• Tidak ada hasil yang ditemukan

Review Buku. Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi. Dialectology oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Review Buku. Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi. Dialectology oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Review Buku

Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi

Dialectology oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill

Dosen Pengampu: Dr. Inyo Yos Fernandez

Oleh

Intan Rawit Sapanti 12 / 339581 / PSA / 07324

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA 2013

(2)

2 A. Dialektologi Sebuah Pengantar oleh Ayat Rohaedi

Buku yang berjudul “Dialektologi” sebuah pengantar ini disusun oleh Ayatrohedi pada tahun 1979. Buku ini terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama menjelaskan tentang dialektologi yakni mengenai pengertian, batasan dialek, isoglos, asal usul dan perkembangan dialek, sumber penelitian dialek, ragam dialek, dan perkembangan dialektologi dari masa sebelum dan sesudah tahun 1875. Bagian kedua memaparkan secara lebih lanjut mengenai geografi dialek yaitu tentang pengantar, metode penelitian geografi dialek, daerah penelitian, daftar tanyaan, pemupu, pembahan, cara memupu bahan dan yang terakhir adalah penerbitan dan Bahasa Peta.

Bab pertama, mengenai Dialektologi. Pertama-tama dijelaskan mengenai pengertian dialek berasal dari kata Yunani yaitu dialektos. Pengertian dialek menurut Panitia Atlas Bahasa- bahasa Eropa adalah sistem kebahasaan yang dipergunakan oleh satu masyarakat untuk membedakannya dari masyarakat lain yang bertetangga, yang mempergunakan sistem yang berlainan walaupun erat hubungannya (Weijnen dkk., 1975:63). Dialek mempunyai ciri perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan (Meillet, 1967 :70). Ciri lain yang dimiliki dialek adalah (1) dialek ialah seperangkat bentuk ujaran setempat yang berbeda- beda, yang memiliki ciri- ciri umum danmasing- masing lebih mirip sesamanya dibandingkan dengan bentuk ujaran lain dari bahasa yang sama, dan (2) dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari sebuah bahasa (Meillet, 1967: 69). Pembeda dialek pada garis besarnya dibagi menjadi lima, yaitu perbedaan fonetik, semantik, onomasiologis, semasiologis dan morfologis.

Pada subbab ketiga, Ayatrohedi menjelaskan tentang Isoglos. Isoglos adalah garis yang memisahkan dua lingkungan dialek atau bahasa berdasarkan wujud atau sistem kedua lingkungan itu yang berbeda. Garis watas kata itu kadang- kadang juga disebut heteroglos. Asal usul perkembangan dialek dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain keadaan alam, pengaruh ruang gerak perpindahan penduduk, batas- batas politik, pertukaran bahasa dan budaya, ekonomi, cara hidup dan sbagainya. Perkembangan dialek dibagi menjasdi dua yaitu perkembangan membaik dan perkembangan memburuk. Perkembangan memburuk disebabkan beberapa faktor yaitu; faktor sosial dan susupan bahasa nasional yang terjadi karena penggunaannya sebagai bahasa sekolah atau lembaga dan saluran budaya.

Subbab keempat, dipaparkan lebih lanjut mengenai sumber penelitian dialek yang dapat berbentuk lisan yang didapat dari para penuturnya, dan sumber tulis yang berasal dari sumber tertulis yang berupa naskah, dan kamus atau atlas bahasa.

(3)

3 Berikutnya pada subbab kelima dijelaskan tentang ragam- ragam dialek atau bahasa ditentukan oleh faktor waktu, tempat, sosio- budaya, situasi dan sarana pengungkapan. Dialek digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu dialek 1 yaitu dialek yang berbeda- beda karena keadaan alam sekitar, dialek 2 yaitu bahasa yang dipergunakan di luar daerah pakainya, dan dialek sosial yaitu ragam bahasa yang dipergunakan oleh kelompok tertentu yang membedakan dengan kelompok masyarakat lainnya.

