• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port"

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUBUNGAN JUMLAH KUNJUNGAN KAPAL,

PRODUKSI, DAN HARGA IKAN DI PELABUHAN

PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG

KAHARUDDIN SHOLEH

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini Saya menyatakan bahwa tesis Analisis Hubungan Jumlah Kunjungan Kapal, Produksi, dan Harga Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong adalah karya Saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2012

(4)
(5)

ABSTRACT

KAHARUDDIN SHOLEH. The Analysis of Ship Visits, Production and Fish Prices Relationship at Brondong Fishing Port. Under Supervision of EKO SRIWIYONO and SUGENG HARI WISUDO.

As one of the factors that influence the dynamics of capture fisheries, the influence of market activities conditions to the dynamics of fishing is still rarely studied. Based on this reason, this study will be conducted to analyze the influence of market activities particularly price fluctuations to the dynamics of capture fisheries and vise versa. To answer these objectives the study was conducted in Brondong Fishing Port. The data was collected by purposive sampling. The result of this study show that the fish distribution between producer and consumer was very simple. Fish landing actually didn’t affect to all fish price significantly. For red snapper and big eye, the number of fish landing negativelly affect to fish price, it mean if fish landing increase the fish price will decrease and vise versa. On the other hand the fish landing of scads, false travelly and

yellowtail didn’t affect to fish price significantly. The other result of this study also show that fish price generally didn’t affect to fishing trip.

(6)
(7)

RINGKASAN

Kaharuddin Sholeh. Analisis Hubungan Jumlah Kunjungan Kapal, Produksi, dan Harga Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong, dibawah bimbingan Eko Sri Wiyono dan Sugeng Hari Wisudo.

Kegiatan perikanan tangkap merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan antara sistem alam, sistem manajemen dan sistem manusia. Kegiatan perikanan tangkap juga berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

Sebagai salah satu faktor yang turut mempengaruhi kegiatan perikanan tangkap, selama ini kondisi kegiatan pemasaran yang ada masih jarang dikaji besaran pengaruhnya terhadap kegiatan perikanan tangkap. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan berusaha memberikan gambaran mengenai kondisi perikanan tangkap khususnya terkait dengan kunjungan kapal, dan kegiatan pemasaran yang ada. Selain itu, pada penelitian ini juga akan menggambarkan besaran pengaruh jumlah produksi terhadap perubahan harga dan bagaimana pengaruh kegiatan pemasaran khususnya fluktuasi harga terhadap kunjungan armada perikanan tangkap.

Penelitian ini mengambil lokasi di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong (PPN Brondong) Kabupaten LamonganProvinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini didasari bahwa PPN Brondong merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang dibangun pemerintah yang berfungsi sebagai penunjang aktivitas perikanan tangkap di sekitar Laut Jawa. Keberadaan PPN ini memiliki dampak nyata terhadap kehidupan sosial ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar dan struktur ekonomi daerah Kabupaten Lamongan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus – Nopember 2011.

(8)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu masukan terhadap pengambilan kebijakan yang dilakukan dalam pengelolaan kegiatan perikanan tangkap khususnya di PPN Brondong. Dengan adanya kebijakan pemerintah yang tepat sasaran diharapkan dapat memberi keuntungan dan meningkatkan kesejahteraan semua pelaku kegiatan perikanan.

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data hasil wawancara dan pengisian kuesioner serta data statistik yang terkait dengan kegiatan di PPN Brondong. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan bantuan software Microsoft Office, dan SPSS for windows dan dijabarkan secara deskriptif.

Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menyebutkan bahwa armada perikanan tangkap yang digunakan nelayan di PPN Brondong adalah kapal dengan alat tangkap dogol, payang, rawai, mini purse seine, dan gill net. Dari kelima alat tangkap tersebut, alat tangkap dogol merupakan alat tangkap yang dominan dengan jumlah lebih dari 95% dari keseluruhan alat tangkap yang digunakan nelayan di PPN Brondong. Data kunjungan armada perikanan tangkap di PPN Brondong tahun 2009 – 2011 memperlihatkan bahwa kapal dengan alat tangkap dogol (baik berukuran besar maupun kecil) selalu mendominasi dibanding alat tangkap lainnya. Selain kapal dengan alat tangkap yang terdaftar, PPN Brondong juga sering dikunjungi oleh kapal – kapal collecting / kapal penggumpul. Adanya kunjungan kapal colecting juga mempengaruhi besarnya produksi perikanan di PPN Brondong.

Terkait dengan hasil tangkapan, ikan yang banyak didaratkan adalah ikan kuningan, kapasan, mata besar dan ikan layang. Namun demikian dalam roadmap

pembangunan perikanan tangkap Propinsi Jawa Timur tahun 2009 – 2014, selain keempat komoditas tersebut juga ditambahkan ikan kakap merah sebagai komoditas perikanan tangkap yang menjadi andalan Kabupaten Lamongan. Hal tersebut dimungkinkan karena ikan kakap merah merupakan hasil tangkapan utama dari alat tangkap rawai.

(9)

/kg dan terendah adalah ikan kapasan Rp 4.069,- /kg. Secara umum meskipun penentuan harga tanpa melalui proses lelang secara terbuka, harga rata-rata komoditas perikanan di PPN Brondong selama tahun 2009 – 2011 memiliki kecenderungan meningkat setiap tahun dan berfluktuasi setiap bulannya.

Hasil analisis interaksi jumlah ikan yang didaratkan terhadap fluktuasi harga menyebutkan bahwa secara umum jumlah ikan yang didaratkan tidak mampu menjelaskan secara menyeluruh terhadap fluktuasi harga yang terjadi. Dari kelima komoditas perikanan yang dianalisis, hanya ikan kakap merah yang memiliki nilai R2 diatas 40% dan ikan lainnya hanya memiliki nilai R2 antara 0 – 14,5%. Hal ini mengindikasikan bahwa fluktuasi harga ikan yang terjadi lebih disebabkan pengaruh faktor lain yang belum dianalisis.

Hasil analisis interaksi antara fluktuasi harga komoditas perikanan dengan jumlah kunjungan kapal perikanan menyebutkan bahwa harga komoditas perikanan yang menjadi hasil utama tangkapan bukanlah satu-satunya faktor penentu atas besarnya jumlah kunjungan kapal perikanan di PPN Brondong. Hal ini dibuktikan dengan nilai R2 yang hanya berkisar antara 8,2% - 52,2%. Artinya, harga komoditas perikanan hanya mampu menjelaskan sekitar 8,2% - 52,2% dari keseluruhan variabel yang mempengaruhi jumlah kunjungan armada perikanan tangkap di PPN Brondong.

Saran yang bisa diberikan kepada pemerintah dalam pembangunan dan pengelolaan perikanan di PPN Brondong adalah perlu adanya sistem pengelolaan kegiatan pemasaran yang baik agar harga komoditas perikanan di PPN Brondong selalu berada pada nilai yang wajar. Selain itu diperlukan juga adanya keterbukaan informasi pasar yang lebih luas agar lebih banyak kapal perikanan yang mendaratkan ikan di PPN Brondong. Hal ini didasarkan pada terjadinya tren penurunan jumlah kunjungan kapal meskipun harga komoditas perikanan setiap tahun mengalami tren kenaikan.

(10)
(11)

© Hak Cipta Milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2012 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(12)
(13)

ANALISIS HUBUNGAN JUMLAH KUNJUNGAN KAPAL,

PRODUKSI, DAN HARGA IKAN DI PELABUHAN

PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG

KAHARUDDIN SHOLEH

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)
(15)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : Analisis Hubungan Jumlah Kunjungan Kapal, Produksi, dan Harga Ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong

Nama : Kaharuddin Sholeh

NIM : C542100101

Program Studi / Mayor : Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si Ketua Anggota

Mengetahui,

Ketua Program Studi / Mayor,

Prof. Dr. Mulyono S. Baskoro, M.Si

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr

(16)
(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Lamongan pada tanggal 14 Mei 1983 dari Ayah Sabar dan Ibu Siti Ma’rifah. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Pada tanggal 19 Oktober 2008 penulis menikah dengan Fitrani Anindya Putri dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Fika Cahya Amena pada tanggal 5 Agustus 2009.

