• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan dan Karakterisasi FET Berbasis Zinc Oxide (ZnO) untuk Sensor Sensor Ultra Violet (UV)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembuatan dan Karakterisasi FET Berbasis Zinc Oxide (ZnO) untuk Sensor Sensor Ultra Violet (UV)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI

FIELD EFFECT

TRANSISTOR

(FET) BERBASIS

ZINC OXIDE

(ZnO) UNTUK

SENSOR ULTRA VIOLET (UV)

ZAINAL MUTAQIM

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

ZAINAL MUTAQIM. Pembuatan dan Karakterisasi

Field Effect Transistor

(FET) Berbasis

Zinc Oxide

(ZnO) untuk Sensor Ultra Violet (UV). Dibimbing oleh

Dr. AKHIRUDDIN MADDU dan Dr. IRMANSYAH.

Sensor

Field Effect Transistor

(FET) dibuat dari oksida logam, logam,

polimer konduktif organik, dan semikonduktor. Sensor FET terdiri atas tiga

lapisan, yaitu lapisan

zinc oxide

sebagai lapisan aktif, lapisan SiO

2

sebagai insulator

dan lapisan silikon tipe-p. Sensor FET berbasis ZnO sensitif terhadap cahaya UV,

yang dapat dilihat dari hasil karakterisasi arus-tegangan dan karakterisasi respons

dinamik yang menunjukkan respons terhadap adanya cahaya UV. Respon sensor

FET terhadap cahaya UV memperlihatkan terjadinya peningkatan arus

drain-source

, dikarenakan terjadinya penurunan resistansi pada daerah lapisan

zinc oxide

.

Respon sensor FET terhadap cahaya UV memperlihatkan bahwa apabila sensor

diberikan cahaya UV maka terjadi peningkatan arus

drain-source

akibat adanya

penurunan resistansi lapisan ZnO. Respon dinamik sensor FET memperlihatkan

adanya perubahan tegangan

output

saat diberikan cahaya. Terjadi penurunan

tegangan

output

saat diberikan cahaya UV pada setiap peningkatan intensitas.

Sensor FET memiliki waktu respon sekitar 2.6 detik dan waktu pemulihan sekitar

2.8 detik. Hasil ini menunjukkan bahwa sensor FET memiliki waktu respons yang

lebih cepat dari pada waktu pemulihannya.

(3)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI

FIELD EFFECT

TRANSISTOR

(FET) BERBASIS

ZINC OXIDE

(ZnO) UNTUK

SENSOR ULTRA VIOLET (UV)

ZAINAL MUTAQIM

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Fisika

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

iii

Judul : Pembuatan dan Karakterisasi FET Berbasis

Zinc Oxide

(ZnO)

untuk Sensor

Sensor Ultra Violet (UV)

Nama

: ZAINAL MUTAQIM

NIM

: G74080072

Menyetujui ,

Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Akhiruddin Maddu M. Si

NIP. 196609071988021006

NIP. 196809161994031001

Dr. Irmansyah M. Si

Mengetahui,

Ketua Departemen Fisika

Dr. Akhiruddin Maddu M. Si

NIP. 196609071988021006

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur hanyalah bagi Allah SWT, karena atas limpahan

rahmat, taufik dan hidayahnya-Nya hingga penulis mampu menyelesaikan karya

ilmiah ini. Tema dari penelitian ini adalah Pembuatan dan Karakterisasi

Field

Effect Transistor

(FET) Berbasis

Zinc Oxide

(ZnO) untuk Sensor Ultra Violet (UV)

Pada kesempatan ini, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1.

Kedua orang tua penulis Bapak M. Yusuf Rasyim (di surga) dan Ibu

Muhibah yang selalu mendoakan, membimbing, menasehati dan banyak

hal lainnya.

2.

Kakak (Ade Mukhsin, Mastupa, Syukahar, Abdul Syukur, M. Soleh,

Zoelfikar Ali Buto, Kustamto, Eva Diana dan Agus Salim) atas curahan

kasih sayang, yang senantiasa memberikan semangat, doa, perhatian, dan

pengorbanannya yang tak terhingga kepada penulis sehingga penulis

mampu menyelesaikan studi.

3.

Bapak Dr. Akhiruddin Maddu selaku pembimbing I yang telah memberi

bimbingan, motivasi, kritik, dan saran.

4.

Bapak Dr. Irmansyah selaku pembimbing II yang telah memberi

bimbingan, motivasi, kritik, dan saran.

5.

Bapak Drs. M. Nur Indro M.Sc selaku dosen penguji atas masukkan dan

sarannya.

6.

Bapak Heriyanto Syafutra M.Si selaku dosen penguji atas masukkan dan

sarannya.

7.

Bapak Ir. Hanedi Darmasetiawan M.S selaku dosen editor yang telah

memberikan masukkan dan saran dalam penulisan skripsi.

8.

Seluruh Dosen Pengajar, staf dan karyawan di Departemen Fisika FMIPA

IPB.

9.

Seluruh Staf dan Pegawai IPB di lingkungan kampus.

10.

Teman-temanku angkatan 45 terimakasih atas kebersamaan kalian.

11.

Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis ucapkan satu

persatu, terimakasih banyak atas dukungannya.

Akhir kata, dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat

yang besar. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan unutk

kemajuan penelitian ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya untuk kita semua. Amin.

Bogor, April 2013

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 4 April 1989 di Pulau

Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu,

Jakarta. dari pasangan Muhammad Yusuf Rasyim dan

Muhibah. Penulis merupakan anak kedelapan dari delapan

bersaudara.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DFTAR TABEL ...

vii

DAFTAR GAMBAR ...

vii

DAFTAR LAMPIRAN ...

vii

BAB I PENDAHULUAN ...

1

1.1 Latar Belakang ...

1

1.2 Tujuan Penelitian ...

1

1.3 Rumusan Masalah ...

1

1.3 Hipotesis ...

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...

1

2.1 Semikonduktor ...

4

2.2 Silikon Tipe-p ...

4

2.3 Transistor ...

4

2.4 Semikonduktor

Zinc Oxide

(ZnO) ...

4

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

5

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ...

5

3.2 Alat dan Bahan Penelitian ...

5

3.3 Prosedur Penelitian ...

5

3.3.1 Penumbuhan lapisan SiO

2

...

5

3.3.2 Penumbuhan dan karakterisasi lapisan ZnO ...

5

3.3.3 Pembuatan kontak perak ...

6

3.3.4 Karakterisasi I-V ... ...

6

3.3.5 Pengujian respon dinamik sensor FET ... 6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...

6

4.1 Lapisan SiO

2

...

