• Tidak ada hasil yang ditemukan

Spektrofotometri Serapan Atom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Spektrofotometri Serapan Atom"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Spektrofotometri Serapan Atom

I. Tujuan

 Menentukan kepekaan dan daerah konsentrasi analisis logam Cu pada panjang gelombang 324.7 nm

 Menentukan pengaruh spesi lain, matriks, dan nyala api pada larutan Ca2+ 10 ppm

 Menentukan kadar kalsium dalam sampel air.

II. Teori Dasar

Metoda spektrofotometri serapan atom merupakan suatu metoda analisis kuantitatif yang menjadikan serapan atas energi cahaya sebagai parameter utama dalam pengukuran. Sesuai dengan namanya, yang melakukan penyerapan atas energi cahaya ini adalah atom-atom dalam keadaan tingkat energi dasarnya. Oleh karena itu, untuk dapat melakukan pengukuran dengan metoda ini diperlukan suatu proses atomisasi analit dari larutannya. Pengatoman ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dua mcara atomisasi yang umum digunakan adalah dengan menggunakan nyala dan elektrotermal (David Harvey, 2000). Cara atomisasi yang digunakan dalam percobaan ini adalah dengan menggunakan nyala.

Pengukuran dengan memanfaatkan serapan atas energi cahaya ini menerapkan hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa konsentrasi suatu zat yang menyerap cahaya berbanding lurus dengan serapan yang zat tersebut lakukan. Berikut adalah persamaan yang dikemukakan oleh Lambert-Beer.

A=∈ . b .C

Dengan A merupakan absorbansi, ε merupakan absorptivitas molar, b merupakan panjang jalan sinar, dan C merupakan konsentrasi zat penyerap warna. Biasanya, jika dilakukan pengukuran atas serapan oleh larutan berwarna, b merupakan nilai lebarnya kuvet. Berbeda dengan hal itu, dalam percobaan ini b merupakan lebarnya celah keluar nyala pada bagian atomizer.

III. Data Pengamatan

1. Penentuan kepekaan analisis Cu

Larutan Konsentrasi (ppm) Absorbansi

1 1 0.0647 2 2 0.1055 3 5 0.3248 4 8 0.3063 5 10 0.4220 6 12 0.5571 7 15 0.7060

(2)

8 20 0.8695

9 30 1.2462

Sampel 1 0 0

Sampel 2 0.149 0.0084

2. Gangguan aluminium dan analisis kalsium

Larutan Konsentrasi (ppm) Absorbansi

Ca2+ 10 0.0002 Ca2+ + SO 42- 10; 100 0.1310 Ca2+ + Sr2+ 10; 5000 0.1262 Ca2+ + SO 42- + Sr2+ 10; 100; 5000 0.0788 Ca2+ + Al3+ 10; 100 0.1015 Ca2+ + Al3+ + Sr2+ 10; 100; 5000 0.0700 Ca2+ + KCl 10; 100 0.0800 Ca2+ + KCl + Sr2+ 10; 100; 5000 0.0150 Ca2+ + Sr2+ + matriks Fe 10; 5000 0.0644 Ca2+ + Sr2+ nyala reduksi 10; 5000 0.1066 Ca2+ + Sr2+ nyala oksidasi 10; 5000 0.0758 Ca2+ tinggi api “5” 10 0.0739 Ca2+ tinggi api “9” 10 0.0731

3. Penentuan kadar kalsium dalam sampel

Larutan konsentrasi (ppm) Absorbansi

1 2 0.0181 2 4 0.0311 3 6 0.0420 4 8 0.0604 5 10 0.0737 Sampel 0.1093

IV. Pengolahan Data

1. Penentuan kepekaan analisis Cu

Dialurkan kurva konsentrasi standar Cu terhadap absorbansi dan didapatkan hasil sebagai berikut:

(3)

0 5 10 15 20 25 30 35 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 f(x) = 0.04x + 0.04 R² = 0.99

Kurva Kepekaan Analisis Cu

Konsentrasi (ppm) Absorbansi

kepekaan

(

S )=

0.0044

tg α

=

0.0044

0.0409

=0.107

Daerah konsentrasi akan ditentukan dengan memasukkan nilai

y=0.2

dan

y=0.8

sehingga didapatkan untuk

y=0.2

0.2=0.0409 x +0.0438

x=3.82 ppm

untuk y=0.8

0.8=0.0409 x +0.0438

x=18.49 ppm

2. Gangguan terhadap perbedaan nilai Absorbansi

Larutan Konsentrasi (ppm) Absorbansi

Ca2+ 10 0.0002 Ca2+ + SO 42- 10; 100 0.1310 Ca2+ + Sr2+ 10; 5000 0.1262 Ca2+ + SO 42- + Sr2+ 10; 100; 5000 0.0788 Ca2+ + Al3+ 10; 100 0.1015 Ca2+ + Al3+ + Sr2+ 10; 100; 5000 0.0700 Ca2+ + KCl 10; 100 0.0800 Ca2+ + KCl + Sr2+ 10; 100; 5000 0.0150 Ca2+ + Sr2+ + matriks Fe 10; 5000 0.0644 Ca2+ + Sr2+ nyala 10; 5000 0.1066

