Lampiran 1. Alat dan Bahan
Inkubator Timbangan Analitik
5 4 3 380 100 710
5 4 4 350 100 710
5 4 5 430 150 1100
5 5 0 240 70 710
5 5 1 350 100 710
5 5 2 540 150 1700
5 5 3 920 220 2600
5 5 4 1600 400 4600
DAFTAR PUSTAKA
Cappucino, J. (1931). Manual Laboratorium Mikrobiologi, Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal. 327-328.
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 74-76.
Entjang, I. (2001). Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Akademi Keperawatan, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Hal. 82-83.
Novel, S.S., wulandari, A.P., dan Safitri, R.D. (2010), Praktikum Mikrobiologi Dasar, Jakarta: Trans Info Media. Hal. 120.
Nugroho, Astri. (2006). Bioindikator Kualitas Air, Jakarta: Universitas Trisakti. Hal. 18-19, 21-23.
Nurwantoro, D. (1997). Mikrobiologi Pangan Hewani-Nabati, Yogyakarta: Kanisius. Hal. 63 dan 69.
Pelczar, J. (1988). Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jakarta: UI-Press. Hal. 447-448, 867-868.
Rumondor, P.P, Porotu’o, J., dan Waworuntu, O. (2014). Indentifikasi Bakteri Pada Depot Air Minum Isi Ulang Di Kota Manado, jurnal e-Biomedik(eBM), Volume 2, Nomor 2,. Manado: Universitas Sam Ratulangi. Hal. 1-2.
Sumantri, A. (2010). Kesehatan Lingkungan, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Hal. 34-36.
Suriawiria, U. (1996). Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis, Bandung: Alumni. Hal. 5-6, 75-74, 79-80.
Sutrisno, T. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih, Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hal. 10-11, 20-23.
Waluyo, Lud. (2009). Mikrobiologi Lingkungan, Malang: UUM Press. Hal. 116-118, 136-137.
Wardhana, A. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta: Andi. Hal. 74-75.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Tempat
Analisa bakteri Escherichia Coli pada air minum dilakukan di Laboratorium
Biologi Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BTKLPP) yang bertempat di Jalan K. H. Wahid Hasyim No.15 Medan.
3.2 Sampel, Alat, dan Bahan 3.2.1 Sampel
Sampel dengan kode 180/B/AM adalah air minum dari Kabupaten Tobasa. 3.2.2 Alat
1. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan media terdiri dari autoklaf,
beaker glass, hot plate, magnetic stirrer, neraca analitis, pipet volume,
petri dan spatula.
2. Peralatan yang digunakan untuk pengujian terdiri dari bola karet,
inkubator 350C, inkubator 440C, jarum ose, lampu Bunsen, oven, pipet
volume, rak tabung, tabung durham dan tabung reaksi.
3.2.3 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari aquadest, Media Lactose Broth,
3.3 Prosedur
3.3.1 Pembuatan Media
1. Pembuatan Media Lactose Broth Single
Ditimbang seksama media Lactose Broth sebanyak 13 g. Dimasukkan
kedalam beker glass, dilarutkan kedalam akuades sebanyak 1 liter. Dimasukkan
magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai homogen. Dimasukkan
kedalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham masing-masing 10 mL.
Disterilkan di dalam autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu 121ºC selama 15
menit, setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering.
2. Pembuatan Media Lactose Broth Double
Ditimbang seksama media Lactose Broth sebanyak 26 g. Dimasukkan
kedalam beker glass, dilarutkan kedalam akuades sebanyak 500 mL. Dimasukkan
magnetic stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai homogen. Dimasukkan
kedalam tabung reaksi yang telah berisi tabung durham masing-masing 5 mL.
Disterilkan di dalam autoklaf dengan tekanan 1 atm pada suhu 121ºC selama 15
menit, setelah dingin disimpan di tempat yang bersih dan kering.
