• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Influence of Training and Rewards Treatment Toward Organizational Commitment of The Employees of BPRS Amanah Ummah Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "The Influence of Training and Rewards Treatment Toward Organizational Commitment of The Employees of BPRS Amanah Ummah Bogor"

Copied!
244
0
0

Teks penuh

(1)

BOGOR

MUHAMMAD ISMAN ALMAUDUDI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Terhadap Komitmen Karyawan Pada BPRS Amanah Ummah adalah karya saya

dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan ataupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2012

(3)

MUHAMMAD ISMAN ALMAUDUDI. The Influence of Training and Rewards

Treatment Toward Organizational Commitment of The Employees of BPRS

Amanah Ummah Bogor. Under direction of SRI HARTOYO and AJI HERMAWAN.

The growth of sharia banking in Indonesia has become the upward trend since its

debut in 1992. It is shown by the number of bank, the office, and sharia financial unit

that always increases every year. In its development process, sharia banking also

faces several problems such as lack of sharia banking expertise. Sharia banking needs

to develop and maintains existing human resources. This study’s purpose is to

analyze the organizational commitment of employees of BPRS Amanah Ummah,

Bogor. Training and rewards are used as the independent variables, in order to

analyze the commitment and how far the treatments affecting the organizational

commitment of staffs. The population and sample of this study are all the BPRS

Amanah Ummah employees. Census method is used in this study by giving the

questioners to all population. The data collecting uses questioner method by giving

question lists directly to the respondents. The data analysis technique in this study

uses descriptive regression analysis which is operated by SPSS program. The aim of

this study is to analyze the correlation of training and rewards treatment toward

organizational commitment. In this study is using approach case study. Saturation

sampling was used to choice the participant samples in collecting the data. The tool of

analysis used in this study were the descriptive analysis, the Pearson Correlation, and

regression analysis. The Results of this study will help BPRS Amanah Ummah to

understand the correlation of the training and reward treatment toward organizational

commitment.

(4)

Komitmen Organisasi Karyawan BPRS Amanah Ummah Bogor. Dibimbing oleh SRI

HARTOYO dan AJI HERMAWAN.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Amanah Ummah adalah salah satu

jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah di Indonesia. didirikan

untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Ditengah-tengah pertumbuhan

perbankan syariah yang kencang ini, diperlukan SDM handal yang mumpuni.

Karenanya BRPS Amanah Ummah selalu mengembangkan SDM yang dimiliki.

Salah satu kegiatannya adalah pelatihan. BPRS Amanah Ummah sendiri telah

mengalokasikan setiap tahunnya lima persen untuk anggaran pelatihan dari seluruh

biaya tenaga kerja.

BPRS Amanah Ummah, selain memberikan pelatihan bagi para karyawannya

agar mencapai target perusahaan tentu saja adalah memberikan imbalan. Baik

imbalan yang

intrinsik dan ekstrinsik. Karena imbalan akan menjaga para karyawan

untuk senantiasa berkerja dengan penuh dedikasi dan mempunyai komitmen yang

tinggi. Komitmen karyawan terhadap perusahaan adalah menjadi sangat penting,

karena pada umumnya individu-individu yang memiliki komitmen organisasi yang

tinggi akan terus menerus berikhtiar demi kemajuan organisasi, sehingga perusahaan

bisa mencapai visi dan misi yang sudah dirumuskan.

Penelitian dilakukan di BPRS Amanah Ummah beserta seluruh

cabang-cabangnya. Kuesioner yang digunakan sebagai alat mengumpulkan data yang utama

dalam penelitian ini terbagi dalam 4 bagian, yaitu: bagian pertama kuesioner tentang

pelatihan, kuesioner bagian kedua tentang imbalan, kuesioner ketiga tentang

komitmen organisasi dan yang bagian keempat tentang demografi responden.

Kemudian data diolah dengan regresi dan korelasi Pearson mengunakan software

SPSS 15.0.

Hasil analisis terhadap persepsi responden tentang program pelatihan

menyatakan sudah cukup baik. Hasil analisa persepsi terhadap imbalan yang

diberikan perusahaan juga dinyatakan cukup. Sebagian besar responden juga

menyatakan bahwa komitmen organisasi mereka baik. Berdasarkan uji korelasi dan

regresi antara pelatihan, imbalan mempunyai pengaruh terhadap komitmen organisasi

dengan nilai signifikansi < 0,5. Berdasarkan uji secara bersamaan antara pelatihan,

imbalan dan faktor demografi umur dengan komitmen organisasi juga mempunyai

hubungan positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelatihan, imbalan dan faktor

demografi umur responden mempunyai kontribusi atas peningkatan komitmen

karyawan BPRS Amanah Ummah.

(5)

@ Hak Cipta Milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penelitian karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

(6)

BOGOR

MUHAMMAD ISMAN ALMAUDUDI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Manajemen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

NRP/PS

: H251080071

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS

Ketua

Anggota

Dr.Ir. Aji Hermawan, MM

Diketahui,

Ketua Program Studi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Ilmu Manajemen

Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc

Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr.

(9)

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Alhamdulillah

akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul Pengaruh

Pelatihan dan Imbalan Terhadap Komitmen Organisasi Pada BPRS Amanah Ummah

Bogor. Semua kerja keras ini tidak akan pernah terwujud tanpa bantuan dan

dukungan dari banyak pihak untuk menyelesaikan penelitian ini.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak

yang telah membantu dalam penulisan tesis ini. Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS dan Dr.Ir.

Aji Hermawan, MM selaku komisi pembimbing, yang telah memberikan banyak

arahan dan bimbingan. Dr. Ir. Ma’mun Sarma, MS.,M.Ec. selaku dosen penguji

sidang tesis yang telah memberi banyak saran dan perbaikan demi kesempurnaan

tesis ini.

Disamping itu penghargaan kepada Direktur BPRS Amanah Ummah Drs. M.

Abduh Khalid, M.Si atas semua bantuan dan kerjasamanya. Juga kepada kedua orang

tua penulis Ayahanda Drs. E. Syamsuddin dan Ibunda Zakiah, yang selalu

mendorong dan memberi semangat tiada henti baik secara materi maupun moril

kepada penulis serta seluruh keluarga besar.

Bogor, Agustus 2012

(10)

Penulis dilahirkan di Sukabumi Jawa Barat pada tanggal 26 November 1982

dari ayah E. Syamsuddin dan ibu N. Zakiah. Penulis merupakan putra pertama dari

empat bersaudara.

Tahun 2002 penulis lulus dari MA Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat.

Pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Hidayatullah. Penulis diterima di jurusan Perbankan Syariah. Pada tahun 2008

penulis melanjutkan pendidikan sekolah pascasarjana di Institut Pertanian Bogor.

(11)

i

DAFTAR ISI ...

i

DAFTAR TABEL ...

iii

DAFTAR GAMBAR ...

iv

DAFTAR LAMPIRAN ...

v

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian …...

1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian...

5

1.3 Tujuan Penelitian...

5

1.4 Manfaat Penelitian ………

5

1.5 Ruang Lingkup Penelitian……….

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelatihan ...

7

2.1.1 Asas Pelatihan ………..

7

2.1.2 Tujuan Pelatihan ……….………..

8

2.1.3 Metode dan Jenis Pelatihan ……….……….

9

2.1.4 Tahapan dan Dimensi Pelatihan ………….………..

11

2.2 Imbalan ...

12

2.3 Komitmen Organisasi ………...………...

16

2.4 Hasil Penelitian yang Relevan ………...………..

21

2.5 Kerangka Berpikir ………..……….

22

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian ……….……….

24

3.2 Penentuan dan Sumber Data ………...……..…………

24

3.3 Lokasi Penelitian……..………..…

24

3.4 Teknik Pengumpulan Data……….. ………..

24

3.5 Defisi Konseptual…… ………..…………

25

3.5.1 Definisi Konseptual dan Operasional Komitmen Organisasi ...

25

3.5.2 Definisi Konseptual dan Operasional Pelatihan ...

26

3.5.3 Definisi Konseptual dan Operasional Imbalan ...

27

3.6. Analisis Data ………

27

3.6.1 Uji Validitas Instrumen ………...……...

28

3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen ………..

