• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persaingan Global Climate Coalition dan Greenpeace dalam Mempengaruhi Kebijakan Amerika Serikat Terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persaingan Global Climate Coalition dan Greenpeace dalam Mempengaruhi Kebijakan Amerika Serikat Terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

Persaingan

Global Climate Coalition

dan

Greenpeace

dalam

Mempengaruhi Kebijakan Amerika Serikat Terhadap Ratifikasi

Protokol Kyoto

Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Oleh :

Efri Aditya Putra

08260029

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Efri Aditya Putra

NIM : 08260029

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Hubungan Internasional

Judul Skripsi : Persaingan Global Climate Coalition dan Greenpeace

dalam Mempengaruhi Kebijakan Amerika Serikat terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto

Disetujui,

Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si Rachmad K. Dwi Susilo, MA

Mengetahui,

Dekan FISIP UMM Ketua Jurusan

Hubungan Internasional

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Efri Aditya Putra

NIM : 08260029

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Hubungan Internasional

Judul Skripsi : Persaingan Global Climate Coalition dan Greenpeace

dalam Mempengaruhi Kebijakan Amerika Serikat terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Sabtu Tanggal : 19 Januari 2013

Tempat : Laboratorium Hubungan Internasional Mengesahkan

Dekan FISIP – UMM

Dr. Wahyudi, M.Si

Dewan Penguji:

1. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si ( )

2. Rachmad K. Dwi Susilo, MA ( )

3. Ayusia Sabhita Kusuma, M.Soc, Sc ( )

(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertandatangan dibawah ini: Nama : Efri Aditya Putra

Tempat, tanggal lahir : Tulungagung, 9 April 1990 Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Hubungan Internasional

Menyatakan bahwa karya ilmiah (skripsi) dengan judul:

Persaingan Global Climate Coalition dan Greenpeace dalam Mempengaruhi Kebijakan Amerika Serikat terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto

Adalah bukan karya tulis ilmiah atau skripsi orang lain, baik sebagian atau seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya dengan benar.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benanya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 29 Januari 2013 Yang menyatakan,

(5)

v

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI Nama : Efri Aditya Putra

NIM : 08260029

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Hubungan Internasional

Judul : Persaingan Global Climate Coalition dan Greenpeace

dalam Mempengaruhi Kebijakan Amerika Serikat Terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto

Pembimbing : 1. Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si 2. Rachmad K. Dwi Susilo, MA

14 Juni 2012 14 Juni 2012 Seminar Proposal

(6)

vi

Life’s Like a Movie, Write Your Own Ending.

Keep Believing, Keep Pretending.

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih kepada:

Allah SWT,

Ayahanda Alm. Soelaiman dan Ibunda Marini

yang selalu memberikan kasih sayang, pengorbanan serta doa yang selalu mengiri setiap langkahku

Ibu Farida Kurdhi Iskandar, Rudi Irawan dan Dimas Trio Fantri

Serta sahabat-sahabatku

Riska Hajuda, Prima Anugrahaningtyas, M. Firman Kurniawan, Nena Fahrenia, Hendri Ponco K. A, dan SEA

(8)

viii

Efri Aditya Putra, 2013, 08260029, Universitas Muhammadiyah Malang, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Hubungan Internasional, Persaingan Global Climate Coalition dan Greenpeace dalam Mempengaruhi Kebijakan Amerika Serikat Terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto, Dosen Pembimbing I: Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si dan Dosen Pembimbing II: Rachmad K. Dwi Susilo, MA

ABSTRAKSI

Protokol Kyoto merupakan sebuah instrumen hukum legal yang dirancang untuk mengimplementasikan suatu konvensi perubahan iklim yang bertujuan untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca agar tidak mengganggu sistem iklim bumi. Keputusan Protokol Kyoto yaitu komitmen dan mewajibkan kelompok negara Annex I, seperti Amerika Serikat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 5%. Amerika Serikat menolak meratifikasi Protokol Kyoto karena merasa perekonomian negaranya akan terganggu. Keputusan Amerika Serikat dipengaruhi oleh kelompok kepentingan dan kelompok penekan seperti

Global Climate Coalition (GCC) dan Greenpeace. Dalam hal ini, Amerika Serikat

berpihak kepada GCC untuk menolak ratifikasi Protokol Kyoto, mengingat bahwa GCC didukung oleh finansial yang besar dan diperkuat oleh bergabungnya ExxonMobil yang juga memiliki kedekatan dengan pemerintahan Amerika Serikat, khususnya George W. Bush.

Skripsi ini menggunakan jenis penelitian eksplanatif dengan didukung oleh Teori Politik Luar Negeri model Graham T. Allison tentang Politik-Birokratik

dan policy influence system serta menggunakan konsep Kelompok Kepentingan

dan Kelompok penekan. Dalam penelitian ini, memperlihatkan bahwa pengambilan keputusan di Amerika Serikat tak lepas dari pengaruh kelompok kepentingan.

Kata Kunci: GCC, Greenpeace, Kebijakan Amerika Serikat, Protokol kyoto Malang, 9 Januari

2013 Peneliti

Efri Aditya Putra Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

(9)

ix

Efri Aditya Putra, 2013, 08260029, University of Muhammadiyah Malang, Faculty of Social and Political Science, Department of International Relations, The Competition of Global Climate Coalition and Greenpeace in Influencing U.S Policy Toward Ratification of The Kyoto Protocol, Major-Advisor: Ruli Inayah Ramadhoan, M.Si and Co-Advisor: Rachmad K. Dwi Susilo, MA

ABSTRACT

The Kyoto Protocol is a legal instrument who designed to implement a climate change convention which aims to stabilize greenhouse gas concentrations in order not to disrupt the earth's climate system. Decision of the Kyoto Protocol which the commitment and require the Annex I countries, like the United States to reduce greenhouse gas emissions by 5%. The United States refused to ratify the Kyoto Protocol because they felt the national economy will be disrupted. Decision of the United States are affected by interest groups and pressure groups like the Global Climate Coalition (GCC) and Greenpeace. In this case, the United States sided with GCC to reject ratification of the Kyoto Protocol, given that GCC backed by huge financial and strengthened by a merger of ExxonMobil which also has proximity to the United States government, especially George W. Bush.

This thesis is using types of explanative research who supported by the Foreign Policy Theory Model T. Graham Allison on political-bureaucratic and policy influence system and uses the concept of interest groups and pressure groups. In this case, shows that decision-making in the United States could not be separated from the influence of interest groups.

Keyword: GCC, Greenpeace, policy of the United States, Kyoto Protocol

Malang, January 9th 2013 Researcher

Efri Aditya Putra Approved by,

Major-advisor Co-Advisor

(10)

x

KATA PENGANTAR

Assalaamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh,

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan harapan dan kemampuan yang penulis miliki. Skripsi yang mengangkat judul “Persaingan Global Climate Coalition dan Greenpeace dalam Mempengaruhi Kebijakan Amerika Serikat terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto”, disusun dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang strata satu (S1) pada jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari kemampuan, pengetahuan dan pengalaman penulis yang masih terbatas, sehingga penulis senantiasa mengharapkan kepada semua pihak untuk memberikan saran dan kritiknya agar dapat membantu penulis untuk menutupi celah kekurangan tersebut.

Dalam penyusunan skripsi ini telah banyak pihak yang turut membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada:

1. Dr. Wahyudi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Muhammadiyah malang;

2. Tonny Dian Effendy, M.Si, selaku Ketua Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah malang;

(11)

xi

Internasional Universitas Muhammadiyah Malang dan juga sebagai Dosen Pembimbing Satu;

4. Rachmad K. Dwi Susilo, MA, selaku Dosen Pembimbing Dua

5. Ayusia Sabhita Kusuma, M.Soc, dan Dr. Asep Nurjaman, M.Si, selaku penguji dalam sidang skripsi;

6. Para dosen Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang dan Para staff Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang;

7. Teman-teman di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang khususnya angkatan 2008;

8. Semua Pihak yang membantu penyelesaian dalam penulisan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan kontribusi terhadap pengembangan terhadap studi Hubungan Internasional. Tak lupa juga peneliti masih mengharapkan saran dan kritik yang membangun.

