• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Partisipasi Pria dalam KB di Desa Lontung Dolok Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Partisipasi Pria dalam KB di Desa Lontung Dolok Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

ABSTRAK

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Partisipasi Pria dalam KB di Desa Lontung Dolok Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara

Penulis : Priskawati Sitompul

NIM : 101101121

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi antara lain: pengetahuan,, faktor budaya masyarakat, dan dukungan istri, aksebilitas, dan kualitas pelayanan KB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan tehnik purposive sampling yang berjumlah 68 orang. Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan hampir tidak ada perbedaan antara pengetahuan baik dengan pengetahuan cukup yaitu baik 50.0% dan cukup baik 48.5%, kualitas pelayanan KB mayoritas menyatakan baik yaitu 92.6%, berdasarkan dukungan istri terhadap suami dalam KB yang kurang berpartisipasi dalam KB dari 68 orang lebih banyak menyatakan tidak setuju sebanyak 64.7%, berdasarkan aksebilitas pelayanan KB yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB sebagian besar menyatakan tidak mudah yaitu 88.2%, berdasarkan budaya yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB mayoritas menyatakan tidak setuju yaitu 91.2%. Diharapkan kepada petugas KB agar memotivasi pasangan usia subur terutama para suami agar memakai alat kontrasepsi dengan cara pendekatan kepada para suami dengan melibatkan berbagai pihak terkait, seperti: TOGA dan TOMA, perlunya meningkatkan akses pelayanan KB dengan penyediaan tempat pelayanan KB yang mudah dijangkau masyarakat khususnya masyarakat kecamatan Pahae Julu.

(4)

Title Factors that Influence Men’s Lack of Participation in Family Planning at Desa Lontung Dolok Pahae Julu District North Tapanuli

Name Priskawati Sitompul

NIM 101101121

Department Nursing Science Program Academic Year 2014

ABSTRACT

The factors that cause the low participation of men in family planning and reproductive health among others: knowledge, cultural, the support of his wife, accessibility, and quality of family planning services. The purpose of this study is to describe the factors that influence the lack of male participation in family planning. This research used descriptive design with purposive sampling technique which amounts to 68 people. Data were analyzed using univariate analysis. The results showed almost no difference between the knowledge that is pretty good with a good knowledge of 50% and 48,5% is good enough, the quality of family planning services that the majority of states either 92,6%, based on the support of wife against the husband in KB less than 68 family planning participated in the much more state do not disagree as much as 64,7%, based on the accessibility of family planning services are affected by the lack of participation of men in family planning is not easy most of the states that is 88,2%, based on the culture that contributed to the lack of participation of men in family planning majority disagree state that 91,2%. Expected to FP to motivate couples of childbrearing age, especially the husband to use any contraception by way of approach to the husband by involving various stakeholders, such as: TOGA, TOMA, the need to improve access to family planning services with the provision of family planning services are easily accessible community, especially the community districts Pahae Julu.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan YME yang atas berkat rahmat dan karunianya memberikan saya motivasi terbesar dalam hidup ini, beserta keluarga dan para sahabat yang memberikan teladan terindah sehingga saya mampu melangkah untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Partisipasi Pria dalam KB di Desa Lontung Dolok Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara”.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Erniyati S.Kp, MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Evi Karota Bukit S.Kp, MNS selaku pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Ikhsanuddin Harahap S.Kep, MNS selaku pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Nur Asiah S.Kep, Ns, M.Biomed selaku pembimbing skripsi yang telah banyak menyediakan waktu, memberikan masukan, arahan dan motivasi yang berharga kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

6. Diah Arruum S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji I yang telah banyak memberi masukan untuk kesempurnaan skripsi ini

(6)

8. Ellyta Aizar S.Kp, M.Biomed selaku pembimbing akademik akademik yang telah memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis selama masa perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

9. Seluruh dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberi pendidikan kepada saya selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi saya secara administrative.

10.Kepada ayahanda tercinta B.Sitompul dan ibunda tercinta F.Sianipar yang telah mendidik, membesarkan serta memberikan doa, kasih sayang, motivasi dan semagat yang luar biasa kepada penulis dan kepada saudara-saudara saya yang tercinta, abang saya Erick Sitompul, Rudolf Sitompul dan adik saya Pininta Sitompul yang memberikan dukungan, doa, hiburan dan semagat kepada penulis sampai skripsi ini selesai.

11.Kepada sahabat-sahabat saya yang selalu mendampingi penulis baik dalam suka maupun duka, dan tak pernah henti menasehati penulis dan memberi motivasi untuk belajar dan segera menyelesaikan kuliah dengan baik

12.Kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa di Program Studi S1 Ilmu Keperawatan stambuk 2010

13.Kepada teman berbagi suka duka selama penyusunan skripsi ini Tari, Ivan dan Sartina terima kasih untuk semagat dan pengajaran yang dirasakan selama penyelesaian skripsi ini. Dan semua teman-teman seperjuangan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

14.Responden yang telah bersedia meluangkan waktunya dan berpartisipasi dalam penelitian saya yang tidak dapat saya sebut satu persatu.

(7)

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sehingga skripsi ini menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan keperawatan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan informasi demi kemajuan pengetahuan khususnya dalam dunia keperawatan.

Medan, Juli 2014

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan……… i

Abstrak………... ii

Kata Pengantar...……… iii

Daftar Isi………. vi

Daftar Skema……….. ix

DaftarTabel……… x

Daftar Singkatan………. xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………... 1

1.2Rumusan Masalah………. 4

1.3Tujuan Penelitian……….. 4

1.4Manfaat Penelitian……… 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep KB……… 5

2.2 Partisipasi Pria dalam KB………. 8

2.3 Faktor-Faktor yang Kurangnya Partisipasi Pria dalam KB………. 8

2.4 Metode Kontrasepsi Pria……….. 13

2.4.1 Kondom………. 14

2.4.1.1 Pengertian……….. 14

2.4.1.2 Macam-Macam……… 14

2.4.1.3 Cara Kerja………... 14

(9)

