• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan sikap berbusana muslimah dengan konsep diri sebagai muslimah SMA negeri 33 cengakareng Jakarta barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan sikap berbusana muslimah dengan konsep diri sebagai muslimah SMA negeri 33 cengakareng Jakarta barat"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

ULFAH NURKOMALA SARI NIM: 0011017819

Jurusan .Pendidikan Agama Islam

Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan

U IN Sya rif Hidayatullah

Jakarta

(2)

JAKARTA BARAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

ULFAH NURKOJ\1ALA SARI

Dra. D'u aida'tul Muuawarah M. A

NIP:

150228871

Jurusan Pendidikan Agama lslallll

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegur111an

IUN Syarif Hidayatullan

Jakarta

(3)

DENGAN )NSEP DIRI SEBAGAI MUSLIMAH SIS\Vl' ウセイa@ NEGER1 33 CENGKA NG JAKARTA BARAT" telah diujikan dalarn sidang Munaqasah

Fakultas II Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta pac mggal pada tanggal 21 Februari 2005.

Skr i ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar

Sarjana Pn tm Strata 1 (S 1) pada Jurusan Pendidikan Agama lslam.

Jakarta, 21 Februari 2005

Sidang .Munaqasyah

Dekan/ KetuaM

Prof. Dr. l NIP. 150 0

Penguji I,

セaョァァッエ。@

\

t ) /

falman Harun 558

\

セ@

セMMM]MM

Dra. Hj. セ@ aini Ahmad, M.Fil NIP. 150 セ@ 581

Anggota

Pembantu Dekim I I

Sekretaris Mernngkap Anggota

P nguji II,

(4)

Puji 1kur yang tak terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan ufiq dan HidayahNya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Shah t serta Salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta kelm l dan sahabatnya, yang telah membimbing ummat dari jalan yang sesat menuju jalan auh cahaya dan keselamatan dunia akhirat.

Dalar enulisan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi, baik teknis n pun teori. Namun berkat kesungguhan hati disertai rasa tanggung jawab demi tersele セ。イ。ョケ。@ tugas dan pengabdian serta karunia dan pertolonganNya, alhamdulillal ripsi ini dapat terselesaikan.

Seles: ra skripsi ini tak luput dari bantuan semua pihak, baik moril maupun materil, yang ak mampu penulis lupakan jasa dan pengorbanan mereka. Semoga Allah membalas se a kebaikan dengan limpahan rahmatNya. Akhirrtya dengan penuh rasa syukur dan h tulus, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sedalam-'

dalamnya dai mghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

(5)

bimbing: pengarahan dan saran-saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis s :saikan.

3. Bapak R or UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Prof. DR. Azyumardi Azra, Bapak d n Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurnan Bapak Prof. Dr. H Salman Harun, d Bapak ketua jurusan Pendidikan Agama Islam Rapak Drs. Abdul Fatah Wibisonc :.A

4. Ibu Dra. Siti Salmiah sebagai dosen penasehat akademik.

5. Para bap: lan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang telah mendidik dan mem ikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis yang tidak temilai harganya. 6. Bapak k< )a perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Kegurnan beserta staff,

Bapak ki la perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah beserta staff, Bapak kepala p1 1stakaan umu Iman Jma' beserta staff, dan Bapak kepala perpustakaan UNJ Rav tangun beserta staff. Yang telah rnemberikan pelayanan kepada penulis, sehingga lu!is dapat ュ・ョケ・ャ・ウ。ゥォセョ@ skripsi ini.

7. Bapak k

la

sekolah SMA Negeri 33 Cengkareng Jakarta Barat, yang telah mengizin ! penulis untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pirnpin. 8. Bapak ォセ@ [a TU sekolah SMA Negeri 33 Cengkareng Jakarta Barat, yang telah

banyak rr :bantu penulis dalam melakukan penelitian.

(6)

penulis ba lmteril maupun moril.

11. Qiqi dan . \ki serta ponakan-ponakan penulis yang lucu-luc:u, yang telah menjadi obat bagi J enatan yang penulis alami, yang senantiasa menghibur penulis.

12. Teman-ter : kelas D angkatan 2000, Muryati dan Nuryati yang banyak membantu dan menja eman seperjuangan disaat-saat penulisan skripsi ini.

(7)

KATA PEN

DAFTARn

DAFTART

BARI p

A

B

c

D

BAB II I\

A

,NTAR ... .

lV

EL. ... . Vl

DAHULUAN ... .

,atar Belakang ... .

'embatasan dan Perumusan Masai ah ... ... ... ... 7

ifetodologi Penelitian ... ... ... ... ... ... 8

istematika Penulisan ... .. .. ... ... ... ... ... 9

JAN TEORITlS ... ... ... 11

ikap dan Fah.-tor-faktor Pembentukan Sikap... ... 11

Pengertian Sikap dan Komponen Sikap... 11

Pengertian dan Kriteria Busana Muslimah ... ... .. 20

Busana Muslimah dalam Perspektif Islam ... 22

Busana Muslimah Sebagai Trend Mode dan Busana Taqwa.. 23

Busana Muslimah Sebagai Nilai Ekspresif dari Sikap Hidup Wanita Islam.... ... 26

B -Onsep Diri Sebagai Muslimah ... .. 29

Pengertian dan Unsur-unsur Pembentuk Konsep Diri ... 30

Pertumbuhan dan Perkembangan Konsep Diri ... ... 33

Islam Sebagai Sistem Nilai dalam Pembentukan Konsep Diri ... ... 35

(8)

BAB III

BAB IV

c

]\-A

B

c

D

E

F.

H

A B

·engajuan Hipotesis ... . . ... 42

rODOLOGI PENELITIAN ... ... 43

Jjuan dan Tempat Penelitian ... ... 43

fotodologi Penelitian ... 43

'ariabel, lndikator dan Definisi Operasional ... ... 44

セォョゥォ@ Pengambilan Sampel ... 45

eknijk Pengumpulan Data ... ... ... ... 46

'eknik Analisis Data .. . . . .. . . . .. . . .. . . .. . . .. . .. . . .. . . 4 7 IL PENELITL<\.N .. . . .. .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. . . .. 51

·ambaran Um um Sekolah . .. .. ... ... ... ... 51

engolahan Data... 58

Deskrifsi Data... 59

Perhitungan kッイ・ャ。セゥG@ ... ... 71

C 1terpretasi Data . . . ... . .. . . . .. . . ... . .. . . . .. .. . .. . ... . . 80

BAB V P UTUP .... ... ... .. .. ... ... ... ... .... ... ... ... .. 81

A セウゥューオャ。ョ@ ... . .... ··· ... 81

B >ran-saran . . . 81

DAFTARPl rAKA ... 83

(9)

16. Tabel I )istribusi Frekuensi Konsep Diri

Sebaga uslimah Aspek Diri Sosial ... ... ... ... ... 70

17. Tabel I lilai Mentah (Row Score) Sikap Berbusana Muslimah

dan Ko p Diri Sebagai Muslimah ... 72

18. Tabel I filai Rata-rata Sikap Berbusana Muslimah

dan Ko p Diri Sebagai Muslimah ... 74

I 9. Tabel 1 rfenunjukkan Koefisien Korelasi Product Moment antara

Sikap E 1usana Muslimah dengan Konsep Diri Sebagai Muslimah 77

(10)

I. Tabel ] i-kisi Sikap Berbusana Muslimah ... 46

2. Tabel 2; i-kisi Konsep Diri Sebagai Muslimah ··· 47

3. Tabel 3 ' ' dan Misi SMA Negeri 33 Cengkareng ··· 51

4. Tabel 4 セ@ Ina dan Prasarana Sekolah SMA Negeri 33 Cengkareng ... 52

5. Tabel 5 J llah Guru Berdasarkan Pendidik Terakhir dan Kedudukan Guru ... ... 55

6. Tabel 6 J lah Guru berdasarkan Bidang Studi Mata Pelajaran ... 56

7. Tabel 7 J .Jah Siswa SMA Negeri 33 Cengkareng ... ... 57

8. Tabel 8 I l Karyawan Dilihat dari Latar Belakang Pendidikan danKedi kannya ... 58

9. Tabel 9 I ribusi Frekuensi Sikap Berbusana Muslimah Aspek Kognisi ... . 60

10. Tabel 10 ;tribusi Frekuensi Sikap Berbusana Muslimah Aspek Afektif ... 62

11. Tabel 11 itribusi Frekuensi Sikap Berbusana Muslimah Aspek Konasi 63 12. Tabel 12 itribusi Frejuensi Konsep Diri Sebagai セ@ ilimah Aspek Diri Fisik ... .. ... ... 65

13: Tabel 13 :tribusi Frekuensi Konsep Diri s・「。ァ。ゥセ@ ilimah Aspek Diri Etik Moral ... . 66

14. Tabel 14 :tribusi Frekuensi Konsep Diri Sebagai セ@ limah Aspek Diri Keluarga ... 67

(11)

A. Latar I akang

Su2 ha! yang patut disyukuri sejak zaman orde barn yang lalu ialah

timbulnya Janggaan para ibu dan wanita Indonesia pada umurnnya memakai

pakaian m .mah atau apa yang populer dengan sebutan 'jilbab'.1 Karena sekitar

tahun 60-i orang akan merasa rnalu atau gengsi jika hams memperlmliukan

kelslarnam . walau hanya sekedar mengucapkan salam. la akan merasa ·tercap'

kolot, kam: gan bahkan norak.

