KANKER SERVIKS RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN 2008-2012: KARAKTERISTIK MODALITAS TERAPI
DAN LUARAN PASIEN
TESIS MAGISTER
Oleh:
RISKE EKA PUTRI
DEPARTEMEN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
PENELITIAN INI DI BAWAH BIMBINGAN
TIM-5
Pembimbing :
Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG.K
dr. Deri Edianto, M.Ked (OG), SpOG.K
Pembanding :
Prof. dr. Daulat H. Sibuea, SpOG.K
dr. Henry Salim Siregar, SpOG.K
dr. Muara P. Lubis, M. Ked (OG), SpOG
Diajukan untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat
Menyelesaikan Program Pendidikan Magister
Kedokteran
HALAMAN PENGESAHAN
Penelitian ini telah disetujui oleh Tim 5
Pembimbing :
Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG.K
---
Pembimbing I
Tgl.
dr. Deri Edianto, M.Ked(OG), SpOG.K
---
Pembimbing II
Tgl.
Pembanding :
Prof. dr. Daulat H. Sibuea, Sp.OG (K)
---
Sub. Bagian Fetomaternal
Tgl.
dr. Henry Salim Siregar, Sp.OG (K)
---
Sub. Bagian Fertilitas Endokrinologi
Tgl.
dan Reproduksi
Dr. Muara P. Lubis, M.Ked OG, Sp.OG
---
KATA PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur Saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis ini disusun untukmelengkapi tugas-tugas dan memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran dalam bidang Obstetri dan
Ginekologi. Sebagai manusia biasa Saya menyadari bahwa tesis ini banyak
kekurangannya dan masih jauh dari sempurna, namun demikian besar harapan Saya
kiranya Tesis ini dapat bermanfaat dalam menambah perbendaharaan bacaan
khususnya tentang :
“
KANKER SERVIKS RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN 2008-2012: KARAKTERISTIK MODALITAS TERAPIDAN LUARAN PASIEN
”
Dengan selesainya laporan penelitian ini, perkenankanlah Saya
menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada
yang terhormat :
1. Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H
(CTM&H), SpA(K) dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara, Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD (KGEH), yang telah
memberikan kesempatan kepada Saya untuk mengikuti Program Pendidikan
2. Ketua Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, Prof. dr. Delfi
Lutan, MSc, SpOG (K); Sekretaris Departemen Obstetri dan Ginekologi
FK-USU Medan, Dr. dr. M. Fidel Ganis Siregar, M.Ked(OG), SpOG (K); Ketua
Program Studi Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, dr.
Henry Salim Siregar, SpOG (K); Sekretaris Program Studi Dokter Spesialis
Obstetri dan Ginekologi FK-USU Medan, dr. M. Rhiza Z. Tala, M.Ked(OG),
SpOG (K); Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah, SpOG (K); Prof. dr. Djafar Siddik,
SpOG (K); Prof. dr. dr. M. Thamrin Tanjung, SpOG (K); Prof. dr.
Hamonangan Hutapea, SpOG (K); Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, SpOG (K);
Prof. dr. T. M. Hanafiah, SpOG (K); Prof. dr. Budi R. Hadibroto, SpOG (K);
Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K); Prof. dr. Daulat H. Sibuea, SpOG (K);
yang telah bersama-sama berkenan menerima Saya untuk mengikuti
pendidikan magister di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK USU.
3. Khususnya kepada Prof. dr. Delfi Lutan, MSc, SpOG (K); yang telah memberi
Saya kesempatan untuk dapat menempuh Program Pendidikan Magister di
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU. Saya ucapkan Terimakasih
yang tidak terhingga, semoga Allah SWT membalas kebaikan beliau.
4. Ketua Divisi Onkologi Ginekologi Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K) dan
Sekretaris Divisi Onkologi Ginekologi dr. Deri Edianto, M.Ked(OG),
SpOG(K) yang telah mengizinkan Saya untuk melakukan penelitian tentang :
“
KANKER SERVIKS RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN 2008-2012: KARAKTERISTIK MODALITAS TERAPI5. Prof. dr. M. Fauzie Sahil, SpOG(K) dan dr. Deri Edianto, M.Ked(OG),
SpOG(K selaku pembimbing tesis Saya, bersama Prof. dr. Daulat H Sibuea,
SpOG(K); dr. Henry Salim Siregar, SpOG(K) dan dr. Muara P Lubis,
M.Ked(OG), Sp.OG, selaku pembanding dan nara sumber yang penuh dengan
kesabaran telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk membimbing,
memriksa, dan melengkapi penulisan tesis ini hingga selesai.
6. Terimakasih kepada dr. Sarah Dina, M.Ked(OG), SpOG(K) yang telah
memberikan ide dan membantu disetujuinya penulisan tesis ini.
7. dr. Risman F Kaban, M. Ked(OG), Sp.OG, selaku Bapak Angkat Saya selama
menjalani masa pendidikan, yang telah banyak mengayomi, membimbing dan
memberikan nasehat yang bermanfaat kepada Saya selama dalam pendidikan.
8. Kepada dr. Yusuf R Surbakti, SpOG(K), selaku pembimbing minirefarat
magister Saya yang berjudul: “Efektifitas Nifedipin sebagai Tokolitik pada
Preterm Labor”; dan Seluruh Staf Pengajar Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK-USU Medan, yang secara langsung telah banyak membimbing
dan mendidik Saya sejak awal hingga akhir pendidikan magister. Semoga
Allah SWT membalas budi baik Guru-guru Saya tersebut.
9. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan kesempatan
dan sarana kepada Saya selama mengikuti program pendidikan magister di
Departemen Obstetri dan Ginekologi.
10.Direktur RSUP dr. Pirngadi Medan, dr. Amran Lubis, SpJP; dan khususnya
Arifin Nasution, SpOG(K); Ketua koordinator PPDS Obgin RSUD dr.
Pirngadi Medan dr. Sanusi Piliang, SpOG; Ketua KomitePenelitian di RSUD
dr. Pirngadi Medan dr. Fadjrir, SpOG beserta staf yang telah memberikan
kesempatan dan sarana kepada Saya selama menempuh pendidikan magister
di Departemen Obstetri dan Ginekologi. Dan kepada dr. John S. Khoman,
SpOG (K), terima kasih banyak atas segala nasehat, arahan, dan bimbingannya
kepada Saya selama bertugas di Divisi Onkologi Ginekologi RSUD dr.
Pirngadi Medan.
11.Direktur Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan dan Kepala SMF
Obstetri dan Ginekologi Rumkit Tk. II Puteri Hijau KESDAM II/BB Medan
dr. Yazim Yaqub, SpOG beserta staf yang telah memberi kesempatan dan
sarana serta bimbingan selama Saya bertugas di Rumah Sakit tersebut.
12.Direktur Rumah Sakit Umum PTPN II Tembakau Deli; dr. Sofyan Abdul Ilah,
SpOG dan dr. Nazaruddin Jaffar, SpOG (K) beserta staf yang telah
memberikan kesempatan dan bimbingan selama Saya bertugass menjalani
pendidikan di Rumah Sakit tersebut.
13.Direktur RSU Haji Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Gnekologi RSU Haji
Medan dr. Muslich Perangin-angin, SpOG beserta staf yang telah memberi
kesempatan dan sarana serta bimbingan kepada Saya selama bertugas di
Rumah Sakit tersebut.
14.Direktur RSU Sundari Medan dan Kepala SMF Obstetri dan Gnekologi RSU
beserta staf yang telah memberi kesempatan dan bimbingan selama Saya
bertugas di Rumah Sakit tersebut.
15.Direktur RSUD HKBP Balige beserta staf yang telah memberikan kesempatan
untuk bekerja dan memberikan bantuan moril selama Saya bertugas di Rumah
Sakit tersebut.
16.Ketua Departemen Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-USU Medan beserta
staf, atas kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya
bertugas di Departemen tersebut.
17.Ketua Departemen Patologi Anatomi FK-USU Medan beserta staf, atas
kesempatan dan bimbingan yang telah diberikan selama Saya bertugas di
Departemen tersebut.
18.Kepada senior-senior Saya, dr. Erry Syahbani, Sp.OG, dr. Roy Yustin, Sp.OG,
dr. Melvin NG Barus, Sp.OG, dr. Dudy Aldiansyah, Sp.OG, dr. Ujang Ridwan
Permana, Sp.OG, dr. Hayu Lestari Haryono, Sp.OG, dr. A. Hadi, Sp.OG, dr.
Juni H Tarigan, Sp.OG, dr. Renardy, Sp.OG, dr. T.M. Rizky, Sp.OG, dr.
Mulda F Situmorang, Sp.OG, dr. P. Gotlieb Sidabutar, Sp.OG, dr. Tomy,
Sp.OG, dr. T. Rahmat Iqbal, Sp.OG, dr. John T, Sp.OG, dr. Muara P Lubis,
Sp.OG, dr. Sukhbir Singh, Sp.OG, dan dr. Simon P Saing, Sp.OG. Saya
berterima kasih atas segala bimbingan, bantuan dan dukungannya yang telah
diberikan selama ini.