2.4.1.5 Keuntungan………. 15

2.4.1.6 Kerugian……….. 15

2.4.1.7 Indikasi……… 15

2.4.1.8 Kontra Indikasi……… 15

2.4.1.9 Efek Samping dan Komplikasi……… 16

2.4.2 Kontrasepsi Mantap Pria atau Vasektomi……… 16

2.4.2.1 Pengertian……… 16

2.4.2.2 Efektivitas……….. 16

2.4.2.3 Keuntungan………. 17

2.4.2.4 Kerugian………. 17

2.4.2.5 Indikasi……… 17

2.4.2.6 Kontra Indikasi……… 18

2.4.2.7 Efek Samping, Risiko dan Komplikasi……….. 18

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL 3.1 Kerangka Konsep………. 19

3.2 Definisi Operasional………. 20

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian……….. 22

4.2 Populasi dan Sampel……… 22

4.2.1 Populasi……….. 22

4.2.2 Sampel……… 22

4.3 Tempat Penelitian………. 23

4.4 Waktu Penelitian……….. 23

4.5 Pertimbangan Etik……… 24

4.6 Instrumen Penelitian………. 25

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas……… 25

4.7.1 Uji Validitas……… 25

4.7.2 Uji Reliabilitas……… 26

4.8 Pengumpulan Data……… 27

4.9 Analisa Data………. 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian……… 29

5.2 Pembahasan……….. 33

5.2.1 Pengetahuan………... 33

5.2.2 Kualitas Pelayanan KB……….. 34

5.2.3 Dukungan Istri terhadap Pria dalam KB……… 35

5.2.4 Aksebilitas Pelayanan KB……….. 36

(10)

6.1 Kesimpulan……… 40

6.2 Saran……….. 41

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Lembar Penjelasan kepada Responden 2. Lembar Persetujuan menjadi Responden 3. Kuesioner Penelitian

(11)

DAFTAR SKEMA

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 DefenisiOperasional……… 20 Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan

umur, pendidikan dan agama……… 30 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi

(13)

DAFTAR SINGKATAN

ICPD : International Conference On Population and Development KB : Keluarga Berencana

PUS : Pasangan Usia Subur

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional PLKB : Petugas Lapangan Keluarga Berencana

MOP : Metode Operasi Pria

MDGs : Millenium Development Goals

 

 

 

 

 

 

 

 

(14)

ABSTRAK

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurangnya Partisipasi Pria dalam KB di Desa Lontung Dolok Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara

Penulis : Priskawati Sitompul

NIM : 101101121

Jurusan : Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun Akademik : 2013/2014

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya partisipasi pria dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi antara lain: pengetahuan,, faktor budaya masyarakat, dan dukungan istri, aksebilitas, dan kualitas pelayanan KB. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB. Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan tehnik purposive sampling yang berjumlah 68 orang. Analisis data menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian menunjukkan hampir tidak ada perbedaan antara pengetahuan baik dengan pengetahuan cukup yaitu baik 50.0% dan cukup baik 48.5%, kualitas pelayanan KB mayoritas menyatakan baik yaitu 92.6%, berdasarkan dukungan istri terhadap suami dalam KB yang kurang berpartisipasi dalam KB dari 68 orang lebih banyak menyatakan tidak setuju sebanyak 64.7%, berdasarkan aksebilitas pelayanan KB yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB sebagian besar menyatakan tidak mudah yaitu 88.2%, berdasarkan budaya yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB mayoritas menyatakan tidak setuju yaitu 91.2%. Diharapkan kepada petugas KB agar memotivasi pasangan usia subur terutama para suami agar memakai alat kontrasepsi dengan cara pendekatan kepada para suami dengan melibatkan berbagai pihak terkait, seperti: TOGA dan TOMA, perlunya meningkatkan akses pelayanan KB dengan penyediaan tempat pelayanan KB yang mudah dijangkau masyarakat khususnya masyarakat kecamatan Pahae Julu.

(15)

Title Factors that Influence Men’s Lack of Participation in Family Planning at Desa Lontung Dolok Pahae Julu District North Tapanuli

Name Priskawati Sitompul

NIM 101101121

Department Nursing Science Program Academic Year 2014

ABSTRACT

The factors that cause the low participation of men in family planning and reproductive health among others: knowledge, cultural, the support of his wife, accessibility, and quality of family planning services. The purpose of this study is to describe the factors that influence the lack of male participation in family planning. This research used descriptive design with purposive sampling technique which amounts to 68 people. Data were analyzed using univariate analysis. The results showed almost no difference between the knowledge that is pretty good with a good knowledge of 50% and 48,5% is good enough, the quality of family planning services that the majority of states either 92,6%, based on the support of wife against the husband in KB less than 68 family planning participated in the much more state do not disagree as much as 64,7%, based on the accessibility of family planning services are affected by the lack of participation of men in family planning is not easy most of the states that is 88,2%, based on the culture that contributed to the lack of participation of men in family planning majority disagree state that 91,2%. Expected to FP to motivate couples of childbrearing age, especially the husband to use any contraception by way of approach to the husband by involving various stakeholders, such as: TOGA, TOMA, the need to improve access to family planning services with the provision of family planning services are easily accessible community, especially the community districts Pahae Julu.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Program Keluarga Berencana merupakan program yang mendunia, hal ini sejalan dengan hasil kesepakatan International Conference On Population and Development (ICPD) yang dilaksanakan di Kairo Mesir 1994, serta hasil kesepakatan pertrmuan ICPD di Den Haang tahun 1999, yang menegaskan bahwa program KB disepakati untuk diperluas dan dikembangkan menjadi program kesehatan reproduksi. ICPD tahun 1994 yang menyebutkan bahwa kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai keadaan sehat fisik, mental, sosial dan ekonomi baik secara menyeluruh dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi meliputi fungsi, dan prosesnya (Suratun, Sri, Tien, Rusmiati, Saroha, 2008).

(17)

Dari sekian banyak sasaran yang akan dicapai oleh program KB dalam jangka panjang demi tercapainya Keluarga Berkualitas 2015, salah satu masalah yang menonjol adalah rendahnya partisipasi pria dalam pelaksanaan program KB baik dalam praktik KB, mendukung istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator atau promotor dan merencanakan jumlah anak (BKKBN, 2000).

Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan sensus tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Indonesia adalah 237.556.363 orang dan merupakan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Penambahan jumlah penduduk yang besar mempunyai implikasi yang sangat luas terhadap program pembangunan. Permasalahan kependudukan di Indonesia adalah masih tingginya laju pertumbuhan penduduk, masih tingginya tingkat kelahiran penduduk, kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur tentang hak-hak reproduksi, rendahnya partisipasi pria dalam ber-KB. Capaian akseptor KB perempuan di Indonesia secara umum cukup memuaskan yaitu mencapai 59% dari total 60,3% peserta KB, namun jika dibandingkan dengan kepersertaan KB pria masih sangat jauh dari yang diharapkan. Partisipasi suami sebagai peserta KB masih sangat rendah yaitu 1,3% yang terdiri dari pemakai kondom 0,9%, vasektomi 0,4% (BKKBN, 2012)

(18)

kurang peminat dengan jumlah akseptor yang tidak pernah mencapai 1% sejak tahun 1991.

Data di BKKBN Sumatera Utara tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah akseptor KB sejak Januari hingga September 2009 mencapai 6,71% dengan total PUS sebesar 2.066.729. Dari seluruh peserta aktif (PA) tersebut akseptor KB pria di Kota Medan pada tahun 2009 masih belum mencapai target nasional (4,5%) yaitu 9.351 akseptor (2,9%) dengan rincian akseptor MOP sebanyak 450 orang dan akseptor kondom sebanyak 8.901 orang.

Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya kesertaan KB pria antara lain: kondisi lingkungan sosial, budaya, masyarakat dan keluarga yang masih menganggap partisipasi pria belum atau tidak penting dilakukan; pengetahuan dan kesadaran pria dan keluarga dalam ber KB rendah; keterbatasan penerimaan dan aksebilitas (keterjangkauan) palayanan kontrasepsi pria; adanya anggapan,kebiasaan serta persepsi dan pemikiran yang salah yang masih cenderung mennyerahkan tanggung jawab KB sepenuhnya kepada para istri atau perempuan (Suryono, 2008).

(19)

Dari data diatas tersebut dapat dilihat bahwa partisipasi pria dalam KB masih sangat rendah.Maka dari itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria sebagai akseptor KB.

1.2Rumusan Masalah

Dari uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB?

1.3Tujuan Penelitian

Untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB berdasarkan pengetahuan, kualitas pelayanan, dukungan istri, akses, sosial budaya.

1.4Manfaat Penelitian

1 Bagi Petugas Kesehatan

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat dalam peningkatan pemberian layanan KB pria dan masukan untuk meningkatkan partisipasi pria dalam KB

2 Bagi Praktek Kesehatan

(20)

3 Bagi Institusi Pendidikan

(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep KB

1.1.1 Pengertian KB

Keluarga Berencana (family planning/planned parenthood) merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati, 2012).

Menurut UU No 10 tahun 1992 dalam Handayani (2010) Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil yang bahagia sejahtera.

1.1.2 Tujuan KB

(22)

Ada 2 tujuan dalam program KB Nasional, yaitu:

1. Mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan kebijakan kependudukan gunda mendorong terlaksananya Pembangunan Nasional dan daerah yang berwawasan kependudukan.

2. Mewujudkan penduduk tumbuh seimbang melalui pelembagaan keluarga kecil bahagia sejahtera (Muryanta Andang, 2010)

1.1.3Manfaat KB

Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Sulistyawati, 2012)

1.1.4Sasaran KB

(23)

1.1.5Ruang Lingkup Program KB

Sulistyawati (2012) ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut:

1. Ibu (dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. adapun manfaat yang diperoleh oleh ibu adalah tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama kesehatan organ reproduksi; meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan)

2. Suami (dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal berikut: memperbaiki kesehatan fisik, mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya)

3. Seluruh Keluarga (dilaksanakannya program KB dapat meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan sosial setiap anggota keluarga; dan bagi anak dapat memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih saying orang tuanya)

(24)

pengelolaan SDM aparatur; Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan, peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur Negara.

1.2 Partisipasi Pria dalam KB

Partisipasi pria adalah tanggung jawab pria dalam keterlibatan dan kesertaan ber KB dan Kesehatan Reproduksi, serta prilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, pasangannya dan keluarganya (BKKBN, 2007)

Bentuk nyata dari partisipasi pria tersebut adalah: sebagai peserta KB, mendukung dan memutuskan bersama istri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator KB merencanakan jumlah anak dalam keluarganya (BKKBN, 2007).

1.3Faktor-faktor kurangnya partisipasi pria dalam KB

Menurut BKKBN dalam Ekarini (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB yaitu:

1) Pengetahuan pria terhadap KB

(25)

perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007).Dari studi kualitatif yang dilakukan BKKBN menunjukkan pengetahuan menjadi salah satu faktor rendahnya partisipasi pria dalam KB.

2) Kualitas pelayanan KB pria

Bruce menjelaskan bahwa terdapat enam komponen dalam kualitas pelayanan, yaitu pilihan kontrasepsi, informasi yang diberikan, kemampuan teknikal, hubungan interpersonal, tidak lanjut atau kesinambungan, kemudahan pelayanan.Dalam kerangka teorinya disebutkan pula bahwa dampak dari kualitas pelayanan adalah pengetahuan klien, kepuasan klien, kesehatan klien, penggunaan kontrasepsi penerimaan dan kelangsungannya.Keenam elemen ini tidak berdiri sendiri, tetapi satu dengan yang lain saling berkaitan, dan mempunyai latar belakang, pola pengelolaan, serta alokasi sumber-sumber yang sama. Salah satu isu penting yang perlu dikemukakan adalah masalah kualitas pelayanan KB pria dilapangan yang menjadi salah satu faktor rendahnya partisipasi pria dalam KB.

3) Dukungan istri terhadap pria untuk be-KB

(26)

4) Akses pelayanan KB pria

Menurut Wijono dalam Ekarini, akses berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial, budaya, organisasi atau hambatan bahasa.Dengan terbatasnya akses ke tempat pelayanan dan tidak adanya kemudahan dan ketersediaan sarana pelayanan berdampak negatif terhadap penggunaan suatu alat kontrasepsi.