6

4.2 Karakteristik Optik Lapisan ZnO ...

7

4.3 Karakteristik I-V pada Sensor FET ...

7

4.4 Respon Sensor FET Berbasis ZnO Terhadap Cahaya UV...

7

4.5 Respon Dinamik Sensor FET Terhadap Cahaya UV...

8

4.6

Stabilitas dan Waktu Respon Sensor FET...

9

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...

10

5.1 Kesimpulan ...

10

5.2 Saran ...

10

DAFTAR PUSTAKA ...

10

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Celah energi jenis-jenis semikonduktor ... 3

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Pita energi bahan (a) isolator, (b) semikonduktor dan

(c) konduktor ...

…..

2

Gambar 2 Pada pita valensi, elektron menyerap foton (hv) dan ke pita

konduksi meninggalkan

hole

...

………..

2

Gambar 3 a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor

valensi lima menggantikan posisi salah satu atom silikon

dan b) struktur pita energi semikonduktor tipe-n ...

3

Gambar 4 a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor

valensi tiga menggantikan posisi salah satu atom silikon

dan b) struktur pita energi semikonduktor tipe-p ...

3

Gambar 5 Konfigurasi FET ...

4

Gambar 6 Penumbuhan lapisan SiO

2

... . 5

Gambar 7 Konfigurasi

field effect transistor

(FET) berbasis ZnO ... 6

Gambar 8 Rangkaian karakteristik I-V FET ...

6

Gambar 9 Rangkaian pengujian respon dinamik sensor FET ...

6

Gambar 10 Lapisan SiO2 di permukaan atas substrat silikon ...

7

Gambar 11 Spektrum EDX substrat silikon yang telah dioksidasi ...

7

Gambar 12 Absorbansi ZnO ... 7

Gambar 13 Karakteristik I-V FET ...

8

Gambar 14 Karakteristik I-V terhadap UV dengan Vg = 0V ...

8

Gambar 15 Karakteristik I-V terhadap UV dengan Vg = 5V ...

8

Gambar 16 Respon dinamik sensor FET terhadap intensitas cahaya UV ...

8

Gambar 17 Kurva hubungan antara intensitas cahaya terhadap tegangan ...

8

Gambar 18 Respon dinamik pada kondisi gelap dan terang dengan

variasi Vg ...

9

Gambar 19 Stabilitas sensor FET ...

9

Gambar 20 Waktu respon sensor FET ...

9

Gambar 21 Waktu pemulihan sensor FET ...

9

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Diagram alur kerja penelitian ...

13

(9)

1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teknologi dalam beberapa dekade terakhir ini sangat pesat, terutama piranti fotonik. Hal ini dikarenakan oleh perkembangan teknologi optoelektronik yang semakin meningkat. Teknologi optoelektronik saat ini telah dimanfaatkan dalam berbagai bidang, antara lain dalam bidang komunikasi optik, pengukuran optik, dan sebagainya.

Piranti optoelektronik terdiri atas sumber cahaya seperti LED, LASER, detektor dan komponen-komponen optik lainnya. Detektor optik merupakan salah satu bagian vital dalam teknologi optoelektronik. Detektor pada piranti optoelektronik ini pada umumnya merupakan bahan semikonduktor yang memiliki efek optoelektronik. Contoh penerapan teknologi

optoelektronik terdapat pada video compact

disc (VCD), karena pada VCD dapat

ditemukan sumber cahaya dan juga detektor yang terbuat dari bahan semikonduktor.

Sifat listrik-optik bahan semikonduktor meliputi fotoresistif atau fotokonduktif, yaitu sifat listriknya (resistansi atau konduktansi) bervariasi terhadap respon cahaya. Detektor optik juga dapat dibuat dalam bentuk piranti dioda dan transistor, yang sifat listrik-optiknya

disebut fotodioda dan fototransistor.

Fototransistor merupakan salah satu komponen yang berfungsi sebagai detektor cahaya yang dapat mengubah efek cahaya menjadi sinyal listrik, karena itu fototransistor termasuk dalam detektor optik. Fototransistor dapat diterapkan sebagai sensor yang baik, karena memiliki kelebihan dibandingkan dengan komponen lain yaitu mampu untuk mendeteksi

sekaligus menguatkannya dengan satu

komponen tunggal. Fototransistor memiliki sambungan kolektor-basis yang besar dengan cahaya, karena cahaya dapat membangkitkan pasangan lubang elektron dengan diberi

prasikap maju, cahaya yang masuk

menimbulkan arus pada kolektor.

Bahan utama fototransistor adalah silikon atau germanium (Ge) sama seperti pada

transistor jenis lainnya. Fototransistor

sebenarnya tidak berbeda dengan transistor biasa, hanya saja fototransistor ditempatkan dalam suatu material yang transparan sehingga memungkinkan cahaya mengenainya (daerah basis), sedangkan transistor biasa ditempatkan pada bahan logam dan tertutup.

Dalam penelitian ini akan dikembangkan field effect transistor (FET) dengan bahan

aktif yaitu ZnO. ZnO merupakan

semikonduktor direct-gap yang mempunyai

bandgap sekitar 3.37 eV pada temperatur kamar, sehingga ZnO merupakan kandidat yang baik untuk dikembangkan sebagai piranti

optik.9

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat

piranti field effect transistor (FET) berbasis

zinc oxide (ZnO) sebagai lapisan aktif untuk sensor UV.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apakah zinc oxide (ZnO) dapat digunakan

sebagai lapisan aktif pada FET untuk mendeteksi UV?

2. Bagaimana karakteristik field effect

transistor (FET) berbasis ZnO sebagai sensor UV?

1.4 Hipotesis

Semakin besar tegangan gate yang

diberikan pada FET maka semakin besar pula arus yang dihasilkan dan semakin besar intensitas cahaya UV yang diberikan pada FET maka semakin besar penurunan tegangan yang dihasilkan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAK

A

2.1 Semikonduktor

Material zat padat dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bagian utama yaitu isolator,

semikonduktor dan konduktor. Isolator

memiliki konduktivitas yang rendah yang

berkisar antara 10-18 sampai 10-8 S/cm sedang

konduktor seperti aluminium dan perak memiliki konduktivitas yang tinggi yang

berkisar antara 104 sampai 106 S/cm. Bahan

semikonduktor memiliki konduktivitas antara isolator dan konduktor. Konduktivitas bahan semikonduktor secara umum peka terhadap temperatur, iluminasi, medan magnet, dan

jumlah partikel pengotor (impuritas).

Kepekaan bahan semikonduktor ini

menyebabkan bahan ini banyak digunakan

dalam aplikasi fisika. Studi tentang

semikonduktor dimulai pada abad ke-19. Setiap atom memiliki elektron. Elektron mengorbit di dalam atom dengan tingkatan energi tertentu. Kulit-kulit yang ada pada atom

menunjukkan tingkatan energi elektron.

