• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fisiologis Olahraga

Tubuh manusia merupakan sesuatu mesin yang luar biasa di mana aktivitas tubuh yang terkoordinasi sempurna terjadi secara simultan. Peristiwa-peristiwa tubuh ini memungkinkan fungsi kompleks tubuh seperti mendengar, melihat, bernapas serta pengolahan informasi tanpa upaya kesadaran. Apabila seseorang melakukan aktivitas seperti berjalan, dia akan menggeser sistem tubuh dari keadaan istirahat kepada keadaan aktif. Jika aktivitas itu dilakukan beberapa kali, tubuhnya akan beradaptasi terhadap aktivitas tersebut. Aktivitas yang dilakukan tadi disebut „aktivitas fisik‟. Aktivitas fisik ini merupakan proses yang rumit dimana pelatih perlu mengawasi perubahan pada subjek setiap menit sewaktu aktivitas. Oleh itu, jika seseorang itu ingin menjadi atlet, dia perlu mempunyai tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi dibanding dengan populasi normal. ( Shetty, 2005)

Perubahan fisiologis yang nyata dapat terjadi dalam tubuh kita apabila aktivitas fisik atau latihan olahraga yang berterusan dilakukan. Oleh karena itu, tanggapan tehadap latihan memiliki dua aspek analog dengan respon tubuh terhadap ligkungan stress. Salah satunya adalah respon jangka pendek iaitu serangan tunggal setelah sesekali olahraga ataupun dapat disebut latihan akut. Aspek kedua adalah respon jangka panjang iaitu setelah olahraga teratur yang mempermudahkan latihan berikutnya serta meningkatkan kinerjanya. Adaptasi terhadap latihan kronik ini disebut „training‟. (Willmore et al, 1999) Adaptasi terhadap latihan akut adalah respon terhadap latihan di mana efek terhadap pelatihan. (Willmore, 1994)

(2)

Respon jangka pendek serta jangka panjang ini memenuhi kebutuhan energi. Kenaikan pesat dalam kebutuhan energi sewaktu latihan memerlukan penyesuaian peredaran darah yang seimbang untuk memenuhi peningkatan kebutuhan oksigen, nutrisi serta mengeliminasi produk akhir metabolisme seperti karbon dioksida dan asam laktat dan membebaskan panas berlebihan. Pergeseran metabolisme tubuh terjadi melalui kegiatan terkoordinasi dari semua sistem tubuh iaitu neuromuskuler, respiratori, kardiovaskular, metabolik, dan hormonal. (Shetty , 2005)

2.1.1 Respon Jangka Panjang dan Jangka Pendek Terhadap Latihan Fisik 2.1.1.1 Sistem respirasi

Latihan fisik akan mempengaruhi konsumsi oksigen dan produksi karbon dioksida. Kadar oksigen dalam jumlah yang besar akan terdifusi dari alveoli ke dalam darah vena kembali ke paru-paru. Sebaliknya, kadar karbon dioksida yang sama banyak masuk dari darah ke dalam alveoli. Oleh itu, ventilasi akan meningkat untuk mempertahankan konsentrasi gas alveolar yang tepat untuk memungkinkan peningkatan pertukaran oksigen dan karbon dioksida. (William, 1999).

Permulaan aktivitas fisik ini disertai dengan peningkatan dua tahap ventilasi. Hampir segera dapat terlihat peningkatan pada inspirasi dan kenaikan bertahap pada kedalaman dan tingkat pernapasan. Kedua tahap penyesuaian menunjukkan bahwa kenaikan awal dalam ventilasi diproduksi oleh mekanisme gerakan tubuh setelah latihan dimulai, namun sebelum rangsangan secara kimia, korteks motor menjadi lebih aktif dan mengirimkan impuls stimulasi ke pusat inspirasi, yang akan merespon dengan meningkatkan respirasi juga. Secara umpan balik proprioseptif dari otot rangka dan sendi aktif memberikan masukan tambahan tentang gerakan ini dan pusat pernapasan dapat menyesuaikan kegiatan itu berdasarkan kesesuaiannya. (Guyton, 2006)

(3)

