• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Bakteri Salmonella Pada Makanan Padat (Nugget Ayam)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemeriksaan Bakteri Salmonella Pada Makanan Padat (Nugget Ayam)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERIKSAAN BAKTERI SALMONELLA PADA MAKANAN

PADAT (NUGGET AYAM)

TUGAS AKHIR

OLEH:

WILDA SEPTIA

NIM 122410029

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Syukur Alhamdulillah atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Adapun judul dari Tugas Akhir ini adalah “Pemeriksaan Bakteri

Salmonella Pada Makanan Padat (Nugget Ayam)”, yang dibuat sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan

Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis telah banyak mendapat

bimbingan, bantuan dan dukungan dari beberapa pihak, dengan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas

Farmasi USU.

2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny,M.Si., Apt. selaku Wakil Dekan I Fakultas

Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan Tugas Akhir ini.

4. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt.selaku Ketua Program

Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu dr. Hartati, M.Kes. selaku Kepala Balai Laboratorium Kesehatan Daerah

(4)

6. Ibu Dra. Ernawati, Apt. selaku Koordinator Pembimbing Praktek Kerja

Lapangan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera

Utara.

7. Seluruh staf dan karyawan Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi

Sumatera Utara di Medan yang telah membantu kami selama melaksanakan

praktek kerja lapangan.

8. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staf program studi Diploma III Analis

Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumaetra Utara.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada Ayahanda Alm. Gunawan dan Ibunda Hj. Yuliati, Mas Budi dan keluarga,

Mas Deny dan keluarga, Kak Dewi dan keluarga dan seluruh keluarga yang telah

memberikan dorongan baik moril maupun materil sehingga Tugas Akhir ini dapat

diselesaikan.

Terima kasih kepada seluruhsahabat penulis Fanny, Selly, Linda, Rachma,

Selvy, Hindri, Azizah dan Elayang selalu memberikan dukungan kepada penulis

dan kepada seluruh teman-teman Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2012

semuanya tanpa terkecuali terima kasih buat kebersamaan dan semangatnya

selama ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah ikut

membantu penulis meskipun tidak tercantum namanya namun tidak mengurangi

arti keberadaannya.

Penulis berharap Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak, penulis

(5)

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata

semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-nya kepada kita semua.

Medan, April 2015 Penulis,

(6)

PEMERIKSAAN BAKTERI SALMONELLA PADA MAKANAN PADAT (NUGGET AYAM)

ABSTRAK

Makanan adalah sumber kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Umumnya bahan pangan yang merupakan sumber infeksi dan penyebab keracunan oleh bakteri adalah bahan pangan yang berasam rendah (pH mendekati netral) seperti daging, telur, susu, dan hasil-hasil olahannya. Salah satu makanan beku yang saat ini digemari masyarakat luas adalah nugget.Jenis nugget yang banyak dijual dipasaran adalah nugget ikan (fish nugget) nugget ayam (chicken nugget).Hingga Saat ini, nugget ayam lebih banyak dikonsumsi daripada nugget ikan. Hal tersebut terkait dengan ketersediaan bahan baku dan pola makan masyarakat. Bakteri Salmonella adalah bakteri alamiah yang terdapat pada saluran

perncernaan hewan unggas.Salmonella dapat menyebabkan keracunan

makanan.Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella dibagi dua, yaitu (a)

Salmonellosis (b) Demam Tifus.Pemeriksaan Salmonella pada makanan padat

diuji secara mikrobiologi menggunakan media enrichmentSelenite Cystine (SC) Brothkemudian digoreskan di media selektif Mac Conkey Agar (MCA). Hasil yang diperoleh adalah tidak terdapat koloni yang berbentuk bulat putih jernih pada media selektif.Persyaratan menurut Peraturan Kepala BPOM RI NO. HK.00.06.1.52.4011 Tanggal 28 Oktober 2009 yaitu negatif/25 gram. Disimpulkan bahwa sampel nugget memenuhi persyaratan kandungan bakteri Salmonella.

(7)

DAFTAR ISI

2.4 Pemeriksaan Secara Mikrobiologi ... 13

2.4.1 Media Pertumbuhan ... 14

(8)

BAB III METODOLOGI ... 19

3.1 Tempat dan Waktu Pengujian ... 19

3.2 Alat ... 19

3.3 Bahan ... 19

3.4 Prosedur Pengujian ... 19

3.4.1 Pembuatan Media ... 19

3.4.1.1Selenyte Cysine Broth (SBC) ... 19

3.4.1.2 Mac Conkey Agar (MCA) ... 20

3.4.2 Pengujian Sampel ... 21

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Hasil ... 22

4.2 Pembahasan ... 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

5.1 Kesimpulan ... 24

5.2 Saran ... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.Bagan Alir Prosedur Keja ... 27

Lampiran 2. Data Sampel Nugget ... 30

Lampiran 3.Lampiran Hasil Pengujian Sampel Nugget ... 31

Lampiran 4.Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan

(11)

PEMERIKSAAN BAKTERI SALMONELLA PADA MAKANAN PADAT (NUGGET AYAM)

