• Tidak ada hasil yang ditemukan

FIKIH MUYASSAR 3: BAB TENTANG BEJANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FIKIH MUYASSAR 3: BAB TENTANG BEJANA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

FIKIH MUYASSAR 3: BAB

TENTANG BEJANA

BAB TENTANG BEJANA

BAB TENTANG BEJANA, yaitu bab yang menjelaskan hukum menggunakan bejana untuk bersuci.

Bejana yang dimaksud di sini ialah wadah yang biasa dipakai untuk menyimpan air dan selainnya. Ada yang terbuat dari besi dan juga dari benda lainnya.

Sebenarnya hukum asal menggunakan bejana adalah mubah. Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, “Dialah (Allah) yang telah menciptakan

bagi kalian apa yang ada di bumi seluruhnya.” (QS. Al-Baqarah:29)

Hanya saja, dalam Bab Bejana ini akan diuraikan 4 permasalahan yang samar bagi kebanyakan orang.

1. MENGGUNAKAN BEJANA YANG TERBUAT DARI EMAS DAN PERAK UNTUK BERSUCI

Seperti yang kami singgung sebelumnya, bahwa hukum asal menggunakan bejana untuk semua keperluan adalah boleh. Baik bejana itu terbuat dari besi atau dari benda lainnya. Bahkan bejana yang mewah sekali pun.

Akan tetapi timbul permasalahan jika bejana tersebut terbuat dari Emas dan Perak. Di dalam beberapa haditsnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melarang makan dan minum dari bejana yang terbuat dari emas dan perak. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

“Janganlah kalian minum dari bejana emas dan perak. Jangan pula makan dari piring-piring emas dan perak. Karena sesungguhnya bejana-bejana tersebut untuk mereka (yakni orang kafir,pen) di dunia, dan untuk kalian di akhirat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits lain beliau bersabda, “Orang yang minum dari bejana perak,

maka hakekatnya ia mengalirkan dalam perutnya api neraka jahannam.”

(2)

Sekarang permasalahannya adalah, apakah larangan tersebut untuk makan dan minum saja atau berlaku juga untuk penggunaan lain seperti bersuci dan yang selainnya?

Dalam hal ini ada 2 pendapat Ulama:

Pendapat Pertama: Mayoritas ulama berpandangan bahwa larangan tersebut berlaku untuk semua penggunaan seperti makan, minum, bersuci, dan lainnya. Bahkan Al-Iman An-Nawawi dan al-Mundziri menegaskan telah terjadi kesepakatan ulama dalam hal ini.

Pendapat Kedua: Sebagian ulama seperti Al-Imam Asy-Syaukani sebagaimana dalam Nailul Authar (1/91) menyatakan, “Larangan tersebut hanya berlaku untuk makan dan minum saja. Adapun penggunaan lainnya seperti bersuci maka tidak termasuk dalam larangan. “

Pendapat kedua inilah yang dikuatkan oleh para ulama yang menulis kitab Al-Fiqhul Muyassar dan Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Rahimahullah dalam Fathu Dzil Jalali wal Ikram (1/119). Beliau berkata,

“Boleh menggunakan bejana emas dan perak pada selain makan dan minum. Dikarenakan larangan tersebut pada makan dan minum saja. Seandainya seseorang menggunakan bejana emas dan perak sebagai tempat menyimpan barangnya, atau uang logam, atau untuk kebutuhan-kebutuhan selain makan dan minum maka tidak mengapa. Hal itu disebabkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah manusia yang paling fashih, pemberi nasehat, dan paling mengetahui. Seandainya menggunakan (bejana) emas dan perak pada selain makan dan minum adalah haram pasti sudah dijelaskan oleh Rasul Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dengan penjelasan yang gamblang hingga tidak terjadi kesamaran.”

2. BEJANA YANG DIPATRI DENGAN EMAS DAN PERAK

(Mematri adalah melekatkan dua belahan bejana atau menambal bejana yang bolong)

Jika mematrinya memakai emas maka dilarang menggunakannya untuk makan dan minum, karena masuk dalam keumuman hadits pada bab sebelumnya. Adapun jika memakai perak yang sedikit maka diperbolehkan. Hal ini

(3)

berdasarkan hadits Anas bin Malik Radhiallahu ‘anhu, ia berkata

ﺐﻌﺸﻟا نﺎﻣ ﺬﺨﺗﺎﻓ – ﻢﱠﻠﺳو ﻪﻴَﻠﻋ ﻪﻟا ﱠﻠﺻ – ﻪﻟا لﻮﺳر حﺪﻗ ﺮﺴﻧا

ﺔﻀﻓ ﻦﻣ ﺔﻠﺴﻠﺳ

“Bahwasanya gelas Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam retak (sedikit pecah) maka beliau (menambal) tempat yang retak itu dengan jalinan dari perak.” (HR al-Bukhari)

