Lampung dikatakan sebagai penghasil utama lada karena areal tanaman lada di Provinsi Lampung mencapai 64.073 ha dan wilayah kebun lada yang paling luas adalah di Lampung Utara yakni 24.148 ha (Tabel 2). Saat ini, area potensial lada terletak di Kabupaten Lampung Barat, Lampung Selatan, Lampung Utara, Lampung Timur, Way Kanan, Tanggamus dan Lampung Tengah.

(31)
(32)

Pengertian Autekologi

Autekologi sebagai cabang ilmu ekologi yang membahas tentang individu atau spesies yang berkaitan dengan perilaku sebagai cara-cara penyesuaian diri terhadap lingkungan tempat spesies tersebut hidup (Odum 1971). Autekologi mempelajari mengenai adaptasi dan kelakuan spesies individu atau populasi dalam kaitannya dengan lingkungan hidup spesies. Penekanan autekologi dapat terkait dengan siklus hidup, distribusi individu spesies pada kondisi alaminya, adaptasi, perbedaan populasi, dan lain-lain. Kajian ini penting untuk menjelaskan struktur dan dinamika suatu komunitas tanaman lada.

Berbagai aspek penelitian dalam autekologi tumbuhan pada individu setiap spesies menyangkut identifikasi tumbuhan, asosiasi spesies tumbuhan, distribusi dan manfaat tumbuhan, morfologi tumbuhan, sitogenetik spesies tumbuhan, fisiologi tumbuhan dan kompleksitas lingkungan. Selain itu autekologi juga mengkaji aspek fenologi seperti perkecambahan, gugurnya daun, produksi buah, produksi biji, pembungaan dan lain-lain.

Terkait dengan adanya perbedaan musim selama setahun, maka aspek biotik dan abiotik merupakan parameter yang harus dikuantifikasi pada fase pertumbuhan yang berbeda dengan interval waktu yang teratur. Kompleksitas faktor lingkungan menyebabkan terjadinya variasi pengaruh terhadap setiap fase dalam siklus hidup tumbuhan. Dalam kajian lebih lanjut dapat dipelajari tentang hubungan fenologi dengan variasi perubahan lingkungan dengan beberapa parameter seperti pembungaan, penyerbukan, pembuahan, produksi biji, viabilitas biji, dormansi, kapasitas reproduksi, pertumbuhan anakan, dan pertumbuhan vegetatif (Shukla dan Chandel 1982).

Faktor Lingkungan Abiotik dan Perubahan Iklim

Lingkungan didefinisikan sebagai suatu sistem kompleks yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan suatu organisme. Faktor-faktor

Tabel 2 Luas areal dan produksi lada di Provinsi Lampung tahun 2009 No Kabupaten Luas Areal ( Ha ) Produksi ( Ton )

(33)

lingkungan berinteraksi tidak saja dengan organisme tetapi juga sesama faktor tersebut. Lingkungan bersifat dinamis dalam arti berubah-ubah setiap saat. Demikian pula pengaruh dari faktor lingkungan terhadap tumbuhan akan berbeda-beda menurut waktu, tempat dan keadaan tumbuhan itu sendiri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman antara lain intensitas cahaya, suhu, kelembaban, air, CO2, kesuburan tanah dan kimia

tanah. Dalam pemilihan jenis varietas tanaman lada, pola budidaya, pemanfaatan tajar, dan pemupukan perlu mempertimbangkan faktor lingkungan seperti iklim dan tanah, karena sangat dominan dalam menentukan keberhasilan dari suatu pola tanam lada (Dhalimi et al. 1996).

Perubahan iklim yang terjadi di bumi saat ini telah berdampak pada peningkatan suhu, peningkatan konsentrasi CO2, jumlah dan pola curah hujan,

ketersediaan air dan ketidakpastian cuaca (Mozny et al. 2009).

