• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Museum Kars Indonesia sebagai Media Interpretasi Konservasi Kawasan Karst

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Museum Kars Indonesia sebagai Media Interpretasi Konservasi Kawasan Karst"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

AHMAD GOZALI DARDA

EFEKTIVITAS MUSEUM KARS INDONESIA

SEBAGAI MEDIA INTERPRETASI

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Museum Kars Indonesia sebagai Media Interpretasi Konservasi Kawasan Karst adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

AHMAD GOZALI DARDA. Efektivitas Museum Kars Indonesia sebagai Media Interpretasi Konservasi Kawasan Karst. Dibimbing oleh ARZYANA SUNKAR dan EVA RACHMAWATI.

Pendidikan diperlukan sebagai suatu upaya konservasi kawasan karst. Salah satu media interpretasi yang dapat digunakan sebagai sarana pendidikan mengenai karst adalah Museum Kars Indonesia (MKI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan karakteristik dan preferensi pengunjung MKI, serta menilai efektivitas MKI. Penelitian dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada pengunjung serta melakukan pencatatan dan pengamatan terhadap isi MKI. Pengunjung yang datang ke MKI sebagian besar (88.64%) berasal dari golongan dekat (0-70km), yaitu dari Wonogiri (60.44%), dari kelas umur dewasa (59%) dan untuk tujuan menikmati pemandangan (47.46%). Penilaian efektivitas MKI meliputi unsur desain ruangan, materi yang disampaikan dan media yang digunakan. Efektivitas MKI sebagai media interpretasi konservasi kawasan karst tergolong belum efektif karena kriteria di setiap unsur belum terpenuhi dengan baik, yaitu: (1) fasilitas pada unsur desain ruangan; (2) sistematika penyampaian pada unsur materi yang disampaikan; serta (3) jenis dan bahan pada unsur media yang digunakan.

Kata kunci: efektivitas, konservasi kawasan karst, media interpretasi, Museum Kars Indonesia (MKI)

ABSTRACT

AHMAD GOZALI DARDA. The Effectiveness of Indonesian Karst Museum as an Interpretation Media of Karst Area Conservation. Supervised by ARZYANA SUNKAR and EVA RACHMAWATI.

Education is required for the conservation of a karst area. Indonesian Karst Museum (Museum Kars Indonesia-MKI) is one of the interpretation media that can be used as a media for karst education. The objectives of this study were to determine the visitors‟ characteristics and preferences, and to assess the effectiveness of MKI. The study was conducted by using questionnaire to visitors, record and observe the contents of MKI. Majority of MKI visitors (88.64%) came from close distance (0-70km), mostly from Wonogiri (60.44%) and from adult age class (59%), for the purpose of enjoying the scenery (47.46%). The assessment of the effectiveness of MKI consisted of the elements of room design, content of subject and media used. The effectiveness of MKI as an interpretation media for karst conservation classified not effective yet because of the effectiveness

elements didn‟t met the criterias: (1) the facilities of room design; (2) systematic of delivery of material contents; and (3) type n material of media used.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

AHMAD GOZALI DARDA

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

EFEKTIVITAS MUSEUM KARS INDONESIA

SEBAGAI MEDIA INTERPRETASI

(6)
(7)

Judul Skripsi : Efektivitas Museum Kars Indonesia sebagai Media Interpretasi Konservasi Kawasan Karst

Nama : Ahmad Gozali Darda NIM : E34062414

Disetujui oleh

Dr Ir Arzyana Sunkar, MSc Pembimbing I

Eva Rachmawati, SHut, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Assalaamu‟alaikum wr. wb.

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta‟ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad Shollallahu „Alaihi Wasallam, keluarganya, para sahabat dan seluruh umatnya termasuk kita semua hingga akhir zaman.

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan September 2011 ini ialah pendidikan konservasi, dengan judul Efektivitas Museum Kars Indonesia sebagai Media Interpretasi Konservasi Kawasan Karst. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M.Sc dan Ibu Eva Rachmawati, S.Hut, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran dan bantuan selama penulisan karya ilmiah ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Anton sebagai penanggung jawab pengelola di Museum Kars Indonesia, Ibu Nurul dari Dinas ESDM dan Bapak Urip dari Disbudparpora Kabupaten Wonogiri yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih tiada putusnya disampaikan kepada orangtua serta seluruh keluarga, atas segala do‟a dan kasih sayangnya. Serta atas segala bantuan semua teman dan pihak yang telah banyak membatu namun tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis sampaikan ucapan terima kasih.

Berbagai upaya telah dilakukan, namun penulis tetap menyadari akan adanya kekurangan dalam karya ilmiah ini. Untuk itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan tersebut. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Wassalaamu‟alaikum wr.wb.

Bogor, Mei 2013

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE PENELITIAN 2

Lokasi dan Waktu 2

Alat 2

Metode Pengumpulan Data 2

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Karakteristik dan Preferensi Pengunjung Museum Kars Indonesia 4

Efektivitas Museum Kars Indonesia 5

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 20

Saran 20

DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN 22

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian. 2

2 Museum Kars Indonesia (MKI): (a) tampak depan dan (b) kondisi

bentang alam di sekitar MKI. 4

3 Tujuan kunjungan ke lokasi. 5

4 Ketersediaan ruang kosong di dalam MKI. 6

5 Ruang Serbaguna 6

6 Ruang Peraga Lantai Atas 6

7 Ruang Peraga Lantai Bawah. 7

8 Pemandangan dari balkon di luar Ruang Serbaguna. 8

9 Pintu masuk ke dalam MKI. 8

10 Petunjuk arah di dalam MKI: (a). jenis petunjuk arah dan (b) ketidaksesuaian peletakkan petunjuk arah jejak kaki. 9 11 Replika gua pada awal Ruang Peraga Lantai Bawah. 9 12 Tingkat pemahaman pengunjung dewasa terhadap materi MKI. 14 13 Tingkat pemahaman materi berdasarkan tujuan kunjungan. 14 14 Penilaian pengunjung terhadap media di dalam MKI. 15 15 Beberapa jenis media di MKI: (a) media dinding dan audio-visual; (b)

media tiga dimensi, dengan larangan untuk tidak menyentuh. 16

16 Media informasi di dinding dan televisi. 17

17 Posisi media di dinding MKI. 17

18 Desain posisi media. 18

19 Kerucut pengalaman Edgar Dayle. 19

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner pengunjung 22

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komunikasi memiliki empat unsur: komunikator (penyampai pesan), komunikan (penerima pesan), pesan yang disampaikan dan media. Komunikasi sendiri merupakan wujud dari interpretasi, berasal dari kata “communis” yang berarti sama makna/arti (Effendy 2000). Komunikasi akan terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai pesan yang disampaikan oleh komunikator dengan yang diterima oleh komunikan. Tingkat pemahaman terhadap pesan yang disampaikan akan dipengaruhi oleh media. Media interpretasi merupakan alat, metode, instrument dan sarana lainnya untuk menyampaikan pesan interpretasi kepada publik (komunikan) (Sharpe 1982). Selain itu, penggunaan media dapat menjadikan pesan yang disampaikan lebih menarik dan efektif untuk diterima.