ABSTRAK

Makanan adalah sumber kebutuhan pokok yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Umumnya bahan pangan yang merupakan sumber infeksi dan penyebab keracunan oleh bakteri adalah bahan pangan yang berasam rendah (pH mendekati netral) seperti daging, telur, susu, dan hasil-hasil olahannya. Salah satu makanan beku yang saat ini digemari masyarakat luas adalah nugget.Jenis nugget yang banyak dijual dipasaran adalah nugget ikan (fish nugget) nugget ayam (chicken nugget).Hingga Saat ini, nugget ayam lebih banyak dikonsumsi daripada nugget ikan. Hal tersebut terkait dengan ketersediaan bahan baku dan pola makan masyarakat. Bakteri Salmonella adalah bakteri alamiah yang terdapat pada saluran

perncernaan hewan unggas.Salmonella dapat menyebabkan keracunan

makanan.Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella dibagi dua, yaitu (a)

Salmonellosis (b) Demam Tifus.Pemeriksaan Salmonella pada makanan padat

diuji secara mikrobiologi menggunakan media enrichmentSelenite Cystine (SC) Brothkemudian digoreskan di media selektif Mac Conkey Agar (MCA). Hasil yang diperoleh adalah tidak terdapat koloni yang berbentuk bulat putih jernih pada media selektif.Persyaratan menurut Peraturan Kepala BPOM RI NO. HK.00.06.1.52.4011 Tanggal 28 Oktober 2009 yaitu negatif/25 gram. Disimpulkan bahwa sampel nugget memenuhi persyaratan kandungan bakteri Salmonella.

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahan makanan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan

mineral.Bahan makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi

berbagai macam mikroba.Mikroba dapat membusukkan protein,

memfermentasikan karbohidrat, dan menjadikan lemak atau minyak berbau

tengik. Keberadaan mikroba pada makanan ada yang tidak berbahaya bagi

manusia, berbagai mikroba mengakibatkan kerusakan pangan, menimbulkan

penyakit, dan menghasilkan racun (Waluyo, 2007)

Dalam pemeriksaan mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji

yang mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik.Uji

mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga

daya tahan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi

makanan atau indikator keamanan makanan.Berbagai uji mikrobiologi dapat

dilakukan salah satunya dengan uji kualitatif bakteri patogenuntuk menentukan

tingkat keamanan makanan (Fardiaz, 1993).

Beberapa alasan mengapa mikroba penting dalam bahan makanan, adalah:

a. Adanya mikroba, terutama jumlah dan macamnya dapat menentukan

tingkat mutu bahan makanan.

(13)

c. Beberapa mikroba digunakan untuk membuat produk-produk pangan

khusus.

d. Mikroba dapat digunakan sebagai makanan atau makanan tambahan bagi

manusia dan hewan.

e. Beberapa penyakit dapat berasal dari makanan(Waluyo, 2007).

Umumnya bahan pangan yang merupakan sumber infeksi dan penyebab

keracunan oleh bakteri adalah bahan pangan yang berasam rendah (pH mendekati

netral) seperti daging, telur, susu, dan hasil-hasil olahannya. Bakteri penyebab

infeksi salah satunya adalah Salmonella (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

Bakteri Salmonella berbentuk batang dengan panjang 1-3μm dan lebar

0,5-0,7 μm. Bakteri ini bersifat Gram negatif, tidak membentuk spora

(Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

Ada 2 (dua) penyakit yang ditimbulkan oleh Salmonella, yaitu

a. Salmonellosis

b. Demam Tifus (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

Salah satu makanan beku yang saat ini digemari masyarakat luas adalah

nugget.Jenis nugget yang banyak dijual dipasaran adalah nugget ikan (fish nugget)

nugget ayam (chicken nugget).Hingga Saat ini, nugget ayam lebih banyak

dikonsumsi daripada nugget ikan. Hal tersebut terkait dengan ketersediaan bahan

baku dan pola makan masyarakat (Astawan, 2008).

Unggas merupakan pembawa alami bakteri Salmonella.Dengan demikian

pada daging, telur, dan kotorannya sering ditemukan Salmonella (Nurwantoro dan

(14)

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari Pengujian Bakteri Salmonella pada makanan padat

(nugget) adalah untuk mengetahui apakah nugget yang diuji mengandung bakteri

Salmonella atau tidak untuk memenuhi persyaratan yang disyaratkan pada

makanan padat (nugget).

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari Pengujian Bakteri Salmonella pada makanan

padat adalah agar mengetahui bahwa nugget yang diedarkan dipasaran tersebut

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nugget

Salah satu makanan beku yang saat ini sangat digemari mayarakat luas

adalah nugget.Jenis nugget yang banyak dijual di pasaran adalah nugget ayam

(chicken nugget) dan nugget ikan (fish nugget).Hingga saat ini, nugget ayam lebih

banyak dikonsumsi daripada nugget ikan. Hal tersebut terkait dengan ketersediaan

bahan baku dan pola makan masyarakat (Astawan, 2008).

Komposisi gizi yang terkandung pada nugget ayam yang ada dipasaran

sangat bervariasi antara satu merek dengan merek lainnya.Walaupun komposisi

gizi nugget yang ada dipasaran sangat beragam, tetapi sebagai gambaran umum

uraian berikut dapat digunakan sebagai pedoman. Total energi yang diperoleh dari

suatu ukuran saji nugget ayam dengan berat 140 gram adalah 307 kkal. Kadar

proteinnya mencapai 43 gram/140 gram bahan, yaitu dapat memenuhi 86% dari

kebutuhan protein tubuh sehari-hari (Astawan, 2008).