28

3.6.3 Uji Asumsi Klasik ……….…….

29

3.6.4 Metode Analisis Data ………....

29

(12)

ii

4.1.4 Performa Kinerja Keungan ………

35

4.1.5 Pengelolaan SDM BPRS Amanah Ummah ………..

36

4.1.6 Imbalan di BPRS Amanah Ummah ………..

39

4.1.7 Manajemen Resiko ………

39

4.1.8 Kegiatan Sosial Perusahaan ………..

40

4.3 Karakteristik Responden Penelitian ……….……….…………..

41

4.4 Persepsi Responden ………...……..

42

4.3.1 Reaksi Responden atas Pelatihan ……….…….

43

4.3.2 Persepsi Responden atas Pembelajaran dalam Pelatihan ………

44

4.3.3 Prilaku Responden Setelah Pelatihan ………..

45

4.3.4 Persepsi Responden terhadap Hasil Pelatihan ……….…

46

4.4. Persepsi Responden Terhadap Imbalan….……….……

47

4.4.1 Tunjangan ……….….….……….…

47

4.4.2 Upah/ Gaji ……….….……….…

48

4.4.3 Insentif ………..………….……….

49

4.4.4 Penghasilan Tambahan ……….…..………….…

50

4.4.5 Perasaan Mampu ………..……….…..

51

4.4.6 Pengembangan Kecakapan ………..…….……

51

4.4.7 Tanggung Jawab ………..…………

52

4.4.8 Pertumbuhan Pribadi ……….….…….

53

4.5 Persepsi Responden Terhadap Komitmen …..………

55

4.5.1 Identifikasi Organisasi ………..

55

4.5.2 Keterlibatan Organisasi ………..……..

56

4.5.3 Loyalitas ………...…….

57

4.6 Tingkat Keeratan Hubungan ………..…..

58

4.7 Analisis Demografi Responden Terhadap Komitmen Organisasi …………

61

V. IMPLIKASI MANAJERIAL

5.1 Pentingnya Pelatihan, Imbalan, dan Komitmen Organisasi ……….

63

5.2 Upaya Perbaikan Pelatihan Untuk Komitmen Karyawan ………

64

5.3 Upaya Perbaikan Aspek-Aspek Imbalan ………...

65

5.4 Upaya Peningkatan Komitmen Organisasi ……….……….

66

VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1. Simpulan ……….……….

67

6.2 Saran ……….………

67

DAFTAR PUSTAKA... 69

(13)

iii

Halaman

1.

Jumlah Jaringan Perbankan Syariah ………

2

2.

Jumlah SDM Perbankan Syariah ……….

2

3.

Skala

Likert

pendapat responden ……….………

25

4.

Kisi kisi Instrumen Komitmen Organisasi……….

26

5.

Kisi kisi Instrumen Pelatihan ………

27

6.

Kisi kisi Instrumen Imbalan ………..

27

7.

Persepsi reaksi responden terhadap pelatihan ………..………….

43

8.

Persepsi responden terhadap pembelajaran dalam pelatihan……….

44

9.

Persepsi responden terhadap prilaku setelah pelatihan …...………..

45

10.

Persepsi responden atas hasil pelatihan……….………

46

11.

Persepsi responden atas tunjangan ………...

47

12.

Persepsi responden atas upah/gaji ……….

48

13.

Persepsi responden atas insentif ………

49

14.

Persepsi responden atas penghasilan tambahan ………

50

15.

Persepsi responden atas perasaan mampu ………

51

16.

Persepsi responden atas pengembangan kecakapan ……….

52

17.

Persepsi responden atas tanggung jawab ……….

53

18.

Persepsi responden atas pertumbuhan pribadi ……….

54

19.

Persepsi responden atas identifikasi ……….

55

20.

Persepsi responden atas keterlibatan organisasi ………..

56

21.

Persepsi responden atas keterlibatan organisasi ………..

57

22.

Persepsi responden atas keterlibatan organisasi ………. 58

23.

Persepsi responden terhadap komitmen organisasi ………. 47

(14)

iv

1.

Model Integratif Pendekatan Organisasi (Colquitt, LePine, dan Wesson)... 20

2.

Kerangka berpikir ...

22

3.

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ………. 41

4.

Karakteristik responden berdasarkan status pernikahan ………...

42

(15)

v

1.

Kuesioner penelitian untuk responden.………

66

2.

Nilai rata rata variabel ………..

81

3.

Uji validitas variabel-variabel ………

83

4.

Uji veliabilitas Instrumen Instrumen………

85

5.

Persepsi responden ………..

86

6.

Uji asumsi klasik analisa regresi ……….

89

7.

Uji regresi linear berganda……….……….

91

8.

Demografi responden……….……… 94

(16)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah salah satu jenis bank yang

diizinkan beroperasi dengan sistem syariah di Indonesia. BPRS (Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah) adalah salah satu lembaga keuangan yang

menyentuh usaha menengah. BPRS sangat membantu kalangan menengah ke

bawah dalam mengerakkan roda perekonomian. BPRS selain terfokus untuk

melayani Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang menginginkan proses

mudah, pelayanan cepat dan persyaratan ringan. BPR Syariah juga memiliki

petugas yang berfungsi sebagai armada antar jemput setoran dan penarikan

tabungan/deposito termasuk setoran angsuran pembiayaan. Pelayanan ini sangat

sesuai dengan kebutuhan UMKM yang cenderung tidak bisa meninggalkan usaha

kesehariannya di pasar/toko/rumah. Dalam hal ini BRPS menjadi kebutuhan

masyarakat kelas menengah.

Aturan hukum mengenai BPR Syariah mengacu kepada Undang-Undang

Nomor 10 tahun 1998 dan Peraturan Bank Indonesia (PBI). Dalam sistem

perbankan nasional, BPR Syariah adalah bank yang didirikan untuk melayani

Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Sektor UMK ini yang menjadikan BPR Syariah

berbeda pangsa pasarnya dengan Bank Umum/ Bank Umum Syariah. Menurut

data BI per September BPRS di Indonesia berjumlah 154 dengan jaringan 362

kantor, dengan aset mencapai Rp 3,35 triliun.

BPRS Amanah Ummah adalah salah satunya. BPRS ini sudah berdiri

sejak tahun 1992. BPRS yang berlokasi di Bogor ini mampu bertahan dari tengah

krisis ekonomi 1998 hingga kokoh sampai saat ini. Sebagai catatan, jumlah

nasabah penabung di bank ini mencapai angka 14 ribu orang, dengan total aset

tahun 2011 berjumlah 88 milyar rupiah dan jumlah nasabah pembiayaan mencapai

angka 2.500 usaha kecil dan mikro.

(17)

Tabel 1. Jaringan Kantor Perbankan Syariah

Indikator 2007 2008 2009 2010 2011

Bank Umum Syariah

Jumlah Bank Jumlah Kantor 3 398 5 576 6 711 11 1253 11 1349

Unit Usaha Syariah

Jumlah Bank Jumlah Kantor 26 170 27 214 25 287 23 262 23 300 BPR Syariah Jumlah Bank Jumlah Kantor 114 185 131 202 139 223 150 286 154 362

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, September 2011, Bank Indonesia

Bahkan jumlah bank syariah sendiri baik Bank Umum Syariah (BUS),

Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) selalu

meningkat. BPRS sendiri dari jumlah 114 bank pada tahun 2007 menjadi 154

bank di september 2011. Termasuk BPRS Amanah Ummah sendiri selain kantor

pusat bertambah mempuyai 2 kantor cabang, yang terbaru terletak di Cicurug

kabupaten Sukabumi dan memiliki satu kantor kas.

Tabel 2. Jumlah SDM Perbankan Syariah

Jumlah SDM

2007

2008

2009

2010

2011

Bank Umum Syariah

3913

6609

10348

15224

20758

Unit usaha Syariah

2266

2562

2296

1869

1970

BPRS

2108

2581

2799

3172

3669

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia, September 2011, Bank Indonesia

(18)

tercatat sebanyak 26.397 orang, terdiri dari 20.758 orang pegawai Bank Umum

Syariah, 1.970 orang pegawai Unit Usaha Syariah, dan 3.669 orang pegawai Bank

Perkreditan Rakyat Syariah.

Salah satu kendala yang dihadapi perbankan syariah untuk terus

berkembang adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) atau tenaga kerja

handal yang memahami bisnis perbankan, manajemen resiko dan keuangan Islam.

Dengan jumlah tenaga ahli di perbankan syariah yang sangat terbatas

menyebabkan terjadinya kekurangan SDM. Kekurangan SDM yang berkualitas

menyebabkan kelangkaan. Karenanya komitmen karyawan menjadi penting disaat

ketersediaan SDM ahli sangat sedikit. Padahal komitmen karyawan terhadap

perusahaan adalah sangat penting, karena pada umumnya individu individu yang

memiliki komitmen organisasi yang tinggi akan terus menerus berikhtiar demi

kemajuan organisasi. Ataupun jika ingin mencetak sendiri SDM unggul maka

pelatihan terhadap SDM adalah pilihannya.

