MEMBINA PERILAKU SISWA SMPN 11 TANGERANG
CILEDUG LARANGAN SELATAN
Oleh:
AHMAD 203011001525
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
MEMBINA PERILAKU SISWA SMPN 11 TANGERANG
CILEDUG LARANGAN SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
AHMAD NIM. 203011001525
Di Bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Moh. Ardani NIP. 150 011 680
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi berjudul: “Kontribusi Pendidikan Agama Islam dalam
membina perilaku siswa SMPN 11 Tangerang Ciledug Larangan Selatan” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada,
19 Maret 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh
gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.
Jakarta, 24 Maret 2008
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan
Drs. H. Abdul Fattah Wibisono, MA ...……… ..……….
NIP. : 150 236 009
Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)
Drs. Sapiuddin Shidiq, MA ....……… ....………
NIP.: 150 299 477
Penguji I
Drs. Sapiuddin Shidiq, MA ....……… ...………….
NIP.: 150 299 477
Penguji II
Dra. Hj. Siti Salmiah, M.A ……… ...…………
NIP.: 150 020004
Mengetahui: Dekan,
Ahmad. Kontribusi Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Peilaku Siswa SMP Negeri 11 Tangerang Ciledug Larangan Selatan,Skripsi program studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Pendidikan Agama Islam,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana
Kontribusi/Sumbangan Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Perilaku Siswa
SMP Negeri 11 Tangerang-Ciledug Larangan Selatan. Metode yang digunakan
adalah Metode Penelitian Kepustakaan dan Penelitian Lapangan dengan teknik
analisa deskriptif (prosentase).
Penelitian ini di lakukan di SMP Negeri 11 Tangerang-Ciledug Larangan
Selatan Jl. Inpres 18 pada bulan Oktober dan November, sampel di ambil secara
Random Sampling, sampel yang di ambil sebanyak 20 % dari Siswa , teknik
pengumpulan data dengan menyebarkan angket Pendidikan Agama Islam dan
tentang perilaku siswa, yang telah di ujikan sebanyak 84 item.
Kesimpulannya bahwa Kontribusi Pendidikan Agama Islam Dalam
Membina Perilaku Siswa yang ada di SMP Negeri 11 Tangerang-Ciledug, sudah
mencapai suatu keberhasilan yang dilakukan dari pihak sekolah maupun dari
pihak guru walaupun sebagian kecil tidak ada jawaban yang mempengaruhinya.
Yatu dapat dilihat dari jawaban siswa yang yang menjawab positif hasilnya 80 %
yang terpengaruh dari sumbangan pendidikan agama Islam dan 20 % jawaban
siswa yang tidak ada pengaruhnya (negatif).
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Maret 2008
Ahmad
Segala puji serta syukur hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam
Yang Maha Mulia lagi Maha perkasa. Di tangan-Nya Dia memegang kekuasaan
di langit dan di bumi. Yang selalu melimpahkan rahmat, hidayah serta
kemudahan-kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
syarat akhir di dalam menyelesaikan Program Sarjana (S.1) Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada manusia pilihan,
yang membawa manusia kepada peradaban yang Islami yaitu Nabi Muhammad
SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang istiqomah dalam
menjalankan ajaran Islam.
Dalam penulisan skripsi ini banyak sekali kendala ataupun kesulitan yang
penulis hadapi, akan tetapi atas izin Allah SWT dan berkat bimbingan serta
bantuan dari berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan, sesuai batas waktu
yang telah ditentukan. Oleh karena itu penulis sampaikan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Prof. Dr. H. Moh. Ardani., dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran
serta keikhlasan telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan
arahan dan bimbingan, dari awal proses penulisan hingga akhir penulisan
skripsi ini.
4. Seluruh stap pengajar Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ayahanda tercintaH. Maknun, yang telah banyak memberikan semangat, do’a
dalam belajar, dan selalu memberikan arahan-arahan dalam mengejar cita-cita
yang diharapkan. Ibunda tercinta Hj. Nasuroh yang mana beliau telah banyak
dan ikhlas dari Ibunda tercinta dalam setiap ananda menuntu ilmu.
6. Adik tercinta Nasrulloh yang selalu memberi warna suka maupun duka dalam
kehidupan sehari-hari dalam belajar.
7. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf-stafnya.
8. Keluarga besar SMPN 11 Tangerang-Ciledug, di bawah pimpinan Gino, S.lp.,
yang telah memberikan izin, waktu serta tempatnya kepada penulis yang
berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat tercinta Zaenal Muttaqien, Siskarno Binjay, Muh Sanusi,
Idham, Tahamim, Yoyoh, Murod, Fentih, Dedeh, Yusri serta teman-teman
semuanya angkatan 2003 yang selalu menemani suka maupun duka semoga
persahabatan kita jangan sampai pudar selamanya dan tetap terkenang selalu,
dan Saudari Widiani (ani) yang mana sudah membantu menemani penulis
dalam tugas penelitian kesekolah.
Tidak ada sesuatupun yang dapat penulis berikan kepada semua pihak
yang telah membantu penulis, selain ungkapan do’a semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas jasa, bantuan serta pengorbanan yang
telah diberikan.
Jakarta, 26 Maret 2008
Penulis
ABSTRAK... iv
LEMBAR PERNYATAAN... v
KATA PENGANTAR... vi
DAFTAR ISI... viii
DAFTAR TABEL... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan Masalah ... 5
C.Perumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. KegunaanPenelitian ... 7
F. Metodologi Penelitian ... 7
BAB II : KERANGKA TEORI A. Pengertian Kontribusi ... 9
B. Pendidikan agama Islam ... 9
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 9
2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ... 14
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 20
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 21
C. Perilaku ... 24
1. Pengertian Perilaku ... 24
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Perilaku ... 25
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Pengertian Metodologi Penelitian ... 31
B. Tujuan Penelitian ... 32
C. Tempat dan waktu Penelitian ... 32
D. Populasi dan Sampel ... 32
F. Teknik Analisa Data ... 34
G. Instrumen Penelitian ... 35
BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 37
1. Sejarah Berdirinya SMPN 11 Tangerang ... 37
2. Keadaan Geografis ... 38
3. Visi dan Misi ... 39
4. Keadaan Guru ... 39
5. Keadaan Siswa ... 44
6. Upaya sekolah dalam memberikan kontribusi PAI ... 48
B. Deskripsi Data ... 49
C. Analisis Data ... 49
D. Analisa Data Tabel ... 66
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA... 70
[
LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS
1. Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Kontribusi Pendidikan Agama Islam ... 35
2. Tabel 2 Pengajar SMPN 11 Tangerang ... 39
3. Tabel 3 Tenaga Administrasi ... 42
4. Tabel 4 Perangkat Kepala sekolah SMPN 11 Tangerang ... 42
5. Tabel 5 Daftar wali kelas ... 43
6. Tabel 6 Rombongan belajar/jumlah siswa ... 45
7. Tabel 7 Siswa menurut tingkat agama ... 45
8. Tabel 8 Kondisi lapangan ... 45
9. Tabel 9 Sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar ... 46
10. Tabel 10 Siswa yang suka dengan pendidikan agama Islam ... 49
11. Tabel 11 Tingkat kesulitan siswa belajar pendidikan agama Islam ... 50
12. Tabel 12 Pengaruh pendidikan agama Islam terhadap prestasi belajar siswa .50 13. Tabel 13 Perilaku Siswa ketika guru sedang menerangkan ... 51
14. Tabel 14 Perilaku Siswa ketika guru sedang menasehati ... 52
15. Tabel 15 Perilaku Siswa ketika berpapasan dengan guru ... 52
16. Tabel 16 Perilaku Siswa yang tertidur ketika sedang belajar ... 53
17. Tabel 17 Perilaku Siswa yang menyontek ketika sedang ujian/ulangan ... 53