Elektron pada atom tunggal menempati orbital atom. Orbital atom elektron akan membelah

(10)

2

berdekatan. Mengumpulnya atom-atom

tersebut menyebabkan jumlah orbital atom menjadi besar dan perbedaan energi di antara orbital atom tersebut mengecil sehingga akan terbentuk pita energi.

Konsep pita energi sangat penting dalam mengelompokkan material sebagai konduktor, semikonduktor dan isolator. Besarnya lebar celah energi dapat menentukan apakah suatu material termasuk konduktor, semikonduktor atau isolator. Celah energi memisahkan pita valensi dengan pita konduksi. Elektron pada pita valensi dapat loncat menuju pita konduksi dengan cara menyerap sejumlah energi yang melebihi celah energi. Celah energi

masing-masing material ditunjukkan pada Gambar 1.1

Semikonduktor adalah bahan yang

memiliki konduktivitas listrik di antara

konduktor dan isolator. Resistivitas

semikonduktor berkisar di antara 10-6 sampai

104 ohm-m. Pada semikonduktor, terdapat pita

energi yang memperbolehkan keberadaan elektron, yaitu pita valensi berenergi rendah yang berisi penuh oleh elektron dan pita konduksi yang berenergi tinggi yang kosong. Celah energi yang memisahkan kedua pita tersebut yaitu pita terlarang atau disebut juga

sebagai bandgap (Eg). Salah satu karakteristik

penting semikonduktor adalah memiliki celah energi yang relatif kecil yaitu berkisar antara 0.2-2.5 eV. Celah pita energi yang kecil ini memungkinkan suatu elektron memasuki tingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron ini dapat terjadi karena pengaruh

temperatur dan penyinaran (Gambar 2).2

Ketika semikonduktor diiradiasi dengan cahaya yang energinya lebih besar dari energi

gap semikonduktor (h  Eg), elektron pita

valensi dapat tereksitasi ke pita konduksi. Elektron yang melompat dari pita valensi ke pita konduksi disebut pembawa muatan

negatif, sedangkan lubang (hole) yang

ditinggalkan elektron pada pita valensi merupakan pembawa muatan positif.

Jika jalur terlarang sempit, elektron bebas mudah dibangkitkan hanya dengan energi kecil. Bila lebar, maka elektron bebas sedikit dibangkitkan seperti halnya pada isolator. Celah energi untuk beberapa semikondutor dapat dilihat pada Tabel 1. Dari daftar ini terbukti intan merupakan isolator yang paling baik karena celah energinya 6 eV. InSb dan semacamnya mempunyai kondukivitas yang besar pada temperatur kamar karena celah energinya kecil.

Gambar 1. Pita energi bahan (a) isolator, (b) semikonduktor dan (c) konduktor

Gambar 2. Pada pita valensi, elektron menyerap foton (hv) dan ke pita

konduksi meninggalkan hole

Ketika semikonduktor diiradiasi dengan cahaya yang energinya lebih besar dari energi

gap semikonduktor (h  Eg), elektron pita

valensi dapat tereksitasi ke pita konduksi. Elektron yang melompat dari pita valensi ke pita konduksi disebut pembawa muatan

negatif, sedangkan lubang (hole) yang

ditinggalkan elektron pada pita valensi merupakan pembawa muatan positif.

Jika jalur terlarang sempit, elektron bebas mudah dibangkitkan hanya dengan energi kecil. Bila lebar, maka elektron bebas sedikit dibangkitkan seperti halnya pada isolator. Celah energi untuk beberapa semikondutor dapat dilihat pada Tabel 1. Dari daftar ini terbukti intan merupakan isolator yang paling baik karena celah energinya 6 eV. InSb dan semacamnya mempunyai kondukivitas yang besar pada temperatur kamar karena celah energinya kecil.

Hanya sedikit bahan yang disebut sebagai semikonduktor dalam keadaan tidak murni. Oleh karena itu, dalam pembuatannya semikonduktor yang murni dicampurkan dengan bahan lain. Bahan ini disebut sebagai

bahan pengotor atau dopan. Semikonduktor

yang tidak dikotori oleh bahan lain disebut

semikonduktor intrinsic, sedangkan yang

diberi pengotor disebut semikonduktor

extrinsic.4

Pita kosong Pita berisi elektron

Pita konduksi

Eg celah energi

Pita valensi

(11)

3

Tabel 1. Celah energi jenis-jenis

semikonduktor 3

Semikonduktor Celah energi pada temperatur

300 K (eV) Si Ge GaAs GaSb InSb CdTe CdS ZnO Intan 1.11 0.67 1.39 0.67 0.17 1.45 2.45 3.20 6.00

Semikonduktor extrinsic terdiri atas dua

tipe, yaitu tipe-n dan tipe-p (Gambar 3).

Atom-atom yang dapat dijadikan impuritas

(pengotor) berasal dari atom golongan IIIA dan VA dalam sistem periodik unsur. Penambahan impuritas dari golongan VA (atom pentavalen)

ke dalam semikonduktor intrinsic akan

menghasilkan semikonduktor tipe-n.

Semikonduktor tipe-n dapat dibuat dengan menambahkan sejumlah kecil atom pengotor yaitu atom pentavalen seperti antimoni (Sb), fosfor (P) atau arsenik (As) pada silikon murni. Atom-atom pengotor ini memiliki lima elektron valensi sehingga secara efektif memiliki muatan sebesar +5q. Saat sebuah atom pentavalen menempati posisi atom silikon dalam kisi kristal maka hanya ada empat elektron valensi yang dapat membentuk ikatan kovalen lengkap dan tersisa satu elektron yang tidak berpasangan (Gambar 3a). Hasil penggabungan silikon dengan atom pentavalen menghasilkan satu elektron yang tidak berpasangan, maka atom pentavalen disebut atom donor. Penambahan atom donor ini akan mengubah keadaan energi fermi mendekat di bawah pita konduksi (Gambar 3b). Semikonduktor jenis ini atom pengotornya memiliki kelebihan elektron (atom donor), hal ini menyebabkan kelebihan elektron di dalam kristal sehingga semikonduktor bermuatan negatif.

Penambahan impuritas dari golongan IIIA

ke dalam semikonduktor intrinsic akan

menghasilkan semikonduktor tipe-p.