Konsultan sumberdaya manusia terkemuka Watson Wyatt tahun 2005

melakukan penelitian yang dianggap paling komprehensif dan pertama dilakukan

di Indonesia dan Asia mengenai komitmen, sikap, dan pandangan karyawan.

Survei diikuti oleh lebih dari 8.000 responden aktual dari 46 perusahaan di 14

industri utama di Indonesia. Menemukan hasil bahwa faktor faktor yang

mempengaruhi komitmen karyawan di indonesia adalah: faktor peluang karir

yang lebih baik sebagai alasan utama, paket kompensasi yang lebih baik,

perusahaan memiliki prospek sukses lebih baik di masa depan, penyediakan

peluang training dan pengembangan diri yang lebih baik, pemberikan peluang

lebih baik untuk mendayagunakan keahlian.

(19)

alat membangun komitmen pegawai, karena pegawai yang berkomitmen kuat

akan betah dan loyal bekerja di perusahaan.

Beberapa hasil penelitian menunjukan temuan pada hubungan antara

pelatihan dan komitmen karyawan terhadap organisasi. Semua penelitian

terdahulu menegaskan hipotesis bahwa pelatihan memiliki dampak positif

terhadap komitmen karyawan (Owoyemi

et al,

2011).

Komitmen organisasi penting dan mempuyai peranan utama dalam

kehidupan organisasi. Dalam dunia kerja, komitmen seseorang terhadap

organisasi atau perusahaan merupakan isu yang sangat penting. Karena sangat

pentingnya, hingga membuat beberapa organisasi memasukkan unsur komitmen

ini sebagai salah satu syarat seseorang untuk memegang posisi yang ditawarkan

dalam iklan-iklan lowongan pekerjaan.

Komitmen organisasi juga merupakan

salah satu faktor penting bagi kelanggengan suatu organisasi. Tanpa adanya

komitmen organisasi yang kuat dalam diri individu, tidak akan mungkin suatu

organisasi dapat berjalan dengan maksimal.

Keberadaan komitmen organisasi bisa dipengaruhi sejumlah faktor, baik

yang internal atau eksternal. Diantaranya imbalan, imbalan adalah penghargaan

dan balas jasa yang diberikan kepada individu sebagai sarana mencapai

organisasi. Selain imbalan, Pelatihan juga membantu para karyawan dalam

bekerja lebih produktif, meningkatkan kepuasan kerja, dan mengurangi

turnover

.

Konsekuensi dalam bentuk berkurangnya

turnover

pegawai, secara ekspisit jelas

menunjukkan bahwa pelatihan dan pengembangan pegawai, merupakan salah satu

alat membangun komitmen pegawai, karena beberapa hasil penelitian menunjukan

temuan pada hubungan antara pelatihan dan komitmen karyawan terhadap

organisasi. Pegawai yang berkomitmen kuat akan betah dan loyal bekerja

di perusahaan.

(20)

mengambil objek penelitian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Amanah

Ummah.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

diidentifikasikan dan dirumuskan masalah sebagai berikut,

1.

Bagaimana kondisi komitmen karyawan BPRS Amanah Ummah?

2.

Apakah pelatihan berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan

BPRS Amanah Ummah?

3.

Apakah imbalan berpengaruh terhadap komitmen organisasi karyawan

BPRS Amanah Ummah?

4.

Adakah faktor demografi responden yang mempunyai pengaruh terhadap

komitmen karyawan BPRS Amanah Ummah?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini

adalah dijelaskan untuk:

1.

Mengetahui kondisi komitmen karyawan BPRS Amanah Ummah.

2.

Menganalisis hubungan antara pelatihan dengan komitmen organisasi

karyawan BPRS.

3.

Menganalisis hubungan antara imbalan dengan komitmen organisasi

karyawan BPRS.

4.

Mengetahui faktor demografi responden yang berpengaruh terhadap

komitmen organisasi karyawan BPRS.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian diharapkan mampu memberi manfaat kepada:

(21)

komitmen karyawan serta menjadi pertimbangan dalam kebijakan

pengelolaan sumberdaya manusia yang baik.

2.

Untuk peneliti, penelitian diharapkan menjadi bahan pembelajaran serta

penerapan ilmu yang telah diperolah selama kuliah di program studi ilmu

manajemen.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelatihan

Ada beragam definisi pelatihan, menurut pendapat Danim (2008) pelatihan

adalah teknik belajar untuk memperbaiki kinerja atau mengorekasi kesalahan yang

melibatkan pengamatan individual pada pekerjaan serta penentuan umpan balik.

Sedangkan menurut Siagian (1988) yang dimaksud dengan pelatihan yaitu proses

belajar mengajar dengan teknik dan metode tertentu, tujuan pelatihan adalah untuk

meningkatkan seseorang atau sekelompok orang pada sisi keterampilan dan

kemampuan kerja. Jikapun sudah bekerja pada suatu organisasi akan tetapi secara

efisiensi, efektivitas dan produktivitas kerjanya perlu ditingkatkan secara terarah

dan pragmatik.

Sementara Rivai (2004) menjelaskan bahwasannya pelatihan adalah suatu

proses sistematis untuk mengubah tingkah laku pegawai untuk mencapai tujuan

organisasi. Pelatihan berkaitan dengan keahlian dan kemampuan pegawai dalam

melaksanakan pekerjaan saat ini. Pelatihan memiliki orientasi saat ini dan

membantu pegawai untuk mencapai keahlian dan kemampuan tertentu agar

berhasil melaksanakan pekerjaan.

Senada dengan pendapat diatas menurut Zurnali (2004), pelatihan

mempuyai tujuan adalah agar para pegawai dapat menguasai pengetahuan,

keahlian dan perilaku yang ditekankan dalam program-program pelatihan dan

untuk diterapkan dalam aktivitas sehari-hari para karyawan. Menurut

Mangkuprawira (2004), pelatihan bagi karyawan merupakan sebuah proses

mengajarkan pengetahuan, sikap dan keahlian tertentu agar karyawan semakin

terampil dan mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik,

sesuai dengan standar.

2.1.1 Asas Pelatihan

(23)

melaksanakan pelatihan ada beberapa faktor yang berperan yaitu: identifikasi

kebutuhan, instruktur (pelatih), peserta, materi (bahan), metode, tujuan pelatihan

dan lingkungan yang menunjang.

1.

Identifikasi Kebutuhan. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dengan

mengumpulkan informasi dan menganalisis kondisi oragniasasi. sehingga

dapat melihat kekurangan dan kesenjangan pengetahuan, keterampilan

dan sikap kerja karyawan dalam suatu perusahaan.

2.

Pelatih (instruktur). Mengarahkan dan membantu karyawan guna

mendapat pengetahuan, kemampuan dan kebiasaan yang tepat.

3.

Peserta. Yaitu karyawan atau anggota organisasi yang mengikuti proses

pelatihan berdasar analisa kebutuhan terlebih dahulu.

4.

Materi program. Penyusunan berdasar perhitungan kebutuhan dan tujuan

pelatihan. Kebutuhan dalam bentuk pengajaran keahlian khusus,

menyampaikan pengetahuan yang diperlukan.

5.

Metode. Metode pelatihan yang tepat sesuai dengan jenis pelatihan yang

akan diaksanakan oleh perusahaan.

6.

Tujuan pelatihan. Tujuan pelatihan adalah terpenuhinya kebutuhan yang

diingini perusahaan dan mampu membentuk tingkah laku yang

diharapkan.

Heinich, Molenda, Russell, dan Smaldino, (1999) menyebutkan 6

komponen model untuk pelatihan dan pembelajaran: (1) Menganalisa peserta

pelatihan (2) Perumusan tujuan dengan apa yang ingin dicapai (3) memilih

metode instruksional, media, dan material pelatihan (4) memanfaatkan media dan

bahan yang ada (5) mengaktifkan pembelajar di dalam proses pembelajaran (6)

evaluasi dan pengulangan.

2.1.2 Tujuan Pelatihan

(24)

Moekijat (1993) berpendapat bahwa tujuan pelatihan secara umum dibagi

menjadi tiga: (1) untuk mengembangkan keahlian, (2) untuk mengembangkan

pengetahuan, (3) untuk mengembangkan sikap. Sementara tujuan pelatihan

menurut Tjiptono dan Diana (1995) adalah untuk meningkatkan pengetahuan

karyawan, keterampilannya, dan sikap karyawan sekaligus meningkatkan kualitas

dan produktivitas organisasi secara keseluruhan.