3. BEJANA ORANG KAFIR

Hukum asal menggunakan bejana orang kafir adalah halal, kecuali bila diketahui kenajisannya maka tidak boleh digunakan sampai dicuci. Hal ini sebagaimana hadits Abu Tsa’labah Al-Khusyani ia berkata, “Aku berkata, wahai Rasulullah! Sesungguhnya kami hidup dilingkungan ahli kitab. Bolehkah kami makan dengan bejana mereka?” Beliau menjawab, “Jangan kalian makan darinya kecuali

tidak didapati selainnya, maka cucilah (bejana tersebut) dan makanlah darinya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Jika diyakini bejana tersebut bersih dari najis dikarenakan pemiliknya tidak suka berinteraksi dengan najis, maka boleh langsung digunakan tanpa harus dicuci terlebih dahulu. ٍSebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para shahabatnya pernah mengambil air wudhu’ dari gentong air milik seorang wanita musyrik (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

4. BERSUCI DENGAN BEJANA YANG DIBUAT DARI KULIT HEWAN

Kulit hewat apabila telah disamak maka menjadi suci dan boleh dipakai. Hal ini berdasarkan Sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam,

ﺮﻬﻃ ﺪﻘﻓ ﻎﺑد بﺎﻫإ ﺎﻤﻳأ

“Manasaja kulit hewan yang telah disamak maka sungguh ia telah suci.”

(HR. Tirmidzi)

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah melewati seekor domba yang telah mati, maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata, “Tidakkah mereka

(4)

memanfaatkannya?”

Para shahabat menjawab, “Sesungguhnya hewan itu sudah mati.”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya yang diharamkan

adalah memakannya.” (HR. Muslim)

Catatan: kulit hewan yang dimaksud di sini adalah hewan yang halal dimakan dagingnya ketika ia hidup. Adapun hewan yang haram dimakan dagingnya ketika hidup, seperti kucing dan yang lainnya, maka kulitnya tetap najis walaupun sudah disamak.

Wallahu a’lam bish shawwab

======================= Sumber Panduan:

Al-Fiqhul Muyassar

Fathu Dzil Jalali wal Ikram Nailul Authar

=======================

Disajikan oleh: Abu Rufaidah al-Maidany =======================

Pelajaran ini diterbitkan oleh Channel Telegram Warisan Salaf: https://telegram.me/warisansalaf/81

https://telegram.me/warisansalaf/82

3 DOA YANG PASTI DIKABULKAN

3 Do’a yang PASTI Dikabulkan

ةﻮﻋد :ﻦﻬﻴﻓ ﻚﺷ ﻻ ،ﻦﻬﻟ بﺎﺠﺘﺴﻳ تاﻮﻋد ثﻼﺛ ” :ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﻪﻟا ﻠﺻ ﻪﻟا لﻮﺳر لﺎﻗ :لﺎﻗ ةﺮﻳﺮﻫ ﺑأ ﻦﻋ هﺪﻟﻮﻟ ﺪﻟاﻮﻟا ةﻮﻋدو ،ﺮﻓﺎﺴﻤﻟا ةﻮﻋدو ،مﻮﻠﻈﻤﻟا

(5)

Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

“Tiga jenis do’a yang pasti dikabulkan yang tidak diragukan lagi (pasti dikabulkan), yaitu:

DO’A ORANG YANG TERZHALIMI 1.

DO’A MUSAFIR 2.

DO’A ORANG TUA KEPADA ANAKNYA. 3.

(HR. Ibnu Majah no.3862 dan dihasankan ٍSyaikh Al-Albani) FAEDAH:

Sebagai orang tua, anda harus memanfaatkan kesempatan ini untuk:

Mendo’akan kebaikan bagi anak-anak di saat sujud atau kesempatan lainnya.

Membiasakan lisan mengucapkan kebaikan dan do’a kepada anak, misal: barokallahu fiik, semoga Allah menjadikanmu anak shalih, atau ucapan lainnya.

=========

Oleh: Tim Warisan Salaf =========

Faedah ini diterbitkan oleh Channel warisan salaf https://telegram.me/warisansalaf/53

(6)

IBADAH WAJIB DENGAN IBADAH

SUNNAH

MENAMBAL KEKURANGAN PADA IBADAH WAJIB DENGAN IBADAH SUNNAH

Dalam melakukan ibadah wajib seperti shalat dan ibadah lainnya, seringkali seseorang tidak mengerjakannya secara sempurna. Keikhlasan niat dan kekhusyu’an sangat mempengaruhi nilai dari ibadah tersebut.

