• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Pendorong Investasi Di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Pendorong Investasi Di Kota Medan"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INVESTASI

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan oleh:

RATIH PRATIWI 060501120 Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

(2)

ABSTRAK

Analisis Faktor-Faktor Pendorong Investasi Di Kota Medan

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menganalisis faktor-faktor pendorong investasi di Kota Medan. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dengan menggunakan data selama periode tahun 1988 sampai dengan tahun 2007. Model analisis data adalah regresi linier berganda menggunakan memakai metode Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rencana dan realisasi Investasi mengalami fluktuasi disebabkan karena kurang menggairahkan iklim investasi dan keterbatasan daya saing produksi. Hasil estimasi menunjukkan variabel tingkat upah, PDRB dan pengeluaran pemerintah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap investasi di Kota Medan. Variabel penting yang cukup berpengaruh terhadap minat berinvestasi di Kota Medan adalah kondisi keamanan dan ketertiban umum serta stabilitas politik, harga berbagai faktor produksi, suku bunga dan lain-lain.

(3)

KATA PENGANTAR

Segenap ucapan puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dan juga shalawat dan salam buat junjungan ummat Nabi Besar Muhammad SAW yang sama-sama kita harapkan syafa’atnya. Adapun judul skripsi ini adalah “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENDORONG INVESTASI DI KOTA MEDAN” ditujukan sebagai salah satu syarat dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi dari program pendidikan Srata-1 Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini sangat jauh dari kata sempurna, karena penulis hanyalah seorang manusia biasa yang tak lepas dari kekhilafan dan kekurangan serta kesalahan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan masukan yang bersifat membangun yang sangat penulis perlukan sebagai acuan bagi penulis di masa yang akan datang.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat maupun sumbangan materi dan pemikiran. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan, yaitu kapada:

(4)

2. Bapak almarhum Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara dan Bapak Drs. Syahril Hakim Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan yang selama ini memberikan dukungan dan bantuan selama menjalani studi. 4. Bapak Irsyah Lubis, SE, M.Soc, Ph.D dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si

selaku ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si, selaku dosen pembimbing penulis yang telah dengan keikhlasan hati membimbing penulis dengan memberikan waktu, tenaga, masukan, saran, dan pemikiran selama proses penulisan skripsi ini 6. Seluruh Dosen, Staf pengajar dan staf Administrasi Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen Ekonomi Pembangunan, yang telah memberikan Ilmu dan perhatiannya kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

(5)

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan dan pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca sekalian.

Medan, Meret 2013 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

(7)

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA... 64

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 4.1 Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Di Kota

Medan Tahun 2005 – 2011 ... 42 4.1 PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011 (milyar rupiah)………….. ... 44 4.2 Laju Pertumbuhan PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008-2011 ... 46 4.3 Rencana dan Realisasi Investasi di Pemerintah Kota Medan

2009-2011 (milyar rupiah) ... 48 4.4 Hasil Estimasi Pengeluaran Pemerintah (X1), Tingkat Upah (X2),

(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Klasifikasi Investasi ... 19

3.1 Multikolinearity.………….. ... 35

4.1 Autokorelasi ... 56

4.2 Uji t-Statistik variabel Pengeluaran Pemerintah (X1) ... 58

4.3 Uji t-Statistik variabel Tingkat Upah ... 59

4.4 Uji t-statistik variabel PDRB (X3) ... 60

(10)

ABSTRAK

Analisis Faktor-Faktor Pendorong Investasi Di Kota Medan

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk menganalisis faktor-faktor pendorong investasi di Kota Medan. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan tahunan Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dengan menggunakan data selama periode tahun 1988 sampai dengan tahun 2007. Model analisis data adalah regresi linier berganda menggunakan memakai metode Ordinary Least Square (OLS).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rencana dan realisasi Investasi mengalami fluktuasi disebabkan karena kurang menggairahkan iklim investasi dan keterbatasan daya saing produksi. Hasil estimasi menunjukkan variabel tingkat upah, PDRB dan pengeluaran pemerintah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap investasi di Kota Medan. Variabel penting yang cukup berpengaruh terhadap minat berinvestasi di Kota Medan adalah kondisi keamanan dan ketertiban umum serta stabilitas politik, harga berbagai faktor produksi, suku bunga dan lain-lain.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Investasi mempunyai peranan yang penting sekali. Tidak ada investasi berarti tidak ada pembangunan, karena sasaran suatu pembangunan akan dapat dicapai apabila ada investasi yang dilakukan. Suatu perencanaan pembangunan pada dasarnya untuk merumuskan pilihan terhadap investasi yang bertitik tolak pada skala prioritas pembangunan dan yang disesuaikan dengan kemampuan yang terbatas baik dari segi modal, sumber daya alam, tenaga ahli dan sebagainya.

Sebelum suatu investasi dilakukan harus dikaji secara mendalam, karena biasanya membutuhkan biaya yang cukup besar dan hasilnya baru dapat dirasakan pada tahun-tahun pertama. Keberhasilan suatu investasi berarti keberhasilan perencanaan pembangunan. Sebaliknya jika investasi itu tidak mencapai sasaran yang diinginkan berarti pembangunan itu gagal yang sekaligus merupakan kegagalan perencanaan pembangunan.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya–sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut.

(12)

Orientasi ini mengarahkan kepada pengambilan inisiatif-inisiataif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi.

Setiap upaya pembangunan daerah mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam mencapai tujuan tersebut pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumberdaya- sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah.

Investasi merupakan salah satu faktor yang menentukan pembangunan daerah sebagaimana yang dinyatakan dalam kasus bahwa membuka lapangan pekerjaan berarti membuka kran investasi di suatu daerah. Tanpa investasi pembangunan suatu daerah sulit dilaksanakan. Di dalam menentukan pengalokasian investasi diperlukan perencanaan pembangunan daerah, dimana perencanaan tersebut untuk memperbaiki pengunaan sumberdaya–sumberdaya publik yang tersedia di daerah dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai tambah yang ada di daerah.

(13)

anggaran yang bersumber dari pemerintah tidak mungkin mampu membiayai seluruh program pembangunan dan kegiatan dalam masyarakat. Karena itu pemerintah perlu melakukan sinergi dengan pihak swasta dan masyarakat sebagai solusi dalam penyediaan pembiayaan pembangunan saat ini dan dimasa yang akan datang.

Untuk menjaga stabilitas kegiatan ekonomi dalam masyarakat disamping selalu terus melakukan perbaikan program pembangunannya, juga perlu didorong eterlibatan pihak swasta dan masyarakat dalam penyediaan sumber pembiayaan diluar pemerintah untuk memenuhi kebutuhan membiayai program pembangunan maupun membiayai kegiatan riil yang dilakukan oleh masyarakat. Apabila sumber pembiayaan diluar pemerintah yang dikelola oleh lembaga pembiayaan non pemerintah (investor) ini berkembang dan berperan, maka akan dapat mengurangi ketergantungan terhadap sumber pembiayaan dari pemerintah dan lebih jauh lagi akan membangun kemandirian dari dalam diri masyarakat untuk menyediakan pembiayaan yang dibutuhkannya.

(14)

daerah juga sangat berguna untuk mendorong tumbuh kembangnya usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.

Penanaman modal di daerah akan dapat berkembang apabila pemerintah memiliki dan menyiapkan faktor sarana dan prasarana serta faktor penunjang investasi, diantaranya adalah: meminimkan faktor penghambat iklim penanaman modal, dengan cara antara lain: perbaikan koordinasi antar-instansi Pemerintah Pusat - daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha.