Tahap kedua lebih bertahap dengan kenaikan respirasi yang dihasilkan oleh perubahan status suhu dan kimia dari darah arteri. Sambil latihan berlangsung, peningkatan proses metabolisme pada otot menghasilkan lebih banyak panas, karbon dioksida dan ion hidrogen. Semua faktor ini meningkatkan penggunakan oksigen dalam otot, yang meningkatkan oksigen arteri juga. Akibatnya, lebih banyak karbon dioksida memasuki darah, meningkatkan kadar karbon dioksida dan ion hidrogen dalam darah. Hal ini akan dirasakan oleh kemoreseptor, yang sebaliknya merangsang pusat inspirasi, dimana terjadi peningkatan dan kedalaman pernapasan. Beberapa peneliti telah menyarankan bahwa kemoreseptor dalam otot juga mungkin terlibat iaitu dengan meningkatkan ventilasi dengan meningkatkan volume tidal. (Willmore, 1999)

Walaupun sistem kardiovaskular adalah begitu efisien dengan menyuplai jumlah darah yang cukup ke jaringan, daya tahan akan masih terhalang jika sistem pernapasan tidak membawa oksigen yang cukup untuk memenuhi permintaan. Fungsi sistem pernapasan biasanya tidak terbatas karena ventilasi dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih besar daripada fungsi kardiovaskular. Melainkan sistem kardiovaskuler dan sistem lain, sistem respirasi juga mengalami adaptasi khusus untuk ketahanan pelatihan untuk memaksimalkan efisiensi. Adaptasi ini meliputi, peningkatan ventilasi dengan peningkatan dalam pengambilan oksigen maksimal dengan minimum empat minggu pelatihan (William, 1991) dan diikuti dengan pengurangan yang signifikan pada ventilasi yang setara yang diamati. Akibatnya, sedikit udara akan dihirup pada konsumsi oksigen pada tingkat tertentu. Hal ini akan mengurangi persentase oksigen total yang digunakan dibandingkan pernapasan. Oleh karena itu, keadaan ini membantu dalam melakukan olahraga berat yang berkepanjangan tanpa kelelahan otot ventilasi. Mekanisme yang tepat tidak diketahui untuk adaptasi pelatihan dalam sistem ventilasi. Secara umum, ada peningkatan dalam 'volume dan kapasitas' saat istirahat karena fungsi pernapasan ditingkatkan. (Bijalani, 1998)

(4)

2.1.1.2 Sistem Kardiovaskular

Memahami dasar anatomi dan fisiologi sistem kardiovaskuler, seseorang dapat melihat secara khusus bagaimana sistem ini merespon terhadap peningkatan tuntutan tubuh sewaktu pelatihan. Selama latihan, permintaan oksigen di otot aktif meningkat, lebih banyak nutrisi digunakan dan proses metabolisme dipercepatkan serta menghasilkan sisa metabolisme. Jadi, untuk memberikan lebih banyak nutrisi dan untuk menghilangkan sisa metabolisme, sistem kardiovaskuler harus beradaptasi untuk memenuhi tuntutan sistem muskuloskeletal selama latihan. (Willmore, 1999)

Respon akut atau langsung yang terlihat sewaktu latihan adalah peningkatan kontraktilitas miokard, peningkatan curah jantung, peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan respon perifer termasuk vasokonstriksi umum pada otot-otot dalam keadaan istirahat, ginjal, hati, limpa dan daerah splanknikus ke otot-otot kerja dan juga ada peningkatan tekanan darah sistolik akibat curah jantung yang meningkat. Dengan pelatihan yang ada akan ditandai penurunan denyut nadi dan pengurangan tekanan darah saat istirahat dengan peningkatan volume darah dan hemoglobin. (Guyton, 2006)

Selama tenaga digunakan, akan masih terjadi penurunan denyut nadi, peningkatan stroke volume, peningkatan curah jantung (Carolin Kisner, 1996) dan peningkatan ekstraksi oksigen oleh otot bekerja karena perubahan enzimatik dan biokimia pada otot serta peningkatan konsumsi oksigen maksimal untuk setiap intensitas latihan yang diberikan. ( Ganong, 2005)

(5)

2.1.1.3 Sistem Muskuloskeletal

Peningkatan aliran darah ke otot-otot yang bekerja memberikan oksigen tambahan. Maka, ekstraksi oksigen lebih banyak dari sirkulasi darah dan penurunan PO2 jaringan lokal dan peningkatan PCO2. Setelah pelatihan daya tahan, ada peningkatan aktivitas enzim mitokondria pada kedua serat lambat dan cepat tanpa mengubah kecepatan kontraksi serat. Oleh itu, pelatihan meningkatkan kemampuan kedua jenis serat untuk menyediakan energi selama latihan berkepanjangan. Setelah mengikuti latihan kekuatan, kegiatan intensitas tinggi membutuhkan perbaikan besar dalam kekuatan otot dan kapasitas aerobik tinggi. Selain itu, akan terjadi peningkatan ukuran otot-otot yang terlibat iaitu hipertrofi. (Carolin Kisner, 1996)