Pada bagian terakhir bab ini, dipaparkan mengenai perkembangan dialektologi yang terbagi menjadi dua, yaitu masa sebelum 1875 dimana tulisan mengenai dialek selalu dikaitkan denga tulisan dalam bidang ilmu bahasa bandingan dan filologi, terutama bahasa Indo- Eropa. Masa sessudah 1875 dibagi menjadi aliran jerman dan aliran perancis.

Bab kedua dalam buku ini membahas tentang geografi dialek. Geografi dialek ialah cabang dialektologi yang mempelajari hubungan yang terdapat dalam ragam- ragam bahasa, dengan bertumpu kepada satuan ruang atau tempat terwujudnya ragam- ragam tersebut (Dubois dkk., 1973: 230).Geografi dialek setidak- tidaknya harus didasarkan kepada pengamatan yang seksama dan setara terhadap daerah penelitian, dan bahannya harus dapat diperbandingkan. Tujuan penelitian geografi dialek diarahkan untuk menetapkan ruang lingkup gejala- gejala kebahasaan, dengan jalan mengelompokkan dan memaparkan ciri- ciri dialek. Dalam perkembangannya, diarahkan untuk mencari hubungan yang ada antara batas- batas alam maupun sejarah, yang kemudian diarahkan untuk menemukan gejala- gejala yang rumit dan sering bertentangan. Tujuan tersebut didapatkan di dalam penelitian geografi dialek aliran jerman.

Aliran Perancis menekankan kajiannya kepada sejarah bahasa, sehingga harus mencari sejarah pada setiap katanya. Tujuannya untuk mencari hubungan yang ada antara perkembangan bahasa dengan perkembangan budaya. Penelitiannya bertujuan untuk mencari dan menemukan hal- hal yang berkenaan dengan biologi bahasa, sosiologi bahasa dan hubungan antara kata dengan hal atau benda yang dilambangkan. Kedudukan geografi dialek dalam ilmu bahasa adalah dapat diperolehnya gambaran umum mengenai sejumlah dialek sehingga menghemat waktu, tenaga, dan dana. Peta bahasa di dalam kajian geografi dialek merupakan sesuatu yang secara mutlak diperlukan yang merupakan alat bantu dalam peta bahasa baik perbedaan maupun persamaan yang terdapat di antara dialek- dialek yang diteliti.

Dialektometri adalah ukuran secara statistik yang dipergunakan untuk melihat berapa jauh perbedaan dan persamaan yang terdapat di tempat- tempat yang diteliti dengan membandingkan

(4)

4 sejumlah bahan yang terkumpul dari tempat tang diteliti tersebut (Revier, 1975: 424). Anasir bahasa yang diperbandingkan antartempat itu ialah anasir fonologi, morfologi, kosa kata, morfosintaksis, dan morfonologi. Perbedaan yang lebih dari 80% dianggap perbedaan bahasa, 51%- 80% dianggap perbedaan dialek, 31%- 50% dianggap perbedaan subdialek, 21%- 30% dianggap perbedaan wicara, dan yang kurang dari 20% dianggap tidak ada perbedaan.

Metode Penelitian Geografi Dialek ada tiga, yaitu (1) Metode Pupuan Sinurat pada dasarnya mudah,, cepat tetapi agak mahal, dan hal ini biasanya berlaku untuk negara atau daerah yang sudah terbebas dari buta huruf dan yang keadaan komunikasi sudah lancar. Faktor Penentu dalam Metode Pupuan Sinurat adalah; Daftar tanyaan harus benar- benar terarah dan disertai dengan banyak gambar atau foto, Pembahan harus diberi keterangan dan perintah yang jelas sejak awal, bagaimana menjawab pertanyaan, Ahli tulis fonetik bisa dibantu dengan daftar abjad fonetik yang sederhana. Metode ini sangat sesuai dipergunakan untuk pengumpulan bahan yang ditujukan kepada pembuatan kamus dialek. (2) Metode Pupuan Lapangan dilaksanakan dengan pencatatan langsung yaitu pemupu secara langsung mencatat berian dari pembahasan, yang kedua dengan perekaman atau pencatatan tak langsung. (3) Coba Uji dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh kepastian apakah daftar tanyaan yang disusun sudah sepenuhnya cocok atau tidak.