Pada tahun 2005, penulis berhasil menyelesaikan

pendidikan S-1 program studi Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2006 – sekarang penulis

bekerja di Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen

P2HP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Pada tahun 2010, penulis

berkesempatan melanjutkan pendidikan Program Magister (S-2) pada Program

Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap, Sekolah Pascasarjana Institut

Pertanian Bogor dengan sponsor dari Badan Pengembangan Sumber Daya

Manusia Kementerian Kelautan dan Perikanan (BPSDM – KKP).

(18)
(19)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini berjudul “ANALISIS HUBUNGAN JUMLAH KUNJUNGAN KAPAL, PRODUKSI, DAN HARGA IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG”.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada :

1. Kedua orang tua, istri dan anak, yang telah memberi dorongan semangat selama ini.

2. Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si dan Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si selaku dosen pembimbing.

3. Prof. Dr. Ir. Mulyono S. Baskoro, M.Sc selaku Ketua Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap.

4. Dr. Ir. Tri Wiji Nurani, M.Si. selaku dosen penguji luar.

5. Pimpinan dan staf institusi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terutama Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (P2HP) dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP).

6. Pimpinan Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong beserta staf. 7. Rekan-rekan mahasiswa SPT dan TPT angkatan 2010 (Imanuel Musa Thenu,

Suri Purnama Febri, Didin Komarudin, Iwan Dirwana, Tasrif Kartawiijaya, Eddy Hamka, Soraya Gigentika, Ardani, Arinto Kuncoro Jati, Stylia Johannes) serta kepada semua pihak yang telah membantu baik secara moril maupun materi, sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini.

Penulis menyadari, dalam penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan demi kebaikan di masa mendatang. Akhir kata, penulis mengharap penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak, baik bagi penulis maupun para pembaca semuanya. Amin.

(20)
(21)

DAFTAR ISI

3.3.4 Interaksi jumlah ikan yang didaratkan terhadap harga ... 18

3.3.5 Pengaruh harga terhadap jumlah kunjungan kapal ... 19

(22)
(23)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Kelengkapan data yang diperlukan ... 17 2. Keragaan kegiatan di PPN Brondong ... 28 3. Fasilitas pokok yang tersedia di PPN Brondong ... 29 4. Fasilitas penunjang yang tersedia di PPN Brondong ... 29 5. Fasilitas fungsional yang tersedia di PPN Brondong ... 30 6. Jumlah alat tangkap di PPN Brondong tahun 2009 dan 2010. ... 31

(24)
(25)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Perikanan sebagai sebuah sistem (diadopsi dari Charles, 2001). ... 1 2. Alur kerangka pemikiran. ... 6 3. Pola distribusi produk perikanan golongan bahan mentah. ... 11 4. Pola distribusi produk perikanan golongan barang konsumsi. ... 11 5. Konsep keseimbangan permintaan dan penawaran (Hirshleifer,

1985) . ... 12 6. Lokasi penelitian ... 15 7. Rata – rata produksi perikanan tangkap berdasar alat tangkap /

kapal. ... 32 8. Dominasi kunjungan kapal perikanan tangkap di PPN Brondong

tahun 2009 – 2011* ... 35 9. Frekuensi bulanan kedatangan kapal dogol besar tahun 2009 –

2011* ... 37 10. Frekuensi bulanan kedatangan kapal dogol kecil tahun 2009 –

2011* ... 37 11. Frekuensi bulanan kedatangan kapal payang tahun 2009 – 2011* ... 38 12. Frekuensi bulanan kedatangan kapal rawai tahun 2009 – 2011* ... 38 13. Frekuensi bulanan kedatangan kapal purse seine tahun 2009 –

2011* ... 39 14. Frekuensi bulanan kedatangan kapal perikanan tangkap tahun

2009 – 2011* ... 40 15. Fluktuasi harga ikan hasil tangkapan kapal dogol tahun 2009 –

2011* ... 41 16. Fluktuasi harga ikan hasil tangkapan kapal payang tahun 2009 –

2011* ... 42 17. Fluktuasi harga ikan hasil tangkapan kapal rawai tahun 2009 –

2011* ... 42 18. Fluktuasi harga ikan hasil tangkapan kapal mini purse seine

tahun 2009 – 2011* ... 43 19. Fluktuasi harga ikan kapal collecting tahun 2009 – 2011* ... 44 20. Pola distribusi produk perikanan di PPN Brondong. ... 45 21. Daerah tujuan pemasaran tahun 2009 dan 2010 ... 46 22. Hubungan antara harga dengan jumlah produksi ikan kuningan

(26)

23. Hubungan antara harga dengan jumlah produksi ikan layang di PPN Brondong ... 49 24. Hubungan antara harga dengan jumlah produksi ikan kakap di PPN

Brondong ... 50 25. Hubungan antara harga dengan jumlah produksi ikan kapasan di

PPN Brondong ... 51 26. Hubungan antara harga dengan jumlah produksi ikan mata besar di

PPN Brondong ... 52 27. Interaksi antara harga ikan hasil tangkapan dan kunjungan kapal

dengan alat tangkap dogol ... 53 28. Hubungan antara harga ikan yang dominan ditangkap dengan

kunjungan kapal payang ... 56 29. Interaksi antara harga ikan hasil tangkapan dan kunjungan kapal

dengan alat tangkap mini purse seine ... 59 30. Interaksi antara harga ikan hasil tangkapan kapal dengan alat

(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Jenis dan jumlah ikan (kg) yang didaratkan di PPN Brondong

tahun 2009 ... 81 2. Jenis dan jumlah ikan (kg) yang didaratkan di PPN Brondong

tahun 2010 ... 82 3. Jenis dan jumlah ikan (kg) yang didaratkan di PPN Brondong

tahun 2011* ... 83 4. Jenis dan rata-rata harga ikan yang didaratkan di PPN Brondong

tahun 2009 ... 84 5. Jenis dan rata-rata harga ikan yang didaratkan di PPN Brondong

tahun 2010 ... 85 6. Jenis dan rata-rata harga ikan yang didaratkan di PPN Brondong

tahun 2011* ... 86 7. Uji statistik hubungan harga dan jumlah ikan yang didaratkan ... 87 8. Hasil uji statistik hubungan antara harga ikan hasil tangkapan dan

kunjungan kapal dengan alat tangkap dogol ... 90 9. Hasil uji statistik hubungan antara harga ikan hasil tangkapan dan

kunjungan kapal dengan alat tangkap payang ... 93 10.Hasil uji statistik hubungan antara harga ikan hasil tangkapan dan

kunjungan kapal dengan alat tangkap mini purse seine ... 95 11.Hasil uji statistik hubungan antara harga ikan hasil tangkapan dan

kunjungan kapal dengan alat tangkap rawai ... 99 12.Armada kapal perikanan di PPN Brondong ... 102 13.Dokumentasi kegiatan pemasaran ... 103 14.Komoditas unggulan PPN Brondong ... 104

(28)
(29)

DAFTAR ISTILAH

Kunjungan Kapal : Kedatangan kapal di pelabuhan perikanan Produksi : Hasil tangkapan yang didaratkan di pelabuhan

perikanan untuk diperdagangkan.

Harga : Nilai tukar yang dinyatakan dalam suatu jumlah mata uang

Nelayan : Orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan

Dogol : Merupakan alat penangkap ikan berkantong tanpa alat pembuka mulut pukat dengan tali selambar yang pengoperasiannya di dasar perairan Rawai : Alat tangkap dasar terdiri dari rangkaian tali

utama dan tali pelampung, dimana pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan berdiameter lebih kecil dan di ujung tali cabang ini diikatkan pancing yang berumpan

Mini purse seine : Jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang, tanpa kantong dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish)

Payang : Pukat kantong yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). konstruksinya terdiri dari kantong, badan dan sayap,serta dilengkapi pelampung, pemberat dan tali penarik (salambar).

