• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini memaparkan mengenai variable penelitian (devinisi operasional dan hipotesis), subjek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini memaparkan mengenai variable penelitian (devinisi operasional dan hipotesis), subjek"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan mengenai variable penelitian (devinisi operasional dan hipotesis), subjek penelitian (populasi, karakteristik, dan teknik pengambilan sampel), desain penelitian, alat ukur (instrumen, validitas & reliabilitas alat ukur), prosedur penelitian (teknik pengolahan data).

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006). Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu kinerja karyawan sebagai variabel terikat dan gaya kepemimpinan sebagai variabel bebas.

Definisi operasional atas variabel kinerja karyawan dalam penelitian ini merujuk pada pendapat Rivai (2004) yang mengemukakan bahwa kinerja karyawan merupakan cara perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

Sedangkan definisi operasional atas variabel gaya kepemimpinan merujuk pada Rivai (2005) yang memiliki pandangan bahwa kepemimpinan merupakan proses

memengaruhi dalam menentukan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, memengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.

(2)

3.1.2 Hipotesis

H0 a : Persepsi gaya kepemimpinan situasional tidak ada hubungan dengan kinerja karyawan proyek hotel.

H0 b : Persepsi gaya kepemimpinan situasional tidak ada hubungan dengan kinerja karyawan proyek apartemen.

H1 a : Persepsi gaya kepemimpinan situasional ada hubungan dengan kinerja karyawan proyek hotel.

H1 b : Persepsi gaya kepemimpinan situasional ada hubungan dengan kinerja karyawan proyek apartemen.

3.2 Populasi Dan Subjek Penelitian

3.2.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan individu yang mempunyai karakteristik yang akan dihitung dan diukur , populasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu populasi terhingga (finit) dan populasi tak terhingga (infinit). Populasi terhingga adalah populasi yang

diketahui jumlah besarnya, sedangkan populasi tak terhingga adalah populasi yang setiap kali berubah sehingga tidak diketahui besarnya (Purwanto, 1994)

Dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap kinerja karyawan MLR. Jenis populasinya adalah populasi terhingga, karena jumlahnya diketahui dengan pasti. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 34 orang. Yang mana mereka merupakan rekan kerja dari

(3)

masing-masing PM, untuk proyek hotel sebanyak 20 orang dan untuk proyek apartemen sebanyak 14 orang.

3.2.2 Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik subjek penelitian adalah semua karyawan yang masih terdaftar sebagai karyawan MLR untuk proyek hotel dan proyek apartemen di lokasi Gajah Mada, Jakarta Barat.

3.3 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakana dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Menurut Creswell (2005), metode kuantitatif adalah sebuah metode yang datanya

dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Penelitian ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhadap kinerja karyawan.

Rancangan ini sangat spesifik karena dirancang untuk mengetahui objek tertentu, dibuat berdasarkan data dari hasil pengukuran, berdasarkan variabel penelitian yang ada. selain itu penelitian ini menggunakan metode penelitian non-eksperimental, gaya survey dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Rancangan non-eksperimental dipilih penulis karena penelitian yang diterapkan pada kondisi alamiah tanpa dimanipulasi.

(4)

3.4 Alat Ukur Penelitian

3.4.1 Alat Ukur

Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan instrument penelitian sebagai berikut;

3.4.1.1. Instrumen Kinerja Karyawan

Untuk instrumen kinerja karyawan peneliti menggunakan data penilaian kinerja karyawan PT. Modernland Realty, Tbk periode bulan Januari 2012 untuk semua karyawan divisi proyek, khususnya proyek apartemen dan hotel.

3.4.1.2. Instrumen Kepemimpinan Situasional

Untuk instrumen kepemimpinan situasional menggunakan instrument kuesioner yang dikembangkan oleh penulis menurut teori dari Hersey & Blanchard. Untuk kuesioner yang dikembangkan penulis terdiri dari 4 dimensi pengukuran, yaitu:

1. Telling

Gaya kepemimpinan yang mengarahkan, merupakan respon kepemimpinan yang perlu dilakukan oleh manajer pada kondisi karyawan lemah dalam kemampauan, minat dan komitmennya. Dalam situasi seperti ini Hershey dan Blancard menyarankan agar manajer memainkan peran directive yang tinggi, memberi saran bagaimana menyelesaikan tugas-tugas itu tanpa mengurangi intensitas hubungan sosial dan komunikasi antara pemimpin dan saya. Total pernyataan pada dimensi ini ada sembilan buah pernyataan yang terdiri dari tujuh penyataan bersifat positif dengan nomor kuesioner 5, 14, 26, 20, 34,

(5)

2, dan 18, sedangkan untuk pernyataan negative terdiri dari tiga buah pernyataan dengan nomor kuesioner 22, 39, dan 35.