Dalam sebuah hadits dinyatakan, bahwasanya manusia mendapatkan pahala yang berbeda-beda terkait dengan shalatnya. Ada di antara mereka yang mendapatkan pahala setengahnya, sepertiga, seperempat, seperlima… dan ada juga yang hanya mendapat sepersepuluhnya saja. (HR. Abu Daud)

Bahkan tragisnya ada juga yang tidak mendapatkan pahala sama sekali. Na’udzubillah

Tentunya perbedaan tersebut disebabkan perbedaan di dalam memenuhi rukun dan syaratnya, kekhusyu’an, ketundukan, dan perkara lainnya. (‘Aunul Ma’bud)

Padahal, baiknya shalat seseorang merupakan tolok ukur keselamatan dan keberuntungannya pada hari kiamat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya amalan pertama yang akan dihisab dari seorang

hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik maka sungguh ia telah beruntung dan berhasil, tapi jika shalatnya jelek maka dia celaka dan merugi.” (HR. Tirmidzi no.413)

Ketika melihat fenomena ini barangkali ada yang bertanya, adakah amalan yang bisa menambal kekurangan-kekurangan tersebut sehingga shalat yang dilakukannya menjadi sempurna?

Syari’at Islam dengan segala kesempurnaan dan rahmatnya telah mengkhabarkan kepada kita tentang hal itu.

(7)

yang ada pada ibadah wajib adalah dengan memperbanyak melakukan IBADAH SUNNAH. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda dalam lanjutan hadits riwayat Tirmidzi (413) yang telah kami sebutkan di atas, “Dan jika ibadah

fardhunya ada yang kurang, maka Allah berfirman (kepada malaikat-Nya), ‘lihatlah kepada hambaku itu (di dalam catatan amalnya,pen), apakah dia memiliki ibadah sunnah? sehingga bisa disempurnakan dengannya kekurangan yang ada pada ibadah wajibnya.”

Maka dari sini kita mengetahui betapa amalan sunnah memiliki peran yang besar di dalam menyempurnakan kekurangan-kekurangan yang ada pada ibadah wajib. Oleh karena itu, para salaf sangat berantusias mengerjakan ibadah sunnah, mulai dari shalat, sedekah, dzikir, membaca Al-Qur’an, dan lain sebagainya.

Para pembaca rahimakumullah, kita menyadari bahwasanya ibadah wajib yang kita kerjakan acapkali tidak mendapatkan hasil maksimal. Usaha dan bisnis yang sedang dijalani, anak-anak yang menggemaskan, kebutuhan rumah tangga, dan perkara lainnya selalu hadir di dalam shalat kita. Semua itu telah mencuri pahala shalat kita sampai hitungan yang tidak kita ketahui. Allahul musta’an

Oleh karena itu, marilah kita memperbanyak ibadah sunnah, mulai dari Shalat malam, witir, dhuha, sunnah rawatib, dan ibadah sunnah lainnya untuk menutupi kekurangan yang ada pada ibadah wajib kita.

=========

Dirangkum oleh: Tim Warisan Salaf =========

Faedah ini diterbitkan oleh Channel warisan salaf https://telegram.me/warisansalaf/52

(8)

DZIKIR PAGI & PETANG dan

PENJELASANNYA

DZIKIR PAGI DAN PETANG dan Penjelasan Maknanya

ﻢّﻠﻌﻳ ﻢﱠﻠﺳو ﻪﻴَﻠﻋ ﻪﻟا ﱠﻠﺻ ﻪﻟا لﻮﺳر َنﺎﻛ :لﺎَﻗ ،َةﺮﻳﺮﻫ ِﺑا ﻦﻋ

َﻚِﺑو ،ﺎَﻨﺤﺒﺻا َﻚِﺑ ﻢﻬﱠﻠﻟا :ﻞُﻘﻴْﻠَﻓ ﻢﻛُﺪﺣا ﺢﺒﺻا اَذا ” :لﻮُﻘﻳ ﻪﺑﺎﺤﺻا

ﻢﻬﱠﻠﻟا :ﻞُﻘﻴْﻠَﻓ ﺴﻣا اَذاو ،ﺮﻴﺼﻤﻟا َﻚﻴَﻟاو تﻮﻤَﻧ َﻚِﺑو ﺎﻴﺤَﻧ َﻚِﺑو ،ﺎَﻨﻴﺴﻣا

اَﺬﻫ» :“ رﻮُﺸﱡﻨﻟا َﻚﻴَﻟاو تﻮﻤَﻧ َﻚِﺑو ﺎﻴﺤَﻧ َﻚِﺑو ﺎَﻨﺤﺒﺻا َﻚِﺑو ﺎَﻨﻴﺴﻣا َﻚِﺑ

ﻦﺴﺣ ﺚﻳِﺪﺣ»

Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu, ia berkata, “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan (bacaan dzikir) kepada para shahabatnya dengan mengatakan, ‘Apabila memasuki waktu pagi maka ucapkanlah

ﺮﻴﺼﻤﻟا َﻚﻴَﻟاو تﻮﻤَﻧ َﻚِﺑو ﺎﻴﺤَﻧ َﻚِﺑو ،ﺎَﻨﻴﺴﻣا َﻚِﺑو ،ﺎَﻨﺤﺒﺻا َﻚِﺑ ﻢﻬﱠﻠﻟا

ALLAHUMMA BIKA ASHBAHNA WA BIKA AMSAINA WA BIKA NAHYA WA BIKA NAMUTU WA ILAIKAL MASHIR

“ya Allah, dengan-Mu kami memasuki waktu pagi, dengan-Mu kami memasuki waktu sore, dengan-Mu kami hidup, dan denganmu kami mati, dan hanya kepada-Mu tempat kembali.”