3. Pembuatan Media Tryptone
Ditimbang seksama media Tryptone sebanyak 15 g. Dimasukkan kedalam
beker glass, dilarutkan kedalam akuades sebanyak 1 liter. Dimasukkan magnetic
stirrer. Dipanaskan diatas hot plate sampai homogen. Dimasukkan kedalam
tabung reaksi masing-masing 10 mL. Disterilkan di dalam autoklaf dengan
tekanan 1 atm pada suhu 121ºC selama 15 menit, setelah dingin disimpan di
3.4 Uji Pendugaan
a. Disiapkan sebanyak 5 tabung reaksi yang berisi media Lactose Broth
double dan sebanyak 10 tabung reaksi yang telah berisi media Lactose
Broth single.
b. Tabung kemudian disusun pada rak tabung, masing-masing diberi tanda
sebagai berikut :
• Nomor Sampel
• Volume Sampel
c. Sampel dikocok terlebih dahulu agar homogen.
d. Dimasukkan sampel dengan cara dipipet sebanyak 10 mL kedalam tabung
berisi Lactose Broth tebal. Kemudian 1 mL kedalam tabung Lactose Broth
tipis sebanyak 5 tabung, dan sisanya 0,1 mL atau 2 tetes.
e. Dimasukkan seluruh tabung kedalam inkubator pada suhu 35ºC selama 2 ×
24 jam.
f. Selanjutnya, diamati pembentukan gas yang terjadi di dalam tabung
durham.
g. Dicatat tabung yang dinyatakan positif dengan terbentuknya gas.
Selanjutnya dilakukan uji penegasan.
3.5 Uji Penegasan
1. Tabung yang dinyatakan positif pada uji pendugaan, diinokulasikan
kedalam tabung yang berisi media Tryptone masing-masing satu ose dan
dilakukan secara aseptis.
3. Selanjutnya setelah 48 jam, ditambahkan larutan kovaks sebanyak 0,5 mL
dan dinyatakan positif jika terbentuk cincin merah.
4. Pembacaan hasil dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang
positif. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN.
3.6 Persyaratan
Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010
bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter bakteri Escherichia
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Bakteri Escherichia Coli
Nomor
Sampel
Pendugaan Penegasan MPN/100
mL
Keterangan
180/B/AM 0-0-0 0-0-0 <1,8 Memenuhi persyaratan
PERMENKES RI
NO.429/MENKES/PER/IV
/2010
4.2 Pembahasan
Pada analisa bakteri Escherichia coli pada sampel 180/B/AB memenuhi
syarat dan tidak melebihi batas baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI
NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan
untuk parameter bakteri Escherichia Coli pada air minum adalah 0 koloni/100mL.
Bakteri ini berbentuk batang, Gram negatif, fakultatif aerob, tumbuh baik
pada media sederhana. Dapat melakukan fermentasi lactose dan fermentasi
glukosa, serta menghasilkan gas. Escherichia Coli merupakan flora normal, hidup
komensal didalam colon manusia dan diduga membantu pembuatan vitamin K
yang penting untuk pembekuan darah. Escherichia Coli digunakan untuk menilai
menyebabkan terjadinya epidemic penyakit-penyakit saluran pencernaan (Entjang,
2001).
Uji perkiraan yang dilakukan untuk mengetahui adanya Escherichia Coli
yaitu dengan cara disiapkan tabung yang mengandung laktosa diinokulasi bersama
sampel air. Tabung ini juga berisi tabung kecil yang terbalik (tabung durham)
untuk menangkap gas yang terjadi dan indikator asam basa untuk memperlihatkan
apakah terbentuk asam. Karena E. coli dapat memfermentasikan laktosa, adanya
asam dan gas dalam tabung yang terinokulasi setelah 48 jam inkubasi pada suhu
35o C adalah suatu bukti perkiraan adanya E. coli dan demikian tekontaminasi
kotoran. Jika laktosa tidak difermentasi, diasumsikan bahwa E. coli tidak ada dan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010
bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter bakteri Escherichia
Coli pada air minum adalah 0 koloni/100mL. Dari hasil yang diperoleh dapat
disimpulkan bahwa sampel dengan kode 180/B/AB memenuhi syarat dan tidak
melebihi batas yang telah ditentukan.