Keunggulan dari nugget ayam adalah kadar sodiumnya yang rendah, yaitu

pertakaran saji hanya 5% dari kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu tidak perlu

khawatir terhadap terjadinya hipertensi. Oleh karena itu kadar sodium sangat

bervariasi tergantung merek nugget, ada baiknya konsumen berhati-hati dalam

memilih produk yang akan dikonsumsi. Membaca label kemasan terlebih dahulu

dan membandingkannya dengan berbagai merek lainnya sangat dianjurkan

(16)

Kelemahan nugget ayam adalah kadar lemak dan kolesterol yang cukup

tinggi. Kadar lemak total per takaran saji nugget ayam adalah 13 gram, setara

dengan 20% dari kebutuhan tubuh.Sebagian dari lemak tersebut berupa lemak

jenuh dengan kadar 3 gram per takaran saji, yang setara dengan 17% dari

kebutuhan tubuh sehari. Kadar kolesterol mencapai 132 mg per takaran saji, yang

setara dengan 46% dari kebutuhan tubuh sehari (Astawan, 2008).

Tabel 2.1 komposisi gizi nugget ayam per 140 gram takaran saji

(17)

2.2 Mikrobiologi Pangan

Bahan makanan terdiri dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan

mineral.bahan makanan merupakan medium pertumbuhan yang baik bagi

berbagai macam mikroba. Mikroba dapat membusukkan protein,

memfermentasikan karbohidrat, dan menjadikan lemak atau minyak berbau

tengik.Keberadaan mikroba pada makanan ada yang tidak berbahaya bagi

manusia, beberapa mikroba mengakibatkan kerusakan pangan, menimbulkan

penyakit, dan menghasilkan racun.Mikroba dapat juga menguntungkan misalnya

menghasilkan produk-produk makanan khusus (Waluyo, 2007).

Dalam pengujian mutu suatu bahan pangan diperlukan berbagai uji yang

mencakup uji fisik, uji kimia, uji mikrobiologi, dan uji organoleptik.Uji

mikrobiologi merupakan salah satu uji yang penting, karena selain dapat menduga

daya tahan simpan suatu makanan, juga dapat digunakan sebagai indikator sanitasi

makanan atau indikator keamanan makanan (Fardiaz, 1993).

Faktor-faktor penunjang terjadinya penyakit yang disebabkan oleh bakteri

pada makanan adalah:

- Makanan yang kurang matang memasaknya

- Penyimpanan makanan pada suhu yang tidak sesuai

- Makanan yang diperoleh dari sumber yang kurang bersih

- Alat-alat yang tercemar(Irianto, 2013).

Penyakit yang ditimbulkan oleh mikroba dengan perantaraan pangan dapat

dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu infeksi dan keracunan.Infeksi terjadi

(18)

yang jumlahnya cukup untuk menimbulkan penyakit.Keracunan pangan

disebabkan mengkonsumsi pangan yang mengandung senyawa beracun.Senyawa

beracun ini mungkin terdapat secara alamiah dalam tanaman atau hewan yang

dihasilkan oleh mikroba (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

Berbagai macam uji mikrobiologi dapat dilakukan terhadap bahan pangan,

meliputi uji kuantitatif mikroba untuk menentukan mutu dan daya tahan suatu

makanan, uji kualitatif bakteri indikator untuk menentukan tingkat sanitasi

makanan tersebut (Fardiaz, 1993).

Mikroorganisme, terutama bakteri, termasuk yang bersifat patogen

(penyebab penyakit) dapat ditemukan dimana saja, bisa di tanah, air, udara,

tanaman, hewan dan produknya, tubuh manusia, maupun peralatan untuk

memproses makanan.Makanan bisa tercemari berbagai jenis mikroorganisme

yang berasal dari mikro flora alami tanaman atau hewan, baik yang berasal dari

lingkungan maupun yang masuk selama pemanenan, penyembelihan, distribusi,

penanganan, pengolahan, dan penyimpanannya (Yuliarti, 2007).

Beberapa alasan mengapa mikroba penting dalam bahan makanan, adalah:

a. Adanya mikroba, terutama jumlah dan macamnya dapat menentukan

tingkat mutu bahan makanan.

b. Mikroba dapat mengakibatkan kerusakan pangan.

c. Bebas mikroba digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus.

d. Mikroba dapat digunakan sebagai makanan atau makanan tambahan bagi

manusia dan hewan.

(19)

Kehadiran mikroba dalam bahan pangan dapat mendatangkan keuntungan

maupun kerugian.

a. Mikroba yang menguntungkan

Berperan dalam proses berbagai jenis makanan dan minuman hasil

fermentasi, berperan dalam meningkatkan nilai gizi makanan misalnya

pembuatan tempe, dan berperan dalam pengadaan bau dan rasa.

b. Mikroba yang merugikan

Mikroba dalam makanan mendatangkan kerugian, bila kehadirannya

merubah nilai organoleprik yang tidak dikehendaki, menurunkan berat

atau volume, menurunkan nilai gizi, merubah bentuk dan susunan

senyawa, serta menghasilkan toksin yang membahayakan. Karena itu,

sejak bahan baku, selama proses, selama penyimpanan selalu diusahakan

untuk tidak dikenai mikroba-mikroba yang merugikan(Waluyo, 2007).

2.3 Bakteri Salmonella

Sifat-sifat salmonella:

- Berbentuk batang

- Gram-negatif

- Tidak berspora

- Mempunyai flagel peritrik

- Tidak berkapsul

(20)

Salmonella termasuk dalam family Enterobactericeae, yang

dikelompokkan menjadi Salmonella thypi dan parathipi A, B, dan

C(menyebabkan demam enterik), dan Salmonella yang dapat menyebabkan

keracunan makanan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella dibagi menjadi 3

kategori, yaitu (a) gastroenteritis, (b) demam tifoid, dan (c) fokus infeksi diluar

usus (Arisman, 2008).