Dari pemaparan tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa tujuan pelatihan

adalah berkaitan dengan peningkatan keahlian karyawan disatu sisi dan

keuntungan yang didapat organisasi pada sisi yang lain. Dengan melatih para

pekerjanya diharapkan terjadi perubahan pada organisasi sesuai dengan tujuan

yang hendak dicapai. Dan keunggulan itulah yang akhirnya dapat memajukan

organisasi dan dapat berkembang dengan lebih baik lagi di masa depan.

2.1.3 Metode dan Jenis Pelatihan

Dalam memilih metode dan teknik suatu pelatihan ditentukan oleh banyak

hal. Seperti yang dikemukakan Werther (1989):

That is no simple technique is always best; the best method depends

on: cost effectiveness; desired program content; learning principles;

appropriateness of the facilities; trainee preference and capabilities;

and trainer preferences

and capabilities.

Menurut pendapatnya, teknik pelatihan yang paling baik adalah,

bergantung pada: metode, tetapi itu semua juga berkaitan dengan: efektivitas

biaya, isi program yang diinginkan, prinsip-prinsip belajar, fasilitas yang layak,

kemampuan, preferensi peserta serta kemampuan dan preferensi pelatih. Jadi,

tidak ada satupun metode pelatihan yang selalu terbaik, banyak faktor yang

melingkupinya.

Sementara itu Samsudin (2006) menyebutkan bahwa pelatihan sendiri

terbagi menjadi dua jenis pelatihan yaitu:

1. Pelatihan Internal

(25)

2. Pelatihan eksternal

Pelatihan eksternal adalah pelatihan yang dilaksanakan di luar organisasi

dengan cara mendaftarkan pegawai pada program atau kegiatan yang

diberikan oleh lembaga pemerintah, organisasi profesional dan perusahaan

pelatihan swasta.

Dessler (2006) menjelaskan beberapa model pelatihan yang paling populer

digunakan perusahaan. Ada beberapa metode yang paling sering diaplikasikan. (1)

On-the-Job Training

, yaitu pelatihan dengan mempelajari pekerjaan dengan

langsung mengerjakannya.

On-the-job training

yang paling dikenal adalah metode

coaching

(membimbing) atau

understudy

(sambil belajar). Keunggulannya, tidak

mahal dan yang dilatih belajar sambil bekerja. (2) Magang, adalah proses

terstruktur dimana pekerja menjadi trampil melalui kombinasi dari pengajaran di

kelas dan pelatihan langsung di pekerjaan. Biasanya dibawah bimbingan ahli

dibidangnya. (3) Belajar Informal, bukan melalui program pelatihan formal tapi

melalui perangkat informal. (4)

Job Instruction Training

, yaitu proses bertahap

rangkaian langkah logis dari intruksi. (5) Pengajaran, yaitu pemberian

pengetahuan kepada sekelompok orang yang akan dilatih, menurut Dessler walau

metode ini dianggap membosankan, sesungguhnya bisa cukup efektif. Metode

lainnya, (6) Metode di luar pekerjaan (

off the job side

) Pada metode ini pegawai

yang mengikuti pendidikan atau pelatihan keluar sementara dari pekerjaannya,

mengikuti pendidikan dan pelatihan secara intensif.

Sedangkan komponen-komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh

Mangkunegara (2005) terdiri dari empat hal:

1.

Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat

diukur.

2.

Para pelatih (trainer) harus ahlinya yang memiliki kualitas memadai

(profesional).

3.

Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang

hendak di capai.

(26)

2.1.4 Tahapan dan Dimensi Pelatihan

Dessler (2006) menyebutkan program pelatihan mempunyai lima langkah.

(1) langkah analisis kebutuhan (2) merencanakan intruksi (3) validasi (4)

menerapkan program (5) evaluasi dan tindak lanjut. Dan dimensi pelatihan yang

dapat diukur ada empat hal:

1.

Reaksi. Mengevaluasi reaksi orang yang dilatih terhadap program itu. Apakah

mereka menyukai atau menurut mereka itu hal yang berharga.

2.

Pembelajaran. Melihat sejauh mana mereka telah mempelajari prinsip,

keterampilan, dan fakta yang seharusnya mereka pelajari.

3.

Perilaku. Adakah perubahan prilaku terhadap orang yang dilatih karena

program pelatihan tersebut.

4.

Hasil. Hasil akhir adalah suatu hal yang penting untuk dicapai dalam sasaran

pelatihan yang telah ditentukan sebelumnya.

Sebelumnya Kirkpatrick (1994) sudah terlebih dahulu menggunakan

empat level model evaluasi pelatihan dalam mengkategorikan hasil-hasil

pelatihan. Teori tersebut dikenal dengan

The Four Levels Techniques for

Evaluating Training Programs.

Empat level tersebut adalah:

a.

Reaksi untuk mengukur tingkat reaksi yang didisain agar mengetahui pendapat

dari para peserta pelatihan mengenai program pelatihan.

b.

Pembelajaran mengetahui sejauh mana daya serap peserta program pelatihan

pada materi pelatihan yang telah diberikan.

c.

Perilaku diharapkan setelah mengikuti pelatihan terjadi perubahan tingkah

laku peserta (karyawan) dalam melakukan pekerjaan.

d.

Hasil untuk menguji dampak pelatihan terhadap kelompok kerja atau

organisasi secara keseluruhan.

(27)

2.2 Imbalan

Ada beberapa istilah berbeda untuk menjelaskan tentang imbalan, imbalan

sering juga disebut kompensasi. Daft (2003) menjelaskan bahwa kompensasi

bermuara pada dua hal, setiap pembayaran uang dan setiap benda yang

dimanfaatkan berlandaskan nilai uang untuk memberi imbalan kepada pegawai.

Sementara itu imbalan menurut Ruky (2001) adalah setiap yang dikeluarkan oleh

perusahaan bagi karyawan dan didapatkan kemudian dinikmati oleh karyawan

apakah secara langsung atau tidak langsung. McKenna (2006) memakai istilah

imbalan (

reward

) yang memiliki pengertian lebih luas. Menurutnya sistem

imbalan mencakup berbagai aktifitas organisasi yang ditujukan bagi alokasi

kompensasi dan tunjangan bagi pegawai sebagai imbalan atas usaha dan

sumbangan yang dibuat untuk mencapai tujuan organisasi. Oleh karenanya istilah

imbalan dipakai pada penulisan ini, dengan pertimbangan cakupan yang lebih

luas.

Prinsip prinsip program imbalan yang baik menurut Hiam (1999) meliputi:

(1) secara ideal imbalan memberikan timbal balik positif bagi setiap orang; (2)

imbalan hendaknya memberikan timbal balik tentang kinerja; (3) imbalan

hendaknya memberikan timbal balik sementara yang akurat dan bisa dicapai.

Keberhasilan organisasi dapat dipengaruhi oleh sistem imbalan dengan

tiga jalan. Pertama, bahwa jumlah upah yang diberikan dan cara mengemas serta

menyerahkannya kepada pekerja bisa memotivasi, memperkuat dan mengarahkan

prilaku. Kedua, kompensasi memainkan peranan penting dalam kemampuan

organisasi untuk menarik dan mempertahankan para pekerja berkualitas dan

bersemangat tinggi. Ketiga, biaya kompensasi bisa memengaruhi keberhasilan

organisasi. Singkatnya, strategi dan struktur program imbalan memiliki dampak

penting bagi usaha dan mempunyai untuk menciptakan dan mempertahankan

keuntungan persaingan (Bernardin, 2007).

(28)

a.

Sistem imbalan ekstrinsik dan intrinsik

Sistem imbalan dikategorikan menjadi dua, imbalan ekstrinsik dan imbalan

intrinsik. Imbalan ekstrinsik muncul berasal dari sumber yang berada diluar

individu, sementara imbalan intrinsik muncul dari dalam individu. Imbalan

ekstrinsik adalah: upah, tunjangan luar, promosi, dan penghasilan tambahan;

sedangkan imbalan intrinsik: perasaan mampu, kecakapan, tanggung jawab dan

pertumbuhan pribadi (Vecchio, 2006). Sedangkan menurut Gibson

et al.,

(2003) imbalan ekstrinsik adalah imbalan diluar kerja seperti: upah, promosi

atau keuntungan tambahan, sedangkan imbalan intrinsik adalah imbalan yang

menjadi bagian dari pekerjaan itu sendiri seperti: tanggung jawab, tantangan,

dan sifat hasil kerja.

b.