dan apabila memasuki waktu sore ucapkanlah,

رﻮُﺸﱡﻨﻟا َﻚﻴَﻟاو تﻮﻤَﻧ َﻚِﺑو ﺎﻴﺤَﻧ َﻚِﺑو ﺎَﻨﺤﺒﺻا َﻚِﺑو ﺎَﻨﻴﺴﻣا َﻚِﺑ ﻢﻬﱠﻠﻟ

ALLAHUMMA BIKA AMSAINA WA BIKA ASHBAHNA WA BIKA NAHYA WA BIKA NAMUTU WA ILAIKAN NUSYUR

“Ya Allah, dengan-Mu kami memasuki waktu sore, dengan-Mu kami memasuki waktu pagi, dengan-Mu kami hidup, dengan-Mu kami mati, dan hanya kepada-Mu

(9)

lah kebangkitan.”

HR. Tirmidzi (3391) dan Abu Daud (5068). Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani

============ MAKNA KALIMAT:

(Dengan-Mu kami memasuki waktu pagi) yakni kami memasuki waktu pagi dengan penjagaan-Mu, dilimpahi kenikmatan-Mu, tersibukkan dengan mengingat-Mu, memohon pertolongan dengan nama-mengingat-Mu, diliputi taufik-mengingat-Mu, beraktivitas dengan daya dan kekuatan-Mu, berbolak-balik dengan kehendak-Mu dan kemampuan-Mu,

(dengan-Mu kami hidup dan dengan-Mu kami mati) yaitu Engkaulah yang menghidupkan kami dan Engkau pula yang mematikan kami. Demikianlah keadaan kami dalam setiap waktu dan keadaan.

(Hanya kepada-Mu tempat kembali) tidak kepada yang lainnya. (wa ilaikan nusyur) yaitu Allah hidupkan setelah mati.

=========

Sumber: Tuhfatul Ahwadzi (9/236) Dirangkum oleh: Tim Warisan Salaf =========

Faedah ini diterbitkan oleh Channel warisan salaf https://telegram.me/warisansalaf/51

(10)

Pelajaran Kitab Tsalatsatul Ushul

(5):

ﻪﻴﻟإ ةﻮﻋﺪﻟا ﺔﺜﻟﺎﺜﻟاو ﻪﺑ ﻞﻤﻌﻟا ﺔﻴﻧﺎﺜﻟا

PELAJARAN TAUHID : Kajian Kitab Tsalatsatul Ushul (Bagian 5)

Penulis berkata,

.ﻪﺑ ﻞﻤﻌﻟا :ﺔﻴﻧﺎﺜﻟا

.ﻪﻴﻟإ ةﻮﻋﺪﻟا :ﺔﺜﻟﺎﺜﻟا

ﻪﻴﻓ ىذﻷا ﻠﻋ ﺮﺒﺼﻟا :ﺔﻌﺑاﺮﻟا.

Kedua: Mengamalkan ilmu. Ketiga: Mendakwahkannya.

Keempat: Bersabar atas gangguan di dalamnya. ====================

PENJELASAN:

[ Kedua: MENGAMALKANNYA ]

yaitu wajib mengamalkan ilmu yang telah didapat. Hal ini disebabkan: Ilmu tidaklah dicari melainkan untuk diamalkan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela orang-orang yahudi yang tidak mengamalkan ilmu yang mereka miliki.

Terdapat ancaman yang besar bagi orang yang tidak mengamalkan ilmunya

Orang yang berilmu akan tetapi tidak mengamalkannya diibaratkan seperti pohon yang tidak berbuah, yakni keberadaannya tidak bermanfaat bagi orang disekitarnya.

(11)

Abdullah bin Mas’ud berkata, “Kami tidaklah melewati 10 ayat dari lisan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sampai kami belajar maknanya dan mengamalkannya. Kami mempelajari ilmu dan mengamalkannya.”

Dan Orang yang tidak mengamalkan ilmunya akan mendapat ancaman yang serius. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menceritakan perihal seorang yang disiksa di dalam neraka dalam keadaan ususnya terburai. Dia berputar-putar seperti berputarnya seekor keledai di penggilingan gandum. Maka penduduk neraka keheranan melihat tingkah orang tersebut. Mengapa dia mendapat siksa seperti itu padahal ketika di dunia dia merupakan seseorang yang berilmu, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Maka penduduk neraka pun menanyai orang tersebut. Lantas ia menjawab, “Aku dahulu memerintahkan kalian dari yang ma’ruf tapi aku tidak melakukannya, dan aku melarang kalian dari kemunkaran tapi justru aku melakukannya.”

—————

[ Ketiga: MENDAKWAHKANNYA]

Apabila seseorang telah berilmu dan mengamalkannya, maka kewajiban berikutnya adalah mendakwahkan ilmu tersebut kepada orang lain.