19.Kepada sahabat-sahabat saya dr. Tigor P Hasugian, M.Ked(OG), Sp.OG, dr.
T. Johan Avicena, M.Ked(OG), Sp.OG, dr. Hendri Adi Syahputra,
Heika Natasha Silitonga, M.Ked(OG), terima kasih untuk kebersamaan dan
kerjasamanya selama pendidikan hingga saat ini.
20.Teman sejawat yang pernah bekerjasama dengan saya dalam tim jaga dr. Sri
Damayana Harahap, dr. Ray Christy Barus, dr. Hotbin Purba, dr. Hiro Hidaya
Danial Nst, dr. Liza Marosa, dr. Ninong Ade Putri, dr. Johan Ricardo Sibarani,
dr. Ade Ayu Chartyansari, dr. Tony Simarmata, dr. D. Irsat Syafardi dan dr.
Irvan Arifianto, terima kasih atas kebersamaan kita selamaini, kenangan indah
akan Saya ingat selamanya.
21.Seluruh rekan-rekan PPDS yang sangat baik. Terima kasih atas kebersamaan,
dorongan semangat dan doa yangtelah diberikan selama ini.
22.Kepada almh. Ibu Hj. Asnawati Hsb, Ibu Hj. Sosmalawaty, Ibu Zubaedah,
Mimi, dan seluruh Pegawai di lingkungan Departemen Obstetri dan
Ginekologi RSUP H. Adam Malik Medan terima kasih atas bantuan dan
dukungannya.
23.Dokter muda, Bidan, Paramedis, karyawan/karyawati, serta para pasien di
Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/RSUP. H. Adam Malik-RSUD
dr. Pirngadi Medan, RS. Haji Medan, RS. Sundari yang dari padanya Saya
banyak memperoleh pengetahuan baru, terima kasih atas kerja sama dan saling
pengertian yang diberikan kepada Saya sehingga dapat sampai pada akhir
program pendidikan magister ini.
Tiada kata yang dapat Saya ucapkan selain rasa syukur kepada Allah SWT dan
orangtua Saya yang sangat Saya cintai, Ayahanda Drs. Riswan, Ak dan ibunda Sri
Hastuti Harahap yang telah membesarkan, membimbing, mendoakan, serta mendidik
Saya dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dari sejak kecil hingga kini, memberi
contoh yang baik dalam menjalani hidup serta memberikan motivasi dan semangat
kepada Saya selama mengikuti pendidikan ini.
Kepada kedua saudara kandung Saya, Adinda Risyella Dwi Putri dan Rismi
Tri Putri, terima kasih atas bantuan, dorongan semangat dan doa kepada saya selama
menjalani pendidikan.
Khususnya kepada suami tercinta Arwansyah C.A Daulay, SH, MM, dan
anakku Arissa Kamila Putri Daulay, terima kasih atas cinta, kasih sayang dan
pengertian selama ini.
Akhirnya kepada seluruh keluarga handai tolan yang tidak dapat Saya
sebutkan namanya satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang
telah banyakmemberikan bantuan, baik moril maupun materil, Saya ucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada
kitasemua. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Medan, Agustus 2013
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 4
1.3. Tujuan Penelitian ... 5
1.3.1 Tujuan Umum ... 5
1.3.2 Tujuan Khusus ... 5
1.4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II Tinjauan Pustaka ... 7
2.1. Etiologi ... 7
2.2. Lesi Prakanker Serviks ... 9
2.3. Gambaran Klinis ... 10
2.4. Penatalaksanaan Kanker Serviks ... 14
2.4.1Histerektomi ... 14
2.4.2Radiasi ... 15
2.4.3Kemoterapi ... 16
2.4.4Adjuvant Kemoradiasi ... 17
2.5. Evaluasi Respon Terapi ... 19
BAB III Metode Penelitian ... 21
3.1. Rancangan Penelitian ... 21
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21
3.3. Subyek Penelitian ... 21
3.4. Variabel Penelitian ... 22
3.5. Batasan Operasional... 22
3.6. Cara Kerja ... 25
BAB IV Hasil dan Pembahasan ... 27
4.1. Karakteristik Penderita Kanker Serviks. ... 27
4.2. Sebaran Jenis Histopatologi Berdasarkan Stadium, Keterlibatan KGB, UkuranTumor dan Tempat Metastase ... 31
4.3. Penatalaksanaan Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan ... 32
4.4. Follow Up ... 35
4.5. Evaluasi Respon Terapi Radiasi dan Kekambuhan ... 39
4.6. Penyebab Kematian ... 41
4.7. Distribusi Interval Bebas Penyakit Penderita Kanker Serviks ... 42
4.8. Hubungan Berbagai Faktor Dengan Keterlibatan KGB Pada Pasien Dengan Terapi Primer Operasi ... 46
BAB V Kesimpulan dan Saran ... 49
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi Respon Terapi Kriteria RECIST ... 19
Tabel 4.1 Karakteristik Penderita Kanker Serviks ... 27
Tabel 4.2 Sebaran Jenis Histopatologi Berdasarkan Stadium ... 31
Tabel 4.3 Terapi Primer Yang Dilakukan ... 33
Tabel 4.4 Distribusi Kasus Dengan Terapi Radiasi ... 34
Tabel 4.5 Distribusi Kondisi Akhir Pasien ... 35
Tabel 4.6 Follow Up Pasien Dengan Terapi Primer Operasi ... 36
Tabel 4.7 Follow Up Pasien Dengan Terapi Primer Kemoradiasi dan Radiasi ... 38
Tabel 4.8 Evaluasi Respon Terapi Radiasi ... 39
Tabel 4.9 Kejadian Kekambuhan (Relaps) ... 40
Tabel 4.10 Penyebab Kematian ... 41
Tabel 4.11 Hubungan Interval Bebas Penyakit Dengan Stadium Penderita Kanker Serviks ... 42
Tabel 4.12 Hubungan Ukuran Tumor Dengan Interval Bebas Penyakit Kanker Serviks ... 43
Tabel 4.13 Hubungan Keterlibatan KGB Dengan Interval Bebas Penyakit Kanker Serviks ... 44
Tabel 4.14 Hubungan Jenis Histopatologi Dengan Interval Bebas Penyakit ... 45
Tabel 4.15 Hubungan Ukuran Tumor Dengan Keterlibatan KGB ... 46
Tabel 4.16 Hubungan Stadium Dengan Keterlibatan KGB ... 47
KANKER SERVIKS RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
2008-2012: KARAKTERISTIK MODALITAS TERAPI
DAN LUARAN PASIEN
Sahil MF, Edianto D, Putri RE
Magister Kedokteran Klinik – Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran – Universitas Sumatera Utara
Medan, Indonesia, Juli 2013
ABSTRAK
Tujuan penelitian : Untuk Mengetahui profil faktor risiko, karakteristik dan luaran pasien kanker serviks di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK.USU – RSUP. H. Adam Malik Medan.
Desain penelitian : Rancangan penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain potong lintang (cross sectional), yang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP.H. Adam Malik Medan,
dimulai pada Januari 2008 – Desember 2012.
Kesimpulan : Untuk memberikan harapan hidup lebih tinggi dan memberikan respon terapi lebih baik, sebaiknya melakukan penemuan kasus kanker serviks secara dini. Penanganan terhadap kasus kanker serviks sebaiknya
dengan terapi kombinasi untuk mendapatkan respon terapi yang lebih baik.
CERVICAL CANCER IN RSUP H ADAM MALIK MEDAN
2008-2012: THERAPEUTIC MODALITIES AND PATIENT OUTCOME
CHARACTERISTICS
Sahil MF, Edianto D, Putri RE
Magister Kedokteran Klinik – Departement of Obstetri dan Ginekologi Medical Faculty – Universitas Sumatera Utara
Medan, Indonesia, Juli 2013
ABSTRACT
Objective : To determine the risk factors, characteristics and outcomes of patients with cervical cancer at the Department of Obstetrics and Gynecology FK.USU - Dr. H. Adam Malik Medan.
Methods : The study design was an observational study with cross-sectional design (cross-sectional), performed at the Department of Obstetrics and Gynecology RSUP.H. Adam Malik Medan, began in January 2008 - December 2012.
Result : Most cases of cervical cancer found in women> 40 years, with parity ≥ 4, low socio-economic conditions, generally, they have a history of vaginal discharge with histopathology result is squamous cell. Mostly found in stage
IIIB and IIB, and is rarely found in earlier stages of disease, most measuring > 4 cm in tumor size and generally metastases does not occur. Most treatment of cervical cancer cases is chemoradiation, while the external pelvic radiotherapy is the most widely used. 5-year life survival of cervical cancer in stage I and II is greater than in stage III and IV as well as cases without lymph node involvement.
Conclusion : To provide a higher life survival and provide a better therapeutic response, we should conduct cervical cancer case finding early. The handling of cases of cervical cancer with combination therapy should be able gain a better therapeutic response.