Untuk menggiatkan penanaman modal di daerah dalam rangka otonomi daerah, Pemerintah Daerah perlu menjalin hubungan sinergis dengan instansi atau lembaga swasta maupun Pemerintah, baik dalam pengembangan peluang potensi daerah maupun dalam koordinasi promosi dan pelayanan penanaman modal. Oleh karena itu, peningkatan koordinasi kelembagaan tersebut harus dapat diukur dari kecepatan pemberian perijinan dan fasilitas penanaman modal dengan biaya yang berdaya saing.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian skripsi ini membahas tentang faktor-faktor yang menjadi pendorong investasi di kota medan, guna mengetahui sejauh mana investasi di Kota Medan maka perlu dilakukan penelitian tentang “Analisis Faktor-Faktor Pendorong Investasi Di Kota Medan”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

(15)

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah

- Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong investasi di Kota Medan. 1.4 Manfaat penelitian

Adapun hal yang menjadi manfaat dengan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan pengetahuan bagi pembaca mengenai investasi.

2. Hasil penelitian juga dapat dijadikan referensi bagi penulis lainnya.

3. Hasil penelitian ini menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam melakukan penelitian.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Umum Tentang Investasi

Investasi adalah kegiatan pemerintah menanamkan uangnya dalam bentuk penyertaan modal atau pembelian surat utang dalam rangka memperoleh manfaat ekonomi atau sosial. Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial, sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.

Manfaat ekonomi dapat diperoleh dalam rangka meningkatkan pendapatan pemerintah. Apabila berinvestasi dalam bentuk saham diharapkan akan diperoleh pendapatan dividen, sedangkan apabila dalam bentuk surat utang diharapkan terdapat pendapatan bunga.

Manfaat sosial yang dimaksud dalam standar ini adalah manfaat yang tidak dapat diukur langsung dengan satuan uang namun berpengaruh pada peningkatan pelayanan pemerintah pada masyarakat luas maupun golongan masyarakat tertentu, seperti tersedianya lapangan kerja bagi masyarakat atau untuk menggerakkan ekonomi masyarakat.

(17)

untuk dolar pada masa depan, dengan dua atribut berbeda yang melekat yaitu risiko dan waktu.

Ahmad (2004) memberikan pengertian investasi yaitu sebagai berikut : a. Suatu tindakan membeli barang-barang modal.

b. Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan dimasa yang akan datang.

c. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat penyertaan lainnya.

Halim (2003 : 2), investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Macam-macam bentuk investasi adalah sebagai berikut :

1. Investasi langsung (direct investment) adalah investasi pada asset riil (Real Assets) misalnya : pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan

pertambangan / perkebunan, dan lain-lain.

2. Investasi tidak langsung (indirect investment) atau investasi portofolio adalah investasi pada asset finansial (financial assets):

a. Investasi di pasar uang : deposito, sertifikat BI.

b. Investasi di pasar modal : saham, obligasi, opsi, warrant. Sumber-sumber dana untuk investasi ini berasal dari :

(18)

Adapun dasar keputusan seseorang melakukan investasi berdasarkan atas (Eduardus, 2010 : 50):

1. Return merupakan tingkat keuntungan investasi yang terdiri dari ;

a. expected return (return yang diharapkan) yaitu return yang diharapkan akan didapat oleh investor di masa depan.

b. realized return (return aktual) yaitu return yang sesungguhnya terjadi/ didapatkan oleh investor.

2. Risiko merupakan kemungkinan return aktual berbeda dengan return yang diharapkan yang terdiri dari ;

a. risiko sistematis (systematic risk) atau risiko pasar (general risk) yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi, berkaitan dengan faktor makro ekonomi yang mempengaruhi pasar (misal : tingkat bunga, kurs, inflasi dan kebijakan pemerintah).

(19)

1. Menentukan kebijakan investasi

Pada tahap awal pengambilan keputusan, investor perlu menetapkan tujuannya berinvestasi dan menentukan besarnya investasi yang akan ditanam. Mengingat adanya korelasi antara risiko dan keuntungan (return) yang diperoleh, maka investor tidak dapat mengatakan bahwa tujuan investasinya adalah mencari keuntungan yang sebesar-besarnya karena akan ada kerugian yang harus dihadapinya. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan, baik dalam keuntungan maupun risiko.

2. Analisis Sekuritas

Pada tahap ini akan diadakan analisis terhadap individual (sekelompok) sekuritas. Ada dua filosofi dalam melakukan analisis sekuritas, yaitu sebagai berikut.

a. Pendapat pertama menyatakan bahwa sekuritas mispriced (harganya salah, mungkin terlalu tinggi, mungkin terlalu rendah) Dengan analisis ini akan dapat dideteksi sekuritas-sekuritas tersebut. Ada berbagai cara untuk melakukan analisis ini. Cara tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data (perubahan) harga pada masa yang lalu sebagai upaya memperkirakan harga sekuritas di masa yang akan datang dengan melihat nilai transaksi yang terjadi. Sedangkan analisis fundamental didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupun oleh administratur bursa efek.

(20)

pemodal (pemodal yang bersedia menanggung risiko tinggi akan memilih sekuritas yang berisiko tinggi), pola kebutuhan kas, dan sebagainya. Jadi, menurut pendapat ini keuntungan yang diperoleh pemodal sesuai dengan risiko yang ditanggung.

3. Pembentukan Portofolio

Tahap ini menyangkut identifikasi sekuritas mana saja yang akan dipilih untuk membentuk portofolio dan berapa proporsi dana yang akan ditanam pada tiap-tiap sekuritas tersebut. Adanya pemilihan sekuritas ini (dengan kata lain pemodal melakukan diversifikasi) dimaksudkan untuk meminimalkan risiko yang ditanggung. Pemilihan sekuritas ini akan dipengaruhi oleh preferensi risiko, pola kebutuhan kas, dan status pajak.

4. Melakukan Revisi Portofolio

Tahap ini merupakan pengurangan terhadap ketiga tahap sebelumnya dengan maksud jika diperlukan akan diadakan perubahan terhadap portofolio yang telah dimiliki. Jika portofolio yang dimiliki sekarang dirasakan tidak lagi optimal atau tidak sesuai dengan prefensi risiko pemodal, maka pemodal dapat melakukan perubahan terhadap sekuritas-sekuritas yang membentuk portofolio tersebut.

5. Evaluasi Kinerja Portofolio

(21)

Rahardja dan Manurung (2004 : 278), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi investasi langsung dan portofolio adalah sebagai berikut :

1. Tingkat pengembalian yang diharapkan (Expected Rate Of Return)

Kemampuan perusahaan menentukan tingkat investasi yang diharapkan, sangat dipengaruhi oleh kondisi internal dan eksternal perusahaan

a. Kondisi internal perusahaan

Kondisi internal adalah faktor-faktor yang berada di bawah kontrol perusahaan, misalnya tingkat efisiensi, kualitas SDM, dan teknologi yang digunakan. Ketiga aspek tersebut berhubungan positif dengan tingkat pengembalian yang diharapkan. Artinya, semakin tinggi tingkat efisiensi, kualitas SDM dan teknologi, maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan.

b. Kondisi eksternal perusahaan

Kondisi eksternal yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi terutama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional serta tingkat inflasi yang terjadi. Jika perkiraan tentang masa depan ekonomi nasional maupun dunia bernada optimis, biasanya tingkat investasi meningkat, karena tingkat pengembalian investasi dapat dinaikkan.

(22)

agregat. Akibatnya tingkat investasi akan menurun. Faktor sosial politik juga menentukan gairah investasi, karena jika sosial politik stabil maka pada umumnya juga meningkat. Demikian pula faktor keamanan (kondisi keamanan negara).

2. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang

(23)

3. Tingkat bunga

Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan kepada para pengusaha dan dapat dilaksanakan. Para pengusaha hanya akan melaksanakan keinginan untuk menanamkan modal apabila tingkat pengembalian modal dari penanaman modalnya itu, yaitu persentase keuntungan neto (tetapi sebelum dikurangi bunga uang yang dibayar) modal yang diperoleh, lebih besar dari tingkat bunga.