Pac :aman orde lama dahulu wanita yang memakai jilbab dianggap kolot,

terbelakani an tidak modern. Karena itu mereka merasa lebih bergengsi dan

terhormat 1 • tidak memakai pakaian muslimah. Oleh karena itu pakaian muslimah

jarang seka セイー。ォ。ゥL@ kecuali untuk pergi beribadah seperti sholat ke masjid atau hari raya kelapl m dan takziah

Ke1 lian pada sekitar tahun 70-an Islam mulai terakui. Umat Islam mulai

berani me erlihatkan jati dirinya sebagai muslim. Dan ditahun 80-an mulai

maraknya : gajian-pengajian majlis ta'lim di lembaga-lembaga pemerintahan. Dan

dimulainya ga program 'haji bagi pejabat'. Sehingga seolah belum syah bagi

seorang pe_ it apabila belum pergi haji.

1

(12)

Ba sekitar tahun 90-an, busana muslimah atau jilbab mulai menjadi

ォ・「。ョァァ。セ@ bagi para wanita di Indonesia. Mereka merasa lebih terhormat dan berwibawi ka memakainya. Maka mulailah terbit buku-buku tentang jilbab atau

busana mt inah.

Na n sayangnya semakin banyak orang yang memuliakan jilbab, semakin

banyak pu )rang yang merusak kesucian jilbab. Hal ini tercennin dari banyaknya

orang yan nenyembunyikan keburukan dirinya dengan memakai jilbab. Bahkan

sekarang )at kita jumpai seorang wanita penghibur yang memakai jlbab.

Timbulny: !nomena ini menyebabkan muncul persepsi bahwa jilbab bukanlah ha!

yang menJ in kalau si pemakai adalah wanita baik-baik. Sehingga tak jarang wanita

berjilbab J セ@ digoda oleh laki-Iaki jahil.

011 karena itu penting bagi terbinanya akhlak wanita khususnya muslimah. Pembinaai epribadian dan akhlak dapat dimulai dari lingkungan keluarga dan

sekolah, d an membentuk konsep diri yang sesuai dengan ajaran agama.

'

Se :i kegiatan berbusana muslimah yang terjadi dilingkungan SMA Negeri

33 Cengk< tg, meski sekolah tersebut saingat heterogen, ter!ihat dari siswanya yang

terdiri dar :rmacam-macam agama, status sosial dan ekonomi. Selain itu letaknya

yang cuku awan, karena berada di dekat pusat keramaian (pasar). Tetapi banyak

juga dian I siswinya yang berbusana muslimah. Terlebih setelah ditetapkan

peraturan u, yaitu pada hari tertentu (yaitu jum'at) seluruh siswi yang beragama

Islam wa berbusana muslimah. Ditambah dengan kegiatan rohis yang cukup

(13)

Pem mn kepribadian dan akhlak siswa merupakan rnasalah yang sangat

penting dir 1atikan oleh pendidikan. Pendidikan disekolali. menekankan pada

manusia In 1esia seutuhnya, yaitu menghendaki terwujudnya manusia-manusia

yang dapat up dalam pola keseimbangan, keserasian dan keselarasan

hubungan-hubungan ai a:

a. Pribadi c gan Tuhannya

b. Pribadi < gan masyarakatnya

C. Pribadi c gan sekitamya

d. Pribadi < gan dirinya sendiri2

Kese asan hubungan-hubungan diatas tentunya adalah faktor yang penting

dalam pros< Jerkembangan kepribadiaan. Kepribadian muslim dapat dilihat dari

kepribadian mg perorang (individu) dan kepribadian dalam kelompok masyarakat

(ummat). Kc badian individu meliputi ciri khas seseorang dalam sikap dan tingkah

laku, serta k ampuan intelektual yang dimilikinya. '

Mak 'alaupun sebagai individu masing-masing kepribadian berbeda, tetapi

dalam peml tukan kepribadian muslim sebagai ummat perbedaan itu dipadukan.

Dan ha! itu imungkinkan karena baik pembentukan kepribadian secara individu

maupun seb .i ummat diwujudkan dari dasar dan tujuan yang sama. Sumber yang

menjadi 、。セ@ dan tujuannya adalah ajaran wahyu. Dasar pembentukan adalah Al

2

l-I. 1 rifin, Pedoma11 I>e/aksa11aa11 Bimbinga11 da11 }Jen;:11Juha11 .Aga1na, (Jakarta: Golden

(14)

Qur'an dan lits, sedangkan tujuan yang akan dicapai adalah rnenjadi pengabdi

Allah yang s• 3

Ke pr dian secara utuh hanya rnungkin dibentuk rnelalui pengaruh

lingkungan, . 'susnya pendidikan. Adapun sasaran yang dituju dalam pembentukan

kepribadian adalah kepribadian yang rnerniliki akhlak yang mulia. Dan tingkat

kemulian a ak erat kaitannya dengan tingkat keimanan. Sebab Nabi

mengemukai

rnukrnin yan

kepribadian

yaitu irnan

c

konsep akhl:

dengan sikap

Kuali

dengan kom

dirinya. Kon

manusia. Da

tetapi juga rn

Didur

dan B。ャゥ・ョ。セ@

menarnpilkar

3

Jalalu. Persada, 1996 ),

"Orang mukmin yang paling sempuma imannya, adalah orang

ialing baik akhlaknya", yang juga merupakan tujuan pembentukan

slim. Disini ada dua sisi dalam pernbentukan kepribadian rnuslirn

akhlak. Iman seseorang berkaitan dengan akhlaknya. Iman sebagai

dan aK:hlak adalah implikasi dari konsep itu dalam hubungannya

1 perilaku sehari-hari.

individu tercerrnin dari penampilannya dengan earn penyesuaian diri

orang lain dilingkungimnya dan sangat ditentukan oleh konsep

'

diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam kepribadian

l berinteraksi dengan orang lain, rnanusia tak saja menjadi subjek

adi objek persepsi sekaligus.

modem, banyak wanita khususnya remaja mengalami !crisis identitas

(keterasingan dari dirinya). Mereka mencari identitas dengan

akaian-pakaian yang diharapkan dapat rnelarnbangkan status dan

Filsqfat Pe11didika11 Jslam; Konsep da11 Pemikira1111ya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

(15)

identitasny1 ada zaman kontemporer ini, tidak jarang wanita mengalami guncangan

citra diri

i

rurbance of self image )4.mereka mencoba mengekspresikan dirinya dengan mo pakaian yang cendnmg "primitif', yang semula dianggapnya mampu

mengangka mengexistensikan dirinya, tapi justru akan mengakibatkan erosi

terhadap cit tewanitaannya.

Mm !nya tigur wanita-wanita trendy dengan gaya pakaian dan dandanan

yang esentr membuat para remaja merubah penampilan mereka untuk mengikuti

gaya dan de yang sedang digandrungi rersebut. Akibatnya mereka terjebak

didalam del セョウゥ@ moral yang sudah menipu mereka didalam mengekpresikan diri.

Nan didalam Islam ada etika bagi seorang gadis yang 1telah memasuki masa

haid, terutl 1 pemanpilannya dimuka umum, yaitu kewajiban untuk menutup

auratnya de n mengenakan ')ilbab" atau busana muslimah.

Dalam Al

C

an Allah bertirman;

"Ha isteri-isteri tuhuh mere mereka tic Penyayang'

4Jalal

' Def

!995), ha!. 67!

,

. ·...u

' }

(.):!

-},,,. " / / / .... .... 0 0 "' / /

(" q

Iセセ@

ャセケゥsM

.till

c:>LS'j

[[Nセェ[@

)IJ

Jfi

0i

jセゥ@

2.-lh

, ,

abi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu, dan

!mg mukmin; Hendaklah meeka mengulurkan .filbabnya keseluruh

yang demikian itu supaya mereka !ebih mudah dikenal, karena flu diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun !agi Maha

Rahmat, Islam Altematif, (Bandung: Mizan, 1986), ha!. 140

(16)

Kala: iita telaah mengenai perintah-perintah Allah kepada makhluknya,

bahwasanya .balik perintahnya itu ada makna yang terkandung didalamnya.

Begitupun < gan hukum syari'at mengenai perintah berjilbab atau berbusana

muslimah it ntara lain bersifat preventif, mencegah agar wanita tidak dilakukan

semena-men :lemi mencegah segala yang menjurus kepada kerusakan moral dan

tindakan m< fai akhlak. Hukum menutup aurat adalah untuk membendung agar

tidak エ・セェ。、Q@ ergaulan bebas, tanpa mengurangi hak dan kewajibannya sebagai

wanita, sehi1 a wanita juga dapat berperan sesuai kodratnya.