Collecting : Kapal penggumpul hasil tangkapan dari kapal lain

Perikanan : Kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan

lingkungannya mulai dari praprduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan Pelabuhan Perikanan : Tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di

(30)

Homogenitas : Suatu uji statistik untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama Autokorelasi : adalah korelasi di antara anggota seri dari

observasi-observasi yang diurutkan berdasarkan waktu

Korelasi : Suatu uji statistik yang berfungsi untuk

menyatakan derajat keeratan hubungan dan arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya

Multikolinieritas : Suatu uji statistik untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antar variabel bebas (independen)

Heterokedastisitas : Suatu uji statistik untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain

Fishing ground : Daerah yang menjadi tujuan penangkapan ikan

Fishing base : Basis usaha penangkapan

Open access : adalah kondisi ketika pelaku perikanan atau seseorang yang mengeksploitasi sumberdaya secara tidak terkontrol atau setiap orang memanen sumberdaya tersebut

UU : Undang – Undang

PPN : Pelabuhan Perikanan Nusantara

(31)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor perikanan merupakan salah satu sektor andalan Indonesia dalam menopang perekonomian. Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2009 menyebutkan bahwa sektor perikanan dan kelautan menyumbang 3,12 % dari jumlah pendapatan domestik bruto (PDB) nasional. Berdasarkan jumlahnya, produksi perikanan tangkap Indonesia berkisar antara 5.285.020 ton atau meningkat sebesar 88.692 ton dari tahun 2008. Jika dikalkulasi berdasarkan proporsinya, produksi perikanan tangkap menyumbang 53 % dari keseluruhan produksi sektor perikanan dan kelautan tahun 2009 (KKP, 2010).

Secara umum, kegiatan perikanan tangkap setiap tahunnya mengalami fluktuasi (dinamis). Kedinamikaan tersebut antara lain disebabkan adanya adaptasi yang dilakukan nelayan untuk merespon setiap perubahan yang terjadi. Charles (2001) mengungkapkan bahwa sistem perikanan tangkap disusun oleh

(32)

Lebih lanjut Charles (2001) dalam Kusumastanto (2007) menegaskan bahwa sistem perikanan merupakan sebuah kesatuan dari 3 komponen utama yaitu (1) sub sistem alam (natural system) yang mencakup ekosistem, ikan dan lingkungan biofisik; (2) sub sistem manusia (human system) yang terdiri unsur nelayan atau petani ikan, pelaku pasar dan konsumen, rumah tangga perikanan dan komunitas pesisir serta lingkungan sosial, ekonomi dan budaya yang terkait dengan sistem ini; (3) sub sistem pengelolaan perikanan (fishery management system) yang mencakup unsur-unsur kebijakan dan perencanaan perikanan, pembangunan perikanan, rejim pengelolaan perikanan, dan riset perikanan

Hal ini diperjelas oleh Fauzi dan Anna (2005), yang menyatakan bahwa upaya (effort) pada industri perikanan tangkap memiliki sifat yang tidak statis, ia akan bergerak dinamis mengikuti perubahan – perubahan yang terjadi pada faktor internal dan faktor eksternal. Oleh karena itu, untuk menghasilkan output yang maksimal dengan upaya (effort) dan input yang minimal, seorang nelayan akan melakukan berbagai strategi.

Dalam kegiatan penangkapan, faktor internal yang banyak berpengaruh adalah kapasitas alat penangkapan, kapasitas kapal dan biaya operasional (Chodriyah, 2009). Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh antara lain pasar, musim ikan dan cuaca. Kajian yang pernah dilakukan Wiyono (2001) di PPN Palabuhanratu menyebutkan bahwa salah satu faktor yang menjadi penyebab nelayan melakukan adaptasi adalah pengaruh musim.

(33)

3

Sebagai salah satu faktor yang turut mempengaruhi kegiatan perikanan tangkap, selama ini kondisi kegiatan pemasaran (termasuk harga) yang ada masih jarang dikaji besaran pengaruhnya terhadap kegiatan perikanan tangkap khususnya yang terkait dengan fluktuasi jumlah kunjungan kapal. Selain itu, interaksi antara jumlah ikan yang didaratkan terhadap harga juga belum banyak diteliti. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan berusaha menganalisa suatu kondisi perikanan tangkap, kegiatan pemasaran dan interaksi jumlah ikan yang didaratkan terhadap harga serta bagaimana interaksi kegiatan pemasaran khususnya fluktuasi harga terhadap dinamika jumlah kunjungan kapal perikanan tangkap di lokasi penelitian.

Sebagai lokasi penelitian, penelitian ini dilaksanakan di PPN Brondong. Hal ini didasari bahwa PPN Brondong merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang dibangun pemerintah yang berfungsi sebagai penunjang aktivitas perikanan tangkap di sekitar Laut Jawa. Salah satu arti penting dari keberadaan pelabuhan perikanan ini adalah memberikan kemudahan bagi nelayan untuk memasarkan setiap ikan yang dihasilkan (Permen KP Nomor : PER. 16/MEN/2006). Terkait dengan fungsi tersebut, pelabuhan perikanan juga harus mampu memberikan informasi atau hal – hal yang diperlukan nelayan terkait dengan segala aktifitas penangkapan termasuk gambaran mengenai kondisi pasar dan potensi sumberdaya ikan yang akan ditangkap.

Keberadaan PPN Brondong di Kabupaten Lamongan memiliki dampak nyata terhadap kehidupan sosial ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar (Suherman dan Dault, 2009) dan struktur ekonomi daerah Kabupaten Lamongan (Dislutkanter Kab. Lamongan, 2010). Data tahun 2005 – 2010 menyebutkan bahwa aktivitas kunjungan kapal di PPN Brondong terbilang cukup ramai. Pada kurun waktu tersebut, jumlah kunjungan kapal di PPN Brondong berkisar antara 19.681 – 25.573 unit per tahun.

(34)

menjadi Rp 493,07 Milyar. Bahkan pada tahun 2009, jumlah uang yang berdar di sekitar PPN Brondong mencapai Rp 540,31 Milyar atau lebih dari dua kali lipat jika dibanding pada tahun 2005 yang hanya Rp 262,73 Milyar. Perubahan yang cukup signifikan tersebut juga disebabkan adanya peningkatan jumlah nelayan yang terlibat hingga mencapai 13.337 nelayan dengan 1.440 armada perikanan pada tahun 2010.

1.2 Perumusan Masalah

Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang ada di Kabupaten Lamongan. Menurut data KKP (2010), produksi perikanan di PPN Brondong antara tahun 2005 – 2009 selalu berfluktuasi antara 39.295 ton (tahun 2005) hingga 60.769 ton (tahun 2007) dengan nilai antara Rp 229.88 Milyar (tahun 2005) hingga Rp 495,41 Milyar (tahun 2009). Keberadaan PPN ini turut memberi andil atas peran sektor perikanan dalam PDRB Kabupaten Lamongan yang mencapai lebih dari 6 % (Lamongan dalam angka, 2008). Namun sampai saat ini, belum ada suatu informasi yang jelas mengenai sebarapa besar hubungan antara jumlah kunjungan kapal, produksi, dan harga ikan di PPN Brondong.

Berdasar pada uraian tersebut di atas, terdapat beberapa masalah yang harus diselesaikan antara lain :

1. Bagaimana dinamika kunjungan kapal perikanan tangkap di sekitar PPN Brondong

2. Bagaimana dinamika harga ikan di PPN Brondong

3. Bagaimana sistem pemasaran hasil perikanan di PPN Brondong

4. Bagaimana pengaruh jumlah ikan yang didaratkan terhadap harga ikan di PPN Brondong

(35)

5

1.3 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisa dinamika kunjungan kapal perikanan tangkap di sekitar PPN Brondong

2. Menganalisa dinamika harga ikan di PPN Brondong

3. Menganalisa sistem pemasaran hasil perikanan diPPN Brondong

4. Menganalisa interaksi jumlah ikan yang didaratkan terhadap fluktuasi harga di PPN Brondong

5. Menganalisa interaksi antara fluktuasi harga komoditas perikanan dengan dinamika kunjungan kapal perikanan di PPN Brondong

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai kalangan, diantaranya adalah :

1) Bagi penulis, penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Mayor Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap.

2) Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dan mengambil keputusan yang diperlukan.

3) Penelitian ini juga diharapkan berguna bagi kalangan akademisi sebagai tambahan sumber informasi serta bahan pertimbangan untuk penelitian berikutnya.