Perubahan iklim dan pemanasan global akan meningkatkan kekerapan dan intensitas peristiwa El-Nino Southern Oscillation (ENSO). Peristiwa ini merupakan penghangatan atau pendinginan suhu muka laut yang menyimpang dari normal yang berakibat pada cuaca atau sering disebut El-Nino dan La-Nina. Kejadian El-Nino atau kekeringan telah menyebabkan meningkatnya luas daerah tanam yang terkena kekeringan sampai 8-10 kali lipat dan juga sebaliknya, kejadian L-Nina menyebabkan meningkatnya luas pertanaman yang terkena banjir sampai 4-5 kali lipat kondisi normal (Koesmaryono et al. 1999).

Menurut Hardjawinata (1997), Indonesia mengalami kenaikan suhu sebesar 0.03 °C/tahun dan penurunan curah hujan sebesar 2-3 % dari keadaan normal. Adapun tanda-tanda dari perubahan iklim antara lain timbulnya berbagai bencana, badai, banjir dan kekeringan (Braasch 2007).

Cekaman kekeringan atau yang biasa di sebut drought stress pada tanaman merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan bahwa tanaman mengalami kekurangan air akibat keterbatasan air pada media tanam atau lingkungannya. Cekaman kekeringan merupakan salah satu faktor lingkungan penting yang menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang dapat menghambat aktivitas fotosintesis dan translokasi fotosintat (Yakushiji et al. 1998). Cekaman kekeringan pada tanaman dapat disebabkan oleh kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun akibat laju evapotranspirasi melebihi laju penyerapan air, walau pun keadaan air tanah tersedia cukup (Levit 1980 dan Bray 1997).

Dampak perubahan iklim lainnya adalah meningkatnya serangan hama penyakit pada tanaman. Perubahan cuaca yang tidak menentu dapat meningkatkan perkembangan hama dan penyakit pada tanaman. Selain tingkat populasi patogen tanaman yang terus meningkat, tanaman juga mengalami gangguan fisiologi akibat perubahan iklim dan cuaca tersebut, sehingga tingkat serangan hama penyakit dapat tidak terkendali.

Agroklimat Tanaman Lada

(34)

umumnya 21-27°C, siang hari 26-32°C, dan sore hari 24-30°C (Wahid dan Suparman 1986). Untuk suhu tanah yang baik 25-30°C pada kedalaman 10 cm, dan suhu optimal untuk pertumbuhan akar adalah 26-28°C (Faisal 1984).

Tanaman lada tumbuh baik pada topografi yang agak landai dan ketinggian tempat antara 0-500 mdpl. Tekstur tanah yang dikehendaki berupa tanah yang gembur, lapisan atas kaya akan humus, memiliki daya mengikat air yang baik dan memiliki aerasi dan drainase yang baik (Faisal 1984).

Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian Kementerian Pertanian RI menerbitkan beberapa syarat pertumbuhan yang berkaitan dengan iklim pertanian untuk tanaman lada (Tabel 3) dan diantaranya sebagai berikut :

1. Tumbuh baik di daerah tropis dengan cuaca panas dan curah hujan di bulan kering tidak kurang dari 60 mm.

2. Dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Optimum pada ketinggian kurang dari 500 mdpl.

3. Curah hujan optimum sebesar 200 mm/bulan atau 2000-2500 mm/tahun, dengan toleransi curah hujan antara 1500-4000 mm/tahun.

4. Temperatur udara harian berkisar 20-34 °C dengan temperatur optimum

23-32 °C.

5. Kelembaban udara yang dikehendaki 60-80%.

6. Lada dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Reaksi tanah (pH) berkisar 4.0 -8.0 dan optimum berkisar 5.0-7.0.

Faktor Lingkungan Biotik; Serangga Asosiatif Tanaman

Keanekaragaman hayati yang ada pada ekosistem pertanian dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu dalam sistem perputaran nutrisi, perubahan iklim mikro, dan detoksifikasi senyawa kimia (Altieri 1999). Serangga sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati juga memiliki peranan penting dalam jejaring makanan.