18. Tabel 18 Perrilaku Siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan guru ... 54
19. Tabel 19 Perilaku Siswa ketika guru memberikan PR ... 54
20. Tabel 20 Perilaku Siswa yang menasehati teman ketika berbuat salah... 55
21. Tabel 21 Perilaku Siswa yang membantu pekerjaan orang tua di rumah ... 55
22. Tabel 22 Perilaku Siswa yang mendengarkan nasehat orang tuanya ... 56
23. Tabel 23 Perilaku Siswa yang mencium tangan kedua orang tuanya ... 56
24. Tabel 24 Perilaku Siswa berpamitan ketika hendak berpergian ... 57
25. Tabel 25 Kebiasaan Siswa yang membolos pada jam-jam pelajaran ... 58
26. Tabel 26 Perilaku Siswa ketika mendengar guru sedang sakit ... 58
27. Tabel 27 Perilaku Siswa ketika pulang sekolah memberi salam ... 59
28. Tabel 28 Perilaku Siswa ketika berjalan didepan orang tua yang Sedang duduk... 59
29. Tabel 29 Perilaku Siswa ketika memulai pelajaran dengan berdo’a ... 60
30. Tabel 30 Kebiasaan Siswa membuat keributan dalam kelas ... 60
31. Tabel 31 Perilaku Siswa ketika mendapat suatu musibah dengan bersabar.. 61
32. Tabel 32 Perilaku Siswa ketika mempunyai salah kepada guru Meminta maaf... 62
33. Tabel 33 Perilaku Siswa ketika berbuat salah meminta maaf ... 62
34. Tabel 34 Perilaku Siswa ketika temannya mendapat musibah ... 63
35. Tabel 35 Perilaku Siswa bergaul dengan temannya ... 63
36. Tabel 36 Perilaku Siswa meminta izin menggunakan barang milik temannya ... 64
37. Tabel 37 Perilaku siswa ketika melihat temannya berkelahi ... 65
38. Tabel 38 Perilaku Siswa ketika kesal kepada seseorang memakinya ... 65
39. Tabel 39 Perilaku Siswa ketika melakukan suatu usaha mengalami kegagalan ... 66
1. Angket Penelitian
2. Hasil Wawancara Kepala Sekolah
3. Hasil Wawancara Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
4. Struktur Organisasi SMP Negeri 11 Tangerang-Ciledug Larangan Selatan
5. Denah Gedung/Denah Ruang Belajar Siswa
6. Surat Izin/Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Sekolah
7. Surat Keterangan Observasi
8. Surat Keterangan Bimbingan Skripsi
9. Surat Keterangan Riset/Wawancara
10. Biodata Penulis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pengaruhnya
terhadap anak-anak untuk memimpin perkembangan rohani dan jasmaninya
kearah kedewasaan. Hal ini sejalan dengan pendidikan Islam yang berupa
bimbingan terhadap pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani yang
berdasarkan pada ajaran Islam. Pendidikan juga merupakan suatu hal yang
penting dalam menentukan maju tidaknya suatu bangsa karena pendidikan
merupakan alat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.1
Yang kita ketahui juga bahwa yang menjadi dasar perbuatan anak itu
baik yaitu karena pendidikannya yang baik dan didukung pula oleh
lingkungannya yang baik pula. Pendidikan agama juga merupakan unsur
penting dalam pembentukan dan pembinaan kepribadian anak didik.
Pendidikan agama yang berlangsung dengan baik dalam keluarga, sekolah dan
masyarakat akan merupakan unsur penting dalam pembentukan dan pembinaan
kepribadian anak didik.2
Sedangkan pengertian pendidikan itu sendiri, menurut Poerbakawatja
dan Harahap pendidikan adalah usaha sengaja dari orang dewasa untuk
1
M. Ngalim Purwanto,Ilmu Pengetahuan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), h. 11
2
Asmaran As., M.A., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h. 44
dengan pengaruhnya meningkatkan anak kearah kedewasaan yang selalu
diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala
perbuatannya. Sementara itu istilah tanggung jawab moril menurut
Undang-undang tentang sistem pendidikan Nasional tahun 1989 bab: II pasal 4 adalah
untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri, serta
tanggung jawab masyarakat dan kebangsaan.3
Pengertian pendidikan menurut Islam adalah suatu usaha dalam
menciptakan manusia beriman, bertakwa, beramal saleh dan bermental sehat
dalam mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Semua ini dapat
terwujud dengan pendidikan yang diberikan kepada manusia itu sendiri baik
melalui lembaga formal atau non formal baik orang tua dan masyarakat.
Sesuai kehendak Allah menciptakan manusia dengan tujuan menjadi
khalifah dimuka bumi melalui ketaatan kepadanya. Untuk mewujudkan tujuan
itu Allah memberi hidayah dan berbagai fasilitas alam semesta ini sebagai
sarana merenungi kebesaran penciptanya. Hasil perenungan ini memotivasi
manusia untuk lebih mentaati dan mencintai Allah. Disisi lain Allah
memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih pekerjaan yang akan
dipilih olehnya, kebaikan atau keburukan. Namun melalui para Rasul, Allah
memberikan kebebasan kepada manusia agar memahami tujuan hidup yang
semata-mata untuk beribadah kepada Allah.4
Dalam problema umum pendidikan agama di sekolah berbagai upaya
para ilmuwan yang banyak memeperhatikan tentang pelaksanaan pendidikan
agama di lembaga-lembaga pendidikan formal kita, namun dalam pelaksanaan
program pendidikan agama banyak sekolah kita belum berjalan seperti
diharapkan oleh masyarakat, karena berbagai kendala dalam bidang
kemampuan pelaksanaanya, metodenya, sarana fisik dan non fisiknya,
3
Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), h. 11
4
disamping suasana lingkungan pendidikan kurang menunjang suksesnya
pendidikan mental-spiritual-moral ini.
Ada berbagai faktor yang di identifikasikan sebagai penghambat
yaitu:
1. Faktor-faktor Eksternal
a). Timbulnya sikap masyarakat atau orang tua di berbagai lingkungan
sekitar sekolah yang kurang concerned kepada pentingnya pendidikan
agama, tidak mengacuhkan akan pentingnya pemantapan pendidikan
agama di sekolah yang berlanjut di rumah.
b). Situasi lingkungan sekitar sekolah disubversi oleh godaan-godaan
setan yang bersosok berbagai ragam bentuknya, antara lain seperti
tontonan yang bernada menyenangkan nafsu (seperti blue film,
permainan ketangkasan berhadiah dan lain-lain). Situasi demikian
melemahkan daya konsentrasi berfikir dan berakhlak mulia, serta
mengurangi gairah belajar, bahkan mengurangi daya bersaing dalam
meraih kemajuan.
c). Timbulnya sikap prustasi di kalangan orang tua atau masyarakat
bahwa ketinggian tingkat pendidikan yang dengan susah payah diraih,
tidak akan menjamin anaknya untuk mendapatkan pekerjaan yang
layak, disebabkan perluasan lapangan kerja tidak dapat mengimbangi
pembengkakan penuntut kerja.
2. Faktor-faktor Internal sekolah
a). guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga professional pendidikan
atau jabatan guru yang disandangnya hanya merupakan pekerjaan
alternative terakhir, tanpa menekuni tugas sebernanya sebagai guru
yang berkualitas baik, atau tanpa ada rasa dedikasi sesuai tuntutan
pendidikan.
b). penyalahgunaan manajemen penempatan yang mengalih tugaskan guru
agama ke bagian administrasi seperti perpustakaan atau pekerjaan
non-guru. Akibatnya pendidikan agama tidak dilaksanakan secara
c). Pendekatan metodologi guru masih terpaku kepada orientasi tradisional
sehingga tidak mampu menaraik minat murid kepada pelajaran agama.
d). Kurangnya rasa solidaritas antara guru agama dengan guru-guru bidang
studi umum, sehingga timbul sikap memecilkan guru agama yang
mengakibatkan pelaksanaan pendidikan agama tersendat-sendat dan
kurang terpadu.
e). Hubungan guru agama dengan murid hanya bersifat formal, tanpa
berkelanjutan dalam situasi informal di luar kelas. Wibawah guru juga
hanya terbatas di dalam didnding kelas, tanpa berpengaruh di luar
kelas/sekolah.5
Dalam problema di atas dapat kita hindari apabila diantaranya
saling kerja sama yaitu antara guru, murid, orang tua murid maupun
masyaraka. Sehingga permasalahan diatas dapat terbenahi dengan baik dan
lancar.