2.1.1.4 Sistem Metabolik

Sumber langsung untuk kontraksi otot diisi kembali oleh proses fosforilasi oksidatif yang membutuhkan O2. Ketika kebutuhan energi melebihi batas metabolisme, metabolisme anaerobik akan suplemen sistem pasokan energi selama latihan. Selama ledakan pendek kegiatan intens seperti 100 menit atau „Power Lifting‟, hampir semua energi berasal dari ATP dan kreatinin fosfat. Sewaktu latihan berlangsung, peningkatan penyimpanan untuk kreatinin fosfat serta glikogen berlangsung. Aktivitas kreatin kinase meningkat karena adanya peningkatan jumlah serta ukuran mitokondria. Dengan demikian, ada akumulasi asam laktat yang rendah dan penurunan pH sehingga menurunkan kelelahan. (Bijalani, 1998)

(6)

Perubahan sistem lainnya meliputi penurunan lemak tubuh, kolesterol darah dan kadar trigliserida, peningkatan aklimatisasi panas dan peningkatan kekuatan tulang, ligamen dan tendon. (Shetty, 2005)

2.2 Faal Paru

2.2.1 Mekanisme Pernapasan

Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru dan dinding dada sehingga paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. Paru-paru-paru teregang dan berkembang pada waktu bayi baru lahir. Pada akhir ekspirasi tenang, cenderung terjadi “recoil” dinding dada yang diimbangi oleh kecenderungan dinding dada berkerut kearah yang berlawanan. (Guyton, 2006)

Otot diafragma yang terletak di bagian dalam dan luar interkostalis kontraksinya bertambah dalam. Rongga toraks menutup dan mengeras ketika udara masuk ke dalam paru-paru, diluar muskulus interkostalis menekan tulang iga dan mengendalikan luas rongga torak yang menyokong pada saat ekspirasi sehingga bagian luar interkostalis dari ekspirasi menekan bagian perut. Kekuatan diafragma kearah atas membantu mengembalikan volume rongga pleura. (Guyton, 2006)

Pada waktu menarik napas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran pernapasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam, penarikan napas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak hingga diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas

(7)

bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernapas dalam dan volume udara bertambah. (Syaifuddin, 2001)

Paru-paru merupakan struktur elastik yang mengempis seperti balon yang mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk mempertahankan pengembangannya, tidak terdapat perlengketan antara paru-paru dan dinding rongga dada. Paru-paru mengapung dalam rongga dada dan dikelilingi lapisan tipis berisi cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru dalam rongga dada. Ketika melakukan pengembangan dan berkontraksi maka paru-paru dapat bergeser secara bebas karena terlumas dengan rata. (Ganong, 2005)

Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi menaikkan volume intratoraks. Selama bernapas tenang, tekanan intrapleura kira-kira 2,5mmHg relatif terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun sampai -6mmHg dan paru-paru ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan tertanam dalam jalan udara sehingga menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi, recoil menarik dada kembali ke posisi ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang. Tekanan dalam jalan pernapasan seimbang menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir ke luar dari paru-paru. (Syaifuddin, 2001)

Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke rongga pleura dn paru-paru berhenti sebentar ketika tekanan dalam paru-paru bersamaan bergerak mengelilingi atmosfer. Pada waktu penguapan, pernapasan volume sebuah paru-paru berkurang karena naiknya tekanan udara untuk memperoleh dorongan keluar pada sistem pernapasan. (Syaifuddin, 2001)

Selama pernapasan tenang, ekspirasi adalah pasif, dalam arti bahwa tidak ada otot-otot yang menurunkan volume unuk toraks berkontraksi. Pada permulaan

(8)

ekspirasi, kontraksi ini menimbulkan kerja yang menahan kekuatan recoil dan melambatkan ekspirasi. Insiprasi yang kuat berusaha mengurangi tekanan intrapleura sampai 30mmHg sehingga menimbulkan pengembangan paru-paru dengan derajat yang lebih besar. Bila ventilasi meningkat seluas deflasi maka paru-paru meningkat dengan kontraksi otot-otot pernapasan yang menurunkan volume intratoraks. (Syaifuddin, 2001)