(4)

reduksi Ca2+ + Sr2+ nyala oksidasi 10; 5000 0.0758 Ca2+ tinggi api “5” 10 0.0739 Ca2+ tinggi api “9” 10 0.0731 1 2 3 4 0 0.02 0.04 0.06 0.08 0.1 0.12 0.14

Gangguan terhadap perbedaan A

Axis Title Axis Title

3. Penentuan kadar kalsium dalam sampel

Dialurkan kurva konsentrasi Ca2+ terhadap absorbansi dan

didapatkan hasil sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 f(x) = 0.01x + 0 R² = 0.99

Kurva Analisis Ca2+

Konsentrasi (ppm) Absorbansi

Dari kurva diatas didapatkan persamaan garis

y=0.007 x +0.0029

diketahui untuk sampel, y = 0.1093 maka

(5)

0.1093=0.007 x +0.0029

x=15.2 ppm

Konsentrasi ini didapat dari pengenceran hingga 100 mL. Kadar Ca2+ dalam sampel

2+

¿

Ca

¿

¿

¿

V. Pembahasan

Pada penentuan kepekaan analisis Cu2+, didapatkan bahwa dengan

mengalurkan kurva serapan terhadap standar pada panjang gelombang 324.7 nm didapatkan grafik yang cukup linier. Kelinieran ini dapat ditinjau berdasarkan nilai R2 kurva yang mencapai 0.9868. Kelinieran maksimum

suatu kurva adalah 1, sehingga kelinieran kurva yang didapatkan dari hasil eksperimen menunjukkan kepekaan analisis Cu2+ pada standar sangat

baik dan dapat mendeteksi standar dengan konsentrasi yang cukup rendah yaitu hingga 1 ppm. Kepekaan analisis Cu2+ adalah 0.107 serta

daerah konsentrasi sebesar 3.82 ppm hingga 18.49 ppm.

Pada percobaan penentuan pengaruh gangguan pada larutan Ca2+,

gangguan yang digunakan adalah penambahan anion dan penambahan kation lainnya. Dalam percobaan ini digunakan larutan Ca2+ 10 ppm

sebagai pembanding. Pada larutan yang mengandung SO42- secara teori

seharusnya terjadi penurunan absorpsi karena kelarutan CaSO4 di dalam

air cukup rendah, sehingga di dalam larutan akan terbentuk endapan CaSO4. Dengan terbentuknya endapan maka jumlah Ca2+ di dalam larutan

akan berkurang dan jumlah atom Ca yang dihasilkan dari atomisasi pun akan berkurang sehingga serapan oleh atom Ca akan berkurang. Dari hasil percobaan didapatkan untuk larutan 2 serapan justru meningkat. Kesalahan yang mungkin terjadi adalah pada saat pengenceran. Untuk larutan 3 terdapat spesi Sr2+ yang merupakan ion suppressor. Ion

suppressor adalah suatu spesi yang lebih mudah terionisasi jika dibandingkan dengan analit. Dengan kemudahannya untuk terionisasi, Sr2+ akan menghasilkan elektron yang kemudian akan bereaksi dengan

spesi Ca2+ yang terionisasi akibat pembakaran sehingga kesalahan

perhitungan akibat berkurangnya jumlah analit dapat diatasi. Pada larutan ke-4 yaitu larutan yang mengandung spesi Sr2+ dan SO

42-, secara teori

(6)

karena Sr2+ selain berfungsi sebagai ion surpressor juga berfungsi sebagai

releasing agent, yaitu spesi yang beraksi lebih baik terhadap spesi pengganggu dibandingkan analit. Dari literature didapatkan bahwa ksp SrSO4 sebesar 3.44 x 10-7 dan ksp CaSO4 sebesar 4.93x10-5. Pada larutan

ke-5, spesi Al3+ merupakan interferen terhadap pengukuran konsentrasi

Ca2+ karena dengan adanya spesi tersebut, absorbansi Ca2+ berkurang

cukup drastis. Dengan adanya Sr2+ pada larutan ke-6 maka pengaruh Al3+

sebagai interferen dapat dikurangi. Larutan KCl meningkatkan absorbansi karena K+ di dalam KCl juga dapat berperan sebagai ion surpressor. Hal ini