Malang, 23 Januari 2013

(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Surat Pernyataan ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... v

Moto ... vi

Persembahan ... vii

Abstraksi ... viii

Kata Pengantar ... x

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Skema ... xv

Daftar Lampiran... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 7

1.3.2.1 Manfaat Teoritis ... 7

1.3.2.2 Manfaat Praktis ... 7

(13)

xiii

1.5 Kerangka Pemikiran ... 11

1.5.1 Teori Politik Luar Negeri ... 11

1.5.2 Konsep Kelompok Kepentingan dan Kelompok Penekan... 19

1.6 Metodologi Penelitian... 24

1.6.1 Metode Penelitian ... 24

1.6.2 Tingkat Analisa... 24

1.6.3 Batasan Waktu Penelitian ... 25

1.6.4 Batasan Materi Penelitian ... 26

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data ... 26

1.6.1 Teknik Analisa Data... 27

1.7 Hipotesa ... 27

1.8 Alur Pemikiran ... 28

1.9 Locus dan Focus Penelitian ... 29

1.10 Sistematika Penulisan ... 29

BAB II DAMPAK KEMAJUAN INDUSTRI TERHADAP LINGKUNGAN 2.1 Kemajuan Industri di Amerika Serikat ... 32

2.2 Kontribusi Kemajuan Industri terhadap Kemajuan Perekonomian di Amerika Serikat ... 36

2.3 Protokol Kyoto ... 41

2.4 Dinamika Politik di Amerika Serikat ... 50

2.5 Global Climate Coalition (GCC) ... 56

(14)

xiv

BAB III PERSAINGAN GLOBAL CLIMATE COALITION DAN GREENPEACE DALAM MEMPENGARUHI KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT TERHADAP RATIFIKASI PROTOKOL KYOTO

3.1 Pro dan Kontra Terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto ... 65

3.2 Persaingan Global Climate Coalition dan Greenpeace Dalam Mempengaruhi Kebijakan Pemerintah Amerika Serikat Terhadap Protokol Kyoto ... 72

3.2.1 Strategi Global Climate Coalition (GCC) ... 74

3.2.2 Strategi Greenpeace ... 80

3.3 Penolakan Amerika Serikat terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto... 84

3.4 Alasan Amerika Serikat Menolak Protokol Kyoto ... 89

3.5 Keberhasilan Global Climate Coalition (GCC) dalam Mempengaruhi Kebijakan Amerika Serikat terhadap Protokol Kyoto... 94

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Posisi Penulisan ... 10 Tabel 1.2 Model Pembuatan Keputusan Politik Luar negeri Graham

T. Allison ... 16 Tabel 2.1 Ekonomi dan data emisi karbon... 39 Tabel 3.1 Sepuluh Negara Penghasil Emisi Terbesar Didunia ... 86 Tabel 3.2 Besaran Emisi CO2 Global dari Penggunaan Bahan Bakar Fosil Tahun 1990-2010 ... 90 Tabel 3.3 Besar Biaya yang Dikeluarkan Amerika Serikat dalam

Mengimplementasikan Protokol Kyoto ... 92

DAFTAR SKEMA

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Terjemahan Protokol Kyoto: PROTOKOL KYOTO UNTUK KONVENSI KERANGKA KERJA PBB TENTANG PERUBAHAN IKLIM

2. Dokumen Pertemuan Antara GCC dengan Paula J. Dobriansky

3. GCC's members and supporters included the following companies and trade associations

(17)

xvii

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik revisi pertama. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Coplin, William D. 1992. Pengantar Politik Internasional (Suatu Telaah

Teoritis). Bandung: CV. Sinar Biru

Conte, Cristopher. Garis Besar Ekonomi Amerika Serikat. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Kantor Program Informasi Internasional

Faturohman, Deden dan Wawan Sobari. 2002. Pengantar Ilmu Politik. Malang: UMM Press

Field, Barry C. dan Martha K. Field. 2006. Environmental Economics: an

Introducing (fourth edition). New York: McGraw-Hill/Irwin

Haryanto, Drs. 1982. Sistem Politik: Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty

Jusuf, Suffri. 1989. Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Kennedy, John F. 2011. Amerika Serikat Bangsa Kaum Imigran, Bantul: Kreasi Wacana Offset. (A Nations of Immigrants, Harper & Row, New York, 1964)

Mas’oed, Mochtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia

(18)

xviii

Minderop, Albertine. 2006. Pragmatisme – Sikap Hidup dan Prinsip Politik Luar

Negeri Amerika Serikat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Murdiyarso, Daniel. 2003. Sepuluh Tahun Perjalanan Negosiasi, Konvensi

Perubahan Iklim. Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Murdiyarso, Daniel. 2003. Protokol Kyoto: Implementasinya Bagi Negara

Berkembang, Jakarta: Penerbit Buku Kompas

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2006. Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional. Bandung: PT. Karya Rosada

Subakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Jakarta: Grasindo

Todaro, Michael P. 1998. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Edisi

Keenam. Jakarta: Erlangga.

Sumber Artikel dan Jurnal:

L. Sandy Maisel, Pemilihan Kongres dalam E Journal USA, Departemen Luar Negeri AS / Biro Program Informasi Internasional,

Melvin I. Urofsky, Prinsip-Prinsip Dasar Demokrasi dalam U.S Department of State: Office of International Information Programs.

R. Allen Hays, Peran kelompok Kepentingan dalam U.S Department of State: Office of International Information Programs.

Sumber Skripsi:

Bilad, Cecep Zakarias El. 2011. Rivalitas Antara Iran dan Arab Saudi Dalam

(19)

xix

Robi’ah, Dewi. 2010. Penolakan AS Terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto Pada

Era George Walker Bush. UMM: unpublished

Suwandana, Ingga. 2006. Penolakan Amerika Serikat terhadap Protokol Kyoto dan Implikasinya terhadapa Usaha Internasional untuk Meminimalisir

Pemanasan Global. Universitas Pasundan Bandung dalam

http://digilib.unpas.ac.id/files/disk1/8/jbptunpaspp-gdl-inggasuwan-374-1-penolaka-u.pdf

Sumber Internet:

Abdul Razak, Kajian Yuridis CarbonTrade Dalam Penyelesaian Efek Rumah

Kaca, dalam

http://heterometrus.files.wordpress.com/2008/02/kajian-yuridis-ct-dalam-penanggulangan-erk.pdf., 28 November 2012

Anne Ahira. Perekonomian Amerika Serikat yang Kuat dan Makmur dalam http://www.anneahira.com/perekonomian-amerika-serikat.htm.,3 Oktober 2012

Anup Shah. COP3 Kyoto Protocol Climate Conference dalam

http://www.globalissues.org/article/183/cop3-kyoto-protocol-climate-conference diakses pada tanggal 23 November 2012

Andreas Pramudianto, “Perubahan Iklim dan Lingkungan (Teori dan Fakta)”, dalam htpp://www.eartsummit.com., 3 Juni 2012

An Analysis of the Strength and Weakness of the Kyoto Protocol dalam

(20)

xx

Bencana Alam dalam http://alcapone-network.co.cc/?tag=bencana-alam., 6 Mei

2012

Bob Burton dan Sheldon Rampton, Berpikir global, Bertindak Vokal: Kampanye

Internasional untuk terlalu panas bumi dalam Global Climate Coaltion

dalamhttp://www.sourcewatch.org/index.php?title=Global_Climate_Co alition., 30 Mei 2012

Cornell Student Activities: Kyoto Now dalam

http://sao.cornell.edu/SO/org/11-12/193., 11 mei 2012

CiriCara: Cara Orang Amerika Menghamburkan Uang dalam

http://ciricara.com/2012/10/02/ciricara-cara-orang-amerika-menghamburkan-uang/., 30 November 2012