Kita mengetahui juga bahwa tujuan penting dari pendidikan Islam
adalah membentuk atau mencapai suatu akhlak atau budi pekerti yang
mulia dan sempurna karena ruh dari pendidikan Islam adalah pendidikan
akhlak.
Secara sederhana dapat kita katakan bahwa akhlak yang baik itu
bukan terletak pada segi perbuatan yang lahir, akan tetapi terletak pada
segi dorongan hati nurani yang ikhlas, jika akhlak yang dimiliki baik, maka
baik pula perbuatan akhlak itu, dan jika perbuatan akhlak itu buruk , maka
lahirlah perbuatan yang buruk pula.
Di jaman sekarang ini kita dapat banyak mengetahui bahwa
anak-anak sekolah itu banyak melakukan prilaku tidak terpuji baik itu di sekolah
maupun di luar sekolah, misalnya didalam sekolah itu sendiri para siswa
terkadang tidak mematuhi peraturan yang sudah diberikan oleh pihak
sekolah, apakah itu berupa dari segi berpakaian atau sopan santun terhadap
guru, sedangkan yang diluar itu sendiri para siswa setelah pulang dari
sekolah kebanyakan siswa duduk-duduk dipinggir jalan bahkan terkadang
5
melakukan perkelahian antara pelajar bahkan ada juga antara teman sendiri
melakukan keributan, yang sehingga dapat meresakan masyarakat sekitar.
Dalam masalah kasus di atas ini apakah pendidikan yang
diberikan dari sekolah itu kurang diterima oleh siswa atau metodenya yang
salah dalam memberikan pembelajaran kepribadian akhlak terhadap siswa
atau juga siswanya yang malas dalam belajar atau bisa juga karena faktor
lingkungannya yang mempengaruhinya.
Kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala
usaha pembentukan. Jika manusia membiasakan perbuatan jahat, maka ia
akan menjadi orang yang jahat. Oleh karena itu akhlak harus diajarkan,
yaitu dengan melatih jiwa kepada pekerjaan, sikap atau tingkah laku yang
mulia.
Pentingnya pendidikan itu diberikan sejak dini, orang tua harus
dapat membimbing anak sejak kecil kepada hal-hal yang baik dan benar.
Pendidikan akhlak terhadap anak didik akan mempengaruhi dan mewarnai
watak, pribadi, pola pikir, sikap dan perilaku serta tutur katanya setelah
dewasa kelak.
Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, maka penulis
tertarik untuk menulis judul tentang “Kontribusi Pendidikan Agama
Islam Dalam Membina Perilaku Siswa”.
B. Pembatasam Masalah
Dalam pembatasan masalah ini penulis hanya membatasi
permasalahan mengenai pendidikan Agama Islam dalam membina Perilaku
siswa di sekolah Yakni usaha-usaha sekolah dalam membimbing dan mendidik
siswa di bidang Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan perilaku
kehidupanya sehari-hari sesuai dengan ajaran agama Islam.
Oleh sebab itu penulis membatasi permasalahan yang ada di atas
a. Pendidikan agama Islam yang dimaksud yaitu peranan guru agama
pendidikan Islam dengan menanamkan ajaran agama Islam kepada siswa
dan sumbangsi pendidikan agama Islam itu terhadap perilaku siswa itu
sendiri yaitu bagaimana carannya membiasakan mereka dengan kesopanan
yang tinggi, ikhlas dan jujur. Dimana pola pendidikannya lebih
menekankan pada pembinaan perilaku.
b.Yang menjadi objek penelitian dalam hal ini adalah Siswa-siswi khusus
pada kelas II (dua) SMPN 11 Tangerang-Ciledug tahun ajaran
2006-2007.
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas maka penulis merumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
a. Apakah guru Agama Islam itu mempunyai peranan dalam membina
perilaku Siswa SMPN 11 Tangerang - Ciledug ?
b. Upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam peranan
pendidikan Agama Islam pada siswa di lingkungan sekolah dan dalam
kehidupannya sehari-hari di masyarakat?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui sejauh mana guru agama Islam itu berperan dalam
kehidupan Siswa SMPN 11 Tangerang - Ciledug.
2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan sekolah dalam
memberikan sumbangan pendidikan agama Islam dalam kehidupan Siswa
SMPN 11 Tangerang - Ciledug yang lebih baik.
3. Untuk mengetahui tingkat pelaksanaan siswa dalam menjalankan
E. Kegunaan Penelitian
Dalam kegunaan penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:
a. Meningkatkan kesadaran anak didik akan pentingnya pendidikan Islam
untuk mempersiapkan generasi yang berakhlak mulia.
b. Dapat memberikan pemikiran baru bagi para guru untuk meningkatkan
proses belajar mengajar di sekolah.
c. Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai peranan pendidikan
Islam dalam pembinaan perilaku akhlak siswa
F. Metodologi Penelitian
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam pembahasan proposal
ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Dalam hal penelitian ini
penulis memerlukan data yang valid agar dapat dipertanggung jawabkan
kebenarannya. Salah satu teknik yang digunakan penulis adalah:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tertulis dengan cara
membaca buku-buku, mengkaji, membahas dan menelaah yang
berhubungan dengan pokok permasalahan skripsi, sehingga didapat
teori-teori yang relevan dan mendukung dalam pembahasannya.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dengan
cara mendatangi langsung objek penelitian. Untuk memperoleh data dari
lapangan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut ini:
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.6
6
b. Angket
Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi yang diberikan kepada responden. Bentuk
angket yang penulis gunakan adalah angket langsung dan bersifat
tertutup, dengan bentuk pilihan ganda, dimana responden diminta untuk
memilih salah satu jawaban.
c. Wawancara
Wawancara merupakan cara yang digunakan dengan tujuan
mendapatkan keterangan secara lisan dari responden.7 Atau metode
pengumpulan data dengan jalan tanya jawab langsung yang dikerjakan
secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.
Berkaitan dengan masalah ini, maka wawancara dilakukan dengan
kepala sekolah dan guru bidang studi pendidikan Islam dengan tujuan
memperoleh data yang akurat yang berkaitan dengan penelitian.
7
KERANGKA TEORI
A. Pengertian Kontribusi
Menurut kamus ilmiah karangan Indrawan WS bahwa kontribusi
berarti “Sumbangan”.1 Sedangkan menurut kamus Bahasa Inggris karangan
John Echols dan Hasan Shadily kata kontribusi disadur dari Bahasa Inggris
yang berasal dari kata “Contribution” yang berarti sumbangan atau iuran.2 Dengan demikian dari kedua kamus tersebut dapatlah penulis menyimpulkan
bahwa kontribusi adalah Sumbangan atau iuran.
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum kita tinjau lebih lanjut tentang pengertian pendidikan agama
Islam, terlebih dahulu perlu kiranya penulis jelaskan pengertian pendidikan,
pendidikan agama, dan agama Islam secara terpisah.