5.2 Saran
Sebaiknya pada uji penegasan untuk bakteri Escherichia Coli digunakan
media selektif EMBA atau EC Broth yang sesuai dengan metode yang telah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting fungsinya bagi
kehidupan umat manusia dan mahkluk hidup lainnya. Air yang dibutuhkan
manusia meliputi air layak pakai yang bersih dan sehat untuk keperluan memasak,
mencuci, dan mandi serta air yang layak konsumsi untuk keperluan minum. Air
juga dapat berperan sebagai media penularan penyakit (Rumondor, 2014).
Air mungkin saja terlihat jernih, tidak berbau, dan tidak berasa, tetapi tidak
aman untuk diminum. Air yang baik dan aman untuk diminum ialah air yang
bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit dan zat kimia yang merusak
kesehatan. Pencemaran air oleh mikroorganisme atau zat-zat kimia berarti air
tersebut mengalami polusi dan tidak dapat diminum (Pelczar,1988).
Tubuh manusia sebagian terdiri dari air, kira-kira 60-70% dari berat
badannya. Untuk kelangsungan hidupnya, tubuh manusia membutuhkan air yang
jumlahnya antara lain tergantung berat badan. Untuk orang dewasa kira-kira
memerlukan air 2.200 gram setiap harinya. Kegunaan air bagi tubuh masnuisa
antara lain untuk: proses pencernaan, metabolisme, mengangkut zat-zat makanan
dalam tubuh, mengatur keseimbangan suhu tubuh, dan menjaga jangan sampai
tubuh kekeringan. Apabila tubuh kehilangan banyak air, maka akan
mengakibatkan kematian (Sutrisno, 2004).
Dalam perhatian kita tentang kemurnian air, penting untuk disadari bahwa
air dapat mengandung bahan kimia yang beracun atau organisme patogen tetapi
terkontaminasi. Sedangkan air layak untuk diminum bebas dari yang dikatakan
berbahaya baru bisa dikatakan sebagai air minum (Wheeler., V, 1989).
2.2 Air Minum
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air
minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis,
kimiawi, dan radioaktif. Parameter wajib penentuan kualitas air minum secara
mikrobiologi adalah total bakteri Coliform dan Escherichia coli(Rumondor,
2014).
Air minum dapat diartikan sebagai air yang bebas dari mikroba yang
berbahaya dan ketidakmurnian secara kimiawi. Air minum harus lebih bersih dan
jernih, tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak mengandung bahan
tersuspensi. Apabila air mengandung zat-zat organik, maka dapat dipastikan air
tersebut mengandung mikroba. Jenis dan jumlah mikroba dalam air tergantung
dari lingkungannya. Air yang tercemar oleh kotoran hewan/manusia
dimungkinkan juga tercemar oleh bakteri-bakteri patogen yang berasal dari
saluran pencernaan, misalnya Salmonella, Vibrio, EPEC, Shigella, dan
Clostridium perfringens (Nurwantoro, 1997).
2.2.1 Syarat-syarat Air Minum
Pada umumnya ditentukan pada beberapa standar yaitu kondisi negara
masing-masing, perkembangan ilmu pengetahuan, dan perkembangan teknologi.
Dari segi kualitas Air minum harus memenuhi :
a) Syarat Fisik, meliputi air tak boleh berwarna, tak berasa, tak berbau, suhu
kekeruhan dan warna harus dipenuhi oleh setiap jenis air minum di mana
dilakukan penyaringan dalam pengolahannya.
b) Syarat kimia, yaitu air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat
mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas telah
ditentukan.
c) Syarat bakteriologik, yaitu air minum tidak boleh mengandung
bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tak boleh mengandung
bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu
1 Coli/100mL air. Bakteri patogen yang mungkin ada di dalam air antara
lain bakteri tipsum, vibrio colerae, bakteri dysentriae, entamoeba
bystolotica dan bakteri enteritis (penyakit perut). Air yang mengandung
Coli dianggap telah terkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran
manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak
langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri patogen, tetapi
diperiksa dengan indikator golongan Coli (Sutrisno, 2004).
Tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau
tanda yang dapat diamati melalui :
1. Adanya perubahan suhu air,
2. Adanya perubahan pH atau konsentrasi ion Hidrogen,
3. Adanya perubahan warna, bau dan rasa air,
4. Timbulnya endapan, koloidal, bahan terlarut,
5. Adanya mikroorganisme
Adanya tanda atau perubahan seperti tersebut di atas menunjukkan bahwa
air telah tercemar (Wardana,. W, 1995).
2.3 Sumber Air
2.3.1 Air Permukaaan
Air permukaan yang mengalir di permukaan bumi akan membentuk air
permukaan. Air ini umumnya mendapat pengotoran selama pengalirannya.
Pengotoran tersebut misalnya oleh lupur, batang-batang kayu, daun0daun, kotoran
industri dan lain sebagainya. Dengan adanya pengotoran ini menyebabkan
kualitas air permukaan menjadi berbeda-beda. Pengotoran ini dapat secara fisik,
kimia dan bakteriologi (biologi). Setelah mengalami pengotoran, pada suatu saat
air permukaan akan mengalami pembersihan. Secara umum air permukaan dibagi
menjadi air sungai dan air rawa atau danau. Air sungai pada umunya mempunyai
derajat pengotoran yang tinggi sekali. Dalam penggunaannya sebagai air munum
harus melalui proses yang panjang. Sedangkan air danau kebanyakan berwanra
yang disebabkan oleh zat-zat organik yang telah membusuk. Untuk pengambilan
air rawa sebaiknya pada kedalaman yang tengah agar endapan Fe dan Mn tidak
terbawa, demikian juga dengan alga dan lumut yang ada dipermukaan (Waluyo,
2009).
2.3.2 Air Tanah
Air tanah secara umum terbagi menjadi :
- Air tanah dangkal
Air tanah dangkal terjadi akibat proses penyerapan air dari permukaan
tanah dangkal terlihat jernih tetapi banyak mengandung zat-zat kimia
(garam-garam terlarut) karena melalui lapisan.
- Air Tanah Dalam
Air tanah dalam terdapat pada lapis rapat air yang pertama. Pengambilan
air tanah dalam lebih sulit daripada air tanah dangkal. Suatu lapisan rapat air
biasanya didapatkan air tanah dangkal. Suatu lapis rapat air biasanya didapatkan
pada kedalaman 100-300 meter. Bila tekanan air tanah dalam besar, maka air
dapat menyembur keluar dan dalam keadaan ini dinamakan air artesis. Pada
umumnya kualitas air tahan dalam lebih baik daripada air tanah dangkal.
- Mata Air
Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan
tanah. Mata air yang berasal dari air tanah dalam, hampir tidak terpengaruh oleh
musim dan memiliki kualitas yang sama dengan air tanah dalam. Berdasarkan
munculnya ke permukaan tanah dibagi menjadi 1). Rembesan, dimana air keluar
dari lereng-lereng, 2). Umbul, dimana air ke luar ke permukaan pada suatu
menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih
banyak mengandung kotoran. Air hujan bersifat agresif terutama terhadap
pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini mempercepat terjadinya
2.3.4 Air Laut
Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung berbagai garam,
misalnyan NaCl. Kadar garam NaCl dalam air laut lebih kurang 3%. Oleh karena
itu, air laut tanpa diolah terlebih dahulu tidak memenuhi syarat untuk air minum
(Waluyo, 2009).
2.4 Sumber Pencemaran Air
Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi secara umum dapat
dikategorikan menjandi dua yaitu sumber kontaminan langsung dan tidak
langsung. Sumber langsung meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA
sampah, rumah tangga, dan sebagainya. Sumber tak langsung ialah kontaminan
yang memasuki badan air dari tanah, air tanah atau atmosfir berupa hujan. Pada
dasarnya sumber pencemaran air berasal dari industri, rumah tangga dan petanian.
Tanah dan air tanah mengandung sisa dari aktivitas pertanian misalnya, pupuk dan
pestisida. Kontaminan dari atmosfir juga berasal dari aktivitas manusia, yaitu
pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam (Sumantri, 2010).