Berdakwah bisa dengan ucapan, perbuatan, atau tulisan.

Seseorang yang melakukan perbuatan baik kemudian diikuti oleh orang lain maka itu disebut dakwah.

Adab banyak keutamaan yang akan didapat oleh orang yang berdakwah, di antaranya ialah:

Menunjuki seseorang kepada kebaikan kemudian diamalkan oleh orang yang didakwahi maka akan menjadi amal jariyah yang tidak terputus pahalanya.

Menunjuki satu orang lebih baik dari mendapatkan onta merah yang merupakan barang mewah bangsa Arab di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Tidak ada ucapan yang lebih indah daripada orang yang berdakwah di jalan Allah.

(12)

Berdakwah harus dilakukan dengan cara yang hikmah dan nasehat yang baik.

Hikmah dalam berdakwah adalah seperti hikmahnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ketika berdakwah kepada para shahabat, terkadang dengan bahasa yang lembut, dan terkadang menaikkan suara ketika dibutuhkan.

Wallahu ‘alam…

Ikuti Terus Pelajaran Tsalatsatul Ushul setiap hari Senin dan Kamis =================

Sumber Panduan: Syarah Syaikh Ubaid

Syarah Syaikh Shalih Alu Syaikh =================

Dirangkum Oleh: Abu Rufaidah Abdurrahman =================

Pelajaran ini diterbitkan oleh Channel telegram warisan salaf https://telegram.me/warisansalaf/150

Pelajaran Kitab Tsalatsatul Ushul

(4):

ﻢﻠﻌﻟا ﻟوﻷا

PELAJARAN TAUHID : Kajian Kitab Tsalatsatul Ushul (Bagian 4) Penulis berkata,

(13)

ﻢﻠﻌﻟا :ﻟوﻷا

(4 Permasalahan yang wajib dipelajari adalah:)

Pertama: Ilmu, yaitu mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya, dan mengenal agama Islam dengan dalilnya.

========== PENJELASAN:

Kewajiban mempelajari empat permasalahan ini ada yang bersifat wajib ‘aini dan ada juga yang wajib kifayah.

Adapun permasalahan pertama, yaitu berilmu: Mengenal Allah

Mengenal Nabi-Nya

dan Mengenal Agama Islam dengan Dalilnya.

adalah wajib ‘ain, yakni wajib bagi setiap muslim untuk mengenal Allah, mengenal Nabi-Nya, dan mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya.

Mengenal Allah adalah beriman kepada-Nya, kepada rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya, dan Nama juga sifat-sifat-Nya yang mulia.

Mengenal Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah beriman bahwa beliau adalah utusan Allah dan beriman dengan setiap khabar yang beliau sampaikan.

Mengenal agama Islam dengan dalil-dalilnya, yaitu bahwasanya Ibadah yang dilakukan oleh seseorang harus dibangun di atas dalil dari Al-Qur’an dan Sunnah. Tidak boleh membuat tuntunan ibadah sendiri atau karena taklid terhadap tradisi orang tua.

Disebutkan dalam sebuah kaedah, “Hukum Asal dari suatu ibadah adalah dilarang sampai ada dalil yang membolehkannya.”

Ikuti Terus Pelajaran Tsalatsatul Ushul setiap hari Senin dan Kamis di channel telegram kami

(14)

=================

Dirangkum Oleh: Abu Rufaidah Abdurrahman =================

Pelajaran ini diterbitkan oleh Channel telegram warisan salaf https://telegram.me/warisansalaf/149

Pelajaran Kitab Tsalatsatul Ushul

(3):

ﻊـﺑرأ ﻢـﻠﻌﺗ ﺎـﻨﻴﻠﻋ ﺐـﺠﻳ ﻪـﻧأ ﻪـﻟا ﻚـﻤﺣر ﻢـﻠﻋا

ﻞﺋﺎﺴﻣ

PELAJARAN TAUHID : Kajian Kitab Tsalatsatul Ushul (Bagian 3) Penulis berkata

3) ﻞﺋﺎﺴﻣ ﻊﺑرأ ﻢﻠﻌﺗ ﺎﻨﻴﻠﻋ ﺐﺠﻳ ﻪﻧأ ، (2) ﻪﻟا ﻚﻤﺣر (1) ﻢﻠﻋا)

(1) Ketahuilah

(2) Semoga Allah merahmati anda

(3) bahwasanya wajib atas kita mempelajari empat permasalahan… ===============

PENJELASAN:

Ucapan Penulis: (1) [ Ketahuilah] Kata ini biasa digunakan untuk:

(15)

Tanbih (peringatan) agar pendengar atau pembaca benar-benar perhatian terhadap apa yang akan disampaikan.

dan menunjukkan bahwa perkara yang akan disampaikan adalah sesuatu yang penting.