2.2.2 Tekanan Selama Pernapasan

Tekanan intrapleura adalah tekanan ukuran dalam antara lapisan pleura luar dan lapisan pleura dalam. Pleura parietal dan pleura viseral dipisahkan oleh selaput tipis pleura yang berisi zat cair dan gas. (Guyton, 2006)

Tekanan pleura adalah tekanan cairan ruang sempit antara pleura paru-paru dengan pleura dinding dada. Secara normal terdapat sedikit isapan suatu tekanan negatif yang ringan. Selama inspirasi pengembangan rangka dada akan mendorong permukaan paru-paru dengan kekuatan sedikit lebih besar dan selama ekspirasi peristiwa yang terjadi adalah sebaliknya. (Guyton, 2006)

Tekanan alveolus adalah tekanan bagian alveoli paru. Saat itu, glottis terbuka dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam maupun ke luar paru-paru maka tekanan pada semua jalan napas sampai alveoli semua sama dengan tekanan atmosfer yaitu 0 cm tekanan air. (Syaifuddin, 2001)

Selama inspirasi, tekanan dalam alveoli turun sampai dibawah tekanan atmosfer atau tekanan negatif yang cukup untuk mengalirkan sekitar 0,5 liter udara ke dalam paru-paru dalam waktu 2 detik. Selama ekspirasi terjadi perubahan yang berlawanan , tekanan alveolus meningkat sampai sekitar 1cm air. Tekanan ini mendorong 0,5 liter udara ke luar paru selama 2-3 detik. (Syaifuddin, 2001)

(9)

Pada waktu inspirasi, setelah udara melewati hidung, faring udara dihangatkan dan diambil uap airnya. Udara berjalan melalui trakea, bronkus, bronkiolus, respiratorius, dan duktus alveolaris ke alveoli. Alveoli dikelilingi oleh kapiler-kapiler paru-paru. Pada sebagian besar struktur antara udara dan kapiler, darah O2 dan CO2 berdifusi sangat tipis. Terdapat kira-kira 300 juta alveoli pada paru-paru manusia dan luas total dinding paru yang bersentuhan dengan kapiler-kapiler pada kedua paru-paru kira-kira 70m2. (Syaifuddin, 2001)

Terdapat empat volume paru-paru. Pertama volume tidal merupakan volume udara yang dinspirasikan dan diekspirasikan di setiap pernapasan normal, jumlahnya kira-kira 500ml. Volume cadangan inspirasi merupakan volume tambahan udara yang dapat dinspirasikan di atas volume tidal normal, biasanya 3000ml. Volume cadangan ekspirasi merupakan jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi tidal yang normal, jumlahnya lebih kurang 1100ml. Akhirnya, volume sisa merupakan volume udara yang masih tersisa di dalam paru-paru setelah kebanyakan ekspirasi kuat, volume ini rata-rata 1200ml. (Guyton, 2006)

Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk. Sewaktu bernapas dalam, volume udara bertambah sehingga inspirasi gerakan datang menjadi luas dan berakhir. Hal tersebut terjadi akibat kombinasi dari pernapasan dangkal. Pada waktu istirahat, pernapasan dangkal terjadi akibat tekanan perut yang terkumpul sehingga membatasi gerakan diafragma.( Ganong, 2005)

Alveoli dibatasi oleh dua jenis sel epitel, yaitu sel tipe I dan tipe II. Sel tipe I adalah sel gepeng dengan sitoplasma yang luas tersebar dan merupakan sel utama. Sel tipe II memiliki pneumosit granular lebih tebal dan mengandung sejumlah lamel-lamel

(10)

badan inklusi. Bronkus dan bronkiolus mengandung otot polos dan dipersarafi oleh saraf otonom. (Syaifuddin, 2001)

2.2.3 Volume dan Kapasitas paru-paru

Metode yang sederhana untuk meneliti ventilasi paru-paru dengan merekam volume pergerakan udara yang masuk dan ke luar paru-paru dinamakan spirometri. Spirogram memperlihatkan perubahan dalam volume paru-paru pada berbagai keadaan pernapasan. Ada empat volme paru, dan bila semua dijumlahkan maka sama dengan volume maksimal paru mengembang. (Syaifuddin, 2001)