5) Sosial budaya

Di beberapa daerah masih ada masyarakat yang akrab dengan budaya “banyak anak banyak rejeki, tiap anak membawa rejekinya sendiri-sendiri atau anak sebagai tempat bergantung di hari tua”. Pada masyarakat ini selogan “dua anak cukup, laki-laki atau perempuan sama saja” masih agak sulit diterima, sehingga upaya program KB untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) nampaknya juga belum sepenuhnya dapat diterima oleh semua lapisan masyarakat (Pinem, 2009)

6) Agama

(27)

agama bukanlah suatu yang dapat kita paksakan, tetapi yang terpenting adalah kita memahaminya (Badrujaman, 2008)

Jika ditinjau dari segi agama, tidak ada satu agama pun di Indonesia yang secara pasti menolak program KB, meskipun pada awalnya banyak keraguan akan hukum agama dari program ini. Namun, pada saat ini agama telah mendukung program KB sepenuhnya. Berikut pandangan empat agama besar di Indonesia tentang KB (Riski, 2010):

1. Islam

Pendapat para ulama di Indonesia tentang KB pada umunnya menyetujui atau sekurang-kurangnya tidak menentang. Bahkan pada masa Nabi Muhammad telah dikenal metode kontrasepsi alamiah yang dikenal dengan namaazl atau coitus interuptus yang disebut juga dengan senggama terputus. Namun beberapa pemikiran islam meragukan hokum ber-KB, karena menyamakan program ini dengan larangan membunuh bayi. Pembunuhan bayi sama sekali tidak sama dengan memakai alat kontrasepsi. Karena pembunuhan bayi adalah pembunuhan nyata dari anak yang telah lahir sedangkan memakai kontrasepsi adalah mencegah terjadinya pembuahan. Oleh karena itu aborsi sebagai metode KB dilarang di Indonesia dan cara KB lainnya diperbolehkan

(28)

akhirnya diperbolehkan dengan pertimbangan bila metode KB yang lain memang tidak cocok dan alasan kesehatan dari PUS itu sendiri. Selain itu metode ini juga memang tidak sama dengan pengebirian dan sifatnya tidak permanen.

2. Kristen

Pandangan agama Kristen, dalam hal ini Katolik, pada dasarnya menyetujui program KB dengan batasan-batasan yang telah ditentukan di antaranya adalah: masalah KB misalnnya: jenis alat kontrasepsi yang dipakai, jumlah anak yang diinginkan dan lain-lain ditentukan oleh suami isteri sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain termasuk pemerintah; penentuan tentang keikutsertaan ber-KB harus ditentukan bersama antara suami isteri; dalam kondisi disebutkan bahwa cara-cara ber-KB yang dilarang adalah pengguguran (aborsi) dan pembunuhan bayi. Selain itu caracoitus interuptus dan sterilisasi baik yang permanen maupun tidak juga dilarang; cara ber-KB yang dianjurkan oleh gereja adalah pantang berkala. Mengenai cara ini ensiklik hummanae menolak semua cara ber-KB selain pantang berkala; bila cara pantang berkala sudah dicoba dan ternyata mengalami kesulitan atau membahayakan kesehatan, maka suami isteri dapat meminta nasehat kepada imam sebagai Bapak rohani untuk menentukan jalan keluar yang tepat

3. Hindu

(29)

untuk kepentingan kesejahteraan manusia, akan disetujui oleh Hindu Dharma dan tidak akan ditentang. Bahkan penggunaan kontrasepsi di atur agar sesuai dengan desa/tempat, kala/waktu dan patra/keadaan.

Namun demikian metode pengguguran (abortus criminalis) dianggap sebagai dosa besar kerena bertentangan dengan ajaran Ahimsa Karna. Pengguguran janin dianggap sama dengan pembunuhan orang suci oleh karena itu, metode ini sangat ditentang oleh umat Hindu.

4. Budha

Agama Budha menyetujui program Keluarga Berencana dan penggunaan metode-metode kontrasepsi apabila:metode kontrasepsi tidak mengandung unsur-unsur pembunuhan; kontrasepsi dilakukan atas dasar saling pengertian antara suami dan isteri dengan maksud memberikan kesempatan mendidik, merawat dan mempersiapkan diri buat kehidupan anak-anak yang sudah ada; tidak ada unsur-unsur melarikan diri dari tanggung jawab; semua tindakan ber-KB dilakukan atas dasar bimbingan dang pengawasan para ahli yang bersangkutan.

(30)

2.4Metode Kontrasepsi pria

Kontrasepsi merupakan bagian dari pelayanan kesehatan reproduksi untuk pengaturan kehamilan menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma (Saifuddin, 2011)

Metode kontrasepsi pria adalah suatu cara yang dilakukan oleh pria untuk mencegah terjadinya kehamilan dengan menghambat masuknya sperma kedalam kemaluan wanita. Metode kontrasepsi pria yang banyak dikenal masyarakat ada 2 yaitu kondom dan kontrasepsi mantap pria atau vasektomi.

2.4.1 Kondom

2.4.1.1Pengertian

Kondom merupakan sarung/selubung karet yang berbentuk silinder, dapat terbuat dari lateks (karet), plastic (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat bersenggama (Pinem, 2009)

2.4.1.2Macam-macam Kondom

Handayani (2010) kondom terdiri dari 3 macam yaitu: kulit (dibuat dari membrane usus biri-biri (caecum), tidak meregang atau mengkerut, menjalarkan panas tubuh, sehingga dianggap tidak mengurangi sensitivitas selama senggama, lebih mahal dan jumlahnya kurang dari 1% dari semua jenis kondom), lateks (paling banyak dipakai, elastis dan murah) dan plastik (sangat tipis (0,025-0,035 mm), juga menghantarkan panas tubuh dan lebih mahal dari kondom latek)

(31)

Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dengan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termasuk HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil) (Saifuddin, 2011)

2.4.1.4Efektivitas

Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar pada setiap kali berhubungan seksual.Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak efektif kerena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun (Handayani, 2010)

2.4.1.5Keuntungan

Beberapa keuntungan kondom adalah mencegah kehamilan, memberi perlindungan terhadap penyakit-penyakit akibat hubungan seks (PHS), dapat diandalkan, relatif murah, tidak memerlukan pemeriksaan medis atau supervisi, sederhana, ringan dan disposable (Hartanto, 2004)

2.4.1.6Kerugian

(32)

selalu tersedia setiap kali hubungan seks dan masalah pembuangan kondom bekas (Handayani, 2010; Hartanto, 2004)

2.4.1.7Indikasi

Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan seksual dan belum menginginkan kehamilan, pada laki-laki penyakit genitalia, sensitivitas penis terhadap sekret vagina, ejakulasi dini (Suratun, 2008)

2.4.1.8Kontra Indikasi

Apabila secara psikologis pasangan tidak dapat menerima metode ini, malformasi penis, apabila salah satu dari pasangan alergi terhadap keret lateks, pria dengan ereksi yang tidak baik, riwayat syok septik (Suratun, 2008; Hartanto, 2004)

2.4.1.9Efek Samping dan Komplikasi

Keluhan utama dari akseptor adalah berkurangnya sensitivitas glans penis, alergi terhadap karet (Hartanto, 2004)

2.4.2 Kontrasepsi Mantap Pria atau Vasektomi

2.4.2.1Pengertian

(33)

Menurut Saifuddi dalam Pinem (2009) vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa defrensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan ovum dengan sperma) tidak terjadi.