4. Biaya investasi

Yang paling menentukan tingkat biaya investasi adalah tingkat bunga pinjaman, karena semakin tinggi tingkat bunganya maka biaya investasi semakin mahal. Akibatnya minat berinvestasi semakin menurun.

Faktor lembaga juga mempengaruhi biaya investasi karena prosedur izin yang berbelit-belit dan lama (> 3 tahun), menyebabkan biaya ekonomi dengan memperhitungkan nilai waktu uang dari investasi semakin mahal. Demikian halnya dengan keberadaan dan efisiensi lembaga keuangan, tingkat kepastian hukum, stabilitas politik, dan keadaan keamanan.

5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya

Hubungan antara pendapatan nasional dan investasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat di antara tingkat investasi dan tingkat pendapatan nasional. Investasi akan meningkat apabila pendapatan nasional semakin meningkat dan begitu juga sebaliknya.

(24)

investasi yang manfaatnya akan direalisasikan dimasa yang akan datang harus dipertimbangkan dengan cermat. Dan investasi portofolio meliputi investasi pada asset berupa saham dan utang jangka panjang yang dipengaruhi oleh kondisi perekonomian, tingkat inflasi dan iklim politik di suatu negara.

Sukirno (2005 : 381), Penanaman modal portofolio merupakan penanaman modal dalam bentuk pemilikan surat-surat pinjaman jangka panjang dan saham-saham dari perusahaan-perusahaan yang terdapat di negara-negara berkembang, jadi hanyalah berupa penyertaan dalam pemilikan perusahaan dan bukan penguasaan kegiatan perusahaan sehari-hari. Dengan kata lain investasi portofolio (Portofolio Investment) merupakan pembelian saham dan obligasi yang semata-mata tujuannya untuk mendapatkan hasil dari dana yang diinvestasikan oleh para investor melalui pasar modal. Sukirno (2005 : 231), investasi portofolio adalah investasi dalam bentuk membeli harta keuangan seperti bond, saham perusahaan dan obligasi pemerintah. Adapun didalam neraca pembayaran investasi portofolio meliputi investasi asing dalam harta keuangan.

Jadi dapat dikatakan bahwa, Investasi Portofolio merupakan investasi pada sektor finansial yang tergolong paling high risk-high return investment. Artinya, peluang untuk memperoleh keuntungan sangat besar bahkan dapat mencapai ratusan persen perbulan namun diimbangi juga dengan kemungkinan kerugian yang besar apabila tidak dikelola dengan baik.

(25)

investasi, yaitu suku bunga, PDRB, utilitas, birokrasi, kualitas SDM, regulasi, stabilitas politik dan keamanan serta faktor sosial budaya. Hal ini menimbulkan implikasi kebijakan, yaitu penurunan suku bunga, kebijakan fiskal, perbaikan sarana dan prasarana, perbaikan birokrasi pemerintahan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, pelonggaran regulasi, kebijakan untuk menciptakan stabilitas politik dan keamanan, penguatan budaya lokal.

Pertama, investasi mendorong pertambahan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi) PDRB. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah seluruh nilai barang dan jasa yang ditimbulkan oleh bekerjanya faktor-faktor produksi (buruh, kewiraswastaan, modal, dan barang modal) di suatu wilayah.

Dengan demikian investasi merupakan fungsi pendapatan nasional yang berarti bahwa semakin tinggi pendapatan nasional semakin besar pula penggeluaran investasi yang dilaksanakan oleh masyarakat perekonomian tersebut. Pendapatan nasional mempunyai hubungan yang positif dengan pengeluaran investasi. Produsen dengan mendasarkan pada asumsi rasionalitas, hanya akan melakukan investasi selama proyek investasi tersebut mendatangkan keuntungan. Salah satu faktor yang diperkirakan dapat mendatangkan keuntungan adalah permintaan akan barang dan jasa yang akan dihasilkan proyek investasi tersebut.

(26)

itu disebut dengan nilai tambah bruto (BPS). Konsep Produk Domestik Regional Bruto(PDRB) adalah salah satu konsep perhitungan pendapatan nasional untuk suatu wilayah regional tertentu, yang untuk perhitungan secara nasional biasa disebut Produk Domestik Bruto (PDB).

Pengertian upah secara umum adalah pembayaran yang diperoleh tenaga kerja sebagai bentuk balas jasa yang diberikan pengusaha. Menurut peraturan pemerintah No. 8 tahun 1981 upah dapat diartikan suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, yang dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan berdasarkan suatu persetujuan atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar perjanjian kerja antara pengusaha dengan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya.

Upah buruh yang relatif rendah diyakini sebagai salah satu faktor pendorong investasi. Sebab upah buruh yang rendah akan menurunkan biaya produksi. Apabila biaya produksi rendah dapat meningkatkan laba perusahaan, maka harga barang dapat relatif rendah dengan demikian akan diikuti dengan naiknya permintaan di pasar (Tulus, 2000).

(27)

Ketiga, investasi juga bisa dipakai sebagai alat untuk pemerataan baik pemerataan antar daerah, antar sektor dan antar perorangan. Investasi sebagai alat pemerataan ini tentu saja tidak bisa dibiarkan berjalan sendiri atau dibiarkan berjalan menuruti mekanisme pasar tetapi harus ada intervensi pemerintah (pengeluaran pemerintah). Misalnya saja pemerintah bertujuan untuk memperkecil ketimpangan ekonomi antar dua daerah (daerah yang satu maju dan yang satu tertinggal). Maka ketimpangan itu bisa diatasi salah satunya dengan mengarahkan investasi ke daerah yang tertinggal. Caranya ada macam-macam, misalnya memberi insentif pembebasan pajak bagi investor yang bersedia berinvestasi di daerah yang tertinggal, mempermudah ijin investasi di daerah tertinggal agar investor tertarik menanamkan modalnya di sana, dan banyak kebijakan lain.

(28)

Sementara itu, pengeluaran investasi produktif yang bersifat tidak langsung, salah satu contohnya adalah investasi untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap tingkat produktivitas tenaga kerja, sehingga dapat meningkatkan skala hasil produksi dan menciptakan pertumbuhan output yang berkesinambungan dalam jangka panjang.

2.3 Klasifikasi Investasi

Dalam rangka akuntansi dan pelaporan aset investasi pemerintah secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua, yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek merupakan kelompok aset lancar sedangkan investasi jangka panjang merupakan kelompok aset nonlancar.

Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang. Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki lebih dari 12 (dua belas) bulan.

(29)

Klasifikasi Investasi dapat digambarkan sebagaimana gambar berikut\

Gambar 2.1 Klasifikasi Investasi 1. Investasi Jangka Pendek

Investasi jangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai berikut: (a) Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;

(b) Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya pemerintah dapat menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas; (c) Berisiko rendah.

Dengan memperhatikan kriteria tersebut, maka surat berharga yang berisiko tinggi karena dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar, tidak termasuk dalam investasi jangka pendek yang dapat dibeli pemerintah (contoh saham pada pasar modal.) Jenis investasi yang tidak termasuk dalam kelompok investasi jangka pendek antara lain adalah:

(a) Surat berharga yang dibeli pemerintah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha;

Investasi

Investasi Jangka Pendek

Investasi Jangka Panjang

Permanen

(30)

(b) Surat berharga yang dibeli pemerintah untuk tujuan menjaga hubungan kelembagaan yang baik dengan pihak lain, misalnya pembelian surat berharga yang dikeluarkan oleh suatu lembaga baik dalam negeri maupun luar negeri untuk menunjukkan partisipasi pemerintah; atau

(c) Surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek.

Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara lain terdiri atas :

a. Deposito berjangka waktu tiga sampai dua belas bulan dan atau yang dapat diperpanjang secara otomatis (revolving deposits)

b. Pembelian Surat Utang Negara (SUN) pemerintah jangka pendek oleh pemerintah pusat maupun daerah dan pembelian Sertifikat Bank Indonesia (SBI).

2. Investasi Jangka Panjang

(31)

dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali.