Daerah penelitian atau titik pengamatan perlu memperhatikan hal-hal; Keadaan geografi daerah penelitian, Keadaan kependudukan, Tinjauan sejarah, Keadaan Kebahasaan, dan kajian sebelumnya. Tempat yang diteliti bisa berupa daerah perkotaan ataupun daerah pedusunan. Ekologi Daerah penelitian juga perlu diperhatikan. Daftar tanyaan mempunyai syarat; harus memberikan kemungkinan dan dapat menampilkan ciri- ciri istimewa dari derah yang diteliti, harus mengandung hal- hal yang berkenaan dengan sifat dan keadaan budaya daerah penelitian, dan harus memberikan kemungkinan untuk dijawab dengan langsung dan spontan. Cakupan daftar tanyaan harus bersifat nasional, dan menggunakan bahasa baku. Cakupan daftar tanyaan daerah, dibuat khusus untuk daerah tertentu. Susunan daftar tanyaan dengan cara; Susunan menurut abjad, dan susunan menurut makna. Rangkuman daftar tanyaan memperhatikan segi kosa kata, onomasiologi, semasiologi, fonetik, morfologi, tata kalimat, etnografi, dan perundagian. Bahasa daftar tanyaan haruslah bahasa baku atau menggunakan dialek setempat.

Pemupu atau peneliti harus memeperhatikan; jumlah pemupu yang terdiri dari 3 orang, kelamin pemupu yang sejenis dengan informan, Asal usul pemupu bisa pribumi atau penutur

(5)

5 asing, Pemupu juga harus mempunyai kemampuan, mereka bisa saja ahli ataupun orang awam yang sudah diberi latihan atau petunjuk. Pembahan atau informan harus memperhatikan; jumlah pembahan, kelamin pembahan. Syarat pembahan yaitu usia antara 40-60 tahun, Pendidikan tidak terlalu tinggi, Asal usul dari desa yang diteliti, Hanya mengenal bahasa atau dialeknya sendiri, dan menjaga kemurnian pembahan. Pembahan yang kurang ideal adalah pembahan yang terlalu tua, terlalu muda, buta huruf, guru yang berpendidikan, ahli dialek amatir atau kaum cendekia, pernah meninggalkan kampungnya terlalu lama, orang tuanya bukan pribumi, termasuk dalam kelompok kecil. Cara memupu bahan dengan cakupan terarah, bertanya langsung, bertanya tak langsung, memancing jawaban, pertanyaan dan jawaban berganda, menerjemahkan bahasa baku ke dialek.

Dalam penerbitan dapat terjadi masalah teknis yaitu pada pengelompokan bahan, pembuatan peta dan pengisian peta dan masalah ilmiah yaitu urutan peta, pemuatan berian, pemetaan berian, pembuatan peta, dan bahasan peta. Masalah bahasan peta yaitu bahasan stratigrafi atau lapisan yang berhubungan dengan bentuk dan fungsinya yang terdiri dari Lapisan Onomasiologis dan Semasiologis dan juga terbentuknya lapisan- lapisan. Tafsiran peta tergantung pada sebab luar bahasa antara lain sukulapis purba, lapis sastra, lapis budaya, tukaran, garus watas budaya dan sebab dalam bahasa yaitu perkembangan fonetik, usangan fonetik, tikaian homonim, tikaian semantik, pmurbaan dan keterlebihan.

