• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN CABAI DENGAN METODE FORWARD CHAINING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN CABAI DENGAN METODE FORWARD CHAINING"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRACT

DESINGNING OF AN EXPERT SYSTEM FOR DIAGNOSING DISEASES OF CHILI

USING FORWARD CHAINING METHOD

By

Anas Anshori

Chili can be attacked by a lot of disesases. Those diseases can be recognized from its symptoms by an expert. Due to less number of experts, and the time is limited; it needs an expert system which has the same capability as an expert. This system must have the knowledge as an expert such as the names, causes, and symptoms of diseases.

A desktop-based expert system was built using rule based reasoning along with forward chaining inference method to help farmers to diagnose the diseases. This expert system was made using linear sequential method; needs analysis, designing, coding, examination, and implementation. This expert system was developed using Visual Basic Programming language and Visual Data Manager is the storage database. This software has advantages in ease of access and ease of use.

This software can detect what diseases that are suffered by chili by inputting symptoms as it showed to the software. Based on the symptoms given, this software will show the result of diagnosis, therapeutic suggestions, prevention advice as well as the list of more specific symptoms.

Keywords : expert system, rule based reasoning, Visual Basic, Visual Data

(3)

ABSTRAK

RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN CABAI

DENGAN METODE FORWARD CHAINING

Oleh

Anas Anshori

Tanaman cabai dapat diserang berbagai macam penyakit, penyakit tersebut dapat diketahui dari gejala-gejala yang ditimbulkannya, akan tetapi untuk mengetahui secara tepat jenis penyakit yang menyerang cabai tersebut, memerlukan seorang pakar/ahli pertanian. Sedangkan jumlah pakar pertanian terbatas dan tidak dapat mengatasi permasalahan petani dalam waktu yang bersamaan, sehingga diperlukan suatu sistem yang mempunyai kemampuan seperti seorang pakar, yang mana di dalam sistem ini berisi pengetahuan keahlian seorang pakar pertanian mengenai penyakit dan gejala tanaman cabai.

Pada penelitian ini dirancang sistem pakar berbasis desktop menggunakan basis aturan (rule based reasoning) dengan metode inferensi forward chaining yang dimaksudkan untuk membantu petani dalam mendiagnosa penyakit tanaman cabai. Metode dalam pembuatan program sistem pakar ini meggunakan metode sekuensial linear yaitu : analisis kebutuhan, perancangan, pengkodean, pengujian dan implementasi. Sistem pakar diagnosa penyakit tanaman cabai berbasis

desktop ini dikembangkan menggunakan Visual Basic dan Visual Data Manager sebagai penyimpanan datanya, mempunyai keunggulan dalam kemudahan akses dan kemudahan pemakaian.

Sistem pakar ini mampu melakukan diagnosa penyakit yang diderita oleh tanaman cabai dengan cara mengajukan gejala-gejala penyakit pada saat pemeriksaan. Berdasarkan gejala-gejala yang dipilih tersebut, sistem ini akan memberikan hasil diagnosis kemudian saran terapi, saran pencegahannya dan daftar gejala yang lebih spesifik.

Kata Kunci: Sistem Pakar, basis aturan, Visual Basic, Visual Data Manager,

(4)
(5)
(6)
(7)

xv DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xx

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Tujuan Penelitian ... 2

C. Manfaat Penelitian ... 2

D. Batasan Masalah ... 2

E. Perumusan Masalah ... 3

F. Hipotesis ... 3

G. Kajian Penelitian Terdahulu... 3

H. Sistematika Penulisan ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Kecerdasan Buatan ... 5

B. Pengenalan Sistem Pakar ... 5

B.1. Ciri dan Karakteristik ... 7

B.2. Kategori Sistem Pakar ... 9

B.3. Metode Sistem Pakar ... 11

B.3.a. Forward Chaining... 11

B.3.b. Backward Chaining ... 11

(8)

xvi

C.1. Analisis Kebutuhan ... 13

C.2. Perancangan ... 13

C.3. Pengkodean ... 14

C.4. Pengujian ... 14

C.4.a. Blackbox testing ... 14

C.4.b. Whitebox testing ... 14

C.5. Implementasi dan Pemeliharaan ... 14

D. Penyakit Tanaman Cabai ... 15

E. Visual Basic 6.0 ... 25

E.1. Form ... 26

E.2. Toolbox... 27

E.3. Jendela Properties ... 28

E.4. Dasar Pemrograman ... 29

III.METODE PENELITIAN ... 33

A. Perangkat yang Digunakan ... 33

A.1. Perangkat Keras ... 33

A.2. Perangkat Lunak ... 33

B. Waktu dan Tempat ... 34

B.1. Waktu ... 34

B.2. Tempat ... 34

C. Perancangan Sistem ... 35

C.1. Deskripsi Sistem ... 35

C.2. Representasi Pengetahuan ... 35

C.3. Sistematika Penamaan Variabel ... 38

(9)

xvii

C.6. Perancangan Database ... 45

C.7. Perancangan Antarmuka... 52

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN ... 66

A. Hasil ... 66

A.1. Implementasi ... 66

A.1.a. Implementasi Pilihan Pengguna ... 67

A.1.b. Implementasi Pilihan Pakar ... 68

B. Pembahasan ... 84

B.1. Pengujian Sistem ... 84

B.1.a. Basis Pengetahuan ... 85

B.1.b. Basis Aturan ... 87

B.1.c. Konsultasi ... 90

B.2. Pembahasan Kasus ... 92

B.3. Pengujian Program ... 99

B.3.a. Alpha test ... 99

B.3.b. Beta test ... 101

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA

(10)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 34

2. Tabel Aturan Gejala ... 36

3. Tabel jenis Penyakit ... 36

4. Tabel Aturan Pencegahan ... 37

5. Tabel Aturan Terapi (Pengobatan) ... 38

6. Rancangan Tabel Kunci ... 48

7. Rancangan Tabel Penyakit ... 48

8. Rancangan Tabel Gejala ... 49

9. Rancangan Tabel Pencegahan ... 49

10. Rancangan Tabel Terapi ... 50

11. Rancangan Tabel Aturan Gejala ... 50

12. Rancangan Tabel Relasi Gejala ... 51

13. Rancangan Tabel Aturan Pencegahan... 51

14. Rancangan Tabel Aturan Terapi ... 52

15. Data Pengujian JenisPenyakit ... 85

16. Data Pengujian Gejala ... 85

17. Data Pengujian Terapi ... 86

18. Data Pengujian Pencegahan ... 86

(11)

xvi

22. Data Pengujian Konsultasi ... 90

23. Data Pengujian Hasil Konsultasi yang Diharapkan ... 90

24. Data Pengujian Penyakit ... 92

25. Data Pengujian Gejala ... 93

26. Data Aturan Pengujian ... 93

27. Daftar Pertanyaan untuk Pakar ... 100

28. Daftar Nama Responden ... 101

(12)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tahapan pada Model Sekuensial Linear ... 12

2. Lingkungan Visual Basic 6.0 ... 26

3. Jendela Form ... 27

4. Toolbox ... 28

5. Jendela Properties ... 29

6. Graf Penelusuran Penyakit Layu Bakteri ... 39

7. Graf Penelusuran PenyakitNematoda Bengkak Akar ... 40

8. Graf Penelusuran PenyakitAntraknos ... 41

9. Graf Penelusuran PenyakitRebah Kecambah (Damping off) ... 41

10. Diagram Alir Data Level 0... 42

11. Diagram Alir Data Level 1... 43

12. Diagram Alir Data Level 2... 44

13. Diagram Alir Data Level 3... 45

14. EntityRelationalDiagram ... 46

15. Mapping Table ... 47

16. Rancangan Form Menu Pilihan ... 52

17. Rancangan Menu Utama untuk Konsultasi (Pengguna) ... 53

18. Rancangan Menu Utama untuk Pakar ... 54

(13)

xvi

22. Rancangan Form Konsultasi ... 57

23. Rancangan Form Diagnosis ... 58

24. Rancangan Form Hasil Diagnosis ... 58

25. Rancangan Form Saran ... 59

26. Rancangan Form Login Baru ... 59

27. Rancangan Form Ganti Password ... 60

28. Rancangan Form Hapus User ... 60

29. Rancangan Form Basis Pengetahuan Penyakit ... 61

30. Rancangan Form Basis Pengetahuan Gejala ... 62

31. Rancangan Form Basis Pengetahuan Pencegahan ... 62

32. Rancangan Form Basis Pengetahuan Terapi ... 63

33. Rancangan Form Basis Aturan Gejala ... 64

34. Rancangan Form Basis Aturan Pencegahan ... 64

35. Rancangan Form Basis Aturan Terapi ... 65

36. Tampilan Menu Pilihan ... 67

37. Tampilan Menu Utama untuk Pengguna ... 68

38. Tampilan Menu Utama utuk Pakar ... 69

39. Tampilan Menu Utama Basis Pengetahuan ... 69

40. Tampilan Menu Utama Basis Aturan... 70

41. Tampilan Form Login ... 70

42. Pesan User Masih Kosong ... 71

43. Pesan User Tidak Ada ... 71

(14)