Bakteri salmonella berbentuk batang dengan panjang 1-3 μm dan lebar

0,5-0,7 μm. Sebagian besar bakteri ini dapat bergerak karena mempunyai flagella

peritrik.Tumbuh optimum pada suhu 37°C, pada suhu kurang dari 67°C dan lebih

dari 46,6°C pertumbuhannya terhenti. Bakteri ini mati pada pemanasan 60°C

selama 30 menit.Salmonella tumbuh baik pada pangan berasam rendah (Nurwanto

dan Djarijah, 1997).

Salmonella bersifat host-adapted pada hewan, dan infeksi pada manusia

biasanya mengenai daerah usus.Infeksi muncul dalam bentuk diare akut yang

sembuh sendiri.Pada beberapa kesempatan organisme ini dapat menyebabkan

beberapa penyakit yang invasif, meliputi bakterikimia dan septikemia yang

mengancam jiwa atau osteomielitis (Stephen dan Kathleen, 2009).

Unggas merupakan pembawa alami bakteri Salmonella.Dengan demikian

pada daging, telur, dan kotorannya sering ditemukan Salmonella (Nurwantoro dan

Djarijah, 1997).

Salmonella spp. masih merupakan salah satu penyebab utama keracunan

(21)

tidak dibenarkan mengandung bakteri dari genus Salmonella. Alasan “zero

tolerance" ini adalah karen Salmonella spp. dapat menyebabkan penyakit seperti

gastroenteritis, bacteremia, enteric ataupun paratyphoid fever, dan infeksi lokal

(abses) (Haryani dkk, 2012).

Uji Salmonella mungkin tidak terlalu berbahaya atau sangat berbahaya

tergantung dari spesiesnya.S. gallinarum dan S. pullorum tidak terlalu berbahaya

bagi manusia, sedangkan S. typhi sangat berbahaya. Salmonella lainnya mungkin

agak berbahaya langsung jika terjadi kontaminasi silang dan pertumbuhan selama

penyimpangan makanan.Bakteri patogen seharusnya tidak boleh ada didalam

makanan (toleransi nol) (Fardiaz, 1993).

Siklus pencemaran Salmonella

Makanan Burung, Sayur mayur atau

hewan Hewan pengerat, makanan terbuat dari

Serangga sayur-sayuran

Ternak Air permukaan Limbah Orang

Daging, unggas, susu,

Telur, atau produk-produknya

(Waluyo, 2007).

Ada dua penyakit yang ditimbulkan oleh Salmonella, yaitu:

a. Salmonellosis

b. Demam Tifus (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

(22)

Salmonellosis adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan infeksi

yang disebabkan oleh genus Salmonella, namun salmonellosis sering digunakan

secara khusus untuk gastroenteritis yang disebabkan oleh keracunan makanan

karena Salmonella (Lesmana, 2006).

Salmonellosis adalah keracunan makanan yang lazim dijumpai, penyakit

ini bisa ditularkan dari produksi makanan daging.Gejala-gejalanya dapat

merupakan nyeri perut, diare, mual, muntah untuk masa 1-8 hari (Jonathan dan

Liwijaya, 2003).

Terinfeksinya manusia oleh Salmonella hampir selalu disebabkan

mengkonsumsi makanan atau minuman tercemar. Makanan yang biasanya

tercemar meliputi kue-kue yang mengandung susu, daging cincang, sosis unggas,

daging panggang yang diperdagangkan, dan telur, walaupun penular dan orang

sakit dapat mencemari makanan dan minuman (Irianto, 2013).

Penyebab penyakit gastroenritis (gangguan saluran pencernaan)

akut.adalahSalmonella choleraesuis dan S. enteritidis. Salmonellosisi terjadi

setelah waktu inkubasi 5-72 jam setelah memakan pangan yang mengandung

bakteri Salmonella.Gejala yang timbul adalah sakit perut, diare, mual,

muntah-muntah, dan sakit kepala (Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

Diagnosis laboratoris yang pasti bagi penyakit ini bergantung pada

terisolasinya bakteri penyebabnya dari feses. Bakteri ini harus sama dengan

bakteri yang diisolasi dari makanan yang dicurigai. Penggunakan media yang

selektif atau diferensial, seperti media Mac Conkey merupakan prosedur rutin

(23)

Penyakit diare dapat dihindari dengan higiene yang baik, persiapan

makanan yang baik, dan penyediaan air yang aman. Pengobatan terutama dengan

rehidrasi oral (stephen dan kathleen, 2009).

Penyakit Salmonellosis bisa dicegah dengan cara:

a. Memasak dengan baik makanan yang dibuat dari daging hewan

b. Penyimpanan makanan pada suhu lemari es yang sesuai

c. Pemeriksaan berkala terhadap orang-orang yang menangani pangan

d. Melindungi makanan terhadap pencemaran oleh rodentia (hewan pengerat,

lalat dan hewan lain).

e. Penggunaan metode produksi dan pengolahan makanan yang semestinya

f. Kebersihan pribadi yang baik serta dengan cara-cara yang memenhi syarat

kesehatan(Irianto, 2013).