Air merupakan substrat yang paling parah akibat pencemaran. Berbagai
sumber pencemaran air berasal dari :
a) Sumber domestik (rumah tangga), perkampungan, kota, pasar, jalan dan
sebagainya.
b) Sumber non domestik (pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan serta
sumber-sumber lainnya).
Banyak memasuki badan air, secara langsung ataupu tidak langsung
pencemar tersebut akan berpengaruh terhadap kualitas air, baik untuk keperluan
banyak dilakukan agar kehaidran pencemaran terhadap air dapat dihindari,
dikurangi atau minimal dapat dikendalikan. Akibat semakin tingginya kadar
buangan dosmetik memasuki badan air di negara yang sedang berkembang, maka
tidak mengehrankan kalau berbagai jenis penyakit secara epidemik ataupun
endemik berjangkit dan merupakan masalah rutin di mana-mana (Suriawiria,
1996).
Air minum yang dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi standar
yang ditetapkan dan harus ada jaminan bahwa air yang dikonsumsi aman untuk
kesehatab. Karena cukup banyak hal yang dapat menyebabkan bahaya bagi
kesehatan pada air tersebut, misalnya pencemaran. Banyak persoalan yang muncul
dalam perlindungan air baku, air bersih, dan air minum; antara lain pemeliharaan,
sistem distribusi, perlakuan terhadap air bahan baku, pengawasan, pelatihan tugas
dan pendidikan bagi konsumen. Sumber air harus dilingdungi dari manusia
(Waluyo, 2009).
Kontaminan yang mencemari air digolongkan ke dalam tiga kategori:
kimiawi, fisik, dan hayati. Kontaminan-kontaminan tertentu dalam setiap kategori
ini dapat mempunyai pengeruh nyata terhadap kualitas air. Karena mempunyai
potensi untuk berlaku sebagai pembawa mikroorganisme patogenik, air dapat
membehayakan kesehatan dan kehidupan (Pelczar, 1988).
2.5 Bakteri
Bakteri termasuk kelompok utama dalam prokariot. Proses reproduksinya
dengan pembelahan sel. Bakteri Escherichia coli berbentuk batang dengan
dapat bergerak aktif. Escherichia coliumumnya diketahui terdapat secara normal
dalam alat pencernaan manusia dan hewan (Nurwantoro, 1997).
Golongan Bakteri Coli merupakan indikator alami baik di dalam air yang
tampak jernih maupun air kotor, yang memiliki karakteristik sebagai berikut
berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora, pada temperatur 37°C
dapat memfermentasikan laktosa dengan membentuk asam dan dalam 48 jam
dapat membentuk gas. Bakteri coli terdiri dari 3 kelompok, yaitu :
a) Kelompok Escherichia, misalnya Escherichia coli, Escherichia freundii dan
Escherichia intermedia.
b) Kelompok Aerobacter, misalnya Aerobacter aerogenes, A. cloacea.
c) Kelompok Klebsiela,misalnya Klebsiela pneumoniae.
Dari ketiga kelompok tersebut, kelompok Escherichia khususnya
Escherichia coli merupakan bakteri yang paling tidak dikehendaki kehadirannya
di dalam air minum maupun makanan. Aerobacter dan Klebsiela yang biasa
disebut golongan perantara, mempunyai sifat seperti Coli Fecal, tetapi tidak dapat
hidup pada suhu di atas 37°C dan lebih sering dijumpai di dalam tanah dan air
daripada di dalam saluran pencernaan makanan manusia (Nugroho, 2006).
Beberapa spesies atau kelompok bakteri telah dievaluasi untuk
menentukan sesuai tidaknya untuk digunakan sebagai organisme indikator. Di
antara organisme-organisme yang dipelajari, yang hampir memenuhi semua
persyaratan suatu organisme indikator yang ideal ialah Escherichia coli dan
kelompok bakteri koli lainnya. Bakteri-bakteri tersebut dianggap sebagai indikator
saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas, biasanya tidak patogenik
(Pelczar, 1988).