Sistem imbalan individu dan kelompok

Menurut Nelson dan Quick (2006) salah satu kelebihan sistem imbalan

berdasar individu dan kelompok adalah merujuk pada kreativitas, penyelesaian

permasalahan dan sumbangan bagi organisasi. Sistem imbalan individu secara

langsung mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu dan mendorong

persaingan dalam tim kerja. Sedangkan sistem imbalan kelompok adalah untuk

menjawab permasalahan yang disebabkan oleh perilaku persaingan individu.

Sistem ini menekankan kerjasama, usaha bersama dan bagi informasi,

pengetahuan dan keahlian.

c.

Sistem imbalan bagi hasil, keuntungan, upah, dan tunjangan

Slocum dan Hellriegel (2007) mengidentifikasi empat sistem imbalan, yakni:

bagi hasil, bagi keuntungan, upah berdasarkan keahlian, dan rencana tunjangan:

1)

Program bagi hasil

Program bagi hasil didesain untuk berbagi dengan pekerja atas dasar

perbaikan produktivitas. Landasan pemikiran program bagi hasil adalah

bahwa pekerja dan pengusaha memiliki tujuan yang sama. Maka harus

berbagi dalam hasil yang didapat.

2)

Program bagi keuntungan

Program bagi keuntungan ketika perusahaan memperoleh laba. Memberikan

sebagian pendapatan perusahaan kepada semua pekerja.

(29)

Upah diberikan berdasarkan keahlian tergantung pada jumlah dan tingkat

keahlian berkaitan dengan kerja yang dipelajari pekerja. Karyawan

mendapatkan bayaran menurut jumlah keahlian berbeda yang dapat

dilakukan.

4)

Rencana keuntungan yang fleksibel memungkinkan pekerja memilih

keuntungan yang diinginkan.

d.

Sistem imbalan uang, pengakuan, dan keuntungan

Luthans (2008) menjelaskan tiga bentuk imbalan dalam satu konsep sistem

imbalan, yakni: uang, pengakuan organisasi, dan keuntungan fasilitas

1)

Uang

Pembahasan tentang uang adalah pembahasan yang tidak pernah habis

dikupas pada banyak literatur manajemen, juga tentang bagaimana upah

memengaruhi motivasi, sikap kerja dan rasa memiliki. Secara khusus uang

membantu orang mencapai sasaran fisik (pakaian, mobil, tempat tinggal)

dan psikologi (status, kebanggaan diri, dan perasaan prestasi). Uang juga

dikaitkan dengan empat simbol penting dimana manusia berjuang:

pencapaian dan pengakuan, status dan penghormatan, kebebasan dan

kontrol, serta kekuasaan. Uang juga memainkan peranan integral dalam

membantu mengembangkan teori tingkah laku organisasi. Gagasan disini

bahwa

ketika

uang

memenuhi

kebutuhan

dasar,

orang

bisa

menggunakannya lebih lanjut pada suatu tujuan yang selalu berada di luar

jangkauannya, jadi orang menghendaki lebih banyak lagi. Sebaliknya ada

bukti yang menunjukkan bahwa jika suatu organisasi menekan upahnya,

moral bisa menurun. Jadi upah perlu terus dinaikkan.

2)

Pengakuan sebagai imbalan organisasi

(30)

mengarah pada kualitas kerja dan kesetiaan. Adanya fakta pengakuan

bahwa banyak pekerja memiliki tanggung jawab kerja dan keluarga, dan

ketika organisasi membantunya menyelesaikan kewajiban ini, kesetiaan

meningkat.

3) Keuntungan fasilitas sebagai imbalan organisasi

Pada umumnya keuntungan dari sistem imbalan organisasi bisa di

kelompokkan dengan sejumlah cara. Model keuntungan yang ditawarkan

terdahulu meliputi: jaminan sosial, kompensasi sakit atau kecelakaan

kerja. Cuti tanpa upah (untuk melahirkan, membesarkan anak, merawat

anggota keluarga dengan masalah kesehatan serius atau karena masalah

kesehatan pribadi), dana pensiun, asuransi, biaya perlindungan kesehatan,

tunjangan liburan. Sedangkan tipe keuntungan yang model baru antara

lain, yakni: pelayanan yang membantu pekerja memilih bentuk bagi

hadiah, mendapat tiket konser, jadwal perbaikan rumah atau mobil,

bantuan kuliah, konsultasi hukum, perencanaan perumahan dan konsultasi

investasi.

e.

Sistem imbalan gaji pokok, insentif, pensiun dan tunjangan

1)

Gaji. Pendekatan paling umum untuk mengatur gaji pokok adalah

menggunakan tingkat/jangkauan/standar tempat dan ikatan gaji individu;

untuk menentukan tingkat gaji ini, metode terpenting adalah menggunakan

tingkat pasar dan dasar gaji penilaian kerja; untk mengatur kenaikan upah,

pendekatan paling umum adalah menggunakan kinerja individu

2)

Insentif. merupakan penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan

kepada mereka yang berprestasi atau dapat bekerja melampaui standar

yang telah ditentukan.

3)

Tunjangan. Tambahan yang ditawarkan perusahaan pada karyawannya.

Ada dua macam tunjangan, tunjangan tetap dan tidak tetap. Yang

dimaksud tunjangan tetap adalah tunjangan yang diberikan secara rutin per

bulan yang besarannya relatif tetap. Di Indonesia biasanya pensiun masuk

dalam ketegori tunjangan pensiun.

(31)

sasaran organisasi yang meliputi aspek ekstrinsik dan intrinsik. Aspek ekstrinsik

terdiri atas, upah/gaji, tunjangan, insentif, penghasilan tambahan. Gaji/upah

adalah balas jasa yang dibayar secara rutin kepada karyawan tetap serta

mempunyai jaminan yang pasti. Berpedoman atas perjanjian yang disepakati

membayarnya. Insentif adalah tambahan balas jasa yang diberikan kepada

karyawan tertentu yang prestasinya di atas prestasi standar. Tunjangan adalah

tambahan keuntungan yang ditawarkan perusahan pada karyawan.

Aspek intrinsik terdiri atas, perasaan mampu: pemberian rasa percaya diri

oleh perusahaan, kecakapan: perusahaan menghargai kecakapan yang dimiliki

karyawan, tanggung jawab: perberian tanggung jawab bagi yang dianggap layak,

pertumbuhan pribadi: perusahaan mendukung perkembangan karyawan.

2.3 Komitmen Organisasi

Menurut Shane dan Von Glinow (2008) bahwa organisasi merupakan

kelompok orang yang bekerja saling tergantung bagi tujuan tertentu. Sedangkan

menurut Robbins (1994) yang dimaksud dengan organisasi adalah kesatuan sosial

yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang dapat

diidentifikasi, bekerja terus menerus atas dasar untuk mencapai suatu tujuan

bersama atau sekelompok tujuan. Tentang komitmen, para pakar juga memberikan

pandangan secara beragam namun memiliki sejumlah kesamaan. Hal ini misalnya

terlihat dari pandangan beberapa pakar berikut ini.

Shaw, Delery & Abdulla (2003) memandang komitmen sebagai hasil dari

investasi atau kontribusi terhadap suatu organsisasi, atau pendekataan psikologis

yang mengambarkan suatu hal yang positif, keterlibatan yang tinggi, orientasi

intensitas tinggi terhadap organisasi. Newstrom (2007) menjelaskan bahwa

komitmen organisasi adalah suatu tingkat identifikasi diri pegawai dan organisasi

dan keinginan keinginannya untuk meneruskan partisipasi aktifnya dalam

organisasi.

(32)

organisasi, kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguh sungguh atas

nama organisasi, dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan di dalam

organisasi (menjadi bagian organisasi).

Sedangkan istilah komitmen organisasi

sendiri merupakan istilah lain dari komitmen kerja, yaitu dimensi perilaku penting

yang dapat digunakan untuk menilai kecenderungan karyawan untuk bertahan

sebagai anggota organisasi (Sopiah, 2008).