Metode ini juga dipakai di dalam Al-Qur’an, di antaranya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

ِتﺎَﻨﻣﻮﻤْﻟاو ﻦﻴﻨﻣﻮﻤْﻠﻟو َﻚِﺒْﻧَﺬﻟ ﺮﻔْﻐَﺘﺳاو ﻪﻟا ا ﻪَﻟا  ﻪﱠﻧا ﻢَﻠﻋﺎَﻓ

“Maka ketahuilah/berilmulah bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) kaum mukminin dan mukminat.” (QS. Muhammad:19)

Lihat juga surat QS. Al-Maidah:98 dan Al-Hadid:20

Metode ini juga biasa digunakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam ketika ingin menyampaikan sesuatu yg penting atau untuk menggugah perhatian pendengar. Hanyasaja dengan cara yang berbeda-beda. Terkadang dengan pengulangan, seperti ketika beliau memanggil shahabat Mu’adz sebanyak tiga kali, terkadang dengan bentuk penawaran, seperti ucapan beliau “Maukah

aku tunjukkan kepada kalian” atau “tahukah kalian dosa besar yang paling besar?” Itu semua sebagai bentuk tanbih (peringatan) dari Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bahwa apa yang akan disebutkan adalah sesuatu yang penting, yang membutuhkan konsentrasi dan perhatian penuh dari pendengar.

Oleh karena itu, ketika anda ingin mengajarkan kebaikan kepada orang lain, maka gunakanlah metode ini agar ilmu yang anda sampaikan benar-benar bisa diserap secara maksimal.

* * * Ucapan penulis:

(2) [ Semoga Allah merahmati anda], Di sini ada beberapa faedah:

(16)

Do’a ini sebagai bentuk perhatian dan kasih sayang beliau kepada muta’allim (orang yang belajar).

Menunjukkan lembutnya beliau di dalam berdakwah.

Hal ini mengajarkan kepada kita bahwa metode dasar di dalam berdakwah adalah dengan lemah lembut kepada mad’u atau orang yang belajar. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,

ﻓ ﻦﻣ ﻢﻤﺣﺮﻳ ضرﻷا ﻓ ﻦﻣ اﻮﻤﺣرا ،نﺎﻤﺣﺮﻟا ﻢﻬﻤﺣﺮﻳ نﻮﻤﺣاﺮﻟا

ءﺎﻤﺴﻟا

“Orang yang memiliki kasih sayang akan dirahmati oleh Ar-Rahman (Allah yang Maha Pengasih,pen). Sayangilah orang-orang yang ada dibumi, pasti akan menyayangi kalian Dzat yang ada di langit.” (HR. Abu

Daud no.4941, dishahihkan Syaikh Al-ALbani)

Bahkan dakwah yang kasar dan kaku hanya akan membuat manusia lari darinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ﻦﻣ اﻮﻀَﻔْﻧ ِﺐْﻠَﻘْﻟا َﻆﻴﻠَﻏ ﺎﻈَﻓ ﺖْﻨﻛ ﻮَﻟو ﻢﻬَﻟ ﺖْﻨﻟ ﻪﻟا ﻦﻣ ﺔﻤﺣر ﺎﻤِﺒَﻓ

َﻚﻟﻮﺣ

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran:159)

* * * Ucapan Penulis:

(3) [bahwasanya wajib atas kita mempelajari empat permasalahan ]

Di sini ada metode pengajaran yang biasa dipakai oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, yaitu menyebutkan jumlah bilangan sebelum penjabaran. Metode ini akan membuat pendengar lebih penasaran dengan jumlah tersebut ketimbang disebutkan secara umum, seperti “Ada beberapa perkara yang diwajibkan atas kita.”

(17)

Empat permasalahan ini adalah perkara yang penting berkaitan dengan amalan, yaitu amalan di dalam agama Islam.

Insya Allah dijelaskan pada pelajaran berikutnya…

Ikuti Terus Pelajaran Tsalatsatul Ushul setiap hari Senin dan Kamis di channel telegram kami

================= ? Sumber Panduan:

? Syarah Syaikh Ubaid

? Syarah Syaikh Shalih Alu Syaikh ? Syarah Syaikh Al-Utsaimin

==================

Dirangkum Oleh: Abu Rufaidah Abdurrahman —————–

Pelajaran ini diterbitkan oleh Channel telegram warisan salaf https://telegram.me/warisansalaf/114

KESELAMATAN AQIDAH DAN

MANHAJ

ADALAH

(18)

Pelajaran dari Kisah Husein

Al-Karobisi)

KESELAMATAN AQIDAH DAN MANHAJ ADALAH BAROMETERNYA (Mengambil Pelajaran dari Kisah Husein Al-Karobisi)

Siapakah Husein Al-Karobisi?

Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Husein bin Ali bin Yazid Al-Karobisi ia seorang yang memiliki pemahaman mendalam

Berilmu dan faqih

Ia memiliki karya tulis yang banyak dalam bidang fikih dan ushulnya

Al-Khatib Al-Baghdadi mengatakan, “Ia memiliki karya tulis yang banyak dalam bidang fikih dan ushul, hal itu menunjukkan atas baiknya pemahaman dia (dalam hal fikih dan ushul) dan ilmunya yang mendalam”

Ia juga murid dari Al-Imam Asy-Syafi’i, Yazid bin Harun, Ma’an bin Isa, dan para muhadditsin lainnya..