KANKER SERVIKS RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
2008-2012: KARAKTERISTIK MODALITAS TERAPI
DAN LUARAN PASIEN
Sahil MF, Edianto D, Putri RE
Magister Kedokteran Klinik – Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran – Universitas Sumatera Utara
Medan, Indonesia, Juli 2013
ABSTRAK
Tujuan penelitian : Untuk Mengetahui profil faktor risiko, karakteristik dan luaran pasien kanker serviks di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK.USU – RSUP. H. Adam Malik Medan.
Desain penelitian : Rancangan penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain potong lintang (cross sectional), yang dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP.H. Adam Malik Medan,
dimulai pada Januari 2008 – Desember 2012.
Kesimpulan : Untuk memberikan harapan hidup lebih tinggi dan memberikan respon terapi lebih baik, sebaiknya melakukan penemuan kasus kanker serviks secara dini. Penanganan terhadap kasus kanker serviks sebaiknya
dengan terapi kombinasi untuk mendapatkan respon terapi yang lebih baik.
CERVICAL CANCER IN RSUP H ADAM MALIK MEDAN
2008-2012: THERAPEUTIC MODALITIES AND PATIENT OUTCOME
CHARACTERISTICS
Sahil MF, Edianto D, Putri RE
Magister Kedokteran Klinik – Departement of Obstetri dan Ginekologi Medical Faculty – Universitas Sumatera Utara
Medan, Indonesia, Juli 2013
ABSTRACT
Objective : To determine the risk factors, characteristics and outcomes of patients with cervical cancer at the Department of Obstetrics and Gynecology FK.USU - Dr. H. Adam Malik Medan.
Methods : The study design was an observational study with cross-sectional design (cross-sectional), performed at the Department of Obstetrics and Gynecology RSUP.H. Adam Malik Medan, began in January 2008 - December 2012.
Result : Most cases of cervical cancer found in women> 40 years, with parity ≥ 4, low socio-economic conditions, generally, they have a history of vaginal discharge with histopathology result is squamous cell. Mostly found in stage
IIIB and IIB, and is rarely found in earlier stages of disease, most measuring > 4 cm in tumor size and generally metastases does not occur. Most treatment of cervical cancer cases is chemoradiation, while the external pelvic radiotherapy is the most widely used. 5-year life survival of cervical cancer in stage I and II is greater than in stage III and IV as well as cases without lymph node involvement.
Conclusion : To provide a higher life survival and provide a better therapeutic response, we should conduct cervical cancer case finding early. The handling of cases of cervical cancer with combination therapy should be able gain a better therapeutic response.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara
keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada
wanita setelah kanker payudara dan merupakan penyebab utama kematian
akibat kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks terus menerus
menjadi masalah kesehatan publik pada wanita di seluruh dunia, khususnya
di negara berkembang seperti Indonesia. Sebagian besar penderita kanker
serviks uteri datang berobat pada stadium lanjut, karena pada stadium awal
penyakit ini tidak menimbulkan gejala.Data dari 13 pusat patologi di Indonesia
menunjukkan bahwa kanker serviks berada di urutan pertama di antara
semua kanker (23,43% dari 10 kanker utama pada pria dan 31,0% dari 10
kanker utama pada wanita).1,2 Data dari berbagai rumah sakit pendidikan
pada tahun 2007 menunjukkan bahwa kanker serviks adalah keganasan
ginekologi tersering diikuti oleh kanker ovarium, uterus, vulva, dan vagina.
Pada tahun 2000 diperkirakan 370.000 kasus dari sekitar 470.600
kasus baru kanker serviks dari seluruh dunia diderita oleh perempuan di
negara-negara berkembang. Dari jumlah tersebut, lebih dari separuh berasal
penyebab kematian 233.400 perempuan di dunia setiap tahunnya, yang 80
persennya berasal dari negara-negara berkembang.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian akibat kanker
serviks sebetulnya amat sederhana dan efektif. Jika saja lesi prakanker
serviks dapat diidentifikasi dan ditatalaksana dengan tepat, lesi ini tidak akan
berkembang menjadi kanker serviks. Angka harapan hidup lima tahun
perempuan dengan lesi prakanker mendekati seratus persen bila
ditatalaksana dengan tepat.
4,5
Dengan diperkenalkannya skrining regular dengan Pap smear, angka
kejadian dan mortalitas kanker serviks masing-masing menurun menjadi
70-80% dan 90% pada kebanyakan negara berkembang. 6,7
8,9
Namun masih
banyak halangan untuk membuat Pap smear menjadi metode dasar program
skrining di negara berkembang seperti Indonesia, khususnya keterbatasan
ahli patologi yang sangat penting untuk diagnosa.10 Hanya terdapat 292
orang ahli patologi (data dari IAPI 2010) yang harus melayani populasi
Indonesia yang berjumlah 237 juta jiwa (Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia 2010).
Beberapa faktor risiko yang merupakan predisposisi terjadinya kanker
serviks dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa menikah pada usia
kurang dari 16 tahun, memiliki pasangan seksual lebih dari satu, keputihan
kronis, higiene genital yang buruk, merokok, dan status sosio-ekonomi yang
rendah menunjukkan risiko yang lebih besar daripada wanita yang tidak
dapat dikaitkan dengan progresifitas penyakit, stadium penyakit, luaran, dan
respon terapi.
Karsinoma serviks merupakan penyakit di mana sel-sel serviks
menjadiabnormal dan tumbuh tak terkendali. Penyebab tersering dari
karsinoma serviksialah infeksi darihuman papilloma virus (HPV). 13,14
Terapi untuk karsinoma serviks antara lain operasi, radiasi,
dankemoterapi. Terapi radiasi dapat dilakukan dengan cara radiasi
eksterna danbrachytherapy. Bila menggunakan radiasi eksterna, sinar radiasi
difokuskan padadaerah panggul dari sumber di luar tubuh.Pada daerah
panggul terdapat organ-organ selain uterus seperti kandung kemih, ureter
bagian ke tiga, kolon sigmoiddan rektum.Efek dari radiasi pada ureter
dapat menimbulkan striktur ataupenyempitan yang bisa menimbulkan
gangguan fungsi ginjal.
14,15
Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan kanker dengan
menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat
proliferasi sel-sel kanker. The National Cancer Institute
merekomendasikanbahwa kemoterapi dengan cisplatin dipertimbangkan
untuk semua wanita yangmenerima terapi radiasi untuk karsinoma
serviks.Salah satu efek cisplatin ialahnefrotoksisitas yaitu dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal. Mekanisme darinefrotoksisitas cisplatin
ialah penimbunan cisplatin di sel ginjal, biotransformasidari cisplatin di ginjal,
dan apoptosis sel ginjal oleh cisplatin. 15,16
Untuk kasus karsinomaserviks stadium lanjut (stadium IIB
sampaistadium IVA), radioterapi diberikan secarakombinasi yaitu eksternal
dan intrakaviter, sedang pada karsinoma serviks stadiumIVB dimana sudah
terjadi metastasis jauhbiasanya hanya diberikani kemoterapi ataukombinasi
dengan radioterapi lokal.Kemoterapi sering digunakan bersamaan dengan
terapi radiasi.StadiumIIB, III, IV, dan karsinoma serviks berulang biasanya
dilakukan terapi kombinasiradiasi eksterna atau interna dan kemoterapi.
Beberapa penelitian telah dilakukanmengenai efek dari kemoradiasi pada
pasien karsinoma serviks.
Kanker serviks yang telah diterapi dievaluasi selama 3 bulan untuk
melihat respon terapiyang diharapkan berupa clinical complete response.Beberapa faktor risiko terkait dengan kejadian kanker serviks dan luaran pasien yang mengalami remisi atau tidak.Selain ituluaran histopatologi
dan stadium serta ketahanan hidup 5 tahun juga harus diteliti untuk
mengevaluasi strategi penanganan optimal yang telah dilakukan pada
penderita kanker serviks. 18,19
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang hendak dikaji adalah:
1. Bagaimana profil faktor risiko penderita kanker serviks yang meliputi
usiamenikah pertama kali, jumlah pasangan seksual, riwayat keputihan
kanker serviks di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK.USU –
RSUP. H. Adam Malik Medan?
2. Bagaimana karakteristik stadium kanker serviks, luaran histopatologi,
jenis penatalaksanaan serta luaran pasien di Departemen Obstetri dan
Ginekologi FK.USU – RSUP. H. Adam Malik Medan?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui profil faktor risiko, karakteristik dan luaran pasien kanker
serviks di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK.USU – RSUP. H.
Adam Malik Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui profil faktor risiko penderita kanker serviks yang meliputi usia
menikah pertama kali, jumlah pasangan seksual, riwayat keputihan kronis,
riwayat merokok dan status sosio-ekonomi terhadap kejadian kanker
serviks di Departemen Obstetri dan Ginekologi FK.USU – RSUP. H. Adam
Malik Medan.