xvii

45. Pesan User dan Password Tidak Cocok ... 72

46. Tampilan Form Login Baru ... 73

47. Tampilan Form Ganti Password ... 73

48. Tampilan Form Hapus Data User ... 74

49. Tampilan Form Konsultasi untuk Memilih Gejala ... 75

50. Tampilan Form Diagnosis dari Gejala Terpilih ... 75

51. Tampilan Form Penyakit dari Hasil Diagnosa ... 76

52. Tampilan Form Saran dan Pencegahan ... 76

53. Tampilan BasisPengetahuan Penyakit ... 78

54. Tampilan Basis Pengetahuan Gejala ... 79

55. Tampilan Basis Pengetahuan Pencegahan ... 80

56. Tampilan BasisPengetahuan Terapi ... 81

57. Tampilan Basis Aturan Gejala ... 82

58. Tampilan Basis Aturan Pencegahan ... 83

59. Tampilan Basis Aturan Terapi ... 83

60. Pengujian Basis Pengetahuan Data Penyakit ... 87

61. Pengujian Basis Aturan Gejala ... 89

62. Data Pengujian Konsultasi ... 91

63. Hasil Pengujian Konsultasi yang Diharapkan ... 92

64. Data Aturan Pengujian Penyakit Q ... 94

65. Data Aturan Pengujian Penyakit R ... 94

66. Data Aturan Pengujian Penyakit S ... 95

67. Pemilihan Gejala untuk Pengujian Sistem Pertama ... 96

68. Daftar Gejala Terpilih untuk Pengujian Sistem Pertama ... 96

(15)

xviii

(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia, karena buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani, sebagai bahan baku industri, memiliki peluang ekspor, membuka kesempatan kerja serta sebagai sumber vitamin C.

Gangguan penyakit pada tanaman cabai sangat kompleks, baik pada musim hujan maupun musim kemarau. Bahkan dapat menimbulkan kerugian cukup besar, seperti yang diuraikan oleh Dr. Ati Srie Duriat, Peneliti Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) bersama timnya (Duriat, 2007).

(17)

Sistem pakar ini dibuat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dr. Ati Srie Duriat, Peneliti Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa)

bersama timnya dengan judul penelitian “Penyakit Penting pada Tanaman

Cabai dan Pengendaliannya”, yang menjadi sumber utama dalam pengumpulan data tentang penyakit – penyakit tanaman cabai serta penanganannya.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari skripsi ini adalah untuk membangun suatu sistem pakar yang dapat mendiagnosa suatu penyakit pada tanaman cabai berdasarkan basis pengetahuan.

C. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu petani dalam mengembangkan pertaniannya.

2. Mempercepat proses pengambilan keputusan dalam menentukan penyakit cabai dan penanggulangannya.

3. Dapat digunakan oleh penyuluh-penyuluh pertanian yang bukan di bidang penyakit tanaman sehingga dapat menggantikan peran dari seorang pakar penyakit tanaman khususnya penyakit tanaman cabai.

D. Batasan Masalah

Beberapa hal yang membatasi masalah dalam pembahasan tugas akhir adalah: 1. Sistem Pakar dibuat dengan bahasa pemrograman Microsoft Visual Basic dan

Visual Data Manager.

2. Metode yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan adalah metode

(18)

3

E. Perumusan Masalah

Masalah yang akan dicoba untuk diselesaikan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana membangun suatu aplikasi sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit pada tanaman cabai dan memberikan rekomendasi pengobatannya. 2. Bagaimana membangun aplikasi sistem pakar dengan mengimplementasikan

metode forward chaining.

F. Hipotesis

Aplikasi akan mendiagnosa penyakit tanaman cabai dari gejala-gejala yang ditimbulkan, dan pengguna memperoleh diagnosa penyakit yang ada pada cabai dan solusi pengobatannya.

G. Kajian Penelitian Terdahulu

Penulisan skripsi ini mengambil bahan-bahan berupa buku teks serta artikel yang telah dipublikasikan di internet. Skripsi/penelitian terdahulu yang digunakan sebagai referensi pembanding yaitu:

1. Sistim Pakar Gigi dan Mulut Berbasis Web dengan PHP dan MYSQL disusun pada tahun 2012 oleh Arie Wicaksono D yang membahas tentang penentuan diagnosa penyakit pada gigi dan mulut.

(19)

H. Sistematika Penulisan

Dalam tulisan tugas akhir rancang bangun sistematika penulisan yang dibuat adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Menjelaskan tugas akhir secara umum, berisi latar belakang, tujuan, manfaat penelitian, batasan masalah, perumusan masalah, hipotesis, Kajian penelitian terdahulu dan sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran tentang Linear Sequential Model, Sistem Pakar, Pengertian Penyakit, Macam Penyakit Cabai, Basis Data, Data

Flow Diagram (DFD), Entity Relationship Diagram (ERD), dan Software

yang digunakan untuk membuat aplikasi.

III. METODE PENELITIAN

Bagian ini akan menjelaskan metodologi yang digunakan dalam proses pembuatan dan perancangan sistem.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bagian ini berisi mengenai hasil tentang implementasi dan pengujian dari program yang telah dibuat.

V. SIMPULAN DAN SARAN

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kercedasan Buatan

Kecerdasan buatan adalah cabang ilmu komputer yang bertujuan untuk membuat sebuah komputer dapat berfikir dan bernalar seperti manusia (Durkin, 1994). Tujuan dari kecerdasan buatan ini adalah membuat komputer semakin berguna bagi manusia. Kecerdasan buatan dapat membantu meringankan beban kerja manusia, misalnya dalam membuat keputusan, mencari informasi secara lebih akurat, atau membuat komputer lebih mudah digunakan dengan tampilan yang mudah dipahami. Cara kerja artificial intelegence adalah menerima input untuk kemudian diproses dan mengeluarkan output yang berupa suatu keputusan.

B. Pengenalan sistem pakar

(21)

permasalahan tertentu seperti yang dimiliki seorang pakar untuk memcahkan masalah tertentu. Mesin inferensi adalah sebuah mesin pemroses pengetahuan yang dimodelkan atas konsep berfikir dan bernalar seoarang pakar. Mesin inferensi beserta informasi yang didapat dari sebuah masalah, berpasangan dengan pengetahuan yang disimpan pada basis pengetahuan, berusaha untuk mencari atau menarik kesimpulan, jawaban dan rekomendasi guna pemecahan masalah tersebut.

Seorang pakar adalah aset yang berharga dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Seorang pakar dapat memunculkan ide yang kreatif, memecahkan masalah yang sulit, atau bahkan memperbaiki pekerjaan yang in-efficient. Walaupun demikian, tenaga manusia tetap terbatas, seorang pakar professional pun kemampuannya dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kondisi emosional apakah itu gembira, sedih ataupun kondisi fisik antara lain kelelahan, sakit, tua, lupa, kematian dan sebagainya. Jumlah pakar di bidang tertentu juga sangat terbatas sehingga adanya sistem pakar di bidang tertentu akan sangat berguna. Ada dua tujuan utama pengembangan sebuah sistem pakar, yaitu untuk menggantikan kerja seorang pakar atau membantu kerja seorang pakar.

Pengembangan sistem pakar melibatkan tiga unsur manusia di dalamnya. Ketiga unsur manusia tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pakar

(22)

7

nasehat untuk memecahkan suatu masalah. Tugas dari para pakar ini adalah menyediakan pengetahuan tentang bagaimana dia melakukan tugasnya, pengetahuan ini kemudian diserap dan diduplikasikan ke sistem pakar.

2. Pengembang sistem

Pengembang sistem adalah pihak yang membuat sistem pakar. Pengembang sistem (knowledge engineer) ini bertugas untuk menyerap, mengambil pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh para pakar serta mengimplementasikannya ke dalam sebuah software sistem pakar. Tugas ini cukup sulit karena seorang pengembang sistem tidak boleh memasukkan perkiraan atau perasaannya ke dalam pengetahuan yang diperolehnya. Di samping itu pengembang sistem juga harus pandai mencari informasi atau pengetahuan pakar karena kadangkala seorang pakar tidak dapat menjelaskan semua keahliannya.