Tapi Tahukah Anda, bahwa KELEBIHAN yang dimilikinya tidak menjadikannya mulia di sisi Ahlussunnah ketika ia melakukan perbuatan BID’AH!!

Ibnul Jauzi berkata, “Hanya saja ia terjatuh dalam permasalahan lafazh, ia mengatakan, bahwa lafazhku saat membaca Al-Qur’an adalah makhluk.”

Dengan sebab itu, Al-Imam Ahmad mentahdzirnya dan memerintahkan manusia agar meninggalkannya. Beliau berkata, “(orang) ini mubtadi’ maka berhatil-hatilah darinya.”

Beliau juga berkata, “Semoga Allah menghinakan Al-Karobisi, jangan dijadikan teman duduk, jangan diajak bicara, jangan engkau menyalin buku-bukunya, dan jangan duduk bersama orang yang duduk dengannya.”

(19)

PEMAHAMANNYA tentang permasalahan Ushul dan Furu’ ternyata TIDAK MEMBERIKAN manfaat kepadanya ketika ia terjatuh kepada kebid’ahan.

Muhammad bin Abdullah Ash-Shairafi Asy-Syafi’i berkata kepada muridnya, “AMBILLAH PELAJARAN dari keadaan Karobisi dan Abu Tsaur. Husein al-Karobisi kapasitas ilmu dan hafalannya tidak bisa ditandingi oleh Abu Tsaur walaupun hanya sepersepuluhnya. Tapi Ahmad (bin Hanbal) berbicara tentangnya dalam permasalahan lafazh (terhadap Al-Qur’an), sehingga ia (yakni al-Karobisi) pun jatuh. dan Ahmad memuji Abu Tsaur sehingga menjadi tinggi kedudukannya disebabkan ia berpegang teguh kepada sunnah.”

⛵️ Oleh karena itu…

❌ JANGAN TERTIPU dengan penampilan ❌ JANGAN TERTIPU dengan keilmuan ❌ JANGAN TERTIPU dengan kefasihan

❌ JANGAN TERTIPU dengan ketawadhu’an dan kezuhudan ❌ JANGAN TERTIPU dengan banyaknya Buku yang diterbitkan

? AMBILLAH PELAJARAN bahwa barometernya adalah keselamatan aqidah dan manhaj bukan penampilan dan kepiawaian..

〰〰?〰〰 ? Sumber:

? Tarikh Baghdad

? Al-Muntazhom fii Tarikh Al-Muluk wal Umam ? Situs Sahab

===============

Faedah ini diterbitkan oleh Channel warisan salaf https://telegram.me/warisansalaf/44

(20)

JANGAN LUPA WITR SEBELUM

TIDUR !!

JANGAN LUPA WITR SEBELUM TIDUR Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu menuturkan,

“Kekasihku (yakni Nabi) Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyampaikan wasiat kepadaku dengan tiga perkara, yaitu

agar (aku) berpuasa 3 hari pada setiap bulan 1.

melaksanakan dua raka’at shalat dhuha 2.

dan shalat witir sebelum tidur.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) 3.

Wasiat yang sama juga ditujukan kepada shahabat Abu Darda’ Radhiallahu ‘anhu…

Para Ulama menjelaskan, bahwasanya wasiat untuk melaksanakan shalat witir sebelum tidur berlaku bagi seseorang yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam diakibatkan lelah atau perkara lainnya. (Lihat Syarah Muslim)

Adapun bila seseorang itu yakin bisa bangun pada sepertiga malam terakhir, maka sangat dianjurkan agar ia mengakhirkannya, karena akhir malam merupakan waktu yang paling afdhal untuk melaksanakan shalat witir dan bermunajat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala..

TENTU SAJA…. ANDA LEBIH MENGETAHUI KEADAAN DIRI ANDA… Jika anda yakin bangun di akhir malam, maka akhirkanlah shalat witir…

Jika khawatir keterusan hingga waktu shubuh… maka sebaik-baik wasiat adalah wasiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam…

Sekadar nasehat untuk kita semua, Semoga bisa diamalkan. ===========

(21)

https://telegram.me/warisansalaf/43

Pelajaran Kitab Tsalatsatul Ushul

(2): Penjelasan Basmalah

Penulis berkata (1) ﻢﻴﺣﺮﻟا ﻦﻤﺣﺮﻟا ﻪﻟا ﻢﺴﺑ 3) ﻞﺋﺎﺴﻣ ﻊﺑرأ ﻢﻠﻌﺗ ﺎﻨﻴﻠﻋ ﺐﺠﻳ ﻪﻧأ ، (2) ﻪﻟا ﻚﻤﺣر ﻢﻠﻋا ) Bismillahirrahmanirrahim 1.