2. Selling

Pada kondisi karyawan menghadapi kesulitan menyelesaikan tugas-tugas, takut untuk mencoba melakukannya, manajer juga memproporsikan struktur tugas dengan tanggung jawab karyawan. Pada kondisi ini, karyawan sudah mulai mampu mengerjakan tugas-tugas dengan lebih baik, akan memicu perasaan timbulnya rasa percaya diri yang lebih baik. Pemimpin dituntut menghabiskan waktu mendengarkan dan menasihati, dan membantu karyawan untuk

memperoleh keterampilan yang diperlukan melalui metode pembinaan. Untuk jumlah pernyataan yang terdapat pada dimensi ini adalah 12 buah

pernyataan, yang terdiri dari tujuh buah pernyataan yang bersifat positif dengan nomor kuesioner 11, 31, 16, 25, 8, 37, 4, dan 36, sedangkan untuk pernyataan yang bersifat negatif sejumlah empat buah pernyataan dengan nomor kuesioner 15, 28, 10, dan 32.

3. Delegating

Untuk tingkat karyawan dengan kemampuan dan kemauan yang tinggi, maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah gaya delegasi. Dengan gaya delegasi ini pemimpin sedikit memberi pengarahan maupun dukungan, karena dianggap sudah mampu dan mau melaksanakan tugas/tanggungjawabnya. Mereka diperkenankan untuk melaksanakan sendiri dan memutuskan tentang bagaimana, kapan dan dimana pekerjaan mereka harus diselesaikan.

(6)

Pada dimensi ini memiliki total pernyataan sebanyak sembilan buah pernyataan, dengan terbagi ke dalam pernyataan yang bersifat positif dan negatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif sejumlah tujuh buah pernyataan dengan nomor kuesioner 17, 9, 23, 19, 27, 3, dan 30, sedangkan untuk pernyataan yang bersifat negatif sejumlah dua buah pernyataan dengan nomor kuesioner 7 dan 13.

4. Participating

Perilaku kepemimpinan partisipasi adalah respon manajer yang harus

diperankan ketika tingkat kemampuan karyawan berada pada level yang baik akan tetapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tanggung jawab, karena ketidakmauan atau ketidakyakinan mereka untuk melakukan tugas/tanggung jawab seringkali disebabkan karena kurang keyakinan. Pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendengarkan serta mendukung usaha – usaha yang dilakukan oleh bawahannya.

Pada dimensi ini jumlah pernyataan yang dikembangkan penulis sebanyak sembilan buah pernyataan, yang terdiri dari tujuh buah pernyataan positif dengan nomor kuesioner 21, 29, 12, 6 40, 33, dan 38, sedangkan untuk

pernyataan yang bersifat negatif sebanyak dua buah pernyataan dengan nomor kuesioner 1 dan 24.

3.4.2 Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur

Sebelum penelitian dilakukan, perlu dilakukan pengujian terhadap validitas dan

reliabilitas terhadap daftar pertanyaan yang digunakan. Pengujian validitas dan realibilitas daftar pertanyaan ini dimaksudkan agar daftar pertanyaan yang digunakan untuk mendapatkan data

(7)

penelitian, memiliki tingkat validitas dan realibilitas yang memenuhi batasan dari syarat yang diberikan.

Uji validitas merupakan ukuran yang menunjukan tingkat validan atau kesahan suatu instrumen. Tinggi rendahnya hasil dari uji validitas menunjukan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Uji validitas pada penelitian ini menggunakan expert judgement dan corrected item total correlation untuk melihat hubungan 2 variabel yaitu kepemimpinan situasional sebagai variabel bebas (independent variabel) dengan kinerja karyawan sebagai variabel terikat (dependent variabel). Expert judgement dilakukan oleh dosen pembimbing dan dua dosen lainnya untu melihat validitas alat ukur yang dikembangkan oleh peneliti. Untuk corrected item total correlation dihitung

menggunakan SPSS 20.0.