3. Pemakai

Adalah pihak yang mempergunakan sistem pakar. Kemampuan sistem pakar dikembangkan untuk mempermudah dan menghemat waktu dan usaha user.

B.1. Ciri dan karakteristik

Menurut Jogiyanto ada berbagai ciri dan karakteristik yang membedakan sistem pakar dengan sistem lain yang dapat dijadikan sebagai pedoman utama dalam pengembangan sistem pakar, di antaranya:

(23)

secara numerik sedangkan keahlian dari seorang pakar adalah fakta dan aturan-aturan, bukan numerik.

b. Informasi dalam sistem pakar tidak selalu lengkap, subyektif, tidak konsisten, subyek terus berubah dan tergantung pada kondisi lingkungan sehingga keputusan yang diambil bersifat tidak pasti dan tidak mutlak “ya” atau

“tidak” akan tetapi menurut ukuran kebenaran tertentu. Oleh karena itu dibutuhkan kemampuan sistem untuk belajar secara mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalah dengan pertimbangan-pertimbangan khusus. c. Kemungkinan solusi sistem pakar terhadap suatu permasalahan adalah bervariasi dan mempunyai banyak pilihan jawaban yang dapat diterima, semua faktor yang ditelusuri memiliki ruang masalah yang luas dan tidak pasti. Oleh karena itu diperlukan fleksibilitas sistem dalam menangani kemungkinan solusi dari berbagai permasalahan.

d. Perubahan atau pengembangan pengetahuan dalam sistem pakar dapat terjadi setiap saat bahkan sepanjang waktu sehingga diperlukan kemudahan dalam modifikasi sistem untuk menampung jumlah pengetahuan yang semakin besar dan semakin bervariasi.

e. Pandangan dan pendapat setiap pakar tidaklah selalu sama, yang oleh karena itu tidak ada jawaban bahwa solusi sistem pakar merupakan jawaban yang pasti benar. Setiap pakar akan memberikan pertimbangan-pertimbangan berdasarkan faktor subyektif.

(24)

9

meskipun solusinya sulit sehingga fasilitas informasi sistem harus selalu diperlukan.

B.2. Kategori sistem pakar

Berdasarkan tujuan pembuatannya, sistem pakar dikategorikan menjadi (Durkin, 1994):

a. Kontrol (Control)

Dengan tujuan untuk mengatur perilaku kerja sistem dalam suatu lingkungan yang kompleks, termasuk di dalamnya adalah penafsiran, perkiraan, pengawasan dan perbaikan perilaku kerja sistem tersebut. Contoh: kontrol terhadap proses manufacturing lengkap.

b. Desain (Design)

Dengan tujuan untuk menentukan konfigurasi yang cocok dari komponen-komponen yang ada pada sebuah sistem sehingga diperoleh kemampuan kerja yang memuaskan walaupun terdapat keterbatasan di dalamnya. Contoh:

layout circuit.

c. Diagnosa (Diagnosis)

(25)

d. Instruksi (Instruction)

Dengan tujuan untuk mendeteksi dan memperbaiki kekurangan perilaku siswa dalam memahami bidang informasi tertentu. Contoh: program tutorial. e. Interpretasi (Interpretation)

Dengan tujuan menganalisa data yang tidak lengkap, tidak teratur dan data yang kontradiktif yang biasanya diperoleh melalui sensor. Contoh: analisis citra.

f. Pengamatan (Monitoring)

Dengan tujuan membandingkan perilaku yang diamati dalam suatu sistem dengan perilaku yang diharapkan untuk mengenal variasi perilaku yang terdapat di dalamnya. Contoh: kontrol instalasi nuklir.

g. Perencanaan (Planning)

Dengan tujuan untuk mendapatkan tahapan secara urut dari tindakan yang harus dilakukan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan sebelumnya dari suatu kondisi awal tertentu. Contoh: lengan robot yang dapat memindahkan lima balok dengan susunan tertentu dari susunan asal yang acak.

h. Prediksi (Prediction)

Dengan tujuan untuk memberikan kesimpulan mengenai akibat atau efek yang mungkin terjadi dari sejumlah alternatif situasi yang diberikan. Contoh:

financial forecasting. i. Preskripsi (Prescription)

(26)

11

j. Seleksi (Selection)

Dengan tujuan untuk mengidentifikasi pilihan yang terbaik atau yang paling cocok dari sebuah daftar kemungkinan dengan memberikan kriteria-kriteria tertentu.

k. Simulasi (Simulation)

Dengan tujuan untuk membuat suatu model atas sebuah sistem atau proses yang memiliki banyak kemungkinan solusi.

B.3. Metode sistem pakar

Terdapat dua metode inferensi yang digunakan dalam sistem pakar, yaitu forward chaining dan backward chaining.

B.3.a. Forward chaining

Konsep dari forward chaining berangkat dari premis menuju kepada kesimpulan akhir, sering disebut data driven (yaitu, pencarian dikendalikan oleh data yang diberikan), artinya suatu proses yang memulai pencarian dari premis atau data menuju konklusi. Dalam penganalisaan masalah, komputer mencari fakta atau nilai yang sesuai dengan syarat pada posisi JIKA dari rule MAKA.

B.3.b. Backward chaining

(27)

memulai titik pendekatannya dari goal yang akan dicari nilainya kemudian bergerak untuk mencari informasi yang mendukung goal tersebut.

C. Metode Waterfall (Model Sekuensial Linear)

Nama dari model ini sebenarnya adalah “Linear Sequential Model”. Model ini

sering disebut dengan “classic life cycle” atau model Waterfall. Model ini merupakan model pengembangan yang pertama, yang muncul pertama kali pada sekitar tahun 1970 sehingga model ini sering disebut kuno. Namun demikian model ini adalah model yang paling banyak digunakan di dalam Software Engineering (SE) (Hafiz, 2010).

Gambar 1. Tahapan pada Linear Sequential Model (Roger S. Pressman, 1997)

(28)

13

pada suatu tahap telah selesai, baru dapat melanjutkan ke tahap berikutnya. Tahap-tahap pada model sekuensial linear adalah sebagai berikut:

C.1. Analisis kebutuhan

Tahap ini mengumpulkan requirement (kebutuhan) apa saja yang dibutuhkan pada sistem. Analisis sistem juga merupakan sebuah teknik pemecahan masalah yang menguraikan sebuah sistem menjadi komponen-komponennya dengan tujuan mempelajari seberapa bagus komponen-komponen tersebut bekerja dan berinteraksi untuk meraih tujuan. Ada satu bagian penting yang biasanya dilakukan dalam tahapan analisis yaitu pemodelan proses bisnis. Model proses adalah model yang memfokuskan pada seluruh proses di dalam sistem yang mentransformasikan data menjadi informasi. Biasanya model ini digambarkan dalam bentuk Diagram Arus Data (Data Flow Diagram/DFD).

C.2. Perancangan

Pada tahap ini dilakukan desain sistem yang akan dibuat sebelum proses coding. Desain sistem meliputi desain database serta interface yang nantinya akan menghasilkan sebuah arsitektur sistem keseluruhan.

Pada tahap perancangan menghasilkan suatu perancangan database, Entity Relationship Diagram (ERD), dan perancangan interface. Database, ERD, dan

(29)

C.3. Pengkodean

Tahap ini memberikan suatu coding terhadap desain agar dimengerti oleh komputer. Pengkodean tersebut menghasilkan desain yang dinamis sesuai dengan kebutuhan.

C.4. Pengujian

Tahapan berikutnya dalam model sekuensial linear adalah tahap pengujian, dimana pada tahapan ini software yang telah dibuat diuji apakah telah sesuai dengan kebutuhan atau belum. Pengujian pada software ini menggunakan metode pengujian blackbox dan whitebox.

C.4.a. Blackbox testing

Black box testing memperlakukan pengujian perangkat lunak sebagai kotak hitam

tanpa pengetahuan tentang pelaksanaan internal. Blackbox testing merupakan pengujian tanpa melihat source code lagi, melainkan dengan cara menguji langsung ke hasil tampilannya/output.

C.4.b. Whitebox testing

White box testing adalah ketika penguji memiliki akses ke struktur data internal dan algoritma termasuk source code.

C.5. Implementasi dan pemeliharaan

(30)

15

pembuatan produk sehingga untuk pengembangan / perbaikan produk di masa datang tidak ada kesulitan.