Komitmen organisasi memberikan pengaruh bahwa pekerja yang

mempunyai komitmen akan tetap tinggal dengan organisasi dalam keadaan

apapun, bekerja secara teratur, melindungi aset perusahaan dan mendukung

tujuan perusahan (Meyer dan Allen, 1991). Pekerja dengan komitmen yang

kuat terhadap organisasi lebih bernilai dibandingkan pekerja yang

komitmennya kurang. Komitmen organisasi merupakan sebuah konsep

hubungan manajemen yang menggambarkan hubungan antara organisasi dan

anggotanya. Ketepatan hubungan tersebut masih diperdebatkan tetapi secara

umum implikasinya berhubungan dengan keinginan, kebutuhan dan pemikiran

anggota untuk tetap tinggal dalam organisasi (Meyer dan Allen, 1991).

Menurut Buchanan (1974) dalam sebuah penelitian komitmen organisasi

membagi menjadi tiga komponen yang bisa menjelaskan tentang komitmen

organisasi: (1) identifikasi

kebanggaan berada dalam organisasi; internalisasi

tujuan organisasi dan nilai-nilainya (2) Keterlibatan

dalam aktifitasnya

menjalani peran di organisasi mampu menyerap dalam jiwanya (3) Loyalitas

keterikatan dan kecintaan pada organisasi yang terwujud dalam rasa kepemilikan

yang termanifestasi dalam keinginan tetap bertahan.

Senada dengan pendapat Buchanan, Gibson

et al.,

(2009) menjelaskan

tentang komitmen organisasi itu terkandung dalam tiga sikap, yaitu: rasa

keberpihakan terhadap tujuan organisasi, perasaan keterlibatan dalam tugas tugas

organisasi, dan perasaan loyalitas terhadap organisasi. Sementara McShane dan

Von Glinow (2008) menekankan, selain keberpihakan dan keterlibatan terhadap

organisasi mengandung ikatan emosional antara karyawan dan perusahaannya.

Menurutnya komitmen mengacu kepada ikatan emosional, keberpihakan, dan

keterlibatan dalam suatu organisasi tertentu.

(33)

tiga karakteristik yang bisa digunakan sebagai pedoman telah komitmen kerja,

yaitu:

a.

Adanya keyakinan yang kuat dan penerimaan tujuan serta nilai-nilai yang

dimiliki organisasi kerja.

b.

Terdapatnya keinginan untuk mempertahankan diri agar tetap dapat

menjadi anggota organisasi tersebut.

c.

Adanya kemauan untuk berusaha keras sebagai bagian dari organisasi

kerja.

Komitmen organisasi merupakan salah satu hasil individu yang

dipengaruhi berbagai faktor. Colquitt, LePine, dan Wesson (2009) menjelaskan

bahwa hasil individu dalam organisasi berupa kinerja dan komitmen organisasi.

Kedua hal ini dipengaruhi oleh: (1) kepuasan kerja (2) stress (3) motivasi (4)

kepercayaan (5) keadilan dan etika (6) pembelajaran dan pengambilan keputusan.

Semua faktor itu kemudian dipengaruhi oleh: (1) budaya organisasi (2) struktur

organisasi (3) gaya dan pendekatan kepemimpinan (4) kekuasaan dan pengaruh

kepemimpinan (5) proses regu dan karakteristik regu (6) kepribadian dan nilai

budaya (7) kemampuan. Sedangkan menurut Mathieu dan Zajac (1990)

karakteristik individu (usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan), peranan,

karakteristik pekerjaan, motivasi dan kepuasan kerja dapat meningkatkan

komitmen organisasi.

Kanter (1968) mengemukakan adanya tiga bentuk komitmen organisasi,

yaitu:

a.

Komitmen berkesinambungan (

continuance commitment

), yaitu komitmen

yang berhubungan dengan dedikasi anggota dalam menjalankan kehidupan

organisasi dan menghasilkan orang yang mau berkorban dan berinvestasi

pada organisasi.

(34)

c.

Komitmen terkontrol (

control commitment

), yaitu komitmen anggota pada

norma organisasi yang memberikan perilaku ke arah yang diinginkannya.

Norma-norma yang dimiliki organisasi sesuai dan mampu memberikan

sumbangan terhadap perilaku yang diinginkannya.

Meyer & Allen (1991) mengemukakan bahwa ada tiga dimensi komitmen

organisasi, yang sebetulnya relatif mempunyai kesamaan dengan pendapat Kanter

(1968) yaitu:

a.

Komitmen afektif merupakan perasaan emosional untuk organisasi dan

keyakinan dalam nilai-nilainya. Terjadi apabila karyawan ingin menjadi

bagian dari organisasi karena adanya ikatan emosional dimana individu

memiliki hasrat yang kuat untuk tetap bekerja pada organisasi karena ada

kesamaan atau kesepakatan antara nilai-nilai personal individu dengan

organisasi yang lebih menekankan kepada sikap emosional individu.

b.

Komitmen berkelanjutan

(continuance commitment)

. Adanya nilai ekonomi

yang dirasa dari bertahan dalam suatu organisasi bila dibandingkan dengan

meninggalkan organisasi tersebut. Ini muncul apabila karyawan tetap

bertahan pada suatu organisasi karena membutuhkan gaji dan

keuntungan-keuntungan lain, atau karena karyawan tersebut tidak menemukan

pekerjaan lain. Komitmen ini juga dapat diartikan sebagai keinginan untuk

tetap menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran akan biaya yang

terkait dengan itu ketika meninggalkan organisasi

c.

Komitmen normatif

(normative commitment)

. Menurut Meyer & Allen

(1991) komitmen ini adalah memperhatikan kewajiban untuk bertahan

dalam organisasi karena alasan-alasan moral atau etika. Ini timbul dari

nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan bertahan menjadi anggota

organisasi karena adanya kesadaran bahwa komitmen terhadap organisasi

merupakan hal yang seharusnya dilakukan. Dimensi normatif menimbulkan

perasaan kewajiban pada anggota untuk memberi balasan atas apa yang

telah diterimanya dari organisasi.

(35)

produktif sehingga pada akhirnya juga lebih menguntungkan bagi organisasi.

Mengenai komitmen, para pakar memberikan padangan secara beragam namun

memiliki sejumlah kesamaan.

.

t

Gambar 1. Model Integratif Pendekatan Organisasi

Sumber: Colquitt, LePine, and Wesson, Organizational Behavior and Commitment in the Workplace (New York: McGraw-Hill/Irwin, 2009),p.8.

Pada gambar 3. bisa dilihat bahwa komitmen organisasi dipengaruhi oleh

banyak faktor diantaranya: kemampuan, pembelajaran, kepribadian, motivasi,

kepercayaan, dan kemampuan. Semua hal tersebut dapat dicapai dengan program

pelatihan yang baik. Dalam pelatihan menurut Dessler (2007) peserta akan

Organizational Culture

Organizational Structure

Leadership Styles &Behavior

Personality & Cultural Values

Ability Teams: Characteristics

Teams: Processes Leadership:

Power

Learning & Decision

Making

Trust, Justice, & Ethies

Motivation Strees Job Satisfaction

Organizational Commitment

(36)

mendapatkan motivasi dan kemampuan. Bahkan dalam pelatihan program

orientasi karyawan diharapakan dapat memenuhi empat hal utama: (a) merasa

nyaman dan diterima, (b) memahami organisasi dalam arti luas (masa lalu, masa

kini, budaya kerja, dan visi masa depan), (c) memahami pekerjaan dan tujuannya,

serta (d) menjalankan proses dengan produktif cara perusahaan tersebut.

Sedangkan pada penelitian Cohen & Gattiker (1994) yang dilakukan

melalui studi meta analisis menunjukan bahwa ada hubungan antara imbalan yang

berbentuk pendapatan riil dengan komitmen organisasi.

2.4 Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang menunjukan pengaruh imbalan, pelatihan dan

kepuasan kerja terhadap komitmen.

1.

Pengaruh imbalan terhadap komitmen kerja

Penelitian penelitian terdahulu menunjukan bahwa imbalan berpengaruh

signifikan atas komitmen organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Painter

et

al

(2000) menunjukan hasil bahwa komitmen organisasi ditentukan oleh

imbalan tugas tugas secara instrinsik berupa dukungan, gaji, dan kesempatan

promosi. Begitupun hasil penelitian Cohen dan Gattiker (2001) menunjukan

bahwa ada hubungan yang sedang antara imbalan yang berbentuk kepuasan

pembayaran terhadap komitmen organisasi. Steers (1983) menyatakan bahwa

salah satu cara meningkatkan kepuasan karyawan adalah dengan memeberikan

kompensasi yang memuaskan.

(37)

sehingga menunjukan hubungan searah yang signifikan antara imbalan dengan

komitmen organisasi.

2.