2. Mengetahui gambaran stadium kanker serviks, luaran histopatologi, jenis
penatalaksanaan serta luaran pasien di Departemen Obstetri dan
1.4. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bukti ilmiah mengenai
profil penderita kanker serviks, gambaran penatalaksanaan kanker
serviks, dan luaran pasien yang telah di terapi di Departemen Obstetri
dan Ginekologi FK.USU – RSUP. H. Adam Malik Medan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker serviks adalah kanker primer dari serviks (kanalis servikalis
atau porsio). Perjalanan penyakit karsinoma sel kuamosa serviks merupakan
salah satu model karsinogenesis yang melalui tahapan dimulai dari proses
karsinogenesis yang awal sampai terjadinya perubahan morfologi hingga
tumbuh menjadi kanker invasif. Lebih dari 20 tahun penelitian proses
karsinogenesis karsinoma sel skuamosa serviks diteliti dan diamati, sehingga
diketemukan proses yang terjadi akibat pengaruh faktor karsinogen dan faktor
serviks sendiri. Virus human papilloma virus (HPV) menjadi perhatian yang diteliti secara molekular dan proteomik. Infeksi virus HPV merupakan faktor
risiko masuknya karsinogen E6 dan E7, kedua protein tersebut merupakan
karsinogen kanker serviks uterus.15
2.1. Etiologi
Dalam beberapa tahun terakhir, biologi molekular memberikan
keterangan hubungan antara infeksi persisten dengan genotip HPV risiko
tinggi dan kanker serviks.Infeksi HPV terdeteksi pada 99,7% kanker serviks,
sehingga infeksi HPV merupakan infeksi yang sangat penting pada
perjalanan penyakit kanker serviks uterus. Pada penelitian kasus-kontrol,
prevalensi infeksi HPV pada kanker serviks jenis karsinoma sel skuamosa
HPV pada kanker serviks jenis adenokarsinoma dijumpai sejumlah
85,7-100% (metaanalisis 9 negara). Pada penelitian kasus-kontrol juga dijumpai
adanya infeksi HPV pada lesi prakanker dan kanker invasif. Kejadian infeksi
HPV risiko tinggi dijumpai sejumlah 80% pada NIS II, 90% pada NIS III dan
sejumlah 98% pada karsinoma serviks invasif.
Hubungan sebab akibat ini menjanjikan pencegahan kanker serviks
global dengan menggunakan baik pencegahan primer melalui vaksinasi HPV
pada wanita muda maupun pencegahan sekunder dengan menskrining
langsung HPV karsinogenik pada wanita yang lebih tua. Dua vaksin HPV
yang telah disetujui oleh FDA adalah Gardasil (quadrivalent) dan Cervarix
(bivalent).
15,20,21
Berbagai faktor dianggap sebagai kofaktor (faktor yang menyertai)
terjadinya kanker serviks antara lain multiparitas, merokok, kontrasepsi
hormonal, penyakit hubungan seksual, dan faktor nutrisi. Pada berbagai
penelitian disebutkan bahwa, menikah pada usia kurang dari 16 tahun,
memiliki pasangan seksual lebih dari satu, keputihan kronis, hygiene genital
yang buruk dan status sosio-ekonomi yang rendah juga menunjukkan risiko
yang lebih besar untuk terjadinya kanker serviks daripada wanita yang tidak
memiliki faktor-faktor risiko tersebut. Sehingga faktor-faktor risiko tersebut
dapat dikaitkan dengan progresifitas penyakit, stadium penyakit, luaran dan
respon terapi. 20
13-15
Selama ini telah dikenal lebih dari 200 tipe HPV, diantaranya ada yang
displasia ringan. Sedangkan tipe risiko tinggi seperti tipe 16, 18, 31, 33, dan
35 dihubungkan dengan displasia ringan dan karsinoma insitu. Tipe HPV
yang benar-benar karsinogenik untuk manusia dan berkaitan erat dengan
timbulnya kanker serviks adalah tipe 16 dan 18.
Hasil pemeriksaan sitologi eksploratif dari ekto dan endo-serviks yang
positif tidak boleh dianggap diagnosis pasti. Diagnosis harus dapat dipastikan
dengan pemeriksaan histopatologik dari jaringan yang diperoleh dengan
melakukan biopsi.
15
13,15
2.2. Lesi Prakanker Serviks
Istilah lesi prakanker leher rahim (displasia serviks) telah dikenal luas
di seluruh dunia.Lesi prakanker disebut juga neoplasia intraepitelial serviks
(cervical intraepithelial neoplasia).Keadaan ini merupakan awal dari perubahan menuju karsinoma leher rahim.Infeksi Human Papilloma Virus
persisten dapat berkembang menjadi neoplasia intraepitel serviks (NIS).
Seorang wanita dengan seksual aktif dapat terinfeksi oleh HPV resiko-tinggi
dan 80% akan menjadi transien dan tidak akan berkembang menjadi NIS dan
HPV akan hilang dalam waktu 6-8 bulan.
Dalam hal ini respons antibody terhadap HPV risiko-tinggi yang
berperan.Dua puluh persen sisanya berkembang menjadi NIS dan sebagian
besar yaitu 80% virus menghilang kemudian lesi juga menghilang.Maka, yang
berperan adalah cytotoxic T-cell.Sebanyak 20% dari yang terinfeksi virus tidak menghilang dan terjadi infeksi yang persisten. NIS akan bertahan atau
NIS 1 akan berkembang menjadi NIS 3, dan pada akhirnya sebagiannya lagi
menjadi kanker invasif. HPV risiko rendah tidak berkembang menjadi NIS 3
atau kanker invasif, tetapi bisa menjadi NIS 1 dan beberapa menjadi NIS 2.
Terdapat hubungan yang kuat antara derajat NIS dengan infeksi
HPV.Pada NIS I atau LSIL infeksi yang dijumpai umumnya infeksi HPV tipe 6
atau 11.Kedua HPV ini tidak menyebabkan progresifitas ke derajat yang lebih
tinggi.Pada HSIL terdapat hubungan yang kuat dengan infeksi HPV 16 dan
18, kedua tipe ini merupakan tipe yang mempunyai onkoprotein. Infeksi ini
menyebabkan perubahan lesi pada NIS II tanpa melalui NIS I. Dengan
demikian terdapat dua alur perjalanan penyakit pada lesi prakanker.
13
Sejak diperkenalkannya tes Papanicolaou (Pap) pada tahun 1950,
skrining sitologi serviks telah dihubungkan dengan penurunan signifikan
insidensi dan mortalitas kanker serviks skuamosa invasif (Saslow,
2002).Setiap tahun, sekitar 7% wanita di Amerika Serikat yang menajlani
skrining ini memiliki hasil sitologi abnormal yang memerlukan respon klinik
(Jones, 2000). Dengan demikian, bagian ginekologi sering melibatkan
diagnosa dan penatalaksanaan penyakit preinvasif lower genital tract (LGT). 15
22
2.3. Gambaran Klinis
Adapun stadium kanker serviks berdasarkan FIGO tahun 2008
Kanker noninvasive, kanker dini ini kecil dan hanya terbatas pada permukaan
serviks. Stadium 0
Kanker hanya terbatas pada serviks Stadium I
Ia : Karsinoma serviks preklinis, hanya dapat didiagnosis secara
mikroskopik, lesi tidak lebih dari 3 mm, atau secara mikroskopik
kedalamannya 3 – 5 mm dari epitel basah dan memanjang tidak
lebih dari 7 mm.
Ia1 : kedalaman lesi ≤3 mm, luas ≤7 mm
Ib : Lesi invasif > 5 mm, bagian atas lesi < 4 cm dan > 4 cm. Ia2 : kedalaman lesi 3-5 mm, luas ≤7 mm
Ib1 : dimensi terbesar lesi ≤4 cm
Ib2 : dimensi terbesar lesi >4 cm
Kanker pada stadium ini termasuk serviks dan uterus, namun belum
menyebar ke dinding pelvis atau bagian bawah vagina. Stadium II
IIa : Penyebaran hanya ke 2/3 proksimal vagina, parametrium masih
bebas dari infiltrat tumor
IIa1 : dimensi terbesar lesi ≤4 cm
IIb : Penyebaran hanya ke parametrium, uni atau bilateral, tetapi belum
sampai dinding
IIa2 : dimensi terbesar lesi >4 cm
Kanker pada stadium ini telah menyebar dari serviks dan uterus ke dinding
pelvis atau bagian bawah vagina. Stadium III
IIIa : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai
dinding panggul
IIIb : Penyebaran sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah
bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses
pada tingkat I atau II, tetapi sudah ada gangguan faal ginjal /
hidronefrosis.
Pada stadium ini kanker telah menyebar ke organ terdekat , seperti kandung
kemih atau rectum, atau telah menyebar ke daerah lain di dalam tubuh,
seperti paru-paru, hati atau tulang. Stadium IV
IVa : Telah bermetastasis ke organ sekitar
IVb : Telah bermetastasis jauh.14,15
Walaupun telah terjadi invasi tumor ke dalam stroma, kanker serviks
masih mungkin tidak menimbulkan gejala.Keputihan merupakan gejala yang
paling sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan
berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian,
senggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma
serviks (75-80%).
