• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kehamilan a. Definisi

Kehamilan adalah hal yang luar biasa karena menyangkut perubahan fisiologis, biologis dan psikis yang mengubah hidup seorang wanita. Kehamilan dengan kasus khusus misalnya hamil bermasalah kecemasan yang menghantui ibu hamil juga mempengaruhi turun naiknya kadar hormon. Selain itu, ibu yang menjalani kehamilan dengan kasus khusus, misalnya hamil bermasalah atau pernah mengalami keguguran juga mengalami kecemasan (Maulana, 2007, p.23).

Kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah pada seorang wanita dimana dalam masa kehamilan terjadi perubahan fisiologis yang meliputi perubahan fisik, psikologis dan sosial (Saifuddin, 2007, p.57).

Kehamilan adalah pertumbuhan janin intrauterin mulai sejak 280-300 hari dengan perhitungan yang terbagi atas triwulan I (0-12 minggu usia kehamilan),Triwulan II (13-28 minggu usia kehamilan), triwulan III (29-42 minggu usia kehamilan).

(2)

Kehamilan adalah peristiwa penting bagi seorang wanita manapun, diinginkan atau tidak wanita atau calon ibu hamil akan gelisah dengan kesehatannya. Lazimnya berbagai upaya dilakukan untuk menjaga kesehatannya (Solihah, 2010, p.206).

Kalau ada ibu hamil memeriksakan kandungannya, yang diperiksa semata-mata factor fisiknya saja, namun makin lama makin disadari bahwa aspek psikis (kejiwaan) tidak dapat diabaikan dan dipisahkan dari masalah kesehatan tubuh, termasuk kesehatan ibu hamil. Pada ibu hamil konflik batin yang dirasakan bias beragam, apalagi sejak zaman dulu rasa nyeri pada persalinan sering menjadi pokok pembicaraan di antara wanita sehingga banyak calon ibu muda, terutama menghadapi kehamilan dan proses persalinannya dengan perasaan cemas dan takut (Solihah, 2010, p.207).

b. Proses kejiwaan pada masa kehamilan

Menurut Mochtar (2002, p.32), proses kejiwaan selama kehamilan meliputi :

1) Trimester I

Pada sebagian wanita, reaksi psikologis dan emosional pertama adalah kecemasn, ketakutan, kepanikan dan kegusaran terhadap kehamilan. Mual, muntah, dan pusing yang merupakan gejala hamil muda.

(3)

2) Trimester II

Ibu yang menganggap kehamilan merupakan suatu identifikasi abstrak, mulai menyadari kenyatan bahwa kehamilan merupakan identifikasi nyata. Ibu mulai menyesuaikan diri dengan kenyataan perut bertambah besar, terasa gerakan janin, dan dokter telah mendengar suara denyut jantung janin. Ibu mulai mempersiapkan kebutuhannya.

3) Trimester III

Timbul gejolak baru menghadapi persalinan dan tanggung jawab sebagai ibu pada pengurusan bayi yang akan dilahirkan. Ada 3 golongan ibu yang mungkin merasa takut: a) Ibu yang mempunyai riwayat pengalaman buruk pada

persalinan yang lalu.

b) Multipara yang usianya diatas 30 tahun, akan merasa takut terhadap janin dan anaknya apabila terjadi sesuatu atas dirinya. c) Primigravida yang mendengar tentang pengalaman nyeri dan

menakutkan dari orang lain.

2. Persalinan a. Pengertian

Persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban) dari uterus kedunia

(4)

luar melelui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Sumarah, 2009, p.1).

Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2005, p.180).

Peralinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimanajanin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, 2006, p.100).

Persalinan normal adalah jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (APN, 2008, P.37).

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir sepontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18-24 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Persalinan spontan adalah persalinan yang terjadi karena dorongan kontraksi uterus dan kekuatan mengejan ibu (Sumarah, 2009, p.2).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Menurut Sumarah (2009, p.23-45), factor- factor yang mempengaruhi persalinan yaitu power, passage, passenger, posisi ibu dan psikologi.