Mum 1ya trend jilbab pada masa kini ternyata memberi pengaruh bagi

motivasi ren 1 muslim, untuk mngenakan busana muslimah. Namun masih banyak

remaJa yani elum menyadari atau memahami tujuan dari pemakaian busana

muslimah. セ@ eka mengenakan busana muslimah, tetapi tidak memenuhi standar busana mus! ih. Bahkan terkadang perilaku mereka pun cenderung bertentangan

dengan peril i muslimah. Walaupun: tak sedikit yang berbusana muslimah yang

faham akan 1gsi busana yang mereka pakai, sehingga mereka konsisten didalam

ー・ュ。ォ。ゥ。ョョセ@

Morn .s atau tingkah laku bagi manusia sangatlah mempunyai arti penting,

khususnya t seorang muslimah yang mengenakan busana muslimah. Setiap

perbuatanny1 can selalu menjadi perhatian orang lain. Karena itulah penting bagi

muslimah u k membentuk kepribadian atau konsep diri yang sesuai dengan

busananya d harapan masyarakat, sehingga tidak timbul konflik dalam dirinya

(17)

Dalai penelitian ini, penulis mengkhususkan pengkajian pada remaJa

muslimah, n 1gingat masa remaja merupakan sumber perkembangan konsep diri6•

Masa remaj .tdalah masa transisi yang penuh ketegangan dan konflik. Tidak

terkecuali セ@ flik terhadap nilai-nilai agama. Oleh karena itu penulis ingin

mengetahui tkah ada hubungan yang positif antara sikap pemakaian busana

muslimah d セ。ョ@ konsep diri dikalangan para siswi, khususnya konsep diri

muslimah.

B. Pcmbat n dan Pcrumusan Masalah

1. Peml tsan Masalah

'Ii kemungkinan masalah yang timbul, penulis memilih permasalahan

tenta1 hubungan antara sikap terhadap pemakaian busana muslimah dan

kons< jili siswi. Untuk mengkaji masalah tersebut, penulis merasa perlu

meml tsi permasalahan dan menjelaskan definisi opeasionalnya sebagai

berik

a. Sil berbusana muslimah ·

Pe :rtian sikap yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu kesediaan atau

ke セ。ョ@ terhadap suatu nilai atau kegiatan berbusana muslimah. Dalam

pe itian ini mengkaji tiga aspek yaitu kognisi, afeksi dan konasi.

b. K< !p diri

Kc :p dili ini yang dimaksud dalam penelitian adalah kesadaran siswi sel ai muslimah untuk memberikan pendapat, pandangan atau penilaian

6

(18)

ter lap konsep dirinya yang memberikan keyakinan akan kemampuan

da 1 membuat perubahan dan menghadapi tangtangan hidup.

c. Po asi yang diteliti adalah siswi dari sekolah yang tidak menerapkan

pe 1ran berbusana muslimah kedalam tata terti sekolah mereka. Yaitu

sis SMA Negeri 33 Cengkareng Jakarta Barat

2. Perm ;an Masalah

sebag

Bag a

Kons•

Jakm

C. Metode I

Untul

penulis men1

I. Penelitim

Melalui l

tulisan iii

2. Penelitiai

Penelitia·

Iangsung

yang vali

rdasarkan pembatasan masalah, maka masalah dapat dirumuskan

ierikut:

Ina Hubungan Antara Sikap Berbusana Muslimah dengan

Diri Sebagai Muslimah Pada Siswi SMA n・ァセイゥ@ 33 Cengkareng

Barat Tahun Ajaran 2004/ 2005

1bahasan

)emperoleh data-data guna membahas permasalahan dalam skripsi,

セ。ォ。ョ@ metode penelitian sebagai berikut:

セーオウエ。ォ。。ョ@ (Library Research)

elitian kepustakaan ini penulis berusaha mengkaji buku-buku serta

h

yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

pangan (Field Research)

'ni dilakukan dengan cara pengumpulan data melalui pengamatan

Iapangan, karena dalam penelitian ini memerlukan data dan fakta

(19)

Untu memperoleh data-data lapangan 1m penulis menggunakan teknik

pengumpula ata sebagai berikut:

1. Observa: yakni mendatangi objek dimaksud yang meliputi keadaan gedung,

sarana & セウ。イ。ョ。L@ struktur organisasi, dan kegiatan belajar mengajar

2. Angket, mi memberikan daftar pertanyaan kepada responden dalam ha! ini

stsw1 ya berbusana muslimah, mengenai sikap berbusana muslimah dengan

konsep d muslimah.

D. Sistema1 Penulisan

Untu mendapatkan gambaran tentang 1s1 skripsi, penulis akan

mengemukal beberapa pokok pemikiran yang melatar belakangi lahimya

masing-masing bab, am rangka pemecahan masalah pokok.

Bab I

Bab II pe

pe

A< th pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

atasan dan perumusan masalah, metode penelitian dan sistematika

isan.

M

ウゥセ@

pe

bu

Se

pe

ko

ke

Jahas tentang kajian teoritis yang meliputi penge:rtian dan komponen

pengertian dan kriteria busana muslimah, busana muslimah dalam

:ktif Islam, busana muslimah sebagai mode dan busana taqwa,

.a muslimah sebagai nialai ekspresif dari sikap hidup wanita Islam.

pengertian dan unsur pembentuk konsep diri, pembentukan dan

mbangan konsep diri, Islam sebagai sisitem nilai dalam pembentukan

p diri, dan upaya membentuk konsep diri sebagai muslimah,

[image:19.595.51.476.0.717.2]
(20)

Ba_b Ill Mt uraikan tentang metodologi penelitian yang meliputi tujuan dan

ter t penelitian, variabel, indikator dan definisi operasiona!, teknik

pe1 inbilan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV Pei asan mengenai hasil penelitian yang mencakup deskripsi data yang

ten dari gambaran um urn sekolah dan, analisis data Clan interpretasi data.

(21)

A. Sikap di !'aktor-faktor Pembentuk Sikap

1. Pengc an dan Komponen Silrnp

a. Pe :rtian

Kata tp dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan

dan sebagain )'ang berdasarkan pada pendirian, pendapat atau keyakinan. 1 Sedang

dalam kamw :ikologi 'sikap' atau attitude menurut definisi sederhana yaitu suatu

kecenderungi mtuk bertingkah laku atau berfikir didalam suatu cara tertentu. 2

Dalan lrti sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental.

Seperti kebar セ。ョ@ istilah-istilah abstrak lainnya, sikap mempunyai pengertian yang bermacam-m m. Dalam bahasa Inggris, sikap dinyatakan dengan istilah "altitude"

dan ini berasi ari bahasa latin yaitu "aptus" yang berarti keadaan siap secara mental

yang bersifat 1yektif untuk melakukan kegiatan.

Secan 'storis istilah 'sikap' (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert

Spencer dital 1862 yang pada saat itu diartikan olehnya sebagai status mental

seseorang (; :n, Guy, Edgly, 1980).1 Kemudian pada tahun 1888 Lange

1

Tin1 ! rusun Kan1us Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Ka11111s Besar Bahasa

Indonesia, (Jaka Balai Pustaka, 1988), cet. I, ha!. 8380

2

A. Bu 'djo, Kamus Psikologi, (Semarang: Dahara Prize, 1991 ), cet. 2, ha!. 42

3

Saifui Anvar, S'ikafJ Ma1111.•iia l'eori dan [>e11g11J..-ura1111¥va, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

1995), hal. 3

(22)

menggunaki istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respon untuk

menggamba n kesiapan subyek dalam menghadapi stimulus yang datang tiba-tiba.

Jadi menun stilah Lange, sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata,

melainkan n cakup pula aspek respon fisik.

Sika1 anusia telah didefinisikan dalam berbagai versi oleh para ahli. Berikut

definisi sika ,enurut beberapa ahli:

Definisi sika ang dikemukakan oleh Gordon Allport;

"An itude is a mental and neural state of readiness, organized through

expenence, 1 rting a directive or dynamic influence upon the individual's respone to

all objects i situation with wich it is related". (Sikap adalah keadaan kesiapan

mental dan .sunan saraf, yang mempengaruhi yang dinamis terhadap respon

individu 。エ。セ@ mua obyek atau situasi yang berhubungan).4

La Pierre (IS dalam Allen, Guy & Edgly 1980) '

Mern nisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan

antisipatit:

r

lisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara

sederhana sii adalah respon terhadap stimulasi sosial yang telah terkondisikan.