Pesan mengenai konservasi kawasan karst bersumber dari tiga nilai penting suatu kawasan karst yaitu ilmiah, ekonomi dan konservasi (Samodra 2001). Beberapa contoh penyampaian pesan nilai-nilai karst ini telah dilakukan oleh Wijaya (2008), Hidayati (2011) dan Joni (2012) melalui penggunaan media interpretasi. Hasil penelitian Joni (2012) melalui penggunaan media online menunjukkan peningkatan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap gua setelah mengunjungi website yang dibuatnya (http://www.wix.com/asri-joni/media-pendidikan), namun akses terhadap media sangat bergantung pada kecepatan koneksi jaringan internet. Pada penelitian lain, Hidayati (2011) menunjukkan peningkatan pemahaman sejumlah anak di beberapa sekolah di Bogor sebelum dan setelah melakukan kunjungan ke Gua Gudawang, yang divisualisasikan melalui gambar mengenai kawasan karst. Sementara, Wijaya (2008) mengembangkan media interpretasi fauna gua melalui papan interpretasi, leaflet, slide program dan buku cerita di Gua Buniayu-Sukabumi.

Media lain yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan mengenai konservasi kawasan karst adalah Museum Kars Indonesia (MKI). MKI adalah satu-satunya museum di Indonesia yang di dalamnya berisi materi-materi mengenai karst yang ditampilkan dalam beragam bentuk media interpretasi. Oleh karena itu, dilakukan penilaian terhadap tingkat keberhasilan (efektivitas) MKI dalam meningkatkan pemahaman pengunjung mengenai karst.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menentukan karakteristik dan preferensi pengunjung; serta (2) Menilai efektivitas MKI.

Manfaat Penelitian

(12)

2

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu

Penelitian dilakukan di Museum Kars Indonesia (MKI) (Gambar 1) yang terletak di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah pada bulan September 2011.

Alat

Alat yang digunakan adalah alat tulis, kamera dan kuesioner pengunjung. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan meliputi data: (1) Pengunjung, yaitu karakteristik (asal dan kelas umur) serta preferensi pengunjung; dan (2) Materi dalam MKI: (a) desain (layout) ruangan; (b) materi; dan (c) media. Metode pengumpulan data terdiri dari studi pustaka, wawancara dan pengamatan lapang.

Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data mengenai MKI dan pengunjung, yang diperoleh dari artikel, buku dan data statistik pengunjung. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pengunjung melalui kuesioner dengan metode convenience sampling. Responden adalah pengunjung yang menyatakan

(13)

3 kesediannya untuk mengisi kuesioner. Jumlah responden adalah sebanyak 100 orang sesuai dengan yang dapat diperoleh selama waktu penelitian (satu minggu) dan dengan pertimbangan jumlah tersebut sudah dapat menggambarkan karakteristik dan preferensi pengunjung MKI. Wawancara dilakukan pada tiga titik utama tempat berkumpulnya pengunjung, yaitu: (1) pintu keluar MKI; (2) bangunan di depan pintu keluar MKI; dan (3) musholla di sebelah timur MKI. Pengamatan Lapang

Pengamatan dilakukan untuk mengamati pola pergerakan pengunjung di dalam MKI.

Analisis Data

Pengunjung

Data pengunjung dianalisis secara deskriptif disertai dengan menampilkan grafik/diagram yang menggambarkan persentase asal dan kelas umur pengunjung, serta tujuan kunjungan. Asal pengunjung dibagi menjadi tiga kategori: (1) Dekat, yaitu < 70 km; (2) Sedang, 70-200 km; dan (3) Jauh, yaitu > 200 km. Kelas umur pengunjung dibagi menjadi tiga: (1) Anak-anak, yaitu umur 6-12 tahun; (2) Remaja, yaitu umur 13-21 tahun; dan (3) Dewasa, yaitu >21 tahun.

Efektivitas MKI

Efektivitas MKI dinilai berdasarkan kelas umur pengunjung yang mendominasi. Penilaian efektivitas MKI menggunakan kriteria oleh Domroese dan Sterling (1999), yaitu meliputi unsur: (a) desain (layout) ruangan, dengan kriteria tersedianya ruang kosong (sebagai daerah untuk sirkulasi pengunjung), letak pintu masuk-keluar yang berbeda, dan ketersediaan fasilitas pendukung; (b) materi yang disampaikan, dengan kriteria isi materi dan cara penyampaian materi (kesesuaian tema dan sistematika); serta (c) media, dengan kriteria jenis dan bahan yang digunakan. Kriteria jenis media adalah berdasarkan ketepatan pemilihan media sebagai sarana menyampaikan pesan, yaitu berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dayle; dan kesesuaian media dengan preferensi pengunjung (menarik tidaknya media dan kemudahan dalam membaca tulisan) dengan minimal 75% pengunjung menyatakan media yang ada di dalam MKI sudah memenuhi kriteria preferensi tersebut. Kriteria bahan media yang menjadi pertimbangan adalah dampak lingkungan dari asal bahan yang digunakan, daya tahan dan penampilan bahan.

(14)

4

(a) (b)

Gambar 2 Museum Kars Indonesia (MKI): (a) tampak depan dan (b) kondisi bentang alam di sekitar MKI.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Nilai-nilai penting sebuah kawasan karst (Samodra 2001) mencakup: (1) nilai ilmiah, diantaranya mencakup geologi, hidrologi, serta flora dan fauna; (2) nilai ekonomi, diantaranya pariwisata dan pertanian; dan (3) nilai kemanusiaan, diantaranya nilai-nilai sosekbud (sosial, ekonomi serta budaya) dan rekreasi. Nilai-nilai tersebut disampaikan dalam Museum Kars Indonesia (MKI), yang

merupakan “pintu gerbang” dalam pendidikan mengenai karst di Indonesia.

Gedung MKI (Gambar 2a)dibangun pada lahan yang dikelilingi oleh bukit-bukit karst dan lahan pertanian masyarakat (Gambar 2b). Letak museum berjarak sekitar 600 meter dari jalan raya Kabupaten Wonogiri-Kabupaten Gunung Kidul dan hanya sekitar 160 meter dari loket masuk kawasan. Transportasi utama ke lokasi adalah kendaraan pribadi, namun pengunjung juga dapat menggunakan kendaraan umum mobil yang tersedia di Terminal Pracimantoro (sekitar 5 km dari MKI).