(a) Investasi Permanen

Investasi permanen yang dilakukan oleh pemerintah adalah investasi yang tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan, tetapi untuk mendapatkan dividen dan/atau pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang dan/atau menjaga hubungan kelembagaan.

Investasi permanen ini dapat berupa:

a. Penyertaan Modal Pemerintah pada perusahaan negara/ daerah, badan internasional, dan badan usaha lainnya yang bukan milik Negara

b. Investasi permanen lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

(b) Investasi Nonpermanen

Investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah adalah investasi yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu yang biasanya terdapat jangka waktu tertentu. Investasi nonpermanen pada suatu saat akan jatuh tempo atau selesai. Pada saat jatuh tempo akan ditarik atau diperbaharui kembali.

Menurut Bagus (2006 : 19), investasi nonpermanen yang dilakukan oleh pemerintah, antara lain dapat berupa:

a. Pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki oleh pemerintah sampai dengan tanggal jatuh tempo;

(32)

c. Dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka pelayanan masyarakat seperti bantuan modal kerja secara bergulir kepada kelompok masyarakat; d. Investasi nonpermanen lainnya, yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk

dimiliki pemerintah secara berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang dimaksudkan untuk penyehatan/penyelamatan perekonomian.

2.4 Penilaian kelayakan investasi dari sisi Ekonomi

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam melakukan investasi adalah menaksir arus kas dari sebuah rencana investasi; menentukan tingkat keuntungan yang layak dengan memperhatikan resikonya; menggunakan tingkat bunga dari keuntungan untuk menghitung present value dari taksiran rencana arus kas rencana investasi tersebut; menghitung Net Present Value (NVP), yaitu selisih antara present value arus kas tersebut dengan nilai investasinya.

Menurut Chalid (2005 : 68), dalam pengambilan keputusan investasi, opportunity cost memegang peranan yang penting. Opportunity cost merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai akibat dipilihnya alternatif tertentu. Misalnya dalam penggantian mesin lama dengan mesin baru, harga jual mesin lama harus diperhitungkan dalam mempertimbangkan investasi pada mesin baru. Karenanya kita perlu menaksir arus kas yang relevan, perlu diperhatikan hal-hal berikut:

1. Taksirlah arus kas dasar setelah pajak. Perhatikan bahwa yang dinikmati oleh pemilik perusahaan adalah kas masuk bersih setelah pajak.

(33)

mempunyai pasar yang sama. Dengan demikian perlu diperhatikan pengurangan kas masuk dari produk lama akibat peluncuran produk baru. 3. Taksirlah arus kas yang timbul karena keputusan investasi. Arus kas

karena pendanaan, seperti membayar bunga pinjaman, mengangsur pokok pinjaman, dan pembayaran deviden,tidak perlu diperhatikan. Perhatikan yang kita analisis adalah profitabilitas investasi.

4. Jangan memasukan sunk cost (biaya yang telah terjadi sehingga tidak akan berubah kerena keputusan yang akan kita ambil). Apa yang telah terjadi tidak mungkin berubah, karena keputusan kitalah yang relevan dalam analisis.

Sebuah keputusan investasi dipengaruhi juga oleh keadaan non-ekonomi, yang erat kaitannya dengan keadaan lingkungan dimana investasi tersebut akan ditanamkan. Dalam hal ini, sebuah investasi pasti mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan diluar perhitungan arus kas, seperti keadaan lingkungan alam, keamanan, sistem birokrasi, dsb. Menurut Untung (2010 : 48), adapun beberapa faktor non-ekonomi yang mempengaruhi keputusan investasi adalah:

a. Sosial dan budaya

(34)

b. Birokrasi

Sama halnya dengan kegiatan perekonomian yang lain, dalam pengambilan keputusan investasi, waktu sangatlah penting. Semakin cepat dan akurat penyaluran dana investasi, maka peluang keuntungan yang didapat akan lebih besar. Sebagai contoh, birokrasi mempengaruhi proses legalisasi perusahaan atau bisnis baru yang berbadan hukum. Jika legalisasi tersebut berjalan mudah, maka akan sangat baik jika investasi ditanamkan. Namun jika legalisasinya sulit atau runyam, maka lebih baik ditinggalkan, karena opportunity cost yang dikeluarkan akan sangat besar.

Dalam prakteknya di Indonesia, birokrasi seringkali berbelit-belit, dan sangat dipengaruhi oleh tingkat korupsi yang tinggi. Pada akhirnya good governance tidak terwujud dan kegiatan investasi menjadi tersumbat.

c. Infrastruktur dasar

Ketersediaan infrastruktur dasar seperti listrik, prasarana transportasi, dan telekomunikasi, juga mempengaruhi sebuah keputusan investasi. Karena infrastruktur dasar tersebut sangat penting peranannya dalam kegiatan ekonomi.

d. Regulasi dan politik

(35)

suasana politik tidak stabil atau terjadi perpindahan kekuasaan, maka regulasi pun akan ikut terpengaruh.

Kaitannya dengan faktor-faktor diatas, menurut WEF (2005), cukup banyak faktor penghambat investasi di berbagai negara, yaitu sebagai berikut (diurutkan dari yang paling buruk): (1) Birokrasi yang tidak efisien; (2) infrastruktur yang buruk; (3) Regulasi perpajakan yang kurang kondusif; (4) Korupsi pejabat; (5) Kualitas SDM yang buruk; (6) Kebijakan yang tidak stabil; (7) Regulasi ketenagakerjaan yang restriktif; (8) tarif pajak yang terlalu tinggi; (9)Akses ke pasar keuangan yang rendaah; (10) Regulasi valuta asing yang kurang mendukung; (11) Kriminalitas; (12) Pemerintah yaangg tidak stabil; (13) etika kerja yang buruk dari para pekerja; dan (14) Inflasi yanng terlalu tinggi.

2.5. Faktor- Faktor Yang Menghambat Investasi

Menurut Hartono (2010 : 72), beberapa faKtor yang menghambat investatsi, adalah :

1. Masalah Tenaga kerja

Peneliti Independen dan tenaga ahli Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) Iswan Abdullah menilai, masalah ketenagakerjaan, khususnya angkatan kerja yang sudah bekerja dan upah pekerja di Indonesia dapat menghambat laju investasi asing langsung (FDI/foreign direct invesment) di Indonesia. Pasalnya, upah pekerja jadi salah faktor dominan dalam FDI.

(36)

Menurutnya, faktor upah memang masih lebih rendah bila dibandingkan tujuh faktor lainnya. Perhitungan itu berdasarkan nilai elastisitas dari keseluruhan delapan faktor, dari yang teratas, yakni angkatan kerja (Elastisitas 28,44), pendapatan perkapita (3,01), kesempatan kerja (2,78), nikai tukar valas rupiah dolar (0 ,54 ), pertumbuhan ekonomi (0,41), nilai ekspor (0,36), upah pekerja (0,21), dan inflasi (0,12).

Iswan menyarankan, pemerintah harus lakukan peningkatan skill dan kompetensi para angkatan kerja yang sudah bekerja sehingga menjadi daya tarik bagi para investor asing nantinya.

Selain itu, perlu adanya kenaikan upah minimum pekerja (UMP) dari pemerintah guna meningkatkan daya beli pekerja saat terjadi inflasi yang tinggi. Menurutnya, dampak krisis ekonomi akan berpengaruh terhadap pekerja berpenghasilan UMP. Bila tidak ada peningkatan upah, maka akan menyebabkan aksi besar-besaran yang dilakukan oleh para buruh nantinya. 2. Izin dan kepastian hukum

Widodo Sigit Pudjianto SH MH (Direktur Pengembangan Ekonomi Daerah, Direktorat Jendral Bina Bangda Kementrian Dalam Negeri RI) menyatakan, jumlah daerah yang telah membentuk PTSP di seluruh Indonesia baru 379. Perinciannya, 14 untuk tingkat provinsi, 28 untuk tingkat kabupaten dan 85 untuk tingkat kota.