Sec01 & Backman ( 1964 ), misalnya mendefinisikan sikap sebagai

keteraturan t セョエオ@ dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposisi tindakan (ko: i) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya.5

4

Abrc bd. Rahman, Psikologi Pendidikan, (Y ogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1998), cet. 4,

ha!. 108

5 Sa'1fu

(23)

Kemudian I H.M Alisuf Sabri. Dalam bukunya mengemukakan;

Sika iartikan sebagai suatu kecenderungan untuk mernaksi terhadap suatu

ha!, orang a · benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh. Kecenderungan

mereaksi at sikap seseorang terhadap sesuatu ha!, orang a tau benda dengan

demikian b tiga kemungkinan, yaitu suka ( menerima/scnang), tidak suka

(menolak/tic $enang) dan sikap acuh tak acuh.6

DefiI ini senada dengan Bruno; Sikap (attitude) adalah kecenderungan

yang relatif: セ・エ。ー@ untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang terter

Berbi

suatu kerang

1. Sikap 2. Dapat

3. Memi

dalam ar:

Jadi

pengertian y<

kecenderung

obyek, ide, s

6 Alis

Pedoman Ilmu .

7

Muh Rosdakarya, 20

dengan para ahli yang lain, Prof Dr. Mar'at membahas sikap dalam

teoritis:

1at merupakan suatu kondisioning, dan dibentuk.

bul konflik dalam memiliki kesediaan bertindak.

. fungsi, yang berarti bahwa sikap mempunyai fungsi bagi manusia

indakannya.

:ap adalah konsisten dengan komponen kognisi. Dari berbagai

dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulakan bahwa sikap adalah

I

bertindak, berfikir, berpersepsi dan memilih dalam menghadapi

1si, atau nilai. Lebih jelasnya bahwa sikap merupakan kesiapan untuk

Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan K11rik11/11m Nasional, (Jakarta; CV.

: 1996 ), cet. 2, ha! 83

n Syah, Psikologi Pendidikan de11ga11 Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja

(24)

bereaksi terl 'tp obyek sebagai penghayatan terhadap obyek tersebut. Proses ini

sifatnya tert1 > yang menjadi dasar pembentukan tindakan, yang akhimya bersifat

terbuka_ Jnil2 ang disebut tingkah laku.

b. K< mnen Sikap

Deng melihat adanya satu kesatuan dan hubungan yang selaras antara sikap

dan tingkah I t, maka kita harus meninjau sikap sebagai suatu sistem yang memiliki

berbagai kon nen. Menurut skema triodik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen

yang saling n tmJang, yaitu: . - 8

a. Kompon< tognitif

Adalah n tpakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap.

Kepercay datang dari apa yang telah kita lihat atau apa yang telah kita ketahui.

Berdasarl apa yang telah kita ketahui itu kemudian terbentuk suatu ide atau

gagasan r 1genai sifat atau karakteristik umum suatu obyek. Sekali kepercayaan

terbentuk aka ia akan menjadi dasar pengetahuan seseorang mengenai apa yang

dapat dih pkan dari obyek tertentu. Dengan demikian interaksi kita dengan

pen gal am dimasa datang, serta prediksi kita mengenai pengalaman tersebut

akan lebil empunyai arti dan keteraturan_

b. Kompone fektif

Kompone :fektif menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap

suatu oby /ikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang

dimi!iki I •adap sesuatu. Pada umumnya, reaksi emosional yang merupakan

(25)

kompom tfektif ini banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai 1agai ha! yang benar dan berlaku bagi obyek terma,ksud.

c. Kompon conas1

Dalam : 1.1:ur sikap menunjukan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperila yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi , Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan perasaan banyak n 1pengaruhi perilaku. Maksudnya bagaimana orang berperilaku dalam situasi t mtu dan dalam stimulus tertentu akan banyak ditentukan oleh bagaimai :epercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut.

Untu 11embedakan dari aspek-aspek psikis yang lain, seperti motif dan kebiasaan, p• : ditinjau ciri-ciri sikap. Dr. Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya mengemukal ciri-ciri sikap sebagai berikut:9

I. Dalam si • selalu terdapat hubungan subyek-obyek. Tidak ada sikap yang tanpa obyek. C :k ini bisa berupa benda, orang, kelompok orang, nilai-nilai sosial,

'

pandangi :idup, hukum, lembaga masyarakat, dan sebagainya.

2. Sikap ti< dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan dibentuk melalui pengalarr ·pengalaman.

3. Karena s p dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkung< disekitar individu yang bersangkutan pada saat-saat yang berbeda-bed a.

9

(26)

4. Dalarn ! p tersangkut juga faktor rnotivasi dan perasaan.

5. Sikap ti· rnenghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi.

6. Sikap ti r hanya satu rnacarn saja, rnelainkan sangat berrnaca-macam sesua1

dengan I yaknya obyek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan.

Man 1 dapat rnempunyai bermacam-macam sikap 1terhadap

bennacam-macam ha!. rwujudan atau terjadinya sikap seseorang itu dapat dipengaruhi oleh

faktor peng< 1uan, kebiasaan dan keyakinan. Karena itu untuk menghilangkan suatu

sikap yang •sitif atau untuk menghilangkan suatu sikap yang negatif dapat

dilakukan d セ。ョ@ rnemberitahukan atau menginfonnasikan faedah atau kegunaan obyek sikap 1gan membiasakan atau dengan dasar keyakinan.

Peml tukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan rnelalui suatu

proses terte1 melalui kontak sosial terns rnenerus antara individu dengan individu

lain disekiU •a. Sikap sosial terbenttik dari adanya interaksi sosial yang dialami

oleh individ nteraksi sosial mengandung arti lebih dari pada sekedar adanya kontak

sosial dan h1 ngan antara individu sebagai anggota kelompok sosial.

Dala interaksi sosial, terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara

'

individu yar iatu dengan yang lainnya, terjadi hubungan yang timbal balik yang

turut mem1 garuhi pola perilaku masing-rnasing individu sebagai anggota

masyarakat. bih lanjut, interaksi sosial itu meliputi hubungan antara individu

(27)

Dr. ; lito Wirawan Sarwono membagi faktor yang dapat mempengaruhi

terbentukny: kap kedalam dua hai, yaitu: JO

l. Faktor セイョL@ yaitu faktor-faktor yang terdapat dal.am diri orang yang

bersangi m sendiri, seperti selekiivitas yang ditentukan oleh motif-motif dan

kecende gan.

2. Faktor e em, ditentukan oleh faktor l uar, yaitu: - Si fat rek yang dijadikan sasaran sikap.

- Ke'.'.1 vaan orang yang mengemukakan suatu sikap.

- Sifat ng-orang atau kelompok yang mendukung sikap tcrsebut.

- Medi )munikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap.

- Situa: ada saat sikap itu dibentuk.

Lebif mjut lagi Drs. Saifuddin Av.var menjelaskan fakior-faktor yang

b k ·k · II

mempengaru iem entu an s1 ap, yaitu:

I. Pengalan pribadi

Middle f ik (1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali

dengan s1 1 obyek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap

obyek te Jut. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman

pribadi t .s melalui kesan yang kuat. Karena itu sikap akan Iebih mudah terbentuk pabila pengalaman pribadi tersebut terjadi clalam situasi yang

melibatk: aktor emosional.

'0 Sarli Virawan Sarwono, ibid, ha!. 96

11

(28)

2. Pengaruh tng lain yang dianggap penting

Pada um O.ya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau

searah de m sikap orang yang dianggap penting. Kecendemngan ini antara lain

、ゥュッエゥカ。セ@ 1leh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari

konflik d1 an orang yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh Judayaan

4.

Tanpa 、ゥセ@ lri, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap

berbagai salah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya,

karena k< :layaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu

yang mei li anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepribadian

individu

pembentu

Media mi

Sebagai s

surat kabi

dan kepe1

media m

mengarah

memberi

pesan SU!

memberi'

terse but.

ig !mat yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam

1 sikap individual.

na komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio,

najalah dan lainnya, mempunyai pengaruh dalam pembentukan opini

'aan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,

a membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat

1 opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal

:lasan kognitif, bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

Pesan-if yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan

(29)

5. Lembagi ndidikan dan lembaga agama

Lembagi :ndidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai pengaruh

da!am p oentukan sikap, karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan

konsep r al dalam diri individu. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama

sangat n entukan sistem kepercayaan, maka apabila terdapat suatu ha! yang

bersifat I traversial, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan atau

dari ajan .gama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.

6. Pengarul ktor emosional.

Kadang ! u bentuk sikap merupakan pemyataan yang didasari oleh emosi, yang

berfungs bagai semacam penyalur frustasi atau peralihan bentuk mekanisme

pertaharn ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap sementara dan segera

berlalu b tu frustasi telah hilang. Akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang

lebih kor ten dan bertahan lama.

'

Sikar katakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan timbul

apabila indi1 i dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi

individual. Ji Jons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai

sikap itu tin lya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi

kesimpulan hadap stimulus dalam bentuk nilai baik-buruk, positif-negatif,

menyenangk, iidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi

(30)

2. Peni 'ian dan Kriteria Busana Muslimah

Bern 1 dari Q.S 24:31, Allah berfirman:

セ@ _, /;l

セャNfMQ@

t.i

/

-

,

(1' : .J_,Jl)

0

Nイセ@

/

Dima wanita diperintahkan UI)tuk menutup aurat dan diiarang menampakan

'

perhiasannya セ」ョ。ャゥ@ yang biasa terlihat. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

usaha perlin( gan terhadap moral kaum wanita, tidak cukup hanya dengan perhatian

terhadap glu 1hul bashar (penundukan pandangan) dan pemeliharaan kemaluan

saja. Melainl juga harus memperhatikan ha! lain seperti cara berpakaian.