Karakteristik dan Preferensi Pengunjung Museum Kars Indonesia

(15)

5 demikian, kelas umur dewasa dijadikan sebagai landasan penilaian efektivitas MKI. Sebagian besar pengunjung dewasa (47.46%) datang ke Desa Gebangharjo untuk tujuan menikmati pemandangan (Gambar 3).

Karakteristik dan preferensi pengunjung di atas merupakan aspek pasar yang penting untuk diperhatikan dalam suatu kegiatan wisata (Damanik dan Weber 2004). Setelah menilai aspek pasar, maka penting untuk melihat aspek penawaran yang dimiliki oleh MKI dan menilai tingkat efektivitas yang dimiliki MKI dalam mencapai tujuan pendidikan mengenai karst.

Efektivitas Museum Kars Indonesia

Pesan dalam suatu komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu isi dan lambang. Isi adalah materi yang disampaikan dan lambang adalah sarana/media yang digunakan untuk mengekspresikan isi pesan. Kedua aspek tersebut penting untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam komunikasi yang dapat menyebabkan pemahaman yang salah terhadap hal-hal yang ingin disampaikan. Efektivitas MKI sebagai media interpretasi konservasi kawasan karst dapat diukur dari tingkat pemahaman pengunjung terhadap materi yang disampaikan, yang dipengaruhi oleh beberapa unsur (Domroese dan Sterling 1999) yaitu: (1) Desain ruangan; (2) Materi yang disampaikan; dan (3) Media yang digunakan.

Desain Ruangan

Desain sebuah ruang pameran harus dirancang agar pengunjung mudah bergerak (merasa nyaman) di dalam ruangan untuk menghindari overcrowding. Penilaian efektivitas berdasarkan desain ruangan dengan demikian dilihat dari layout ruangan, terdiri dari ada tidak adanya ruang kosong (daerah untuk pergerakan pengunjung; Gambar 4) serta letak pintu masuk dan keluar MKI. Bangunan MKI terdiri dari tiga lantai, yaitu: Ruang Serbaguna (Gambar 5), Ruang Peraga Lantai Atas (Gambar 6) dan Ruang Peraga Lantai Bawah (Gambar 7) yang isinya ditentukan berdasarkan tema materi yang disampaikan.

Gambar 3 Tujuan kunjungan ke lokasi. 47.46%

18.64%

1.69% 11.86%

20.33%

Menikmati pemandangan

Belajar ke museum

Kegiatan ilmiah di luar museum

Caving

(16)

6

Gambar 5 Ruang Serbaguna

Gambar 4 Ketersediaan ruang kosong di dalam MKI.

(17)

7

Ketiga lantai di dalam MKI (Gambar 5-7) memiliki ruang kosong di bagian tengah untuk memudahkan pergerakan/sirkulasi pengunjung dan dalam membaca materi. Umumnya pengunjung yang datang ke MKI akan ramai pada hari Minggu atau hari libur lainnya, sehingga dapat saja pengunjung yang datang berada dalam kondisi padat/berdesakan ketika membaca materi. Kondisi tersebut dapat menyebabkan ketidaknyamanan pengunjung dalam membaca materi karena akan memiliki kecenderungan untuk segera beralih ke media atau tempat lain yang lebih nyaman, sehingga dapat menyebabkan ketidakutuhan penerimaan informasi/materi.

Syarat suatu layout ruangan yang baik adalah adanya pintu masuk dan keluar yang berbeda, sehingga hanya tersedia satu jalur bagi pengunjung (Domroese & Sterling 1999). Layout demikian menjadikan ruangan MKI memiliki arah jalur memutar dengan pintu masuk berada pada lantai 2 (Ruang Peraga Lantai Atas) dan pintu keluar pada lantai 1 (Ruang Peraga Lantai Bawah).. Secara tidak langsung, jalur satu arah akan menempatkan pengunjung untuk mengikuti alur materi interpretasi, didukung dengan petunjuk arah yang tersedia, sehingga pengunjung tidak perlu melihat kembali materi yang sudah dilihat sebelumnya. Hal ini menjadi penting untuk meminimalisir kejenuhan terhadap materi yang disampaikan karena dalam proses pendidikan seseorang memiliki kecenderungan akan lebih mudah menerima informasi terakhir yang diperolehnya (Putro et al. 2012).

Berdasarkan kriteria desain ruangan, ketiga ruangan di MKI sudah memenuhi kriteria. Selain itu, ketiga ruangan dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang memudahkan pengunjung untuk menerima pesan yang disampaikan. Perbedaan desain dan fasilitas yang ada di ketiga ruangan secara lebih rinci dijelaskan dalam sub-sub bab berikut.

Sumber : diadopsi dari Badan Geologi Bandung 2010

(18)

8

Ruang Serbaguna

Ruang Serbaguna (lihat Gambar 5) merupakan ruang auditorium dan pemutaran film yang dilengkapi dengan media audiovisual serta fasilitas ruang pemandu sekaligus operator, layar, proyektor, pengeras suara, kursi yang mampu menampung sekitar 150 orang, dan balkon di bagian luar ruangan. Sayangnya, di ruangan ini hanya terdapat satu pintu yang berfungsi sebagai pintu masuk-keluar dan tidak dilengkapi dengan aturan kunjungan, sehingga dikhawatirkan pengunjung yang masuk-keluar secara bebas ke dalam ruangan dapat mengganggu pengunjung yang sedang menerima informasi melalui film.

Fasilitas balkon yang terdapat di luar Ruang Serbaguna (Gambar 8) merupakan potensi dalam penyampaian materi mengenai karst. Desain letak balkon berhadapan langsung dengan pemandangan karst Desa Gebangharjo, sehingga pengunjung dapat mengkaitkan materi dalam MKI dengan kondisi nyata.

Ruang Peraga Lantai Atas

Ruang Peraga Lantai Atas (lihat Gambar 6) merupakan lantai utama karena merupakan pintu masuk ke dalam MKI (Gambar 9). Setelah masuk, pengunjung dapat mengisi buku tamu dan melihat denah isi museum. Fasilitas pendukung yang digunakan pada ruangan ini adalah petunjuk arah berupa gambar seorang penelusur gua yang sedang menunjuk, kelelawar yang membawa arah petunjuk dan jejak kaki (Gambar 10a). Namun, penempatan petunjuk arah berupa stiker jejak kaki tidak sesuai dengan fungsinya dan terkesan mengurangi nilai estetika di dalam MKI (Gambar 10b).

Gambar 9 Pintu masuk ke dalam MKI.

(19)

9

Ruang Peraga Lantai Bawah

Ruang Peraga Lantai Bawah (lihat Gambar 7) memiliki fasilitas berupa ruang pengelola, media, petunjuk arah dan pintu keluar museum. Berbeda dengan kedua lantai lainnya, lantai ini memiliki media tiga dimensi berupa replika gua yang didesain di pintu masuk Ruang Peraga Lantai Bawah (Gambar 11). Replika gua ini menjadi daya tarik bagi pengunjung, terbukti dengan banyaknya pengunjung yang berfoto di depan media ini.