Fungsi lain dari serangga yaitu sebagai bioindikator. Jenis serangga tersebut mulai banyak diteliti karena bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatan suatu ekosistem. Serangga lainnya yang juga berpotensi sebagai bioindikator di antaranya Lepidoptera yaitu sebagai indikator terhadap perubahan habitat di Afrika Selatan (Holloway dan Stork 1991), kumbang Carabidae sebagai bioindikator manajemen lahan pertanian (Kromp 1990) dan spesies semut untuk indikator kondisi agroekosistem pada suatu daerah (Peck et al. 1998).

(35)

Perubahan yang terjadi pada lahan pertanian seperti perubahan umur tanaman akan diikuti dengan perubahan keanekaragaman serangga yang ada di dalamnya. Peningkatan umur tanaman akan mempengaruhi keberadaan relung (niche) dan ketersediaan makanan. Sebagai contoh peningkatan umur tanaman

Tabel 3 Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman lada

Persyaratan penggunaan/ Kelas kesesuaian lahan

karakteristik lahan S1 S2 S3 N sisipan bahan mineral/ pengkayaan

Bahaya erosi sangat rendah Rendah-sedang berat sangat berat

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 - F1 > F1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) < 5 5-15 15 - 40 > 40

Singkapan batuan (%) < 5 5-15 15 - 25 > 25

(36)

perkebunan seperti kakao mempengaruhi peningkatan keanekaragaman semut yang ada pada habitat tersebut (Rizali et al. 2012). Berbeda dengan kakao, pada habitat persawahan menunjukkan bahwa peningkatan umur padi tidak menyebabkan perubahan keanekaragaman semut (Setiani et al. 2010) walaupun untuk kelompok serangga lain menunjukkan perubahan.

Sebagai kelompok serangga terestrial paling dominan, semut mudah dijumpai pada berbagai ekosistem daratan (Wilson 1990). Semut memiliki peranan penting sebagai predator, pengurai dan penyebar biji (Hölldobler & Wilson 1990). Selain itu, semut juga memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap gangguan habitat sehingga digunakan sebagai bioindikator perubahan kondisi lahan (Andersen et al. 2002).

Serangga sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati juga memiliki peranan penting dalam jejaring makanan yaitu sebagai herbivor, karnivor, dan detrivor (Strong et al. 1984). Serangga herbivor merupakan faktor penyebab utama dalam kehilangan hasil, baik secara langsung memakan jaringan tanaman atau sebagai vektor patogen tanaman (Kirk-Spriggs 1990). Di samping itu sebenarnya terdapat fungsi lain dari serangga yaitu sebagai bioindikator. Jenis serangga ini mulai banyak diteliti karena bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatan suatu ekosistem.

Karakteristik Agronomik Tanaman Lada

Karakteritik agronomik adalah sifat-sifat utama tanaman lada yang dihubungkan dengan tindakan agronomi yang diberlakukan terhadapnya. Sifat atau karakteristik tersebut sangat menentukan bagaimana sebaiknya tindakan agronomi atau teknik budidaya yang dilakukan terhadap tanaman lada agar pertumbuhan dan produksinya dapat mencapai optimal. Menurut Wahid (1996) beberapa karakteristik agronomik penting tanaman lada adalah (1) tanaman dimorfik, (2) tanaman lindung fakultatif (3) tanaman yang menghendaki pemeliharaan intensif, dan (4) tanaman yang membutuhkan hara yang sangat banyak.

1. Tanaman Dimorfik

Tanaman dimorfik adalah tanaman yang memiliki dua bagian utama. Hasil pengamatan di lapangan, tanaman lada memiliki 2 bagian utama. Bagian pertama adalah sulur panjat dan yang kedua adalah cabang. Sulur panjat memiliki akar lekat pada buku-buku ruasnya. Tumbuh vertikal ke atas dan tidak memiliki potensi untuk membentuk buah. Pada cabang buah tidak memiliki akar lekat, memiliki kemampuan untuk membentuk buah, dan tumbuh melintang (horizontal). Menurut Iljas (1969) sulur panjat bersifat fototrop negatif dan cabang buah bersifat fototrop positif.