Tipe pemeliharaan :

1. Corrective Maintenance

memperbaiki sisa-sisa kesalahan pada saat pembuatan produk 2. Perfective Maintenance

meningkatkan efektifitas atau kemampuan produk 3. Adaptive Maintenance

menyesuaikan produk dengan perubahan dan perkembangan teknologi / lingkungan dimana produk tersebut digunakan

D. Penyakit Tanaman Cabai

1. Penyakit Layu Bakteri

Penyakit ini ditularkan oleh Patogen Ralstonia solanacearum, gejala yang sering terjadi adalah tanaman muda layu yang dimulai dari pucuk, selanjutnya seluruh bagian tanaman layu dan mati. Pencegahan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut:

a. Media untuk penyemaian menggunakan lapisan sub soil (1,5-2 m di bawah permukaan tanah), pupuk kandang matang yang halus dan pasir kali pada perbandingan 1:1. Campuran media ini di-pasteurisasi selama 2 jam.

(31)

c. Naungan persemaian secara bertahap dibuka agar matahari masuk dan tanaman menjadi lebih kuat.

d. Penggunaan fungisida/bakterisida selektif dengan dosis batas terendah.

2. Penyakit Rebah Kecambah

Penyakit ini ditularkan oleh salah satu dari patogen Rhizoctonia solani, Pythium spp. Fusarium spp. Phytophora spp. atau Colletotrichum spp. Gejala yang sering timbul adalah semaian cabai gagal tumbuh, biji yang sudah berkecambah mati tiba-tiba atau semaian kerdil karena batang bawah atau leher akar busuk dan mengering. Pada bedengan persemaian nampak kebotakan kecambah atau persemaian cabai secara sporadis dan menyebar tidak beraturan. Pencegahan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut:

a. Media untuk penyemaian menggunakan lapisan sub soil (1,5-2 m di bawah permukaan tanah) dan pupuk kandang matang yang halus dan pasir kali pada perbandingan 1:1. Campuran media ini dipasteurisasi

selama 2 jam.

b. Semaian yang terinfeksi penyakit harus dicabut dan dimusnahkan, media tanah yang terkontaminasi dibuang.

c. Naungan persemaian secara bertahap dibuka agar matahari masuk dan tanaman menjadi lebih kuat.

d. Penggunaan fungisida/bakterisida selektif dengan dosis batas terendah. 3. Penyakit Bengkak Akar

(32)

17

bintil akar yang tidak bisa lepas walaupun akar diusap lebih keras. Pencegahan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut:

a. Media untuk penyemaian menggunakan lapisan sub soil (1,5-2 m di bawah permukaan tanah) dan pupuk kandang matang yang halus dan pasir kali pada perbandingan 1:1. Campuran media ini dipasteurisasi

selama 2 jam.

b. Semaian yang terinfeksi penyakit harus dicabut dan dimusnahkan, media tanah yang terkontaminasi dibuang.

4. Penyakit Mosaik Belang Kuning atau Klorosis

Penyakit ini ditularkan melalui patogen potato Virus (PVY), CMV atau

Tobacco Etch Virus (TEV), atau TMV. Penyakit ini ditandai dengan warna

daun belang klorosis atau kuning. Pencegahan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut:

a. Semaian yang terinfeksi penyakit harus dicabut dan dimusnahkan, media tanah yang terkontaminasi dibuang.

b. Gunakan Insektisida yang efektif dan dianjurkan untuk mengendalikan vektornya (kutu daun).

5. Penyakit Busuk Basah Bakteri

(33)

masa yang basah lunak berlendir. Lendir keluar dari kantung buah dan menguap sampai ke kering. Buah yang masih menempel pada tanaman kemudian terinfeksi akan tetap terikat menggantung seperti kantung air. Setelah isinya keluar suatu kantung buah kering berwarna transparan dan tetap menggantung. Pencegahan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut:

a. Pengaturan jarak tanaman tidak terlalu rapat.

b. Sanitasi kebun dari sisa-sisa tanaman yang terinfeksi bakteri. c. Melakukan panen pada waktu cuaca kering.

d. Menjaga agar buah tidak luka/memar waktu dipanen. e. Simpan ditempat buah cabai ditempat yang teduh.

f. Pencucian dapat meningkatkan infeksi. Penambahan khlor pada air cucian dan segera mengeringkannya adalah cara yang dianjurkan.

g. Mengumpulkan dan memusnahkan buah cabai yang terinfeksi.

6. Penyakit Bercak Kering Bakteri

Patogen pembawanya adalah Xanthomonas campestris pv vesicatoria. Gejala yang sering timbul adalah pada buah bercak berbentuk bulat kutil tidak beraturan, kutil yang menyatu membentuk cembungan besar yang retak-retak. Patogen dapat terbawa biji. Pencegahan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut:

a. Gunakan benih cabai yang bersertifikat.

b. Rotasi tanaman penting untuk mengelola penyakit ini.

(34)

19

7. Penyakit Antraknos

Penyakit ini dibawa oleh patogen Colletotrichum spp. Penyakit ini ditandai dengan adanya antraknos pada buah yang membuat buah busuk. Di Indonesia penyakit ini dapat menginfeksi buah matang dan buah muda. Gejala awal adalah bercak kecil seperti tersiram air, luka ini berkembang dengan cepat sampai ada yang bergaris tengah 3-4 cm. Ekspansi bercak yang maksimal membentuk lekukan dengan warna merah tua ke coklat muda, dengan berbagai bentuk konsentrik dari jaringan stromatik cendawan yang berwarna gelap. Spora yang berwarna pucat kekuningan sampai warna salmon (pink) tersebar pada garis-garis konsentrik. Buah cabai bisa hancur 100% karena antraknos. Pencegahan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut:

a. Gunakan benih cabai yang bersertifikat, rendam dengan air panas ±55ºC selama 30 menit atau dengan larutan 0,05-0,1 % fungisida golongan sistematik (seperti Triazole atau Pirimidin)

b. Pemupukan berimbang, yaitu urea 150-200kg, za 450-500kg, tsp 100-150kg, kcl 100-100-150kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar

c. Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi

d. Pada dataran tinggi gunakan mulsa plastik untuk mengurangi infestasi antraknos dan penyakit tanah terutama pada musim hujan

e. Gunakan fungisida klorotalonil (daconil 500 2g/l) atau propineb (antracol 70wp, 2g/l) secara bergantian

(35)

8. Penyakit Bercak Fitoftora

Patogen dari penyakit ini adalah Phytophora capsici. Gejala awal pada buah adalah bercak seperti tercelup air panas dengan warna hijau buram, bercak ini dengan cepat menyebar pada luasan buah. Gejala berikutnya buah akan menjadi lembek/lunak dan berkerut. Tanaman muda pada bagian lain dapat diserang patogen ini. Pencegahan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut:

a. Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCL 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.

b. Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi penyakit serta menaikkan hasil panen.

c. Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi penyakit terutama di musim hujan.

d. Tanaman muda yang terinfeksi penyakit di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.

e. Buah yang terinfeksi dimusnahkan.

(36)

21

g. Untuk mengurangi penggunaan pestisida (±30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.

9. Penyakit Mosaik belang

Patogen dari penyakit ini adalah Cucumber Mosaic Virus (CMV) atau Tobacco Ecth Virus (TEV). Indikasi tanaman yang terkena penyakit ini adalah bentuk buah abnormal, melengkung dan atau permukaan tidak rata, warna buah belang kuning sepanjang alur buah. Warna kuning sangat menonjol pada buah yang masih berwarna hijau. Pada buah menjelang matang warna buah belang coklat dan kekuningan, dan waktu matang penuh buah berwarna merah (agak muda) yang merata. Pencegahan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut:

a. Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCL 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.

b. Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.

c. Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi kutu daun sebagai vektor virus.

d. Tanaman muda yang terinfeksi penyakit di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.

(37)

10. Penyakit Kerusakan Oleh Kutu daun

Patogen dari penyakit ini adalah Aphis sp. Gejala yang umum adalah daun muda berkerut dan agak belang kuning samar. Internode pendek sehingga letak daun lebih bertumpuk. Helaian daun sering ditutupi oleh suatu lapisan hitam tipis yang berasosiasi dengan kutu daun yang lepas. Lapisan hitam ini adalah pertumbuhan jamur jelaga yang tumbuh pada ekskresi kutu daun yang manis seperti madu. Populasi kutu daun yang ekstrim tinggi dapat menyebabkan klorosis dan gugur daun dapat menyebabkan buah tereduksi atau cacat karena sengatan matahari. Pencegahan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut:

a. Lihat cara pencegahan hama kutu daun.

b. Pengendalian terhadap kutu daun sendiri dengan membiarkan musuh alaminya tetap tumbuh dan berkembang.

c. Insektisida yang dianjurkan untuk mengendalikan kutu daun antara lain Kartap hidroksida (2g/l), Fipronil (2cc/l), Diafenthiuron (2cc/l).

d. Pengendalian terhadap populasi semut yang sering membawa kutu daun menjadi ternak peliharaannya.