Namun apabila sudah terserang penyait Salmonellosis, masih ada

pengobatan yang bisa dilakukan. Pengobatan untuk kebanyakan penderita

biasanya cukup dengan mengganti cairan dan elektrolit yang telah hilang bersama

diare. Pemberian antibiotik justru tidak bermanfaat dan dapat memperpanjang

masa penyembuhan (biakan tinja positif), kecuali pada penderita sendi dan katup

jantung buatan; anemia sabit dan anemia hemolitik lain; bayi dan manula diatas

65 tahun (Arisman, 2008).

2.3.2 Demam Tifus

Demam tifus disebabkan oleh Salmonella typhi dan S. paratyphi. Waktu

inkubasi 7-21 hari, kemudian timbul gejala panas tinggi, tidak buang air besar,

(24)

kurang tanggap terhadap rangsangan dari luar (apatis), dan mulut terasa pahit

(Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

Berat ringannya infeksi Salmonella tergantung pada umur dan ketahanan

penderita, species Salmonella dan jumlah sel Salmonella yang tertelan.

Pengendalian yang dilakukan untuk pencegahan infeksi Salmonella adalah dengan

cara:

a. Menghindari kontaminasi pangan oleh Salmonella dari sumbernya, seperti

manusia/hewan yang terkena penyakit/pembawa Salmonella.

b. Menghancurkan mikroba yang terdapat didalam pangan dengan

melakukan pemanasan/pasteurisasi

c. Mencegah pertumbuhan Salmonella dalam pangan dengan pendinginan

(Nurwantoro dan Djarijah, 1997).

2.4 Pemeriksaan Secara Mikrobiologi

Kualitas bahan pemeriksaan yang akan diperiksa sangat menentukan hasil

pemeriksaan. Bahan pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat sebaiknya ditolak

untuk diperiksa.Demikian juga jumlah bahan pemeriksaan yang dikirimkan, bila

jumlah terlalu sedikit dan hasil pemeriksaannya kemudia negatif, maka harus

dicantumkan pada hasil pemeriksaan bahwasanya jumlah bahan pemeriksaan

tidak memenuhi persyaratan.Masalah transportasi bahan pemeriksaan juga

mempengaruhi hasil pemeriksaan. Maka dari itu masalah pengawetan bahan

pemeriksaan dan cara transportasinya harus benar-benar diperhatikan (Sanjaya,

(25)

2.4.1 Media Pertumbuhan

Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara

(nutrient) yang berguna untuk pertumbuhan mikroba.Dengan digunakannya

berbagai macam media dapat dilakukan isolasi, pengayakan, pengujian sifat-sifat

fisiologis dan perhitungan jumlah mikroba (Sutedjo dkk, 1991).

Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi

zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme.Zat

hara yang digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel,

keperluan energi dalam metabolisme, dan pergerakannya. Lazimnya, medium

biakan berisi air, sumber energi, zat hara sebagai sumber karbon, nitrogen, sulfur,

fosfat, oksigen, hidrogen serta unsur-unsur yang sama (trace element). Dalam

bahan dasar medium dapat pula ditambahkan faktor pertumbuhan berupa asam

amino, vitamin atau nuleotida (Waluyo, 2007).

Medium biakan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme

dalam bentuk padat, semi-padat, dan cair.Medium padat diperoleh dengan

menambahkan agar.Agar berasal dari ganggang merah. Agar digunakan sebagai

pemadat karena tidak dapat diuraikan oleh mikroba, dan membeku pada suhu

diatas 45°C. kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam medium adalah

1,5-2,0% (Waluyo, 2007).

Dengan media cair tidak dapat membedakan koloni yang terbentuk,

apakah koloni tersebut merupakan koloni dari mikrobakterium ataukah koloni dari

kontaminan.Disamping itu dengan media cair tidak dapat dilakukan perhitungan

(26)

Penyiapan media pada umumnya mengikuti langkah-langkah berikut:

a. Setiap komponen atau medium terhidrasi (bubuk) dilarutkan dalam

akuades atau air suling pada volume yang tepat dan sesuai.

b. pH media ditentukan dan disesuaikan dengan nilai optimum pertumbuhan

mikroba sebagaimana tertera pada kemasan media.

c. Dituang ke dalam media yang sesuai, seperti erlenmeyer atau tabung labu

dan disumbat dengan penutup yang kuat.

d. Disterilisasi dengan suhu dan waktu adequate (memadai) sesuai dengan

yang tertera pada kemasan (umumnya pada suhu 121°C selama 15 menit)

(Hajoeningtijas, 2012).

Kebutuhan dan syarat untuk pertumbuhan ada 2 macam, yaitu:

a. Fisik : suhu, pH, dan tekanan osmosis

b. Kimia : air, sumber C dan N, mineral, O2, dan faktor pertumbuhan organic

(Suryanto dan Munir, 2006).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah:

a. Suplai Nutrisi

Unsur-unsur suplai dasar adalah: karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen,

sulfur, fosfor, zat besi, dan sejumlah kecil logam lainnya. Kondisi yang

tidak bersih dan higienis pada lingkungan adalah kondisi yang

menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba.

b. Suhu/Temperatur

Apabila suhu naik maka kecepatan metabolisme naik dan pertumbuhan

(27)

akan menurun dan pertumbuhan diperlambat. Apabila suhu naik atau turun

secara drastis, tingkat pertumbuhan akan terhenti, komponen sel menjadi

tidak aktif dan rusak sehingga sel-sel menjadi mati.

c. Keasaman atau kebasaan (pH)

Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH

optimum yang berbeda-beda. Kebanyakan mikroorganisme dapat tumbuh

pada kisaran pH 8,0 dan nilai pH diluar kisaran 2,0 sampai 10,0 biasanya

bersifat merusak.

d. Ketersediaan oksigen

Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri didalam kebutuhan

akan oksigen (Hajoeningtijas, 2012).

e. Tekanan osmosis

Mikroba memerlukan air untuk pertumbuhan (80-90%)

(Suryanto dan Munir, 2006).