Pangan yang sering terkontaminasi bakteri ini adalah susu, air minum,
daging, keju, dan lain-lain. Pencegahannya antara lain pangen perlu didinginkan
dengan cepat dalam jumlah yang sedikit, pangan perlu dimasak dengan baik,
menjaga higiene, mencegah air dari kontaminasi oleh tinja/kotoran, atau air perlu
diberi perlakuan khlorinasi (Nurwantoro, 1997).
2.6 Analisis Bakteri Coli dengan Metode MPN
Metode most probable number (MPN) menggunakan pendekatan
“pengenceran berganda hingga punah” telah dibuktikan sangat baik untuk
memperkirakan populasi mikroba, terurama jika mikroba ada dalam jumlah yang
sangat sedikit dalam makanan atau sampel air. Selain E. Coli, saat ini metode
MPN juga dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah mikroba salmonella,
Staphylococcus dan fecal coliform lainnya (Nugroho, 2006).
MPN adalah suatu metode untuk menaksir populasi mikrobial di lahan,
perairan, dan produk agrikultur. Metode ini digunakan untuk menaksir populasi
mikrobial berdasarkan pada ukuran kualitatif spesifik dari jasad renik yang sedang
terhitung. Menetapkan adanya bakteri koliform dalam contoh air dan memperoleh
indeks berdasarkan tabel MPN untuk menyatakan perkiraan jumlah coliform
dalam sampel. Prinsip pengerjaan dengan melakukan Uji Pendugaan (Presumtive
Test) dengan menggunakan set tabung 3-3-3 atau 5-5-5 kaldu laktosa, dilanjutkan
dngan uji penguat (Confirmed Test), dan terakhir dilakukan uji pelengkap
Menurut Novel, dkk., (2010) ada 3 pengujian yang dilakukan dalam
pengujian kualitatif Bakteri Coli, yaitu sebagai berikut :
a) Tes Pendugaan (Presumtif Test)
Medium yang digunakan adalah kaldu laktosa. Bakteri coliform
menggunakan laksota sebagai sumber karbonnya. Tes ini dikatakan positif
jika indikator berubah warna setelah diinkubasi 37°C selama 48 jam dan
adanya gas yang muncul pada Tabung Durham.
b) Tes Konfirmasi (Confirmed Test)
Merupakan test lanjutan dari tes pendugaan. Untuk memastikan kehadiran
bakteri koliform, tabung kaldu laktosa yang positif masing-masing diambil
sebanyak 1 ose dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang mengandung
medium BGLB. Untuk menetapkan adanya Coliform, medium yang telah
diinokulasi, diinkubasi pada suhu 37°C. Untuk menetapkan adanya Fekal
Coli, medium BGLB yang telah diinokulasi diikubasi pada suhu 44,5°C.
Sedangkan untuk menetapkan kehadiran E. Coli, maka tabung kaldu laktosa
yang positif dapat diinokulasikan pada medium spesifik EC atau EMB.
Setelah 24 jam, kekeruhan dan ada tidaknya gas dalam tabung Durham
diamati pada medium BGLB, kemudian hasil yang didapat dibandingkan
dengan tabel MPN. Sedangkan cawan petri yang berisi medium EC dan EMB
akan menunjukkan koloni spesifik.
c) Tes Penentu atau Pelengkap (Completed Test)
Siapkan sejumlah tabung medium laktosa Broth lengkap dengan tabung
Durham dan medium Na Miring. Koloni-koloni yang berwarna hijau metalik
tabung-tabung berisi medium tersebut selama 24-48 jam. Amati terbentuknya
gas dan pertumbuhan bakteri tersebut pada medium laktosa. Bila hasilnya
positif, lakukan uji identifikasi dengan menggunakan kultur segar yang
tumbuh pada medium NA. Uji identifikasi yang perlu dilakukan adalah
pewarnaan Gram dan spora. Jika hasilnya menunjukkan terbentuknya gas
pada medium laktosa, Gram negatif, basillus, dan tidak berspora, maka dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Air adalah materi esensial (yang paling penting) di dalam kehidupan.