(37)

Selama ini daerah hanya memberikan pengurusan izin kecil-kecil saja, sedangkan pengurusan izin yang besar seperti menyangkut sumber daya alam masih ditangani sendiri.

Sementara itu, pengusaha selaku pemilik modal mengaku capek dengan birokrasi berbelit-belit ketika mengurus izin usaha. Jika pengurusan izin dipermudah dan dipercepat, maka pengusaha akan mudah berinvestasi. Dengan demikian investasi tumbuh dan menyerap banyak tenaga kerja.

3. Korupsi yang merajalela

Kendala utama yang dihadapi oleh para investor, adalah korupsi. Budaya korupsi aparat pemerintah di Indonesia sungguh sangat mengganggu jalannya langkah para investor asing. Wajar, karena Indonesia memang tidak pernah keluar dari predikat negara-negara terkorup di dunia.

Bukan cerita asing lagi, kalau perusahaan-perusahaan asing yang beraktivitas di Indonesia, harus siap digrogoti oleh pungutan liar preman-preman aparat pemerintah dari golongan sandal jepit sampai pejabat-pejabat berdasi. Dan mereka hanya bisa pasrah serta mulut harus dikunci untuk tidak bernyanyi kemana-mana, walaupun hati nuraninya menjerit melaknat praktek tidak bermoral tersebut. Kecuali, sudah punya komitmen untuk gulung tikar.

(38)

4. Kemampuan Bahasa

Kendala investasi lain yang berupa miskinnya kemampuan berbahasa tenaga kerja Indonesia. Mereka menuntut setidaknya bisa berbahasa Inggeris, kalau memang bahasa Jepang tidak mampu. Akan tetapi, kebanyakan tenaga lokal kita, hanya bisa berbahasa Indonesia. Hal ini yang menjadi sebuah kelemahan dibanding negara Asia Tenggara lainnya terutama Malaysia. Ini berhubungan erat dengan bidang pendidikan kita yang tidak mendapat porsi signifikan dari para penentu kebijakan pemerintah. Toh kenyataan juga sudah menunjukkan betapa di era tahun 60-an 70-an, Malaysia mengimpor tenaga pendidik dari Indonesia, sementara saat ini kita sudah banyak melirik pedidikan tinggi di negeri Jiran itu, karena mutunya sudah jauh melebihi dari apa yang kita punya.

5. Keterampilan dan Etos Kerja

Dari miskinnya system pendidikan, menghasilkan generasi-generasi yang low skill. Keterampilan kerja minim, keahlian hampir tidak ada. Padahal keterampilan kerja yang rendah mengurangi kapasitas produksi. Kedisiplinan dan etos kerja yang rendah juga menjadi pemandangan mencolok pada tenaga-tenaga kerja Indonesia. Budaya malas seakan sudah mengakar dalam hati sanubari. Sehingga ada juga sentilan-sentilan yang pernah beredar, bahwa hasil produksi tenaga kerja Indonesia tidak lebih dari seperdua dari hasil produksi tenaga-tenaga kerja negara maju dalam interval waktu yang sama.

(39)

pun harus dibarengi oleh timing yang tepat, harus berpacu dengan waktu. Karena hasil maksimal dan berkwalitas, lebih berharga dari onggokan sampah bilamana timing-nya tidak tepat.

Pemerintah saat ini sudah mulai mau menyadarkan diri akan pentingnya system pendidikan berkwalitas buat masa depan bangsa ini, walau masih dalam taraf teori dan retorika. Karena pendidikan memang merupakan hal yang sangat urgen demi masa depan bangsa, kecuali mata kita hanya tertuju pada apa yang bisa kita makan hari ini. Tanpa pendidikan bermutu, masa depan bangsa ini akan kelam. Dan selamanya akan menjadi bangsa kuli.

Yang menjadi permasalahan adalah, sejauh mana pemerintah Indonesia bisa memperbaiki diri terhadap unsur-unsur penghambat investasi tersebut di atas, agar mampu memyiapkan iklim investasi yang kondusif. Sehingga para investor menjadi tertarik menanamkan modalnya di Indonesia, dan bukan membuat para pengusaha asing justru lari meninggalkan Indonesia, sebagaimana sekian banyak kejadian yang pernah ada selama ini.

2.6 Penelitian Terdahulu

(40)

variabel tersebut memiliki pengaruh yang negatif terhadap penanaman modal dalam negeri sektor transportasi di Indonesia.

Fajar Febriananda (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Investasi Dalam Negeri di Indonesia Periode Tahun 1988-2009” menganalisis pengaruh Suku Bunga Kredit, Tingkat Inflasi, Tenaga Kerja, dan Nilai Tukar (kurs) terhadap Investasi dalam negeri di Indonesia. Suku Bunga Kredit dan Inflasi berpengaruh negatif terhadap Investasi dalam negeri di Indonesia, sedangkan Tenaga Kerja dan Nilai Tukar (Kurs) berpengaruh positif terhadap Investasi dalam negeri di Indonesia.

(41)

penggerak investasi di Indonesia, hal ini ditunjukkan dengan pengaruh pengeluaran pemerintah yang signifikan mempengaruhi investasi swasta.

2.7 Hipotesis

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1Ruang lingkup penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk mengkaji investasi di Kota Medan.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Medan, dan dari berbagai sumber lainnya yang mendukung.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series pada kurun waktu tahun 1988 sampai 2007 (sampel data selama 20 tahun).

3.3 Pengolahan Data

Penulis menggunakan program komputer E-Views 5.1 untuk mengolah data dalam penulisan skripsi ini.

3.4 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dimulai dengan pembentukan model matematis, yaitu suatu pernyataan matematis yang digunakan dalam menentukan hubungan yang berlaku diantara faktor penghambat investasi yakni PDRB, tingkat upah, investasi dan pengeluaran pemerintah.

(43)

variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary least square/ OLS).

Menurut Gujarati (2003 : 44), adapun persamaan fungsi dasarnya adalah sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3)……….(1)

Kemudian fungsi tersebut diatas dispesifikasikan kedalam model ekonometrika dengan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Ŷ = α + β1X1+ β2X2+ β3X3 + μ…………..…..…(2)

Dimana:

Ŷ = Investasi (Milyar Rupiah)

α = intercept

β1, β2, β3 = koefisien regresi

X1 = Pengeluaran pemerintah (Milyar Rupiah)

X2 = Tingkat upah (Jutaan Rupiah)

X3 = PDRB (Milyar Rupiah) μ = Term of error

Secara otomatis, maka bentuk hipotesisnya sebagai berikut:

1

X Y

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X1 (Pengeluaran pemerintah), maka Y

(investasi) mengalami kenaikan, cateris paribus.

2

X Y

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X2 (tingkat upah), maka Y (investasi)

akan mengalami kenaikan, cateris paribus.

3

X Y

> 0, artinya jika terjadi kenaikan pada X3 (PDRB), maka Y (Investasi) akan

(44)

3.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1. Multikolinearity

Uji multikolinearity digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari R-square, F-hitung serta standar error.

Keberadaan multikolinearity ditandai dengan adanya standart error yang tidak terhingga, tidak ada satupun t-statistik yang signifikan, terjadi perubahan tanda, dan R2 sangat tinggi.

2. Serial Correlation /Autokorelasi

Autokorlasi terjadi bila term of error (µ) dari periode waktu yang berbeda berkorelasi. Dikatakan bahwa Error term berkorelasi atau mengalami korelasi atau mengalami korelasi serial apabila variabel (ei, ej) ≠ 0 untuk i ≠ j, dalam hal ini dapat dikatakan memiliki masalah autokorelasi.

Ada beberapa cara untuk mengetahui keberadaan autokorelasi, yaitu: a. Dengan memplot grafik.

b. Dengan Durbin-Watson (uji D-W test).