1.5 Kerangka Pikir Penelitian

(36)

besaran pengaruh kegiatan pemasaran dalam kegiatan perikanan tangkap maka diperlukan data-data mengenai gambaran kegiatan pemasaran dan kondisi perikanan tangkap yang ada (Gambar 2). Dengan mengetahui kondisi kegiatan pemasaran dan kegiatan perikanan tangkap serta besaran pengaruh kegiatan pemasaran dalam kegiatan perikanan tangkap, maka diharapkan kebijakan yang diterapkan pada perikanan tangkap dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terlibat didalamnya.

Gambar 2 Alur kerangka pemikiran.

Perikanan Tangkap

Sub Sistem Alam Sub Sistem Manusia Sub Sistem Manajemen

Kegiatan Pemasaran

Harga Sistem Pemasaran Jenis ikan.

(37)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perikanan Tangkap

Perikanan dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan (UU nomor 45 tahun 2009 jo UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan). Hal ini sejalan dengan pemikiran Kesteven (1973) dalam Monintja dan Yusfiandayani (2001) yang menyatakan bahwa perikanan tangkap merupakan suatu sistem, yang terdiri beberapa elemen atau sub sistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi satu sama lainnya. Elemen-elemen atau sub sistem tersebut antara lain : sarana produksi, usaha penangkapan, prasarana (pelabuhan), unit pengolahan, unit pemasaran dan masyarakat pembina/penyedia layanan pendukung.

2.2 Dinamika Perikanan Tangkap

Charles (2001) menyatakan bahwa kedinamikaan perikanan tangkap dipengaruhi oleh adanya perubahan pada 3 (tiga) sistem yaitu sistem alam, sistem manusia dan sistem manajemen. Sistem alam sendiri terdiri dari ikan/biota yang menjadi target tangkapan, ekosistem dan lingkungan biophisik. Sistem manusia terdiri dari nelayan termasuk alat tangkap, kegiatan pasca panen dan konsumen, rumah tangga perikanan dan komunitas serta kondisi sosial ekonomi dan budaya sekitarnya. Pada sistem manajemen perikanan, yang termasuk didalamnya adalah kebijakan perencanaan perikanan, manajemen perikanan, pengembangan dan penelitian perikanan.

(38)

Hal yang senada juga diungkapkan Hilborn dan Waters (1992) yang menyatakan bahwa dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan faktor eksternal, nelayan akan menerapkan strategi penangkapan ikan tertentu dengan mengalokasikan alat tangkapnya. Kedinamikaan upaya penangkapan tersebut antara lain dipengaruhi oleh tingkat keuntungan dan teknologi yang diterapkan. Selain itu, Charles (2001) menyatakan bahwa perubahan ini dipengaruhi oleh faktor kelimpahan dan distribusi ikan, harga ikan dan pengelolaan sumberdaya yang diterapkan.

2.3 Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan dapat diartikan sebagai tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan (Permen KP Nomor : PER. 16/MEN/2006).

Pelabuhan perikanan merupakan interface (pertemuan) antara daratan dan lautan. Keberadaan pelabuhan perikanan dapat menunjang berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pra produksi hingga pasca produksi. Oleh karena itu, keberadaan pelabuhan perikanan memliki peranan yang sangat penting dalam kerangka pemanfaatan sumber daya perikanan (Solihin, 2008). Hal ini diperkuat oleh UU No.45 tahun 2009 jo UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan, yang menyebutkan bahwa pelabuhan perikanan memiliki fungsi pemerintahan dan pengusahaan guna mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari prapoduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran.

(39)

9

penangkapan, fasilitas tambat labuh, panjang dermaga, luasan kolam pelabuhan, daearah tujuan pemasaran dan ketersediaan lahan / fasilitas lainnya.

2.4 Pemasaran

Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986), pemasaran adalah kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan dari barang dan jasa. Tujuan dari kegiatan pemasaran adalah menempatkan barang-barang ke tangan konsumen akhir. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan adanya berbagai kegiatan pemasaran yang dibangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan (equalisasi) dan proses penyebaran (dispersi).

Menurut Kotler (2000), pemasaran umumnya dipandang sebagai tugas untuk menyiptakan, memperkenalkan, dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen. Asosiasi pemasaran Amerika diacu dalam Kotler (2000) juga mendefinisikan bahwa pemasaran merupakan proses perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta penyaluran gagasan barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memenuhi sasaran-sasaran individu dan organisasi.

(40)

2.5 Sistem Distribusi Perikanan

Distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan penyaluran suatu barang dari produsen ke konsumen (Limbong dan Sitorus, 1987). Hanafiah dan Saefuddin (1986), juga memberikan pengertian bahwa distribusi merupakan proses pemindahan barang-barang dari tempat produksi ke berbagai tempat atau daerah yang membutuhkan. Dengan demikian, adanya distribusi barang dapat menciptakan nilai kegunaan tempat. Apabila distribusi ini dilakukan tepat waktu, maka fungsi distribusi ini juga akan menciptakan kegunaan waktu.

Rahardi (2005), menyebutkan ada tiga komponen pendukung yang memegang peranan penting dalam sistem distribusi perikanan yaitu : konsumen, produsen dan pedagang atau perantara. Lebih lanjut Rahardi mengemukakan yang dimaksud konsumen adalah pembeli akhir dari suatu produk perikanan dan produsen adalah orang yang menanamkan modal baik langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi keberhasilan dan besaran yang didapat. Sedangkan pedagang atau perantara adalah orang / lembaga yang berperan sebagai penyalur produk dari produsen ke tangan konsumen.

(41)

11

Gambar 3 Pola distribusi produk perikanan golongan bahan mentah.

Sedangkan pola pemasaran produk perikanan golongan barang konsumsi biasanya dipasarkan dalam kondisi segar atau bahkan masih hidup. Secara umum pola distribusinya adalah sebagai berikut (Gambar 4):

Gambar 4 Pola distribusi produk perikanan golongan barang konsumsi.

(42)

2.6 Harga

Harga suatu barang adalah nilai tukar yang dinyatakan dalam suatu jumlah mata uang (Hanafiah, 1986). Secara ilmu ekonomi (Hirshleifer, 1985), jika faktor lain dianggap sama / stabil maka harga suatu komoditas memiliki hubungan yang negatif dengan jumlah / kuantitas yang akan diminta dan akan memiliki hubungan positif dengan jumlah yang ditawarkan. Dengan kata lain, semakin tinggi harga suatu barang maka jumlah permintaan akan semakin turun demikian sebaliknya jika harga suatu komoditas turun maka permintaan akan naik. Namun, hal yang berbeda pada jumlah penawaran. Jumlah barang yang ditawarkan akan naik jika harga barang tersebut mengalami kenaikan dan jika jika harga turun maka penawaranpun akan turun (Gambar 5).

Gambar 5 Konsep keseimbangan permintaan dan penawaran (Hirshleifer, 1985) . Permintaan (D)

Penawaran (S)

Jumlah (Q) Harga (P)

P0 P1

P2

Q0

(43)

13

Pendekatan umum yang sering digunakan dalam penetapan harga adalah (Kotler, 1997):

a. Berdasarkan biaya

Metode ini dilakukan dengan cara menambah angka standar pada biaya produk. Beberapa alasan dalam menggunakan metode ini yaitu, pertama karena pedagang lebih memastikan soal biaya daripada jumlah permintaan. Kedua, jika semua perusahaan dalam industri menggunakan metode ini, harga cenderung seragam dan persaingan harga dapat diminimalkan. Ketiga, banyak orang merasa bahwa penetapan harga dengan menambahkan angka pada biaya lebih wajar bagi pembeli dan penjual.

b. Berdasarkan analisis titik impas dan laba sasaran

Metode ini merupakan cara penetapan harga yang sebanding dengan biaya membuat dan memasarkan produk atau penetapan harga untuk memperoleh laba sasaran yang diinginkan. Metode ini lebih sering digunakan oleh penggelola sarana umum yang tidak boleh melakukan pengembalian yang wajar atas investasi mereka.

c. Berdasarkan nilai

Penetapan harga berdasarkan nilai berarti bahwa pemasar tidak dapat merancang produk, program pemasaran dan harga. Harga dibentuk / dipertimbangkan tidak hanya berdasar pada biaya penjualan melainkan secara bersama dengan persepsi pembeli mengenai nilai.

d. Berdasarkan persaingan

(44)

pendapat mereka mengenai bagaimana pesaing menetapkan harga dibandingkan pada biaya atau permintaannya sendiri. Metode ini lebih sering digunakan pada cara memenangkan nilai kontrak dengan memberikan harga lebih rendah dibanding pesaingnya.