(5)

Menurut Bandiyah (2009, pp.81-83), factor-faktor yang mempengaruhi persalinan adalah power, passage, passanger, psycian, psikologis.

(1) Power (Kekutan)

Kekutan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekutan primer, menandai dimulainya pesalinan. Apabila servik berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk mendorong, yang disebut kekutan sekunder, dimana kekutan ini memperbesar kekutan involunter. Kekutan perimer berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat pada penebalan lapisan otot di segman uterus bagian atas, Dari titik pemicu, kontraksi di hantarkan ke uterus bagian bawah dalam bentuk gelombang, diselingi peride istirahat singkat. Kekutan skunder terjadi segera setelah bagian peresentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat mendorong keluar. Sehingga wanita merasa ingin mengedan, usaha mendorong kebawah ini yang disebut kekutan sekunder. Kekutan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi servik lengkap kekuatan ini penting untuk mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina. Jika dalam persalinan wanita melakukan usaha volunteer (mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks akan

(6)

terhambat. Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma pada serviks (Sumarah, 2009, pp.42-43).

(2) Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus behasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

(3) Passenger (Janin dan Plasenta)

Janin dapat mempengaruhi jalannya kelahiran karena ukuran dan presentasinya. Dari semua bagian janin, kepala merupakan bagian yang paling kecil mendapat tekanan. Namun, karena kemampuan tulang kepala untuk molase satu sama lain, janin dapat masuk melalui jalan lahir asalkan tidak terlalu besar dan kontraksi uterus cukup kuat (Llewelly, 2002, p.57).

Passenger atau janin, bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa factor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahhir, maka ia juga dianggap sebagai bagian dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta

(7)

jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal (Sumarah, 2009, p.35).

(4) Psycology (Psikologi Ibu)

Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika ibu tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang disampaikan kepadanya. Wanita bersalin biasanya akan mengutarakan kekhawatirannya jika ditanyai , perilaku dan penampilan wanita serta pasangannya merupakan petujuk berharga tentang jenis dukungan yang akan diperlukannya. Membantu wanita berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil akhir mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan dalam mengurangi kecenasan pasien. Dukungan psikologi dari orang-orang terdekat akan membantu memperlancar proses persalinan yang sedang berlangsung. Tindakan mengupayakan rasa nyaman dengan menciptakan suasana yang nyaman dalam kamar bersalin, memberi sentuhan, member penenangan nyari non farmakologi, member analgesia jika diperlukan dan yang paling penting berada disisi pasien adalah bentuk-bentuk dukungan psikologis. Dengan kondisi psikologis yang positif proses persalinan akan berjalan lebih mudah (Sumarah, 2009, p.45).

(8)

(5) Psycian (Penolong)

Menurut Christina (2001, p.133), menyatakan bahwa peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin. Bila diambil keputusan untuk melakukan campur tangan, ini harus dipertimbangkan dengan hati-hati, tiap campur tangan bukan saja membawav keuntungan potensial, tetapi juaga risiko potensial. Pada sebagian besar kasus, penanganan yang terbaik dapat berupa “ observasi yang cermat”.

3. Kecemasan a. Pengertian.

Cemas adalah suatu emosi yang sejak dulu dihubungkan dengan kehamilan, yang hubungan ini tidak jelas. Cemas mungkin emosi positif sebagai perlindungan menghadapi stres, yang biasa menjadi masalah apabila berlebihan.

Menurut David (1961), Crandon (1979) dalam (Salmah dkk, 2003, pp.82-84), tingginya kecemasan pada ibu hamil dihubungkan dengan kejadian abnormal sebelumnya, misalnya abortus, kasus-kasus yang terjadi pada akhir kehamilan. Cemas yang teratasi sering berhubungan dengan penyesuaian postnatal yang lebih baik dan cemas pada kehamilan secara konsisten tidak berhubungan

(9)

dengan komplikasi pada persalinan (Back, 1976; Astbury 1980) dalam (Salmah dkk, 2003, p.82-84).

b. Penyebab Kecemasan

Faktor-faktor predisposisi yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu: 1) Faktor Psikologis