D- hitung =

(

( )

)

Dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho : D- W = 0, artinya tidak ada autokorelasi

Ho : D-W ≠ 0, artinya ada autokorelasi

(45)

0 dl du 2 4-du 4-dl 0 Gambar 3.1

Multikolinearity Dimana:

Ho = tidak ada autokorelasi

DW < dl = tolak Ho (ada korelasi positif)

DW > 4- dl = tolak Ho (ada korelasi positif)

du < DW < 4-du = terima Ho (tidak ada korelasi)

dl ≤ DW ≤ du = pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive) (4- du) ≤ DW ≤ ( 4- dl) = pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive) 3.6 Test of godness fit (uji kesesuaian)

1. koefisien determinasi R2

Koefisien determinasi dilakukan untuk melihat seberapa besar variabel-variabel independen secara bersama-sama mampu memberi penjelasan terhadap variabel dependen. Nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0<R2<1).

Autokorelasi (+) Autokorelasi (-)

inconclusive

H0

(46)

2. Uji F- Statistik

Uji F-statistik adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh koefisien regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen (Abdul, 2010 : 39).

Nilai F-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

F* =

(

(

)

(

)

)

R2 = Koefisisen determinasi

K = Jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model persamaan n = Jumlah sampel

Hipotesis yang digunakan:

H0: β1: β2:β3= 0 Artinya variabel independen secara bersama-sama

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Ha: β1:β2:β3≠ 0 Artinya variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. 3. Uji t- Statistik

Uji t-statistik merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen lainnya konstan.

Nilai t-hitung dapat diperoleh dengan rumus:

t* =

(

)

Sbi

b bi

Keterangan:

bi = Koefisien regresi dari variabel independen yang diuji b = Nilai hipotesis nol

(47)

Hipotesis yang digunakan:

H0 : bi = 0 artinya variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata

terhadap variabel dependen.

Ha : bi≠ 0 artinya variabel independen secara parsial berpengaruh nyata

terhadap variabel independen.

Hipotesis ini diterima apabila t-hitung > t-tabel (α) 3.7 Defenisi Operasional Variabel

1. Investasi adalah penanaman uang atau modal dengan tujuan mendapatkan keuntungan atau nilai tambah produksi (Milyar Rupiah).

2.Pengeluaran pemerintah adalah pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan pemerintah dalam periode tertentu biasanya satu tahun (Milliar Rupiah).

3.Tingkat Upah merupakan pengeluaran tenaga kerja buruh (Jutaan Rupiah). 4.PDRB merupakan sebagai keseluruhan nilai tambah bruto dari kegiatan

(48)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1Gambaran Umum Penelitian

4.1.1 Letak Kota Medan Secara Geografis

Secara umum ada 3 (tiga) faktor utama yang mempengaruhi kinerja pembangunan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis dan (3) faktor sosial ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkait satu dengan lainnya, yang secara simultan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk pilihan-pilihan penanaman modal (investasi).

Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21 tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha, meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.

Melaui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973 Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan.

(49)

tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administrative ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis.

Secara administratif, wilayah kota medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber daya alam seperti Deli Serdang , Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

(50)

mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik , yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.

4.1.2. Keadaan Sosial Budaya

Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak awal Kota Medan telah memiliki keragaman suku (etnis), dan agama. Oleh karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat pluralis yang berdampak beragamnya nilai – nilai budaya tersebut tentunya sangat menguntungkan, sebab diyakini tidak satupun kebudayaan yang berciri menghambat kemajuan (modernisasi), dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besa r dalam mencapai kemajuan. Keragaman suku, tarian daerah, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik, dan sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan industri pariwisata di Kota Medan.

Adanya prularisme ini juga merupakan peredam untuk munculnya isu-isu primordialisme yang dapat mengganggu sendi-sendi kehidupan sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan Kota Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus dipelihara secara harmonis. 4.1.3. Kondisi Demografi (Kependudukan)

(51)

tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola fakir masyarakat dan perubahan social ekonominya. Di sisi lain adanya faktor perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingkat kematian.

Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini mengacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian rendah. Penurunan pada tingkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak factor, antara lain perubahan pola berfikir masyarakat akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.

Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.

(52)

Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi.

Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun cultural. Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas), meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi, termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang diterapkan.

Tabel 4.1

Jumlah Laju Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Di Kota Medan Tahun 2005 – 2011

Keterangan : * Angka Sementara Pertengahan Tahun 2011 Sumber BPS Kota Medan, 2011

(53)

4.1.4. Perkembanagan Ekonomi Kota Medan a. PDRB Menurut Sektoral

Dalam periode 2007-2011, kinerja ekonomi Kota Medan yang diukur dengan besaran PDRB Atas Dasar Harga Berlaku terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2008 kinerja ekonomi Kota Medan hanya sebesar Rp 65.277.871,26 juta, meningkat menjadi Rp 72.630.208,14 juta pada tahun 2009, meningkat menjadi Rp 83.315.016,03 juta pada tahun 2010 dan menjadi Rp 93.610.757,40 juta pada tahun 2011

(54)

Tabel 4.2

PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2008-2011 (milyar rupiah)

*)

Angka perbaikan

r)

Angka sementara

Sumber BPS Kota Medan, 2011

Jika tahun 2000 sebagai tahun dasar dimana PDRB tahun 2000=100, maka bisa dilihat dengan mudah perkembangan PDRB dari tahun ke tahun baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. Grafik di bawah memperlihatkan bahwa kecepatan pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dibanding PDRB atas dasar harga konstan, hal ini dikarenakan pada perhitungan PDRB atas dasar harga berlaku masih dipengaruhi oleh perubahan/kenaikan harga yang terjadi setiap tahunnya sedangkan pada penghitungan PDRB atas dasar harga konstan pengaruh harga sudah dikeluarkan (tidak diperhitungkan lagi).

Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Konstan

2008 2009 2010r) 2011r) 2008 2009 2010r) 2011*)

10.420,82 10.860,53 12.475,53 13.464,88 4.514,29 4.591,60 4.792,16 4.960,37

4.Listrik, Gas dan

Air Minum

1.142,92 1.244,80 1.415,44 1.579,11 442,54 464,92 497,66 519,21

5.Bangunan 6.233,09 1.244,80 8.149,94 9.830,52 3.463,84 3.748,68 4.005,47 4,308,77

6.Perdagangan,

Hotel dan Restoran

16.917,47 6.927,19 22.423,01 24.263,41 8.134,82 8.824,16 9.584,51 10.449,37

7.Pengangkutan

dan Komunikasi

12.456,64 19.502,96 15.786.83 17.804,02 6.287,38 6.866,78 7.346,13 7.914,57

8.Keuangan,

Persewaan dan Jasa Perusahaan

9.547,49 10.062,91 11.893,13 14.142,26 4.586,68 4.720,84 5.133,72 5.599,3

9.Jasa-Jasa 6.7118,76 7.750,09 8.933,95 10.182,88 2.155,11 3.446,55 3.690,69 4.302,12

(55)

b. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan gabungan laju pertumbuhan dari berbagai sektor ekonomi yang menggambarkan tingkat perkembangan ekonomi yang terjadi.

(56)

Tabel 4.3

Laju Pertumbuhan PDRB Kota Medan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2008-2011

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran

5,60 8,47 8,62 9,04 8,91 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8,15 9,22 6,98 7,74 9,04 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

Sumber BPS Kota Medan, 2011

Hampir semua sektor mengalami percepatan pertumbuhan di tahun 2011, hanya satu sektor yang mengalami perlambatan pertumbuhan yakni sektor Pertambangan dan Penggalian, yaitu sebesar 0,60 persen.

c. Rencana dan Realisasi Investasi di Pemerintah Kota Medan

(57)

PDRB per kapita dapat digunakan sebagai perkiraan kasar untuk menggambarkan tingkat kemakmuran penduduk di Kota Medan.