(37)

kondisi tersebut akar lekat pada buku-buku sulur berubah menjadi akar adventif. Menurut wahid (1996) baik sulur tanah maupun sulur gantung merupakan sulur inferior (tidak baik) yang harus selalu dibuang. Kedua sulur ini juga kurang baik untuk dijadikan bahan tanaman untuk distek oleh petani. Namun sebagian petani di Lampung masih menggunakan sulur tersebut untuk dijadikan bahan bibit stek. 2. Tanaman Lindung Fakultatif

Tanaman lindung atau sciophyta merupakan kelompok tanaman lantai hutan yang biasa dan baik tumbuhnya dalam keadaan terlindung oleh tegakan pepohonan hutan. Tanaman lada termasuk kelompok tanaman tersebut. Berdasarkan asalnya, tanaman lada tumbuh liar di hutan-hutan di daerah Ghats Malabar India. Tanaman lindung seperti ini umumnya akan terhambat atau tertekan pertumbuhannya bila ditanam di tempat terbuka dengan mendapatkan cahaya penuh. Namun di daerah Bangka dan Serawak Malaysia tanaman lada ditanam secara terbuka tanpa naungan (Zaubin dan Yufdi 1991). Petani menggunakan tiang panjat mati seperti kayu ulin atau menggunakan beton. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman lada dapat tumbuh pada kondisi ternaungi maupun terbuka. Oleh karena itu tanaman lada disebut dengan istilah tanaman lindung fakultatif.

Penegak atau tajar yang digunakan pertanaman lada di Lampung umumnya memanfaatkan tanaman hidup. Beberapa penegak atau tajar hidup yang dapat dimanfaatkan antara lain tanaman gamal/glirisidia (Gliricidia maculate), dadap licin (Erythrina indica), dadap duri (Erythrina subumbrams), kapuk (Ceiba petandra) (Zaubin dan Manohara 2004; Dinesh et al. 2005).

3. Tanaman Budidaya Intensif

Praktik budidaya tanaman lada memerlukan pemeliharaan yang intensif dan melibatkan tenaga kerja yang cukup banyak (Wahid 1996). Dalam praktik budidaya secara intensif, pemeliharaan tanaman lada oleh petani lada di Lampung memerlukan ketekunan tersendiri karena kegiatan pemeliharaan cukup banyak meliputi pekerjaan mulai dari pembuatan lubang tanam, guludan, naungan sementara, penyiangan/bobokor, mengikat sulur, memangkas tanaman utama, memangkas tanaman panjat, membuang sulur gantung dan sulur tanah, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, penutupan dengan mulsa, hingga proses panen/petik buah.

4. Tanaman yang Membutuhkan Hara yang Sangat Banyak

Tanaman lada tergolong tanaman yang memerlukan hara yang sangat banyak. Menurut de Waard (1969) untuk tanaman lada sebanyak 1750 pohon per hektar/tahun yang tumbuh baik menyerap 250 kg N, 31 kg P2O5, 224 kg K2O, 67

(38)

Pola Budidaya Tanaman Lada di Provinsi Lampung

Budidaya tanaman lada oleh masyarakat daerah Lampung telah dikenal sejak lama. Lada merupakan produk utama penduduk asli sejak masa lampau sehingga Lampung dikenal bangsa-bangsa Asia dan bangsa-bangsa Barat. Begitu lekatnya dengan kehidupan masyarakat Lampung, maka arti penting tanaman lada bagi kehidupan mereka seperti tercermin dalam lambang daerah Provinsi Lampung. Pada lambang Provinsi Lampung terdapat gambar daun, buah dan biji lada, daun lada berjumlah 17 lembar dan buah lada berjumlah delapan buah melambangkan proklamasi kemerdekaan Indonesia. Sedangkan gambar biji lada berjumlah 64 butir, menunjukkan bahwa terbentuknya Daerah Tingkat I Provinsi Lampung pada tahun 1964 (BPS Provinsi Lampung 2010).