Pengalaman masa kecil yang bernilai emosi tinggi namun pada masa berikutnya ditekan sehingga dapat menimbulkan kecemasan. Faktor psikologis dapat ditimbulkan oleh hilangnya kekuasaan pada diri seseorang. Rasa cemas pada orang dewasa adalah akibat dari rekaman getaran kehidupan sejak dalam kandungan. Padahal, janin didalam kandungan memerlukan ketenangan dan kedamaian dari ibunya. Getaran seperti itulah yang akan terekam sampai usia dewasa (Taufik, 2010, p.126). 2) Faktor Genetika

Menurur Nurhaeni (2008, p.55) wanita lebih mudah merasakan suatu masalah dan dibawanya ke dalam hati/perasaan. Namun, sulit mengeluarkan perasan tersebut, sementara wanita memiliki kondisi tubuh yang lebih lemah dari pada pria sehingga wanita lebih banyak mengalami kecemasan dari pada pria.

3) Faktor Sosial Budaya

Menurut Nurhaeni (2008, p.56) sosial budaya dan norma yang berbeda antara yang bersangkutan dengan yang ada dalam masyarakat, dimana yang bersangkutan tidak dapat

(10)

menyesuaikan diri dengan budaya yang ada sehingga timbul kecemasan.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Ibu Hamil 1) Status Kesehatan Ibu dan Bayi

Kehamilan merupakan tahap proses berkembangnya janin dalam rahim ibu. Kondisi atau perkambangan janin sangat dipengaruhi oleh kesehatan ibunya. Sementara itu, perubahan hormonal diawal kehamilan menyebabkan ibu hamil mual, muntah, kelelahan dan merasa kurang sehat (Pusdiknakes, 2003, p.36). Kondisi tersebut membuat ibu merasa cemas akan kondisi bayi dalam kandungannya. Mual dan kelelahan yang disertai peningkatan kecemasan akan semakin memperburuk kondisi ibu dan janin yang dikandungnya.

2) Dukungan suami

Perhatian dan dukungan dari orang-orang terdekat terutama suami sangat membantu dalam mengatasi kecemasan yang dialami ibu hamil karena perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis yang terjadi selama kehamilan (Taufik, 2010, p.36).

Menurut Carpenito (2000, p.36) dukungan suami akan meningkatkan kesejahtraan psikologis (psychologocal well being) dan kemampuan penyesuian diri melalui perasaan memiliki, peningkatan harga diri, pencegahan psikologis,

(11)

pengurangan stres serta penyediaan sumber atau bantuan yang dibutuhkan selama kehamilan.

3) Faktor Pendidikan

Keadaan ini berlaku pula pada ibu hamil dimana terjadi perubahan-perubahan psikologis yang cenderung mengaruh pada adanya kecemasan. Tingkat kecemasan dan stress seseorang (ibu hamil) dipengaruhi oleh keterampilan coping yang dimilikinya. Metode coping tersebut dapat digunakan oleh calon orang tua dan anggota keluarga untuk menyesuaikan terhadap realitas kehamilan dan mencapai keseimbangan pada kehidupan ibu hamil yang terganggu (Detiana, 2010, p.29). Hal ini sesuai dengan pernyataan Brouwer (1986, p.37) dalam (Notoatmodjo, 2005, p.30) bahwa faktor pendidikan seseorang sangat menentukan kecemasan, klien dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu mengtasi, menggunakan coping yang efektif dan konstuktif dari pada seseorang dengan pendidikan rendah.

4) Faktor Umur

Menurut Detiana (2010, p.38) umur dapat mempengaruhi keadaan psikologis ibu hamil. Umur yang ideal bagi wanita untuk hamil adalah 20-35 tahun. Karena, proses kehamilan yang terlalu muda (< 20 tahun) atau terlalu tua (> 35

(12)

tahun) akan menimbulkan masalah pada ibu dan janin yang dikandung baik secara fisik maupun psikologis.

d. Tingkat kecemasan

Menurut Stuart (2007, pp.144-145), ada empat tingkatan kecemasan yaitu:

1) Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan ini membuat individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotipasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2) Sedang

Kecemasan ini mempersempit lapang persepsi individu, dengan demikian individu mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.Tingkat ini ditandai dengan persepsi yang agak menyempit, secara selektif tidak perhatian tetap dapat mengarahkan perhatian, cukup kesulitan berkonsentrasi, membutuhkan usaha yang lebih dalam belajar. Pandangan pengalaman pada saat ini dikaitkan dengan masa lalu. Mungkin mengabaikan kejadian dalam situasi tertentu. Kesulitan dalam beradaptasi dan menganalisa perubahan suara, peningkatan frekuensi pernafasan, jantung tremor dan gemetar.