Seba) hana telah diketahui bahwa dalil-dalil Al Qur'an dan hadits serta

fatwa para t na salaf, banyak yang mengharamkan tabbaruj atau bersolek, dan

mewajibkan 1m wanita untuk menutup seluruh tubuhnya apabila mereka hendak

(31)

Dala Al Qur'an, kata jilbab ditulis dalam bentuk kata jamak yaitu

'.falaabiib' nya jilbab adalah se3ems baju kurung yang lapang yang dapat

menutupi k< la, muka dan dada. Pengertian jilbab secara syari'at Islam adalah pakaian war yang dapat menutup seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan. Lebih singk: ra jilbab adalah busana muslimah. 12 Maka untuk selanjutnya da!am menuliskan :ana muslimah, terkadang digunakan kata jilbab, busana muslimah maupun kata ab.

Keba ikan wanita beranggapan apabi!a mereka te!ah memakai busana atau pakaian yan erba panjang dan menutupi sebagaian kepalanya, berarti ia telah berbusana m imah. Mereka tak perdu!i bagaimana bentuk dan jenis bahan pakaian yang digunal nya. Padahal dalam Islam telah diatur bagaimana syarat busana yang hams diguna I oleh seorang muslimah.

Adap syarat-syarat hijab yang disebutkan oleh Al Bani dalam kitabnya yang berjudt '!fabul Mar 'ah al Muslimah, dan juga disebutkan oleh para ulama di dalam kitab J , yaituJ3

I. Harns me Gセp@ seluruh tubuh (kecuali wajah dan telapak tangan)

Syarat ini セオ。ゥ@ dengan finnan Allah Q.S. An Nur: 31 dan Q.S. Al Ahzab: 59 yang berb a:

12

Ista1 Jto, Hikmah jilbab da!am pembinaan akhkak, (Solo< CV. Ramadhani, 1986), cet. 2,

hal. 13

13

Jah1 i\hmad Al Al Ma'iy, Wahai putriku /11/uplah auratmu, (Jakarta< Granada Nadia,

(32)

2. Harns de

3. Pakaian i

Syarat in

"Dan hi bertingkc

4. Harns lor

5. Tidak bo]

6. Tidak bol

7. Tidak bol

8. Bukan lib

3. Busa

k・エゥセ@

),,- セ@ / / / / / 0 " / / /

'-:-'ly-'YI)

セI@

|セセ@

.\lii

01.5')

P[セェ[@

Iセ@

Jft

Lil J;I

2.-lE

/ /

n kain tebal dan tidak boleh tipis

:endiri bukan mernpakan perhiasan

Tdasarkan dengan firman Allah Q. S. Al Ahzab: 33

2klah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu berhias dan 'Jku seperti orang-orangjahiliyah yang pertama"

lr dan tidak sempit

memakai parfum yang baunya sangat menyengat

menyernpai pakaian pria

menyernpai pakaian-pakaian wanita kafir

'

tyuhrah (pakaian untulc mencari populeritas)

Muslimah dalam Petspektif Islam

tita membaca Al Qur'an dan merenungkan ayat-ayatnya, maka kita

akan mene kan banyak ayat yang mengkhususkan masalah jilbab dan

menganjurk< va, dan menegaskan agar kaum wanita benar-benar menJaganya

(33)

Alla! wt menginginkan wanita muslimah berbeda dengan wanita lainnya,

dan sesuatt ang membuatnya berbeda dengan wanita lairmya adalah saat ia

memakaia ji b. Dan dengan memakai ji!bab maka kehormatannya terjaga.14

Perir berbusana muslimah diturunkan setelah adanya perintah untuk

menutup au Karena itulah ulama ahli tafsir sepakat, bahwa yang dinamakan

busana mus! th (jilbab) adalah pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita, bukan

I mnya se e k d 1 . k . a aian yang menutup aurat. 15

Perin untuk berbusana muslimah ini terkandung dalam surat al Ahzab: 59.

Dalam mena kan ayat tersebut bukan berarti keharusan berbusana muslimah, hanya

tertuju pada .eri-isteri Nabi, anak-anak perempuannabi, dan isteri sahabat saja.

Tetapi perin1 ini tertuju pada semua muslimah.

Al Qi mbi memberi komentar, bahwa rasulullah memerintahkan pada

isteri-isterinya, am mak perempuan dan kaum mukminah untuk mengulurkan jilbabnya

"agar dapat

c

dakan sifat perempuar,i jahiliyah dengan perempuan mulia"16

4. Busa1 W:uslimah Sebagai Trend Mode dan Busana Taqwa

Sejak val dikenal manusia, pakaian lebih berfungsi sebagai penutup tubuh

daripada seb 1i pernyataan lambang status seseorang dalam masyarakat. Sebab

berpakaian t• {ata memang merupakan perwujudan dari sifat dasar manusia yang

14

Ali! saili Al Amili, Nikmamya be1jilbab, (Jakana: Pustaka Zahra, 2002), cet. !, hal. 30

15

Mud Mahalli, 1vfusfimah dan Bidadari, (Yogyakana: Mitra Pustaka, 1996), cet. I

16 SaYJ l'luhammad Namir,

Karakter Wanita Muslim, (Surabaya: Pustaka Progresif, l 987),

(34)

mempunym n malu, sehingga selalu berusaha menutupi tubuhnya.17 Namun

menurut Kefg dan Touchre Speeht, fungsi busana adalah sebagai diferensiasi,

perilaku dan e ;irn

Seman ya berbagai mode pakaian ala barat yang akhir-akhir ini menjadi

kiblat masyarn dunia, telah membawa generasi muda pada jurang degradasi moral

yang teramat < vat. Keadaan ini pemah diramalkan Rasulullah akan terjadi di akhir

zaman nanti.

Fenom . remaja Islam modem dengan jilbabnya yang ·'khas", bisa dikatakan

sedang menjai ·· di zaman sekarang. Dimana mereka berusaha tetap menjalankan

perintah Allah tuk tetap menutup aurat, tetapi tidak ingin ketinggalan trend mode.

Maka muncul busana-busana muslimah yang dirancang sedemikiau rupa untuk

mengimbangi · nd mode. Dengan hadirnya mode-mode busana muslimah yang

menarik, mak: 1enambah peminat bagi pengguna busana untuk ikut memakainya.

Sehingga timl ah trend busana muslimah, seperti sekarang ini. Ditambah lagi

,

semakin banyi elebritis yang menggunkannya.

Allah セ@ T. telah berkenan menganugerahi manusia dengan berbagai macam

nikmat karuni ;mg tiada terhingga nilainya. Berkaitan dengan kewajiban wanita

mukminah urn mengenakan busana muslimah yang merupakan wujud rasa syukur

kepada Allah ; t dengan menjalankan apa yang diperintahkan Nya. Rasa syukur itu

17

Nina! :retna, AnggunBerjlbab, (Bandung: Al Bayan, 1995), cet. I, haL 15

18

(35)

akan diungk :an dengan jalan melaksanakan cara berpakaian sesuai dengan yang

dikehendaki L

Kare; itu seperti juga makanan yang dapat melahirkan berbagai perubahan

tingkah laku l!sana juga dapat mempengaruhi terbitnya kesadaran dan ketaqwaan

seseorang kc la Allah Swt, sehingga dalam Al Qur' an akan kita temukan konsep

Libas al Taq sebagai sebaik-baiknya pakaian, ha! ini tertuang dalan Q.S Al A'raf:

26:

"Wah pakaian untu taqwa itu!ah Allah supaya

Dal an

aurat, dan ke

pakaian adal1

untuk memJJl

estetika perh

bentuk atau n

melanggar ba

Deng<

kesehatan, ke

,,. :)1:)1 ;11,.., / /

(\I

」NNSQ⦅_セQI@

0

J'_?

.i;

セ@

4\JI

MNZ⦅L|NAiLNセ@

RMljセ@

:;;.

/ ,.., ,,. /

anak Adam, sesungguhnya kami telah menurunkan kepadamu ienutupi aura/mu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian ng paling baik. Yang demikian itu termasuk tanda-tanda (karunia)

reka ingat. "

yat diatas menjelaskan dua fungsi pakaian; pertama sebagai penutup

1 sebagai perhiasan. Dengan demikian fongsi pertama dan utama dari

sebagai penutup aurat Dan fungsi kedua adalah sebagai perhiasan

dah penampilan dihadapan Allah dan sesama manusia. Inilah fungsi

an. Sebagai perhiasan, seseorang bebas merancang dan membuat e serta wama pakaian yang dianggap indah dan menarik selama tidak

·batas yang telah ditentukan.