Semikonduktor tipe-p dapat dibuat dengan menambahkan atom trivalen (Aluminium (Al), Boron (B), Galium (Ga) atau Indium (In)) pada semikonduktor murni. Atom pengotor ini mempunyai tiga elektron valensi sehingga secara efektif hanya dapat membentuk tiga ikatan kovalen. Saat sebuah atom trivalen

menempati posisi atom silikon dalam kisi kristal maka hanya ada empat elektron valensi yang dapat membentuk ikatan kovalen lengkap

dan tersisa satu elektron yang tidak

berpasangan (Gambar 4a). Hasil

penggabungan silikon dengan atom trivalen menghasilkan satu elektron yang tidak berpasangan, maka atom trivalen disebut atom aseptor. Penambahan atom aseptor ini akan mengubah keadaan energi fermi mendekat di atas pita valensi (Gambar 4b). Semikonduktor

tipe-p memiliki lubang (hole) sebagai

pembawa muatan mayoritas. Semikonduktor jenis ini atom pengotornya kekurangan elektron, hal ini menyebabkan kekosongan di

dalam kristal sehingga semikonduktor

bermuatan positif.4

Jika bahan semikonduktor disinari cahaya, maka akan mengalami efek fotovoltaik, yaitu

penyerapan energi cahaya sehingga

membangkitkan elektron untuk tereksitasi ke pita konduksi dan menghasilkan arus listrik.

Dari sifatnya tersebut maka bahan

semikonduktor ini banyak digunakan sebagai bahan dasar untuk berbagai macam piranti optoelektronik antara lain fotodioda dan sel surya.

Gambar 3. a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor valensi lima menggantikan posisi salah satu atom silikon dan b) struktur pita

energi semikonduktor tipe-n.5

Gambar 4. a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor valensi tiga menggantikan posisi salah satu atom silikon dan b) struktur pita

(12)

2.2 Silikon Tipe-p

Sebuah atom silikon memiliki empat elektron pada kulit valensinya. Ketika atom-atom silikon bergabung membentuk suatu kristal padat, setiap atom menempatkan dirinya di antara empat silikon lainnya sehingga kulit valensi tiap-tiap atom saling berimpitan. Elektron-elektron ini yang akan digunakan bersama untuk membentuk ikatan kovalen. Dalam keadaan murni, silikon merupakan

sebuah isolator karena ikatan kovalen

mengikat dengan kuat semua elektronnya sehingga tidak menyisakan elektron bebas

untuk mengalirkan arus.17

Silikon tipe-p dibuat dari silikon murni yang diberikan atom pengotor dari unsur berbeda yang memiliki tiga elektron pada kulit

valensinya. Penambahan atom pengotor

tersebut mengakibatkan timbulnya sejumlah ruang kosong yang dapat dimuati elektron,

ruang ini disebut hole. Hole yang terbentuk

akan digunakan sebagai pembawa muatan serta dapat digerakan di dalam susunan atom-atom dengan menerapkan beda potensial pada

bahan ini.17

2.3 Transistor

Pada tahun 1951, William Schockley menemukan transistor sambungan pertama,

komponen semikonduktor yang dapat

menguatkan sinyal elektronik seperti sinyal radio dan televisi. Kumpulan transistor telah banyak menghasilkan berbagai rangkaian semikonduktor lain, seperti rangkaian terpadu (IC), suatu komponen kecil yang mengandung

ribuan transistor miniatur.12

Ada dua jenis transistor yaitu transistor

sambungan bipolar (bipolar junction

transistor, BJT) dan transistor efek medan (field effect transistor, FET), yang

karakteristik kerja dan konsrtuksinya

berbeda.16 Transistor efek medan (FET) adalah

piranti terkendali tegangan, yang berarti karakteristik keluaran dikendalikan oleh tegangan masukan.

Pada dasarnya terdapat dua jenis transistor efek medan yaitu transistor efek medan tipe-junction (JFET) dan transistor efek medan tipe

MOS (MOSFET). Field effect transistor (FET)

merupakan salah satu bentuk dari MOSFET. Konfigurasi FET biasanya dibuat dengan menggunakan teknik deposisi lapisan seperti evaporation, sputtering, chemical vapor deposition, dan spin-coating. FET terdiri atas tiga terminal, yaitu pengisian konduksi antara

dua terminal, source dan drain, dikendalikan

oleh modulasi potensial listrik dari terminal

ketiga yaitu gate.16

FET berbasis zinc oxide telah banyak

dipelajari untuk berbagai aplikasi dalam

perangkat fotodetektor, biosensor, dan flat

panel display. Dalam pembuatan FET kualitas tiap lapisan sangat penting untuk menunjukkan kerja dari FET. FET memiliki 3 lapisan yaitu lapisan substrat, lapisan insulator dan lapisan

aktif zinc oxide.

Lapisan subtrat menjadi kontak gate, yaitu

sebagai pengatur arus source-drain. Kontak

gate diberi tegangan (VGS) menimbulkan

peningkatan arus source-drain secara

eksponensial, dimana daerah linier

mendefinisikan nilai tegangan ambang.

Lapisan insulator berfungsi untuk mereduksi

arus source-drain, sedangkan lapisan ZnO

menjadi sebagai bahan aktif yang sensitif. Prinsip kerja FET yaitu dengan mengontrol

distribusi pembawa muatan dalam

semikonduktor dengan menggunakan medan listrik-dalam. Jika bahan aktif yang digunakan tipe-n, dengan memberikan tegangan positif

pada gerbang (gate) akan menghasilkan

akumulasi muatan negatif pada lapisan aktif di sekitar permukaan dielektrik. Ketika muatan

pembawa sudah cukup terakumulasi,

konduktivitas daerah akumulasi muatan

meningkat secara drastis, akibatnya

meningkatkan arus antara drain dan source.15

2.4 Semikonduktor Zinc Oxide (ZnO) Zinc oxide (ZnO) merupakan salah satu bahan semikonduktor yang sering dibuat dalam bentuk lapisan untuk berbagai aplikasi. Bahan ini cukup banyak memiliki aplikasi, contohnya piranti sel surya, LED, laser dioda, sensor dan beberapa piranti optoelektronik lainnya.

Gambar 5. Konfigurasi FET ZnO

(13)

ZnO merupakan semikonduktor tipe-n yang mempunyai lebar energi celah pita (bandgap energy) antara 3.2 eV sampai 3.3 eV,

dengan energi gap sebesar itu, ZnO dapat

menyerap spektrum UV dari gelombang elektromagnetik. Kelebihan dari ZnO adalah

terbentuk dari unsur-unsur melimpah,

memiliki harga yang murah, tidak beracun, memiliki stabilitas yang tinggi dalam plasma nitrogen, dan siklus panas serta tahan terhadap

radiasi.18

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2012 sampai dengan Nopember 2012 di Laboratorium Biofisika, Laboratorium Material, Laboratorium Fisika Lanjut, dan Laboratorium Analisis Bahan, Departemen Fisika IPB. Pemasangan kontak perak dilakukan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika ITB (MOCVD ITB).