Sebagian besar petani lada di Lampung menanam lada secara monokultur. Sebagian petani di Kabupaten Lampung Barat menanam lada secara tumpang sari dengan tanaman lain seperti kopi dan sayuran. Namun kondisi terakhir di beberapa lokasi terlihat petani lada banyak mengganti tanamannya dengan tanaman lain seperti karet, sawit dan singkong. Hal ini tentunya dilatarbelakangi kecenderungan semakin kurang produktifnya tanaman lada petani. Diperlukan solusi untuk dapat kembali mengetahui cara budidaya yang tepat dan sesuai kebutuhan spesifik relung hidup tanaman lada sehingga diperoleh hasil yang optimal.

Analisis Koresponden Kanonik dan Komponen Utama

Analisis koresponden kanonik diperkenalkan oleh Ter Braak pada tahun 1986. Analisis ini merupakan pengembangan analisis korespondensi atau perataan timbal-balik. Pada analisis ini sumbu ordinasinya diperoleh dengan langsung mempertimbangkan peubah-peubah lingkungan, yaitu dengan memberikan kendala bahwa sumbu tersebut merupakan kombinasi linear dari peubah-peubah lingkungannya (Siswadi et al. 1992)

Analisis koresponden merupakan studi yang mempelajari hubungan antara dua atau lebih peubah, yaitu dengan teknik multivariate secara grafik yang digunakan untuk eksplorasi data dari sebuah tabel kontingensi. Analisis ini tidak memerlukan pengujian asumsi seperti kenormalan, autokorelasi, multikolinearitas, heteroskedastisitas, linearitas, sebelum melakukan analisis selanjutnya. Dimensi yang terbentuk dalam analisis korespondensi disebabkan dari kontribusi titik-titik dari dimensi yang terbentuk dan penamaan dari dimensinya subjektif dari kebijakan, pendapat dan error (Mattjik dan Sumertajaya 2011). Berdasarkan kegunaannya, analisis koresponden dan analisis komponen utama memiliki kesamaan, yaitu suatu metode yang digunakan untuk mereduksi dimensi data menjadi dimensi yang lebih kecil dan sederhana. Perbedaanya analisis komponen utama lebih tepat untuk data dengan skala pengukuran kontinyu sedangkan analisis korespondensi lebih tepat digunakan untuk data kategori.

(39)

mudah untuk menginterpretasikan data-data tersebut (Johnson dan Wichern 1998). Analisis ini juga dapat dilakukan untuk melihat pengaruh variabel lingkungan seperti tingkat kesuburan tanah terhadap tanaman (Silva dan Lima 2012).

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Provinsi Lampung, selama 14 bulan sejak Juli 2011 sampai dengan Agustus 2012. Penelitian ini dilaksanakan di empat kabupaten yang mewakili karakteristik sentra tanaman lada di Provinsi Lampung, yaitu Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Timur dan Kabupaten Lampung Barat (Gambar 1).

Keterangan: P1-P5: titik lokasi sampel lima kebun lada di setiap kabupaten

(40)

Metode Penelitian Fenologi Tanaman Lada di Provinsi Lampung

Penelitian fenologi dilakukan di lapangan dengan membuat plot penelitian di Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Desa Cahaya Negeri Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara dan Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan (Gambar 1). Pengamatan dilakukan selama satu tahun sejak bulan Juli tahun 2011 sampai dengan Bulan Agustus 2012.