(58)

Tabel 4.4

Rencana dan Realisasi Investasi di Pemerintah Kota Medan 2009-2011 (milyar rupiah)

No Sektor Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011

Rancana Realisasi Rancana Realisasi Rencana Realisasi

1 Perkebunan 4.508,11 2.214,50 4.885,94 2.408,87 2.213,14 2.708,99

2 Tanaman Pangan - - -

3 Kehutanan 609,48 573.41 597.19 573.41 597.19 573.41

4

Industri

Perkayuan 2.774,46 1.124,39 2.772,95 1.158,09 2.772,95 1.158,09

5 Industri Kimia 505,69 221,20 443,07 286,68 443,07 286,68

Jumlah 9.191.901,24 8.534.189,37 10.240.754,83 8.788.966,51 11.074.963,80 9.128.009,86

Sumber: Badan Pusat Statistik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (2012)

d. Peluang Investasi

(59)

domestik. Sedangkan pada perekonomian terbuka sumber dana dapat diperoleh melalui dana dari luar wilayah.

Pertumbuhan produksi pada dasarnya dipengaruhi oleh perkembangan faktor-faktor produksinya. Salah satu faktor produksi tersebut adalah modal (investasi). Banyak studi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah erat kaitannya dengan tingkat produktivitas penggunaan modal (investasi).

Sejak tahun 2001 penanaman modal (investasi) di Kota Medan secara berangsur-angsur mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti. Hal ini tidak saja didukung oleh faktor-faktor ekonomi yang dimiliki, tetapi didukung juga oleh faktor-faktor non ekonomi, sehingga menciptakan iklim dan lingkungan penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu ke waktu.

(60)

Sebagaimana diketahui, setelah masa krisis ekonomi pada akhir tahun 1997, iklim penanaman modal (Investasi) dikota Medan secara berangsur-angsur mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup berarti. Hal ini tidak saja didukung oleh letak geografis dan potensi demografis Kota Medan yang cukup strategis tetapi juga didukung juga oleh kebijakan-kebijakan yang bersahabat dengan pasar, sehingga menciptakan iklim dan lingkungan penanaman modal yang semakin kondusif dari waktu ke waktu.

Langkah-langkah proaktif dan inovasi yang ditempuh, dengan mengembangkan kemitraan strategis diantara sesama pelaku usaha dengan Pemerintah Kota, kenyataanya secara signifikan mampu menumbuhkan minat berinvestasi para pemilik modal untuk menanamkan modalnya di Kota Medan, diberbagai bidang lapangan usaha potensial. Hal ini juga tidak terlepas dari persepsi yang sama dari seluruh Stakeholders, tentang perlunya menarik investasi lebih besar untuk menggerakkan roda perekonomian dalam volume yang lebih besar di Kota Medan, sehingga mampu menciptakan lapangan kerja lebih banyak, sekaligus memperbaiki tingkat pendapatan masyarakat.

Perkembangan positif penanaman modal sampai tahun 2004 dapat dilihat dari perkiraan investasi di berbagai sektor lapangan usaha, baik yang berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA), disamping sektor Pemerintah dan Rumah Tangga.

(61)

2000–2004 cendrung cukup masif. Lapangan usaha utama yang menjadi tujuan utama berinvestasi adalah sektor perdagangan, listrik, gas dan air, bangunan, industri dan angkutan.

Berbagai variabel penting yang cukup berpengaruh terhadap minat berinvestasi di Kota Medan adalah kondisi keamanan dan ketertiban umum serta stabilitas politik, harga berbagai faktor produksi, suku bunga dan lain-lain.

Permasalahan utama yang timbul dalam bidang investasi adalah persepsi tentang lama dan panjangnya prosedur perijinan investasi kondisi ini tidak saja berlaku di daerah, tetapi juga ditingkat nasional. Prosedur yang panjang dan berbelit tidak hanya mengakibatkan ekonomi biaya tinggi, tetapi juga menghilangkan peluang usaha yang seharusnya dapat dimanfaatkan, baik untuk kepentingan perusahaan maupun kepentingan daerah, seperti dalam bentuk penciptaan lapangan kerja.

Kurangnya promosi investasi (penanaman modal) baik dalam konteks regional, nasional dan internasional, juga menjadi salah satu permasalahan dalam pengembangan investasi di Kota Medan.

(62)

daerah (PERDA) lebih didorong oleh keinginan untuk menaikkan PAD secara berlebihan, yang dikuatirkan dapat merugikan pembangunan kota.

Kurang menggairahkan iklim investasi, juga disebabkan oleh keterbatasan daya saing produksi (Supply Side) dan kapasitas dari sistem dan jaringan infrastruktur. Keterbatasan kapasitas infrastruktur, berpengaruh pada peningkatan biaya distribusi, yang pada gilirannya justru memperburuk daya saing produk-produk yang dihasilkan.

Sasaran yang ingin dicapai dari peningkatan investasi di kota medan adalah terwujudnya iklim investasi yang sehat dengan reformasi kelembagaan ekonomi di berbagai tingkatan pemerintah, yang mampu mengurangi praktik ekonomi tinggi. Sasaran khusus yang ingin di capai mencakup:Jumlah investasi rata-rata sebesar Rp. 10,95 Triliyun pertahun sampai tahun 2010 :

1) Terwujudnya kota medan sebagai tujuan investasi yang kondusif dan menguntungkan;

2) Terwujudnya pelayanan perizinan investasi yang baik, mudah, cepat dan transparan terhadap para investor , baik dari dalam negeri maupun luar negeri;

3) Terwujudnya kepastian hukum, insentif berinvestasi serta system pelayanan satu atap dibidang investasi di Kota Medan.

Dalam rangka mewujudkan sasaran diatas, arah kebijakan bagi menciptakan iklim investasi yang sehat sebagai berikut :

(63)

2) Memberikan pelayanan yang baik, mudah, sederhana, cepat dan transparan dalam perizinan investasi;

3) Membangun sitem informasi dan promosi investasi yang efektif, dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan promosi bersekala luas dalam upaya menarik minat investor;

4) Meningkatkan koordinasi dan kerjasama promosi investasi antarah tingkatan pemerintah, antara pemerintah dengan dunia usaha dan masyarakat;

5) Mewujudkan iklim penanaman modal yang kondusif, khususnya melalui peningkatan penyediaan infrastruktur ekonomi yang meningkatkan efisiensi berusaha bagi investor, disamping jaminan kepastian berusaha. 4.2. Hasil Evaluasi dan Interpretasi Data

Analisis pembahasan ini dimaksud untuk mengetahui korelasi antara kedua variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang dibuat, penulis mengajukan dalam bentuk analisis matematik apakah peningkatan investasi dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah, tingkat upah dan PDRB. Seberapa jauh tingkat pencapaian data yang tersedia dalam pencapaian kebenaran akan dijelaskan dalam perhitungan serta pengujian terhadap masing-masing koefisien regresi yaitu uji F, uji-t yang diperoleh dengan menggunakan alat bantu komputer.

(64)

Tabel 4.5

Hasil Estimasi Pengeluaran Pemerintah (X1), Tingkat Upah (X2), dan PDRB

(X3) Terhadap Investasi

Y = - 4,427008 + 0,311556 X1 + 1,314385 X2+ 0,192637 X3

4.2.1. Uji Asumsi Klasik 1. Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah suatu kondisi dimana terdapat variabel independen diantara satu dengan lainnya.

Dalam penelitian ini tidak terdapat multikolinearitas diantara variabel-variabel independen. Hal ini dapat terlihat dari setiap koefisien masing-masing variabel sesuai dengan hipotesa yang telah ditentukan.