2.7 Penelitian Terdahulu

Alfranca, Oca dan Reig (2004) melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk memperkirakan dinamika yang terjadi pada kegiatan perikanan akibat adanya gejolak harga di pusat pasar ikan Kota Barcelona Spanyol. Pendekatan autoregresi vektor digunakan untuk menjelaskan dinamika yang terjadi. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa setiap perubahan peraturan umum atau hal-hal yang mempengaruhi proses produksi akan selalu direspon oleh pelaku kegiatan dibidang perikanan. Biasanya, perubahan yang terjadi adalah mengarah pada keseimbangan baru dalam jangka waktu tertentu tergantung pada pola dan kecepatan penyesuaian, sifat dan derajat ketidakseimbangan dalam sebuah sistem perikanan.

Vasisht dan Singh (2004), melakukan suatu kajian untuk mengamati stuktur pasar yang ada, harga pasar dan dampaknya terhadap hasil tangkapan ikan laut di pantai Orissa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyaknya pedagang perantara yang terlibat dalam rantai pemasaran akan menurunkan nilai

fisherman net share. Selain itu, hasil penelitian juga menyebutkan secara signifikan bahwa setiap kenaikan harga ikan ditingkat grosir sebesar 1 % akan meningkatkan jumlah ikan yang didaratkan sebesar 2,01% (dalam jangka pendek) 1,42% (dalam jangka panjang).

(45)

15

3

METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Pada penelitian ini, lokasi yang menjadi objek penelitian adalah wilayah PPN Brondong, Kabupaten Lamongan propinsi Jawa Timur. Pemilihan lokasi ini didasari pada beberapa pertimbangan antara lain :

1. PPN Brondong merupakan pelabuhan perikanan di Jawa Timur yang memiliki nilai produksi tinggi dengan melibatkan jumlah sumberdaya manusia cukup besar.

2. Belum ada suatu kajian mengenai hubungan antara jumlah kunjungan kapal, produksi dan harga ikan di PPN Brondong.

Penelitian dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan mulai Bulan September hingga Bulan Nopember 2011

(46)

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang diaplikasikan dalam penelitian ini adalah metode survey. Populasi yang ada dalam penelitian ini adalah nelayan dan pedagang atau lembaga pemasaran di sekitar PPN Brondong. Metode pengambilan data yang digunakan adalah purposive sampling. Purposive sampling dipilih dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas aturan statistik tetapi didasarkan atas tingkat keaktifan dan hubungan dengan lembaga lain dalam kegiatan penangkapan atau pemasaran di PPN Brondong. Gambaran mengenai tingkat keaktifan calon responden tersebut diperoleh dengan cara mencari informasi di pengelola PPN Brondong.

Jenis data yang dikumpulkan bersifat kualitatif dan kuantitatif yang bersumber dari data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan melalui teknik wawancara dan pengisian kuesioner yang ditujukan kepada stakeholder diantaranya nelayan, pengelola pelabuhan dan pedagang ikan yang ada di sekitar PPN Brondong. Secara umum, data yang dikumpulkan antara lain :

a. Karakteristik nelayan dan pedagang ikan yang meliputi umur, tingkat pendidikan, lama usaha dan orientasi usaha

b. Keragaan usaha nelayan meliputi status kapal yang dimiliki, jenis alat tangkap, kegiatan operasional penangkapan (waktu dan lama trip), produksi yang dihasilkan dan daerah operasi penangkapan serta sumber modal untuk kegiatan penangkapan

c. Cara penjualan meliputi sistem penjualan, cara memperoleh informasi harga dan hubungan antara nelayan dengan lembaga lainnya

d. Di tingkat lembaga pemasaran, data yang dikumpulkan adalah jumlah pembelian dan penjualan, harga pembelian dan penjualan, fungsi-fungsi pemasaran dan biaya-biaya pemasaran termasuk biaya transportasi.

(47)

17

Jenis alat tangkap yang digunakan nelayan, jumlah dan jenis hasil tangkapan serta harga komoditas perikanan di PPN Brondong.

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dipahami. Data yang telah terkumpul dikelompokkan dan disajikan dalam bentuk tabulasi, kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif yang hasilnya akan dijabarkan secara deskriptif. Alat analisis yang akan membantu dalam penelitian ini adalah softwareMicrosoft Office, dan SPSS for windows.

3.3.1 Dinamika kegiatan kunjungan kapal

(48)

3.3.2 Dinamika harga

Seperti halnya dinamika kegiatan penangkapan, studi mengenai dinamika harga juga diuraikan secara deskriptif sesuai dengan hasil wawancara, pengisian kuesioner dan studi literatur lainnya. Pada bagian ini akan diuraikan mengenai harga komoditas hasil perikanan berdasar pada alat tangkap yang digunakan nelayan. Harga komoditas perikanan yang disajikan dibatasi dengan jumlah produksi yang dominan (5 komoditas hasil tangkapan tertinggi) per alat tangkap.

3.3.3 Kegiatan pemasaran

Pada bagian ini analisis yang digunakan adalah analisis diskriptif. Hal yang menjadi objek analisis meliputi rantai pemasaran dan daerah pemasaran hasil produksi perikanan di PPN Brondong.

3.3.4 Interaksi jumlah ikan yang didaratkan terhadap harga

Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai hubungan antara produksi perikanan terhadap fluktuasi harga yang terjadi di PPN Brondong. Komoditas perikanan yang menjadi objek analisis didasarkan pada 5 (lima) komoditas yang unggulan di PPN Brondong. Model dasar persamaan matematik yang akan dibangun untuk menghitung besaran interaksi adalah sebagai berikut:

e bx

y 

Keterangan :

y = Harga komoditas perikanan

α = Konstanta

(49)

19

3.3.5 Pengaruh harga terhadap jumlah kunjungan kapal

Untuk menghitung besaran pengaruh harga terhadap jumlah kunjungan kapal, maka harus dilakukan uji dengan metode uji regresi. Adapun pembangunan model dasar dinyatakan dalam bentuk persamaan matematik sebagai berikut:

e

x1 ... xn = Variabel bebas (harga komoditas perikanan) yang mempengaruhi jumlah kunjungan kapal.

b1 ... bn = Besaran pengaruh variabel bebas e = Error

Pengujian yang akan dilakukan dalam pembangunan model adalah uji normalitas, uji homogenitas, uji heterokedasitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas dan uji korelasi. Berbagai uji tersebut diperlukan guna mendapatkan suatu persamaan yang baik (best fit). Pengujian dilakukan dengan tingkat signikansi  5% atau 0,05 dan 10% atau 0,01. Hasil berbagai uji tersebut merupakan representatif dari hubungan antara harga komoditas perikanan yang menjadi variabel bebas terhadap jumlah kunjungan kapal perikanan tangkap di PPN Brondong.

a) Uji Normalitas

(50)

1. Analisis grafik. Metode ini merupakan salah satu cara termudah untuk melakukan uji normalitas. Adapun caranya adalah dengan melihat normal probality plot yang membandingkan distribusi komulatif dan distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonal. 2. Analisis statistik. Analisis ini sebaiknya digunakan untuk melengkapi

hasil analisis grafik. Adapun uji statistik yang sering digunakan antara lain :

a) Dengan kertas peluang normal b) Dengan uji chi-kuadrat, uji Liliefors c) Teknik Kolmogorov-Smirnov

Pada penelitian kali ini, teknik uji normalitas yang digunakan adalah dengan menggunakan dengan menggunakan metode analisis grafik dan Teknik Kolmogorov-Smirnov. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov Smirnov adalah dengan membandingkan distribusi data (yang akan diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal. Dengan kata lain, uji Kolmogorov Smirnov adalah uji beda antara data yang diuji normalitasnya dengan data normal baku.

Hipotesis yang diuji adalah:

Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Dengan demikian, normalitas dipenuhi jika hasil uji tidak signifikan untuk suatu taraf signifikansi () tertentu (biasanya =0,05 atau =0,01). Sebaliknya, jika hasil uji signifikan maka normalitas data tidak terpenuhi. Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom signifikansi (Sig.) Untuk menetapkan kenormalan, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut.