Pengaruh pelatihan terhadap komitmen organisasi

Dalam penelitian Owoyemi

et al

(2011) menyelidiki hubungan antara

pelatihan, pembelajaran dan pengembangan untuk komitmen. Menggunakan

model regresi menunjukkan bahwa, lebih banyak pelatihan diberikan kepada

karyawan, semakin komitmen mereka akan untuk organisasi. Hasil ini

konsisten dengan penelitian lain dan temuan pada hubungan antara pelatihan

dan komitmen karyawan terhadap organisasi.

Kesimpulannya, pelatihan adalah alat yang dapat membantu dalam

membangun tenaga kerja yang lebih berkomitmen dan produktif dan dapat

menyebabkan lebih besar komitmen dan mengurangi pergantian (

turnover

)

karyawan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian penelitian terdahulu,

Komitmen karyawan ditemukan lebih tinggi di organisasi di mana manajemen

menyediakan mendukung terang terangan pelatihan karyawan (Heyes dan

Stuart, 1996). Owens (2006) juga melaporkan hubungan yang signifikan antara

pelatihan dan pendapatan organisasi. Ia menemukan bahwa karyawan dalam

program pelatihan dapat meningkatkan tingkat komitmen. Semua penelitian

tersebut menegaskan hipotesis bahwa pelatihan memiliki dampak positif

terhadap komitmen karyawan.

2.5 Kerangka Berfikir

Pada kajian ini ditampilkan dalam bentuk model penelitian pada gambar

1.2. yang secara bagan dapat divisualkan berikut ini:

Gambar 2. Kerangka Berpikir

(X

1

)

Pelatihan

Imbalan

(X

2

)

Komitmen

Organisasi Karyawan

BPRS Amanah

Ummah, Bogor.

(Y)

Demografi

Responden

(38)
(39)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh

imbalan, pelatihan terhadap komitmen karyawan Bank Pembiayaan Rakyat

Umum Syariah (BPRS) Amanah Ummah, Bogor.

3.2 Penentuan dan Sumber Data

Jenis data diambil adalah data primer dan data sekunder. Data primer

diambil melalui wawancara dengan pihak perusahaan dan dari data hasil pengisian

kuisioner oleh responden. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi

literatur, buku, jurnal, tesis, disetrasi, internet dan buku-buku referensi yang

terkait dengan penelitian.

Tehnik pengambilan data adalah menjadikan semua karyawan sebagai

sumber data kualitatif. Alasan digunakan tehnik ini karena terbatasnya jumlah

populasi, dimana jumlah karyawan BPRS Amanah Ummah sebanyak 67 orang.

Maka jumlah responden yang akan diambil dalam penelitian adalah 67 orang

karyawan.

3.3 Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan BPR Syariah Amanah Ummah, Leuwiliang,

Bogor. Dan juga cabang cabangnya. Kantor pusat bertempat di Jl. Raya

Leuwiliang no.1 Bogor. Kantor cabangnya berlokasi di Jl. Raya R.E. Martadinata

no.2-4 Bogor, sedangkan kantor kas terletak di Kampus Universitas Ibnu Khaldun

(UIKA) Bogor Jl. Sholeh Iskandar.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

(40)

responden. Kuesioner mengunakan skala

Likert

1sampai 5 (sangat tidak setuju

sangat setuju). Skala

Likert

merupakan skala yang berhubungan dengan

pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu. Menurut Istijanto (2008),

jumlah ganjil digunakan dalam skala

Likert

dengan lima alternatif pilihan agar

mampu menampung kategori netral atau ragu. Sedangkan alasan penggunan lima

alternatif pilihan bukan tujuh atau sembilan agar tidak terlalu banyak dan

membingungkan responden dikarenakan perbedaan perbedaan tiap kategori

menjadi demikian tipis hingga membingungkan responden.

Tabel 3 Skala

Likert

pendapat responden

Jawaban Responden

Bobot Nilai

Sangat Setuju

5

Setuju

4

Ragu Ragu

3

Tidak Setuju

2

Sangat Tidak Setuju

1

Kuesioner sebagai instrumen penelitian dibuat berdasarkan kerangka

teoretik yang dikukuhkan dalam bentuk definisi konseptual dan definisi

oprasional yang kemudian disajikan dalam bentuk kisi kisi instrumen penelitian.

Dari kisi kisi tersebut seterusnya dijelaskan dalam butir butir pertanyaan dan

kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya sebelum digunakan dalam penelitian.

3.5 Definisi Konseptual dan Operasional

Definisi konseptual dan operasional adalah untuk menjelaskan tentang

konsep yang digunakan dalam penelitian dan bagaimana suatu variabel diukur,

sehingga pengukuran tersebut dapat dinilai.

3.5.1 Definisi Konseptual dan Operasional Komitmen Organisasi

(41)

keterlibatan dan loyalitas (Buchanan, 1974). Secara operasional, komitmen

organisasi adalah pastisipasi aktif individu sebagai bentuk keterlibatan dalam

organisasi secara spesifik dapat terwujud dalam indikator indikator: (1)

Penerimaan terhadap nilai nilai dan tujuan organisasi, (2) Kesiapan dan kesediaan

berusaha sungguh sungguh atas nama organisasi, (3) Keinginan mempertahankan

keanggotaan di dalam organisasi. Mengunakan model analisis pengukuran

Organizational Commitment Survey

yang disusun oleh Cook dan Wall (1980).

Secara operasional penilaian komitmen organisasi adalah kekuatan komitmen

responden terhadap organisasi.

Tabel 4 Kisi kisi Instrumen Komitmen Organisasi

No

Indikator

Jumlah Pertanyaan

1.

Identifikasi

Kebanggan atas organisasi; Penerimaan

terhadap nilai nilai dan tujuan organisasi

3

2.

Keterlibatan - Kesiapan dan kesediaan berusaha

sungguh sungguh atas nama organisasi

3

3.

Loyalitas - Keinginan mempertahankan keanggotaan di

dalam organisasi

3

3.5.2 Definisi Konseptual dan Operasional Pelatihan

Secara konseptual berdasarkan teori teori yang dijelaskan pada bab

terdahulu disimpulkan, pelatihan adalah proses belajar mengajar atau

pembelajaran untuk mencapai hasil atau sasaran yang telah di programkan

membantu pegawai untuk mencapai keahlian atau keahlian tertentu mengubah

perilaku pegawai mencapai tujuan organisasi.

(42)

Tabel 5 Kisi kisi Instrumen Pelatihan

No

Indikator

Jumlah Pertanyaan

1.

Reaksi atas pelatihan

2

2.

Pembelajaran yang didapat

2

3.

Perilaku karyawan setelah pelatihan

2

4.

Hasil dari pelatihan

2

3.5.3 Definisi Konseptual dan Operasional Imbalan

Sedangkan imbalan sendiri adalah balas jasa yang diberikan kepada

individu sebagai sarana untuk mencapai sasaran organisasi yang meliputi aspek

ekstrinsik dan intrinsik. Sedangkan definisi operasionalnya, imbalan adalah balas

jasa yang diberikan kepada individu sebagai sarana untuk mencapai sasaran

organisasi secara spesifik terwujud dalam indikator (1) Upah/gaji, (2) Tunjangan,

(3) Insentif, (4) Penghasilan tambahan, (5) Perasaan mampu, (6) Kecakapan, (7)

Tanggung jawab, (8) Pertumbuhan pribadi. Delapan aspek ini merupakan hasil

yang disintetiskan Widodo (2009). Secara operasional penilaian imbalan adalah

kebaikan tingkat imbalan baik sisi kualitas atau kuantitasnya.

Tabel 6 Kisi kisi Instrumen Imbalan

No

Indikator

Jumlah Pertanyaan

1.

Upah/ Gaji

3

2.

Tunjangan

2

3.

Insentif

2

4.

Penghasilan tambahan

2

5.

Perasaan Mampu

1

6.

Kecakapan

2

7.

Tanggung jawab

1

8.

Pertumbuhan pribadi

3

3.6 Analisis Data

(43)

dengan program Microsoft Excell dan SPSS 15.0 for Windows. Sementara

langkah analisis data kuesioner adalah sebagai berikut:

3.6.1 Uji Validitas Instrumen

Sebelum digunakan untuk mengumpulkan data penelitian, terlebih dahulu

ketiga kuesioner ini diujicoba dengan pengujian validitas dan realibilitas. Menurut

Riduwan dan Sunarto (2011) sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang hendak diukur, juga apabila instrumen itu dapat mengungkap

data dari variabel yang diteliti. Oleh karena data yang diperoleh melalui

penyebaran yang didesain dalam bentuk

rating scale

adalah skala interval, maka

pengujian validitas mengunakan rumus statistik Koefisien Korelasi

Product

Moment.