Tanda yang lebih klasik adalah perdarahan bercak yang berulang, atau
perdarahan bercak setelah bersetubuh atau membersihkan vagina. Dengan
makin tumbuhnya penyakit, tanda menjadi semakin jelas. Perdarahan
menjadi semakin banyak, lebih sering, dan berlangsung lebih lama. Namun,
terkadang keadaan ini diartikan penderita sebagai perdarahan yang sering
dan banyak. Juga dapat dijumpai sekret vagina yang berbau terutama
dengan massa nekrosis lanjut. Nekrosis terjadi karena pertumbuhan tumor
yang cepat tidak diimbangi dengan pertumbuhan pembuluh darah
(
15,20
angiogenesis) agar mendapat aliran darah yang cukup. Nekrosis ini menimbulkan bau yang tidak sedap dan reaksi peradangan non spesifik.
Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin
lama akan lebih sering terjadi, juga di luar sanggama (perdarahan spontan).
Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat klinik yang lebih lanjut (II
atau III), terutama pada tumor yang bersifat eksofitik.pada wanita usia lanjut
yang sudah tidak melayani suami secara seksual, atau janda yang sudah mati
haid (menopause) bilamana mengidap kanker serviks sering terlambat datang
meminta pertolongan. Perdarahan spontan saat berdefekasi terjadi akibat
tergesernya tumor eksofitik dari serviks oleh skibala, memaksa mereka
datang ke dokter.
15
Adanya perdarahan spontan pervaginam saat berdefekasi, perlu
khas memperkuat dugaan adanya karsinoma. Anemia akan menyertai
sebagai akibat dari perdarahan pervaginam yang berulang. Rasa nyeri akibat
infiltrasi sel tumor ke serabut saraf, memerlukan pembiusan umum untuk
dapat melakukan pemeriksaan dalam yang cermat, khususnya pada lumen
vagina yang sempit dan dinding sklerotik yang meradang. Gejala lain yang
dapat timbul adalah gejala-gejala yang disebabkan oleh metastasis jauh.
Sebelum tingkat akhir (terminal stage), penderita meninggal akibat
perdarahan yang eksesif, kegagalan faal ginjal (CRF= Chronic Renal Failure) akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih, yang
menyebabkan obstruksi total.15,22
2.4. Penatalaksanaan Kanker Serviks
Terapi karsinoma serviks dilakukan bilamana diagnosis telah
dipastikansecara histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang
matang oleh timyang sanggup melakukan rehabilitasi dan pengamatan
lanjutan.Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien kanker serviks,
tergantung pada stadiumnya. penatalaksanaan medis terbagi menjadi tiga
cara yaitu: histerektomi, radiasi, dan kemoterapi.2,3
2.4.1 Histerektomi
Pembedahan adalah cara lama yang hingga saat ini masih digunakan
dalam menangani penderita kanker. Namun demikian cara pembedahan tidak
penyembuhan misalnya pada penderita yang mengalami metastase, resiko
operasi lebih besar daripada kankernya dan penderita yang cacat pasca
bedah. Pada umumnya pembedahan dilakukan pada penderita-penderita
dengan tumor primer yang masih dini atau pengobatan paliatif dekompresif.
Akan tetapi diluar keganasan hematologi untuk semua penderita kanker
seyogyanya berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli bedah sebelum
melakukan tindakan lebih lanjut.
Histerektomi adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan
untukmengangkat uterus dan serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal).
Pada penatalaksanaan kanker serviks biasanya dilakukan histerektomi radikal
pada stadium klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO). 4,5
2
2.4.2. Radiasi
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks
sertamematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks
stadium II B, III, IV diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan
dengan tujuannya yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan
kuratif ialah mematikan sel kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya
dan atau bermetastasis ke kelenjar getah bening panggul, dengan tetap
mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan jaringan sehat di sekitar
seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter. Radioterapi dengan dosis
sudah keluar rongga panggul, maka radioterapi hanya bersifat paliatif yang
diberikan secara selektif pada stadium IV A.
Radioterapi umumnya dilakukan apabila secara lokal-regional
pembedahan tidak menjamin penyembuhan atau bilamana pembedahan
radikal akan mengganggu struktur serta fungsi dari organ yang bersangkutan.
Berhasil tidaknya radiasi yang akan diberikan tergantung dari banyak faktor
antara lain sensitivitas tumor terhadap radiasi, efek samping yang timbul,
pengalaman dari radioterapist serta penderita yang kooperatif. Seperti
halnya pembedahan, radiasipun bisa bersifat kuratif ataupun paliatif misalnya
pada penderita-penderita metastase tulang atau sindroma vena cava
superior.
23
23
2.4.3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat
melalui infus, tablet, atau intramuskuler.Obat kemoterapi digunakan utamanya
untuk membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan
pengobatan kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiag
nosis. Beberapa kanker mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan
atau dapat sembuh dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain,
pengobatan mungkin hanya diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh,
ini disebut pengobatan adjuvant. Dalam beberapa kasus, kemoterapi
diberikan untuk mengontrol penyakit dalam periode waktu yang lama
akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan kualitas hidup
yang lebih baik. Kemoterapi kombinasi telah digunakan untuk penyakit
metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum memberikan
keuntungan yang memuaskan.23
2.4.4. Adjuvan Kemoradiasi
Terapi utama kanker serviks meliputi operasi dan radiasi karena
kanker serviks merupakan kankerginekologik yang kurang sensitif terhadap
kemoterapi. Pada kanker serviks stadium IIB-IVA, FIGO merekomendasikan
terapi baku yaitu radiasi eksterna dan brachyterapy, konkomitan dengan
kemoterapi yang dikenal dengan sebutan kemoradiasi.Interaksi antara
kemoterapi dan radiasi mempunyai banyak postulat, aktivitas tersebut akan
berpengaruh terhadap populasi sel tumor yang berbeda-beda. Penurunan
populasi sel tumor setelah radiasi disebabkan karena efek kemoterapi,
kelompok sel tumor yang berpindah dari fase G pada siklus sel menuju fase
yang respons terhadap terapi akan meningkat, oksigenasi tumor yang
meningkat selama radiasi akan meningkatkan aktivitas sitostatika dan radiasi
sendiri akan mengecilkan massa tumor. Kemoradiasi akan berefek langsung
pada sitotok-sisitas sel tumor, sinkronisasi sel tumor, serta menghambat
perbaikan sel tumor pada keadaan sublethal karena radiasi. Tujuan
kemoterapi sesudah kemora-diasi adalah untuk mematikan mikrometastase
Secara teori mekanisme biologi dari kemoradiasi merupakan gabungan
antara aktivitas sitostatika dan radiasi, yang bekerja pada fase siklus sel yang
berbeda serta sub populasi sel tumor yang berbeda pula. Fraksinasi radiasi
akan menurunkan repopu-lasi sel tumor, meningkatkan pengumpulan kembali
sel tumor dari fase G0 ke fase siklus sel yang respons terhadap terapi, serta
menghambat perbaikan sel yang sublethal karena kerusakan radiasi.
Cisplatin bersama hydoxyurea dan fluorouracil merupakan kemoterapi
yang bersifat meningkatkan radiosensitivitas. Pada beberapa penelitian
dikatakan bahwa keadaan anemia akan memberikan respons terapi yang
kurang optimal dan akan mengurangi survival pada wanita yang menjalani
radioterapi atau kemoradiasi. Selain itu, perlu dipertimbangkan bahwa
cisplatin bersifat nefrotoksik dan mempunyai mekanisme aktivitas
radiosensitisasi dengan menghambat perbaikan sel tumor yang subletal,
kemampuan mematikan sel tumor yang rusak karena radiasi serta sensitisasi
sel yang hipoksia.
20
Setelah menjalani terapi primer kanker serviks baik operasi maupun
radiasi ternyata 40% penderita masih memiliki residual tumor, metastasis
jauh, dan atau relaps. Inilah salah satu hal yang mendorong para ahli untuk
mencari modalitas terapi lain yaitu pemberian kemoterapi pada kanker serviks
dan karena kanker serviks kurang sensitif terhadap kemoterapi maka mereka
para ahli berusaha menemukan rejimen yang efektif. 20
2.5. Evaluasi Respon Terapi
Response Evaluation Criteria in Solid Tumors (RECIST) digunakan
untuk mengukur efek kemoterapi pada pasien dan sekarang digunakan pada
seluruh uji klinis. Dokumentasi dasar dari lesi “target” dan “nontarget”
sebelum penatalaksanaan pada uji klinis masih mendasar. Seluruh lesi yang
terukur hingga maksimum 5 lesi per organ dan total 10 lesi, representasi
seluruh organ yang terlibat, harus diidentifikasi sebagai lesi target dan dicatat
dan diukur pada garis dasarnya. Lesi target harus dipilih berdasarkan
ukurannya (lesi dengan diameter terpanjang) dan kesesuaiannya untuk
pengukuran ulang yang akurat (baik secara klinis atau dengan teknik
[image:38.595.104.528.447.709.2]pencitraan).20
Tabel 2.1.Definisi Respon Terapi Kriteria RECIST Definisi Respon RECIST
Complete
response (CR)
Ketiadaan seluruh lesi target
Partial response
(PR)
Setidaknya pengurangan 30% jumlah diameter
terpanjang lesi target (LD) terhadap pengukuran awal
jumlah diameter terpanjang.