Pengawasan media meliputi sterilitas dan kemampuan media tersebut

untuk ditumbuhi secara subur oleh mikrobakteria.Untuk melakukan pengawasan

terhadap sterilitas suatu media, maka media yang telah disiapkan dan telah

disterilkan, diinkubasi pada suhu 25ºC dan pada suhu 37ºC. Perhatikan ada

tidaknya pertumbuhan kuman.Adanya pertumbuhan kuman menunjukkan bahwa

media tadi tidak steril (Sanjaya, 1992).

Media yang umum digunakan untuk isolasi kuman-kuman Salmonella

adalah:

(28)

− MacConkey (MAC)

− Eosin Methylene Blue (EMB)

− Deoxycholate Agar (DCA)

b. medium selektif

− Salmonella Shigella Agar

− Deoxycholate Citrate Lactose Agar (DCLS)

− Hektoen Enteric Agar (HEA)

− Xylose Lysine Deoxycholate Agar (XLD)

c. medium sangat selektif

− Bimuth Sulfite Agar (BSA atau wilson blair)

− Brilliant Green Agar (BGA)(Lesmana, 2006).

2.4.2 Metode Uji Kualitatif

Dalam uji kualitatif diperlukan beberapa tahap untuk dapat memperbanyak

jumlah bakteri patogen sehingga mempermudah untuk mendeteksi dan

mengisolasinya (Fardiaz, 1993).

Tahap-tahap mendeteksi dan mengisolasi mikroorganisme adalah:

a. Tahap perbanyakan (enrichment), yaitu memperbanyak jumlah bakteri

yang diuji, sedangkan bakteri lainnya dihambat pertumbuhannya.

b. Tahap seleksi, yaitu menumbuhkan pada medium selektif sehingga koloni

bakteri yang akan diuji mudah untuk diisolasi.

c. Tahan isolasi, yaitu pemisahan bakteri yang akan diuji dari mikroba

(29)

d. Identifikasi primer, yaitu membedakan bakteri yang diuji dari

bakteri-bakteri lainnya yang sifat-sifat sangat berbeda.

e. Identifikai lengkap, yaitu membedakan bakteri yang diuji dari

bakteri-bakteri lainnya yang sekelompok dengan sifat-sifat yang hampir sama

(Fardiaz, 1993).

Metode untuk mengisolasi bakteri Salmonella, yaitu:

Langsung pada medium lempeng gar, misalnya MAC dan SS

kemudianSpesimen dimasukkan kedalam medium persemaian.Semua biakan, baik

dilempeng agar maupun didalam medium persemaian, diinkubasi pada suhu 37ºC

selama semalam (20-24 jam). Setelah inkubasi, biakan persemaian diambil dengan

menggunakan sengkelit dan ditanamkan pada lempeng agar (MAC dan SS) yang

kemudian dengan cara yang sama (suhu 37ºC selama semalam 20-24 jam).

Koloni yang tumbuh lempeng agar kemudian diperiksa secara teliti dan

diseleksi.Koloni Salmonella tidak memfermentasikan laktosa pada lempeng agar

MAC dan SS maka koloni yang tumbuh tidak berwarna, bulat dan permukaan rata

2-3 mm (Lesmana, 2006).

Untuk mengisolasi bakteri bisa digunakan teknik penggesekan yang lebih

menguntungkan ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan

keterampilan yang diperoleh dari latihan. Penggoresan yang sempurna akan

menghasilkan koloni yang terpisah. Tetapi kelemahan cara ini adalah

(30)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Tempat Dan Waktu Pengujian

Pengujian Bakteri Salmonella pada makanan padat dilakukan di Balai

Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utarayang berada di Jalan

Williem Iskandar Pasar V Barat I No. 4 Medan pada tanggal 13-15 Februari 2015

pada pukul 12:00 – 15:00 WIB.

3.2 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah, autoklaf, bagmixer, cawan petri,

erlenmeyer, gelas ukur, inkubator bakteri, laminar air flow cabinet, mikropipet,

neraca analitik, rak tabung reaksi, spatula dantabung reaksi.

3.3 Bahan

Bahan yang digunakan adalah media Media MCA (Mac Conkey Agar),

Media SCB (Selenite Cystin Brooth), NaCl 0,9% dan sampel nugget (chicken

nugget).

3.4 Prosedur Pengujian

3.4.1 Pembuatan Media

3.4.1.1Selenite Cystine (SC) Broth

(31)

Tripton 5,0 gram

Laktosa 4,0 gram

Dinatrium fosfat 10,0 gram

Na-asam selenit 4,0 gram

L-cistin 0,01 gram

Air destilata 1000 ml

pH 7,0

Pembuatan media:

− Ditimbang media sebanyak 3,8 gram dengan neraca anlitik

− Dilarutkan dengan akuades steril sebanyak 200 ml di dalam erlenmeyer

sambil diaduk hingga homogen

− Media di sterilisasi dengan autoclave pada suhu 121ºC selama 15 menit

− Dipipet sebanyak 10 ml dan dituangkan ke dalam tabung reaksi dan tutup

dengan kapas

− Media siap digunakan

3.4.1.2Mac Conkey Agar

Komposisi:

Pepton 17 gram

Proteose Pepton 3 gram

Laktosa 10 gram

Garam bile No. 3 1,5 gram

Natrium khlorida 5 gram

(32)

Violet kristal 0,001 gram

Agar 13,5 gram

Pembuatan media:

− Ditimbang bubuk MCA sebanyak 15,3 gram dengan neraca analitik.