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini

adalah furnace, spektroskopi UV-VIS, I-V

meter, pH meter, gunting, selotip, double tip,

hot plate, magnetic stirrer, stirrer, pipet, tabung reaksi, gelas kimia, gelas ukur, pengaduk, dan neraca analitik. Bahan yang

digunakan meliputi kaca preparat, zinc asetate

dihydrate, NaOH, PEG, aceton, etanol, gas

oksigen O2, H2SO4, H2O2, pasta perak dan

akuades.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Penumbuhan Lapisan SiO2

Lapisan SiO2 ditumbuhkan dengan metode

wet thermal. Substrat yang digunakan adalah silicon wafer tipe-p (Si-p). Silikon dimasukkan ke dalam larutan aseton lalu dicuci dalam ultrasonic bath selama 30 menit. Setelah itu

dibersihkan didalam asam

peroxymonosulphuric selama 15 menit, kemudian silikon dicuci kembali dengan asam HF. Substrat Si-p tersebut dioksidasi untuk

menghasilkan SiO2 di atas substrat Si-p.

Lapisan SiO2 dibuat dengan memanaskan

substrat Si-p di dalam furnace hingga

mencapai temperatur kurang lebih 1000 0C,

gas oksigen murni (O2) dialirkan ke dalam

furnace selama pemanasan berlangsung.

Variasi volume O2 yang diberikan

berbeda-beda. Gas O2 mulai diberikan pada temperatur

600 0C, dengan volume 2.5 mL selama 5 menit.

Pada saat temperatur furnace telah mencapai

1000 0C, maka volume O

2 yang diberikan

bertambah menjadi 5 mL selama 10 menit.

Keadaan temperatur 1000 0C ini dipertahankan

selama 2 jam, sehingga terbentuk lapisan SiO2

pada permukaan atas subtrat.

3.3.2 Pembuatan dan karakterisasi lapisan

zinc oxide (ZnO)

Lapisan zinc oxide (ZnO) dapat dibuat

dengan mencampurkan zinc asetate dihydrate,

PEG, aquades, etanol, kemudian diteteskan NaOH sampai pH=7. Setelah itu di diamkan selama semalam, sehingga terjadi endapan. Pembuatan lapisan ZnO di permukaan atas

SiO2 menggunakan metode dip-coating. Pada

teknik dip-coating ini substrat yang akan

dilapisi dicelupkan ke dalam tempat endapan, kemudian substrat yang sudah terlapisi ZnO

dipanaskan menggunakan furnace pada

temperatur 300 0C selama 1 jam.

Agar ketebalan lapisan yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan untuk membuat field effect transistor (FET), maka perlu dilakukan optimasi dalam proses deposisi. Optimasi yang harus dilakukan pada kondisi deposisi, meliputi konsentrasi larutan-larutan yang digunakan, temperatur reposisi, dan lama waktu deposisi. Optimasi dalam hal temperatur dapat menentukan struktur dan sifat lapisan ZnO yang terbentuk. Sedangkan, lamanya waktu deposisi ditujukan untuk mendapatkan ketebalan lapisan ZnO yang dihasilkan.

Sampel lapisan ZnO yang berhasil

ditumbuhkan dengan metode dip-coating,

selanjutnya dikarakterisasi dengan

spektrofotometer UV-Vis. Karakterisasi

Spektroskopi UV-VIS ditujukan untuk

mengetahui sifat optik lapisan ZnO. Sifat optik

lapisan ZnO yang dibuat dengan metode

dip-coating diukur pada temperatur ruang dengan

menggunakan Spektrofotometer UV-Vis

dengan rentang panjang gelombang 200-1000 nm.

Gambar 1. Penumbuhan lapisan SiO2

Furnace O2

(14)

6

3.3.3 Pembuatan kontak perak

Setelah menumbuhkan lapisan ZnO dengan

metode dip-coating pada subtrat SiO2,

kemudian dilakukan pemasangan elektroda source dan drain di atas lapisan ZnO. Pembuatan kontak dilakukan di Laboratorium Fisika Material Institut Teknologi Bandung (MOCVD ITB). Proses penumbuhan perak dilakukan dengan metode evaporasi pada

tekanan 10-3 barr. Proses penumbuhan perak

ini bertujuan untuk mempermudah

karakterisasi FET. Pemberian kontak perak dilakukan pada lapisan ZnO dan substrat silikon.

3.3.4 Karakterisasi I-V

Karakterisasi FET dilakukan dengan

menghubungkan kontak gate dengan tegangan

dari power supply sebesar 0 V, 2 V, 4 V, 6 V,

8 V, dan 10 V. Pada setiap tegangan gate (Vg)

yang digunakan, arus drain (Id) diukur dengan

menggunakan Keithley 2400 dengan tegangan drain (Vd) yang diberikan bervariasi dari 0

sampai 10V.

Karakteristik I-V FET dilakukan dengan dua kondisi, yaitu gelap (tanpa cahaya UV) dan

terang (dengan cahaya UV). Tegangan gate

yang diberikan sebesar 0 V dan 5 V pada setiap

kondisi. Hal ini dimaksudkan untuk

mengetahui dan mempelajari apakah FET ini, berespon terhadap cahaya UV.

Gambar 7. Konfigurasi field effect transistor

(FET) berbasis ZnO

Gambar 8. Rangkaian karakteristik I-V FET

Gambar 9. Rangkaian pengujian respon dinamik sensor FET

3.3.5 Pengujian respon dinamik sensor FET

Sensor FET disusun secara seri dengan resistor, seperti pada Gambar 9. Rangkaian dihubungkan dengan baterai 9V dan diberikan

variasi tegangan gate sebasar 0V, dan 5V,

kemudian sensor FET dihubungkan dengan sensor tegangan yang berhubungan langsung dengan komputer. Pengujian respon dinamik dilakukan dengan dua variasi yaitu saat kondisi terang (dengan cahaya UV) dan gelap (tanpa cahaya UV).

Sensor FET diuji dengan memberikan

tegangan gate sebesar 0 V dan diberikan

cahaya UV dengan variasi intensitas 0.001

mW.cm-2, 0.041 mW.cm-2, dan 1.552 mW.cm

-2. Setelah itu, FET diberikan variasi tegangan

gate sebesar 0 V dan 5 V dengan kondisi terang

dan gelap (tanpa cahaya UV). Hal ini bertujuan

untuk melihat pengaruh tegangan gate saat

kondisi terang (dengan cahaya UV) dan gelap (tanpa cahaya UV). Dilakukan juga pengujian kestabilan dari sensor FET yaitu dengan

memberikan tegangan gate 0 V saat kondisi

terang dan gelap (tanpa cahaya UV). Hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan sensor

apakah dapat balik (reversible) atau tidak.