2.4.2.2Efektivitas

Setelah masa pengosongan sperma dari vesikula seminalis (20 kali ejakulasi menggunakan kondom) maka kehamilan hanya terjadi pada 1 per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan; pada mereka yang tidak dapat memastikan (analisis sperma) masih adanya sperma pada ejakulat atau tidak patuh menggunakan kondom hingga 20 kali ejakulasi maka kehamilan terjadi pada 2-3 per 100 perempuan pada tahun pertama penggunaan; selama 3 tahun penggunaan, terjadi sekitar 4 kehamilan per 100 perempuan; bila terjadi kehamilan pascavasektomi, kemungkinannya adalah pengguna tidak menggunakan metode tambahan (barier) saat sanggama dalam 3 bulan pertama pascavasektomi, oklusi vas deferens tidak tepat, rekanalisasi spontan (Saifuddin, 2011)

2.4.2.3Keuntungan

(34)

saja, tidak mengganggu hubungan seksual selanjutnya dan biaya murah (Handayani, 2010)

2.4.2.4Kerugian

Kerugian vasektomi adalah harus dengan tindakan operatif, kemungkinan ada komplikasi seperti perdarahan dan infeksi, tidak seperti sterilisasi wanita yang langsung menghasilkan steril permanen, pada vasektomi masih harus menunggu beberapa hari, minggu, atau bulan sampai sel mani menjadi negatif, tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin mempunyai anak lagi (reversibilitas tidak dijamin), pada orang-orang yang mempunyai problem-prolem psikologis yang mempengaruhi seks dan dapat menjadikan keadaan semakin parah (Handayani, 2010)

2.4.2.5Indikasi

Harus secara sukarela, mendapat persetujuan istri, jumlah anak yang cukup, mengetahui akibat-akibat vasektomi, umur calon tidak kurang dari 30 tahun, pasangan suami istri telah mempunyai anak minimal 2 orang dan anak paling kecil harus sudah berumur diatas 2 tahun ( Suratun, 2008)

2.4.2.6Kontra Indikasi

(35)

diabetes mellitus, penyakit-penyakit perdarahan; riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil (Handayani, 2010; Hartanto, 2004)

2.4.2.7Efek Samping, Risiko dan Komplikasi

(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB.

Skema 1: Kerangka penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB

Faktor-faktor yang mempengaruhi: 1. Pengetahuan pria terhadap KB 2. Kualitas pelayanan KB

3. Dukungan istri terhadap pria untuk KB

4. Aksebilitas pelayanan KB pria 5. Sosial budaya masyarakat

(37)

3.2 Definisi Operasional

No Variabel Definisi operasional dalam KB yaitu:

1. Pengetahuan pria terhadap KB

Semua hal yang diketahui pria di Desa Lontung terhadap pria di Desa Lontung Dolok

(38)

4. Aksebilitas di Desa Lontung Dolok

Kuesioner 1. Mudah 2. Tidak

mudah

Ordinal

5. Sosial Budaya terhadap KB vasektomi) di Desa Lontung Dolok

Kuesioner 1. Setuju 2. Tidak

setuju

(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB di tempat tertentu pada waktu tertentu.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pria PUS (19-49 tahun) yang tidak mengikuti KB di Desa Lontung Dolok Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara, dari data PLKB Kecamatan Pahae Julu jumlah PUS yang tidak mengikuti KB yaitu 82 orang.

4.2.2 Sampel

(40)

secara lengkap. Menentukan sampel dengan menggunakan ketetapan absolut dan menggunakan rumus Tora Yamane dan Slovin:

n N . dN

Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti (0,05) Jadi sampel dalam penelitian ini adalah :

Diketahui: N = 82

n 8 . , 58

n , 58

n = 68 responden

4.3 Tempat Penelitian

(41)

pernah dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB.

4.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014.

4.5 Pertimbangan Etik

(42)

instrument, tetapi menggunakan inisial. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.6 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner dan disusun secara literatur tertutup sehingga responden hanya memilih jawaban yang ada. Kuesioner yang dibagikan terdiri dari dua bagian, yaitu data demografi dan kuesioner untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB. Untuk setiap pertanyaan atau pernyataan

Kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB ini terdiri dari 41 pertanyaan. Pengetahuan responden diukur melalui 23 pertanyaan, kualitas pelayanan KB 4 pertanyaan, dukungan istri terhadap pria untuk KB 4 pertanyaan, aksebilitas KB pria 4 pertanyaan, sosial budaya masyarakat 6 pertanyaan. Untuk pertanyaan pengetahuan terdiri dari tiga pilihan jawaban, apabila menjawab benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 dan tidak tahu diberi skor 0. Sedangkan untuk kuesioner faktor-faktor yang lainnya terdiri dari dua pilihan jawaban, apabila menjawab pertanyaan “ya” diberi skor 1 dan jawaban “tidak” diberi skor 0.

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

(43)

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan ukuran tingkat-tingkat kevalitan atau keaslian suatu instrumen (Arikunto, 2010). Menurut Notoadmojo dalam Arikunto (2010) uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen untuk mengukur apa yang diukur. Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi, dimana instrument diuji kelayakannya oleh orang yang ahli dibidangnya dari Depertemen Maternitas dan Anak Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan STIKES Flora. Hasil uji validitas pada penelitian ini adalah 0,89. Oleh karena nilai koefisien reliabilitasnya lebih besar dari 0,70 maka instrument untuk penelitian ini dinyatakan valid. Setelah uji validitas dilakukan dan dinyatakan valid maka dilanjutkan dengan uji reliabilitas.