(13)

3) Berat

Kecemasan ini sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal lainPada tingkat ini persepsi sangat menurun, berfokus pada hal–hal detail yang terpisah, tidak lebih memperhatikan meskipun diberi instruksi. Belajar sangat terganggu, sangat kebingungan, tidak mampu berkonsentrasi. Pandangan saat ini dikaitkan dengan masa lalu. Komunikasi sulit dipahami, takikardia, sakit kepala, mual dan pusing.

4) Panik

Ditandai dengan penyimpangan persepsi, tidak mampu mengintegrasikan pengalaman, tidak dapat berfokus pada saat ini, tidak mampu melihat dan mengerti situasi, kehilangan untuk mengungkapkan apa yang dipikirkan, tidak dapat berfungsi biasanya peningkatan aktivitas motorik dan atau respon yang tidak dapat diperkirakan terhadap stimulus minor. Sekalipun komunikasi tidak dapat dipahami, perasaan ancaman pingsan, palpitasi, pusing atau pening, gemetar, terdesak, kemarahan panas atau dingin, parestesia dan berkeringat.

e. Manifestasi klinis kecemasan

Tanda dan gejala kecemasan yang timbul secara umum menurut Carpenito (2000, p.14) adalah :

(14)

1) Tanda fisik a) Cemas ringan

(1) Gemetar, renjatan, rasa goyang (2) Ketegangan otot

(3) Nafas pendek, hiperventilasi (4) Mudah lelah

b) Cemas sedang (1) Sering Kaget

(2) Hiperaktifitas autonomik (3) Wajah merah dan pucat c) Cemas berat

(1) Tachycardia

(2) Nafas pendek, hiperventilasi (3) Berpeluh

(4) Tangan rasa dingin d) Panik

(1) Diare

(2) Mulut kering (3) Sering kencing

(4) Kesemutan pada kaki dan tangan (Parestesia) (5) Sulit menelan

2) Gejala psikologis a) Rasa takut

(15)

b) Sulit konsentrasi

c) Hipervigilance (siaga berlebihan) d) Insomnia

e) Libido menurun

f) Rasa mengganjal di tenggorokan g) Rasa mual di perut

f. Tanda dan Gejala Kecemasan

Menurut Stopparat (2007, p.60) tanda dan gejala kecemasan yaitu gemetar, ketegangan otot, nafas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas, wajah merah dan pucat, takikardi, berpeluh, tangan terasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, sulit menelan, rasa takut, sulit konsentrasi, hipervigilance (siaga berlebihan), insomnia, libido turun, rasa mengganjal ditenggorokan dan rasa mual di perut.

g. Jenis gangguan kecemasan

Menurut Stopparat (2007, p.16) yang termasuk dalam kelompok gangguan kecemasan antara lain:

1) Fobia

Fobia adalah penolakan atau penghindaran berdasar ketakutan terhadap benda atau situasi yang dihadapi, yang sebetulnya tidak berbahaya dan penderita mengakui bahwa ketakutan itu tidak ada dasarnya.

(16)

Diagnosis gangguan panik biasanya ditandai dengan terjadinya satu atau lebih serangan-serangan rasa panik yang tiba-tiba dan tidak diharapkan atau tidak dikehendaki. Tanda-tanda orang yang mengalami gangguan panik adalah sesak nafas, detak jantung keras, sakit dari dada, merasa tercekik, pusing-pusing, bergetar, ketakutan yang sangat.