COP3 Kyoto Protocol Climate Conference dalam

http://www.globalissues.org/article/183/cop3-kyoto-protocol-climate-conference

Facts Versus Agenda dalam

http://www.thefreelibrary.com/Facts+versus+agendas-a01611857901. 25 Oktober 2012

G-8 Gagal Capai Kesepakatan, AS Tetap Menolak Usulan Kanselir Jerman dalam

http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/kliping/G8.pd

f., 27 November 2012

Greenpeace Urges U.S. Businesses To Reject Bush Reversal On Global Warming

(21)

xxi

Global Climate Coalition Ignored Own Scientists Advice dalam

http://www.environmentalleader.com/2009/04/27/global-climate-coalition-ignored-own-scientists-advice/., 30 Mei 2012

Global Warming An Opportunity for World Response dalam http://www.thefreelibrary.com/Global+Warming+An+Opportunity+for

+World+Response-a072274404., 25 Oktober 2012

Greenpeace Urges U.S. Businesses To Reject Bush Reversal On Global Warming

dalam http://www.greenpeace.org/usa/en/media-center/news-releases/greenpeace-urges-u-s-business/., 23 November 2012

Interest Groups and Pluralist Model of America Democracy dalam

http://studislam.blogdetik.com/interest-groups-and-pluralist-model-of-america-democracy/., 12 Juli 20120

Kasus Terhadap ExxonMobil: Pencemar Perusahaan di Pengadilan dalam

http://www.greenpeace.org/usa/en/news-and-blogs/news/exxonmobil-spend-your-money-t/the-case-against-exxonmobil-c/., 15 Mei 2012

Kebangkitan Industri di Amerika Serikat dalam

http://www.digilib.ui.ac.id/file?file=digital/127375-RB04S241p-Pekerja%20perempuan-Literatur.pdf., 7 Juni 2012

Kyoto Protocol, “Bush aide edited climated papers”. BBC. 2005-06-09. http://news.bbc.co.uk.1/hi/world/americas/4075986.stm.dalam

(22)

xxii

Lester R. Brown, 2000, The Rise and Fall of Koalisi Iklim Global dalam http://www.earth-policy.org/plan_b_updates/2000/alert6., 24 September 2012

Long-Term Trend in Global CO2 Emissions: 2011 Reports, BPL Netherlands

Assesment Agency, The Hague, 2011 and European Union dalam http://edgar.jrc.ec.europa.eu/news_docs/C02%20Mondiaal_%20webdef

_19sept.pdf., 29 Desember 2012

Miller. 1995: 1-4. Dalam http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/394/jbptunikompp-gdl-sariamiliy-19671-7-7.babii.pdf., 5 Mei 2011

Olivier, J.G.J, 2011(PDF), Long-term trend in global CO2 emissions; 2011 report

dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Kyoto_protocol., 3 November 2012 Organisasi Greenpeace dalam http://archive.greenpeace.org/comm/recieved/index

diakses pada tanggal 10 Oktober 2012

Pengaruh Masalah Lingkungan Global Terhadap Manusia 1 (Masalah

Lingkungan Udara) dalam

http://www.batan.go.id/ensiklopedi/01/01/02/02/01-01-02-02.html., 25 Desember 2012

Protokol Kyoto dalam http://iklimkarbon.com/perubahan-iklim/protokol-kyoto/., 7 Juni 2012

Possibilities of Trade Agreements Under the Kyoto Protocol in General and

Particularly Between Developed and Developing Countries: A Case

Study of Germany and South Africa dalam

(23)

xxiii

Read our FOIA Documents dalam

http://www.greenpeace.org/usa/en/news-and-blogs/news/kyoto-now/read-our-foia-documents/., 28 November 2012

Sosialisasi penurunan emisi gas rumah kaca dalam

http://sda.pu.go.id/index.php/berita-sda/datin-sda/item/165-sosialisasi-penurunan-emisi-gas-rumah-kaca. 1 januari 2013

Sharon Beder, Kebingungan Iklim dan Kolusi Perusahaan: Pembajakan Debat

Rumah Kaca dalam http://www.uow.edu.au/~sharonb/ecologist2.html.,

30 mei 2012

Susanto, A. B., Lobi dan Karir, dalam http://www.jakartaconsulting.com/art-13-06.htm., 7 April 2012

U.S. Withdraws From Kyoto Protocol dalam

http://www.greenpeace.org/usa/en/news-and-blogs/news/u-s-withdraws-from-kyoto-prot/., 13 Desember 2012

Vexen Crabtree, 2002, The USA Versus the Environment Oil, Pollution and Kyoto

dalam http://www.vexen.co.uk/USA/pollution.html., 23 November 2012

--- http://classses.maxwell.syr.edu.10 Oktober 2012 --- http://www.greenpeace.org/. 10 Oktober 2012

--- http://www.whitehouse.gov/administration/eop/nec/., 13 Mei 2012 --- http://www.exxonsecrets.org., 1 Januari 2013

--- Based in Washington dalam

http://www.cspinet.org/integrity/nonprofits/global_climate_coalition.ht

(24)

xxiv

--- Philip Cooney dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Philip_Cooney., 1

januari 2013

--- Revealed: how oil giant influenced Bush dalam

http://www.guardian.co.uk/news/2005/jun/08/usnews.climatechange., 14 Mei 2012

--- Dari RIO ke BALI via KYOTO: Memahami Peraturan Internasional

Tentang Perubahan Iklim, Dalam

http://www.wisnu.or.id/v2/ID/pdf/Factsheet%20CC_II.pdf., 5 Mei 2011 --- .2009. Harapan Akan Sebuah Perubahan dalam

http://majalah.moestopo.ac.id/?tag=kebijakan-luar-negeri

--- Harapan Akan Sebuah Perubahan dalam

http://majalah.moestopo.ac.id/?tag=kebijakan-luar-negeri.,14 Desember 2012

--- Global Climate Coalition dalam

http://www.climatecrime.org/uploads/Global_Climate_Coalition.pdf., 10 Oktober 2012

--- Global Climate Coalition Meeting dalam

http://www.greenpeace.org/usa/Global/usa/report/2009/10/global-climate-coalition-meeti.pdf., 14 Mei 2012

--- Global Climate Coalition dalam

http://www.sourcewatch.org/index.php?title=Global_Climate_Coalition

(25)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Amerika Serikat adalah negara adidaya yang memiliki peranan penting dalam tatanan dunia internasional sejak sebelum PD I, PD II hingga dasawarsa terakhir. Amerika Serikat tidak hanya menjadi negara super power dalam bidang militer dan politik namun juga dalam bidang ekonomi dan teknologi. Di bidang ekonomi, Amerika Serikat merupakan negara industri maju dalam bidang otomotif, senjata, kimia, elektronik, pertanian, peternakan, penerbangan, dan jasa. Kemajuan perekonomian di Amerika Serikat dimulai sejak abad ke18-19, yang mana Amerika Serikat mulai membangun industri perminyakan, pertambangan emas dan sebagainya. Pada saat itu, perekonomian di Amerika Serikat mengalami kemajuan yang pesat. Dalam hal ini berbagai sarana dan prasarana ditingkatkan demi mendukung kemajuan perekonomian di Amerika Serikat tersebut, seperti sarana transportasi dan komunikasi, pabrik-pabrik, serta teknologi yang canggih1.

Seiring perkembangan zaman, semakin meningkatnya kebutuhan manusia semakin meningkatnya pula kebutuhan perekonomian yang mana mengharuskan meningkatkan proses industri untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Negara-negara maju, termasuk Amerika Serikat tentunya, meningkatkan industrialisasi demi meningkatkan perekonomian dan kemakmuran nasional. Namun kegiatan ini

1

(26)

2

memberikan dampak negatif terhadap lingkungan global, yang mana penggunaan sistem energi berbahan baku fosil seperti minyak bumi dan batu bara serta gas mengakibatkan penipisan lapisan ozon yang merupakan pelindung bumi terhadap pancaran sinar matahari yang masuk ke bumi, yang mana hal ini berdampak kepada sistem iklim global.