Progressive
disease (PD)
Setidaknya peningkatan 20% jumlah diameter terpanjang
lesi target, dibandingkan jumlah terkecil diameter
terpanjang yang tercatat sejak terapi dimulai atau
munculnya satu atau lebih lesi baru.
Stable disease Tidak cukup pengurangan besar massa untuk
(SD) massa untuk dikualifikasikan pada PD, dibandingkan
jumlah terkecil diameter terpanjang sejak terapi dimulai.
Jumlah diameter terpanjang (longest diameter-LD) pada seluruh lesi target dihitung dan dilaporkan sebagai jumlah dasar LD. Jumlah dasar LD
digunakan sebagai referensi untuk mengkarakteristikkan respon tumor
objektif. Seluruh lesi lain (atau tempat penyakit) diidentifikasikan sebagai lesi
non target. Dan juga dicatat sebagai garis dasar. Pengukuran lesi ini tidak
diperlukan, tetapi keberadaan atau ketiadaan masing-masing harus dicatat
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini merupakan penelitianobservasional
dengan desain potong lintang (cross sectional). Analisis antar variabel dilakukan dengan metode analisis univariat dan bivariat.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Departemen Obstetri dan Ginekologi
RSUP.H. Adam Malik Medan.Waktu penelitian dimulai padaJanuari 2008 –
Desember 2012.
3.3. Subyek Penelitian
a. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah populasi semua pasienkanker serviks yang
berobat di poli rawat jalan onkologi-ginekologi dan yang dirawat di
Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUP. H. Adam Malik Medan selama
periode Januari 2008 sampai Desember 2012.
b. Kriteria Penerimaan
Kriteria penerimaan yaitu adalah pasienkanker serviks yang telah
c. Kriteria Penolakan
Kriteria penolakan yaitu pasien kanker serviks tanpa hasil
histopatologi, atau hasil histopatologinya tidak bisa diperiksa ulang.
3.4. Variabel Penelitian
3.5. Batasan Operasional
• Usia kontak seksual pertama kali
Adalah: Usia pertama kali subyek melakukan hubungan seksual
dengan pasangan (dalam satuan tahun)
Skala ukur: Skala ratio/variabel numerik
• Jumlah pasangan seksual
Adalah: Jumlah pasangan seksual pria
Skala ukur: Skala ratio/variabel numeric
• Riwayat Keputihan Kronis
Adalah: Riwayat keputihan lama yang berulang dan berbau (riwayat
ada/tidak ada)
Variabel Independen
1. Usia menikah pertama 2. Jumlah pasangan seksual 3. Keputihan
4. Jenis Histopatologi 5. Ukuran tumor 6. Stadium penyakit
7. Jenis penatalaksanaan
a. Radikal Histerektomi b. Kemoradiasi
Variabel Dependen
Kanker serviks • Keterlibatan KGB • Respon terapi
Skala Ukur: Skala nominal/variabel kategorik
• Riwayat merokok
Adalah: Riwayat merokok (ada/tidak ada)
Skala ukur: Skala nominal/variabel kategorik
• Jenis histopatologi
Adalah: jenis histopatologi yaitu sel squamous, adenocarcinoma,
endometrioid, dan jenis lainnya
Skala ukur: skala nominal/variabel kategorik
• Stadium kanker serviks
Adalah: Stadium berdasarkan FIGO (2008)
Skala ukur: skala nominal/variabel kategorik
• Stadium Dini
Adalah: Stadium kanker serviks IA sampai IIA berdasarkan FIGO
(2008)
Skala ukur: skala nominal/variabel kategorik
• Stadium Lanjut
Adalah: Stadium kanker serviks IIB sampai IVB berdasarkan FIGO
(2008)
Skala ukur: skala nominal/variabel kategorik
• Jenis Penatalaksanaan
Adalah: Penatalaksanaan berupa operasi radikal histerektomi dengan
atau tanpa adjuvan kemoradiasi, kemoradiasi saja atau radiasi saja.
• Respon Terapi
Adalah: evaluasi respon kanker serviks yang telah diterapi kemoradiasi
atau radiasi komplit, berdasarkan kriteria RECIST
Skala ukur: skala nominal/variabel kategorik
• Kekambuhan (Relaps)
Adalah: timbulnya kembali penyakit kanker serviks setelah menerima
terapi inisial komplit dan dinyatakan sembuh sebelumnya, dalam
jangka waktu yang dinyatakan dalam satuan bulan.
o Kekambuhan lokal : kekambuhan pada serviks
o Kekambuhan regional : kekambuhan pada organ pelvis
o Kekambuhan jauh : kekambuhan di luar rongga pelvis
Skala ukur: skala nominal/variabel kategorik
• Interval Bebas Penyakit
Adalah: jangka waktu sejak dilakukannya terapi primer kanker serviks
hingga terjadi kekambuhan.
Skala ukur: skala ratio/variabel numerik
• Penyebab kematian
Adalah: keterangan mengenai kematian penderita kanker serviks yang
diperoleh dari data rekam medis ataupun melalui keterangan keluarga
3.6. Cara Kerja
• Seluruh data pasien kanker serviks diperoleh dari daftar registrasi
rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan. Kemudian dari data
tersebut diperoleh nomor rekam medis dan status pasien.
• Dari status rekam medis diperoleh keterangan identitas, alamat dan
nomor telepon yang dapat dihubungi, serta diperoleh data karakteristik
pasien, stadium penyakit, jenis histopatologi dan penatalaksanaan
pasien.i
• Untuk menilai kondisi akhir pasien, peneliti menghubungi alamat/nomor
telepon yang diperoleh dari data identitas pasien dan menganjurkan
pasien untuk kembali kontrol ke poliklinik onkologi ginekologi RSUP H.
Adam Malik Medan atau peneliti mengunjungi pasien yang berdomisili
di Medan.
• Data yang terkumpul dianalisa dengan menggunakan SPSS v.17 untuk
3.7.Alur Penelitian
Data Sekunder
(Faktor Risiko, Histopatologi, Stadium)
Respon Terapi
Radikal Histerektomi Kemoradiasi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan meneliti
data-data yang diperoleh dari rekam medik penderita kanker serviks di RSUP H.
Adam Malik Medan sejak Januari 2008 hingga Desember 2013.Dalam kurun
waktu tersebut, dijumpai 461 kasus kanker serviks dalam berbagai stadium.
4.1 KarakteristikPenderita Kanker Serviks
Gambaran karakteristik kasus berdasarkan umur, paritas, usia coitus
pertama, jumlah pasangan, pekerjaan suami, riwayat keputihan, gambaran
[image:46.595.84.539.428.754.2]histopatologi dan stadium kanker serviks ditunjukkan pada tabel berikut ini.
TABEL 4.1 KarakteristikPenderita Kanker Serviks
KARAKTERISTIK JUMLAH
N %
Umur (Tahun)
• ≤20 0 0
• 21-30 12 2,6
• 31-40 62 13,4
• 41-50 182 39,5
• 51-60 155 33,6
• >60 50 10,8
KARAKTERISTIK JUMLAH
N %
Paritas
• 0 22 4,8
• 1-3 182 39,5
• ≥4 257 55,7
Total 461 100
Usia Coitus Pertama
• ≤16 tahun 76 16,5
• >16 tahun 385 83,5
Total 461 100
Jumlah Pasangan Seksual (Suami)
• 1 420 91,1
• >1 41 8,9
Total 461 100
Pekerjaan Suami
• Wiraswasta 226 49,0
• PNS/TNI-POLRI 51 11,1
• Petani 78 16,9
• Supir 55 11,9
• Lain-lain 51 11,1
Total 461 100
Riwayat Keputihan
• Positif 383 83,1
• Negatif 78 16,9
Histopatologi
• Skuamous 387 83,9
• Adenocarsinoma 68 14,8
• Adenoskuamous 5 1,1
• Clear cell 1 0,2
Total 461 100
Stadium
• IA1 1 0,2
• IA2 0 0
• IB1 47 10,2
• IB2 18 3,9
• IIA1 11 2,4
• IIA2 10 2,2
• IIB 119 25,8
• IIIA 10 2,2
• IIIB 218 47,3
• IVA 9 2,0
• IVB 14 3,0
• Unstage 4 0,8
Total 461 100
Berdasarkan karakteristik umur, sebagian besar kasus kanker serviks adalah
pada kelompok umur 41-50 tahun (39,5%), urutan kedua diikuti dengan
kelompok umur 51-60 tahun (33,6%) dan yang paling rendah kasusnya
adalah pada kelompok umur 21-30 tahun (2,6%). Hal ini menunjukkan bahwa
usia.Di Amerika Serikat usia rata-rata penderita kanker serviks adalah 51,4
tahun, dengan insiden usia-spesifik yang berimbang antara dua kelompok
umur yaitu 30-34 tahun (21,2 per 100.000 wanita) dan 80-84 tahun (14 per
100.000 wanita).