:lemikian fungsi pakaian yang ketiga adalah untuk memenuhi syarat

(36)

(terik matah udara dingin, maupun gigitan serangga) dan untuk menyelamatkan diri dari sern m musuh. Dengan kata iain pakaian berfungsi sebagai pelindung dari gangguan Iu dan menjaga agar temperatur tubuh terpelihara dari udara dingin diluar tubuh.

Dari 1 ian di atas berdasarkan Q.S Al A'araf: 26, Al Ahjab: 59, dan An Nur:

31 Drs. M. · lib menyebutkan fungsi pakaian/ busana taqwa (busana muslimah) adalah sebag; erikut: 19

I. Menji kan wanita dari gangguan laki-laki jahil

2. Meml akan antara wanita berakhlak hina dengan wanita berakhlak mulia 3. Menc1 h timbulnya fitnah birahi pada kaum laki-laki

4. Mem( ara kesucian agama yang dianut wanita yang bersangkutan.

5. BusaE Muslimah Sebagai Nilai Ekspresif dari Sikap Hidup Wanita Islam

Wanit mslimah yang ュ・ョ」ゥ、セォ@ dari sumber Islam yang bening dan tumbuh dalam iklim ) セ@ sejuk, tidak boleh mengenakan hijab hanya karnna ikut-ikutan dan berdasarkan t isi. Seperti yang dilakukan ibu dan nenek-neneknya dan seperti yang dilakukan sel ian wanita, tanpa dibatasi ilmu yang memadai atau hujjah secara rasional atau I mjuk dari suatu kitab yang dapat diandalkan.

Wanit .uslimah harus mengenakan jilbab atau busana muslimah dengan hati yang dipenuh 1an kepada Allah SWT, bahwa hijab itu perintah dari Allah dan ia

19

(37)

hams suka 1 meyakini hahwa itu memang aturan yang diturunkan Allah untuk melinduni,Yi ' 1ita muslimah, mengangkat jati dirinya dan menjauhkan dari cobaan yang mengg< cirkan dari kehinaan dan jurang yang menyesatkan. Dengan begitu ia akan meneri1 dengan lapang dada dan jiwa yang rela, seperti yang dilakukan wanita muhajirin da ishar.20

Berb1 1a muslimah bagi seorang wanita Islam (mukminah) merupakan nilai ekspresif da sikap hidupnya sebagai muslimah. Di dalam Islam, berbusana muslimah ti< saja bemilai sebagai sikap atau akhlak yang berhubungan dengan sesama mam . (hahlumminannas ), tetapi sekaligus juga sikap dalam berhubungan dengan Tuhi izahlumminal/ah) karena merupakan salah satu kewajiban (ibadah) bagi seorang nita Islam.

Busai muslimah mempunyai fungsi ganda. Pertama berbusana muslimah berarti meml tuk pola sikap atau akhlak yang luhur sebagai pencegah terhadap dorongan un: bertindak yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kedua, berbusana muslimah m :egah orang lain untuk bertindak sewenang-wenang pada diri si pemakai.

Dipar ;g dari sudut sosioloi,Yi, busana muslimah rnempunyai fungsi penegas identitas. Ia r nbedakan si pemakainya dengan wanita lain. Perbedaan yang kontras menimbulkai fek psikologis dalam bersikap dan bertingkah laku. Hal ini akan berpengaruh' 1m pergaulan dan berinteraksi.

20

Al t imy dan Muhammad Ali, .lati diri 1va11ita 1n11slilnah, (Jaka1ta: Pustaka Al Kaustar,

(38)

Tujua ierbusana muslimab tidak hanya berkaitan dengan moral tetapi juga

hampir mem ms semua dimensi kehidupan ummat manusia (sosiologi, pedagogis,

etis dan psik< セゥウIN RQ@

Disan 1g wanita berjilbab itu tampak lebih sopan, beradab, lebih fominim,

tetap anggun 1 luwes, sederhana dan penuh wibawa, hingga mudah membuat orang

langsung me: Jh hormat, segan dan mengambil jarak yang wajar anrata wanita dan

pria ataupun tara wanita beriman dengan yang tidak beriaman, hingga gangguan

nafsu dapat :egah semaksimal mungkin. Selain itu menurut Anne R. " busana

muslimah j1 dapat memberikan ketentraman jiwa dan dapat mendorong

pemakainya 1 セォ@ berbuat kebaikan dan bertanggungjawab akan perilakunya"n

Tingg a peradaban dan kemajuan dapat tercermin melaui etika berpakaian

yang meniml mn kesan sopan, rapi dan tertib. Dengan berbusana muslimah, wanita

Islam dihara: n terdidik untuk berpakaian sopan, rapi, dan tertib sesuai dengna

pemyataan A lur'an (diakhir surat Ap. Nur ayat 60) yaitu menjaga kehormatan dan

jiwa sopan b I wanita.

Secar psikologis tujuan Islam memerintahkan wanita agar berbusana

muslimah ad i karena keinginan untuk mempertunjukan diri rnerupakan ciri khas

wanita. Kee :erungan wanita untuk memamerkan diri berasal dari esensi

ォ・キ。ョゥエ。。ョョセ@

21

Mur

22

Hik

Republika, ( 19,

ha Muthahari, H!Jab gaya hidup wanila Islam, (Bandung: Mizan, 1987), hal.52

1 fajar rctiセ@ (Busana sebagai cer1ni11 u1a11ila musli111 sejati), harian umum

(39)

Siswi au rema3a putri Islam yang berbusana muslimah sebagai sikap

hidupnya, m< makannya dalam beraktifitas di sekolah dan di luar sekolah maka ia

akan terdidik 1tuk bersikap dan mengidentifikasikan dirinya dengan ajaran-ajaran

agama Islam arena akan timbul dalam dirinya bahwa busana muslimah yang

dikenakanny2 alah cermin dan identitas dari kepribadiannya sebagai wanita Islam.

B. Konsep I Sebagai Muslimah

Manu: adalah makhluk yang paling sempurna bila dibandingkan dengan

ュ。ォィャオォMュ。セ@ ik lainnya. Manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, b: perubahan dari segi fisiologi maupun dari segi psikologi. Mengenai

faktor yang mpengaruhi perkembangan manusia ternyata エ\セイ、。ー。エ@

bermacam-macam teori mgenai perkembangan manusia. Teori-teori tersebut adalah; teori

nativisme, tee )illpirisme dan teori konvergensin

Manm sebagai makhluk hidup selalu berkembang. Dan perkembangan ini

dipengaruhi c dua faktor, yaitu: faktor endogeen ( faktor dari dalam yang diterima

!

dari Tuhan Y : Maha Esa yang dibawanya semenjak diciptakan dalam kandungan)

dan faktor ・クセ@ een (berupa pengalaman, pengaruh serta pendidikan yang dialaminya selama masa I cembangannya).24

Menurut ,fi empirisme bahwa perkembangan individu akan ditentukan oleh

ー・ョァ。ャ。ュ。ョMセ@ セ。ャ。ュ。ョョケ。@ yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Hal ini bererti me akan faktor exsogeen. Pada faktor inilah konsep diri akan terbentuk.

23

Bimo Igito, Pengantar Psiko/ogi Umum, (Y ogyakarta: Andi Offset, 1981 ), cet. l, ha!. 43

24

Kasn I Wmyo & Ali Saifullah, Pengantar /{mu Jiwa Sosial, (Jakarta: Erlangga, ]983),

(40)

L Peng< an dan Unsur-unsur Pembentuk Konsep Diri a. P gertian Konsep Diri

Dalan 1mus psikologi, se(f concept (konsep diri) adalah jumlah keseluruhan

dari sikap-s

o

seseorang menuju dirinya sendiri dan evaluasi

kecakapan-kecakapanny: Pada umumnya konsep diri didefinisikan sebagai sikap, pandangan

atau keyakim eseorang terhadap keseluruhan dirinya. 26

sepert alnya sikap, konsep diri pun mempunyai bermacam versi definisi

yang dikemul an oleh para ahli, diantaranya:

williai D. Brooke mendefinisikan konsep diri sebaga1; "Those physical,

sicial and セ@ hological perception of ourselves that we have derived from expenences,a our interection with other".27(Persepsi psikologis, sisoal, dan fisik

diri kita send1 1erdasarkan pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain).