Fenomena seperti diatas, dialami atau dirasakan oleh banyak negara di dunia baik negara maju dan terutama oleh negara berkembang. Di India, Bangladesh dan Mesir misalnya, terjadi bencana banjir yang mana diakibatkan oleh naiknya permukaan air laut sebagai dampak dari perubahan iklim. Di negara Haiti terjadi bencana badai Ike yang mana telah menewaskan sekitar 600 korban2. Di negara Amerika Serikat sendiri mengalami bencana alam berupa badai sehingga mengakibatkan banjir, merusak ribuan rumah dan infrastruktur yang ada di Amerika Serikat.

Permasalahan ini mendapatkan perhatian yang serius bagi masyarakat dunia. Isu lingkungan hidup ini kemudian diangkat dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Earth Summit tentang lingkungan hidup di Rio de Janeiro, Brazil pada tahun 19923. Pada konferensi tersebut para pemimpin negara telah menyepakati adanya Konvensi Kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFCC)4 dalam rangka menanggulangi perubahan iklim. Dalam konferensi ini, sekitar 150 negara sepakat untuk menghadapi masalah gas ruma kaca akibat proses

2

Bencana Alam dalam http://alcapone-network.co.cc/?tag=bencana-alam di akses pada tangal 6 Mei 2012

3

Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan Mochamad Yani, 2006, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional, Bandung: PT. Karya Rosada, Hal. 144

4

(27)

3

industralisasi dan setuju untuk membuat kesepakatan yang mana dengan membuat perjanjian guna mencapai tujuan tersebut.

Pada tahun 1997 tepatnya bulan Desember, 160 negara bertemu di Kyoto, Jepang untuk merumuskan mengenai pencegahan perubahan iklim yang lebih kuat dari pada Konvensi Perubahan Iklim sebelumnya. Adapun dalam pertemuan tersebut menghasilkan protokol yang disebut dengan Protokol Kyoto. Protokol Kyoto adalah kesepakatan yang mengatur upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari negara-negara industri maju yang mana memegang presentase paling besar dalam melepaskan GRK. Dalam kesepakatan ini negara-negara industri tersebut diawjibkan untuk mengurangi atau memotong emisi mereka sebesar 5% di bawah emisi pada tahun 1990. Protokol Kyoto ini diharapkan sebagai sarana teknis untuk mencapai tujuan Konvensi Perubahan Iklim5. Batasan waktu maksimal pengurangan ini harus dicapai paling lambat pada tahun 2012. Dan pada tahun itu pula Protokol Kyoto habis masa berlakunya.

Pada suatu pembahasan mengenai tindakan bersama dalam mencegah kerusakan lingkungan terutama perubahan iklim atau pemanasan global yang mana terdapat aturan untuk mengurangi emisi dalam hal ini selalu ada perlombaan mengenai cost and benefit di antara negara-negara. Negara industri yang maju dengan kekuatan penuh dan berpengaruh untuk melindungi dan mempertahankan

5

(28)

4

kepentingan mereka yang berkaitan dengan taraf hidup mereka yang sebelumnya sudah tinggi6.

Pengurangan emisi gas rumah kaca ini diwajibkan bagi negara-negara industri yang berpotensi sebagai emitor (penghasil emisi) paling besar terhadap perubahan iklim. Amerika Serikat merupakan salah satu negara industri sebagaimana diketahui sebagai emiter paling besar. Amerika Serikat selaku negara super power yang kekuatan perekonomiannya berada di tumpuan sektor industri, lebih memilih untuk menolak untuk meratifikasi Protokol Kyoto. Hal yang melatarbelakangi Amerika Serikat untuk menolak meratifikasi protokol ini yakni jika meratifkasi Protokol Kyoto maka Amerika Serikat harus merubah semua tatanan industri yang mana untuk menyesuaikan dengan kewajiban untuk mengurangi emisi gas sebesar 5%. Dalam hal ini, untuk mengubah tatanan indutri tsersebut, Amerika Serikat harus mengeluarkan dana anggaran yang besar. Secara tak langsung perekonomian nasional akan mengalami penurunan.

Dalam pengambilan keputusan tersebut, yang mana akhirnya Pemerintah Amerika Serikat untuk lebih menolak untuk meratifikasi Protokol Kyoto terdapat dinamika politik yang terjadi sebelum keputusan tersebut dipilih. Di balik pengambilan keputusan tersebut, terdapat pengaruh yang besar dari aktor non negara yang mana memiliki kepentingan dalam menanggapi ratifikasi Protokol Kyoto. Dalam hal ini terjadi persaingan antara kelompok-kelompok kepentingan untuk mempengaruhi para pembuat keputusan. Kelompok kepentingan tersebut

6

(29)

5

terbagi menjadi dua bagian yakni kelompok yang mendukung dan kelompok yang menolak untuk meratifikasi Protokol Kyoto.

Dalam hal ini kelompok yang mendukung terhadap ratifikasi Protokol Kyoto adalah para aktivis lingkungan seperti Greenpeace. Mereka berpendapat bahwa, dengan menandatangani protokol ini, Amerika Serikat akan membantu dalam pengurangan gas emisi karena Amerika Serikat adalah salah satu emitor

terbesar di dunia. Dari mahasiswa, muncul gerakan yang dinamakan Kyoto Now

yang mana didirikan oleh mahasiswa-mahasiswa dari Cornell University7. Organisasi ini sebagai jawaban atas penolakannya Amerika Serikat terhadap ratifikasi Protokol Kyoto dan mendesak Pemerintah Amerika Serikat agar meratifikasi Protokol Kyoto.

Sedangkan kelompok yang menolak terhadap ratifikasi Protokol Kyoto yakni para perusahaan-perusahaan besar yang ada di Amerika Serikat seperti perusahaan minyak, perusahaan otomotif dan sebagainya, seperti Exxon Mobil, General Motors. Perusahan-perusahan ini kemudian berkoalisi menjadi suatu kelompok yang disebut dengan Global Climate Coalition (GCC). Perusahaan-perusahaan ini khawatir jika Amerika Serikat menandatangi Protokol Kyoto maka kegiatan industrinya akan terganggu. Dalam hal ini secara tak langsung perekonomian di Amerika Serikat mengalami penurunan dan berdampak kepada kemakmuran di Amerika Serikat.

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan analisis mengenai proses pengambilan keputusan

7

(30)

6

Pemerintahan Amerika Serikat terhadap ratifikasi Protokol Kyoto yang mana dipengaruhi oleh dua kelompok besar yang mana memiliki pengaruh besar terhadap pembuatan keputusan di Amerika Serikat, kelompok tersebut adalah

Global Climate Coalition dan Greenpeace. Dalam hal ini penulis meneliti

persaingan Global Climate Coalition dan Greenpeace dalam mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat terhadap ratifikasi Protokol Kyoto.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang disebutkan diatas, maka rumusan permasalahan yang diangkat oleh penulis adalah “Bagaimana persaingan Global Climate Coalition dan Greenpeace dalam mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat terhadap ratifikasi Protokol Kyoto?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitan

(31)

7

1.3.2 Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas yang mana menjadi fokus dalam penelitian ini dan tujuan yang ingin dicapai, maka diharapkan penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat sebagai berikut

1.3.2.1Manfaat Akademis

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terhadap para pembaca mengenai interest group dan pressure group yang berada disuatu negara yang mana dapat mempengaruhi pembuat keputusan suatu negara. Penelitian ini juga diharapkan agar dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan Ilmu Hubungan Internasional khususnya dalam mengkaji isu-isu lingkungan di dunia internasional.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pemerintah Indonesia, untuk dijadikan salah satu rekomendasi dalam kebijakan-kebijakannya, yang berhubungan dengan Amerika Serikat dan lembaga-lembaga asing yang berada di Indonesia.