Uji reliabilitas mengindikasikan seberapa konsisten pengukuran yang dilakukan sepanjang waktu atau berbagai pertanyaan. Atau dengan kata lain, reliabilitas mengindikasikan stabilitas dan konsistensi instrumen pengukuran konsep dan membantu untuk melihat ketepatan pengukuran. Berikut hasil uji reliabilitas dan validitas menggunakan SPSS 20.0 per dimensi.

Tabel 3. 1 Rangkuman Reliabilitas

Skala Psikologi Croanbach’s Alpha N of Items Keterangan Telling 1.00 10 Reliable Selling 1.00 12 Reliable Delegating 0.998 9 Reliable Participating 1.00 9 Reliable

(8)

Berdasarkan tabel di atas, skala psikologi telling memiliki koefisien alpha dari Cronbach yang bernilai 1,00 dengan N = 10. Statistik reliabilitas ini menunjukkan bahwa koefisien alpha dari skala psikologi telling dengan nilai 1,00 memiliki nilai yang lebih besar dari 0,700. Skala psikologi selling memiliki koefisien alpha dari Cronbach yang bernilai 1,00 dengan N = 12. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien alpha dari skala psikologi selling dengan nilai 1,00 memiliki nilai yang juga lebih besar dari 0,700. Sedangkan skala psikologi delegating memiliki koefisien alpha dari Cronbach yang bernilai 0,998 dengan N = 9. Statistik reliabilitas ini menunjukkan bahwa koefisien alpha dari skala psikologi delegating dengan nilai 0,998 memiliki nilai yang lebih besar dari 0,700 dan mendekati angka 1. Koefisien alpha dari Croanbach yang dimiliki skala psikologi participating bernilai 1,00 dengan N = 9. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien alpha dari skala psikologi participating dengan nilai 1,00 memiliki nilai yang lebih besar dari 0,700. Dengan demikian, semua skala psikologi yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi dan menjadi alat ukur yang dapat dipercaya.

3.5 Prosedur

3.5.1 Persiapan Penelitian

Tahap persiapan dilakukan sejak Juli 2012, dimana peneliti mulai mencari jurnal, fenomena-fenomena dan bertemu dosen pembimbing untuk membicarakan topik penelitian. Setelah memutuskan untuk meneliti mengenai gaya kepemimpinan situasional terhaap kinerja karyawan divisi proyek PT MLR, Tbk, peneliti kembali mencari literatur untuk mendalami topik tersebut. Berdasarkan referensi dari jurnal, berita-berita dan buku, peneliti menentukan fokus masalah, yaitu mengenai pengaruh gaya kepemimpinan situasional terhaap kinerja karyawan divisi proyek PT MLR, Tbk. Berdasarkan literatur tersebut, peneliti membuat serta mengajukan proposal penelitian. Selanjutnya peneliti mencari alat ukur yang sesuai untuk masing-masing

(9)

variabel. Peneliti menggunakan penilaian kinerja karyawan PT MLR, Tbk untuk melihat kinerja karyawan dan untuk instrumen kepemimpinan dikembangkan oleh penulis.

3.5.2 Pelaksanaan Penelitian Dengan Try Out Terpakai

Penelitian ini menggunakan try out data terpakai yang artinya data yang diperoleh dari try out atau uji coba sekaligus digunakan sebagai data untuk penelitian. Try out data terpakai ini dilakukan dikarenakan terbatasnya subjek penelitian yang sesuai dengan karakteristik yang diinginkan. Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2013 dengan

menyebarkan kuesioner kepada seluruh rekan kerja dari PM hotel dan apartemen dari level staff sampai dengan site manajer (SM).

3.5.3 Teknik Pengolahan Data

Untuk penelitian ini, penulis menentukan kondisi bawahan dan pendekatan gaya kepemimpinan atasan menggunakan norma internal rerata kelompok, hal ini dikarenakan tidak ada rentang nilai secara spesifik yang diungkapkan dalam teori yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk mengategorikannya penulis membandingkan nilai yang dimiliki dengan nilai rerata kelompok.