− Dilarutkan dengan aquadest sebanyak 300 ml didalam Erlenmeyer sambil

diaduk.

− Ditutup Erlenmeyer dengan kapas lalu dipanaskan sampai media larut

sempurna

− Media disterilisasi dengan autoclaf pada suhu 121ºC selama 15 menit

− Dinginkan media hingga suhu 40ºC

− Dituangkan media ke dalam cawan petri

3.4.2 Pengujian Sampel

− Ditimbang sampel sebanyak 25 gram

− Ditambahkan dengan 90 ml NaCl 0,9%,

− Dihomogenkan dengan menggunakan bagmixer.

− Diencerkan suspensihingga 10-6 pada 10 ml media SCB (Selenite Cystin

Brooth)

− Diinkubasi pada suhu 37°C selam 24 jam

− Di ambil 1 ose koloni dari pengenceran 10-6 Setelah 24 jam, dikultur pada

media MCA (Mac Conkey Agar) dihomogenkan

(33)

− Diamati koloni bakteri yang tumbuh. Pada media MCA (Mac Conkey Agar),

koloni Salmonellatidak berwarna/transparan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil pemeriksaan bakteri Salmonella pada makanan padat dengan

sampel nugget, diketahui bahwa nugget tidak mengandung bakteri patogen

Salmonella.

Tidak terdapat koloni tidak berwarna/transparan pada media selektif MCA

(Mac Conkey Agar) setelah diinkubasi pada suhu 37°C diinkubator selama 24

jam.

4.2 Pembahasan

Dari hasil cawan petri yang diamati, sampel nugget tidak mengandung

Salmonella karena tidak terdapat koloni yang tidak berwarna/transparan pada

media selektif MCA (Mac Conkey Agar).

Persyaratan bakteri Salmonella pada makanan nugget sesuai dengan

Peraturan Kepala BPOM RI NO. HK.00.06.1.52.4011 Tanggal 28 Oktober 2009

adalah negatif/25 gram.

Pemeriksaan Salmonella dapat dilakukan dengan mengisolasi dari bahan

makanan.Bahan makanan yang umum diisolasi adalah daging dan telur yang tidak

(34)

Media Selenite Cysine Broth merupakan salah satu media yang

berdasarkan fungsinya merupakan media enrichment yaitu media yang dapat

menunjang pertumbuhan bakteri yang tidak dapat tumbuh pada media biasa

karena memerlukan beberapa nutrisi pengkaya yang dapat menyokong

pertumbuhannya.Media ini tergolong enrichmenteksklusif media yaitu media

pengkaya eksklusif untuk bakteri gram negatif seperti Salmonella.Media Selenite

Cysine Brothtermasuk kedalam media cair hal ini karena tidak terdapat kandungan

agar dalam komposisi media.Hasil postifi pada media ini ditandai dengan adanya

kekeruhan dan terjadinya gelembung pada permukaan media.

Hasil positif pada media Selenite Cystine Broth yang berupa kekeruhan

pada media diinokulasi kembali pada media Mac Conkey Agar(MCA).Mac

Conkey Agar(MCA) adalah medium kultur yang dirancang untuk menghambat

pertumbuhan bakteri gram positif dengan adanya garam empedu yang akan

membentuk kristal violet.Pertumbuhan koloni bakteri Salmonella pada media Mac

Conkey Agar(MCA) adalah tidak berwarna/transparan karena Salmonella tidak

dapat memfermentasikan laktosa.

Bakteri salmonella tumbuh optimum pada suhu 37°C. pada suhu kurang

dari 67°C dan lebih dari 46,6°C pertumbuhannya terhenti, tetapi hidup pada air

yang membeku. Bakteri ini mati pada pemanasan 60°C selama 30

menit.(Nurwanto dan Djarijah, 1997).

Uji Salmonella mungkin tidak terlalu berbahaya atau sangat berbahaya

tergantung dari spesiesnya.Bakteri patogen seharusnya tidak boleh ada didalam

(35)

Nugget yang diuji tidak mengandung bakteri Salmonella karena pada

proses pembuatan nugget, daging ayam yang akan diolah direbus dulu hingga

matang. Proses perebusan tersebut dapat membunuh bakteri Salmonella.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pemeriksaan bakteri Salmonella pada makanan padat (chicken

nugget) adalah negatif. Makanan padat (nugget) yang diuji memenuhi persyaratan

menurut Peraturan Kepala BPOM RI NO. HK.00.06.1.52.4011 Tanggal 28

Oktober 2009 yaitu negatif/25 gram.

5.2 Saran

Sebaiknya untuk makanan beku seperti nugget tidak hanya pemeriksaan

bakteri patogen saja, akan tetapi pengujian-pengujian lain untuk memenuhi

persyaratan dari sediaan makanan padat didalam kemasan. Misalnya pemeriksaan

aktivitas pengawet pada makanan padat didalam kemasan untuk mengetahui

aktivitas pengawet dalam menghambat pertumbuhan mikroba dalam makanan

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2008). Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 74.