Ketahuilah Semoga Allah merahmati anda 2.

bahwasanya wajib atas kita mengetahui empat permasalahan… 3.

➖➖➖➖➖➖

PENJELASAN:

(1) Dalam kitab ini, penulis memulai dengan BASMALAH dikarenakan beberapa sebab:

Pertama: Mencontoh Al-Qur’an, dimana Al-Qur’an pada setiap suratnya dimulai dengan Basmalah, kecuali surat At-Taubah. Ada yang mengatakan bahwa Surat At-Taubah masih berhubungan dengan surat Al-Anfal sehingga tidak dimulai dengan Basmalah, ada juga yang menyebutkan selain alasan ini.

Kedua: Mencontoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dimana beliau selalu memulai dengan basmalah ketika menulis surat kepada para penguasa ketika itu, di antaranya adalah surat beliau kepada Heraklius Penguasa negeri Romawi (HR. Al-Bukhari)

Ketiga: Mencontoh para Nabi, dalam hal ini adalah Nabiyullah Sulaiman bin Daud yang memulai dengan Basmalah ketika menulis surat kepada Ratu Saba’

(22)

(Lihat QS. An-Naml:30)

Dan memulai dengan BASMALAH merupakan Sunnah atau kebiasaan umat Islam sejak dahulu. Sebagaimana dijelaskan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqolani dalam Fathul Baari.

Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di Rahimahullah saat menafsirkan QS. An-Naml ayat 30 menyatakan, “Padanya disukai memulai kitab-kitab dengan

basmalah secara lengkap…” (At-Taisir hal.379)

Adapun hadits yang sering disebutkan dalam permasalahan ini,

ﺮﺘﺑأ ﻮﻬﻓ ﻪﻟا ﻢﺴﺒﺑ ﻪﻴﻓ أﺪﺒﻳ ﻻ لﺎﺑ يذ ﺮﻣأ ﻞﻛ

“Setiap permasalahan penting yang tidak dimulai dengan Basmalah maka akan terputus (berkahnya).” (HR. Al-Khatib dan As-Subki)

Maka hadits ini sangat LEMAH sebagaimana dijelaskan Syaikh al-Albani Rahimahullah dalam Al-Irwa’ (1/29)

Syaikh Muhammad Sa’id Ruslan mengatakan, “Jangan engkau tertipu dengan banyaknya para penulis yang menghiasi tulisan-tulisan mereka dengan hadits ini, karena sesungguhnya hadits ini sangat lemah.” (Audio Syarah Tsalatsatul Ushul)

Tujuan memulai tulisan dengan basmalah ada beberapa sebab, di antaranya:

Memohon bantuan kepada Allah sebelum menulis sebuah karya agar 1.

mendapatkan kemudahan.

Memohon Berkah dengan Nama-Nama Allah Subhanahu wa Ta’ala, agar 2.

tulisan tersebut diberkahi dan bermanfaat. (Lihat Syarah Syaikh Ibnu Utsaimin)

Perbedaan Antara Ar-Rahman dan Ar-Rahim

Ar-Rahman adalah Maha Pengasih, Yang akan memberikan rahmat-Nya kepada siapa yang Dia kehendaki.

Ar-Rahim adalah Maha Penyayang bagi orang-orang yang Beriman. (Lihat Syarah Syaikh Ibnu Utsaimin)

(23)

☑️ Bersambung Insya Allah… ? Abu Rufaidah Abdurrahman 〰〰➰〰〰

Pelajaran ini diterbitkan oleh Channel telegram warisan salaf https://telegram.me/warisansalaf/93

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi ruang kelas yang nyaman akan membantu siswa untuk lebih mudah dalam berkonsentrasi, memeperoleh hasil belajar yang maksimal dan dapat menikmati

Untuk mewujudkan gagasan “holonesia” sebagai langkah srategis dalam memperkenalkan potensi wisata berbagai daerah di Indonesia dengan teknologi hologram maka ada beberapa

5) Pukul 03.20 WIB, Mualim II mencoba melakukan hubungan radio/VHF , namun tidak berhasil kemudian memerintahkan Juru Mudi Jaga untuk Cikar Kanan, kemudian Juru Mudi

Ketua Tim Pengendali DAK sub bidang KB Provinsi (Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi) dan Ketua Tim Pengendali DAK SKPD KB Provinsi secara berkala melakukan

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan: “apakah ada perbedaan yang signifikan dari kemampuan memahami preposisi bahasa inggris dari siswa kelas V SDN

Daun Libo (Ficus variegata Blume.) memiliki daun yang tidak dimakan oleh hama/serangga, hal ini diduga karena kandungan metabolit sekunder daun libo mengandung

Pada ulkus kornea yang disebabkan oleh bakteri menunjukkan demarkasi epitel yang jelas dengan dense yang mendasarinya, suppurative stromal inflammation memiliki tepi yang tidak

Tujuan d ari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis bakteri penyebab infeksi nosokomial yang terdapat pada alat kesehatan dan udara di ruang unit gawat darurat