3) Gangguan kecemasan menyeluruh atau umum

Diartikan sebagai kekhawatiran yang berlebihan, yang berlangsung paling sedikit 6 bulan mengenai beberapa kondisi kehidupan, kekhawatirannya biasanya mengenai keluarga, keuangan, pekerjaan, kesehatan.

Ada keluhan somatik yaitu merasa panas, jantung berdetak keras, perut tidak enak, diare, sering buang air kecil, dingin, tangan basah, mulut kering, tenggorokan terasa tersumbat, sesak nafas, hiperaktivitas sistem syarat otonomik, merasa ada gangguan otot yaitu ketegangan atau rasa sakit pada otot terutama pada leher, pelupuk mata berkedip terus, bergetar, mudah lelah, tidak mampu untuk santai, mudah terkejut, gelisah, sering berkeluh, cemas akan terjadinya bahaya, cemas kehilangan kontrol, cemas akan mendapatkan serangan jantung, cemas akan mati, sering penderita tidak sabar, mudah marah, tidak dapat tidur, tidak dapat konsentrasi.

(17)

Obsesif adalah keasyikan yang terus menerus terhadap suatu kepuasan mental tertentu, bisa terbentuk suatu ide atau perasaan, sedangkan kompulsif adalah gerak hati untuk terlibat dalam tingkah laku yang dialami sesuatu yang sangat menarik dalam gangguan obsesif - kompulsif, orang biasanya memiliki kecemasan yang nyata berupa kecemasan tingkat tinggi, karena menyadari bahwa tindakanya tidak rasional tapi nampak tidak bisa mengendalikan diri. Penderita obsesif-kompulsif sering menderita depresi.

5) Gangguan stress pasca trauma

Akibat gangguan traumatik atau bencana yang tingkatnya sangat buruk akan berakibat tidak dapat konsentrasi, mengingat, tidak dapat santai, mudah terkejut, gangguan tidur, emosi, mati rasa, hal-hal yang menyenangkan tidak menarik lagi.

h. Gejala Kecemasan

Menurut Carpenito (2000, p.89), manifestasi dari gejala kecemasan terdiri dari 3 kategori:

1) Gejala fisiologis

Peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi nafas, penguapan (diafroresis), suara bergetar atau perubahan tinggi nada, gemetar, berdebar - debar (palpitasi), mual dan muntah, sering berkemih, diare,

(18)

sulit tidur (insomnia), kemarahan atau pucat pada wajah, mulut kering, sakit badan dan nyeri (khususnya dada, punggung, leher), gelisah, pingsan atau pusing, parestesia, rasa panas dan dingin.

2) Gejala emosional

Individu menyatakan bahwa ibu hamil merasakan ketakutan, tidak berdaya, gugup, kehilangan percaya diri, kehilangan kontrol, tegang atau merasa “terkunci”, tidak dapat rileks, antisipasi kemalangan. Individu juga memperlihatkan peka rangsang atau tidak sabar, marah meledak, menangis, cenderung menyalahkan orang lain, menarik diri, kurang inisiatif, mengutuk diri sendiri.

3) Gejala kognitif

Tidak mampu berkonsentrasi, kurangnya orientasi lingkungan, pelupa, termenung, orientasi pada masa lalu dari pada saat ini dan akan datang, memblok pikiran (ketidakmampuan untuk mengingat), perhatian yang berlebihan.

i. Alat Ukur Kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasaan seseorang apakah ringan, sedang, berat, berat sekali (panik) orang menggunakan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan nama

(19)

Hamilton Rating Scalefor Anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 1-4, yang artinya adalah:

1 : Gejala ringan 2 : Gejala sedang 3 : Gejala berat

4 : Gejala berat sekali atau panik

Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter (psikiater) atau orang yang lebih dilatih untuk menggunakannya melalui teknik wawancara langsung. Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:

Total nilai (score) : 14-20 : Kecemasan ringan 21-27 : Kecemasan sedang 28-41 : Kecemasan berat

42-56 : Kecemasan berat sekali atau panik

Perlu diketahui alat ukut HRS-A ini bukan dimaksudkan untuk menegakkan diagnosa gangguan cemas. Diagnosa gangguan cemas ditegakkan dari pemeriksaan klinis oleh

(20)

dokter (psikiater), sedangkan untuk mengukur derajat berat ringannya gangguan cemas itu digunakan alat ukur HRS-A (Hawari, 2001, pp.78-83).