4.7.2 Uji Reliabilitas

(44)

Peneliti melakukan uji reliabilitas terhadap 30 orang pria yang tidak ikut KB di Desa Pantis yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden yang diteliti. Hasil uji reliabilitas untuk penelitian ini yaitu 0,88. Oleh karena nilai koefisien reliabilitasnya lebih besar dari 0,70 maka instrument untuk penelitian ini dinyatakan reliabel.

4.8 Pengumpulan Data

(45)

responden dalam mengisi kuesioner, lembar kuesioner diisi oleh masing-masing PUS yang tidak ikut menjadi akseptor KB. Kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data.

Pengumpulan data penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai April 2014. Pengumpulan data dilakukan di Desa Lontung Dolok yang dilakukan dari rumah ke rumah.Dalam pengisian kuesioner penelitian, responden menjawab pertanyaan selama kurang lebih 30 menit.

4.9 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka hasil penelitian dianalisa. Analisa data yang dilakukan melalui beberapa tahapan yang di mulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas data dari responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, dilanjutkan dengan kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi data. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi, setelah data dimasukkan ke dalam komputer lakukan pemeriksaan terhadap semua data guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data (cleaning data).

(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan hasil dari penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB di Desa Lontung Dolok Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 68 orang. Berikut ini hasil penelitian dijabarkan dalam bentuk tabel frekuensi serta persentase sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

Peneliti menggolongkan karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan, dan agama berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat pada tabel:

(47)

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur,

pendidikan dan agama

Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia Responden:

 Perguruan Tinggi

8

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB

Hasil penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB adalah pengetahuan, kualitas pelayanan KB, dukungan istri terhadap suami dalam KB, aksebilitas pelayanan KB dan budaya.

(48)

sebagian besar tidak mudah yaitu 88.2%, sedangkan untuk budaya mayoritas tidak setuju yaitu 91.2%.

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya

partisipasi pria dalam KB

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Frekuensi (n) Persentase (%)

Pengetahuan

Kualitas Pelayanan KB

Baik 63 92.6

Tidak baik 5 7.4

Dukungan Istri terhadap suami dalam KB

Setuju 24 35.3

Tidak setuju 44 64.7

Aksebilitas Pelayana KB

Mudah 8 11.8

Tidak mudah 60 88.2

Budaya

Setuju 6 8.8

Tidak setuju 62 91.2

(49)

menjawab benar sebanyak 66,2%, pengertian kondom mayoritas menjawab benar 94,1%, macam-macam kondom sebagian besar menjawab salah 77,9%, cara kerja kondom mayoritas menjawab benar 95,6%, syarat kondom mayoritas menjawab benar 92,1%, keuntungan kondom mayoritas menjawab benar 95,6%, kerugian kondom sebagian besar menjawab benar 86,8%, hampir tidak ada perbedaan antara indikasi kondom dengan jawaban benar dan salah yaitu benar 51,1% dan salah 48,5%, kontraindikasi menjawab salah sebanyak 41,2%, efek samping kondom sebagian besar menjawab benar 80,9%, pengertian vasektomi mayoritas menjawab benar 98,5%, tujuan vasektomi menjawab salah sebanyak 61,8%, keuntungan vasektomi sebagian besar menjawab salah 72,1%, hampir tidak ada perbedaan antara jawaban benar dan salah cara pelaksanaan vasektomi yaitu benar 54,4% dan salah 45,6%, kerugian vasektomi menjawab benar sebanyak 58,8%, indikasi vasektomi menjawab salah sebanyak 64,7%, syarat vasektomi mayoritas menjawab benar 97,1%, komplikasi vasektomi mayoritas menjawab salah 94,1%.

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban pengetahuaan

No Pertanyaan Jawaban

(50)

11 Keuntungan Kondom 65 95.6 3 4.4

12 Kerugian Kondom 59 86.8 9 13.2

13 Indikasi Kondom 35 51.5 33 48.5

14 Kontraindikasi 28 41.2 40 58.8

15 Efek Samping Kondom 55 80.9 13 19.1

16 Pengertian Vasektomi/ Kontrasepsi Mantap Pria (MOP)

Dari hasil penelitian diperoleh beberapa faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB meliputi pengetahuan, kualitas pelayanan KB, dukungan istri terhadap KB, aksebilitas pelayanan KB, dan budaya.

5.2.1 Pengetahuan

(51)

Purwoko (2000), mengemukakan pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional daripada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha-usaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan sosial. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal Keluarga Berencana (KB). Namun hal itu berdeda dari hasil analisis lanjut SDKI (1997), pendidikan ternyata berpengaruh negatif terhadap pemakaian vasektomi, yang artinya semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin rendah kesertaan MOP. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

Dengan pengetahuan yang baik tidak dapat membuat seseorang berprilaku sampai pada tahap adoption (adaptasi) tetapi hanya sampai tahap interest (merasa tertarik) atau evaluation (menimbang-nimbang) (Notoatmojdo,2007). Sama seperti penelitian ini, pria yang berpengetahuan baik tidak menjamin untuk ikut berpartisipasi dalam KB. Dimana seharusnya responden yang memiliki pengetahuan baik, mau ikut serta menjadi akseptor KB.

(52)

Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB menunjukkan bahwa kualitas pelayanan KB mayoritas baik 92,6%. Pelayanan yang baik yang sudah pernah mereka dapat selama ini adalah pelayanan untuk berobat, karena dari segi tempat untuk ber kb yang sulit untuk di jangkau. Dalam penelitian Harnani (2012) bahwa kualitas pelayanan KB juga berhubungan terhadap sosial budaya. Pria yang tidak mandapat dukungan sosial budaya lebih beresiko 4 kali tidak berpartisipasi dalam keluarga berencana dibandingkan pria yang mendapat dukungan.

Informasi merupakan suatu bagian dari pelayanan yang sangat berpengaruh bagi calon akseptor maupun akseptor pengguna, mengetahui apakah kontrasepsi yang dipilih telah sesuai dengan kondisi kesehatan dan sesuai dengan tujuan akseptor dalam memakai kontrasepsi tersebut. Informasi sangat menentukan pemilihan alat kontrasepsi yang dipilih, sehingga informasi yang lengkap mengenai kontrasepsi sangat diperlukan guna memutuskan pilihan metode kontrasepsi yang akan dipakai.