Secara etimologi, pendidikan berarti pemeliharaan, asuhan, pimpinan
atau bimbingan.3 Pendidikan dilihat dari segi hahasa Arab merupakan
1
Indrawan WS,Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Cipta Media, Edisi Terbaru), h. 146 2
John Echols dan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), Cet. XXIII, h. 145
3
MJS. Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), Cet, VII, h. 250
terjemahan dari kata “
ﺔﯿﺑﺮﺗ
” berasal dari kata dasar “ﻰﺑ
ر
” (rabba) yangberarti mengasuh, memimpin atau mendidik4
Adapun pengertian pendidikan secara terminologi yaitu pendidikan
adalah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan / lebih
jelasnya pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh
orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan
rohani) agar berguna bagi dirinya dan masyarakat.5
Dalam memberikan jawaban tentang apa yang disebut pendidikan,
maka banyak diantara para ahli yang mengemukakan pendapat mereka,
yang dapat dikemukakan disini antara lain:
a. Menurut Dr. MJ. Langeveld.
Yang disebut pendidikan yaitu pemberian bimbingan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan. Selanjutnya ditegaskan bahwa belum tentu semua pengaruh dari seseorang yang telah dewasa kepada orang yang belum dewasa dapat disebut mendidik, sebab mungkin pengaruhnya itu tidak mengandung unsur-unsur mendidik sama sekali.
b. Menurut Syekh Musthofa al Ghulayani.
Pendidikan ialah menanamkan akhlak yang baik dalam jiwa angkatan/ generasi muda dan memberikan siramana air petunjuk dan nasehat, sehingga menjadi suatu sifat dalam jiwa yang kemudian membuahkan sifat utama dan baik serta cinta bekerja untuk berbakti kepada Tanah Air.
c. Menurut Sumidi Adi Sasmita.
Pendidikan adalah pimpinan dengan sengaja pada masa pertumbuhan manusia mengenai jasmani dan rohaninya.6
Di antara sekian definisi yang tersebut di atas sebenarnya tidaklah
terdapat perbedaan-perbedaan yang prinsip hanya disana-sini terdapat
variasi dalam pengungkapannya atau berbeda segi peninjauannya. Maka
4 10
Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989), Cet. VIII, h. 136
5
Ngalim Purwanto,Ilmu Teoritis dan Praktis, (Bandung: Rosda Karya, 2000), Cet. III, h. 11
6
dari itu dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan itu mengandung
inti-inti sebagai berikut:
a). Bahwa pendidikan merupakan suatu usaha b). Usaha itu dilakukan secara sadar
c). Usaha itu dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai tanggung jawab kepada masa depan anak.
d). Usaha itu mempunyai dasar dan tujuan tertentu
e). Usaha itu perlu dilaksanakan secara teratur dan sistematis f). Usaha itu memerlukan alat-alat yang diperlukan.
Berdasarkan inti-inti persoalan dalam masalah pendidikan
sebagaimana tersebut di atas, maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa
pendidikan dapat didefinisikan secara sederhana ialah: “Yang disebut pendidikan ialah Usaha yang sadar, teratur, dan sistematis di dalam
memberikan bimbingan/bantuan kepada orang lain (anak) yang sedang
berproses menuju kedewasaan.”7
Makna pendidikan secara sederhana yang lain juga dapat diartikan
sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian
bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat didalamnya
terjadi atau berlangsung karena suatu proses pendidikan. Karena itulah
sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia.
Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha melestarikan
hidupnya.8
Dari definisi diatas ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan
memberikan bimbingan dan bantuan rohaniah kepada seseorang dalam
upaya mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya agar menjadi
berkualitas. Pendidikan tidak terbatas pada masalah rohani saja, tetapi juga
jasmani, sebab keberhasilan pendidikan rohani dapat dilihat dalam
kegiatan-kegiatan jasmani.9
7
Hafi Anshari,Pengantar Ilmu..., h. 28-29 8
Tim Dosen FIP IKIP Malang,Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1998), h. 2
9
Sedangkan pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang
bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah
keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk
menjadikan manusia yang taqwa kepada Allah SWT.10
Menurut Ahmad Tafsir pendidikan agama dikatakan sebagai suatu
usaha yang dilakukan melalui bimbingan yang diberikan dengan sengaja
dari orang dewasa kepada anak didik menuju kearah kedewasaan11
Kemudian pendidikan Islam itu sendiri menurut para ahli pendidikan
Islam adalah sebagai berikut, yaitu:
a. Menurut al-Syaibani
Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya.
b. Menurut Muhammad Fadhlil al-Jamaly
Mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tiggi dan kehidupan yang mulia
c. Menurut Ahmad Tafsir
Mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksima lsesuai dengan ajaran Islam.12
Pendidikan Islam secara sederhana dapat di artikan sebagai proses
bimbingan, pembelajaran dan atau pelatihan terhadap manusia (anak,
generasi muda) agar nantinya menjadi orang Islam yang berkehidupan
serta mampu melaksanakan peranan dan tugas-tugas hidup sebagai
muslim. Dengan singkat pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai proses
10
M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. 1, h. 4
11
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. IV, h. 32
12
pembimbingan, pembelajaran atau pelatihan agar manusia menjadi seorang
muslim.13
Pendidikan Islam diartikan juga sebagai usaha sadar untuk
menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan
mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran atau
latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain
dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk
mewujudkan persatuan nasional.14
Dengan memperhatikan definisi diatas penulis menyimpulkan
bahwa bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif yang
mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian. Kepribadian yang
dimaksud adalah kepribadian muslim, yaitu pengamalan sepenuhnya ajaran
Allah dan Rasul-Nya.
Kemudian dalam penjabarannya, pendidikan agama Islam adalah
upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk
mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama
Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga
terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Kurikulum PAI, 3:2002).
d. Menurut Zakiyah Daradjat
Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Kemudian menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Dari pandangan-pandangan dan pendapat para ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang
13
Tim Dosen IAIN Sunan Ampel-Malang,Dasar-dasar Kependidikan Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 1996), Cet. I, h. 6
14
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam itu sendiri.15
2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Setiap aktifitas yang dilaksanakan manusia haruslah mempunyai
dasar dan tujuan agar semua aktifitasnya itu dapat tercapai dengan baik.
Begitu juga dengan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam adalah Al-quran
dan As-Sunah, kalau pendidikan diibaratkan sebagai bangunan, maka isi
Al-Quran dan Hadislah yang menjadi Fundamennya.16
Menetapkan al-Quran dan Hadis sebagai dasar pendidikan Islam
bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan
semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar
tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam
sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman, al-Quran tidak
ada keraguan padanya, ini tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 2 yang
berbunyi:
ﻚﻟﹶﺫ
ﻦﻴﻘﺘﻤﹾﻠﱠﻟ ﻯﺪﻫ ﻪﻴﻓ ﺐﻳﺭ ﹶﻻ ﺐﺘﻜﹾﻟﺍ
.
Artinya: Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.(QS. Al Baqarah: 2).
Dalam hal ini ia tetap terpelihara kesucian dan kebenarannya, baik dalam
pembinaan aspek kehidupan spiritual maupun aspek sosial budaya dan
pendidikan.demikian pula dengan kebenaran hadis sebagai dasar kedua bagi
pendidikan Islam. Secara umum, hadis dipahami sebagai segala sesuatu yang
didasarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, serta
ketetapannya. Kepribadian Rasul sebagai uswat al-hasanah yaitu contoh tauladan
yang baik.
Dalam Qur’an Surat Al Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
15
Abdul Majid dan Diah Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya: 2004), h. 130
16
ﻳ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﻦﻤﱢﻟ ﹲﺔﻨﺴﺣ ﹲﺓﻮﺳﹸﺃ ِﷲﺍ ﹺﻝﻮﺳﺭ ﻰﻓ ﻢﹸﻜﹶﻟ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﺪﹶﻘﹶﻟ
ﺍﺮﻴﺸﹶﻛ َﷲﺍ ﺮﹶﻛﹶﺫﻭ ﺮﺧَﻷﹾﺍ ﻡﻮﻴﹾﻟﺍﻭ َﷲﺍ ﺍﻮﺟﺮ
.
Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS. Al Ahzab: 21).
Oleh karena itu, perilakunya senantiasa terpelihara dan dikontrol
oleh Allah SWT. Dalam pendidikan Islam, sunah Rasul mempunyai dua
fungsi, yaitu: (1). Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat
dalam al-Quran dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya.
(2). Menyimpulkan metode pendidikan dari hehidupan Rasulullah bersama
sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan keimanan yang
pernah dilakukannya.17
Prof. Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany menyatakan bahwa
dasar pendidikan Islam identik dengan dasar tujuan Islam. Keduanya
berasal dari sumber yang sama yaitu Al-Quran dan Hadist. Atas dasar
pemikiran tersebut, maka para ahli didik dan pemikir pendidikan Muslim
mengembangkan pemikiran mengenai pendidikan Islam dengan merujuk
kedua sumber utama ini, dengan bantuan berbagai metode dan pendekatan
seperti qiyas, ijma, ijtihad, dan tafsir. Berangkat dari sini kemudian
diperoleh suatu rumusan pemahaman yang komprehensif tentang alam
semesta, manusia, masyarakat, bangsa, pengetahuan kemanusiaan dan
akhlak. Hasil pemikiran tersebut kemudian menjadi titik awal dari kajian
tentang pendidikan dalam Islam. Sebab dalam pandangan filsafat
pendidikan Islam, kelima unsur tersebut berkaitan erat dengan
permasalahan pendidikan
Adapun pendidikan Islam seperti yang dikemukakan al-Syaibany
merujuk kepada sumber wahyu. Kebenaran wahyu secara hakiki memang
sejalan dengan yang dapat diterima nalar manusia sebagai makhluk
ciptaan. Oleh karena itu, pemikiran pendidikan Islam beranjak dari
17
pemahaman bahwa manusia sebagai sosok pribadi yang unik dan terikat
pada ketentuan penciptanya.
Dalam konteks ini dapat dilihat bagaimana rangkaian hubungan
antara tujuan manusia diciptakan dengan tujuan wahyu diturunkan.
Manusia menginginkan kebahagiaan hidup, sedangkan wahyu diturunkan
sebagai pedoman untuk membimbing manusia kearah pencapaian
kebahagiaan hidup tersebut. Adapun kebenaran wahyu bersifat hakiki, di
tegaskan dalam pernyataan Allah: inilah Kitab (al-Quran) yang tidak ada
keraguan padanya, petunjuk bagai yang bertakwa (QS. Al Baqarah: 2) itu
merupakan tampilan dari sikap dan perilaku seorang hamba yang
bertakwa.18
Mengenai dasar ideal dan dasar oprasional pendidikan agama
Islam adalah identik dengan ajaran Islam itu sendiri keduanya berasal dari
sumber yang sama yaitu Al-Quran dan Hadits.19
a. Al-Quran
Al-Quran merupakan kalam Allah yang telah
diwahyukan-nya kepada Nabi Muhammad SAW bagi seluruh umat manusia yang
juga merupakan petunjuk yang lengkap, pedoman bagi manusia
meliputi seluruh aspek mencangkup ilmu pengetahuan yang tinggi
sekali gus mulia, baik esensinya tidak dapat dimengerti kecuali bagi
orang yang berjiwa suci dan berakal cerdas.
Adapun dalil yang berkaitan dengan dasar pendidikan Islam
adalah tercantum dalam surat Al-Imran: 104
ﻦُﹰﻜﺘَﹶﻟﻭ
ٌﹲﺔﻣُﹰﺃ ﻢُﹰﻜﻨﻣ
ﻋﺪﻳ
ﹾﺄﻳﻭ ﺮﻴﺨﹾﻟﺍ ﻰﹶﻟﺍ ﹶﻥﻮ
ﹺﺮﹶﻜﻨُﻤﹾﻟﺍ ﹺﻦﻋ ﹶﻥﻮﻬﻨﻳﻭ ﻑﻭﺮﻌﻤﹾﻟﺎﹺﺑ ﹶﻥﻭﺮﻣ
ُﹰﺍﻭ
ﹶﻥﻮﺤﻠﹾﻔﻤﹾﻟﺍ ﻢﻫ ﻚﺌَﹶﻟﻭ
.
Artinya: ”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung”.(QS. Al-Imran:104).
18
Jalaludin,Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. II, h. 84 19
Seperti dalam hadis juga dijelaskan bahwa:
ُﺀﺎﻨﺑﹶﺍ ﻢﻫﻭ ﻢﻫﻮﺑﹺﺮﺿﺍﻭ ﻦﻴﹺﻨﺳ ﹺﻊﺒﺳُﺀﺎﻨﺑﹶﺍ ﻢﻫﻭ ﺓﹶﻼﺼﻟﺎﹺﺑ ﻢﹸﻛﺩﹶﻻﻭﹶﺍ ﺍﻭﺮﻣ
ﹺﺮﺸﻋ
ﹺﻊﹺﺟﺎﻀﻤﹾﻟﺍ ﻰﻓﺍﻮﹸﻗﺮﹶﻓﻭ ﻦﻴﹺﻨﺳ
)
ﺩﻭﺍﺩﻮﺑﺍ ﻩﺍﻭﺭ
.(
Artinya: “Surulah anak-anakmu untuk mengerjakan salat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah bila ia membangkang (meninggalkan salat) jika mereka telah berusia 10 tahun serta pisahkan tempat tidurnya”.(HR. Abu Daud).
Al-Quran merupakan kitab Allah SWT yang memiliki
pembendaharaan luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat
manusia. Al-Quran merupakan sumber pendidikan yang terlengkap,
baik itu pendidikan kemasyarakatan atau social, moral atau akhlak,
maupun spiritual atau kerohanian serta material atau kejasmanian dan
alam semesta.20
Beberapa rujukan diatas memberikan kesimpulan yang jelas
akan orientasi yang dimuat dan dikembangkan Al-Quran bagi
kepentingan manusia dalam melaksanakan amanat yang diberikan
Allah SWT. Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan Islam harus
senantiasa mengacu pada sumber yang termuat dalam Al-Quran.
Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama pada masa
awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-Quran sebagai dasar
pendidikan Islam disamping sunnah beliau sendiri. Mengenai
kedudukan Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat
dipahami dari ayat Al-Quran itu sendiri. Allah SWT berfiman :
ﹺﺐﺒﹾﻟَﻷﹾﺍ ﺍﻮﹸﻟﻭﹸﺃ ﺮﱠﻛﹶﺬﺘﻴﻟﻭ ﻪﺘﻳﺍَﺀﺍﻭﺮﺑﺪﻴﱢﻟ ﻙﺮﺒﻣ ﻚﻴﹶﻟﹺﺇ ﻪﻨﹾﻟﺰﻧﹶﺃ ﺐﺘﻛ
.
Artinya “Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran”.(QS. Shaad/ 38:29).21
Dan firman-Nya pula dalam QS. At-Tahrim ayat 6 menjelaskan:
20
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h. 96
21
ﱠﻟﺍﺎﻬﻳﹶﺎﻳ
ﻭﺍﺮﻧ ﻢﹸﻜﻴﻠﻫﹶﺍﻭ ﻢﹸﻜﺴﹸﻔﻧﹶﺍ ﺍﻮﹸﻗﺍﻮﻨﻣﹶﺍ ﻦﻳ ﺬ
ﺤﹾﻟﺍﻭ ﺱﺎﻨﻟﺍﺎﻫﺩﻮﹸﻗ
ﹲﻅﹶﻼﻏ ﹲﺔﹶﻜﺌﹶﻠﻣﺎﻬﻴﹶﻠﻋ ﹸﺓﺭﺎﺠ
ﹶﻥﻭﺮﻣﺆﻳﺎﻣ ﹶﻥﻮﹸﻠﻌﹾﻔﻳﻭ ﻢﻫﺮﻣﹶﺍﺎﻣ َﷲﺍ ﹶﻥﻮﺼﻌﻳﱠﻻ ﺩﺍﺪﺷ
).