Pada penelitian ini, penulis mengolah data dengan menggunakan perangkat lunak yang umum digunakan yaitu SPSS. Dalam SPSS, salah satunya menyediakan fasilitas pembuatan crosstab serta proses penghitungan chi-square untuk menangani perhitungan-perhitungan dalam sebuah tabel. Pada crosstab disertakan pula fasilitas untuk mengukur apakah ada hubungan antara dua variabel tertentu, dan seberapa kuat hubungan yang ada. Crosstab (Tabel Silang) adalah sebuah tabel silang yang terdiri atas satu baris atau lebih, dan satu kolom atau lebih. Pada dasarnya sebuah crosstab sama dengan isi menu TABLES (custom tables dan multiple response sets). Perbedaan terletak pada adanya metode-metode statistik untuk mengukur kekuatan asosiasi

(10)

(hubungan) antara dua variabel yang tersedia pada crosstab, sedangkan menu TABLES tidak menyediakan metode-metode tersebut.

Ciri penggunaan crosstab adalah data input yang berskala nominal atau ordinal, seperti tabulasi antara gender seseorang dengan tingkat pendidikan orang tersebut, pekerjaan seseorang dengan sikap orang tersebut dengan suatu produk tertentu, dan lainnya. Sebenarnya pada data metric (interval atau rasio) secara prinsip bisa juga dilakukan crosstab. Hanya pada data metrik, ada kemungkinan data mempunyai desimal. Semuanya mempunyai nilai berbeda sehingga harus dibuatkan banyak kolom; maka bisa terjadi jumlah baris atau kolom menjadi demikian banyak dan tidak efektif untuk mendeskripsikan data. Untuk itulah pembuatan crosstab data metric biasanya dilihat ‘isi’ datanya terlebih dahulu. Dalam praktek, pembuatan crosstab dapat juga disertai dengan penghitungan tingkat keeratan hubungan (asosiasi) antar isi crosstab. Alat statistik yang sering digunakan untuk mengukur asosiasi pada sebuah crosstab adalah chi-square. Alat ini pada praktek statistik bisa diterapkan untuk menguji ada tidaknya hubungan antara baris dan kolom dari sebuah crosstab.

Uji chi-square berguna untuk menguji hubungan atau pengaruh dua buah variabel nominal dan mengukur kuatnya hubungan antara variable yang satu dengan variabel nominal lainnya (C = Coefisien of contingency). Karakteristik chi‐square: nilai chi‐square selalu positif, terdapat beberapa keluarga distribusi chi‐square, yaitu distribusi chi‐square dengan DK=1, 2, 3, dst., dan bentuk distribusi chi‐square adalah menjulur positif.

Gambar

Tabel 3. 1  Rangkuman Reliabilitas

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini penulis akan membuat perangkat lunak simulasi perhitungan kebutuhan penerangan ruangan dalam menentukan jumlah titik lampu dan luas penampang kabel untuk

Pada penelitian penambahan xylitol dalam sukrosa dan glukosa diperoleh bahwa pada penambahan xylitol dalam glukosa terdapat perbedaan yang bermakna pada semua

Pada penelitian ini, dilakukan beberapa analisis dan interpretasi data agar fasies dan lingkungan pengendapan Formasi Talang Akar Cekungan Jawa Barat Utara dapat

Skor tersebut berada pada kisaran antara 56-75 dengan kategori cukup efektif sehingga dapat disimpulkan bahwa laboratorium virtual cukup efektif digunakan sebagai

Harahap, dkk (2017) dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Standar Audit Berbasis International Standards On Auditing (ISA) Terhadap Kualitas Audit” Sementara penerapan

Dengan demikian asumsi yang dapat digunakan pada penelitian ini adalah pentingnya makna mataraga dan tolopena yang menjadi simbol komunikasi budaya pada proses ritual

Sedangkan koefisien regresi variabel X1 (tugas yang tinggi) bernilai positif 1,785 menunjukkan bahwa variabel gaya kepemimpinan instruksi dengan tugas yang tinggi pada

akar ini berlaku hingga ukuran diameter tertentu yang ditetapkan. Hal ini dilakukan sebab akar tumbuhan dengan diameter yang lebih kecil dari