BAB IV. HASIL DAN

PEMBAHASAN

4.1 Lapisan SiO2

Penumbuhan lapisan silikon dioksida

(SiO2) di permukaan atas silikon dilakukan

dengan menggunakan metode thermal,

Substrat silikon (Si) dipanaskan menggunakan furnace pada temperatur 1000 0C selama 3 jam,

kemudian gas oksigen (O2) dialirkan ke dalam

furnace selama pemanasan berlangsung, sehingga oksigen berikatan dengan silikon

membentuk lapisan SiO2. Pada Gambar 10

dapat dilihat perbedaan warna antara substrat

silikon dan lapisan SiO2. Lapisan SiO2 yang

dihasilkan berwarna kuning keemasan,

sedangkan warna substrat silikon adalah perak. Silikon tipe p

SiO2

ZnO Kontak

drain/sour

Kontak

gate

(15)

7

Gambar 11 menunjukkan spektrum EDX

substrat silikon yang telah dioksidasi.

Karakteristik EDX dilakukan di Pusat Penelitian Geologi Kelautan (PPGL) Bandung.

Karakterisasi EDX digunakan untuk

mengetahui persentase unsur oksigen (O2)

yang ada dalam substrat silikon. Hasil karakterisasi EDX menunjukkan bahwa dalam

sampel terdapat kandungan unsur O2 sekitar

35% dan unsur silikon sekitar 65%. Berdasarkan hasil karakterisasi EDX lapisan

SiO2 telah berhasil ditumbuhkan di permukaan

atas substrat silikon.

Gambar 10. Lapisan SiO2 di permukaan atas

substrat silikon

Gambar 11. Spektrum EDX substrat silikon yang telah dioksidasi

Gambar 12. Absorbansi ZnO

4.2 Karakteristik Optik Lapisan ZnO

Lapisan zinc oxide (ZnO) dibuat dengan

menggunakan metode dip-coating di

permukaan atas kaca preparat. yaitu dengan cara mencelupkan sampel ke dalam endapan ZnO, kemudian di panaskan menggunakan furnace pada temperatur 300 0C selama 1 jam.

Setelah itu lapisan ZnO diukur pada temperatur

ruang dengan menggunakan spektrofotometer

UV-Vis dengan rentang panjang gelombang 200-1000 nm.

Sifat optik bahan semikonduktor ZnO diamati berdasarkan karakteristik absorbansi optik menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Spektrum absorbansi optik sampel lapisan ZnO ditunjukkan pada Gambar 12, yang memperlihatkan lapisan ZnO menyerap cahaya ultra violet (UV) dan melewatkan cahaya tampak dan inframerah.

4.3 Karakteristik I-V Sensor FET

Karakteristik I-V FET dapat dilihat dari

kurva ID-S (arus drain-source) terhadap VD-S

(tegangan drain-source) dengan variasi Vg

(tegangan gate) yakni 0 V, 2 V, 4 V, 6 V, 8 V,

dan 10 V. Tegangan drain-source mulai dari 0

V sampai 10 V. Kurva I-V sensor FET diperlihatkan pada Gambar 12.

Tegangan gate yang diberikan bernilai

positif, karena lapisan aktif ZnO merupakan

semikonduktor tipe-n. Pengaruh tegangan gate

terhadap ZnO dapat mempolarisasi muatan pada ZnO sehingga akan menambah jumlah

pembawa muatan hole yang aktif bergerak.

Pada kurva I-V sensor FET menunjukkan

tegangan gate yang diberikan akan

mempengaruhi arus drain-source. Semakin

positif tegangan gate diberikan maka semakin

besar arus drain-source dihasilkan. Jika

tegangan gate tetap dan tegangan drain-source

terus dinaikan maka arus drain-source

mengalami saturasi. Kondisi seperti ini menunjukkan sensor yang dibuat beroperasi

sebagai FET. Jika diberikan tegangan gate

terlalu besar maka FET kemungkinan akan

mengalami kebocoran pada lapisan SiO2,

sehingga kurva I-V yang terbaca seperti kurva dari struktur dioda.

4.4 Respon Sensor FET Berbasis ZnO Terhadap Cahaya UV

Karakterisasi I-V dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu kondisi gelap (tanpa cahaya UV) dan kondisi terang, untuk setiap variasi

diberikan tegangan gate sebesar 0 V dan 5 V.

Pengukuran karakteristik ini bertujuan untuk mengetahui apakah sensor yang dibuat dapat merespon cahaya UV.

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1

300 500 700

A bs o rba ns i (a.u)

Panjang gelombang (nm)

(16)

8

Gambar 13. Karakteristik I-V sensor FET

Gambar 14. Karakteristik I-V terhadap cahaya dengan Vg = 0 V

Gambar 15. Karakteristik I-V terhadap cahaya dengan Vg = 5 V

Kurva karakteristik I-V untuk tegangan 0 V dan 5 V ditunjukkan pada Gambar 14 dan Gambar 15. Pengukuran I-V dilakukan dengan menghubungkan elektroda negatif pada kontak source, elektroda positif pada drain dan gate.

Pada pengukuran dengan dua variasi

tegangan gate, ketika FET diberikan tegangan

maju mengakibatkan kenaikan arus, karena resistansi pada ZnO semakin mengecil dengan meningkatnya tegangan bias maju. Pasangan

elektron-hole pada lapisan ZnO meningkat.

Pasangan elektron-hole terpisah oleh medan

listrik yang mengakibatkan terjadi

peningkatan arus. Berdasarkan Gambar 14 dan Gambar 15, dapat dilihat adanya peningkatan arus ketika lapisan ZnO disinari cahaya UV dibandingkan saat kondisi gelap (tanpa cahaya UV). Peningkatan arus selain dipengaruhi oleh

cahaya, juga dipengaruhi oleh tegangan gate

yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh semakin mengecilnya resistansi lapisan ZnO. Berdasarkan hasil pengukuran I-V pada kondisi gelap (tanpa cahaya UV) dan terang, terjadi perubahan arus yang menunjukkan sensor FET dapat dimanfaatkan sebagai sensor UV. Berdasarkan hasil Gambar 14 dan Gambar 15 dapat di simpulkan bahwa FET ini baik digunakan saat tegangan gate nya 0 volt.

4.5 Respon Dinamik Sensor FET Terhadap Cahaya UV

Pengujian respon dinamik dilakukan dengan menghubungkan sensor FET secara seri dengan resistor yang berfungsi sebagai pembagi tegangan, kemudian diberikan cahaya UV dengan variasi intensitas sebesar

0.001 mW.cm-2, 0.041 mW.cm-2, dan 1.552

mW.cm-2, pada saat tegangan gate sebesar 0 V.