ﱘﺮﺤﺘﻟﺍ
٦
(
Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(QS. At-Tahrim:6).
Dalam hal ini penulis mengemukakan pula bahwa Al-Quran
itu Sebagai wahyu, Al-Quran bukan pikiran dan ciptaan Nabi
Muhammad Saw. Oleh karena itu, mereka yang mengatakan bahwa
Al-Qurn itu pikiran dan ciptaan Nabi Muhammad Saw, tidak benar dan
tidak dapat dipertanggung jawabkan. Demikianlah kedudukan
Al-Quran sebagai firman Allah, berdasarkan substansinya, Al-Al-Quran
bukanlah ciptaan Nabi Muhammad, ia dipelihara oleh Allah yang
mewahyukannya.
b. (As-Sunnah)
Dasar kedua setelah Al-Quran adalah Sunnah Rasulullah
SAW. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses
perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam
Karena Allah menjadikan Sebagai teladan bagi umatnya. Rasulullah
SAW mengajarkan dan mempraktekan sikap dan amal baik kepada istri
dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekan pula seperti apa
yang dipraktekan Rasulullah SAW, kemudian mereka mengajarkan
pula kepada orang lain perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasul inilah
yang disebut Hadits atau sunnah.22
dan hadits Nabi SAW
ًُﷲﺍ ﻰﻴﺿﺭ ﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ﻰﹺﺑﹶﺃ ﻦﻋ
ﻪﻨﻋ
ﹶﻝﺎﹶﻗ
:
ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ًُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ِﷲﺍ ُﹰﻝﻮﺳﺭ ﹶﻝﺎﹶﻗ
:
ﻪﹺﻧﺎﺴﺠﻤﻳﻭﹶﺍ ﻪﹺﻧﺍﺮﺼﻨﻳﻭﹶﺍ ﻪﹺﻧﺍﺩﻮﻬﻳ ﻩﺍﻮﺑﹶﺎﹶﻓ ﺓﺮﹾﻄﻔﹾﻟﺍ ﻰﱠﻠﻋ ﺪﹶﻟ ﻮﻳ ﱠﻻﺍ ﺩﻮُﹰﻟﻮﻣ ﻦﻣﺎﻣ
) .
ﻯﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ
.(
Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia menceritakan: Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “setiap bayi yang dilahirkan, dalam
22
keadaan fitrah (suci) maka kedua orang tualah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi”.(HR. Bukhari)
Berdsasarkan ayat dan hadits diatas, dapat diberikan pengertian
bahwa dalam ajaran Islam terdapat perintah untuk mendidik, baik itu
yang dilakukan orang tua sendiri atau orang lain sesuai dengan
kemampuannya.
Oleh karena itu Sunnah mencerminkan prinsip manifestasi
wahyu dalam segala perbuatan, perkataan dan taqrir Nabi, maka beliau
menjadi teladan yang harus diukuti. Dalam keteladanan Nabi
terkandung unsur-unsur pendidikan yang sangat besar artinya, karena
dalam dataran pendidikan Islam Sunnah dapat menjadi acuan yaitu;
Pertama, acuan syari’ah yang meliputi muatan-muatan pokok ajaran
Islam secara teoritis. Kedua, dalam oprasional aplikatif yang menjadi
cara Nabi memainkan peranannya sebagai pendidik dan sekaligus
sebagai evalator yang professional, adil dan tetap menjunjung tinggi
nilai-nilai ajaran Islam. Semuanya dapat dilihat dari bagaimana cara
Nabi melaksanakan proses belajar mengajar, metode yang di gunakan
sehingga dalam waktu singkat mampu diserap oleh para sahabat.23
Al-Quran dan Sunah merupakan sumber dasar yang tidak usah
diragukan lagi dan kita berpegang kepada keduanya maka tidak akan
tersesat sebagaimana di jelaskan dalam sabdah Nabi:
ﻪﻟﻮﺳﺭ ﹶﺔﻨﺳﻭ ِﷲﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﺎﻤﹺﻬﹺﺑ ﻢﺘﹾﻜﺴﻤﺗ ﹾﻥﹺﺇﺎﻣ ﺍﺪﺑﹶﺃ ﺍﻮﱡﻠﻀﺗ ﻦﹶﻟ ﹺﻦﻳﺮﻣﹶﺃ ﻢﹸﻜﻴﻓ ﺖﹾﻛﺮﺗ
.
)
ﻢﻛﺎﳊﺍ ﻩﺍﻭﺭ
.(
Artinya: “Aku tinggal dua pusaka pada kalian jika kita berpegang kepada kuanya , niscaya nicaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. (HR. Al-Hakim).
Dan dalam Qur’an Surat Al Ahzab ayat 21 yang berbunyi:
23
ﺮﺧَﻷﹾﺍ ﻡﻮﻴﹾﻟﺍﻭ َﷲﺍ ﺍﻮﺟﺮﻳ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﻦﻤﱢﻟ ﹲﺔﻨﺴﺣ ﹲﺓﻮﺳﹸﺃ ِﷲﺍ ﹺﻝﻮﺳﺭ ﻰﻓ ﻢﹸﻜﹶﻟ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﺪﹶﻘﹶﻟ
ﺍﺮﻴﺸﹶﻛ َﷲﺍ ﺮﹶﻛﹶﺫﻭ
.
Artinya: ”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS. Al Ahzab: 21).
Dalam hal ini penulis memberi kesimpulan bahwa hal di atas
itu, memberikan pengertian tentang kewajiban berpegang kepada
Al-Quran dan Sunnah Nabi sebagai pedoman hidup manusia dunia dan
akhirat serta sekaligus menjalankan apa yang dibawa oleh Rasul,. Yaitu
hadis. Dengan demikian hadis menempati posisi kedua setelah
Quran. Keberadaan hadis sebagai sumber hukum kedua setelah
Al-Quran
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang
berlangsung secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini,
maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah
pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep
ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada
peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis,
mulai dari kandungan sampai akhit hayatnya.
Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik Dari tahap ke
tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal Sementara
fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas
pendidikan berjalan dengan lancar.
Secara struktural, pendidikan Islam menuntut adanya struktur
organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan, baik pada dimensi
vertical maupun horizontal. Sementara secara institusional, ia mengandung
memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang
berkembang. Untuk itu, diperlukan kerjasama berbagai jalur dan jenis
pendidikan, mulai dari sistem pendidikan sekolah maupun pendidikan luar
sekolah.
Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat
dari dua bentuk, yaitu:
a. Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan nasional.
b. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembagan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skil yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam menemukan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis.24
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Dalam pandangan al-Quran, bahwa tujuan pendidikan Islam itu
ialah menjadikan hambanya itu beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
Sebagai mana Allah SWT berfirman dalam al-Quran yang berbunyi:
ﹶﻥﻮﻤﻠﺴﻣ ﻢﺘﻧﹶﺃﻭ ﱠﻻﹺﺇ ﻦﺗﻮﻤﺗﹶﻻﻭ ﻪﺗﺎﹶﻘﺗ ﻖﺣ َﷲﺍ ﺍﻮﹸﻘﺗﺍﻮﻨﻣﺍَﺀ ﻦﻳﺬﱠﻟﺍﺎﻬﻳﹶﺄﻳ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS. Ali Imran:102).
Tujuan ini tampaknya didasarkan pada salah satu sifat dasar yang
terdapat dalam diri manusia, yakni sifat dasar yang cenderung menjadi
orang yang baik, yakni kecenderungan untuk melaksanakan segala perintah
Allah dan menjauhi larangan-Nya, di samping kecenderungan untuk
menjadi orang yang jahat.25
Menurut para ulama muslim tujuan pendidikan Islam yaitu:
24
Samsul Nizar,Filsafat Pendidikan ...,h. 33-34 25
a. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah
Dalam bukunya “Educational Theory a Qur’anic Outlook”, bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah Swt atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir.
b. Menurut Imam al-Ghazali
Menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan
kepada:
1). Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
2). Membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.