Tidak ada satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak membutuhkan air. Sel
hidup misalnya, baik tumbuh-tumbuhan ataupun hewan, sebagian besar tersusun
oleh air, yaitu lebih 75% isi sel tumbuh-tumbuhan atau lebih dari 67% isi sel
hewan, tersusun oleh air. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan
setelah udara. Tiga per empat bagian tubuh manusia terdiri dari air. Manusia tidak
dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Air juga merupakan zat
yang paling parah akibat pencemaran. Penyakit-penyakit yang menyerang
manusia dapat ditularkan dan disebarkan melalui air. Penyakit-penyakit tersebut
merupakan akibat semakin tingginya kadar pencemar yang memasuki air
(Suriawiria, 1996).
Air minum untuk sebagian besar daerah tempat tinggal dan kota diperoleh
dari sumber permukaan seperti sungai, kali dan danau. Persediaan air alamiah
semacam itu, terutama kali dan sungai kemungkinan besar tercemar oleh sampah
domestik, pertanian, dan industri. Penyakit asal air terjadi karena meminum air
tercemar. Sebenarnya sumber infeksi itu bukanlah airnya, melainkan tinja yang
berasal dari manusia atau hewan yang telah mencemari air tersebut. Tinja tersebut
mengandung patogen-patogen enterik bila berasal dari orang sakit atau penular
penyakit. Bila air yang mengandung patogen tersebut mencemari makanan, maka
Pemindahan organisme-organisme penyakit asal air dapat terjadi secara
lebih langsung daripada ini. Misalnya pemindahan organisme dapat terjadi dari
ekskreta penderita ke mulut orang lain lewat tangan atau benda-benda yang secara
potensial tercemari mikroorganisme patogenik. Benda tercemar ini mungkin pula
dicemari oleh serangga, seperti lalat rumah umum yang sebelumnya telah hinggap
pada kotoran (Pelczar, 1988).
Air minum dapat diartikan sebagai air yang bebas dari mikroba yang
berbahaya dan ketidakmurnian secara kimiawi. Air minum harus bersih dan
jernih, tidak berwarna dan tidak berbau serta tidak mengandung bahan
tersuspensi. Apabila air mengandung zat-zat organik, maka dapat dipastikan air
tersebut mengandung mikroba. Jenis dan jumlah mikroba dalam air tergantung
dari lingungannya. Mikroba yang paling umum digunakan sebagai petunjuk
adanya pencemaran oleh kotoran hewan atau manusia (tinja) adalah bakteri
Escherichia coli dan coliform (Nurwantoro, 1997).
Penyebaran kotoran yang tidak terkontrol dalam lingkungan perairan dapat
menyebar pada lingkungan tanah, dan bahkan terbawa pada bahan makanan bagi
manusia. Lingkungan tercemar oleh bakteri coliform menentukan apakah kualitas
bahan berupa air, tanah, atau bahan makanan layak untuk dikonsumsi atau tidak.
Untuk mengujinya dapat menggunakan suatu test dengan metode jumlah
perkiraan terdekat atau Most Probable Number (MPN) (Suriawiria, 1996).
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk memilih judul
“Analisa Kuantitatif Bakteri Escherichia coli pada Air Minum menggunakan
persyaratan yang telah ditetapkan PERMENKES NO. 492 Tahun 2010 yaitu
jumlah koliform dan E.Coli dalam air minum adalah 0 mg/L.
1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari analisa kuantitatif bakteri Escherichia coli pada air
minum adalah untuk mengetahui jumlah bakteri Escherichia coli yang akan
dianalisa dengan metode Most Probable Number (MPN) memenuhi persyaratan
atau tidak.
1.2.2 Manfaat
Sebagai sumber informasi apakah air minum yang dikonsumsi tersebut
ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR MINUM MENGGUNAKAN METODE MPN(MOST PROBABLE NUMBER)
DARI KABUPATEN TOBASA ABSTRAK
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif. Bakteri pathogen air minum adalah bakteri Escherichia coli, ini cukup membahayakan bagi kesehatan.