11. Penyakit Kerusakan Oleh Tungau

(38)

23

a. Dilakukan pantauan yang sering dan teliti. Tanaman muda (sampai masa berbunga pertama) kurang lebih umur 35 hari yang memperlihatkan daun ngelinting segera dipangkas daunnya, kemudian tanaman disemprot dengan akarisida, lalu tanah sekitar tanaman disiram dengan air untuk mempercepat pertumbuhan tunas.

b. Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCL 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.

c. Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.

d. Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi penyakit terutama di musim hujan.

e. Untuk mengurangi penggunaan pestisida (±30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.

12. Penyakit Kerusakan oleh Trips

(39)

a. Pemupukan yang berimbang, yaitu Urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCL 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar.

b. Intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi dapat mengurangi serangan hama dan penyakit serta menaikkan hasil panen.

c. Penggunaan mulsa plastik perak di dataran tinggi, dan jerami di dataran rendah mengurangi infestasi penyakit terutama di musim hujan.

d. Tanaman muda yang terinfeksi penyakit di lapangan dimusnahkan dan disulam dengan yang sehat.

e. Buah yang terinfeksi dimusnahkan.

f. Cendawan phytophora capisi dapat dikendalikan dengan fungisida sistemik metalaksil-M 4% + mancozeb 64% (Ridomil Gold MZ 4/64 WP) pada konsentrasi 3 g/l air, bergantian dengan fungisida kontak seperti klorotalonil (Daconil 500 F, 2g/l). Fungisida sistemik digunakan maksimal empat kali per-musim.

g. Untuk mengurangi penggunaan pestisida (±30%) dianjurkan untuk menggunakan nozel kipas yang butiran semprotannya berupa kabut dan merata.

13.Penyakit Mutasi

(40)

25

Mutasi sifatnya tidak baka dan tidak menular. Tanaman ini kalau tidak dikehendaki musnahkan saja.

14. Penyakit Ujung Busuk

Penyebabnya adalah Kahat kalsium dan air tidak seimbang. Gejala umumnya adalah terdapat bercak seperti tersiram air panas terbentuk pada ujung buah. Jaringan yang terinfeksi menjadi lunak busuk dan nampak seperti lapisan kulit. Buah-buah yang terinfeksi menjadi lebih cepat matang. Cendawan saprofitik sering tumbuh pada bekas luka tadi, begitupun bakteri busuk lunak bisa masuk ke dalam buah melalui luka yang terjadi. Pencegahan dan pengendaliannya adalah sebagai berikut:

a. Drainase tanah (tata air dan tata udara) dipersiapkan dengan baik.

b. Pemupukan yang berimbang, yaitu urea 150-200 kg, ZA 450-500 kg, TSP 100-150 kg, KCL 100-150 kg, dan pupuk organik 20-30 toon per hektar.

c. Pada kelembaban yang berfluktuasi tidak memberi hara nitrogen berlebih.

E. Visual Basic 6.0

Visual Basic pada dasarnya adalah sebuah bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah-perintah atau instruksi yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Visual Basic selain disebut sebagai bahasa pemrograman, juga sering disebut sebagai sarana (tool) untuk menghasilkan program-program aplikasi berbasiskan windows.

(41)

1. Untuk membuat program aplikasi berbasis windows.

2. Untuk membuat objek–objek pembantu program seperti misalnya kontrol

ActiveX, file Help dan sebagainya.

3. Menguji program (debugging) dan menghasilkan program akhir berakhiran EXE yang bersifat executeable, atau dapat langsung dijalankan.

Gambar 2. Lingkungan Visual Basic 6.0

E.1. Form

(42)

27

Gambar 3. Jendela form

E.2. Toolbox

Toolbox adalah sebuah “kotak peranti” yang mengandung semua objek atau

(43)

Gambar 4. Toolbox

E.3. Jendela properties

(44)

29

Gambar 5. Jendela properties

E.4. Dasar pemrograman

a. Tipe data

Visual Basic 6.0 mendukung beberapa macam tipe data yang bisa digunakan di dalam pemrograman, kesemua tipe data ini harus diketahui karena bila salah dalam mempresentasikannya di dalam pemrograman, aplikasi yang telah dibuat tidak akan berjalan dengan baik (Halvorson, 2000). Sebagai contoh, untuk melakukan perhitungan matematik harus menggunakan tipe data numerik (angka), untuk menyimpan data berbentuk teks harus menggunakan tipe data string, dan sebagainya.

Tipe – tipe data yang terdapat pada Visual Basic di antaranya adalah (Halvorson, 2000):

1. Integer

(45)

2. Byte

Tipe data yang berupa nilai bulat positif (tanpa pecahan). Kisarannya mulai dari 0 – 255

3. Decimal

Tipe data yang digunakan untuk menyimpan nilai desimal (pecahan) dengan ketepatan hingga 28 angka desimal.

4. Boolean

Tipe data yang hanya memiliki dua buah nilai yaitu True atau False

(Benar atau Salah). Tipe data ini biasanya digunakan untuk memilih salah satu dari dua pilihan seperti ya/tidak, pria/wanita, dan sebagainya.

5. String

Tipe data yang memiliki nilai alfanumerik, yaitu nilainya bisa berupa

huruf, angka, atau karakter khusus. Contohnya : “Anas”, “123.45”, “Tekan

tombol #”. Angka “123.45” bertipe string dan bukan numerik. Bedanya,

angka yang bertipe string tidak dapat dilakukan operasi matematika seperti penambahan, pengurangan, dan sebagainya.

6. Single

Tipe data numerik yang memiliki kisaran nilai mulai dari -3.402823E+38 hingga 3.402823E+38. Tipe data ini juga sering disebut single precision

atau bilangan berpresisi tunggal.

7. Double

(46)

31

data ini juga sering disebut double precision atau bilangan berpresisi ganda.

8. Date

Tipe data yang digunakan untuk menyimpan nilai tanggal dan jam, nilainya berkisar dari 1 januari 100 hingga 31 desember 9999.

9. Currency

Tipe data yang digunakan untuk menyimpan nilai uang (dalam dolar atau dalam jenis mata uang yang digunakan komputer). Tipe data ini memiliki nilai yang berkisar mulai 922.337.203.685.477,5 sampai 922.337.203.685.477,5808.

10.Long

Tipe data numerik yang mirip dengan integer, hanya saja kisarannya jauh lebih besar yaitu dari -2.147.483.648 hingga 2.147.483.647. Tipe data ini membutuhkan memori yang cukup besar, jadi gunakan apabila perlu saja.

11.Object

Tipe data yang menyimpan objek seperti form, kontrol dan sebagainya.

12.Variant

Tipe data yang bisa berisi segala macam tipe data yang berbeda. Biasanya digunakan jika tidak mengetahui jenis data yang akan digunakan. Secara otomatis Visual Basic menugaskan tipe data ini pada setiap kontrol yang dibuat ke dalam aplikasi.

b. Variabel

(47)

perhitungan, pengubahan properti, penentuan nilai, dan sebagainya (Halvorson, 2000). Isi variabel bisa berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai kebutuhan, sehingga variabel dapat juga diibaratkan seperti kotak penyimpanan.

X=100 X=50

Di sini yang dimaksud dengan variabel adalah x,. Pada baris pertama,

variabel x dimasukkan nilai 100 sehingga isi dari x adalah 100. Tetapi isi

variabel x tidak akan selamanya 100 di sepanjang program. Pada baris kedua, nilai 50 dimasukkan ke dalam variabel x. Jadi kini isi dari variabel x bukannya 100 lagi tetapi sudah menjadi 50.

c. Konstanta

Beda dengan variabel, konstanta (atau sering juga disebut dengan istilah

literal) adalah nilai yang tidak akan berubah di sepanjang aplikasi (Halvorson, 2000). Biasanya konstanta digunakan untuk memberi nilai tetap pada perhitungan.