Dari kedua tujuan diatas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan
versi Al-Ghazali tidak hanya bersifat ukhrawi (mendekatkan diri kepada
Allah), yang dikenal dengan kesufiannya, tetapi juga bersifat duniawi.26
c. Menurut al-Syaibani
Mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Pendekatan tujuan ini memiliki makna, bahwa upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan “kehendak” Tuhan sesuai dengan syariat Islam, serta mengisi tugas kehidupannya di dunia dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama pendidikannya.
d. Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly
Tujuan pendidikan Islam menurut al-Quran meliputi; (1). Menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia di antara makhluk Allah lainya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini. (2). Menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. (3). Menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta. (4). Menjelaskan hubungannya dengan khaliq sebagai pencipta alam semesta.
e. Menurut Muhammad Athiyah al-Abrasyi
Menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas lima sasaran, yaitu: (1). Membentuk akhlak mulia. (2). Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. (3). Mempersiapkan untuk mencari rizki
26
dan memelihara segi kemanfaatannya. (4). Menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik. (5). Mempersiakan tenaga professional yang terampil.
f. Menurut Muhammad Munir Mursi
Tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya akhlak mulia yang dengannya dapat tercapai kebahagiaan hidup manusi di dunia dan akhirat.27
Berdasarkan rumusan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan
Islam merupakan proses membimbing dan membina fitrah peserta didik
secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik yang
demikian, peserta didik diharapkan akan mampu memadukan fungsi iman,
ilmu, dan amal, secara integral bagi terbinanya kehidupan yang harmonis,
baik dunia maupun akhrat.28
Timbulnya rumusan pendidikn Islam yang diarahkan pada upaya
membentuk manusia yang beribadah kepada Allah ini berdasarkan pada
tuga pokok manusia dalam kehidupannya di dunia, yakni sebagai makhluk
yang harus beribadah kepada Allah sebagaimana yang diamanatkan
tersebut di atas, hal ini sejalan dengan prinsip Islam yang tidak
memisahkan antara urusan dunia dan akhirat.
Selanjutnya dijumpai pula rumusan tujuan pendidikan Islam yang
diarahkan pada upaya menyempurnakan akhlak manusia atau membentuk
akhlak yang mulia, sebagaimana akhlak yang dimiliki oleh Rasulullah
SAW. Hal ini dipahami dari firman Allah yang berbunyi:
ﹴﻢﻴﻈﻋ ﹴﻖﹸﻠﺧ ﻰﹶﻠﻌﹶﻟ ﻚﻧﹺﺇﻭ
Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.(QS.Qalam:4).
Selanjutnya di dalam hadisnya, Rasulullah SAW menyatakan
bahwasanya aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan akhlak.
Dengan demikian tujuan pendidikan Islam ini muncul didasarkan
pada tugas kerasulan Nabi Muhammad SAW, yakni menyempurnakan
27
Abudin Nata,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet. IV, h. 53
28
akhlak. Hal ini dapat dipahami, karena Akhlaklah yang menentukan maju
mundurnya suatu bangsa tersebut mulia, sebaliknya suatu bangsaakan
hancur dan terhina jika akhlak bangsa tersebut buruk dan hancur.
Dikalangan para ahli pendidikan Islam, banyak dijumpai
pendapat yang merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
membina manusia agar memiliki akhlak yang mulia.29
Penulis simpulkan bahwa inti dari tujuan pendidikan Islam
tersebut berfokus kepada:
a). Terbentuknya kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai manusia hamba Allah yang diwajibkan menyembah kepadanya. Melalui kesadaran ini pada akhirnya ia akan berusaha agar potensi dasar keagamaan (fitrah) yang ia miliki dapat tetap terjaga kesuciannya sampai akhir hayatnya, sehingga ia hidup dalam keadaan beriman dan meninggal juga dalam keadaan beriman (muslim).
b). Terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi dan selanjutnya dapat ia wujudkan dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui kesadaran ini seseorang akan termotivasi untuk mengembangkan potensi yang ia miliki, meningkatkan sumber daya manusia, mengelola lingkungannya dengan baik , sehingga pada akhirnya ia akan mampu memimpin diri dan keluarganya, masyarakat dan alam sekitarnya.
c). Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
d). Mengarahkan manusia untuk berakhlak mulia.
C. Perilaku
1. Pengertian perilaku
Perilaku dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dapat dikatakan juga
dengan kata tingkah laku. Secara terminologi perilaku artinya apa yang
dilakukan seseorang. Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa:
“Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup
terhadap lingkungannya. Perilaku adalah aksi, reaksi terhadap rangsangan
dari luar”.30
29
Abudin Nata,Pendidikan Dalam ...., h. 179 30
Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa; perilaku
adalah tingkah laku, suatu perbuatan atau suatu tindakan seseorang yang
nyata dapat dilihat atau bersifat kongrit, dan tanpa melalui pembinaan
dalam jiwa terlebih dahulu.
Para ahli psikologi membedakan dua macam tingkah laku:
1. Tingkah laku intelektualitas atau tinggi, maksudnya adalah sejumlah perbuatan yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual. Ciri utamanya adalah berusaha mencapai tujuan tertentu.
2. Tingkah laku mekanistik atau refleksi, maksudnya adalah respon-respon yang timbul pada manusia secara mekanistik dan tetap, seperti kedipan mata sebab kena cahaya dan gerakan-gerakan rambang pada anak-anak, seperti menggerakan kedua tangan dan kaki secara terus-menerus tanpa aturan.31
Dari uraian diatas tentang arti perilaku, dapat dipahami bahwa
perilaku itu adalah perbuatan atau tingkah laku baik secara reflek maupun
secara sadar, baik jasmaniah ataupun rohaniah. Contoh, ketika ia
menemukan anak yang jatuh dari pohon maka ia akan segera berperilaku
atau bertindak dengan menggotong dan memberitahukan kepada orang
tuanya.
Dalam kesempatan ini penulis menyimpulkan bahwa perilaku itu
ialah usaha sadar yang dimiliki oleh seseorang dalam melakukan sesuatu
secara refleksi yang ditimbulkan dari dorongan dirinya maupun dari orang
lain.
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Perilaku
Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi pembinaan perilaku yaitu
faktor lingkungan, dan faktor lingkungan ini dibagi menjadi tiga bagian:
a. Lingkungan Keluarga
Para ahli berpendapat bahwa perilaku orang dewasa banyak
dipengaruhi oleh kondisi dalam rumah tangga dimana ia hidup pada
31
waktu kecil. Bahkan ada pula ahli mengatakan bahwa kepribadian
seseorang telah terbentuk ketika masih berada dalam kandungan sang
ibu. lebih lanjut pembentukan kepribadian ditentukan dalam kehidupan
keluarga. Jika seseorang dibesarkan dalam rumah tangga yang bahagia,
maka pola perilaku seseorang akan bersifat baik, misalnya dalam
pembentukan sifat. Sifat yang positif seperti, ramah, gembira, sabar,
toleran, mudah diajak kerja sama dengan orang lain, tidak egoistis dan
memiliki rasa simpatik.
Sebaliknya jika seseorang dibesarkan dalam keluarga yang tidak
bahagia; sukar diharapkan orang tersebut menumbuhkan kepribadian
yang positif. Sebaliknya kemungkinan besar orang itu akan bersifat
egoistis, tingkat tolerannya rendah, memandang dunia disekelilingnya
dengan perasaan curiga dan mudah memperlakukan orang lain dengan
sikap yang anti pati.32
Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan
yang pertama dan pendidikannya adalah kedua orang tua. Orang tua
(bapak dan ibu) adalah pendidikan kodrati. Mereka pendidik bagi
anak-anaknya karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan anugrah oleh
tuhan pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri ini, timbul rasa
kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, sehingga secara
moral keduanya merasa terbeban tanggung jawab untuk memelihara,
mengawasi, melindungi serta membimbing keturunan mereka.