Berdasarkan Gambar 16, dapat diketahui

bahwa ketika intensitas cahaya 0.001 mW.cm

-2 diberikan, sensor FET menghasilkan

tegangan sebesar 3.9 V. Ketika intensitas

cahaya dinaikkan menjadi 0.041 mW.cm-2 dan

1.552 mW.cm-2, terjadi penurunan tegangan

sebesar 3.7 V dan 3.4 V. Hal ini disebabkan adanya interaksi lapisan ZnO dengan cahaya yang diberikan, sehingga pasangan

elektron-hole pada lapisan ZnO meningkat. Pasangan

elektron-hole akan terpisah oleh medan listrik,

dan mengakibatkan terjadinya penurunan resistansi dari ZnO.

Gambar 16. Respon dinamik sensor FET terhadap intensitas cahaya UV

Gambar 17. Kurva hubungan antara intensitas

cahaya terhadap tegangan

0,00E+00 2,00E-05 4,00E-05 6,00E-05 8,00E-05 1,00E-04 1,20E-04 1,40E-04 1,60E-04 1,80E-04 2,00E-04

0 5 10

ID-S

(A

)

VD-S(V)

gate 0 V

gate 2 V

gate 4 V

gate 6 V

gate 8 V

gate 10 V

0,0E+00 5,0E-05 1,0E-04 1,5E-04 2,0E-04 2,5E-04 3,0E-04 3,5E-04

0 5 10

ID-S

(A)

VD-S(V)

gelap

terang

Vg = 5 V

Intensitas = 1.552 mW.cm-2

0,0E+00 5,0E-05 1,0E-04 1,5E-04 2,0E-04 2,5E-04 3,0E-04 3,5E-04

0 5 10

ID-S

(A)

VD-S(V)

gelap

terang

Vg = 0 V

Intensitas = 1.552 mW.cm-2

3,4 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9

0 20 40 60

T e g an g an ( V) Waktu (s)

0.001 mW.cm-2

0.045 mW.cm-2

1.552 mW.cm-2

3,4 3,5 3,6 3,7 3,8 3,9

0 1 2

(17)

9

Gambar 18. Respon dinamik pada kondisi gelap dan terang dengan variasi Vg

Untuk melihat pengaruh intensitas cahaya, maka dibuat kurva hubungan antara intensitas

terhadap tegangan output yang diperoleh dari

kurva pada Gambar 16. Gambar 17

memperlihatkan kurva hubungan antara

intensitas terhadap tegangan output, semakin

besar intensitas cahaya yang diberikan maka

semakin kecil tegangan output yang

dihasilkan. Hal ini disebabkan, adanya interaksi antara cahaya yang diberikan dengan lapisan ZnO, sehingga menyebabkan akan

meningkatkan pasangan elektron-hole daerah

lapisan ZnO. Pasangan elektron-hole akan

terpisah oleh medan listrik yang kemudian

akan berkontribusi terhadap penurunan

resistansi dari ZnO.

Pengujian sensor FET dilakukan pada kondisi gelap (tanpa cahaya UV) dan terang atau diberikan cahaya UV dengan intensitas

1.552 mW.cm-2 serta diberikan variasi

tegangan gate sebesar 0 V dan 5 V yang

ditunjukkan pada Gambar 18. Berdasarkan Gambar 18, pada saat Vg = 0 V dapat dilihat respon sensor FET terhadap cahaya yang diberikan lebih besar jika dibandingkan saat Vg = 5 V. Pada Vg = 0 V terjadi penurunan tegangan sebesar 0.5 V dari kondisi gelap (tanpa cahaya UV) ke kondisi terang (dengan cahaya UV), sedangkan saat Vg = 5 V terjadi penurunan tegangan dari kondisi gelap ke kondisi terang sebesar 0.4 V. Berdasarkan Gambar 18, dapat dilihat semakin besar

tegangan gate yang diberikan, maka semakin

besar pula tegangan yang dihasilkan.

Berdasarkan hasil Gambar 18 dapat di simpulkan bahwa FET ini baik digunakan saat tegangan gate nya 0 volt.

4.6 Stabilitas dan Waktu Respon Sensor FET

Stabilitas sensor FET dilakukan dengan memvariasikan perlakuan, yaitu tanpa cahaya (gelap) dan dengan cahaya UV (terang) secara berulang. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

kemampuan sensor apakah dapat kembali ke keadaan semula setelah digunakan. Gambar 19 memperlihatkan perlakuan sensor saat tanpa

cahaya (gelap) menghasilkan tegangan output

sebesar 3.1 V, sedangkan saat diberi cahaya,

tegangan output menurun hingga 2.7 V.

Namun setelah dikembalikan ke kondisi

semula (gelap), maka tegangan output kembali

menjadi 3.1 V. Hal ini terlihat bahwa sensor

memiliki resistansi yang dapat balik

(reversible) sehingga sensor FET dapat digunakan secara berulang.

Gambar 19. Stabilitas sensor FET

Gambar 20. Waktu respon sensor FET

Gambar 21. Waktu pemulihan sensor FET

2,6 2,7 2,8 2,9 3 3,1 3,2

0 10 20 30

T e g an ng an ( v ) Waktu (s) gelap terang 2,2 2,4 2,6 2,8 3 3,2 3,4 3,6

0 10 20 30

T e g an g an ( V) Waktu (s) vg=5 volt vg=0 volt

Intensitas = 1.552 mW.cm-2 gelap terang 2,65 2,7 2,75 2,8 2,85 2,9 2,95 3 3,05 3,1 3,15

6,3 8,3 10,3

te g an g an ( v ) waktu (s) 2,6 2,7 2,8 2,9 3 3,1 3,2

13,6 14,6 15,6 16,6

(18)

10

Waktu respon merupakan waktu yang dibutuhkan sensor FET untuk berubah dari keadaan awal ke keadaan stasioner. Sedangkan waktu pemulihan yaitu waktu yang diperlukan

oleh sensor untuk menghasilkan suatu output

yang dapat kembali ke keadaan semula. Gambar 20 menunjukkan bahwa sensor FET memiliki waktu respon sekitar 2.6 detik merupakan waktu yang dibutuhkan sensor berubah dari 3.1V (tanpa cahaya) menjadi 2.7 V (keadaan stasioner saat diberi cahaya UV). Sedangkan Gambar 21 memperlihatkan waktu

pemulihan (recovery) pada sensor FET. Hasil

menunjukkan sensor memiliki waktu

pemulihan selama 2.8 detik merupakan waktu yang dibutuhkan sensor berubah dari 2.7 V (keadaan stasioner saat diberi cahaya) menjadi kembali kekeadaan semula yaitu 3.1 V (tanpa cahaya UV). Hasil ini menunjukkan bahwa sensor FET memiliki waktu respons yang lebih cepat dari pada waktu pemulihannya.