Total = subtotal + 1000

Nilai 1000 di atas adalah konstanta. Sedangkan total dan subtotal adalah

variabel. Isi dari variabel total dan subtotal bisa berubah-ubah, sedangkan nilai 1000 di atas akan tetap besarnya di sepanjang aplikasi Visual Basic.

d. Operator

(48)

III. METODE PENELITIAN

A. Perangkat yang digunakan A.1. Perangkat Keras

Berikut ini adalah perangkat keras (hardware) yang digunakan untuk membuat aplikasi:

a. Processor Intel Core i3 2.13 Hz b. RAM 3 GB

c. VGA 1270 MB d. Hardisk 230 GB

e. DVD RW LITE-ON LTR

A.2. Perangkat Lunak

Berikut ini adalah perangkat lunak (software) yang digunakan untuk membuat aplikasi:

a. Sistem Operasi Windows XP b. VB 6 (Visual Basic 6)

(49)

B. Waktu dan Tempat B.1. Waktu

Kegiatan penelitian dilakukan mulai dari Tanggal 1 Desember 2012 sampai dengan 30 Mei 2013.

Tabel 1. Jadwal kegiatan penelitian

No KEGIATAN BULAN KE

Whitebox testing, Alpha test, Beta

test)

5 Implementasi & Pemeliharaan (Instalisasi, input data baru) 6 Pembuatan laporan dan lain-lain

Keterangan : = Pelaksanaan kegiatan.

= Tidak ada kegiatan

B.2. Tempat

(50)

35

C. Perancangan Sistem C.1. Deskripsi Sistem

Deskripsi sistem adalah gambaran umum tentang sistem yang akan dikembangkan. Sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit tanaman cabai ini merupakan perangkat lunak yang dapat digunakan untuk membantu mendiagnosa penyakit pada tanaman cabai yang diwujudkan dengan adanya dialog antara pengguna dengan sistem. Pada proses ini sistem akan memberikan daftar berupa fakta-fakta yang telah disimpan dalam sistem berupa basis pengetahuan. Jawaban yang diberikan pengguna akan diproses sehingga menghasilkan kesimpulan tentang penyakit pada tanaman cabai. Sistem memberikan saran pengobatan serta pencegahan yang bisa dilakukan untuk mencegah agar tidak terkena penyakit tersebut.

C.2. Representasi pengetahuan

Sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit tanaman cabai ini membutuhkan basis pengetahuan dan mesin inferensi. Basis pengetahuan ini berisi fakta-fakta yang dibutuhkan oleh sistem, sedangkan mesin inferensi digunakan untuk menganalisa fakta-fakta yang dimasukkan pengguna hingga dapat ditentukan suatu kesimpulan.

(51)

Tabel 2. Tabel aturan gejala (Duriat, 2007)

No Aturan Gejala

1. IF Tanaman muda layu yang dimulai dari pucuk AND seluruh tanaman layu dan mati THEN LAYU BAKTERI

2.

IF Semaian cabai gagal tumbuh AND biji yang sudah berkecambah mati tiba-tiba AND Semaian kerdil karena batang bawah atau leher busuk dan mengering AND Pada bedengan persemaian Nampak kebotakan kecambah AND Semaian cabai sporadis dan menyebar tidak THEN REBAH

KECAMBAH (Damping off)

3.

IF Semaian agak kekuningan namun tampak seperti tanaman sehat AND ada bintil akar yang tidak bisa lepas walaupun diusap lebih keras THEN NEMATODA BENGKAK AKAR

4.

IF Bercak kecil seperti tersiram air AND Daun, ranting dan batang busuk kering berwarna coklat kehitam - hitaman AND Pada batang acervuli terlihat berupa ANTRAKNOS

Data-data yang menjadi output bagi sistem adalah data jenis penyakit, data pencegahan dan data pengobatan. Aturan jenis penyakit menyediakan pengetahuan tentang jenis penyakit pada cabai dan deskripsinya. Pembentukan aturan jenis penyakit pada tanaman cabai ini ditunjukkan pada tabel 8.

Tabel 3. Tabel jenis penyakit (Duriat, 2007)

No. Penyakit Deskripsi

1. LAYU

BAKTERI

Serangan pertama kali biasanya pada tanaman umur 6 minggu. Daun layu mulai dari pucuk

sampai ke bagian bawah. Kalau

batang/cabang/pangkal batang dibelah, terlihat warna cokelat kehitaman dan busuk. Bila dicelup dalam air bening 5 menit kemudian akan keluar cairan eksudat seperti lendir berwarna putih. Serangan bakteri ini sering menular lewat air yang tercemar

2. BERCAK

BAKTERI

(52)

37

tidak beraturan

3. BERCAK

DAUN

Bercak-bercak bulat kecil pada daun merupakan ciri khas serangan Cercospora capsici. Warna bagian dalam lingkaran selalu berbeda dengan tepi lingkaran. Bercak tersebut akan meluas mencapai sekitar 0,5 cm. Bercak tampak berwarna pucat sampai putih, dan tepinya berwarna lebih tua. Selain menyerang daun juga menyerang pada batang dan tangkai daun

4. ANTRAKNOS

Penyakit ini dibawa oleh patogen Colletotrichum spp. Penyakit ini ditandai dengan adanya antraknos pada buah yang membuat buah busuk

Rancangan sistem ini tidak hanya berhenti pada kemampuan diagnosis penyakit dengan menggunakan aturan-aturan gejala. Penelusuran dapat dilanjutkan untuk menelusuri saran pencegahan dan saran pengobatan hasil dari melakukan sesi konsultasi berupa jenis penyakit tertentu. Dalam hal ini tentu saja jenis penyakit yang terdeteksi berkedudukan sebagai kesimpulan akhir, sedangkan cara pencegahan dan saran terapi (pengobatan) berkedudukan sebagai fakta.

Tabel 4. Tabel aturan pencegahan (Duriat, 2007)

No. Aturan Pencegahan

1.

IF LAYU BAKTERI THEN gunakan lapisan sub soil 1,5-2 m di bawah permukaan tanah sbg media penyemaian AND gunakan pupuk kandang matang yang halus dan pasir kali dengan perbandingan 1:1 AND campuran media ini dipasteurisasi selama 2 jam

2.

IF REBAH KECAMBAH THEN gunakan lapisan sub soil 1,5-2 m di bawah permukaan tanah sbg media penyemaian AND gunakan pupuk kandang matang yang halus dan pasir kali dengan perbandingan 1:1 AND campuran media ini dipasteurisasi selama 2 jam

3.

(53)

4.

IF LAYU FUSARIUM THEN tanah-tanah yang terkontaminasi penyakit ini jangan digunakan AND membersihkan lahan dari sisa tanaman dan gulma sebelumnya

Tabel 5. Tabel aturan terapi (pengobatan) (Duriat, 2007)

No. Aturan Terapi

1.

IF LAYU BAKTERI THEN semaian yang terinfeksi penyakit harus dicabut dan dimusnahkan AND media tanah yang terkontaminasi dibuang AND buang naungan persemaian AND gunakan fungisida/bakterisida dengan dosis terendah

2.

IF REBAH KECAMBAH THEN semaian yang terinfeksi penyakit harus dicabut dan dimusnahkan AND media tanah yang terkontaminasi dibuang AND buang naungan persemaian AND gunakan fungisida/bakterisida dengan dosis terendah DAN musnahkan tanaman yang terinfeksi dan sulam dengan yang baru DAN pada dataran tinggi gunakan mulsa plastik untuk mengurangi infestasi antraknos dan penyakit tanah terutama pada musim hujan DAN ekstrak tanaman merigold (titonia diversifolata) dalam air 1:20(berat/volume) DAN kurangi penggunaan pestisida dengan menggunakan spuyer yang butiran semprotannya berupa kabut merata

4.

IF LAYU FUSARIUM THEN pemupukan berimbang, yaitu urea 150-200kg, za 450-500kg, tsp 100-150kg, kcl 100-150kg, dan pupuk organik 20-30 ton per hektar AND peninggian guludan cabai mengurangi insiden penyakit layu AND intercropping antara cabai dan tomat di dataran tinggi DAN musnahkan tanaman yang terinfeksi dan sulam dengan yang baru

C.3. Sistematika Penamaan Variabel

Adapun variabel yang digunakan untuk mempermudah dalam membuat program adalah :

(54)

39

SKT = Nama Penyakit CGH = Pencegahan TRP = Terapi/Pengobatan

A-Z = Contoh berupa gejala, penyakit, pencegahan, atau terapi

C.4. Mesin Inferensi

Mesin inferensi adalah bagian sistem pakar yang melakukan penalaran dengan menggunakan isi daftar aturan berdasarkan urutan dan pola tertentu. Selama proses konsultasi, mesin inferensi menggunakan strategi forward chaining.