1.4Penelitian Terdahulu

(32)

8

Penelitian dari Ingga Suwandana pada tahun 2006 dalam penelitiannya yang berjudul “Penolakan Amerika Serikat terhadap Protokol Kyoto dan Implikasinya terhadapa Usaha Internasional untuk Meminimalisir Pemanasan

Global”8. Menjelaskan faktor-faktor yang mendorong Pemerintah Amerika

Serikat untuk tidak bergabung dalam usaha memperlambat pemanasan global yang tertuang dalam Protokol Kyoto. Dalam hal ini dunia internasional memiliki strategi untuk meminimalisir pemanasan global, karena negara terbesar penyumbang gas emisi tersebut tidak bersedia untuk berpartisipasi meratifikasi Protokol Kyoto. Dalam penelitian ini juga menjelaskan mengenai dampak penolakan Amerika Serikat terhadap Protokol Kyoto dalam kegiatan meminimalisir pemanasan global.

Adapun perbedaan antara penelitian di atas dengan penelitian ini yakni, penelitian diatas hanya menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Amerika Serikat bertindak untuk menolak meratifiaksi Protokol Kyoto dan dampaknya bagi dunia internasional yang notabene bertindak untuk meminimalisir pemanasan global. Sedangkan dalam penelitian ini menjelaskan bagaimana proses pengambilan keputusan dalam menanggapi ratifikasi Protokol Kyoto. Dalam hal ini terjadi persaingan antara kelompok-kelompok tertentu dalam mempengaruhi pembuat kebijakan tersebut dalam menanggapi ratifikasi Protokol Kyoto tersebut.

8

(33)

9

Penelitian yang kedua yakni oleh Dewi Robi’ah pada tahun 2010 dalam penelitiannya yang berjudul “Penolakan AS terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto

Pada Era George Walker Bush”9 menjelaskan mengenai penolakan yang

dilakukan oleh pemerintahan Amerika Serikat pada masa dibawah presiden George W. Bush. Dimana penolakan tersebut dilakukan karena ratifikasi Protokol Kyoto bertentangan dengan kepentingan nasionalnya yakni kepentingan ekonomi. Amerika Serikat merupakan negara adidaya yang memiliki kemajuan dalam perekonomiannya, yang mana Amerika Serikat merupakan negara industri yang maju. Jika Amerika Serikat menandatangani atau meratifikasi Protokol Kyoto tersebut maka akan memberikan dampak bagi perekonomian Amerika Serikat yang mana akan mengalami kerugian yang sangat besar.

Sementara itu penelitian ini mengenai penolakan Amerika Serikat terhadap Protokol Kyoto tersebut dengan mengamati bagaimana proses pengambilan keputusan kebijakan Amerika Serikat dalam menanggapi Protokol Kyoto yang mana dipengaruhi oleh kelompok-kelompok yang pro dan kontra terhadap ratifikasi Protokol Kyoto. Peneliti melakukan penelitian yang berkaitan dengan

Persaingan Global Climate Coalition dan Greenpeace dalam Mempengaruhi

Kebijakan Amerika Serikat terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto”. Dalam

penelitian ini, peneliti menganalisa proses pengambilan kebijakan pemerintahan Amerika Serikat dalam menanggapi ratifikasi Protokol Kyoto yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok kepentingan maupun kelompok penekan di Amerika Serikat.

9

(34)

10

Tabel 1.1 Posisi Penulisan No

. Nama/Judul Metodologi Hasil

1 Ingga Suwandana/

Bahwa penolakan Amerika Serikat terhadap ratifikasi Protokol Kyoto ini menghambat dalam upaya meminimalisir pemanasan global dan perubahan iklim, karena Amerika Serikat merupakan emitor terbesar didunia tidak ikut meratifkasi protokol tersebut. Jadi dalam hal

Bahwa penolakan AS terhadap Protokol Kyoto didasarkan atas kepentingan nasional AS yang dianggap lebih penting daripada kepentingan global. Presiden Bush sebagai aktor rasional dalam pengambilan kebijakan luar negeri didasarkan kalkulasi untung dan rugi, kemudian Protokol Kyoto dirasa akan merugikan AS

terutama kepada

perekonomiannya maka Bush memutuskan untuk menolak.

Bahwa kebijakan penolakan yang diambil terhadap ratifikasi Protokol Kyoto lebih dipengaruhi oleh kelompok kepentingan

(35)

11

- Konsep Kelompok Kelompok Kepentingan dan Kelompok Penekan

1.5Kerangka Pemikiran

1.5.1 Teori Politik Luar negeri

Politik luar negeri merupakan salah satu bidang kajian studi Hubungan Internasional. Politik luar negeri merupakan studi hubungan Internasional yang kompleks karena tidak hanya melibatkan aspek-aspek eksternal saja, namun juga pada aspek-aspek internal suatu negara. Negara sebagai aktor yang melakukan politik luar negeri, tetap menjadi unit politik utama dalam sistem hubungan internasional, meskipun aktor-aktor non-negara semakin penting perannya dalam hubungan internasional. Politik luar negeri sebagai suatu sistem, rangsangan dari lingkungan eksternal dan internal sebagai input yang mempengaruhi politik luar negeri suatu negara dipersepsikan oleh para pembuat keputusan dalam suatu proses konversi menjadi output10.

Teori politik luar negeri pada dasarnya merupakan Action Theory dimana kebijaksanaan suatu negara yang ditujukan ke negara lain atau di dalam sistem internasional untuk mencapai suatu kepentingan tertentu. Secara umum, politik luar negeri merupakan suatu nilai, rencana, strategi, dan tindakan suatu negara

10

(36)

12

untuk mempertahankan, mengamankan dan memajukkan kepentingan nasional di dalam percaturan dunia international11. Dalam hal ini negara bertindak atau berperilaku sesuai dengan keadaan internal dan mementingkan atau mengutamakan dari kepentingan negara tertentu.

Tujuan politik luar negeri dapat dikatakan sebagai citra mengenai keadaan dan kondisi masa depan suatu negara dimana pemerintah melalui para perumus kebijksanaan nasional mampu meluaskan pengaruhnya kepada negara-negara lain dengan mengubah atau mempertahankan tindakan dari negara lain. Dilihat dari segi waktunya, tujuan politik luar negeri bersifat jangka lama dan jangka pendek sesuai dengan kondisi waktu tertentu. Pada dasarnya pembuat keputusan dalam menentukan politik luar negeri yang nantinya dijalankan oleh suatu negara bertujuan untuk mencapai kepentingan suatu negara.

Keputusan dan tindakan politik luar negeri suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal baik dari lingkungan eksternal (external

environment) maupun lingkungan internal (internal environment). Faktor-faktor

yang mempengaruhi para pembuat keputusan dalam menentukan keputusan terbilang sangat banyak. Howard Lenter dalam hal ini mengklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yakni determinan dari luar dan determinan domestik12. Determinan dari luar mengacu terhadap keadaan sistem internasional sedangkan determinan domestik mengacu kepada keadaan dalam negeri seperti letak geografi, budaya politik, gaya politik dan sebagainya.

11

Ibid., Hal. 47 12

Howard Lentner , 1974. Foreign Policy Analysis: A Comparative and Conceptual Approach.

(37)

13

Pada penelitian ini, penulis lebih melihat kepada faktor yang dipengaruhi dari determinan domestik dalam fenomena yang terjadi di Amerika Serikat yang terkait dengan politik luar negerinya terhadap ratifikasi Protokol Kyoto. Di negara demokratik seperti negara Amerika Serikat ini terdapat apa yang disebut interest

groups dan pressure groups13. Struktur politik dan ekonomi serta kepribadian

nasional, kebudayaan serta ideologi dalam hal ini mempunyai peranan dalam penentuan politik luar negeri.

Pada pengambilan politik luar negeri memiliki hubungan yang berkaitan dengan aktor-aktor dalam negeri, yang mana berupaya untuk mempengaruhi perilaku politik luar negeri mereka. Adapun sebutan aktor-aktor politik tersebut adalah policy influence (yang mempengaruhi kebijakan). Hubungan antara aktor-aktor politik dalam negeri dengan para pengambil keputusan politik luar negeri disebut policy influence system (sistem pengaruh kebijakan)14. Dalam hal ini memandang peran politik dalam negeri, penyusunan politik luar negeri sebagai interaksi antara pengambil keputusan dengan policy influence.