Berdasarkan paritas maka umumnya kasus kanker serviks adalah dengan
paritas ≥4 (55,7%) serta dengan usia coitus pertama umumnya >16 tahun
(83,5%). Sedangkan jumlah pasangan kasus-kasus kanker serviks adalah
umumnya satu (91,1%). 24
Deacon(2000) meneliti faktor resiko yang paling menonjol pada kasus infeksi
HPV positif adalah pasangan seksual lebih dari 6 orang, dan usia coitus
pertama dibawah 16 tahun.25 Beberapa penelitian kasus-kontrol juga
menemukan peningkatan risiko kanker serviks pada paritas tinggi. Wanita
dengan paritas 7 atau lebih berisiko terkena kanker serviks sebanyak 4 kali
lipat dan wanita dengan paritas 1 atau 2 berisiko terkena kanker serviks
sebanyak 2 kali lipat dibanding nulipara.
Ditinjau dari adanya riwayat keputihan maka umumnya kasus-kasus kanker
serviks pernah mempunyai riwayat keputihan (83,1%). Sedangkan gambaran
hasil pemeriksaan histopatologi kanker serviks adalah umumnya jenis
skuamous (83,9%) dan yang paling rendah adalah jenis clear cell (0,2%) dan
adenoskuamous (1,1%). Banyak kepustakaan yang menulis sekitar 85-90%
histologi yang lain. Dengan demikian, kebanyakan data klinik dan
epidemiologik dilaporkan dari jenis sel skuamosa ini.
Dari jumlah seluruh kasus yaitu 461 kasus, 218 kasus (47,3%) diantaranya
merupakan stadium IIIB, menggambarkan kasus yang datang ke RSUP H.
Adam Malik Medan terbanyak sudah berada pada stadium lanjut. 14
Empat kasus kanker serviks yang tidak dapat ditentukan stadiumnya adalah
pasien pasca operasi yang dilakukan sebelum pasien masuk ke RSUP H.
Adam Malik, dan menyertakan hasil pemeriksaan histopatologi yang
menunjukkan keganasan serviks.Dua kasus diantaranya adalah pasca
operasi atas indikasi mioma uteri dan dilakukan total abdominal histerektomi.
Satu kasus telah dilakukan operasi total vaginal histerektomi atas indikasi
prolapsus uteri, dan satu kasus adalah pasca operasi pengangkatan rahim
atas indikasi kanker serviks stadium dini di rumah sakit luar.
4.2. Sebaran Jenis Histopatologi
Pada keseluruhan 461 kasus diperoleh data mengenai jenis histopatologi sel
kanker.Pada tabel berikut ini diperlihatkan berbagai sebarannya.
TABEL 4.2Sebaran Jenis Histopatologi Berdasarkan Stadium
Stadium (FIGO 2008)
JENIS HISTOPATOLOGI Skuamous
cell
Adeno carsinoma
Adeno squamous
Clear cell
Total
N(%) N(%) N(%) N(%)
• Lanjut 318(68,9) 48(10,4) 4(0,9) 1(0,2)
[image:51.595.107.557.88.144.2]Total 387(83,9) 68(14,8) 5(1,1) 1(0,2) 461(100)
Tabel 4.2 menunjukkan tabulasi silang massa kanker serviks berdasarkan
jenis histopatologi. Jenis histopatologi skuamous sel paling banyak dijumpai
pada stadiumlanjut (68,9%), kemudian diikuti dengan stadium dini (14,9%).
Untuk jenis Adenocarcinoma paling banyak dijumpai pada stadium lanjut
(10,4%), kemudian diikuti dengan stadium dini (4,3%). Sedangkan untuk jenis
Adenoskuamous carcinoma juga paling banyak dijumpai pada stadium lanjut
(0,9%), dan jenis clear cell dijumpai satu kasus pada stadium lanjut.
4.3.Penatalaksanaan Kanker Serviks di RSUP H. Adam Malik Medan
Kasus kanker serviks diterapi dengan tindakan operasi pada stadium dini, dan
pemberian kemoradiasi atau radiasi saja pada stadium lanjut.Namun dalam
pelaksanaannya, perlu kedisiplinan pasien sendiri agar dapat mengikuti
rangkaian terapi yang diberikan.Berikut ini digambarkan profil
Tabel 4.3.Terapi Primer yang Dilakukan
PENANGANAN
JUMLAH
N %
• Radikal Histerektomi 35 7,6
• Radikal Histerektomi +Adjuvant 23 5
• Kemoradiasi eksternal+brachyterapi 47 10,2
• Kemoradiasi eksternal + box 28 6,1
• Radiasi eksternal+ Brachiterapi 15 3,3
• Radiasi eksternal+ box 7 1,5
• Radiasi eksternal 18 3,9
• Kemoradiasi eksternal 119 25,8
• Paliatif 8 2,1
• Tanpa terapi 161 34,9
Total 461 100
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagian besar penanganan
terhadap kanker seviks di RSUP H. Adam Malik adalah kemoradiasi eksternal
(25,8%), disebabkan kasus-kasus kanker serviks di RSUP H. Adam Malik
kasus yang tidak diterapi (34,9%) disebabkan oleh pasien memilih terapi
alternatif, menolak diberi terapi, tempat tinggal yang jauh, masalah
administrasi, sarana/alat radiasi yang sedang rusak saat pasien akan diterapi,
ingin diterapi di RS lain, ataupun meninggal sebelum diberi terapi.
Sebanyak 58 kasus stadium dini dilakukan radikal histerektomi, 40 kasus
diantaranya (8,4%) dilanjutkan dengan adjuvant kemoradiasi eksternal.
Delapan kasus diantara 23 kasus stadium lanjut dengan metastase
mendapatkan terapi radiasi paliatif, sedangkan 15 kasus tidak dapat diberikan
terapi radiasi paliatif karena kondisi pasien yang buruk dan keluarga ingin
[image:53.595.105.512.436.596.2]membawa pasien pulang.
Tabel 4.4.Distribusi Kasus Dengan Terapi Radiasi
JENIS RADIOTERAPI
JUMLAH
N %
• External pelvic radiotherapy +
intracavitary irradiation 67 25,3 • External pelvic radiotherapy 120 45,3 • Radiasi eksternal/internal tidak selesai 78 29,4
Total 265 100
Kasus kanker serviks stadium lanjut penanganan utamanya adalah radiasi,
baik dengan atau tanpa kemoterapi.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
diantara jumlah total 461 kasus kanker serviks, pada 265 kasus diberikan
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk radioterapi yang paling banyak
dilakukan adalah jenis external pelvic radiotherapy (45,3%) serta external
pelvic radiotherapy + intracavitary irradiation (25,3%). Sebanyak 78 kasus
(29,4%) tidak menyelesaikan rangkaian terapi radiasi karena kontraindikasi
radiasi, keadaan umum memburuk dan meninggal, dan tidak kembali kontrol
ke poliklinik (loss follow up).
4.4. Follow up
Kondisi terakhir pasien kasus kanker serviks dalam 5 tahun terakhir
[image:54.595.106.515.384.583.2]ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5.Distribusi Kondisi Akhir Pasien Kanker Serviks
Kondisi JUMLAH
N %
• Hidup tanpa keterangan penyakit 9 1,6 • Hidup tanpa penyakit 72 15,6 • Hidup dengan penyakit 38 8,2
• Meninggal 47 10,2
• Lost follow up 295 63,9
Total 461 100
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar kasus kanker
serviks tidak dapat dilakukan follow up (63,9%) karena tidak melakukan
konsultasi ulang dan tidak dapat dihubungi. Dari kasus yang dapat di follow
keluarga pada saat dihubungi, tanpa keterangan jelas mengenai kondisi
penyakitnya.Sebagian besar kasus meninggal dunia dalam kurun waktu 5
tahun terakhir berjumlah 47 kasus (10,2%), yang hidup dengan penyakit
kanker serviks sebanyak 38 kasus (8,2%), sedangkan yang hidup tanpa ada
bukti penyakit secara klinis sebanyak 72 kasus (15,6%) yang diketahui pada
saat kontrol ke poliklinik onkologi ginekologi RSHAM dan dari hasil kunjungan
atau pada saat dihubungi.
Berikut ini diterangkan mengenai gambaran follow up kasus yang diterapi
[image:55.595.111.528.400.739.2]dengan tindakan operasi dan kemoradiasi lengkap.