Anita ylor mendefinisikan konsep diri sebagai :" All you think and fell '

about you, ti セョエゥイ・@ complex of belief and attitude you hold. about yourself'.28

Sedang menu Bum (Metcalfe, 198 l) konsep diri adalah hubungna antara sikap dan

keyakinan te 1g diri kita sendiri.29 Ada lagi yang mengemukakan konsep diri

adalah serang an kesimpulan yang diambil seseorang tentang dirinya berdasarkan

25

A. B1 rdjo. op. Cit., hal. 277 26

Dann Vatim, Kepribadian, KeluargadanNarkotika. (Jakarta: Arcan, 1991), ha!. 25

27

Jalalt .1 Rahmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remadja Karya, 1988), ha!. 112

28

Jalak .1 Rhmat, Ibid, ha!. 97

29

(41)

pengalaman,

seseorang te1

diberikan orar

Kai au

jelas oleh kit

tentan" dirin'

"'

.

dirinya sendir

menganggap .

disebut sebagi

Konse1

komponen afi

dirinya yang

merupakan p1

terhadap diri (

Menur

internal dan 1

bentuk yangnl

terhadap kesel

dinamis ュ・ャゥセ@

30 Samu Lembaga Penerbi

'' M.Ng

le

secara langsung, maupun secara tidak langsung. Jadi konsep diri

1tuk dari pengalaman-pengalaman sendiri dan dari uraian yang

. d" . 30

am tentang mnya.

a perhatikan dalam pergauian manusia sehari-hari, terlihat dengan

ahwa setiap manusia mempunyai anggapan dan perasaan-perasaan

sendiri. Anggapan-anggapan dan perasaanperasaan orang tentang

da yng disadari dan ada yang tidak disadari. Bagaimana seseorang

1 memandang dan merasakan tentang dirinya sendiri itulah yang

jiri" atau "konsep diri"31

liri terbentuk atas dua komponen, yaitu komponen kognitif dan

f Komponen kognitif merupakan pengetahuan tentang gambaran

m membentuk citra diri (self images). Sedang komponen afektif

aian individu terhadap diri yang akan membentuk penenmaan

r acceplence) dan harga:diri (self esteem) individu.

'

Fitts (1971) " konsep diri terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi

1ensi ekstemal yang keduanya saling berhubungan dan memberi

; bagi diri seseorang." Dimensi internal yaitu pengamatan individu

1han dirinya yang dihayatinya sebagai suatu kesatuan yang unik dan

penghayatan diri terhadap identitas dirinya, tingkah lakunya, dan

,oeitoe, Psikologi I'endidikan 111e11gu1a111akan segi-segi perke1nba11ga11, (Jakarta:

kultas Ekonomi UI, l 982), Jilid 2, ha!. 2

(42)

kepuasan dal menilai dirinya. Dimensi eksternal merupakan penghayatan dan

peniiaian ind lu dalam berhubungan dengan dunia luar, khususnya dalam hubungan

interpersonal imensi eksternal meliputi: diri fisik, diri etika moral, diri personal,

diri keluarga l diri sosial.

b. U ll"-unsur Konsep Diri

!. Diri fisil ?hysica/ self) adalah perseps1 seseorang terhadap keadaan fisik,

kesehatan h penampilan diri serta gerak motoriknya.

2. Diri etik )ra! (moral etikal self) adalah persepsi seseorang tentang dirinya

ditinjau < standar pertimbangan nilai-nilai etik moral, seperti hubungan

seseorang lengan Tuhannya, rasa puas seseorang terhadap kehidupan

keagamrui 1a dan nilai-nilai moral yang dianut berkenaan de:ngan apa yang baik

danyang 1.ik.

3. Diri persc

I

(personal self) adalah perasaan individu terhadap nilai-nilai pribadi terlepas d 'keadaan fisiknya dan hubungannya dengan orang lain seperti sejauh

' mana ia n Isa muslimah sebagai pribadi.

4. Diri kel11 i (familiar self) adalah perasaan dan harga diri seseorang sebagai

anggota I iarga dan perasaan terhadap teman dekatnya serta sejauh mana

dirinya m :i muslimah sebagai anggota keluarga.

5. Diri sosi: (social self) adalah penialian seseorang terhadap dirinya dalam

interaksin :iengan orang lain dilingkungan yang lebih lllis.

Den 1 memperhatikan penjelasan diatas, maka dapat dirumuskan

(43)

persepsi dan nilaian seseorang terhadap keseluruhan dirinya yang meliputi diri fisik, diri eti 1oral, diri personal, diri keluarga dan diri sosia.l sebagai hasil dari pengalaman c interaksi sosialnya.

2. Pemb ukan dan Perkembangan Konsep Diri

Konse liri bukanlah faktor yang dibawa sejak lahir, mel!ainkan faktor yang dipelajari dar bentuk dari pengalaman individu dalam berhubu.ngan dengan orang lain. Dalam ku Man, Mind and Society, G.H Mead menulis: "konsep diri merupakan セ@ luk sosial yang dibentuk melaui proses interaksi dan orgamsas1 pengalaman-r 5alaman psikologis. Pengalaman ini merupakan hasil eksplorasi individu terh: p lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya yang diterima dari Ora g n - r 0 a ng s 'am , ya. ,,32

Orang ng pertama kali dikenal individu adalah orang tua, anggota keluarga barn kemudi lingkungan yang lebih luas. Meluasnya intcraksi sosial akan mempengarul roses pembentukan konsep diri.

Masa 1aja dapat dikatakan. sebagai masa potensial untuk perkembangan konsep diri. f yang paling penting dalam masa ini adalah penemuan identitas diri oleh si remaji rickson menamakan masa remaja ini sebagai masa "self identity".33

Penemuan id i'tas diri berhubungan dengan upaya si remaja untuk menemukan keadaan diri ig sebenamya. Keadaaan atau kondisi-kondisi yang penting bagi イ・ュセQ。@ mencl ? kondisi fisik (citra fisik), dan kondisi mental seperti cita-cita,

ide-32

Dann {atim, Op. Cit., hai 27

33

(44)

ide agama, k1 tmpuan dan kelemahan dirinya. Kondisi-kondisi ini akan dikenali,

dihayati dan <i rsepsikan oleh si remaja sehingga menjadi konsep dirinya.

Konse iri terbentuk dan berkembang karena adanya proses umpan balik dari

individu lain. ia!am melakukan interaksi sosial, setiap individu (remaja) akan

menerima tan pan, baik positif maupun negatif. Tanggap yang diberikan tersebut

akan dijadikai mnin untuk mengembangkan konsep dirinya menjadi positif ataukah

negatif. Seper ata Hurlock (1978):

"Kons· :liri yang positif akan berkembangan jika seseorang mengembangkan

sifat-sifat sep< sefl esteem, sejl confidence, dan mapu melihat diri secara realistik.

Sifat-sifat ini lnungkinkan seeorang untuk berhubungna dengan orang lain secara

akurat dan me :trah pada penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya konsep diri yang

negatif akan ncul jika seseorang mengembangkan perasaan rendah diri kurang

pasti clan kura percaya diri".

Pada 1 imnya ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep

diri, yaitu:

1. Orang lai

perilaku, p

2. Kelompok

mengikat

kelompok1

34

Jalalu·

(signifikan others) meliputi semua orang yang mempengaruhi

:an dan perasaan kita.

セオォ。ョ@ (reference gruop) yakni kelompok yang secara emosional

orang clan mengarahkan serta mensucikan dirinya dengan ciri-ciri

34

(45)

3. Islam bagai Sistem Nilai dalam Pembentukan Konsep Diri

Perin1 memakai jilbab memang ada hubungannya dengan masalah akhlak. Orang yang · nakai jilbab seharusnya perlu menjaga dirinya. Ibarat orang yang memakai se1 nn korp, tidak boleh tidak, dia hams menjaga gerak geriknya. Demikian j1 orang yang memakai jilbab, dia hams senantiasa hams menampakka sifat kemuslimatannya35

Sebab erbuatan jelek yang dilakukan dikala memakai jilbab akan menumnkan rtabat muslimah pada umumnya. Sebab orang yang selalu berbuat baik biasanya salahan yang kecil saja sering diungkit-ungkit orang. Seperti pepatah "Semut di sel mg laut kelihatan sedang gajah di pelupuk mata tak kelihatan". Dan .iangan samp: ikibat perbuatan seorang maim jeleklah selumhnya, seperti juga pepatah men! kan "hanya karena nila setetes maka msaklah susu sebelanga". Nabi bersabda:

) .,,. } ' ...

PQォZセセNェ@

セl@

セisGI@

,

セMLLセ@

セgセNセセ@

ZZ⦅LNNセ@

"Orm •rang mikmin itu berada diantara lima kesusahan yailu: orang

mikmin yang 1gki padanya, orang munajik yang membencinya, orang kajir yang

memeranginy, vaitan yang menyesatkannya dan nafi;u yang menentangnya ".

Allah rt yang Maha Kasih lagi Maha Sayang kepada hambanya, telah menumnkan ran yang agung lagi paripuma. Di dalamnya tidak terlewatkan

35

(46)

sesuatupun t k mengatur dan menata kehidupan manusia dimuka bumi ini, baik

yang berupa . fah ataupun syari ·at. 36

Diant syari'at yang berkaitan dengan kehidupan manusia itu adalah menata

soal pakaian au busana yang didalamnya dapat dipergunakan untuk menutup

anggota- ang a tertentu dari tubuh manusia dan sekaligus melindunginya dari

berbagai pern 1ara11 yang membahayakan dan juga sebagai perhiasan.