Dalam peristiwa siklus paru-paru diperlukan penyatuan dua volume atau lebih. Kombinasi seperti ini disebut kapasitas paru-paru. Jenis-jenis kapasitas paru-paru itu, yakni kapasitas inspirasi, kapasitas sisa fungsional, kapasitas vital, dan kapasitas total paru. Kapasitas inspirasi sama dengan volume tidal ditambah dengan volume cadangan inspirasi. Kira-kira 3500ml jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang, mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru-parunya sampai jumlah maksimum. Kapasitas sisa fungsional sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume sisa. Jumlah udara yang tersisa di dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal kira-kira 2300ml. (Guyton, 2006)

Seterusnya, kapasitas vital sama dengan volume cadangan ditambah dengan volume tidal dan volume cadangan ekspirasi. Jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan dari paru-paru setelah ia mengisinya sampai batas maksimum dan kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya yaitu sekitar 4600ml. Kapasitas total paru adalah volume maksimum pengembangan paru-paru dengan usaha inspirasi yang sebesar-besarnya, kira-kira 5800ml. (Syaifuddin, 2001)

(11)

2.2.4 Tingkat ekspirasi istirahat

Ventilasi paru-paru normal hampir sepenuhnya dilakukan oleh otot-otot inspirasi. Pada waktu otot inspirasi berelaksasi sifatnya elastik. Paru-paru dan toraks mengempis secara pasif. Bila semua otot berelaksasi kembali ke keadaan istirahat maka volume udara di dalam paru-paru sama dengan kapasitas sisa fungsional, 2300ml. (Syaifuddin, 2001)

Volume sisa adalah udara yang tidak bias dikeluarkan dari paru-paru, bahkan dengan ekspirasi yang kuat pun tidak bisa dikeluarkan. Fungsinya menyediakan udara dalam alveolus untuk mereaksikan darah di antara dua siklus pernapasan. Seandainya tidak ada udara sisa maka konsentrasi oksigen dan karbon dioksida di dalam darah akan naik dan turun secara jelas sehingga setiap pernapasan akan merugikan proses pernapasan. (Syaifuddin, 2001)

Glottis adalah otot yang mengabduksikan laring hingga berkontraksi pada permulaan inspirasi sehingga menarik pita suara saling menjauh dan membuka glottis. Terdapat refleks kontraksi otot-otot abduktor yang menutup glottis dan mencegah aspirasi makanan cairan dan muntah ke dalam paru-paru. Pada penderita yang tidak sadar, penutupan glottis semakin tidak sempurna sehingga muntah dapat masuk ke dalam trakea dan menyebabkan aspirasi pneumonia. (Syaifuddin, 2001)

2.2.5 Volume respirasi per menit

Volume respirasi per menit adalah jumlah total udara baru yang masuk ke dalam saluran pernapasan setiap menit, sama dengan volume tidal kecepatan respirasi. Volume tidal normal sekitar 500ml dan kecepatan respirasi normalnya 12 kali per menit. Rata-rata volume respirasi per menit sekitar 6 liter/menit. Seseorang dapat

(12)

hidup untuk waktu yang singkat dengan volume repirasi per menitnya terendah 1,5 liter dan kecepatan respirasi terendahnya 2-4 kali per menit. (Guyton, 2006)

Kecepatan respirasi kadang-kadang mencapai 40-50 kali per menit dan volume tidal dapat menjadi sama besar dengan kapasitas vital kira-kira 4600ml pada pria dewasa muda. Kecepatan bernapas tinggi tidak dapat mempertahankan suatu volume tidal yang lebih besar dari separuh kapasitas vital, dengan mengkombinasikan kedua faktor ini, laki-laki dewasa muda mempunyai kapasitas pernapasan maksimum yaitu 100-120 liter/menit. (Syaifuddin, 2001)

2.3 Spirometri

2.3.1 Definisi Spirometri

Spirometri adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur aliran udara kedalam dan keluar dari paru. (Blonshine, 2000)

2.3.2 Deskripsi Spirometri

Seseorang yang bernapas melalui „mouth piece‟ spirometri perlu ditutup hidungnya. Responden yang meniup diinstruksi mengenai cara bernapas sewaktu prosedur. Tiga maneuver pernapasan dicoba dahulu sebelum menentukan data prosedur dan data yang tertinggi dari tiga kali percobaan diambil untuk mengevaluasi pernapasan. Prosedur ini mengukur aliran udara melalui prinsip-prinsip perpindahan elekronik atau mekanik dan menggunakan mikropresessor dan perekam untuk menghitung serta memplot aliran udara. (Fink, 2000)