Tabel 4.6.Follow Up Pasien Dengan Terapi Primer Operasi
Survival (bulan)
JUMLAH
N %
• Tidak kontrol 34 58,6
• ≤ 3 18 31,0
• 4-6 2 3,4
• 7-9 0 0
• 10-12 1 1,7
• 13-15 1 1,7
• 16-18 0 0
• 19-21 0 0
• 22-24 1 1,7
• 25-27 0 0
• 28-30 0 0
• 34-36 0 0
• 37-39 0 0
• 40-42 0 0
• 43-45 0 0
• 46-48 1 1,7
Total 58 100
Sebanyak 58 kasus stadium dini dilakukan tindakan operasi. Diantara seluruh
kasus tersebut, sejumlah 34 kasus (58,6%) tidak kembali kontrol untuk
evalusi respon terapi. Sebanyak 18 kasus (31,0%) kembali kontrol dalam
jangka waktu hingga 3 bulan. Ada satu kasus yang melakukan kontrol rutin
Tabel 4.7. Follow Up Pasien Dengan Terapi Primer Kemoradiasi Dan Radiasi
Survival (bulan)
JUMLAH
N %
• Tidak kontrol 104 44,6
• ≤ 3 83 34,3
• 4-6 20 8,2
• 7-9 11 4,5
• 10-12 4 1,6
• 13-15 3 1,2
• 16-18 5 2,0
• 19-21 1 0,4
• 22-24 4 1,6
• 25-27 0 0
• 28-30 0 0
• 31-33 0 0
• 34-36 1 0,4
• 37-39 1 0,4
• 40-42 1 0,4
Total 242 100
Tabel diatas memperlihatkan follow-up kasus kanker serviks stadium lanjut
yang diterapi dengan kemoradiasi, maupun radiasi saja.Jumlah seluruh kasus
yang mendapat terapi primer kemoradiasi dan radiasi saja berjumlah 242
kasus(tabel 4.3.).Sebanyak 108 (44,6%) kasus tidak melakukan kontrol rutin
seperti yang diharuskan, sehingga respon terapi kemoradiasi tidak dapat
[image:57.595.102.532.133.550.2]tidak bebas penyakit dan meninggal, diantaranya 83 kasus terbanyak (34,3%)
dapat diikuti dalam jangka waktu hingga 3 bulan. Hanya sedikit kasus yang
rutin kontrol dalam jangka waktu lebih dari 24 bulan.
4.5. Evaluasi Respon Terapi Radiasidan Kekambuhan
Hasil evaluasi penatalaksanaan terhadap kasus kanker serviks berdasarkan
kriteria respon terapi RECIST dan progresivitas penyakit dilakukan pada 99
kasus yang mendapatkan rangkaian terapi primer kemoradiasi dan
radiasilengkap dan kembali kontrol untuk dievaluasi respon terapinya, serta 2
kasus yang diketahui mengalami kekambuhan. Penjabarannya dapat dilihat
[image:58.595.107.531.459.680.2]pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.8. Evaluasi Respon Terapi Radiasi
Radiasi
Respon Terapi Total
Complete Partial Stable Progressive N(%)
N(%) N(%) N(%) N(%)
Stadium
• IIB 29(29,3) 7(7,1) 1(1,0) 4(4,0) 38(38,4)
• IIIA 1(1,0) 0 0 0 1(1,0)
• IIIB 38(38,4) 10(10,1) 4(4,0) 5(5,0) 56(56,6)
• IVA 0 0 0 0 0
• IVB 0 0 0 0 0
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa respon terapi sebagian besar kasus
tidak diketahui karena belum mencapai rangkaian terapi yang cukup adekuat
ataupun tidak lengkap. Hal ini dapat dijelaskan karena setelah menjalani
terapi radiasi lengkap, pasien tidak kembali untuk konsultasi ulang (kontrol),
atau melanjutkan konsultasi ulang di luar RS H. Adam Malik Medan, sehingga
tidak diperoleh keterangan pada rekam medis. Maka evaluasi respon terapi
didapatkan pada 99 kasus.
Dari data yang diperoleh, yang memberikan Complete response yaitu 68
kasus (68,7%), Partial response 17 kasus(16,2%) dan Stable response 5
kasus (5,1%), dan yang menjadi progresif yaitu 9 kasus (9,1%). Stadium IIIB
merupakan yang terbanyak memberikan respon terapi komplit yaitu 38 kasus
(38,4%), diikuti kelompok stadium IIB. Begitu juga untuk respon terapi partial,
stable, atau progresif.Hanya satu kasus yang memberi respon terapi partial
[image:59.595.105.511.549.708.2]dari stadium IIIA.
Tabel 4.9. Kejadian Kekambuhan (Relaps)
RELAPS JUMLAH
N %
• Lokal 1 1,2
• Regional 0 0
• Distance 1 1,2
• Negatif 66 97,6
Kejadian relaps atau kekambuhan dievaluasi pada 68 kasus yang diterapi
radiasi dengan respon terapi komplit, didapati 2 kasus kekambuhan yang
dialami masing-masing setelah lama bebas penyakit 3 bulan (kekambuhan
jauh/distance) dan 36 bulan (kekambuhan lokal).
4.6. Penyebab Kematian
Diantara seluruh kasus yang dapat diikuti, 47 kasus tercatat sudah
meninggal.Penyebab kematian kasus-kasus tersebut dapat dilihat pada tabel
[image:60.595.97.529.440.633.2]berikut.
Tabel 4.10.Penyebab Kematian
PENYEBAB KEMATIAN
JUMLAH
N %
Gagal ginjal 22 46,8
Perdarahan 4 8,5
Metastase 4 8,5
Gagal paru 10 21,3
Tidak diketahui 7 14,9
Total 47 100
Penyebab kematian dari kasus-kasus kanker serviks yang tercatat adalah 22
karena gagal paru/gagal napas (21,3%). Sebanyak 7 kasus (14,9%) tidak
diperoleh keterangan penyebab kematiannya.
4.7. Distribusi Interval Bebas Penyakit Penderita Kanker Serviks
Pada tabel berikut dapat dilihat diantara seluruh kasusyang berjumlah 461
kasus, yang diterapi dengan pembedahan maupun kemoradiasi berjumlah
283 kasus (tabel 4.3).Sebanyak 34 kasus dengan terapi primer radikal
histerektomidan 108 kasus dengan terapi primer kemoradiasi tidak kembali
kontrol. 36 kasus diketahui tidak bebas penyakit atau meninggal pada saat
kontrol.Maka jumlah kasus yang dievaluasi interval bebas penyakitnya adalah
[image:61.595.105.529.451.620.2]105 kasus.
Tabel 4.11.Hubungan Interval Bebas Penyakitdengan Stadium Penderita Kanker Serviks
Stadium ≤6 bln N(%)
7-12 bln N(%)
13-24 bln N(%)
>24 bln N(%)
Total N(%)
P value
Std I 15(65,2) 3(13,0) 2(8,7) 3(13,0) 23(100) 0,512 Std II 22(59,5) 5(13,5) 7(18,9) 3(8,1) 37(100)
Std III 31(73,8) 6(14,3) 5(11,9) 0 42(100) Std IV 2(66,7) 1(33,3) 0 0 3(100)
Total 70(66,7) 15(14,3) 14(13,3) 6(5,7) 105(100)
Keseluruhan kasus yang ditemukan memiliki interval bebas penyakit adalah
105 kasus. Sebaran menurut stadium menunjukkan stadium III, yang
Adam Malik Medan, memiliki interval bebas penyakit dibawah atau hingga 6
bulan yaitu 31 kasus (73,8%),namun tidak ada satupun yang mencapai lama
interval bebas penyakit lebih dari 24 bulan.Pada stadium IV, kasus dengan
interval bebas penyakit tidak satupun lebih dari 12 bulan.
Faktor ini tidak memiliki hubungan bermakna dengan interval bebas penyakit
(p>0,05).
Data dari Badan Kanker Nasional Amerika menunjukkan angka ketahanan
hidup 5 tahun pasien kanker serviks yang semakin kecil pada stadium yang
semakin lanjut.27
Tabel4.12. Hubungan Ukuran Tumor Dengan Interval Bebas Penyakit Kanker Serviks.
Ukuran Tumor
≤6 blnN(%)
7-12 blnN(%)
13-24 blnN(%)
>24 blnN(%)
TotalN(%) P value
≤ 4 29(63,0) 8(17,4) 7(15,2) 2(4,3) 46(100) 0,753
˃ 4 41(69,5) 7(11,8) 7(11,9) 4(6,8) 59(100)
Tabel diatas menunjukkan bahwa kanker serviks berukuran tumor ≤4 cm
memiliki interval bebas penyakit terbanyak dibawah 6 bulan yaitu 29 kasus
(63%), begitu juga 41 kasus (69,5%) kanker serviks dengan ukuran tumor
>4cm terbanyak memiliki interval bebas penyakit dibawah 6 bulan. Tidak
ditemukan hubungan bermakna pada faktor ini (p>0,05).
Studi bedah patolog