Konse liri muslimah (wanita Islam) bersumber dari Al Qur'an dan hadits,

serta tercerrr dalam pribadi Rasulullah. Setiap muslim/muslimah berkewajiban

mengidentifH kan diri pada nilai-nilai yang terkandung dalam Al Qur'an, hadits

serta akblak E 1L

Meng1 pada Al Qur' an dan Had its, karakteristik konsep diri

muslim/musli

'i

antara lain:

1. Peka pada butuhan orang lain (Q. S. 2: 280)

'

2. Memiliki ;abaran dalam mengatasi problem dan tabah dalam menghadapi

kesukaran 1 kegagalan. (Q. S. 3: 200)

3. Mampu m perbaiki dirinya karena ia menyadari kelemahan dirinya. (Q. S. 4:28,

33:72)

4. Mampu m pertinggi nilai-nilai moral manusia dengan mengkaitkannya kepada

Tuhan seb: j sumber kebenaran dan kesempurnaan. (Q. S. 10:9, 16:97)

36

Syaik .bdullah Shalih al Fauzan, Kriteria B11sa11a M11sli111ah, (Jkarta: Khazanah Ilmu),

(47)

5. Tenang, t k cemas pada apa yang telah terjadi serta optimis pada hari esok dan

yang aka1 i,tang. (Q. S. 13:28, 33:72)

6. Meyakini nilai-nilai dan prinsif-prinsif 3cJaran Islam dan bersedia

memperti 104-107,

7. Mampun

8. Memiliki

9. Bertindak

10. Merasa st

merasa le 11. Tidak me1

Al

Qu

memelihara t

antara lain m

dini kita tera1

menjadi terbi

4. Upay:

Ada b

ini diakibatki

yang dialami

31 Sayy

cet. 3, hal. 74

1kannya walupun orang lain tidak menyetujui tindakannya. (Q. S 10:

l6, 22:54)

ikmati dan mensyukuri keadaan dirinya. (Q. S 31:12, 14:27)

t bebas dari pengaruh dan penguasaan orang lain. (Q. S. 25: 3, 39:38)

aksana. (Q. S. 49:6)

a dengan orang lain sebagai manusia, tidak merasa tinggi dan tidak rendah. (Q. S. 49:13)

abiskan waktu untuk yang tidak perlu. (Q. S. 59: 18)

n mensiyalir agar terketuk lubuk hati setiap orang tua untuk bangkit

rgung jawabnya, menanamkan moral pada putra-putrinya. Caranya

biasakan putri-putrinya memakai pakaian yang baik. Bila sejak usia

n apa saja yang diizinkan syari'at, kelak dalam kehiduparrnya akan

37

fembentuk Konsep Diri Sebagai Muslimah

irapa kecenderungan yang dialami oleh anak pada ma pubertas. Hal

lari masih labilnya emosi mereka. Adapun diantara kecenderungan

セ@ anak yang pubertas, adalah sebagai berikut:

(48)

L kecendert m untuk meniru

2. kecenden )n untuk mencari perhatian

3. kecenderu ti mulai tertarik pada lawan jenis

4. kecenderu m mencari idola

5. selalu ingi 1encoba hal-hal yang barn

6. emosmya dah meletup. 38

Untuk :mperoleh gambaran atau pemahaman tentang konsep diri seseorang,

dapat ditelaal nelalui sikap, persepsi, atau penilaiannya terhadap keseluruhan

dirinya. Hal berarti bahwa sikap, persepsi dan penilaian seseorang tentang

keseluruhan < Jya, dapat menjadi petunjuk indikator tentang konsep diri yang

di mi I ikinya.

Dari p セャ。ウ。ョ@ tersebut dapat difahami bahwa konsep diri mengandung unsur

penilaian oby< >sikologis yang bergerak antara positif dan negatiE Para ahli banyak

merumuskan ' lcripsi tentang orang yang memiliki konsep diri positif atau negatif

Dalam kenya hnya memang tidak ada orang yang betul-betul sepenuhnya

berkonsep diri sitif atau negatif

Jalaluc , Rahmat mengutip pendapat William D. Brooks tentang orang yang

memiliki tand mda konsep diri positiC yaitu:39

I. la yakin 。セ@ kemampuannya mengatasi masalah

38

Fuad. na, Sensasi remqia dimasa puber, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), cet. l, hal. 9

39

(49)

2. Ia merasa ira dengan orang lain

3. Ia menerit pujian tan pa rasa malu

4. la menya( bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan

perilaku y tidak seluruhnya disetujui masyarakat

5. Ia mampu セュー・イ「。ゥ。ォゥ@ dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadii ang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya".

Konse iri wanita dan pria relatif berbeda. Keadaan fisik, peran dan tugas

yang dilajank1 !alam kehidupan sehari-hari membuat adanya perbedaan konsep diri

antara pria da vanita. Penelitian ini juga membuktikan bahwa wanita mempunyai

sumber konse iri yang berbeda dari pria. Konsep diri wanita akan bersumber dari

keadaan fisikr dan populeritas dirimya, sedangkan konsep diri pria bersumber dari

agresifitas dar :kuatan dirinya. Dengan kata lain, konsep diri wanita akan bersandar

pada citra ke· 1itaannya, dan konsep diri pria akan bersandar pada citra

kelaki-lakiannya.40

Citra セ@ anitaan pada diri wanita merupakan faktor yang berpengaruh dalam pembentukan nsep dirinya. Bagi seorang wanita, nilainya yang paling tinggi

terletak pada mampuannya menjaga kehormatan, rasa malu dan peka dalam

menJUllJUng セァゥ@ kesopanan pergaulan. Karena wanita diciptakan dengan dianugerahi si halus, indah dan perasa. 41

'0 Dann) ·atim & lrwanto, Op. Cil., ha!. 29

41

(50)

Sifat '1s, indah dan perasa juga mewamai dalam berpakaian. Pakaian bagi

wanita adala ermin dari emosi pakaiannya, dan pada saat yang sama juga dapat

mempengaru :mosi orang lain. Seperti kata Kefgent dan Touchie Spect, pakaian

mempunyai I セウゥ@ emosional.

Jika c l upaya pembentukan konsep diri muslimah berbenturan dengan tata

tertib sekolal セュァ@ melarang siswi menggunakan jilbab (busana muslimah), maim

kondisi ini arang berubah total, dengan makin banyaknya para siswi yang

berusaha mer :rtahankan keimanannya dengan tetap berbusana muslimah disekolah.

Kond ini makin diperkuat sejak tahun 1991, khususnya setelah pemerintah

mengeluarkai ·eraturan yang membolehkan para sisiv.i memakai pakaian seragam

khusus (mus! th) sebagai pakaian seragam, mulai dari tingkat sekolah dasar sampai

sekolah men :ah umum. Sebagaimana tertuang dalam surat keputusan direktur

jendral pend can dasar dan menengah departemen pendidikan dan kebudayaan

republik Indo •ia No. 1001 Cl Kepi Df 1991, Tanggal 1 Pebruari 1991.42

Deng: terbitnya SK ini, secara yuridis formal tak ada lagi hambatan bagi

wanita Indo ia, khususnya yang beragama Islam, untuk memakai pakaian

muslimah ses · dengan ajaran agama yang mereka yakini.

Maka 1pat disimpulkan bahwa upaya membentuk k·onsep diri sebagai

muslimah, I 1slah dimulai dari institusi terkecil yaitu keluarga. Dengan

42

(51)

membiasakai berbusana sesuai ketentuan syari'at dan menanamkan akhlak

mahmudahp; usia dini. Selain itu lembaga pendidikan pun mempunyai peranan

penting dala mempengaruhi pembentukan konsep diri khususnya pada remaja.

Mengingat l 1pir separuh wak1:unya dihabiskan dilembag

Gambar

gambaran tentang
Tabel I. Kisi-kisi sikap berbusana rnuslimab (V ariabel X)
Tabel 2_ Kisi-kisi konsep diri sebagai muslimah (Variabel Y)
Tabel/ matrik 1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada analisis hubungan umur kandungan saat lahir dengan pertumbuhan dan perkembangan menunjukkan bahwa pada kelompok tumbuh kembang yang tidak normal lebih banyak

Telah dilakukan penelitian uji antioksidan dan antiradikal bebas dari ekstrak mahkota, mahkota dengan kelopak dan kelopak bunga rosela ( Hibiscus sabdariffa L .) secara

Uji hipotesis asosiatif ini untuk menguji hipotesis ketiga yang berbunyi “Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penggunaan strategi synergetic teaching

Kalau pada kenyataannya banyak institusi dan aktifitas pendidikan Islam dengan kurikulum yang menghasilkan lulusan yang timpang, dalam arti menguasai pengetahuan

Tes digunakan untuk melihat hasil belajar siswa yang menggunakan model. pembelajaran kooperatif tipe jigsa w dengan model

Namun pada grafik efek aktivitas antiinflamasi yang memperlihatkan penurunan volume radang yang baik adalah pada dosis 250 mg/kgBB karena penurunannya lebih stabil

Petani dapat meningkatkan efisiensi teknis usaha tani padi sawah dengan menerapkan komponen PTT secara tepat meliputi penggunaan benih VUB dan bermutu (benih

• Memenuhi kaidah penulisan ilmiah yg utuh (rumusan masalah, pemecahan masalah, dukungan teori mutakhir, kesimpulan dan daftar pustaka).. • Dalam bentuk buku