Bruce dalam Ekarini (2008) menjelaskan bahwa dampak dari kualitas pelayanan adalah pengetahuan klien, kepuasan klien, kesehatan klien, penggunaan kontrasepsi, penerimaan, dan kelangsungannya.

(53)

Berdasarkan penelitian, faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB menunjukkan bahwa dukungan istri terhadap suami dalam KB dalam kategori tidak setuju sebanyak 64.7%.

Menurut Green (2000) faktor keluarga termasuk istri merupakan salah satu faktor penguat (reinforcing) seseorang dalam bertindak terhadap suatu obyek. Namun tidak selamanya faktor reinforcing ini bersikap positif, ada juga yang bersikap negatif tergantung perilaku orang yang kita jadikan panutan, dalam hal ini perilaku istri. Dukungan istri yang tidak mengijinkan suami menjadi kader KB karena nilai-nilai budaya setempat menganggap kader KB pria adalah hal yang aneh, sedangkan istri tidak mengijinkan suami ikut KB pria karena kemungkinan pengetahuan dari istri yang kurang terhadap partisipasi pria dalam KB terutama belum begitu paham dengan metode kontrasepsi pria, keuntungan dan kerugian vasektomi. Selain itu dari nilai sosial budaya juga ada hambatan yaitu adanya kepercayaan masalah KB adalah masalah wanita.

Menurut BKKBN (2002) hambatan yang datangnya dari keluarga/istri dalam pengembangan partisipasi pria terjadi di pedesaan. Hasil penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh peneliti Harnani, (2012) yaitu hambatan pria untuk berpartisipasi dalam keluarga berencana sebagian besar dari keluarga/istri.

Bahwasanya menurut pendapat istri bila pria dikontap, tidak perkasa lagi, jika

menyeleweng tidak ketahuan, KB itu urusan ibu-ibu. Hasil penelitian in sesuai

(54)

Hasil penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian sebelumnya oleh BKKBN (2010), bahwa istri tidak mendukung atau tidak setuju suami ikut KB yaitu kasihan sama suami karena mencari nafkah merasa khawatir suami menyeleweng, takut pada efek samping terutama penurunan libido.

5.2.4 Aksebilitas Pelayanan KB

Berdasarkan penelitian, faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB menunjukkan bahwa aksebilitas pelayanan KB sebagian besar tidak mudah sebanyak 88.2 %.

(55)

Pelayanan KB melalui pertemuan kelompok atau paguyuban dengan melibatkan PLKB kecamatan, TOMA, TOGA.

Rendahnya partisipasi pria dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi pada dasarnya tidak terlepas dari operasional program KB yang selama ini dilaksanakan mengarah kepada wanita sebagai sasaran. Demikian juga masalah penyediaan alat kontrasepsi yang hampir semuanya untuk wanita, sehingga terbentuk pola pikir bahwa para pengelola dan pelaksana program mempunyai persepsi yang dominan yakni yang hamil dan melahirkan adalah wanita, maka wanitalah yang harus menggunakan alat kontrasepsi.

5.2.5 Budaya

Berdasarkan penelitian, faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB menunjukkan bahwa budaya dalam kategori tidak setuju sebanyak 91.2%. Dalam penelitian ini budaya tidak setuju karena responden bersuku batak toba, dimana di budaya orang batak keberadaan anak laki-laki dalam sebuah keluarga sangat penting, karena menurut adat batak toba yang patrilineal anak laki-lakilah yang bisa meneruskan garis keturunan atau marga. Menurut Notoatmojo (2005) nilai yang berlaku di dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Nilai-nilai tersebut, ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehatan.

(56)

Preferensi jenis kelamin laki-laki terutama terjadi di kalangan budaya di Indonesia, budaya ini ditemukan di masyarakat Batak, dan Bali. Preferensi anak laki-laki, nampaknya menjadi hambatan untuk mewujudkan cita-cita dua anak harus dianggap ideal. Adat kebiasaan atau adat dari suatu masyarakat yang memberikan nilai anak laki-laki lebih dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan satu keluarga mempunyai anak banyak. Bagaimana kalau keinginan untuk mendapatkan anak laki-laki atau perempuan tidak terpenuhi mungkin akan menceraikan istrinya dan kawin lagi agar terpenuhi keinginan memiliki anak laki-laki ataupun anak perempuan. Disinilah norma adat istiadat perlu diluruskan karena tidak banyak menguntungkan bahkan banyak bertentangan dengan kemanusiaan. Taufiq (2011), Kesejahteraan atau hagabeon adalah tercapainya kesinambungan garis keturunan, yang bias mewariskan nama marga. Soal kesinambungan keturunan ini merupakan isu yang sangat sentral dalam kehidupan setiap keluarga batak toba. Meskipun seseorang telah memiliki harta yang berlimpah ruah, tapi tanpa keturunan yang bisa dia peroleh dari perkawinannya maka nilai dari harta benda tersebut menjadi hambar. keberadaan anak dalam sebuah keluarga menjadi syarat mutlak bisa dikatakan gabe atau sejahtera.

(57)
(58)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB.

6.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan tingkat pengetahuan responden diketahui dari 68 orang hampir tidak ada perbedaan antara pengetahuan baik dengan pengetahuan cukup yaitu baik 50.0% dan cukup baik yaitu 48.5%.

2. Berdasarkan kualitas pelayanan KB bahwa mayoritas responden menyatakan baik yaitu 92.6% .

3. Berdasarkan dukungan istri terhadap suami dalam KB yang kurang berpartisipasi dalam KB dari 68 orang lebih banyak menyatakan tidak setuju sebanyak 64.7%.

(59)

5. Berdasarkan budaya yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB mayoritas responden menyatakan tidak setuju 91.2%.