Penempatan pintu keluar MKI yang berada di tengah Ruang Peraga Lantai Bawah belum sepenuhnya dilengkapi oleh fasilitas penunjuk arah, sehingga dapat menyebabkan pengunjung tidak terarah kunjungannya (dalam menerima materi yang disampaikan) atau malas untuk melanjutkan membaca materi dan memilih untuk langsung keluar MKI. Oleh karena itu, diperlukan fasilitas berupa penunjuk arah yang hanya menyediakan satu jalur di ruangan, sehingga memudahkan pengunjung untuk melihat semua materi yang disampaikan.

Materi yang Disampaikan

Isi materi MKI (Tabel 1) dikelompokkan ke dalam dua tema besar yaitu

“Kars untuk Ilmu Pengetahuan” di Ruang Peraga Lantai Atas dan “Kars untuk

Kehidupan” di Ruang Peraga Lantai Bawah. Materi bertemakan “Kars untuk Ilmu

Pengetahuan” bersifat non-hayati, berbasiskan ilmu geologi, hidrologi, speleologi dan paleologi. Materi yang disampaikan terdiri dari: (1) bentukan kars di dunia; (2) proses terjadinya batu gamping; (3) bentukan dan proses terjadinya topografi

Gambar 10 Petunjuk arah di dalam MKI: (a). jenis petunjuk arah dan (b) ketidaksesuaian peletakkan petunjuk arah jejak kaki.

Gambar 11 Replika gua pada awal Ruang Peraga Lantai Bawah.

(20)

10

kars; (4) jenis batu gamping (kalsit dan dolomit); (5) peta penyebaran kars di Indonesia; (6) tipe-tipe kars di Indonesia; dan (7) fenomena kars di Indonesia. Sedangkan materi bertemakan “Kars untuk Kehidupan” lebih menitikberatkan kepada nilai-nilai sosial dan hayati kawasan karst berbasiskan ilmu ekologi, antropologi, arkeologi, sosiologi dan biologi. Materi yang disampaikan adalah: (1) konservasi dan pengelolaan kawasan kars; (2) nilai kawasan kars (ilmiah, sosial-budaya, dan konservasi kawasan kars); (3) sosial-budaya masa lalu dan masa kini; (4) kearifan lokal di kawasan kars; (5) keragaman flora-fauna di kawasan kars; (6) air dan tanah di kawasan kars; (7) kondisi gua, melalui replika gua; dan (8) topografi kars Gombong, Gunung Sewu, dan Maros dalam bentuk maket.

Tabel 1 Materi di dalam MKI

Ruang Peraga Lantai Atas Kars untuk Ilmu Pengeta-huan (Karst for Science)

Peta sebaran kars dunia

Kars dunia

(Karst of the world)

Terjadinya kars

1) Mengenal dan memahami Kawasan Kars

2) Kars Raja Mandala 3) Cekungan Bandung

Kawasan non-kars: 1) Danau Kelimutu 2) Lumpur Sidoarjo 3) Gunung Merapi

Sebaran kars di dunia

Foto-foto di beberapa kawasan kars di dunia

Proses dan faktor yang mempengaruhi terjadinya kars

1) Proses terjadinya batu gamping 2) Lempeng (benua dan samudra) 3) Proses pengangkatan koloni koral

menjadi batu gamping di pegunungan

4) Tektonik

5) Peraga: koral, gastropoda, dan fosil pelesipoda

6) Film

1) Kalsit dan dolomit 2) Peraga : batu gamping

(21)

11 Tabel 1 Materi di dalam MKI (lanjutan)

No. Judul materi Isi materi Sub tema

Tipe-tipe kars di Indonesia

Fenomena eksokars di

Peraga: koral, kalsit, potongan stalaktit dan heliktit, serta stalakmit

1) Pembentukan kars (karstifikasi) 2) Unsur-unsur bentang alam kars 3) Isi gua (speleoterm)

Tipe: Gombong (kokpit), Gunung Sewu (kerucut), dan Maros (menara)

Peraga: stalaktit dan stalakmit

1) Gambar kars 2) Apa itu karst? 3) Jenis kars 4) Sejarah kars 5) Gua: proses, ragam,

6) Peraga: stalaktit dan stalakmit

Gambar peta

1) Foto-foto fenomena kars 2) Film

I. Kars Indonesia Timur II. Kars Indonesia Tengah III. Kars Indonesia Barat

1) Tentang Karst Gunung Sewu 2) Peraga : batu gamping 3) Film

Tentang Kars Ciampea dan foto

Tentang Kars Gudawang dan foto

Foto-foto speleotem

1) Tentang Kawasan Kars Maros-Pangkep (KKMP)

2) Peraga : Lapies, stalakmit, stalaktit, batu gamping berfosil, batu gamping terhablur ulang, kalsit, dolomit gampingan

Peraga: potongan stalakmit dan fosil gastropoda

Peraga: stalaktit dan stalakmit

1) Tentang Kars Gombong 2) Peraga: stalaktit dan stalakmit

(22)

12

Tabel 1 Materi di dalam MKI (lanjutan)

No. Judul materi Isi materi Sub tema

Kars Cisaeng, Jawa Barat

Kars Padang,

Kars untuk kehidupan (Karst for life) soil in karst area)

Keragarman flora dan fauna di kawasan kars (Karst biodiversity)

Tentang Kars Sangkulirang

Tentang Kars Wawolasea

Tentang Kars Ciseeng

Tentang Kars Padang

1) Tentang Kars Rajamandala 2) Peraga : replika penemuan

manusia prasejarah Gua Pawon

1) Peraga: penemuan manusia prasejarah Gua Liang 2) Gambar prasejarah

Tentang Kars Muna

1) Tentang Kars Papua

2) Peraga: batu gamping rigangan dan kapak batu

3) Film

1) Peraga: museum dan lingkungannya 2) Film

Miniatur gua: speleoterm dan manusia gua

1) Peraga: kuda nil 2) Film

1) Tentang kars untuk kehidupan 2) Peraga: porositas air di batuan 3) Film

1) Foto-foto 2) Film

1) Foto-foto

2) Peraga: alat penampung air

1) Foto-foto

(23)

13 Tabel 1 Materi di dalam MKI (lanjutan)

No. Judul materi Isi materi Sub tema

Sosial budaya masa lalu (pre-historic sosio-culture conditions of karst area)