dapat dilihat pada larutan ke-7 dan ke-8 dan membandingkannya dengan larutan ke-1 dan ke-3. Larutan ke-9 yang memiliki matriks Fe mengalami pengurangan absorbansi. Hal ini disebabkan adanya interaksi antara analit dengan Fe, yang menyebabkan analit tidak lagi menyerap panjang gelombang sekuat sebelumnya. Selanjutnya untuk larutan ke-10 yang diatur adalah nyala pembakarannya. Nyala reduksi adalah nyala yang tidak mengakibatkan Ca2+ bereaksi dengan Oksigen, karena bahan bakar

yang digunakan pada nyala reduksi adalah N2O dan asetilen. Hal ini

diketahui karena pada saat pembakaran suhu nyala diatur lebih tinggi dibandingkan suhu pembakaran sebelumnya. Hasilnya adalah absorbansi untuk larutan ini menjadi tinggi. Untuk larutan ke-10 digunakan nyala oksidasi, dimana pembakaran dilakukan dengan bahan bakar oksigen sehingga terdapat kemungkinan terjadi pembentukan CaO yang mengurangi absorbansi Ca2+. Hal ini dapat dibuktikan dengan suhu nyala

yang lebih rendah dibandingkan atomisasi larutan sebelumnya dan absorbansi yang dihasilkan pun sangat rendah.

Aplikasi metode AAS sudah banyak berkembang di berbagai bidang dan disiplin ilmu, misalnya digunakan dalam penentuan kadar timah dalam makanan kaleng, penentuan kadar timbal dalam urin, penentuan kadar selenium dalam serum darah manusia, dan dapat digunakan untuk analisis wine.

Pada penentuan kadar Ca2+ digunakan metode standar eksternal

dengan beberapa standar. Dengan mengalurkan konsentrasi analit di dalam sampel terhadap kurva kalibrasi yang sebelumnya telah dibuat dari kurva standar didapatkan bahwa konsentrasi Ca2+ di dalam sampel

sebesar 18.44 ppm. Penambahan Sr2+ sekali lagi dilakukan karena

peranannya sebagai ion suppressor sehingga tidak terjadi gangguan kimia akibat analit yang terionisasi pada saat pembakaran.

(7)

VI. Simpulan

 Kepekaan analisis Cu2+ adalah 0.107

 Daerah konsentrasi Cu2+ 3.82-18.49 ppm

 Pengaruh SO42- : Interferent

 Pengaruh Sr2+ : Ion suppressor dan releasing agent

 Pengaruh Al3+ : Interferent

 Pengaruh KCl : Ion suppressor

 Pengaruh matriks Fe : menyebabkan gangguan matriks karena berinteraksi Ca2+

 Pengaruh nyala reduksi : meningkatkan absorbansi

 Pengaruh nyala oksidasi : Membentuk oksida, mengurangi absorbansi

 Konsentrasi Ca2+ sampel sebesar 60.8 ppm

VII. Daftar Pustaka

A. S., Douglas. 1998. Principles of Instrumental Analysis. United States of America: Saunders College Publishing. halaman 206

G.H., Jeffery. 1989. Vogel’s: Textbook of Quantitative Chemical Analysis. New York: Longman Group. halaman 783

H., David. 2000. Modern Analytical Chemistry. United States of America: McGraw-Hill. halaman 412

(8)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK KI-3121

SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (AAS)

Nama

: Fadli Aprianto

NIM

: 10511057

Kelompok

: 1

Tanggal Praktikum

: 24 Oktober 2014

Tanggal Pengumpulan : 31 Oktober 2014

Asisten

: Sylvia A.B. (20511302)

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Referensi

Dokumen terkait

Pada gambar dapat dilihat bawah kurva kalibrasi standar tersebut mempunyaigaris singgung yang linear respon yang diberikan alat terhadap konsentrasi analit telah memenuhi

Kandungan unsur Fe, Cr, Mn, Mg, Ca, dan Na dalam contoh uji air tangki reaktor ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi standar yaitu dengan mengukur

Gangguan ini dapat diatasi dengan menambahkan unsur-unsur yaug mudah terionisasi ke dalam sampel sehingga akan menahan proses ionisasi dari unsur yang

absorbansi sampel ke dalam persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi larutan standar, sedangkan perhitungan kadar dilakukan dengan mengubah nilai konsentrasi

LoQ (Limit of Quantitative) merupakan konsentrasi terendah analit dalam sampel yang ditentukan dengan tingkat presisi dan akurasi yang dapat diterima dibawah

Konsentrasi larutan sampel dapat dicari setelah absorbansi lantan sampel diukur dan diintrapolasi ke dalam kurva kalibrasi atau dimasukkan ke dalam persamaan garis

Pembuatan Kurva Kalibrasi. Kurva kalibrasi dibuat dengan mengukur serapan dari larutan bahan organik standar yang telah dioksidasi, dimana konsentrasi karbon organik dalam

Menentukan kandungan logam Cu dilakukan menggunakan metode yang sama dengan kandungan logam Cd yaitu metode kurva kalibrasi. Berdasarkan kurva pada Gambar 2 terlihat