6.2Saran

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya partisipasi pria dalam KB.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

a. Diharapkan kepada petugas KB agar memotivasi pasangan usia subur terutama para suami agar memakai alat kontrasepsi dengan cara pendekatan kepada para suami dengan melibatkan berbagai pihak terkait, seperti: TOGA dan TOMA

b. Perlunya meningkatkan akses pelayanan KB dengan penyediaan tempat pelayanan KB yang mudah dijangkau masyarakat khususnya masyarakat kecamatan Pahae Julu

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

(60)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Budi Setiawan. 2011. “Hubungan antara pengetahuan dengan sikap, motivasi dan partisipasi suami dalam keluarga berencana di Puskesmas Kedawung Sragen”. http://Jurnal.unimus.ac.id di unduh tanggal 24 September 2013

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka

Cipta

Badrujaman, A. (2008). Sosiologi untuk mahasiswa keperawatan. Jakarta: TIM

BKKBN. (2007). Gender dalam program KB dan KR. http://gemapria.bkkbn.go.id/artikel02-2I.html

BKKBN. (2012). Strategi kemitraan mampu menahan laju pertumbuhan penduduk. http://www.bkkbn.go.id

BKKBN. (2011). Rencana strategis pembangunan dan kependudukan keluarga

berencana tahun 2010– 2014.http://www.bkkbn.go.id/arsip/Documents/RENSTRA%20BKKBN%202

010-2014.pdf di unduh 1 Oktober 2013

(61)

http://ejournal.undip.ac.id.http://eprints.undip.ac.id/18622/1/SAPTONOIMA NBUDISANTOSO.pdf di unduh 15 September2013

Ekarini, Sri Madya Bhakti. (2008). Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap partisipasi pria dalam KB di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. http://eprints.undip.ac.id/diunduh tanggal 15 September 2013

Green, Lawrence W. (2000). Health Promotion Planning An Educational and Environmental Approach. USA: Mayfield Publishing Company

Handayani, Sri. (2010). Buku ajar pelayanan keluarga berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Hartanto, H. (2004). Keluarga berencana dan kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Hidayat, A.A. (2008). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Jakarta: Salemba Medika

Maharyani, Hesti Wahyuni. 2010. Hubungan karakteristik suami dengan keikut sertaan suami menjadi akseptor KB di Wilayah Desa Karangduwur Kecamatan Petenahan Kabupaten Jawa Tengah .http://journal.aud.ac.id di unduh tanggal 16 September 2013

(62)

Muryanta, Andang. (2010). Menggapai target MDGs dalam program KB Nasional.

Notoatmodjo.(2007). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Riduwan.(2005). Metode dan teknik menyusun tesis. Bandung: Alfabeta

Riski,Lidia Marie Wina. 2012. Pengaruh karakteristik dan persepsi suami tentang KB pria terhadap partisipasi dalam ber-KB di Kecamatan Medan Maimun 2012. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/21977diunduh tanggal 18 September 2013

Saifuddin, Abdul Bari. (2011). Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi edisi 3. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Santoso, S. (2012). Aplikasi spss pada statistik parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Sugiyono. (2007). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta

Sulistyawati, A. (2012). Pelayanan keluarga berencana. Jakarta: Salemba Medika

Suprihastuti, D.R. (200). Pengambilan keputusan penggunaan alat kontrasepsi pria di Indonesia, analisis hasil SDKI 1997.Jakarta

(63)

Pinem, Saroha. (2009). Kesehatan reproduksi dan kontrasepsi. Jakarta: TIM

PSKK UGM.(2012). Littera news letter bulanan.www.cpps.or.id di unduh tanggal 1 Oktober 2013

Yunita. (2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian alat kontrasepsi pada pria di Kecamatan STM Hulu Kabupaten Deli Serdang. http://repository.usu.ac.id/handle/12345789/34621 diunduh tanggal 6 Maret 2014

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(64)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Priskawati Sitompul

NIM : 101101121

Tempat/Tanggal Lahir : Aeksitapean, 15 Januari 1993 Agama : Kristen Protestan Anak ke : 3 dari 4 bersaudara

Alamat : Aeksitapean, Desa Lontung Dolok Kecamatan Pahae Julu Kabupaten Tapanuli Utara

Riwayat Pendidikan

1. 1998-2004 : SD Negeri 177035 Lontung Dolok 2. 2004-2007 : SMP Negeri 1 Pahae Julu

(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)

Frequency Table

Noresponden

Frequency Percent Valid Percent

(88)
(89)

59 1 1.5 1.5 86.8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(90)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kristen 68 100.0 100.0 100.0

p1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid BENAR 68 100.0 100.0 100.0

p2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SALAH 7 10.3 10.3 10.3

(91)

p4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(92)

Valid SALAH 53 77.9 77.9 77.9

BENAR 15 22.1 22.1 100.0

Total 68 100.0 100.0

p9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(93)

Valid SALAH 9 13.2 13.2 13.2

BENAR 59 86.8 86.8 100.0

Total 68 100.0 100.0

p13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SALAH 1 1.5 1.5 1.5

BENAR 67 98.5 98.5 100.0

(94)

p17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SALAH 28 41.2 41.2 41.2

BENAR 40 58.8 58.8 100.0

(95)

p21

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid BAIK 34 50.0 50.0 50.0

CUKUP BAIK 33 48.5 48.5 98.5

TIDAK BAIK 1 1.5 1.5 100.0

Total 68 100.0 100.0

(96)

Frequency Percent Valid Percent

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(97)

Valid BAIK 63 92.6 92.6 92.6

TIDAK BAIK 5 7.4 7.4 100.0

Total 68 100.0 100.0

p28

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(98)

Valid SALAH 45 66.2 66.2 66.2

BENAR 23 33.8 33.8 100.0

Total 68 100.0 100.0

Score_Dukungan_Istri_Terhadap_Suami_dalam_KB

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SETUJU 24 35.3 35.3 35.3

TIDAK SETUJU 44 64.7 64.7 100.0

Total 68 100.0 100.0

p32

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SALAH 28 41.2 41.2 41.2

BENAR 40 58.8 58.8 100.0

(99)

p35

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid MUDAH 8 11.8 11.8 11.8

TIDAK MUDAH 60 88.2 88.2 100.0

Total 68 100.0 100.0

p36

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SALAH 65 95.6 95.6 95.6

BENAR 3 4.4 4.4 100.0

(100)

p38

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

(101)

Valid SETUJU 6 8.8 8.8 8.8

TIDAK SETUJU 62 91.2 91.2 100.0

Total 68 100.0 100.0

 

(102)

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan umur,
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya
Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase jawaban pengetahuaan

Referensi

Dokumen terkait