Sosial budaya masa kini

Nilai ekonomi kawasan kars

Aneka ragam nilai kawasan kars

Sebentuk kearifan lokal di kawasan kars

Fenomena dan daya tarik kars Tuban

-

-

-

1) Kehidupan manusia pra-sejarah 2) Peraga: manusia pra-sejarah dan

peralatannya

Foto dan materi

1) Foto dan materi

2) Peraga: maket pemanfaatan kars dan beberapa kerajinan

1) Nilai kawasan kars: ekonomi, ilmiah, sosial budaya, dan konservasi

2) Peraga: kehidupan kawasan kars masa kini

1) Kriteria kawasan kars yang harus dilindungi

2) Sasaran pengelolaan kawasan kars

1) Peraga: patung caver (penelusur gua) beserta peralatan SRT (Single Rope Technique)

2) Film

Maket kars gunung sewu

Maket kars gombong selatan

Maket KKMP

Peraga : kars gunung sewu Foto-foto

Tentang Kars Wonogiri

Kearifan lokal di kawasan kars

Tentang Kars Tuban

1) Peraga: penambangan batu gamping

2) Film

1) Peraga: manusia pra-sejarah Song Terus, kehidupan masa lalu, dan manusia pra-sejarah Song Keplek 2) Film

Peraga: batu gamping berongga

Sosial-budaya Keterangan : (-) = tidak ada nama/keterangan tema yang tertulis di dalam MKI; dan

(24)

14

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebenarnya semua materi sudah mewakili berbagai nilai kawasan karst menurut Samodra (2001). Gambar 12 menunjukkan bahwa pemahaman pengunjung mengenai materi yang ada di dalam MKI hanya mencapai nilai rata-rata 69.49%. Gambar 12 menggambarkan bahwa pengunjung lebih mudah memahami materi bertemakan “Kars untuk Kehidupan”, dengan tingkat pemahaman terendah mengenai materi proses terjadinya karst serta air dan tanah (66.10%) dan tertinggi mengenai sosial dan budaya (74.58%). Sebagian besar pengunjung berasal dari Wonogiri dan 20% wilayah Wonogiri adalah kawasan karst. Kedekatan mereka sehari-hari dengan kawasan karst

memungkinkan mereka untuk lebih mudah menyerap materi mengenai “Kars untuk Kehidupan”.

Tingkat pemahaman pengunjung yang tidak sesuai dengan kelengkapan materi yang disampaikan, menyiratkan adanya hambatan dalam penyampaian pesan. Hambatan ini menurut Effendy (2000) dapat disebabkan oleh kepentingan yang berbeda seperti tujuan kunjungan dalam penelitian ini (Gambar 13).

Gambar 12 Tingkat pemahaman pengunjung dewasa terhadap materi MKI. 66.10% 67.79%

Gambar 13 Tingkat pemahaman materi berdasarkan tujuan kunjungan.

31%

Tingkat pemahaman materi (%)

Tu

(25)

15 Tujuan kunjungan akan menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku/respon pengunjung terhadap objek yang ada (Damanik & Weber 2006). Gambar 14 menunjukkan bahwa pengunjung dengan tingkat pemahaman yang lebih tinggi ditemukan pada pengunjung dengan tujuan kedatangan memperoleh pengalaman/berinteraksi langsung dengan obyek yang dipelajari. Hal tersebut ditunjukkan oleh rata-rata tingkat pemahaman pengunjung yang melakukan kegiatan di luar ruangan yaitu menikmati pemandangan (72.80%) dan caving (77%) dibandingkan dengan pengunjung yang datang dengan tujuan belajar ke museum (64%).

Faktor penghambat lainnya adalah adanya gangguan yang dalam penelitian ini dapat berasal dari cara penyampaian materi, yaitu melalui media yang digunakan. Domroese dan Sterling (1999) menyebutkan empat kriteria suatu media dinilai baik, yaitu: menarik untuk dilihat, relevan/tema sesuai dengan pengunjung, terorganisasi/sistematik dan mudah dibaca. Pada Gambar 14 dapat dilihat penilaian pengunjung terhadap keempat kriteria tersebut.

Penilaian terhadap media pada Gambar 14 menunjukkan bahwa penilaian terendah adalah terhadap sistematika penyampaian materi (59.32%). Kriteria yang menjadi dasar dalam sistematika penyampaian materi adalah berdasarkan kaidah umum dalam pembelajaran (Kurniasih 2011), yaitu penyampaian materi dari: (1) konkret ke abstrak; (2) sederhana ke kompleks; dan (3) mudah ke sulit. Sistematika media di dalam MKI dapat dilihat melalui pembagian ruangan dan materi yang disampaikan (lihat Tabel 1).

Tabel 1 menunjukkan adanya kekurang sesuaian antara materi yang disampaikan dengan susunan ruangan di MKI. Nilai kawasan karst yang lebih mudah dirasakan adalah nilai kehidupan. Mengacu kepada kriteria sistematika oleh Kurniasih (2011), seharusnya pintu masuk MKI diawali dengan materi

bertemakan “Kars untuk Kehidupan” dan dilajutkan dengan materi “Kars untuk

Ilmu Pengetahuan”. Selain itu Tabel 1 juga menunjukkan adanya tumpang tindih

materi berdasarkan pembagian sub tema materi. Terdapat materi-materi dalam sub-tema “Karst untuk Ilmu Pengetahuan” yang diberikan di dalam ruang peraga

mengenai “Karst untuk Kehidupan”. Walaupun di satu sisi, hal tersebut dapat

Gambar 14 Penilaian pengunjung terhadap media di dalam MKI. 93.22%

(26)

16

berdampak positif karena pengunjung dapat mengingat kembali materi yang disampaikan, namun dapat menimbulkan kebingungan terhadap materi yang sedang disampaikan. Hal tersebut diduga menjadi penyebab rendahnya kriteria sistematika media dalam penilaian pengunjung.

Media yang Digunakan

Media berperan penting sebagai lambang/simbol untuk menyampaikan pesan. Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata “medium” yang berarti “perantara atau pengantar”, yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian komunikan sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Tidak ada suatu jenis media yang cocok untuk semua proses belajar dan dapat mencapai semua tujuan belajar (Sastromiharjo 2008).

Domroese dan Sterling (1999) membagi media interpretasi menjadi empat jenis, yaitu: (1) Media dinding, berupa tulisan yang menempel pada dinding; (2) Pameran bergerak, berupa panel yang berdiri sendiri di lantai dan mudah dipindahkan; (3) Tiga dimensi, berupa obyek asli atau tiruan dan diorama; dan (4) Media sentuh, berupa media berbahan asli atau tiruan yang dapat disentuh langsung oleh pengunjung. Jenis media di setiap ruang peraga MKI meliputi media dinding, audio-visual dan peraga tiga dimensi berupa benda asli atau tiruan karst (Gambar 15).