Menurut Rasul Allah Saw., fungsi dan peran orang tua bahkan
mampu untuk membentuk arah keyakinan anak-anak mereka. Menurut
beliau, setiap bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk
beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut anak
sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan, dan pengaruh
kedua orang tua mereka.33
32
Slamet, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 1988), Cet. 1, h. 192
33
Oleh karena itu peran orang tua penting sekali dimana orang tua
harus bisa menciptakan keadaan yang kondusif agar anak bisa
berkembang dalam suasana, ikhlas, jujur dan kerjasama yang
diperlihatkan masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka
setiap hari dan melarang terhadap perbuatan-perbuatan yang tidak baik
atau menganjurkan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik secara
terus-menerus sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan
harmonis.
b. Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah juga merupakan pengaruh perkembangan
perilaku anak. Corak hubungan antara guru dengan murid atau antara
murid dengan murid akan banyak mempengaruhi aspek-aspek
kepribadian, termasuk nilai-nilai moral yang masih mengalami
perubahan.
Ajaran Islam secara tegas menyuruh orang untuk menuntut ilmu,
guna mengembangkan potensi-potensi yang ada, karena Allah SWT telah
memberikan seperangkat alat yang dapat mendukung pendidikan.
sebagaimana telah diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat
An-Nahl ayat 78 yang berbunyi:
ﺭﺎﺼﺑ َﻷﹾﺍﻭ ﻊﻤﺴﻟﺍ ﻢﹸﻜﹶﻟ ﹶﻞﻌﺟﻭ ﺎﹰﺌﻴﺷ ﹶﻥﻮﻤﹶﻠﻌﺗ ﺎﹶﻟ ﻢﹸﻜﺗﺎﻬﻣﹸﺃ ﻥﻮﹸﻄﺑ ﻦﻣ ﻢﹸﻜﺟﺮﺧﹶﺃ ُﷲﺍﻭ
ﹶﻥﻭﺮﹸﻜﺸﺗ ﻢﹸﻜﱠﻠﻌﹶﻟ ﹶﺓﺪﺌﹾﻓَﻷﹾﺍﻭ
)
ﻞﺤﻨﻟﺍ
:
۷۸
:
١٦
.(
Artinya: “Dan Allah SWT mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.34
Fungsi sekolah itu sendiri dalam kaitannya dengan pembentukan
jiwa keagamaan pada anak, antara lain sebagai pelanjut pendidikan agama
di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak
yang tidak menerima pendidikan agama dalam keluarga. Dalam konteks
34
ini guru agama harus mampu mengubah sikap anak didiknya agar
menerima pendidikan agama yang diberikannya.
Dengan demikian, pengaruh kelembagaan pada anak sangat
tergantung dari kemampuan para pendidik untuk menimbulkan adanya
perhatian, pemahaman, dan penerimaan. Dalam hal ini pendidikan agama
yang diberikan harus dapat menarik perhatian peserta didik dan para guru
agama harus mampu memberikan pemahaman kepada anak didik tentang
materi pendidikan yang diberikannya.35
Sebab sekolah adalah suatu masyarakat atau kelompok ilmiah
yang mampu berkembang dari berbagai kelompok asal dan dari segala
macam jenis. Jika si anak, pada periode yang menentukan ini, di bawa
pada kehidupan social seperti sekarang ini, kemungkinan besar ia akan
tetap berorientasi dalam cara seperti ini sepanjang hidupnya. Jika ia
mengembangkan kebiasaan untuk mengekspresikan minat dan
aktivitasnya dalam berbagai kelompok, ia akan tetap mempunyai
kebiasaan ini dalam kehidupan selanjutnya setelah tamat sekolah.36
Lingkungan sekolah hendaknya dipandang tidak hanya sebagai
tempat untuk menambah ilmu guna dipergunakan sebagai modal hidup
dikemudian hari, akan tetapi juga sebagai tempat pembinaan sikap mental
dan perilaku sosial yang baik.
c. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Para
pendidik umumnya sependapat bahwa lapangan pendidikan yang ikut
mempengaruhi perkembangan anak didik adalah keluarga, Kelembagaan
pendidikan (sekolah), dan lingkungan masyarakat. Keserasian antara
ketiga lapangan pendidikan ini akan memberi dampak yang positif bagi
35
Jalaludin,Psikolog ...,h. 232-233 36
perkembangan anak, termasuk dalam pembentukan jiwa keagamaan
mereka.37
Lingkungan masyarakat turut pula mempengaruhi proses
perkembangan perilaku anak. Oleh Karenanya fungsi dan peranan
lingkungan ini dalam proses perkembangan dikatakan sebagai faktor ajar,
yaitu faktor yang akan mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara
baik atautidak baik. Sebab pengaruh ligkungan dalam hal ini dapat
bersifat positif yang berarti pengaruhnya baiki, dan sangat menunjang
perkembangan suatu potensi. atau bersifat negatif yaitu pengaruh
lingkungan itu tidak baik dan akan menghambat atau merusak
perkembanagan anak. Oleh karena itu tugas orang tua/guru untuk
menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat
menunjang perkembangan anak.
Beberapa hal yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku
seseorang adalah:
1. Lingkungan yang tentram, dalam arti penuh kedamaian dan bebasa dari kehidupan yang curiga dan mencurigai
2. Lingkungan yang rukun dimana sesama warga tidak saling mencampuri urusan orang lain, tanpa disertai oleh sikap acuh tak acuh
3. Tersedianya pasilitas bergaul yang memadai seperti untuk berolah raga, maka dari situ akan timbul suatu interaksi diantara sesamanya.38
Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan anak-anak
menjelma dalam beberapa perkara dan cara yang dipandang merupakan
metode pendidikan masyarakat yang utama. Cara yang terpenting adalah:
1. Allah menjadikan masyarakat sebagai penyuruh kebaikan dan melarang kemungkaran
2. Pendidikan kemasyarakatan dapat juga dilakukan melalui kerja sama yang utuh
3. Pendidikan kemasyarakatan bertumpu pada landasan afeksi masyaraka, khususnya rasa saling mencintai. Dalam diri generasi muda, perasaan cinta tumbuh seiring dengan kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya sehingga mereka memilikikesiapan untuk mencintai orang lain.
37
Jalaludin,Psikolog ....,h. 233-234 38
4. Pendidikan masyarakat harus mampu mengajak generasi muda untuk memilih teman dengan baik dan berdasarkan ketakwaan kepada Allah. 39
Karena masyarakat merupakan arena pergaulan yang dihadapi
setiap hari, maka jelas pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku anak
akan sangat besar arinya. Apabila seorang anak selalu melihat dan bahkan
mungkin juga terlibat dalam gaya hidup tentram, damai, penuh toleransi
dan menyenangkan, perilakunya pun bertumbuh menjadi perilaku yang
positif. Sebaliknya dalam suasana curiga mencurigai, tidak aman dan
kotor, maka sukar bertumbuhnya perilaku yang positif meskipun para
orang tua dan para pendidik berusaha keras kearah itu.
39
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pengertian Metodologi Penelitian
Metode Penelitian sering juga disebut sebagai metodologi penelitiaan.
Sedangkan maksud dari kata metodologi itu sendiri adalah “Cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dikembangkan
untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang
terpercaya dan kemudian dikembangkan secara sistematis sebagai suatu
rencana untuk menghasilkan data tentang masalah penelitian tertentu”.1 Dengan demikian metode penelitian sa