Astawan, M. (2008). Sehat Dengan Hidangan Hewani. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 23-25.

Fardiaz, S. 91993). Analis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: PT. Raja Grafik Persada. Halaman 29, 66, 86-87.

Hajoeningtijas, O. D. (2012). Mikrobiologi Pertanian. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 63.

Haryani, Y., Chainulfiffah dan Rustiana. (2012). Fermentasi Karbohidrat Oleh Isolat Salmonella spp. Dari Jajanan pinggir Jalan. ISSN 2085-0050. Vol 3 (1) November 2012. Riau: Universitas Riau. Halaman 23-24. Diakses Pada Tanggal 2 April 2015.

Irianto, K. (2013). Mikrobiologi Medis. Jakarta: Alfabeta CV. Halaman 519, 522.

Jonathan, K., dan Liwijaya, K. (2003). Makanan Sehat. Bandung: Indonesia Publishing House. Halaman 46.

Lesmana, M. (2006).Enterobacteriaceae: Salmonella dan Shigella. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti. Halaman 9-10, 27-28.

Nurwantoro dan Djarijah, A. S. (1997). Mikrobiologi Pangan Hewani-Nabati. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Halaman 60, 73.

Sanjaya, B. (1992). Isolasi dan Identifikasi Mikrobakteria. Jakarta: Widya Medika Halaman 57, 127, 132.

(37)

Suryanto, D., dan Munir, E. (2006). Mikrobiologi. Medan: Penerbit Departemen Biologi FMIPA USU. Halaman 33-34.

Sutedjo, M. M., Kartasaputrs., dan Sastroamodjo. (1991). Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Reika Cipta.

Waluyo, L. (2007). Mikrobiologi Umum. Malang: UMM Press. Halaman 55, 59, 60, 292, 310-311.

(38)

LAMPIRAN

Lampiran 1.

Bagan alir Prosedur Keja

a. Pembuatan mediaSelenite Cystine (SC) Broth

→ Dilarutkan dengan akuades steril sebanyak 200

ml di dalam erlenmeyer sambil diaduk hingga

homogen.

→ Media di sterilisasi dengan autoclaf pada suhu

121ºC selama 15 menit

→ Dipipet sebanyak 10 ml dan dituangkan ke

dalam tabung reaksi dan tutup dengan kapas 3,8 gram mediaSelenite Cystine (SC) Broth

(39)

b. Pembuatan mediaMac Conkey Agar(MCA)

→ Dilarutkan dengan akuades steril sebanyak 300

ml di dalam erlenmeyer sambil diaduk hingga

homogen.

→ Media di sterilisasi dengan autoclave pada suhu

121ºC selama 15 menit

→ Dinginkan media hingga suhu 40ºC

→ Dituangkan media ke dalam cawan petri

Media siap digunakan

(40)

c. Pengujian Sampel

→ Ditambahkan dengan 90 ml NaCl 0,9%,

→ Dihomogenkan dengan menggunakan

bagmixer

→ Diencerkan suspensi hingga 10-6 pada 10 ml

media SCB (Selenite Cystin Brooth)

→ Diinkubasi pada suhu 37°C selam 24 jam

→ Di ambil 1 ose koloni dari pengenceran 10-6

Setelah 24 jam, dikultur pada media MCA

(Mac Conkey Agar) dihomogenkan

→ Diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.

→ Diamati koloni bakteri yang tumbuh. Pada

media MCA (Mac Conkey Agar) 25 gram sampel nugget

(41)

Lampiran 2.

Data Sampel Nugget

Bentuk : Padatan

Bau : Bau khas

Warna : Kuning

Rasa : Pedar

Nama Sampel : Nugget Ayam

No.Lab : 0646/L/II/2015

Tanggal Masuk : 13-02-2015

Waktu : 12:00 WIB

(42)

Lampiran 3.

Lampiran Hasil Pengujian Sampel Nugget

(43)

Lampiran 4.

Lampiran Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia

Gambar

Tabel 2.1 komposisi gizi nugget ayam per 140 gram takaran saji

Referensi

Dokumen terkait

Adapun perencanaan yang guru lakukan sebagai berikut: (a) Perumusan tujuan pembelajaran, guru menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar,memuat hasil pembelajaran

Pemberian antihipertensi pada penderita usia lanjut harus hati-hati karena pada mereka ini terdapat : penurunan reflek baroreseptor sehingga mereka lebih mudah mengalami

Tindakan ini adalah sebagai bentuk perlawanan yang mereka tunjukkan terhadap adanya eksternalisasi dari masyarakat (di luar penyandang disabilitas) yang beranggapan bahwa

Oleh karena itu orang yang tidak mampu tersebut dapat mengajukan perkara secara Cuma-Cuma (Prodeo) dengan mendapatkan izin untuk dibebaskan pembayaran ongkos

kegagalan dan uji coba, tapi itu sudah mendapat suatu respon yang baik dari masyarakat setempat. Suatu program dari kami dalam pembuatan produk dengan membuat pare crispy

Hasil penelitian didapatkan bahwa persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran laboratorium yang dilakukan oleh dosen sebagian besar dalam kategori tidak

Menurut James Stones, manajemen adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian usaha-usaha para anggota organisasi dan pengunaan sumber daya lain

Pengumpulan data menggunakan skala penyesuaian sosial yang terdiri dari 24 aitem valid (α = 0,886) dan skala school well-being yang terdiri dari 28 aitem valid (α =