Peran politik dalam negeri dalam penyusunan politik luar negeri dibedakan menjadi empat tipe policy influence15. Adapun empat tipe tersebut adalah birokratis, partisan, kepentingan dan mass influence. Bureaucratic influencers

(birokrat yang mempengaruhi) ini menunjuk kepada berbagai individu serta

13

Suffri Jusuf, 1989, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, Hal. 110

14

William D. Coplin, 1992, Pengantar Politik Internasional (Suatu Telaah Teoritis), Bandung: CV. Sinar Biru. Hal 78

15

(38)

14

organisasi di dalam lembaga eksekutif pemerintah yang membantu para pengambil keputusan serta melaksanakan kebijakan. kelompok-kelompok birokratis memiliki pengaruh besar dalam proses pengambilan keputusan. Mereka mempunyai akses langsung keapda pengambil keputusan, karena pengambil keputusan bergantung pada mereka dalam hal informasi-informasi penting bagi pembuat kebijakan serta membantu untuk melaksanakan kebijakan tersebut16.

Partisan influencers (partai yang mempengaruhi), influence ini bertujuan

menerjemahkan tuntutan-tuntutan masyarakat menjadi tuntutan politik, yaitu tuntutan-tuntutan kepada para pengambil keputusan yang menyangkut kebijakan-kebijakan pemerintah. Influence ini berupaya mempengaruhi kebijakan dengan menyediakan personel-personel yang bisa berperan dalam pengambilan keputusan17.

Interest influencers (kepentingan yang mempengaruhi), terdiri dari

kelompok orang yang bergabung bersama melalui serangkaian kepentingan yang sama, yang belum cukup luas untuk bisa menjadi dasar bagi aktivitas kelompok partai, namun sangat dibutuhkan menyerahkan sumber-sumber untuk mendapat dukungan dari policy influencers atau pengambil keputusan yang lain. Kebanyakan kepentingan ini bersifat ekonomis karena orang-orang sering dimotivasi untuk melakukan tindakan kolektif melalui persamaan kepentingan ekonomi18.

Dalam sistem politik terbuka seperti di Amerika Serikat, interest

influencers memainkan peran yang lebih besar. Biasanya banyak organisasi dan

(39)

15

kelompok informal yang mewakili berbagai kepentingan yang bersifat ekonomis dan non ekonomis. Kelompok-kelompok tersebut kadang-kadang memiliki sumber-sumber finansial yang besar, sehingga mereka mampu mempengaruhi para pemilih serta partisan influencers19.

Interest influencers menggunakan beberapa strategi, untuk mendukung

terhadap kepntingan mereka. Mereka bisa melancarkan kampanye menulis surat yang tidak hanya ditujukan kepada pengambil keputusan, tetapi juga kepada

partisan influencesr serta bureaucratic influencers. Atau sebaliknya, mereka juga

bisa saja menjanjikan dukungan finansial-finansial atau mengancam akan menarik dukungannya. Kadang-kadang mereka bisa membiayai publisitas kampanye untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat umum yang selanjutnya akan menekan para pengambil keputusan serta partisan influencers20.

Mass influencers (massa yang mempengaruhi), tipe policy influencers ini

mengacu pada iklim opini, yang dimiliki oleh populasi yang dipertimbangkan oleh para pengambil keputusan dalam menyusun politik luar negeri. Dalam sistem terbuka, iklim opini bebas dari manipulasi langsung para pengambil keputusan, meski tidak sebebas yang diharapkan berdasarkan kebebasan berbicara dan kebebasan pers di negara-negara demokratis. Dalam negeri demokrasi, rakyat menerima informasi dari berbagai sumber, dalam hal in pers serta para penyiar radio televisi merupakan penyaji informasi yang sangat banyak. Sehingga

19 Ibid., 20

(40)

16

informasi-informasi tersebut membentuk opini publik yang mana bisa mempengaruhi pembuat keputusan21.

Dalam teori politik luar negeri, ada tiga model pembuatan keputusan yang mana dipelopori oleh teoritisi Hubungan Internasional bernama Graham T. Allison. Adapun tiga model tersebut adalah model Aktor Rasional, model Proses Organisasi, dan model Politik Birokratik22.

Tabel 1.2 Model Pembuatan Keputusan Politik Luar negeri Graham T. Allison23

Indikator Aktor Rasional Proses Organisasi

Proses intelektual Proses mekanis

Proses politik atau sosial bukan proses intelektual Prinsip Optimalisasi hasil SOP (System

Operating Mas’oed, 1990, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta: PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Hal. 234

23

(41)

17

Pada model aktor rasional, politik luar negeri dipandang sebagai akibat dari tindakan-tindakan aktor rasional, terutama suatu pemerintah yang monolit yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai uatu tujuan pembuatan keputusan politik luar negeri digambarkan sebagai suatu proses intelektual. Model ini sangat terkenal terutama karena asumsi rasionalitas yang dikandungnya. Dalam model ini para pembuat keputusan itu dianggap rasional dan umumnya memang cenderung berfikir bahwa keputusan (terutama yang menyangkut poltik luar negeri) dibuat secara rasioanal24. Adapun kebijakan yang diambil nantinya dipertimbangkan berdasarkan untung dan rugi bagi kepentingan nasioalnya jika kebijakan tersebut diambil.

Pada model pembuatan keputusan selanjutnya yakni, model Proses

Organisasi. Model ini menggambarkan bahwa politik luar negeri sebagai hasil

kerja suatu organisasi besar yang berfungsi menurut suatu pola perilaku. Model

Proses Organisasi ini pada dasarnya mengajukan tiga proposisi. Pertama, suatu

pemerintahan adalah terdiri dari sekumpulan organisasi-organisasi yang secara longgar bersekutu dalam struktur hubungan yang mirip struktur foedal. Kedua, keputusan dan perilaku pemerintah bukan hasil dari proses penetapan pilihan secara rasional, tetapi sebagai output atau hasil dari kerja organisasi-organisasi besar yang bekerja menurut suatu pola perilaku baku. Ketiga, setiap organisasi, memiliki prosedur kerja baku dan program, serta bekerja secara rutin, umumnya akan berperilaku sama seperti perilakunya di masa sebelumnya25.

24

Ibid., Hal. 235 25

(42)

18

Pada model Politik-Birokratik, politik luar negeri dipandang bukan sebagai hasil dari proses intelektual yang menghubungkan tujuan dan sarana secara rasional. Namun politik luar negeri merupakan hasil dari proses interkasi, penyesuaian diri dan perpolitikan di antara berbagai aktor dan organisasi. Dalam hal ini, suatu kondisi tertentu melibatkan berbagai permainan tawar-menawar

(bargaining games) di antara pelaku-pelaku dalam birokrasi dan pada perpolitikan

nasional. Hal ini bisa dikatakan keputusan politik luar negeri muncul sebagai hasil proses bargaining.

Model Politik-Birokratik ini bisa dikatakan bahwa politik luar negeri yang diambil berdasarkan proses sosial, bukan proses intelektual. Dalam hal ini, masing-masing pemain adalah manusia biasa yang dalam proses pembuatan keputusan itu bukan hanya parokialis, dalam arti mempertahankan kepentingan organisasinya sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh persepsi, tujuan, kepentingan dan perspektif pribadi26.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model Politik-Birokratik

dalam menjelaskan fenonema yang diangkat dalam penelitian ini, yakni menjelaskan persaingan antara intereset group dan pressure group yang berada di Amerika Serikat dalam mempengaruhi para pembuat keputusan pemerintahan Amerika Serikat dalam menanggapi ratifikasi Protokol Kyoto. Dalam hal ini kelompok kepentingan tersebut terbagi menjadi dua bagian, yakni kelompok sebagai penghambat atau kelompok yang menolak dan kelompok pendukung. Aktor kepentingan tersebut saling berkoalisi dan membentuk suatu organisasi

26

(43)

19

yang nantinya bersaing untuk mempengaruhi para pembuatan keputusan. Dalam hal ini terjadi suatu proses sosial yang masing-masing kelompok mempertahankan kepentingannya agar sesuai dengan kebijakan yang diambil oleh pemerintah Amerika Serikat.