Tes ini menghasilkan rekaman ventilasi responden dalam kondisi yang melibatkan usaha normal dan maksimal. Rekaman yang diperoleh disebut „spirogram‟ yang akan menunjukkan volume udara serta tingkat aliran udara yang memasuki dan

(13)

keluar dari paru. Spirometri dapat menghitung beberapa kapasitas paru. Akurasi pengukuran tergantung pada betapa benar responden melakukan maneuver ini. Pengukuran yang paling umum diukur melalui spirometri adalah :

a) Vital Capacity (VC) adalah jumlah udara (dalam liter) yang keluar dari paru

sewaktu pernapasan yang normal. Responden diinstruksi untuk menginhalasi dan

mengekspirasi secara normal untuk mendapat ekspirasi yang maksimal. Nilai normal

biasanya 80% dari jumlah total paru. Akibat dari elastisitas paru dan keadaan toraks, jumlah

udara yang kecil akan tersisa didalam paru selepas ekspirasi maksimal. Volume ini

disebut residual volume (RV). (Guyton, 2006)

b) Forced vital capacity (FVC). Setelah mengekspirasi secara maksimal, responden

disuruh menginspirasi dengan usaha maksimal dan mengekspirasi secara kuat dan

cepat. FVC adalah volume udara yang diekspirasi kedalam spirometri dengan usaha

inhalasi yang maksimum. (Ganong, 2005)

c) Forced expiratory volume (FEV). Pada awalnya maneuver FVC diukur dengan volume udara keluar ke dalam spirometri dengan interval 0.5, 1.0, 2.0, dan 3.0 detik. Jumlah dari semua nilai itu memberikan ukuran sebanyak 97% dari FVC. Secara umum, FEV-1 digunakkan lebih banyak yaitu volume udara yang diekspirasi kedalam spirometri

pada 1 saat. Nilai normalnya adalah 70% dari FVC. ( Ganong, 2005)

d) Maximal voluntary ventilation (MVV). Responden akan bernapas sedalam dan

secepat mungkin selama 15 detik. Rerata volume udara (dalam liter) menunjukkan kekuatan otot respiratori. (Guyton, 2006)

Semua nilai normal pengukuran yang dilakukan melalui spirometri sangat tergantung pada umur, kelamin, berat badan, tinggi dan ras.

(

Braunwald, 2001)

2.3.3 Tujuan Spirometri

Spirometri dapat membantuk untuk mendeteksi berbagai penyakit yang menggangu fungsi paru. Antaranya adalah asma, chronic obstructive pulmonary

(14)

menunjukkan nilai dibawah batas normal, maka dapat dipastikan adanya kelainan fungsional paru. Prosedur spirometri dapat dilakukan dengan cepat tanpa menyebabkan nyeri. . (Blonshine, 2000)

2.3.4 Kontraindikasi

Spirometri dikontraindikasi pada responden yang :

a) Hemoptisis

b) Pneumotoraks

c) Sakit jantung

d) Angina Pektoris

e) Aneurisme pada toraks, abdominal, cranial

f) Kondisi trombotik

g) Pembedahan toraks atau abdominal

h) Nausea dan muntah .

Referensi

Dokumen terkait

Jadi dari pengamatan terhadap hasil perendaman dengan larutan Alizarin merah dapat disimpulkan bahwa sediaan menimbulkan cacat pada fetus secara makroskopis, sedangkan

Berikut hasil wawancara pada tahap pengecekan kembali penyelesaian. Berdasarkan hasil wawancara di atas, Subjek mampu melaksanakan tahap pengecekan kembali pada penyelesaian

Kus (41 tahun) dengan keluhan tinnitus tanpa vertigo dan pendengaran menurun sejak empat hari sebelumnya, didiagnosis SNHL telinga kiri dengan PTA 93,75 dB

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

KUASA HUKUM PEMOHON PERKARA NOMOR 36/PUU-XV/2017: VICTOR SANTOSO TANDIASA.. Siap,

Koolma dan C.J.M van de schoot ; proyek adalah suatu tugas yang perlu didefinisikan dan terarah ke suatu sasaran yang dituturkan secara kongkrit serta harus

Dalam kedudukannya sebagai pengelola barang, dan dihubungkan dengan amanat pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 17 tahun 2003, Gubernur juga berwenang mengajukan usul untuk

Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan itu diperoleh dari berbagai hal, antara lain : Pengalaman yang merupakan keseluruhan peristiwa perjumpaan dan apa yang