1) Tetapkan taraf signifikansi uji misalnya =0,05

(51)

21

3) Jika signifikansi yang diperoleh > , maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

4) Jika signifikansi yang diperoleh < , maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Apabila hasil uji menunjukkan data tidak normal maka dapat dilakukan beberapa alternatif menanganan masalah ketidaknormalan data sebagai berikut:

1) Lakukan pemotongan data, mungkin ada data yang out liers (berada jauh dari rata-rata) misalnya sangat tinggi nilainya atau sangat rendah. 2) Perbesar sampel, jika sampel besar sekali maka data akan mendekati

normal (asymptoticallynormal).

3) Lakukan transformasi data, misalnya dilogaritmakan. Dengan transformasi logaritma maka data yang tidak normal akan membaik distribusinya karena rentangan data akan mendekati rata-ratanya.

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Pada analisis regresi, persyaratan analisis yang dibutuhkan adalah bahwa galat regresi untuk setiap pengelompokan berdasarkan variabel terikatnya memiliki variansi yang sama.

Interpretasi hasil tabel Test of Homogenity of Variance dilakukan dengan memilih salah satu statistik, yaitu statistik yang didasarkan pada rata-rata (Based on Mean). Hipotesis yang diuji adalah:

Ho : Variansi pada tiap kelompok sama (homogen)

H1 : Variansi pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen)

(52)

1) Tetapkan taraf signifikansi uji, misalnya = 0,05 2) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh

3) Jika signifikansi yang diperoleh > , maka variansi setiap sampel sama (homogen)

4) Jika signifikansi yang diperoleh < , maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen)

c) Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan (korelasi) yang signifikan antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik seharusnya tidak terdapat hubungan yang cukup tinggi (signifikan) antar variabel bebas karena hal ini menandakan ada aspek yang sama diukur pada variabel bebas. Jika hal ini terjadi, maka variabel bebas tersebut tidak layak digunakan untuk menentukan kontribusi secara bersama-sama terhadap variabel terikat (dependen).

Gejala multikolinearitas di dalam model regresi dapat dideteksi melalui beberapa hal, diantaranya (Ghozali, 2006):

1. Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi sangat tinggi tetapi secara individual variabel – variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2. Menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen. Jika antar variabel independen ada korelasi cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas.

3. Nilai tolerance dan VIF (variance inflation factor). Kedua nilai ini menunjukkan besaran variabel independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang umum dipakai untuk menunjukkan gejala multikolinearitas adalah bebih kecil dari 0,10

(tolerance ≤ 0,10) atau VIF lebih besar dari 10 (VIF ≥ 10). Namun,

(53)

23

Dalam penelitian ini, uji multikolinearitas dilakukan dengan melihat nilai VIF. Adapun Perumusan hipotesa untuk uji multikolinearitas adalah :

1) H0 : tidak ada multikolinearitas 2) H1 : terjadi multikolinearitas

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah multikolinieritas pada suatu model regresi:

1) Mentransformasikan variable-variabel

Yakni mentransformasikan variable-variabel dalam suatu model regresi menjadi bentuk yang disebut first difference. Hal ini dilakukan dengan mengurangkan variable pada periode sebelumnya dari variable pada periode yang sedang berjalan.

2) Mendapatkan lebih banyak data / memperbesar sample. Dengan bertambahnya sample maka standard errors cenderung turun yang akan memungkinkan kita dapat menaksir koefisien regresi secara lebih tepat. 3) Menghilangkan salah satu variabel independen yang memiliki korelasi

tinggi, dan membuat variabel baru yang merupakan gabungan dari variabel yang saling berkorelasi tinggi dan menggunakan variabel baru sebagai pengganti.

4) Beberapa ahli statistik menggunakan analisis kompunen utama (principal component analysis) sebagai salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah multikolinieritas. Melalui penggunaan analisis komponen utama ini akan dihasilkan variabel-variabel baru yang merupakan kombinasi linier dari variabel-variabel bebas asal dan antarvariabel baru ini bersifat saling bebas. Variabel-variabel yang baru ini disebut komponen utama, dan selanjutnya diregresikan dengan variabel tak bebas.

d) Uji Heteroskedastisitas

(54)

varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas.

Deteksi heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan metode scatter plot

dan atau uji statistik. Metode scatter plot diperoleh dengan cara memplotkan nilai ZPRED (nilai prediksi) dengan SRESID (nilai residualnya). Model yang baik (homoskedastisitas) didapatkan jika tidak terdapat pola tertentu pada grafik, seperti mengumpul di tengah, menyempit kemudian melebar atau sebaliknya melebar kemudian menyempit. Selain tidak ada pola yang jelas, titik – titik yang ada (hasil plotting) juga harus menyebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y. Uji statistik yang dapat digunakan adalah uji Glejser, uji Park atau uji White, namun dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah hanya metode

scatter plot dan uji statistik yang digunakan adalah uji Glejser. uji Glejser dilakukan dengan cara meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel independen (Gujarati, 2003)

Beberapa alternatif solusi jika model menyalahi asumsi homoskedastisitas adalah dengan mentransformasikan ke dalam bentuk logaritma, yang hanya dapat dilakukan jika semua data bernilai positif. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan membagi semua variabel dengan variabel yang mengalami gangguan heteroskedastisitas.

e) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menunjukkan adanya korelasi antara

error dengan error periode sebelumnya. Pada asumsi klasik, hal ini tidak boleh terjadi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Durbin–Watson. Batasan nilai yang digunakan adalah sebagai berikut (Santoso, 2010) :

1) Angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif.

(55)

25

Jika pada suatu pengujian model terdapat Autokorelasi, maka bisa diatasi dengan berbagai cara, antara lain: (1) Melakukan transformasi data; (2) Menambah data observasi.

f) Uji Korelasi

Analisis korelasi berfungsi untuk menyatakan derajat keeratan hubungan dan arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya. Semakin tinggi nilai korelasi, semakin tinggi derajat keeratan hubungan kedua variabel tersebut. Nilai korelasi memiliki rentang antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1.

(56)
(57)

4

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasi PPN Brondong

PPN Brondong merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang dibangun pemerintah untuk memfasilitasi kegiatan perikanan tangkap di sekitar laut jawa. Secara administratif, PPN Brondong berada di Desa Brondong Kecamatan Brondong Kabupaten Lamongan Propinsi Jawa Timur, dengan perbatasan sebagai berikut :

Sebelah utara : Laut Jawa

Sebelah barat : Kecamatan Palang Kabupaten Tuban Sebelah selatan : Kecamatan Laren dan Kecamatan Solokuro Sebelah timur : Kecamatan Paciran

Secara geografis, PPN Brondong berada pada posisi 06052’20” LS dan

112017’45” BT.

4.2 Keragaan PPN Brondong

(58)

Tabel 2 Keragaan kegiatan di PPN Brondong Sumber : KKP dan PPN Brondong, diolah 2012.

4.3 Fasilitas PPN Brondong

Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong (PPN Brondong) memiliki fasilitas terlengkap dibandingkan pelabuhan perikanan lainnya yang ada di wilayah Kabupaten Lamongan. Secara umum, pengelolaan fasilitas di area pelabuhan ini terbagi dua yaitu UPT PPN Brondong dan Perum perikanan (BUMN). Berbagai fasilitas tersebut dikelompokkan menjadi fasilitas pokok, fasilitas penunjang, dan fasilitas fungsional.

a. Fasilitas pokok

(59)

29

Tabel 3 Fasilitas pokok yang tersedia di PPN Brondong

No Jenis Fasilitas Volume Satuan Kepemilikan

1 Areal pelabuhan 1 2,588 Ha Perum

Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku usaha untuk mendapatkan kenyamanan dalam melakukan berbagai aktifitas di area pelabuhan. Fasilitas penunjang yang ada di PPN Brondong dapat di lihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Fasilitas penunjang yang tersedia di PPN Brondong

No Jenis Fasilitas Volume Satuan Kepemilikan

1 Tempat ibadah 100 M2 PPN Brondong

(60)

Tabel 5 Fasilitas fungsional yang tersedia di PPN Brondong

No Jenis Fasilitas Volume Satuan Kepemilikan

1 Gedung TPI 1080 M2 Perum

(61)

31

( > 90 % ) adalah dogol yang berukuran antara 10 – 20 GT. Selain dogol yang berukuran besar, nelayan di PPN Brondong juga menggunakan dogol berukuran lebih kecil (<10 GT), pancing rawai, payang besar (pukat hitam), mini purse seine

dan gill net (Tabel 6).