1.5.2 Konsep Kelompok Kepentingan dan Kelompok Penekan

Di dalam setiap masyarakat suatu negara, terdapat sekelompok individu untuk mennyalurkan kepentingan-kepentingannya yang memungkinkan melalui cara dan struktur yang berbeda dengan carayang ditempuh oleh sekelompok inividu yang lainnya. Hal ini ditempuh dan diupayakan agar kepentingan yang mendasarinya sekelompok individu ini dapat tercapai dan menguntungkan bagi sekelompok individu tersebut.

Salah satu struktur yang menyalurkan kepentingan-kepentingan sekelompok individu tersebut adalah kelompok kepentingan atau biasa dikenal dengan sebutan interest group27. Kelompok kepentingan digunakan sebagai sarana menyampaikan atau memperkuat penyampaian tuntutan kepentingan anggota masyarakat terhadap sistem politik suatu negara. Dalam hal ini, kelompok kepentingan menduduki posisi penting dalam sistem politik suatu negara.

Kelompok kepentingan (interest group) ialah sejumlah orang yang memiliki kesamaan sifat, sikap, kepercayaan dan/atau tujuan, yang sepakat mengorganisasikan diri untuk melindungi dan mencapai tujuan. Sebagai kelompok yang terorganisasi, mereka tidak hanya memiliki sistem keanggotaan

27

(44)

20

yang jelas, tetapi juga memiliki pola kepemimpinan, sumber keuangan untuk membiayai kegiatan, dan pola komunikasi baik ke dalam maupun ke luar organisasi28.

Berdasarkan gaya pengajuan kepentingan, kelompok kepentingan dibedakan menjadi empat tipe menurut Grabriel Almond29. Tipe pertama yakni

Kelompok Kepentingan Anomik, kelompok kepentingan ini mengajukan

kepentingan secara spontan dan berorientasi pada tindakan segera seperti demonstrasi. Tipe kedua, Kelompok Kepentingan Non-asosiasi, kelompok kepentingan tipe ini terbentuk apabila terdapat kepentingan yang sama yang perlu diperjuangkan. Apabila kepentingan sudah terpenuhi, kelompok ini akan bubar dengan sendirinya. Kelompok ini biasanya menggunakan cara-cara pendekatan informal pemerintahan dalam memperjuangkan kepentingannya.

Tipe yang ketiga, Kelompok Kepentingan Institusional, kelompok ini muncul di dalam lembaga-lembaga pemerintahan yang fungsinya bukan mengartikulasikan kepentingan. Anggota dari kelompok ini menduduki posisi penting maka pengaruh mereka dalam proses penyusunan sangat besar, tetapi cenderung melayani kepentingan sendiri. Tipe yang keempat, Kelompok

Kepentingan Asosiasi, kelompok ini secara khusus berfungsi mengartikulasikan

kepentingan kelompok. Kelompok ini terorganisasi dengan baik, dan secara terus menerus menjalin hubungan dengan para anggota dan pemerintah. Termasuk dalam kategori ini, kelompok kepentingan seperti Kamar Dagang dan Industri.

28

Ramlan Subakti, 2010, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Grasindo, Hal 140. 29

(45)

21

Kelompok kepentingan atau interest group memiliki tujuan untuk memperjuangkan sesuatu kepentingan dan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar mendapatkan keputusan yang menguntungkan atau menhindarkan keputusan yang merugikan. Kelompok kepentingan tidak berusaha untuk menempatkan wakil-wakilnya dalam dewan perwakilan rakyat, melainkan cukup mempengaruhi satu atau beberapa partai didalamnya atau instansi pemerintah atau menteri yang berwenang30. Dalam hal ini kelompok kepentingan bersifat informal dalam terbentukannya. Kelompok ini muncul atas dasar rasa kesamaan kepentingan dan dalam tindakannya untuk mempengaruhi keputusan para pembuat kebijakan pemerintahan suatu negara.

Dalam mempengaruhi kaum yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan, kelompok kepentingan tersebut memiliki cara atau taktik yang bisa dikatakan menyusup kedalam struktur pembuatan keputusan. Dengan begitu kelompok kepentingan tersebut bisa langsung berhubungan dengan para pembuat keputusan politik utama dan kepentingannya bisa tercapai. Adapun salah satu cara yang digunakan kelompok kepentingan untuk menyalurkan pengaruhnya adalah

Lobbying (melobi). Melobi merupakan usaha yang dilaksanakan untuk

mempengaruhi pihak-pihak yang menjadi sasaran agar terbentuk sudut pandang positif terhadap topik lobi. Dengan demikian diharapkan memberikan dampak positif bagi pencapaian tujuan31.

30

Ibid., Hal 162 31

(46)

22

Keberadaan kelompok kepentingan, dilihat lebih eksis dan berkembang terutama berada di negara-negara demokrasi seperti salah satunya di Amerika Serikat. Hal ini dimungkinkan, karena pada sistem demokrasi seperti ini rakyat memiliki posisi yang kuat, untuk melibatkan dalam setiap proses politik. Salah satunya ialah memberikan pengaruh terhadap pembuat kebijakan sebelum kebijakan tersebut dikeluarkan dan diimplementasikan. Oleh karena itu kelompok kepentingan di negara-negara demokrasi cukup banyak dan leluasa berkembang32

Selain kelompok kepentingan, dalam suatu negara terdapat kelompok penekan yang mana memiliki pengaruh terhadap pengambilan keputusan suatu negara. Kelompok penekan adalah setiap organisasi yang membuat tuntutan, baik langsung atau tidak langsung kepada pemerintah dalam rangka mempengaruhi pembuatan atau pelaksanaan kebijakan publik tanpa ia sendiri harus mempunyai kekuasaan formal untuk memerintah.

…a group representing an interest or cause which seeks to

achieve its aims by putting pressure on government…33

Kelompok penekan menurut Derbyshire adalah sebuah kelompok yang mewakili sebuah kepentingan atau persoalan-persoalan tertentu untuk mencapai tujuan dengan memberikan tekanan pada pemerintah. Dalam hal ini kelompok penekan, dalam mempengaruhi suatu kebijakan yang akan dibuat oleh pembuat

32

Deden Faturohman dan Wawan Sobari, 2002, Pengantar Ilmu Politik, Malang: UMM Press. Hal 164

33

(47)

23

keputusan dengan memberikan tekanan kepada pemerintah baik secara langsung maupun tidak langsung34.

Kelompok penekan dibagi menjadi tiga jenis yakni diantaranya

Promotional group/altruistic group. Kelompok penekan ini tidak mewakili salah

satu golongan tertentu dalam masyarakat. Kelompok ini terbentuk hanya untuk memajukan dan memperjuangkan satu isu tertentu, salah satu bentuk kelompok penekan dari jenis ini adalah Greenpeace.

Jenis yang kedua yakni Sectional Group, kelompok ini mewakili salah satu golongan dan atau kepentingan tertentu dalam masyarakat, yang mana keanggotaannya terbatas dan spesifik. Contoh dari kelompok penekan ini seperti Serikat Buruh. Jenis yang ketiga yakni “Hybrid” group merupakan kelompok yang menampilkan aspek dari kelompok promosional maupun sectional.

Kelompok kepentingan dan kelompok penekan memiliki kesamaan yang banyak dalam tujuannya terbentuk. Adapun perbedaan dari dua kelompok tersebut terdapat pada cara dan sasarannya35. Dalam menyampaikan isu ke sistem politik, kelompok kepentingan bersifat damai dibandingkan dengan kelompok penekan yang mana dengan sedikit banyak menggunakan represi fisik.