Uji Validitas digunakan untuk menguji sejauh mana suatu alat pengukur

dapat mengungkapkan ketepatan gejala yang dapat diukur (Sekaran, 2000).

Dengan menggunakan instrumen penelitian yang memiliki validitas tinggi,

maka hasil penelitian akan mampu menjelaskan masalah penelitian sesuai dengan

keadaan sebenarnya. Rumus statistik yang digunakan adalah Statistik Koefisien

Korelasi

Pearson Product Momen

.

 

2 2 2 2

)

(

)

(

)

(

)

(

)

)(

(

)

(

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

XY

n

r

xy ………. (1)

Dimana:

ryx = koefisien korelasi x dengan y

n = jumlah responden

x = skor masing masing pertanyaan dari tiap responden y = skor tiap pertanyaan dari tiap responden

Penelitian ini menggunakan bantuan program komputer SPSS. Tinggi

rendahnya validitas suatu instrumen kuesioner dapat dilihat melalui

factor loading

(44)

3.6.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana pengukuran tersebut tanpa bias, dan karena itu menjamin pengukuran yang

konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrumen (Sekaran, 2006).

Reliabilitas bermakna dapat dipercaya digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen sudah dianggap baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat

tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.

Reliabel artinya dapat dipercaya, sehingga beberapa kali diulang pun hasilnya

tetap konsisten (Riduwan dan Sunarto, 2011). Untuk mengukur reliabilitas dari

instrumen penelitian ini dilakukan dengan menggunakan koefisien

Cronbach’s

Alpha

. Koefisien

Cronbach’s Alpha

yang mendekati 1 menandakan reliabilitas

konsistensi yang tinggi.





2

2 11

1

1

t b

V

k

k

r

……… (2)

Dimana:

r

11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

2

b

= jumlah varian butir/item

2 t

V

= varian total

3.6.3 Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji 4 uji

asumsi klasik analisa regresi. 4 uji asumsi klasik analisa regresi tersebut adalah:

(1) Uji Asumsi Kenormalan (2) Uji asumsi tidak adanya Multikolinearitas (3) Uji

asumsi tidak adanya Autokorelasi (4) Uji Asumsi Homoskedastisitas.

(45)

Uji autokorelasi berfungsi untuk melihat apakah terjadi korelasi antara

suatu periode penelitian, uji ini hanya dilakukan pada data yang bersifat

time

series

(runtut waktu). Sementara untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan

varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain digunakan uji

Homoskedastisitas.

3.6.4 Metode Analisis Data

Metode Analisis Kuantitatif

digunakan sebagai pengolahan data yang

menjadi hasil penelitian. Metode Analisis Kuantitatif adalah metode analisis data

yang terkumpul dalam bentuk angka angka atau skor jawaban para responden.

Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data secara desktiptif

dan inferensial.

Pemodelan dengan mengunakan analisis Regresi. Untuk mengetahui

pengaruh pelatihan dan imbalan terhadap komitmen organisasi digunakan model

analis regresi. Disamping itu karena variabel karakteristik responden, variabel

demografi responden diduga mempengaruhi komitmen, maka dalam model regresi

juga dimasukan sebagai variabel penjelas. Berdasarkan analisa tersebut maka

model adalah sebagai berikut:

Ŷ

i

= a + b

1

X

1i

+ b

2

X2

i

+ b

3

X

3i

……….(3)

Ŷ

= Komitmen

X

1

= Pelatihan

X

2

= Imbalan

(46)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Amanah Ummah atau disingkat dengan

BPR Syariah Amanah Ummah adalah salah satu Bank Permbiayaan Rakyat

Syariah yang tumbuh di wilayah Bogor Barat yang beroperasi berdasarkan

prinsip-prinsip syariah Islam yang bertujuan diantaranya menumbuhkan ekonomi

masyarakat atas dasar syariah Islam sebagaimana telah diatur dalam

Undang-undang nomor 10 tahun 1998.

Diprakasai seorang ulama dan cendekiawan muslim asal Bogor, yaitu KH.

Soleh Iskandar, yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Badan Kerjasama

Pondok Pesantren (BKSPP) Jawa Barat. Beliau merintis pembentukan sebuah

lembaga keuangan yang mampu menyentuh sekaligus menolong masyarakat

muslim yang hidup di bawah garis kemiskinan. Dalam berbagai kesempatan

beliau melontarkan gagasannya dihadapan sejumlah ulama dan cendekiawan

muslim dan ternyata mendapatkan tanggapan dan dukungan yang positif.

Selanjutnya pada awal Januari 1991 secara resmi beliau mengundang

sejumlah ulama, cendekiawan dan pengusaha muslim untuk membicarakan

pendirian lembaga keuangan yang beroperasi atas dasar Syariah Islam. Dari

pertemuan itu tercapai kesepakatan bahwa sudah saatnya dibentuk lembaga

keuangan yang beroperasi atas dasar Syariah Islam yang nantinya dapat

membantu masyarakat muslim khususnya yang berekonomi lemah. Mengingat

pada saat itu belum ada peraturan resmi tentang lembaga keuangan Islam, maka

dibentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berupa gerakan simpan

pinjam yang diberi nama Koperasi Ikhwanul Muslimin. Bersamaan dengan hasil

evaluasi tersebut, pada pertengahan Januari 1991, pemrakarsa mendapatkan

informasi bahwa di Indonesia khususnya di Jawa Barat telah lahir BPR yang

beroperasi berdasarkan syariah.

(47)

bertepatan dengan tanggal 2 Muharram 1413 H terbit izin operasional usaha Bank,

akhirnya pada tanggal 11 Juli 1992 diadakan

soft opening

sekaligus mulai

melakukan operasionalnya. Sedangkan peresmiannya dilaksanakan pada tanggal 8

Agustus 1992 oleh Bupati Kabupaten Bogor Eddi Yoso Martadipura. Dengan

demikian BPR Syariah Amanah Ummah lahir dan beroperasi dengan semangat

(

ghirah

) keagamaan dan keinginan yang kuat untuk memperbaiki kehidupan

ekonomi ummat Islam.

BPRS yang mempunyai visi Menjadi BPR Syariah pilihan ummat dan

menjadi BPR Syariah yang amanah serta professional ini berkembang pesat. Hal

ini dapat dilihat dari total asset saat ini mencapai 88 Milyar lebih. Hal tersebut

tercapai karena pertumbuhan aset yang baik, terbukti dengan kenaikan aset

sebesar 33,5% atau setara 22 miliyar lebih dari asset tahun 2010 sebesar Rp

65.922.982.000 menjadi 88.028.666.000. Dengan motto perusahaannya adalah,

meraih

laba

menepis

riba

mengundang

berkah.

Salah

satu

wujud

perkembangannya juga adalah pembukaan Kantor Cabang Cicurug, Sukabumi

pada bulan Mei 2012. Jadi keseluruhan BPR Syariah Amanah Ummah memiliki 1

Gambar

Tabel 1. Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Gambar 1. Model Integratif Pendekatan Organisasi
Gambar 5. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir
Tabel 11. Persepsi responden atas tunjangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Aceh pada Agustus 2015 mencapai 1,966 juta orang, berkurang sekitar 121 ribu orang jika dibandingkan dengan keadaan pada Februari

Jika artikel penelitian hanya menyajikan hasil statisknya maka harga ES dihitung dengan beberapa uji statistik berasal dari rumus-rumus turunan effect size..

(2) Dalam hal Pemerintah Kota menemui kesulitan untuk penetapan harga jual objek retribusi dan atau harga dasar, sebagaimana dimaksud Pasal 14, maka Kepala Daerah dapat menetapkan

Jikalau kita amati perjalanan Sejarah Islam di Indonesia dari masa ke masa sejak kedatangan, proses penyebaran sampai zaman tumbuh dan berkembangnya Kesultanan Kesultanan bahkan

Î Fundamental solution for Routing table problem Î Temporary solution to Internet address

Tokoh-tokoh dengan segala perwatakannya dalam naskah drama nyonya-nyonya ini yang menyebabkan terjadinya konflik dalam drama,baik konflik antartokoh maupun konflik dengan

Maka dari itu di kawasan Indonesia bagian Timur khususnya di kota Surabaya seharusnya memiliki sebuah fasilitas pusat perdagangan elektronik yang dapat menampung segala