Tabel 6 Jumlah alat tangkap di PPN Brondong tahun 2009 dan 2010. No Jenis alat tangkap Jumlah (Unit) Keterangan

2009 2010 tangkap yang dioperasikan berjumlah 1.546 unit sedangkan pada tahun 2010 hanya 1.440 unit. Penurunan jumlah alat tangkap terbanyak terjadi pada alat tangkap dogol besar, yakni 126 unit. Meskipun demikian, pada tahun 2010 beberapa jenis alat tangkap mengalami peningkatan yaitu rawai sebanyak 420 % dan dogol berukuran kecil meningkat sebanyak 22%.

4.5 Ikan yang Didaratkan

(62)

Gambar 7 Rata – rata produksi perikanan tangkap berdasar alat tangkap.

Berdasar pada Gambar 7 diketahui bahwa produksi kapal dengan alat tangkap dogol (kapal dogol) adalah ikan mata besar / swanggi (Priacanthus tayenus), ikan kuningan / kurisi (Upeneus vittatus), ikan kapasan (Gerres kapas), ikan ayam-ayam (Aluterus scriptus) dan ikan beloso (Synodus sp). Dari kelima ikan tersebut, ikan kuningan dan mata besar merupakan jenis ikan yang paling banyak didaratkan oleh kapal dogol.

(63)

33

Ikan yang didaratkan oleh kapal dengan alat tangkap rawai (kapal rawai) adalah ikan kakap merah (Lutjanus spp.), kerapu (Cephalopholis boenack), kuwe (caranx sexfaciatus), manyung (Arius thalassinus), dan tonang (Congresox talabon). Dari kelima jenis ikan tersebut, ikan kakap merah merupakan jenis ikan yang paling dominan didaratkan oleh kapal rawai dibanding dengan ikan lainnya.

Kapal dengan alat tangkap mini purse seine (kapal mini purse seine) di PPN Brondong memproduksi ikan layang (Decapterus kuroides), tongkol (squallus sp), banyar (Rastrelliger kanagurta), tembang (Sardinella sp.), dan ikan kembung (Rastreliger neglectus). Sama halnya dengan kapal payang, kapal mini purse seine

(64)
(65)

5

HASIL

5.1 Dinamika Kunjungan Kapal Perikanan

Seiring dengan jumlah alat tangkap yang beroperasi di sekitar PPN Brondong, kunjungan kapal juga didominasi oleh alat tangkap dogol baik yang berukuran kecil maupun besar (Gambar 8). Jika diamati lebih lanjut, terdapat pergeseran jumlah frekuensi kunjungan kapal dogol besar dan kecil antara tahun 2009 – 2011.

Gambar 8 Dominasi kunjungan kapal perikanan tangkap di PPN Brondong tahun 2009 – 2011*

(66)

dibutuhkan untuk mencapai lokasi menjadi lebih lama. Selain kapal dengan alat tangkap tertentu, PPN Brondong juga sering dikunjungi oleh kapal penggumpul /

collecting. Kapal ini lebih berfungsi sebagai pengumpul hasil tangkapan nelayan dengan berbagai alat tangkap di tengah laut.

5.1.1 Frekuensi kunjungan kapal dogol

Seperti yang telah diuraikan pada subbab sebelumnya, jumlah kapal di PPN Brondong didominasi oleh kapal dogol baik yang berukuran besar maupun kecil. Setiap tahun jumlah kunjungan kapal dogol berukuran besar cenderung mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan adanya perubahan lokasi fishing ground yang menyebabkan waktu tempuh menjadi lebih lama. Selain itu, untuk menghemat biaya operasional beberapa nelayan terkadang juga mendaratkan ikan di pelabuhan perikanan terdekat.

Kondisi tersebut sedikit berbeda jika dibanding dengan jumlah kunjungan kapal dogol yang berukuran lebih kecil. Lokasi fishing ground kapal ini cenderung masih dekat dengan lokasi PPN Brondong dan waktu operasi penangkapan yang dilakukan juga lebih singkat yaitu hanya 1-3 hari. Dengan demikian jumlah kunjungan kapal dogol berukuran kecil lebih stabil dibanding kapal dogol besar.

(67)

37

Gambar 9 Frekuensi bulanan kedatangan kapal dogol besar tahun 2009 – 2011*

Gambar 10 Frekuensi bulanan kedatangan kapal dogol kecil tahun 2009 – 2011*

5.1.2 Frekuensi kunjungan kapal payang

(68)

Gambar 11 Frekuensi bulanan kedatangan kapal payang tahun 2009 – 2011*

5.1.3 Frekuensi kunjungan kapal rawai

Seperti halnya kapal dengan alat tangkap dogol, jumlah kunjungan kapal rawai pada bulan september cenderung menurun dibanding bulan – bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan pada bulan tersebut terdapat adanya perayaan hari besar agama khususnya bagi nelayan yang beragama Islam. Sebagian besar karakter nelayan di PPN Brondong adalah lebih senang merayakan hari besar keagamaan bersama keluarga dibanding harus mencari ikan di laut. Secara umum, jumlah kunjungan kapal rawai di PPN Brondong setiap bulan dapat dilihat pada Gambar 12.

(69)

39

5.1.4 Frekuensi kunjungan kapal mini purse seine

Keberadaan kapal mini purse seine di PPN Brondong sangat sedikit. Hal ini berdampak pada minimnya jumlah kunjungan kapal mini purse seine di PPN Brondong. Pada tahun 2009 - 2010, rata – rata jumlah kunjungan kapal mini purse seine di PPN Brondong hanya sekitar 4 unit per bulan dengan jumlah kunjungan tertinggi pada bulan September 2010 sebanyak 15 unit. Pada tahun 2011, rata – rata jumlah kunjungan kapal mini purse seine semakin berkurang hingga kurang dari 1 (satu) unit per bulan. Gambaran mengenai jumlah kunjungan kapal mini purse seine setiap bulan di PPN Brondong dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13 Frekuensi bulanan kedatangan kapal purse seine tahun 2009 – 2011*

5.1.5 Frekuensi kunjungan kapal penggumpul / collecting

(70)

kembali meningkat pada bulan Oktober meskipun kembali turun pada Bulan November – Februari.

Gambar 14 Frekuensi bulanan kedatangan kapal perikanan tangkap tahun 2009 – 2011*

5.2 Dinamika Harga

Secara umum, harga yang terbentuk pada semua jenis ikan hasil tangkapan, baik yang ditangkap dengan alat tangkap dogol, payang, rawai, mini purse seine maupun hasil dari kapal collecting mengalamai fluktuasi. Dari semua jenis ikan yang didaratkan di PPN Brondong, ikan yang memiliki harga rata-rata tertinggi adalah ikan kakap merah dan rata-rata terendah adalah ikan kapasan.

5.2.1 Harga Ikan hasil tangkapan dogol

(71)

41

tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2011 yang mencapai Rp 7.500,- /kg dan terendah terjadi pada bulan April 2009 sebesar Rp 3.000,- /kg. Harga ikan beloso

tertinggi terjadi pada bulan Januari dan Maret 2011 yang mencapai Rp 8.000,- /kg dan terendah terjadi pada bulan April dan Nopember 2009 sebesar

Rp 3.500,- /kg. Harga ikan kapasan tertinggi terjadi pada bulan Juni - Agustus 2011 yang mencapai Rp 6.300,- /kg dan terendah terjadi pada bulan Februari 2011 sebesar Rp 2.500,- /kg.

Gambar 15 Fluktuasi harga ikan hasil tangkapan kapal dogol tahun 2009 – 2011*

5.2.2 Harga Ikan hasil tangkapan payang

(72)

Gambar 16 Fluktuasi harga ikan hasil tangkapan kapal payang tahun 2009 – 2011*

5.2.3 Harga ikan hasil tangkapan rawai

Kondisi yang sedikit berbeda terjadi pada harga ikan yang ditangkap dengan alat tangkap rawai. Secara umum, harga ikan yang ditangkap dengan alat tangkap rawai memiliki nilai rata diatas Rp 13.000,- /kg dengan harga rata-rata tertinggi terjadi pada ikan kakap merah yang mencapai Rp 31.209,- /kg dan harga rata-rata terendah pada ikan Manyung dengan harga Rp 13.216,- /kg (Gambar 17).