BAB V. KESIMPULAN DAN

SARAN

5.1 Kesimpulan

Penumbuhan lapisan silikon dioksida

(SiO2) di permukaan atas silikon terbentuk dari

hasil pemanasan menggunakan furnace dengan

temperatur 1000 0C dan diberikan gas oksigen.

Hal ini dapat dilihat dari kasat mata bahwa terdapat perbedaan warna antara warna silikon

dan warna SiO2, yaitu warna abu-abu dan

kuning keemasan pada subtrat.

Sensor FET dibuat dengan metode

dip-coating, yaitu dengan mencelupkan substrat

SiO2 ke dalam endapan zinc oxide.

Karakterisasi arus-tegangan sensor FET, arus drain-source dipengaruhi oleh perubahan

tegangan gate yang diberikan. Semakin positif

tegangan gate diberikan, maka semakin besar

arus drain-source yang dihasilkan.

Respon sensor FET terhadap cahaya memperlihatkan terjadi peningkatan arus drain-source, dikarenakan terjadi penurunan resistansi pada daerah lapisan ZnO. Pada

respon dinamik memperlihatkan adanya

perubahan sensitivitas ketika diberikan

tegangan gate yang berbeda. Semakin besar

intensitas cahaya UV yang diberikan maka

akan terjadi penurunan tegangan output.

5.2 Saran

Penelitian ini dapat dilakukan kembali dengan melakukan variasi waktu dan variasi

banyaknya gas oksigen yang diberikan saat

pembentukan lapisan SiO2, yang bertujuan

untuk mendapatkan lapisan SiO2 yang

maksimal.

BAB VI. DAFTAR PUSTAKA

1. Goetzberger, A., Knobloch, J.,

Bernhard. 1998. Crystalline silicon

solar cells. Inggris. John Wiley & Sons Ltd.

2. Wijaya, S.K. 2007. Diktat Kuliah

Elektronika I. Jakarta: Fisika FMIPA UI.

3. Rio, S.R., Ida, M. 1999. Fisika dan

Teknologi Semikonduktor Cetakan Ketiga. Jakarta: Pradnya Paramita.

4. Soga, T. 2006. Nanostructred Materials

For Solar Energy Conversion.

Amsterdam: Elsevier BV.

5. Sze, S.M., Kwok, K.N. 2007. Physics of

Semiconductor Devices. New Jersey: John Willey & Sons, Inc.

6. Wong, E., Bonevich, J., Searson. 1998.

Growth kinetics of nanocrystolline ZnO

particle from colloidal suspensions. J

Materials Chemistry. Vol. 102. hlm 7770-7775.

7. Ohya, Y,. Saiki, H., Takashi. 1994.

Preparation of transparent electrically conducting ZnO lapisan from zinc

asetate and alkoxide. J Materials

Science. Vol. 29. hlm 4099-4103.

8. Mizuguchi, J., Sumi, K., Muchi, T.

1981. A Highly stable sonaqueous suspension for the electrophoretic

deposition of powdered substances. J

Electrochemistry Society. Vol. 130. hlm 1811-1825.

9. Osada, M., Sakemi, T., Yamamoto, T.

2006. The effect of oxygen partial pressure on local structures properties

for Ga-doped ZnO thin lapisans. Thin

solid film, 494,38-41.

10. Annisa, A., Herman, B., Rahmat, H.

2010. Preparasi lapisan tipis ZnO

transparan menggunakan metode sol-gel beserta karakterisasi sifat optiknya. Bandung: Program Studi Fisika FMIPA Institut Teknologi Bandung.

12. Malvino, A.P. 2003. Prinsip-Prinsip

(19)

13. Toole, Mike. 2003. Rangkaian Elektronik Prisip dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.

14. Widodo, T.S. 2002. Elektronika Dasar.

Jakarta: Salemba Teknika.

15. Chang, J.B. 2006. Functionalized

polytiophene thin-lapisan transistor for low-cast gas sensor array [desertasi]. Electrical Engineering and Computer Sciences, University of California at Berkley.

16. Khairurrijal, Dariskin, Budiman, M.

2004. Kapasitor MOS dengan dielektrik

ceria amorf. Matematika dan Sains, 9,

269-272.

17. [Anonim]. Silikon tipe-p. 2012.

http://teknik-elektro.net/silikon-tipe-p. [12 Januari 2012].

18. Shinde, Gujar, Lokhande. 2007. Studies

on growth of ZnO thin films by a novel

chemical method. Solar Energy

(20)
(21)

13

Lampiran 1. Diagram alir penelitian

Mulai

Persiapan alat dan bahan

Pembuatan lapisan SiO

2

Penumbuhan lapisan ZnO

Metalisasi

Uji spektroskopi UV-VIS

Karakteristik I-V

Pengolahan dan analisis data

Penyusunan laporan

Selesai

Gambar

Gambar 1. Pita energi bahan (a) isolator, (b) semikonduktor dan (c) konduktor
Gambar 3. a) Struktur kristal silikon dengan
Gambar 5. Konfigurasi FET
Gambar 1. Penumbuhan lapisan SiO2
+5

Referensi

Dokumen terkait

dalam bentuk penelitian ilmiah dengan judul, Implementasi Pemberitaan Syariat Islam Oleh Wartawan KWPSI Pada Media Cetak (Studi Analisis Dakwah KWPSI

Dari proses pengujian tersebut akan dapat dianalisa hasil pengujian dari mesin press panas dengan bantuan software minitab 16, dengan memperhatikan setting

Untuk mencapai hasil Informasi yang optimal maka Teater ”MANGGAR” STMIK ”AMIKOM” Yogyakarta membutuhkan perangkat teknologi yang dapat mendukung sistem tersebut, sehingga

Antihemophilic faktor, sebuah faktor koagulasi penyimpanan yang relatif labil dan berpartisipasi dalam jalur intrinsik dari koagulasi, bertindak (dalam konser dengan faktor

Misal pada panel dengan variasi jarak 4 cm seharusnya memiliki persebaran yang merata untuk pola hamburan pada frekuensi 4250 Hz, namun pada frekuensi 125 Hz persebarannya

Hal ini menunjukkan ditolak artinya pencapaian kemampuan pemahaman konseptual matematis kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran

Telaah RPJPD Kabupaten Blitar periode tahun 2005- 2025, memberi arahan strategis berlandaskan pelaksanaan, pencapaian dan sebagai keberlanjutan RPJMD ke-2 (periode