Media Dinding

Desain dan elemen media interpretasi merupakan faktor penting karena akan berpengaruh pada ketertarikan dan kemampuan pengunjung dalam menyerap materi. Menurut Sadiman (1990) dalam Sastromiharjo (2008) media dinding dapat digolongkan ke dalam media grafis yang lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata serta dapat mengatasi keterbatasan dalam ruang dan waktu, keterbatasan ketika menggunakan media lain dan keterbatasan pengamatan, serta murah dan mudah tanpa memerlukan peralatan khusus. Langkah-langkah dalam mendesain media dinding menurut Domroese dan Sterling (1998) adalah: (1) memilih skema warna; (2) mencari dan membuat ilustrasi (foto, lukisan, peta dsb.); (3) membuat judul; (4) menulis teks materi; (5) menentukan gaya penulisan; (6) menentukan komposisi; dan (7)

(a) (b)

(27)

17 memasukkan ilustrasi dan teks materi. Aspek penting pada langkah 1 dan 2 adalah kontras/perbedaan warna antara background/warna dasar media dengan isi media. Gambar 16 menunjukkan bahwa warna dasar pada media dinding di MKI menggunakan warna biru dengan tulisan berwarna putih. Kombinasi warna tersebut cukup kontras dan mudah dibaca oleh pengunjung. Ilustrasi yang terdapat pada media dinding juga terlihat menarik dan jelas.

Langkah pada nomer 3-6 berkaitan dengan isi materi, yang harus disesuaikan dengan kelompok sasaran pengunjung yang diinginkan. Gambar 17 menunjukkan bentuk dan ukuran tulisan serta penempatan media panel di MKI dibandingkan dengan desain media pada Gambar 18 yang diperuntukkan untuk orang dewasa. Secara keseluruhan, penempatan materi media dinding di MKI tergolong sesuai/cocok hanya untuk pengunjung dewasa. Kemudahan akses yang diberikan oleh desain media akan berpengaruh terhadap pemahaman pengunjung mengenai materi yang disampaikan. Oleh karena itu, bentuk dan desain media di MKI perlu dikembangakan untuk mencapai target kelas umur atau karakteristik pengunjung lainnya.

Gambar 16 Media informasi di dinding dan televisi.

(28)

18

Media Audio-Visual

Media audio-visual (Gambar 15a) adalah berupa layar pada Ruang Serbaguna untuk pemutaran film dan berupa televisi yang penempatannya bersamaan dengan media dinding. Ukuran layar sudah cukup ideal untuk ukuran ruangan. Media audio-visual dianggap penting karena film merupakan daya tarik. Selain itu, berdasarkan Kerucut Pengalaman Edgar Dayle (Effendi 2000), media berupa film akan lebih memberikan pengetahuan konkret kepada pengunjung, sehingga pemahaman terhadap materi yang disampaikan akan lebih tinggi jika dibandingkan hanya menggunakan media dinding.

Media Peraga Tiga Dimensi

Media peraga tiga dimensi (Gambar 15b) di dalam MKI terdiri dari peraga: batuan, kerangka manusia gua, miniatur gua, patung kuda nil, spesimen fauna gua, patung manusia gua, alat pemanfaatan air berupa ember, miniatur topografi karst (Gunung Sewu, Gombong dan Maros), patung caver (penelusur gua) dan miniatur penambangan karst. Media peraga yang ditampilkan disesuaikan dengan tema materi pada media dinding. Dengan demikian, peraga tiga dimensi dapat memvisualisasikan materi yang disampaikan, sehingga akan lebih mudah dibayangkan (konkret) dan diterima oleh pengunjung. Selain itu, media peraga tiga dimensi juga lebih menarik, sehingga dapat meningkatkan pemahaman pengunjung terhadap materi yang disampaikan.

Bahan Media

Bahan media yang digunakan bervariasi, ada yang menggunakan bahan asli (contoh: batuan, spesimen fauna gua, dsb; Gambar 15b) serta bahan buatan (contoh: gypsum dan koran untuk membuat replika gua (Gambar 11), steroform untuk membuat replika topografi kawasan karst, kaca, plastik, dsb). Dengan adanya jenis media yang berasal dari bahan buatan, maka secara langsung akan

(29)

19 dapat mengurangi dampak lingkungan dari asal media yang berbahan asli, walaupun juga dapat berpengaruh terhadap biaya yang perlu dikeluarkan, daya tahan bahan media, serta jenis dan penampilan media (Domroese & Sterling 1999). Secara tidak langsung, penggunaan media antara yang asli dengan buatan akan menimbulkan kesan yang berbeda bagi pengunjung sebagai hasil interaksi panca indera pengunjung dengan obyek yang dipelajari (Gambar 19). Gambar 19 menunjukkan media verbal masih sebatas memberikan informasi secara abstrak/sekilas, namun akan semakin konkret/nyata ke arah media yang mampu memberikan pengalaman/interaksi langsung dengan obyek yang dipelajari.

Penilaian Efektivitas Museum Kars Indonesia

Penilaian efektivitas MKI dilakukan berdasarkan pada tiga unsur yang dikemukakan oleh Domroese & Sterling (1999). Pertama, unsur desain ruangan sudah memenuhi kriteria ketersediaan ruang kosong, namun belum memenuhi kriteria dalam hal: (a) pada Ruang Serbaguna terdapat satu pintu masuk-keluar, namun tidak dilengkapi dengan aturan kunjungan, sehingga pengunjung yang sedang menerima materi (menonton film) dapat terganggu oleh pengunjung yang bebas masuk-keluar ke dalam ruangan; (b) penempatan fasilitas penunjuk arah berupa stiker jejak kaki pada Ruang Peraga Lantai Atas tidak sesuai dengan fungsinya; dan (c) kurangnya fasilitas penunjuk arah kunjungan pada Ruang Peraga Lantai Bawah.

Kedua, unsur materi yang disampaikan sudah memenuhi kriteria isi materi, namun belum memenuhi kriteria dalam hal sistematika materi yang disampaikan. Tingkat pemahaman pengunjung menunjukkan bahwa materi mengenai “Kars

untuk Kehidupan” lebih tinggi daripada “Kars untuk Ilmu Pengetahuan”. Dengan demikian, jika mengacu kepada kaidah umum pembelajaran yang disampaikan Kurniasih (2011), maka materi yang seharusnya disampaikan terlebih dahulu pada lantai utama adalah mengenai “Kars untuk Kehidupan”.

(30)

20

Ketiga, unsur media sudah memenuhi kriteria bahan yang digunakan karena di dalam MKI juga digunakan jenis media dengan bahan buatan untuk mendukung jenis bahan asli. Kriteria jenis media berupa preferensi pengunjung sudah terpenuhi karena >75% pengunjung menganggap media di dalam MKI menarik dan mudah dibaca, namun memiliki kekurangan karena jenis media dinding lebih sesuai untuk ukuran pengunjung dewasa. Mengacu pada kriteria ketepatan pemilihan media berdasarkan kerucut pengalaman Edgar Dayle, maka media yang digunakan di dalam MKI belum sepenuhnya efektif karena belum ada media asli karst yang dapat disentuh atau memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk berinteraksi langsung dengan obyek karst, sehingga diperlukan pengembangan media interpretasi baik di dalam maupun di luar MKI.