Pada setiap lokasi dipilih dua lahan yang masing-masing ditanami tanaman lada varietas Natar 1 dan Natar 2. Objek penelitian fenologi dari setiap varietas terdiri atas 45 tangkai bunga dari tiga tanaman (Setiyono 2009; Laba et al. 2008). Pada setiap tanaman dipilih 15 cabang tangkai bunga yang akan diamati fenologinya. Mengacu kepada penelitian Figueiredo dan Sazima (2007), ada tiga tahapan fenologi tanaman lada yang diamati dalam penelitian ini yaitu pembungaan, pembuahan, dan pematangan buah. Beberapa parameter yang diamati antara lain; waktu terbentuknya bunga dan buah, morfologi bunga dan buah, parameter lingkungan yang dicatat antara lain curah hujan, kelembaban udara dan temperatur udara. Pengamatan bunga dan buah dilakukan setiap hari. Untuk mengetahui siklus hidup tanaman lada dilakukan pengamatan langsung di lapangan dan di kebun bibit Balittri Cahaya Negeri Abung Barat Kabupaten Lampung Utara dan BPTP Negara Ratu Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

Pengaruh pemangkasan dan produktivitas tanaman lada

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pemangkasan terhadap produktivitas tanaman lada. Lokasi penelitian di Kebun Percobaan Natar. Dipilih dua lokasi kebun lada dengan umur tanaman tiga tahun. Selanjutnya memasuki umur tiga tahun, salah satu kebun dilakukan pemangkasan tanaman tegakan sebanyak tiga kali sedangkan kebun yang lain tidak dilakukan pemangkasan (Wahid 1984). Masing-masing kebun dipilih sepuluh pohon lada untuk dilakukan pengambilan data produktivitasnya. Pada setiap kebun diukur temperatur udara mikro, tinggi tanaman, lebar kanopi, diameter batang, diameter buah, jumlah malai, serta bobot basah dan kering buah per pohon.

Karakteristik Lingkungan dan Interaksinya

Penelitian karakteristik lingkungan dan interaksinya dengan tanaman lada dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan lokasi penelitian. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan perbedaan lingkungan khususnya ketinggian, selain berdasarkan sebagai sentra tanaman lada dan perbedaan wilayah administrasi. Dipilih empat kabupaten di Provinsi Lampung dengan lokasi ketinggian yang berbeda yaitu Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat, Kecamatan Abung Barat Kabupaten Lampung Utara, Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur Dan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan (Gambar 1).

Tahap awal ditentukan lima lokasi kebun tanaman lada secara purposive

Gambar

Tabel 3  Kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman lada
Gambar  1  Posisi lokasi penelitian di empat kabupaten di Provinsi Lampung
Tabel 4  Variabel pengamatan, sumber data dan cara pengukuran yang dilakukan
Tabel 5  Tipe iklim di Provinsi Lampung berdasarkan tipe iklim
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu juga mempertimbangkan tujuh poin yang akan dimunculkan dalam bahan ajar yaitu: (a) Menghadirkan konteks yang familiaf bagi siswa, (b) Konsep dalam setiap

Transaksi yang tidak dapat dilakukan pada internet banking adalah …a.

Fenomena yang terjadi pada saat ini adalah semakin meningkatnya jumlah komplain konsumen, dimana selama tahun 2011 telah terjadi kecenderungan kenaikan jumlah komplain

Rancangan intervensi adalah keterampilan sosial, manajemen diri, dan mengatasi masalah di sekolah sebagai target behavior s; strategi antecedents berupa pengaturan

mengkonsumsi ransum (Harmono dan Andoko, 2005; Setyanto et al., 2012). Dengan kandungan bioaktif yang dimiliki diharapkan mampu meningkatkan kualitas telur

Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat kontribusi yang signifikan antara supervisi pengajaran, pelatihan, dan pengalaman kerja

If Edukasi is Sedikit Mengerti and Item is Cukup and Keluarga is Tidak Lengkap then Keputusan NPC is Pergi ➔ Min 1, 0, 0.67 = 0 Rule 63: If Edukasi is Sedikit Mengerti and Item is

penelitian ini adalah pengajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek yang dikaitkan dengan objek nyata yang ada dalam kehidupan