Review buku Dialektologi karya Ayatrohedi

Buku yang disusun oleh Ayatrohedi ini awal mulanya hanyalah berbentuk sebuah makalah yang dibukukan, yang bertujuan untuk memberikan pengantar bagi mahasiswa jurusan Linguistik yang ingin melakukan penelitian Dialektologi. Karena sifat dan tujuannya hanya sebagai pengantar, maka buku ini sangat singkat, padat dan sederhana. Banyak sekali kekurangan dan banyak hal yang belum dapat dijelaskan dalam buku ini. Sebagai contoh adalah tidak adanya penjelasan yang lengkap dan akurat mengenai perhitungan dialektometri berikut langkah-langkah analisis data yang sangat dibutuhkan dalam penelitian dialektologi. Kajian mengenai dialektometri ini hanya dibahas secara singkat pada halaman 31 tanpa disertai contoh yang real sehingga pembaca masih belum memiliki gambaran yang utuh mengenai hal ini.

Namun kekurangan dan keterbatasan tersebut tidak menjadi masalah yang berarti, karena dalam buku ini juga disertakan referensi dan daftar pustaka yang dapat memberi alternatif lain untuk mencari buku yang menjelaskan lebih banyak tentang penelitian dialektologi. Buku

(6)

6 pengantar Dialektologi ini sangat bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui tentang apa itu dialektologi dan hal- hal yang berhubungan dengan penelitian dialektologi, buku ini menjadi suatu bentuk bantuan yang sangat berarti bagi pembaca yang pertama kali ingin mengetahui tentang penelitian dialektologi. Bahasanya yang sederhana, jumlah halaman yang tidak terlalu banyak, isi yang padat dan mudah dimengerti juga merupakan suatu kelebihan dari buku pengantar ini..

B. Buku Dialectology yang ditulis oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill

“Dialectology” merupakan salah satu referensi berbahasa Inggris tentang Dialektologi yang disusun oleh JK. Chambers dan Peter Trudgill. Cakupan bahasan dalam buku ini lebih luas dan lengkap daripada karya Ayatrohedi. Buku ini merupakan buku pegangan yang terbagi dalam dua belas bab yang kesemuanya berhubungan dengan dialektologi dan variasi yang mempengaruhi dialek yakni Dialektologi dan bahasa, dialek geografi, dialektologi dan linguistik, urban dialektologi, Perbedaan sosial dan bahasa, struktur sosiolinguistik dan variasi linguistik, batas, transisi, variabilitas, difusi: sosiolinguistik dan leksikal, geografikal, dan bahasa terakhir adalah tentang geolinguistik.

Pada latar belakang, terdiri dari empat bab yang kesemuanya berhubungan erat dengan dialektologi. Pada bab I yaitu tentang dialek dan bahasa, dimana dalam bab ini menjelaskan tentang perbedaan mendasar antara apa yang disebut dialek dan apa yang disebut bahasa dengan menggunakan contoh- contoh. Dalam bab ini juga menjelaskan tenatang perbedaan antara bahasa, dialek dan aksen. Geografi dialek, sosial dialek, autonomi, heteronomi juga dijelaskan dalm bab pertama ini.

Pada bab kedua, dijelaskan tentang awal mula Geografi dialek, metode yang digunakan dalam penelitian dialektologi, syarat- syarat dari daftar pertanyaan, hingga pembuatan peta dan juga pemilihan informan yang baik untuk penelitian dialektologi.

Pada bab ketiga juga masih berhubungan erat denga penelitian dialektologi yaitu tentang dialektologi dan struktur- struktur yang lebih khusus dengan perubahan-perubahan bunyi dari segi struktur, distribusi dan juga dari segi leksikon.

Bab keempat membahas tentang macam- macam dialek yaitu tentang sosial dialek dan urban dialek. Di bab ini juga dijelaskan tentang perwakilan dan bagaimana mencari data dengan mengklasifikasikan informan dan juga menjelaskan tentang variabel linguistik.