(73)

43

5.2.4 Harga ikan hasil tangkapan mini purse seine

Komoditas perikanan yang menjadi hasil utama kapal dengan alat tangkap

mini purse seine adalah ikan banjar, kembung, layang, tongkol lan tembang. Secara umum, harga kelima komoditas tersebut selalu berfluktuasi dan cenderung meningkat setiap bulannya. Harga rata-rata ikan hasil tangkapan antara tahun 2009 - 2011* pada alat tangkap mini purse seine yang tertinggi adalah ikan tongkol dengan nilai Rp. 12.657,- /kg, dan yang terendah adalah ikan tembang dengan nilai sebesar Rp 5.793,- /kg (Gambar 18).

Gambar 18 Fluktuasi harga ikan hasil tangkapan kapal mini purse seine tahun 2009 – 2011*

5.2.5 Harga ikan hasil kapal collecting

Ikan yang dikumpulkan dan diangkut oleh kapal penggumpul / collecting

ketika didaratkan memiliki harga yang sama dengan ikan yang ditangkap oleh alat tangkap lain. Secara rata-rata, harga tertinggi ikan hasil dari kapal collecting

(74)

Gambar 19 Fluktuasi harga ikan kapal collecting tahun 2009 – 2011*

5.3 Kegiatan Pemasaran

5.3.1 Rantai pemasaran

Rantai pemasaran merupakan gambaran mengenai alur distribusi barang dari produsen (nelayan) hingga ke tangan konsumen. Secara umum, ikan yang didaratkan oleh nelayan di PPN Brondong dibongkar dan dipasarkan langsung di dalam area pelabuhan. Ikan-ikan hasil tangkapan dibeli pedagang pengumpul lokal tanpa ada proses lelang secara terbuka. Menurut nelayan kegiatan lelang akan memakan waktu yang lama dan dikhawatirkan akan merusak kualitas ikan. Kesepakatan harga terjadi jika harga yang ditawarkan oleh pembeli dinilai sepadan dengan pengorbanan yang dilakukan nelayan. Bahkan terkadang kesepakatan harga yang terjadi tanpa didahului dengan adanya proses tawar menawar terlebih dahulu. Hal ini disebabkan sudah ada hubungan pemasaran (langganan) yang cukup lama antara nelayan dan pedagang penggumpul.

Oleh pedagang penggumpul, ikan hasil tangkapan nelayan ditimbang dan dijual kembali kepada pedagang penggumpul yang lebih besar sesuai dengan jenis ikan dan kepada usaha pengolahan serta sebagian dari mereka juga menjual ke berbagai pasar lokal yang tersebar di Kabupaten Lamongan. Pada level ini, ikan yang diperdagangkan mulai di sortir berdasarkan ukuran dan kualitas.

(75)

45

perusahaan pengolahan dan ke berbagai pasar baik lokal (dalam kabupaten), dalam propinsi dan antar propinsi. Perbedaan yang mencolok antara pedagang pengumpul lokal dan pengumpul besar adalah dari sisi penanganan produk perikanan. Para pedagang pengumpul besar biasanya telah memiliki kios yang berada di kawasan pelabuhan. Di kios tersebut, ikan di sortir lagi berdasarkan kualitas dan ukuran serta ditambah es agar kualitas ikan tetap terjaga.

Perusahaan pengolah perikanan juga turut memberi andil dalam kegiatan pemasaran di PPN Brondong. Sebagian besar produk olahan yang ada di PPN Brondong adalah ikan asin, fillet, pindang dan panggang. Rantai pemasaran komoditas perikanan di PPN Brondong dapat dilihat pada Gambar 20.

(76)

5.3.2 Daerah pemasaran

Daerah yang menjadi tujuan pemasaran hasil tangkapan nelayan di PPN Brondong adalah daerah yang masih relatif dekat yakni meliputi Pulau Jawa dan Pulau Bali. Secara spesifik, daerah yang menjadi tujuan pemasaran adalah pasar ikan, pasar tradisional dan perusahaan pengolahan hasil perikanan.

Jika dibagi berdasarkan lokasi per propinsi, maka daerah tujuan pemasaran hasil tangkapan nelayan PPN Brondong dapat dilihat pada Gambar 21. Pada tahun 2009, produksi perikanan tangkap di PPN Brondong sebagian besar dipasarkan di wilayah Propinsi Jawa Tengah (sebesar 67%), propinsi Jawa Timur (sebesar 13%) dan sisanya tersebar diwilayah Propinsi Bali, Jawa Barat dan DKI Jakarta. Memasuki tahun 2010, daerah tujuan pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan PPN Brondong mengalami sedikit perubahan. Pada tahun 2010, pelaku pemasaran lebih cenderung memasarkan hasil tangkapan nelayan di wilayah Propinsi Jawa Timur sebesar 67% dan wilayah Jawa Tengah hanya sebesar 13 %.

Sumber : PPN Brondong, 2011

Gambar 21 Daerah tujuan pemasaran tahun 2009 dan 2010

5.4 Interaksi Jumlah Ikan yang Didaratkan terhadap Harga

(77)

47

a. Ikan kuningan

Ikan kuningan merupakan ikan yang paling dominan didaratkan di PPN Brondong. Total produksi ikan kuningan selama tahun 2009 – 2011 mencapai lebih dari 40.654 ton atau sekitar 28,57% dari total produksi PPN Brondong. Produksi ikan kuningan tertinggi terjadi pada bulan Oktober 2011 yang hampir mencapai 1.876 ton, sedangkan produksi terendah terjadi pada Februari 2009 yang hanya 557 ton. Harga rata-rata ikan kuningan selama 2009-2011 adalah Rp 10.357,- /kg (Gambar 22).

Gambar 22 Hubungan antara harga dengan jumlah produksi ikan kuningan di PPN Brondong

Berdasarkan pada Gambar 22 dapat dilihat bahwa pergerakan harga komoditas ikan kuningan tidak selalu berlawanan dengan jumlah produksi ikan tersebut. Pergerakan jumlah produksi ikan kuningan yang cukup signifikan terkadang direspon dengan perubahan harga yang searah dengan produksi.

Jika diamati lebih lanjut dengan uji statistik, interaksi antara jumlah produksi ikan kuningan terhadap perubahan harga yang terjadi dapat dilihat

pada persamaan y = 8271,642 + 0,002 x dengan nilai R2 = 0,141 (Lampiran 7). Artinya, perubahan jumlah produksi ikan kuningan di PPN

Gambar

Gambar 1   Perikanan sebagai sebuah sistem (diadopsi dari Charles, 2001).
Gambar 4  Pola distribusi produk perikanan golongan barang konsumsi.
Gambar 5   Konsep keseimbangan permintaan dan penawaran (Hirshleifer, 1985) .
Gambar 6   Lokasi penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tabel 6 dapat dianalisa pada titik yang sama tetapi dengan kondisi yang berbeda yaitu dengan adanya pengaruh damping, bahwa nilai CCT yang didapatkan pada sistem

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dan perilaku anggota keluarga dengan kejadian

Pada semester dua hanya parameter pH yang sudah memenuhi baku mutu, dan terjadi kenaikan dari parameter BOD, COD, TSS, Minyak dan Lemak, Amonia (NH 3 -N) dan Total

Gamal Rindarjono, M.Si selaku Kepala Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret dan Pembimbing I yang

RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya maupun lokasi yang

Abstrak: Gaya belajar memberikan kebiasaan dan dapat mempengaruhi pemrosesan informasi dalam berpikir. Jurnal ini membahas profil berpikir visual mahasiswa calon guru matematika dengan

PPN yang terletak di Kecamatan Brondong, sebelah Utara Kabupaten Lamongan ini, memiliki peranan yang cukup penting untuk Propinsi Jawa Timur, khususnya di bidang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi siswa SMA/MA terhadap pencarian jenis media, sumber, dan visualisasi informasi keamanan pangan sehingga dapat digunakan