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui air minum yang di analisis tidak mengandung bakteri Escherichia coli dan memenuhi persyaratan yang sesuai dengan baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010.
Analisa bakteri pada Escherichia coli pada sampel 180/B/AB memenuhi syarat dan tidak melebihi batas baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter bakteri Escherichia coli pada air minum adalah 0 koloni/100mL.
ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICHIA COLI
PADA AIR MINUM MENGGUNAKAN METODE
MPN (MOST PROBABLE NUMBER) DARI
KABUPATEN TOBASA
TUGAS AKHIR
OLEH:
SAFITA DILA NATASYA
NIM 132410033
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Tugas Akhir berjudul “Analisis Kuantitatif Bakteri Escherichia
Coli Pada Air Minum Menggunakan Metode MPN (Most Probable Number) Dari Kabupaten Tobasa”.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya dan pada kesempatan kali ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan
penuh pengertian hingga Tugas Akhir ini selesai.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
4. Bapak Prof. Dr. rer. nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku Dosen
Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan pengarahan
kepada penulis dalam hal Akademis setiap semester.
5. Ibu Rumanti Siahaan, SKM., M.Kes., selaku pembimbing lapangan
beserta seluruh Staf dan Pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan
6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis Farmasi
dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.
7. Kakak dan abang 2011, 2012 serta adik-adik stambuk 2014 yang tidak
disebutkan namanya dan juga Sabahat tercinta penulis yang telah
memberikan dukungan, semangat, keceriaan, dan saling bertukar pikiran,
khususnya buat Chris, Dwi, Estika, Lannora, Novita, Uta, Wirda, Nova
dan yang tersayang Ridho juga teman-teman Mahasiswa Analis Farmasi
dan Makanan angkatan 2013 yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, yang telah memberi dukungan dan masukan selama penulisan
Tugas Akhir ini.
Terakhir dan teristimewa, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada Papa Syafran dan Mama Juwita, beserta Abangku Iping Rahmat
Saputra dan Adik-adikku Safira Dara Natasya, Wira Auna Ghina dan Raja Farhan
Zumari, yang telah memberikan doa, motivasi, restu serta materi yang tak ternilai
harganya, dan pengorbanan yang tidak mampu dibalas dengan apapun dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa isi dari Tugas Akhir ini masih terdapat
kekurangan, maka dari itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata, penulis sangat berharap semoga
ANALISIS KUANTITATIF BAKTERI ESCHERICHIA COLI PADA AIR MINUM MENGGUNAKAN METODE MPN(MOST PROBABLE NUMBER)
DARI KABUPATEN TOBASA ABSTRAK
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif. Bakteri pathogen air minum adalah bakteri Escherichia coli, ini cukup membahayakan bagi kesehatan.
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui air minum yang di analisis tidak mengandung bakteri Escherichia coli dan memenuhi persyaratan yang sesuai dengan baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010.
Analisa bakteri pada Escherichia coli pada sampel 180/B/AB memenuhi syarat dan tidak melebihi batas baku mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan RI NO.492/MENKES/PER/IV/2010 bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan untuk parameter bakteri Escherichia coli pada air minum adalah 0 koloni/100mL.
2.5 Bakteri ... 11
2.6 Analisis Bakteri Coli dengan Metode MPN ... 12
BAB III METODE PENELITIAN ... 15
3.1 Tempat ... 15
3.2 Sampel, Alat dan Bahan ... 15
3.2.1 Sampel ... 15
3.2.2 Alat ... 15
3.2.3 Bahan ... 15
3.3 Prosedur ... 16
3.3.1 Pembuatan Media ... 16
3.4 Uji Pendugaan ... 17
3.5 Uji Penegasan ... 18
3.6 Persyaratan ... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19
4.1 Hasil ... 19
4.2 Pembahasan ... 19
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 21
5.1 Kesimpulan ... 21
5.2 Saran ... 21
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Gambar Alat dan Bahan ... 23
2 Tabel MPN ... 24