(7)

7 Bab lima, dan bab enam termasuk dalan variasi sosial yang mempengaruhi perbedaan dialek. Pada bab lima menerangkan tentang perbedaan sosial dan perbedaan bahasa. Dalam bab ini lebih dijelaskan adanya pengaruh sosial terhadap dialek yang ada pada masyarakat setempat. Hal- hal sosial tersebut anatara lain adalah tentang kelas sosial, perbedaan style dalam berbahasa, perbedaan jenis kelamin antara perempuan dan laki- laki, perbedaan etnik, hubungan antar masyarakat, dan ciri khas individu dalam berbahasa juga hal lain yang mempengaruhi perbedaan dialek berdasarkan faktor- faktor sosial. Bab enam dituliskan tentang struktur sosioloinguistik dan perubahan linguistik yang terdiri dari penanda dan yang ditandai, adanya perubahan bahasa, perbedaan fonologi, stereotypes, juga mempelajari tentang perubahan bahasa. Dalam bab ini juga dijelaskan bahaimana mekanisme dari perubahan bahasa yang termasuk di dalamnya variasi stilistika, peran jenis kelamin, dan adanya prestise masyarakat.

Bab tujuh menjelaskan tentang boundaries, yang lebih jelasnya menjelaskan tentang beberapa isoglos dengan menentukan fungsi dan kegunaannya dalam penelitian dilektologi. Pada bab ini dijelaskan tentang pengertian isoglos dan juga pengertian heteroglos, bentuk- bentuk isoglos, juga daerah isoglos. Pembagian kelas isoglos, kategori struktural dari isoglos, juga distribusi leksikal isoglos juga hubungannya budaya dengan isoglos termasuk dalam pembahasan tentang isoglos dalam bab ini. Pada bab selanjutnya, menjelaskan tentang transisi dari variasi- variasi dialek. Dalam bab ini lebih dijelaskan tentang variabel- variabel yang mempengaruhi variabel dari transisi tersebut.

Mekanisme dari variasi dijelaskan dalam bab sembilan, sepuluh, sebelas dan bab terakhir. Pada bab sembilan, dijelaskan tentang variabilitas yang menjelaskan tentang variabel sebagai bentuk struktural, skala yang menunujukkan kesamaan dan perbedaan, aturan- aturan variabel dan pilihan penggunaan skala dan aturan variabel. Bab selanjutnya membahas tentang difusi antara sosiolinguistik dan leksikal yang membedakan antara waktu pada saat itu, innovator perubahan, inovasi bedasarkan kelas di Norwegia, inovasi berdasarkan jenis kelamin di Belfast, dan inovasi berdasarkan umur di kota NewYork juga tentang difusi leksikal. Pada bab sebelas, difusi berdasarkan goegrafi yang menyangkut difusi spasial bahasa juga linguistik, wilayah linguistik, uvular di Eropa, difusi menurun dari hierarki urban, dan perwakilan kartografi dari difusi spasial. Dalam bab ini juga dijelaskan pembelajaran tentang Norwegia yaitu penjelasan dialek geografi sosiolinguistik dan juga adanya contoh yang diberikan. Bab terakhir menjelaskan tentang geolinguistik yang kesemuanya dijabarkan pada bab sebelumnya.

(8)

8 Review buku Dialectology karya J. K. Chambers dan Peter Trudgill

Buku yang ditulis oleh J. K. Chambers dan Peter Trudgill ini benar- benar memberikan gambaran yang jelas tentang penelitian dialektologi dan hal- hal yang beruhubungan dengan dialektologi, baik dari segi geografis dan juga segi sosial. Dalam buku ini juga menjelaskan variabel- variabel yang menjadikan dialek itu bisa berkembang dan mengalami perubahan. Kesulitan yang mungkin dihadapi oleh pembaca yang mungkin tidak terlalu bagus bahasa inggrisnya, karena dalam buku ini juga banyak menyertakan contoh- contoh di Eropa. Jadi, untuk pembaca yang bukan dari penutur bahasa yang digunakan, akan sedikit kesulitan dalam mengerti dan memahami isi dari buku tersebut. Tetapi, dengan penjelasan yang banyak dan adanya contoh tetap membantu pembaca untuk mengerti isi dari buku tersebut.

Referensi

Dokumen terkait