Hasil penilaian menunjukkan bahwa ketiga unsur terdapat di dalam MKI, namun kriteria pada setiap unsur belum terpenuhi dengan baik. Dengan demikian, maka MKI dapat dikategorikan belum efektif sebagai media interpretasi konservasi kawasan karst, sehingga dibutuhkan pengembangan media interpretasi yang sudah ada agar dapat meningkatkan pemahaman pengunjung dan membentuk perilaku pengunjung yang positif terhadap kawasan karst.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Pengunjung MKI didominasi pengunjung dari Wonogiri (60.44%) dan kelas umur dewasa (59%) dengan tujuan kunjungan utama untuk menikmati pemandangan alam (47.46%).

2. Ketiga unsur efektivitas terdapat di dalam MKI, namun dalam pelaksanaannya belum sesuai dengan kriteria di masing-masing unsur. Unsur desain tidak memenuhi kriteria letak pintu masuk-keluar yang berbeda dan minimnya fasilitas pendukung berupa penunjuk arah di Ruang Peraga Lantai Bawah; unsur materi memiliki kekurangan dari sistematika penyampaian materi; dan media memiliki keterbatasan dalam hal jenis media yang digunakan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa MKI belum efektif sebagai media interpretasi konservasi kawasan karst.

Saran

Saran yang dapat diberikan melalui penelitian ini adalah perlunya pengembangan MKI sebagai media interpretasi mengenai karst, meliputi materi yang disampaikan dan jenis media yang digunakan. Langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam pengembangan tersebut adalah:

1. Penelitian mengenai materi dan media interpretasi yang sesuai dengan masing-masing kelas umur pengunjung.

2. Penelitian mengenai obyek-obyek karst di luar MKI yang dapat digunakan sebagai media interpretasi.

(31)

21

DAFTAR PUSTAKA

Damanik J, Weber HF. 2006. Perencanaan ekowisata: dari teori ke aplikasi. Yogyakarta (ID): Penerbit ANDI.

Domroese MC, Sterling EJ. 1999. Interpreting biodiversity. New York (USA): Center of Biodiversity and Conservation American Museum of Natural History Central Park.

Effendy OU. 2000. Ilmu, teori dan filsafat komunikasi. Bandung (ID): Citra Aditya Bakti.

Hidayati S. 2011. Analisis persepsi siswa Sekolah Dasar kelas 4, 5, dan 6 terhadap gua dengan metode DAET-R. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Joni A. 2012. Pengembangan media interaktif online sebagai sarana pendidikan konservasi goa. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kurniasih D. 2011. Penerapan meotde silaba untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan (penelitian tindakan kelas terhadap siswa Kelas I SD Negeri Sukanagara III Kecamatan Sukanagara Kabupaten Cianjur). [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia.

Putro HR, Supriatin, Sunkar A, Rossanda D, Prihatin ER. 2012. Pengelolaan kolaboratif taman nasional di Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.

Samodra H. 2001. Nilai strategis kawasan kars di Indonesia: pengelolaan dan perlindungannya. Bandung (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Sanjaya W. 2007. Strategi pembelajaran: berorientasi standar proses pendidikan. Jakarta (ID): Kencana.

Sastromiharjo. 2008. Media dan sumber pembelajaran. Bandung (ID): Universitas Pendidikan Indonesia.

Sharpe GW 1982. Interpreting the environment. 2nd ed. Singapore (SI): John Wiley & Sons, Inc.

(32)

22

Isilah bagian yang kosong dibawah ini dan pilihlah bagian pilihan dengan

cara menyilang (x) atau mencontreng (v)! Pada bagian pilihan, silahkan pilih

satu jawaban saja yang Anda anggap paling sesuai... Trima kasih...

A. Komposisi Pengunjung

1. Kota tempat tinggal :

2. Waktu tempuh ke lokasi :

3. Jenis kelamin :

4. Umur :

5. Pendidikan terakhir : SD Universitas

SLTP Lainnya,...

SLTA

Selamat pagi/siang/sore/malam,

Sebelumnya Saya mohon maaf apabila dengan adanya pengisian kuesioner ini dapat mengganggu aktivitas rekreasi Bapak/Ibu/Saudara/i. Penyebaran kuesioner ini dilakukan dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Institut Pertanian Bogor. Kuesioner yang diberikan juga akan sangat bermanfaat sebagai masukan dalam pengembangan pariwisata di lokasi ini, khususnya dalam pelaksanaan program interpretasi bagi pengunjung.

Data kuesioner ini akan dipergunakan sebagaimana mestinya. Apabila ada pertanyaan yang dirasa kurang jelas, mohon kiranya untuk menanyakannya. Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu/Saudara/I Saya ucapkan terima kasih. 

Lampiran 1 Kuesioner pengunjung

Kuesioner Penelitian Pengunjung “Efektivitas Museum Kars Indonesia sebagai Media Interpretasi Konservasi Kawasan Karst“

(33)

23

6. Pekerjaan : PNS Pelajar

Swasta Lainnya,...

Wirausaha

7. Pendapatan : < 500 ribu 1,5 – 2 juta

500 ribu – 1 juta > 2 juta

1 – 1,5 juta

8. Dana yang siap/biasa dikeluarkan untuk berwisata :

9. Sumber informasi lokasi : Keluarga Media

Teman Lainnya,...

B. Tujuan dan Pola Kunjungan

1. Apakah tujuan utama Anda datang ke lokasi ini?

Menikmati pemandangan Caving (penelusuran gua)

Belajar ke museum Lainnya,...

Kegiatan penelitian/akademik di luar museum

2. Dengan siapakah Anda berkunjung?

Sendiri Teman

Keluarga Lainnya,...

3. Berapa lamakah waktu yang Anda sediakan dalam kunjungan ini?

< 1 jam 2 – 3 jam > 1 hari

1 – 2 jam > 3 jam

4. Kegiatan apa yang Anda lakukan/sukai?

Menikmati pemandangan Mengamati flora

Belajar di museum Mengamati fauna

Caving Lainnya,...

C. Minat/Preferansi Pengunjung

1. Menurut Anda, potensi apa yang menjadi daya tarik utama di lokasi ini?

Museum Sejarah di kawasan

(34)

24

Flora Pemandangan alam

Fauna Lainnya,...

2. Pernahkah Anda masuk gua? Ya Tidak

3. Gua manakah yang pernah Anda masuki atau menarik bagi Anda?

a. Gua Sodong c. Gua Potro Bunder e. Gua Gilap g. belum pernah b. Gua Sapen d. Gua Sonya Ruri f. Gua Tembus

Berikan penjelasan Anda :

...