Strategi forward chaining digunakan pada pengujian fakta-fakta yang dimasukkan pengguna, dengan aturan yang telah disimpan dalam sistem, satu demi satu hingga dapat diambil satu kesimpulan.

C.4.a. Penerapan Graf Penelusuran Jenis Penyakit

1. Graf penelusuran jenis penyakit Layu Bakteri

Penyakit Layu Bakteri memiliki dua gejala yang digunakan sebagai penelusuran ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

A

B

SKT1

(55)

Keterangan

A : Tanaman muda layu yang dimulai dari pucuk

B : seluruh tanaman layu dan mati

SKT1 : Penyakit Layu Bakteri

2. Graf penelusuran jenis penyakit Nematoda Bengkak Akar

Penyakit Nematoda Bengkak akar memiliki dua gejala yang digunakan sebagai penelusuran ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

C

D

SKT2

Gambar 7. Graf penelusuran penyakitNematoda Bengkak Akar

Keterangan

C : Semaian agak kekuningan namun tampak seperti tanaman sehat

D : ada bintil akar yang tidak bisa lepas walaupun diusap lebih keras

SKT2 : Penyakit Nematoda Bengkak Akar.

3. Graf penelusuran jenis penyakit Antraknos

(56)

41

E

F

G

SKT3

Gambar 8. Graf penelusuran penyakitAntraknos

Keterangan

E : Bercak kecil seperti tersiram air

F : Daun, ranting dan batang busuk kering berwarna coklat kehitam

G : Pada batang acervuli terlihat berupa benjolan

SKT3 : Penyakit Antraknos

4. Graf penelusuran jenis penyakit Rebah Kecambah (Damping off)

Penyakit Rebah Kecambah (Damping off) memiliki enam gejala yang digunakan sebagai penelusuran ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

H

II

J

K

SKT4

L

M

(57)

Keterangan

H : Semaian cabai gagal tumbuh

I : biji yang sudah berkecambah mati tiba-tiba

J : Semaian kerdil karena batang bawah atau leher busuk dan mengering

K : Pada bedengan persemaian Nampak kebotakan kecambah

L : Keluar cairan berwarna merah coklat bercampur gas

M : Semaian cabai sporadis dan menyebar

SKT4 : Penyakit Rebah Kecambah (Damping off)

C.5. Perancangan Diagram Alir Data

USER

Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Tanaman Cabai Dengan Metode Forward

Chaining

Gejala Penyakit

Diagnosis Penyakit

PAKAR

Kelola Basis Pengetahuan, Kelola Basis Aturan Daftar Basis Pengetahuan,

Daftar Basis Aturan

Gambar 10. Diagram alir data level 0

(58)

43

Pertanian) dan pengguna (user). Seorang pakar penyakit dapat memasukkan data

– data kepakaran ke dalam sistem serta dapat memperoleh informasi pakar, sedangkan pengguna hanya bisa melakukan konsultasi dengan sistem, yaitu dengan memilih gejala-gejala penyakit kepada sistem dan memperoleh hasil kesimpulan yang berupa jenis penyakit, saran terapi atau pengobatan dan pencegahan yang bisa dilakukan.

Aliran data dan detail proses-proses yang akan diintegrasikan ke dalam sistem, digambarkan dalam diagram alir data level 1 yang merupakan turunan dari

(59)

Aliran data yang berasal dari seorang pakar penyakit menular berupa data-data tentang jenis penyakit, jenis gejala, saran pencegahan dan saran pengobatan, serta aturan-aturan yang menghubungkan data gejala, saran pencegahan dan pengobatan, dengan data penyakit.

Diagram alir data level 1 diturunkan lagi menjadi diagram alir data level 2 yang menggambarkan proses dan aliran data yang lebih detail, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

PAKAR

(60)

45

Gambar 13. Diagram alir data level 3

C.6. Perancangan Database

Implementasi dari sistem pakar yang berguna untuk menyimpan semua data, baik basis pengetahuan maupun basis aturan disebut dengan database. Perancangan

database ini merupakan bagian yang sangat penting, karena ini sangat

(61)

a. Entity Relationship Diagram

Entitas yang terlibat dalam sistem pakar ini antara lain

1. Penyakit 2. Gejala 3. Pencegahan

4. Terapi (Pengobatan)

Hubungan antar entitas-entitas tersebut digambarkan seperti pada gambar di bawah ini.

PENYAKIT Mempunyai GEJALA

kd penyakit

penyakit

deskripsi

Disembuhkan

obat Dicegah

kd terapi

terapi

deskripsi

TERAPI KIMIA

kd gejala

gejala

deskripsi

PENCEGAHAN

kd pencegahan pencegahan deskripsi

Gambar 14. EntityRelationalDiagram

i. Mapping Tabel

(62)

47

(63)

Primary key : nama

Foreign key : -

Jumlah field : 2

Tabel 6. Rancangan tabel kunci

No Nama Field Type Size Keterangan

1

Tabel penyakit digunakan untuk menyimpan data-data tentang penyakit yang terdiri atas kd_penyakit, penyakit, dan deskripsi.

Primary key : kd_penyakit

Foreign key : -

Jumlah field : 3

Tabel 7. Rancangan tabel penyakit

No Nama Field Type Size Keterangan

1

3 memo - Deskripsi Penyakit

c. Tabel Gejala

(64)

49

Primary key : kd_gejala

Foreign key : -

Jumlah field : 3

Tabel 8. Rancangan tabel gejala

No Nama Field Type Size Keterangan

1

3 memo - Deskripsi Gejala

d. Tabel Pencegahan

Tabel pencegahan ini digunakan untuk menyimpan data-data pencegahan penyakit yang terdiri atas kd_pencegahan, pencegahan dan deskripsi

Primary key : kd_pencegahan

Foreign key : -

Jumlah field : 3

Tabel 9. Rancangan tabel pencegahan

No Nama Field Type Size Keterangan

1

3 memo - Cara Pencegahan

e. Tabel Terapi

(65)

Primary key : kd_terapi

Foreign key : -

Jumlah field : 3

Tabel 10. Rancangan tabel terapi

No Nama Field Type Size Keterangan

1

f. Tabel Aturan Gejala

Tabel aturan gejala digunakan untuk menghubungkan tabel penyakit dengan tabel gejala. Terdiri atas kd_penyakit dan kd_gejala.

Foreign key : kd_penyakit dan kd_gejala

Jumlah field : 2

Tabel 11. Rancangan tabel aturan gejala

No Nama Field Type Size Keterangan

1

g. Tabel Relasi Gejala

(66)

51

Foreign key : kd_penyakit

Jumlah field : 2

Tabel 12. Rancangan tabel relasi gejala

No Nama Field Type Size Keterangan

1

h. Tabel Aturan Pencegahan

Tabel aturan pencegahan digunakan untuk menghubungkan tabel penyakit dengan tabel pencegahan. Terdiri atas kd_penyakit dan kd_pencegahan.

Foreign key : kd_penyakit dan kd_pencegahan

Jumlah field : 2

Tabel 13. Rancangan tabel aturan pencegahan

No Nama Field Type Size Keterangan

1

i. Tabel Aturan Terapi

Tabel aturan terapi digunakan untuk menghubungkan tabel penyakit dengan tabel terapi. Terdiri atas kd_penyakit dan kd_terapi

Foreign key : kd_penyakit dan kd_terapi

(67)

Tabel 14. Rancangan tabel aturan terapi

No Nama Field Type Size Keterangan

1

2

kd_penyakit

kd_terapi

text

text

7

7

Kode Penyakit

Kode Terapi

C.7. Perancangan Antar Muka (User Interface) a. Form Pilihan

Form pilihan digunakan untuk memilih menu sistem sesuai kepentingan. Rancangan tampilannya ditunjukkan seperti pada gambar di bawah ini.