Dari model analisis:

Log Y = α + β1logX1+ β2logX2 + β3logX3 + µ...(1)

R2 = 0,990949

Maka dilakukan pengujian diantara masing-masing variabel independen, hal ini untuk melihat apakah ada hubungan antara masing-masing variabel independen.

a.Pengeluaran Pemerintah (X1) = f (X2,X3)

β1logX1= β2logX2 + β3logX3 + µ...(2)

Maka didapatkan R2 =0,96, artinya variabel tingkat upah (X2) dan PDRB

(X3) mampu memberi penjelasan sebesar 96% terhadap variabel Pengeluaran

(65)

Dari hasil R2 (persamaan 2) ini maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas diantara variabel-variabel independen, karena R2 (persamaan 2) lebih kecil dari R2 model analisis (persamaan 1).

b.Tingkat upah (X2) = f (X1,X3)

Β2logX2= β1logX1 + β3logX3 + µ...(3)

Maka didapatkan R2 =0,96, artinya variabel Pengeluaran pemerintah (X1)

dan tingkat upah (X2) mampu memberi penjelasan sebesar 96% terhadap variabel

PDRB (X3).

Dari hasil R2 (persamaan 3) ini maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas diantara variabel-variabel independen, karena R2 (persamaan 3) lebih kecil dari R2 model analisis (persamaan 1).

c.PDRB (X3) = f (X1,X2)

β3logX3= β1logX1 + β2logX2 + µ...(4)

Maka didapatkan R2 =0,10, artinya variabel Pengeluaran pemerintah (X1)

dan PDRB (X3) mampu memberi penjelasan sebesar 10% terhadap variabel

tingkat upah (X2).

Dari hasil R2 (persamaan 4) ini maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinearitas diantara variabel-variabel independen, karena R2 (persamaan 4) lebih kecil dari R2 model analisis (persamaan 1).

2. Autokorelasi / serial correlation Uji Durbin Watson (Uji D-W)

a.Hipotesa

H0: ρ = 0, artinya tidak ada autokorelasi

(66)

b.K = 3 dan n = 20

α = 1%

du = 1,41 4-du = 2,59 dl = 0,77 4-dl = 3,23 c.Kriteria

H0 diterima apabila du < DW < 4-du

Ha diterima apabila - DW < dl dan DW > 4- dl

d.Kesimpulan

Berdasarkan hasil regresi dapat diperoleh bahwa D-W = 1,49, berada pada posisi du < D-W < 4-du. Ini berarti tidak terdapat serial korelasi

pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%).

0 0,77 1,41 2 2,59 3,23 0 Gambar 4.1

Autokorelasi 4.2.2. Interpretasi Model Linier

Bentuk persamaan: Y = f (X1,X2,X3)

Bentuk umum regresi linier berganda yaitu:

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3 + µ

Autokorelasi (+) Autokorelasi (-)

inconclusive

H0

(67)

Berdasarkan hasil regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer Eviews 5.1 dapat diperoleh hasil estimasi sebagai berikut:

Y = -4,427008 + 0,311556X1 + 1,314385 X2 + 0,192637X3 + µ

Hasil estimasi diatas dapat menjelaskan pengaruh variabel independen yaitu pengeluaran pemerintah, tingkat upah dan PDRB, adalah sebagai berikut:

1. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran Pemerintah mempunyai pengaruh yang positip terhadap investasi dengan koefisien sebesar 0,311556. Artinya, apabila pengeluaran pemerintah mengalami peningkatan 10%, maka akan mengakibatkan investasi meningkat sebesar 3,11%. Hal ini sesuai dengan hipotesa yang menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan pengeluaran pemerintah maka investasi akan meningkat, cateris paribus.

2. Tingkat Upah

Tingkat Upah mempunyai pengaruh yang positip terhadap investasi dengan koefisien sebesar 1,314385. Artinya, apabila tingkat upah mengalami peningkatan 10%, maka akan mengakibatkan investasi meningkat sebesar 13,14%. Hal ini sesuai dengan hipotesa yang menyatakan bahwa apabila terjadi kenaikan upah maka investasi akan meningkat, cateris paribus.

3. PDRB

(68)

4.2.3 Uji Kesesuaian ( Test Of Goodness of Fit ) 1. Uji t-statistik (uji parsial)

Uji t-statistik ini dilakukan untuk menguji apakah variabel-variabel independen diatas secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

a. Variabel Pengeluaran pemerintah (X1)

Hipotesis : H0 : b1 = 0

Ha : b1≠ 0

Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif: H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel

Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

Jika nilai uji t-statistik bernilai negatif: H0 diterima apabila t-hitung > t-tabel

Ha diterima apabila t-hitung < t-tabel

Dari hasil analisis regresi diketahui t-hitung = 2,245475

α = 2%; df = n-k-1

n = 20; k = 3 df = 17

Maka t-tabel = 2,120

Ha diterima Ha diterima

H0 diterima

-1,120 0 +1,120 2,.245475

Gambar 4.2

(69)

Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa X1 signifikan pada α = 2%

dengan t-hitung > t-tabel (2,245 > 2,120). Dengan demikian Ha diterima. Artinya

variabel Pengeluaran Pemerintah (X1) berpengaruh nyata terhadap investasi pada tingkat kepercayaan 98% (α = 2%).

b. Variabel Tingkat upah Hipotesis : H0 : b1 = 0

Ha : b1≠ 0

Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif: H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel

Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

Jika nilai uji t-statistik bernilai negatif: H0 diterima apabila t-hitung > t-tabel

Ha diterima apabila t-hitung < t-tabel

Dari hasil analisis regresi diketahui t-hitung = 6,026278

α = 1%; df = n-k-1

n = 20; k = 3 df = 17

Maka t-tabel = 2,583

Ha diterima Ha diterima

H0 diterima

-2,583 0 +2,583 6,026278

Gambar 4.3

(70)

Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa X2 signifikan pada α = 1%

dengan t-hitung > t-tabel (6,026 > 2,583). Dengan demikian Ha diterima. Artinya

variabel tingkat upah (X2) berpengaruh nyata terhadap investasi pada tingkat kepercayaan 99% (α = 1%).

c. Variabel PDRB Hipotesis : H0 : b1 = 0

Ha : b1≠ 0

Kriteria: Jika nilai uji t-statistik bernilai positif: H0 diterima apabila t-hitung < t-tabel

Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

Jika nilai uji t-statistik bernilai negatif: H0 diterima apabila t-hitung > t-tabel

Ha diterima apabila t-hitung < t-tabel

Dari hasil analisis regresi diketahui t-hitung = 2,463693

α = 2%; df = n-k-1

n = 20; k = 3 df = 16

Maka t-tabel = 2,120

Ha diterima Ha diterima

H0 diterima

-2,120 0 +2,120 2,463693

Gambar 4.3

Gambar

Gambar 2.1
Gambar 3.1 Multikolinearity
Tabel 4.1
Tabel 4.2 PDRB Kota Medan Menurut Lapangan Usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mentor Muda adalah mentee yang sudah mengikuti Training Of Mentor (TOM). Mentor Madya adalah mentor muda yang telah menjadi mentor selama 3 semester dan menjadi

Sebagai contoh, radiasi gamma dengan dosis 2 Sv (200 rem) yang diberikan pada seluruh tubuh dalam waktu 30 menit akan menyebabkan pusing dan muntah-muntah pada beberapa persen

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa jenis pertanyaan yang digunakan guru pada proses pembelajaran matematika yaitu 1) Jenis pertanyaan pemikiran pada level

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa: (1) Terdapat pengaruh positif yang signifikan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar matematika;(2)

Sensor suhu adalah alat yang mengumpulkan data mengenai suhu dari satu sumber dan menukarkannya kepada bentuk yang boleh difahami samaada oleh pemerhati atau peranti lain.. Sensor

TARİH Etiyolojik HEMŞİRELİK TRANISI PLANLAMA UYGULAMA (-dı, -di)

a. Periksa urine pasien di awal terapi untuk tujuan diagnostik yaitu untuk memastikan apakah pasien pernah atau tidak menggunakan opiat atau zat adiktif lain sebelumnya. Tahap