4. Apakah alasan Anda melakukan penelusuran gua (caving) bagi Anda

yang pernah melakukan? Bagi Anda yang belum pernah, apa yang Anda

harapkan dengan caving?

Petualangan Menikmati keindahan gua

Mengamati flora gua Lainnya,...

Mengamati fauna gua

5. Materi/pengetahuan apa yang ingin Anda ketahui di lokasi?

Karst secara umum Biota di luar gua (eksokarst)

Gua (endokarst) Sosial-budaya masyarakat

Biota gua Lainnya,...

Topik/hal apa dari materi di atas yang ingin Anda ketahui?

... ... 6. Bagaimanakah pendapat Anda jika diadakan program yang dapat

memenuhi keinginan Anda di atas (nomor 5)?

Setuju Tidak setuju

Berikan penjelasan Anda:

... ... 7. Program seperti apakah yang Anda inginkan?

Menonton Belajar/workshop

(35)

25 8. Berapakah anggaran yang dapat Anda berikan untuk mengikuti program

di atas?

< 50 ribu 100 – 200 ribu 50 – 100 ribu > 200 ribu

9. Untuk dapat mengikuti dan menikmati program di atas, apakah Anda memerlukan peran fasilitator? (misalkan pemandu)

Ya Tidak

10. Jika program yang Anda inginkan pada nomor 7 adalah kegiatan outdoor seperti trekking atau caving di lokasi, bagaimanakah bentuk pemanduan yang Anda inginkan?

Pemandu di setiap obyek

Pemandu sejak awal kegiatan (mendampingi kegiatan) Tidak perlu pemandu, cukup informasi dan petunjuk

D. Evaluasi Setelah Kunjungan dari Museum

1. Bagaimanakah kesan kunjungan Anda ke museum?

Senang Kecewa Biasa saja

Penjelasan,... 2. Bagaimanakah media/informasi yang ditampilkan?

a. Menarik Ya Tidak

b. Sesuai antara tema dengan yang ditampilkan Ya Tidak c. Informasi sudah diberikan secara sistematik Ya Tidak d. Tulisan jelas dan mudah dibaca Ya Tidak 3. Apa saja yang sudah Anda pelajari dan mengerti melalui museum?

a. Karst untuk ilmu pengetahuan

1) Proses terjadinya karst, tahu/mengerti belum Penjelasan jika belum,... Yang menarik dari materi ini,... 2) Tipe-tipe karst di Indonesia, mengerti tipe/ciri belum

(36)

26

b. Karst untuk kehidupan

1) Mengetahui nilai kawasan karst Ya Belum 2) Mengetahui sosial budaya masa lalu dan kini Ya Belum 3) Mengetahui flora dan fauna kawasan karst Ya Belum 4) Mengetahui air dan tanah di kawasan karst Ya Belum c. Tertarikkah Anda dengan materi yang disampaikan tersebut?

Ya Tidak,

Jika jawaban ”Ya”, apa yang menarik bagi Anda pada materi 3b? 1) ... 2) ... 3) ... 4) ...

E. Penilaian dan Saran terhadap Fasilitas Wisata

1. Bagaimanakah penilaian Anda terhadap fasilitas wisata di lokasi?

Baik Cukup Kurang

Berikan penjelasan Anda,...

2. Fasilitas apa saja yang menurut Anda perlu ada di lokasi?

a. Pusat informasi, dimana letaknya... b. Peta obyek kawasan, dimana letaknya... c. Papan petunjuk arah, dimana letaknya... d. Papan nama obyek, dimana letaknya... e. Papan deskripsi obyek, dimana letaknya... f. Pemandu wisata

g. Buku panduan wisata di lokasi

h. Lainnya, sebutkan dan dimana letaknya... ... 3. Silahkan berikan saran Anda untuk pengelolaan kedepannya ...

(37)

27

Pengisian buku tamu Peta sebaran kars dunia Foto Kars dunia Terjadinya karst

Terjadinya batu gamping Kalsit dan dolomit Batu terumbu Peraga koral

(38)

28

Karst Gunung Sewu Karst Ciampea Karst Gudawang Foto speleoterm

Karst Maros-Pangkep Karst Gombong Karst Sangkulirang Karst Wawolesea-Sultra

(39)

29

Karst Papua Pembangunan MKI Replika Gua Peraga kuda nil

Karst untuk kehidupan Pembentukan karst Air dan tanah Flora dan fauna

(40)

30

Konservasi dan pengelolaan Peraga caver Foto-foto Maket karst Gombong

Maket karst Wonosari Maket karst Maros-Pangkep Peraga karst Gunung Sewu Karst Wonogiri

(41)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bekasi pada tanggal 21 Januari 1988, anak ke-3 dari 5 bersaudara putera pasangan Dardiri dan Sri Dahyatni. Penulis menempuh pendidikan TK dan SD di Al-Husna Bekasi Utara (1993-2000). Kemudian melanjutkan pendidikan SLTP di MTS PPMI Assalaam Solo (2000-2003) dan menempuh pendidikan SLTA di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta (2003-2006), hingga akhirnya diterima di IPB melalui jalur USMI pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (KSHE) pada tahun 2006.

Kegiatan penulis di luar akademik, diantaranya adalah aktif sebagai pengurus BEM TPB pada tahun 2006-2007, pengurus Asrama Sylvasari pada tahun 2007-2010, pengurus Kelompok Pemerhati Gua (KPG) Himakova pada tahun 2007-2009 dan pengurus DKM „Ibaadurrahman Fakultas Kehutanan pada tahun 2008-2009. Selain itu, penulis juga melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di CA Kawah Kamojang dan CA Leuweung Sancang, Garut - Jawa Barat pada tahun 2008. Tahun 2009 penulis melakukan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi - Jawa Barat, serta melakukan Praktek Kerja Lapang dan Profesi (PKLP) di Balai Besar Taman Nasional Gunung Merapi, D.I Yogyakarta dan Jawa Tengah pada tahun 2010.

Gambar

Gambar 1  Peta lokasi penelitian.
Gambar 3  Tujuan kunjungan ke lokasi.
Gambar 4  Ketersediaan ruang kosong di dalam MKI.
Gambar 7  Ruang Peraga Lantai Bawah.
+7

Referensi

Dokumen terkait

WIDHYA NINGTYAS SULISTYORANI, L10070125, STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF UPAYA DINAS KEBUDAYAAN PARIWISATAPEMUDA DAN OLAH RAGA DALAM MEMPROMOSIKAN KAWASAN MUSEUM KARST

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui cara mengenalkan brosur berbahasa China untuk meningkatkan promosi Kawasan Wisata Museum Kars Indonesia di

KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN YANG DIKELOLA SECARA EFEKTIF DAPAT MELINDUNGI HABITAT SEBAGIAN BESAR BIOTA LAUT, MENJAGA KEANEKARAGAMAN HAYATI LAUT, MEMBERIKAN PERLINDUNGAN