PILIHAN ==> SESUAI WEWENANG

Pengguna

Pakar

OK Batal

(68)

53

b. Menu Utama Pengguna

Gambaran rancangan menu utama pengguna adalah sebagai berikut :

SISTEM PAKAR

IMAGE

KONSULTASI

WAKTU PERTOLONGAN

KELUAR

SELAMAT DATANG DI APLIKASI SISTEM PAKAR CABAI

ABOUT

LOGO

Gambar 17. Rancangan menu utama untuk pengguna

c. Menu Utama Pakar

(69)

SISTEM PAKAR

Utility Bantuan

IMAGE

Basis Pengetahuan

Basis Aturan

Konsultasi

WAKTU

SILAHKAN LOGIN

LOGIN

KELUAR

SELAMAT DATANG DI APLIKASI SISTEM PAKAR CABAI

(70)

55

SISTEM PAKAR Utility Bantuan

IMAGE

Basis Pengetahuan

Penyakit

Gejala

Pencegahan

Pengobatan

Basis Aturan

Konsultasi

WAKTU

LOG OUT

KELUAR

SELAMAT DATANG DI APLIKASI SISTEM PAKAR CABAI

SELAMAT MENGGUNAKAN

(71)

SISTEM PAKAR

Utility Bantuan

IMAGE

Basis Pengetahuan

Gejala

Pencegahan

Pengobatan Basis Aturan

Konsultasi

WAKTU

LOG OUT

KELUAR

SELAMAT DATANG DI APLIKASI SISTEM PAKAR CABAI

SELAMAT MENGGUNAKAN

Gambar 20. Rancangan menu utama basis aturan untuk pakar

d. Form Login

(72)

57

LOGIN

PAKAR

Nama User

Password

OK Tutup

Gambar 21. Rancangan form login

e. Form Konsultasi

Form ini berfungsi untuk menyediakan fasilitas kepada pengguna/user untuk melakukan konsultasi dengan sistem. Form konsultasi berfungsi untuk memilih gejala-gejala yang nampak, dan dimasukkan ke sistem yang dipilih oleh pengguna terlebih dahulu, form konsultasi ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

KONSULTASI

DESKRIPSI GEJALA

Daftar Gejala

Pilih Batal Tutup

X

Gambar 22. Rancangan form konsultasi

f. Form Diagnosis

(73)

daftar gejala yang hanya dipilih oleh pengguna dengan kata lain konfirmasi ulang. Form diagnosis ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

DIAGNOSIS

Daftar Gejala

Diagnosa Kembali

X

GEJALA - GEJALA YANG ANDA PILIH

Gambar 23. Rancangan form diagnosis

g. Form Hasil Diagnosis

Form ini berfungsi untuk memberikan hasil diagnosa kepada pengguna berupa penyakit dari gejala-gejala yang telah dipilih oleh pengguna. Form Hasil Diagnosis ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

PENYAKIT

DESKRIPSI PENYAKIT

Saran Dan Cara Penularan Tutup

X

INDIKASI PENYAKIT HASIL DIAGNOSA Penyakit

(74)

59

h. Form Saran

Form ini berfungsi untuk memberikan rincian penyakit kepada pengguna berupa daftar spesifikasi gejala, daftar saran terapi dan pencegahan. Form

Saran ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

SARAN

Deskripsi Penyakit

X

PENYAKIT

Deskripsi

Kembali

Pengobatan (Terapi)

Cetak

Pengobatan (Terapi) Spesifikasi Gejala

Pencegahan

Gambar 25. Rancangan form saran

i. Form Login Baru

Form ini digunakan untuk membuat data login baru yakni admin sebagai ahli pakar yang lain. Rancangan tampilannya ditunjukkan seperti pada gambar di bawah ini.

Login Baru

Nama User

Password

OK

Tutup

(75)

j. Form Ganti Password

Form ini digunakan untuk mengganti password lama dengan password yang baru sesuai nama user. Rancangan tampilannya ditunjukkan seperti pada gambar di bawah ini.

Ganti Password

Nama User

Password Lama

OK Tutup

Password Baru

Gambar 27. Rancangan form ganti password

k. Form Hapus User

Form ini digunakan untuk menghapus user yang sekiranya sudah tidak dipakai lagi. Rancangan tampilannya ditunjukkan seperti pada gambar di bawah ini.

Hapus User

Hapus

Tutup Jika Anda ingin menghapus data user, pilih

user pada daftar kemudian Click tombol hapus....

Daftar USER

(76)

61

l. Form Basis Pengetahuan Penyakit

Form ini berfungsi untuk melakukan pengelolaan data penyakit. Form ini hanya bisa diakses oleh pakar atau ahli penyakit tersebut.

BASIS PENGETAHUAN PENYAKIT

Data Penyakit

Kode Penyakit

Penyakit

Deskripsi

SKT Cari

Sisipkan Tambah Ubah Hapus Refresh Batal Tutup

Daftar Penyakit Yang Sudah masuk

Kode Penyakit | Penyakit

X

Gambar 29. Rancangan form basis pengetahuan penyakit

m. Form Basis Pengetahuan Gejala

(77)

BASIS PENGETAHUAN GEJALA

Data Gejala

Kode Gejala

Gejala

Deskripsi

GJL Cari

Sisipkan Tambah Ubah Hapus Refresh Batal Tutup

Daftar Gejala Yang Sudah masuk

Kode Gejala Gejala

X

Gambar 30. Rancangan form basis pengetahuan gejala

n. Form Basis Pengetahuan Pencegahan

Form ini berfungsi untuk melakukan pengelolaan data pencegahan. Form ini hanya bisa diakses oleh pakar.

BASIS PENGETAHUAN PENCEGAHAN

Data Pencegahan

Kode Pencegahan

Penularan

Deskripsi

CGH Cari

Sisipkan Tambah Ubah Hapus Refresh Batal Tutup

Daftar Pencegahan Yang Sudah masuk

Kode Pencegahan Pencegahan

X

(78)

63

o. Form Basis Pengetahuan Terapi

Form ini berfungsi untuk melakukan pengelolaan data terapi. Form ini hanya bisa diakses oleh pakar.

BASIS PENGETAHUAN PENGOBATAN ATAU TERAPI

Data Terapi

Kode Terapi

Terapi

Deskripsi

TRP Cari

Sisipkan Tambah Ubah Hapus Refresh Batal Tutup

Daftar Terapi Yang Sudah masuk

Kode Terapi Terapi

X

Gambar 32. Rancangan form basis pengetahuan terapi

p. Form Basis Aturan Gejala

(79)

BASIS ATURAN GEJALA

Deskripsi Gejala Kode Penyakit

Daftar Gejala

Daftar Aturan Gejala

Tambah Batal Hapus Tutup

Kode Gejala Gejala

X

Gambar 33. Rancangan form basis aturan gejala

q. Form Basis Aturan Pencegahan

Form ini berfungsi untuk melakukan pengelolaan data aturan pencegahan antara data pencegahan dengan data penyakit. Form ini hanya bisa diakses oleh pakar.

BASIS ATURAN PENCEGAHAN

Deskripsi Pencegahan Kode Penyakit

Daftar Pencegahan

Daftar Aturan Pencegahan

Tambah Batal Hapus Tutup

Kode Pencegahan Pencegahan

X

(80)

65

r. Form Basis Aturan Terapi

Form ini berfungsi untuk melakukan pengelolaan data aturan terapi antara data terapi dengan data penyakit. Form ini hanya bisa diakses oleh pakar.

BASIS ATURAN PENGOBATAN ATAU TERAPI

Deskripsi Terapi Kode Penyakit

Daftar Terapi

Daftar Aturan Terapi

Tambah Batal Hapus Tutup

Kode Terapi Terapi

X

Gambar

Gambar 2. Lingkungan Visual Basic 6.0
Gambar 3. Jendela form
Gambar 4. Toolbox
Gambar 5. Jendela properties
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menginsert file gambar untuk tambahan background, penulis menggunakan gambar cartoon Islami sebagai background halaman daftar menu Al- Ma’tsurat dengan proses klik

22 This applies only to proceedings in which damages for breach of articles 81 and 82 of the EC Treaty or Chapter I and II Competition Act 1998 are claimed, in circumstances

Hasil uji hipotesis 2 yang ditunjukkan pada tabel 4.12, variabel tenaga kerja mempunyai tingkat signifikasi sebesar 0,979 dan nilai t sebesar 0,27. Hal ini

Perancangan Video Company Profile Sebagai Media Pemasaran Produk (Studi Kasus Di PT. Propan Raya ICC Semarang) merupakan sebuah media informasi yang mengangkat

Postupak prevlačenja u parnoj fazi daje kvalitetne zaštitne slojeve na površini obrađivanog materijala čija se debljina može kontrolirati provedbom postupka..

1. Mengasumsikan kerapatan bahan, jumlah jari-jari, radius-dalam hub, radius-luar hub dan radius-luar rim benda putar. Mengasumsikan radius-dalam rim. Menghitung panjang pendekatan

Berdasarkan koefisien determinasi bahwa Experiential Marketing pada promosi buy 1 get 1 memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Loyalitas Konsumen pengguna TIX ID dengan

Manfaat yang diharapkan setelah dilakukannya penelitian tentang strategi guru dalam pembelajaran tadabur alam pada mata pelajaran Aqidah Akhlak untuk