4. Dukungan Suami

a. Pengertian Dukungan Suami

Dukungan adalah sesuatu yang membantu, mendukung. Suami adalah pria yang menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri). Dukungan suami adalah bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab suami dalam kehamilan istri. Tanggung jawab tersebut berupa mengawasi, memelihara dan melindungi istrinya serta menjaga bayi yang dikandungnya.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan suami

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan suami terhadap kehamilan istrinya, yaitu :

1) Pengetahuan tentang kehamilan

Dengan banyak membaca buku dan tulisan mengenai kehamilan, hal-hal yang tidak jelas dan membingungkan dapat teratasi dan makin mudah bagi suami untuk turut merasakan yang diderita istri. Pengetahuan ini juga akan membuat proses kehamilan menjadi lebih menarik bagi suami.

(21)

Rendahnya partisipasi suami dalam kehamilan ibu dikarenakan kurang mendapat informasi yang berkaitan dengan masalah kehamilan.

2) Pengalaman

Pengalaman seorang suami dari orang lain dalam menghadapi kehamilan dan persalinan akan berpengaruh positif terhadap dukungan yang diberikan kepada istrinya. Seorang suami dari ibu primigravida belum dapat secara langsung berperan sebagai ayah yang ideal, karena kehamilan ini merupakan sesuatu yang baru yang belum pernah dihadapi.

3) Status perkawinan

Pasangan dengan status perkawinan yang tidak sah akan berkurang dukungan terhadap pasangannya, dibanding dengan pasangan yang status perkawinan yang sah.

4) Status sosial ekonomi

Suami yang mempunyai status sosial ekonomi yang baik akan lebih mampu berperan dalam memberikan dukungan pada istrinya.

c. Aspek Dukungan Suami

Dukungan suami sebagai transaksi interpersonal yang melibatkan satu atau lebih aspek-aspek, berikut ini:

(22)

Bantuan informasi dengan membantu individu untuk menemukan alternatif yang tepat bagi penyelesaian masalah. Informasi dibutuhkan oleh ibu hamil primigravida mengingat apa yang sedang mereka jalani adalah hal yang baru dalam hidupnya.

Dukungan informasi dapat berupa saran, nasehat dan petunjuk dari orang lain, sehingga individu dapat mengatasi dan memecahkan masalahnya. Disamping itu, dukungan informasi yang di berikan suami dapat berupa informasi tentang kehamilan. Suami dapat memberikan bahan bacaan seperti buku, majalah/tabloid tentang kehamilan (Musbikin, 2008, p. 44).

2) Dukungan Emosional

Dukungan emosional yaitu sejauh mana individu merasa orang disekitarnya memberi perhatian, mendorong, serta membantu memecahkan masalah yang dihadapi individu (Bobak, 2004, p. 134). Perhatian secara emosional yang berupa kehangatan, kepedulian dan empati yang diberikan oleh orang lain dapat meyakinkan ibu hamil bahwa dirinya diperhatikan orang lain. Perhatian emosional dapat membuat ibu hamil merasa yakin bahwa dirinya tidak seorang diri melewati masa kehamilan

3) Dukungan Penilaian

Dukungan penilaian berupa penilaian yang positif dari suami bahwa perubahan pada ibu hamil, baik secara fisik maupun psikis adalah hal wajar dan membutuhkan perhatian (Dagun, 2005,

(23)

p. 25). Penilaian berisikan penghargaan positif, dorongan maju atau persetujuan terhadap gagasan/perasaan ibu hamil.

Dukungan penilaian berupa pemberian umpan balik dan penguat yang dapat digunakan oleh individu yang bersangkutan sebagai sarana evaluasi diri dan dorongan untuk maju. Menghargai usaha yang telah dilakukan individu dalam menjaga kehamilannya dan memberikan kritik yang bersifat membangun.