Dalam permasalahan ini, kelompok-kelompok yang berada di Amerika Serikat bersaing untuk mempengaruhi para pembuat keputusan dalam menanggapi ratifikasi Protokol Kyoto. Dalam hal ini kelompok tersebut diklasifiaksikan menjadi dua bagian, yakni kelompok yang setuju terhadap ratifiaksi Protokol Kyoto dan yang tidak setuju terhadap ratifikasi Protokol Kyoto. Kelompok yang

34 Ibid., 35

(48)

24

setuju terhadap ratifikasi Protokol Kyoto yakni Greenpeace. Sedangkan kelompok yang tidak setuju terhadap ratifikasi Protokol Kyoto yakni para pengusaha-pengusaha yang ada di Amerika Serikat. Diantaranya seperti Exxon Mobil, General Motors dan sebagainya yang kemudian bersatu atau berkoalisi menjadi

Global Climate Coalition. Mereka beranggapan bahwa dengan meratifaksi

Protokol Kyoto maka perekoniam mereka akan terganggu.

1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksplanatif. Metode penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengapa satu fakta atau kondisi tersebut terjadi dan bagaimana hubungannya dengan fenomena lainnya. Peneliti melakukan pengamatan terhadap hubungan variabel yang sudah tercantum dalam penelitian, serta menguji hipotesa. Jadi dalam hal ini peneliti ingin mengamati atau meneliti tentang persaingan yang terjadi di antara interest group dan pressure group di Amerika Serikat yang mana dapat mempengaruhi kebijakan pemerintahan Amerika Serikat terhadap ratifikasi Protokol Kyoto.

1.6.2 Tingkat Analisa

(49)

25

menentukan tingkat analisa (level of analysis) yang digunakan dalam memahami fenomena sosial yang terjadi.

Dalam proses memilih tingkat analisa, penulis menetapkan unit eksplanasi yaitu perilaku yang akan di desripsikan, jelaskan dan diramalkan yang kemudian disebut dengan variabel independen. Unit eksplanasi yang nantinya berdampak pada unit analisa yang hendak diamati yang disebut dengan variabel dependen.

Dari uraian diatas, dalam judul, variabel independen adalah persaingan antara Global Climate Coalition dan Greenpeace. Sedangkan variabel dependen adalah kebijakan Amerika Serikat terhadap ratifikasi Protokol Kyoto. Adapun tingkat analisa dalam penelitian ini adalah Korelasionis36. Karena unit eksplanasi dan unit analisanya pada tingkat yang sama yakni individu atau kelompok ke individu atau kelompok.

1.6.3 Batasan Waktu Penelitian

Batasan waktu yang diambil dalam penelitian ini adalah antara tahun 2001 sampai 2009 yakni pada pemerintahan George W. Bush. Melalui tinjauan historis guna melengkapi dan menjelaskan uraian yang dimaksud dengan pertimbangan bahwa selama itu masih ada atau memiliki korelasi dan relevansi dengan permasalahan yang diangkat. Batasan waktu ini dimaksudkan agar penulis dapat tetap terfokus terhadap fenomena yang diteliti. Selain itu, juga agar membantu penulis dalam melakukan pengumpulan data.

36

(50)

26

1.6.4 Batasan Materi Penelitian

Adapan tujuan untuk menentukan batasan materi di sini adalah agar pembahasan penelitian ini mengenai fenomena yang diamati tidak keluar dari kerangka penelitian yang ditentukan. Upaya pembatasan masalah ini dimaksudkan agar di samping penulis dapat tetap fokus perhatiannya, juga membantu penulis dalam menganalisis data yang sesuai dengan kerangka pemikiran penelitian ini. Sebagai pembatasan dalam materi atau topik dalam penlitian ini yakni penilitian ini hanya membahas mengenai persaingan Global Climate Coalition dan

Greenpeace dalam mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat terhadap ratifikasi

Protokol Kyoto.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

(51)

27

1.6.6 Teknik Analisa Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu informasi-informasi tentang fenomena yang disimbolkan bukan dengan angka, tetapi dengan kata-kata yang berorientasi pada makna dan hubungan antarvariabel yang membentuk fenomena tersebut37.

Data-data yang telah terkumpul dikaji menggunakan pendekatan analisis logis yaitu pencarian hubungan antara variabel-variabel dan konsep-konsep. Dalam pendekatan ini, langkah pertama adalah memetakan data kedalam kategori-kategori. Kemudian data-data tersebut dicari hubungannya dengan satu sama lain sesuai dengan kerangka logika yang dipersiapkan. Pada akhirnya proses ini akan menghasilkan sebuah konstruski pemahaman tentang fenomena yang menjadi topik penelitian38.

1.7 Hipotesa

Penulis dapat memberi jawaban sementara bahwa Global Climate Coalition memiliki kekuatan besar dibandingkan dengan Greenpeace dalam mempengaruhi pengambilan keputusan Pemerintahan Amerika Serikat, yang mana Global Climate Coalition menyampaikan pengaruhnya atau kepentingannya dengan strategi menyebarkan isu negatif jika Amerika Serikat menandatangi Protokol Kyoto dan mendekati orang-orang penting di dalam Pemerintahan Amerika Serikat. Dalam hal ini kelompok kepentingan tersebut memiliki

37

Christine Marlow, 2001, Research Methods for Generalist Social Work (3th edition), CA: Wadsworth. Hal 33. Dalam skripsi Cecep Zakarias El Bilad, 2011, Rivalitas Antara Iran dan Arab Saudi Dalam Perspektif Kontruktivisme Alexander Wendt. UMM: Unpublished. Hal. 36 38

(52)

28

pengaruh yang besar dan kemudian Pemerintahan Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan menolak terhadap ratifikasi Protokol Kyoto.

1.8 Alur Pemikiran

Bagaimana persaingan Global Climate Coalition

dan Greenpeace dalam mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat terhadap ratifikasi Protokol Kyoto?

 Teori Politik Luar Negeri

 Konsep Kelompok

Kepentingan dan Kelompok Penekan

Bentuk persaingan Global Climate Coalition dan

Greenpeace dalam mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat terhadap ratifikasi Protokol Kyoto

Hasil kebijakan pemerintahan Amerika Serikat

(53)

29

1.9 Locus dan Focus Penelitian

1.10 Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini penulis akan menjabarkan beberapa bagian dalam bab skripsi. Pembagian ini akan disesuaikan berdasarkan kerangka pemikiran membentuk keseluruhan dari peneliti. Sistematika penulisan dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikira, metode penelitiaan, peringkat analisa, teknik pengumpulan data, teknik analisa data,, ruang lingkup penelitian dan sistematika penulisan.

(54)

30

BAB II Dampak Kemajuan Industri Terhadap Lingkungan

Pada bab ini berisi penjelasan mengenai kemajuan industri di Amerika Serikat, kontribusi kemajuan industri terhadap kemajuan ekonomi di Amerika Serikat serta dampak lingkungan yang ditimbulkan , dinamika sistem politik di Amerika Serikat, Protokol Kyoto, Global Climate Coaltion (GCC) dan Greenpeace

BAB III Persaingan Global Climate Coalition dan Greenpeace dalam Mempengaruhi Kebijakan Amerika Serikat Terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto

Pada bab ini berisi penjelasan tentang pro dan kontra terhadap ratifikasi Protokol Kyoto di Amerika Serikat, persaingan Global Climate Coalition dan Greenpeace dalam mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat terhadap Ratifikasi Protokol Kyoto, Strategi yang digunakan Global Climate Coalition, Strategi Greenpeace, Penolakan Amerika Serikat terhadap ratifikasi Protokol Kyoto, Keberhasilan Global Climate Coalition dalam mempengaruhi kebijakan Amerika Serikat terhadap Protokol Kyoto.

BAB IV Penutup

Gambar

Tabel 1.1 Posisi Penulisan
Tabel 1.2 Model Pembuatan Keputusan Politik Luar negeri Graham

Referensi

Dokumen terkait