4) Dukungan Instrumental

Bantuan instrumental merupakan bantuan nyata yang berupa dukungan materi seperti pelayanan, barang-barang dan finansial. Menurut Musbikin (2008, p. 44) dukungan suami dapat berupa dukungan finansial dan menemani saat pergi memeriksakan kehamilannya serta membantu pekerjaan rumah tangga.

Bentuk dukungan ini berupa pemeriksaan kesehatan secara rutin bagi ibu dan janin serta mengurangi atau menghindari perasaan cemas dan stres.

d. Manfaat Dukungan Suami Manfaat dukungan suami yaitu:

1) Meningkatkan kesejahteraan psikologis dan penyesuaian diri serta mengurangi stres dan kecemasan selama kehamilan.

2) Meningkatkan dan memelihara kesehatan fisik selama kehamilan.

e. Fungsi Dukungan Suami Fungsi dukungan suami, yaitu:

(24)

1) Dukungan informasi, jika ibu hamil tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi maka dukungan informasi dilakukan dengan memberi nasehat, saran dan petunjuk-petunjuk tentang pemecahan masalah yang tiba-tiba muncul (Bobak, 2004, p. 134)

2) Dukungan emosional diberikan dengan memberikan dorongan atau motivasi yang berupa perhatian dan sikap yang berarti bagi ibu hamil sehingga dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.

3) Dukungan penilaian, berupa dukungan harga diri yang memiliki manfaat memberikan keyakinan kepada ibu hamil.

4) Dukungan instrumental, berupa dukungan nyata yang bersifat material yang bertujuan untuk meringankan beban ibu hamil.

(25)

Gambar : 1. Kerangka teori

Sumber :Carpenito (2000), Bobak (2004).

C. Kerangka Konsep Dukungan Suami 1.Dukungan informasi 2.Dukungan emosional 3.Dukungan penilaian 4.Dukungan instumental

Tingkat Kecemasan Ibu Hamil

1. Kesehatan ibu dan bayi 2. Dukungan suami 3. Pendidikan 4. Umur Faktor-faktor predisposisi

yang mempengaruhi tingkat kecemasan

1.Faktor psikologi 2.Faktor genetika 3.Faktor sosial budaya

(26)

Variabel bebas Variabel terikat

Gambar. : 2. kerangka konsep

D. Hipotesis penelitian

Ha : Ada hubungan antara dukungan suami dengan tingkat kecemasan ibu hamil primigravida dalam menghadapi persalinan.

Tingkat kecemasan ibu hamil

Gambar

Gambar : 1. Kerangka teori

Referensi

Dokumen terkait

KANIT INTELKAM IPTU SOFYAN KASIUM IPDA HARTO URTAUD KANIT RESKRIM IPDA M.AKMAL SH KANIT LANTAS POLSUSEKTOR UR TAHTI PS KANIT BINMAS IPDA PARNO KANIT SABHARA IPTU SUHARTANA

Orang, proses, atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem informasi yang akan dibuat di luar sistem informasi yang akan dibuat itu sendiri, jadi walaupun

Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan lampu LED celup lebih efektif untuk digunakan sebagai alat bantu pada perikanan bagan.. Kata kunci: LED, lampu LED celup, dan bagan apung

Dari hasil penelitian ini akan terlihat bagaimana mahasiswa menerapkan peraturan tata guna lahan pada hasil tugas SPA 3 sesuai ketentuan yang telah diatur dalam RTRW

serta dapat menghasilkan produk perusahaan yang bermutu dan sesuai keinginan konsumen.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dan pengaruh

diantaranya yakni kebijakan pemerintah, penetapan peraturan perundang-undangan, atau bahkan putusan pengadilan. Prinsip Pengakuan dan Perlindungan Hak-Hak Warga Negara

Mirip seperti osilasi pada simulasi tekanan darah sebelumnya, osilasi naik perlahan secara linier dari titik mulai sampai titik puncak (saat MAP), lalu turun perlahan secara

Danang ingin menjual tanah kavelingnya yang terletak di Jalan Pattimura nomor 12, Semarang. Letaknya sangat strategis, sudah diurug, dan siap bangun. Danang