• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ditatapnya sebuah batu cukup besar didekat kolam. Air yang tampak jernih hingga pantulan cahaya matahari yang masih remang bisa dengan mudah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ditatapnya sebuah batu cukup besar didekat kolam. Air yang tampak jernih hingga pantulan cahaya matahari yang masih remang bisa dengan mudah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hitam-Putih

Hari yang masih sunyi, disaat matahari baru saja beranjak dari tempat tidurnya yang menyembunyikan cahayanya dengan berselimutkan langit malam.

Flynn hari ini pun terbangun pagi sekali. Membuka jendela dan membiarkan cahaya yang baru saja menyala memasuki sudut rumahnya yang kecil beralaskan kayu dan beratapkan alang-alang kering.

Langkah kakinya membawanya keluar melewati pintu, sejenak dia mengucek-ngucek kedua mata biru terangnya yang masih buaram. Diluar percikan air terjun yang mengelilingi tempat tinggalnya turut menyapa membasahi rambut hitamnya.

Sanara adalah rumah baginya. Sebuah daratan kecil yang dikelilingi air terjun yang menjadi tempat kesayangan bagi orang tuanya dahulu. Dari orang tuanya juga nama tempat itu berasal.

“Sampai kapan kau akan tidur…?” Katanya menggerutu sambil berjalan ditengah cipratan air hingga kedekat air terjun paling tinggi dan deras ditempat itu.

(2)

Ditatapnya sebuah batu cukup besar didekat kolam. Air yang tampak jernih hingga pantulan cahaya matahari yang masih remang bisa dengan mudah menembusnya hingga kedasar.

Duakkkk…

Ditendangnya batu itu keras-keras ketengah kolam yang berada dibawah kaki air terjun yang mengalir berjatuhan diantara kabut embun pagi.

Tak berselang lama kolam mulai menunjukan riak-riak yang berhamburan semakin lama semakin tinggi. Dari dalam riakan air itu munculah sekuntum bunga teratai putih besar yang terdorong, terangkat kepermukaan.

Perlahan-lahan bunga teratai itu terbuka, mekar dengan sempurna memperlihatkan setumpuk benang sari kuning dimana diatasnya seorang pemuda dengan rambut putih panjang masih tertidur dengan lelapnya.

“Serphine…! Sampai kapan kau mau tidur…? Ini sudah empat hari…!” Teriak Flynn yang langsung menyambar tangannya dan menariknya kuat-kuat hingga Serphine terjatuh.

Serphine membuka matanya dan memperlihatkan mata putih dengan sedikit warna hitam yang kemudian

(3)

dipejamkannya lagi dengan malas seolah dia ingin kembali kealam mimpinya.

“Kakak…! Biarkan aku tidur dua sampai tiga hari lagi…!” Ucapnya sembari merayap kembali keatas tempat tidur benang sarinya.

“Tidak…!” Tampaknya untuk kali ini Flynn tidak sabar lagi sehingga dia menarik tangan Serphine kembali lalu dilemparkannya kekolam.

Bagai seekor anak kucing yang akan tenggelam, Serphine meronta-ronta keluar dan tenggelam berulang kali dari dalam kolam dengan airnya yang masih dingin menusuk dipagi hari itu.

“Sudah jangan main-main…! Kau itu paling ahli dalam berenang dan menyelam…!” Flynn tak mau terlalu menanggapi, dia lebih memilih pergi kembali kedalam rumahnya menyeduh secangkir teh hijau lalu duduk santai dikursi kayu dekat jendela.

“Huh..! Kakak tega…!” Serphine yang telah keluar dari kolam dengan baju yang basah dan masih meneteskan ratusan butiran air turut masuk kedalam rumah.

“Hei…! Aku kemarin baru saja mengepelnya…!” Kata Flynn menunjuk genangan air yang berasal dari tubuh Serphine yang basah.

(4)

Flynn kembali meneguk tehnya sedikit demi sedikit sambil sesekali mendinginkannya dengan tiupan halus dari bibirnya.

“Ya… ya…! Nanti aku yang pel…!” Serphine merebut teh dari tangan kakaknya lalu diteguknya dengan cepat hingga tak bersisa.

“Buaaah…!” Serphine memuntahkan sebagian air teh yang baru saja diteguknya. “Kakak…! Kenapa kakak tidak pernah menambahkan gula kedalam tehnya…?” Tanyanya sembari mengelap sisa air teh yang masih ada dibibirnya dengan lengan bajunya.

“Kau tahu kan…! Aku paling anti dengan yang manis…!” Flynn menyilangkan kedua tangannya yang berarti tidak suka.

Pada akhirnya Serphine membuat teh sendiri tentunya dengan menambahkan gula kedalamnya.

“Apa sudah ada target yang selanjutnya…?” Tanya Serphine membuka pembicaraan kembali.

Flynn tidak menjawab tapi dia melempar pisaunya kesalah satu gambar yang banyak terpanjang hingga memenuhi dinding. Diantara gambar-gambar itu banyak yang telah ditandai dengan tanda menyilang berwarna merah.

(5)

“Namanya Fluta alba…! Dia seorang Aures hunter merangkap sebagai ketua kelompok perampok yang sulit ditangkap dan sangat licin seperti namanya…!” Jelas Flynn.

“Harganya lumayan juga ya…! 5 juta Aures…!” Serphine berjalan mondar-mandir sembari membaca selebaran itu. “Kapan kita akan berburu…?” Tanyanya lagi.

“Hari ini… Setelah matahari terbenam…!” Jawab Flynn bangkit dari kursinya. “Tapi sebelum itu…! Kau singkirkanlah yang sudah tidak perlu…!” Dia menunjuk pada gambar yang telah diberi tanda silang untuk segera dibuang.

Inilah kehidupan 200 tahun yang lalu dimana semua orang merasakan kebebasan yang sebebas-bebasnya dan benar-benar bebas untuk melakukan apapun.

Aturan nyaris tidak ada karena pada dasarnya tidak ada yang membuatnya. didunia ini hanya ada beberapa kerajaan kecil yang sebagian besar tak bernama. Itupun yang disebut Raja hanyalah orang yang memiliki tanah paling banyak tanpa ada hubungan sedikitpun dengan orang lain disekitarnya.

(6)

kejahatanpun berkembang sangat pesat dan untuk menanggulanginya beberapa orang yang disebut ataupun menyebut dirinya sebagai “Raja” membentuk pasukan yang bisa mereka rekrut dan sebagian lagi lebih memilih membuat selebaran untuk membiarkan masalah mereka itu diselesaikan oleh para pemburu hadiah atau yang biasa disebut Aures Hunter.

Aures sebenarnya adalah mata uang yang berlaku disana, namun karena para pemburu itu bertindak hanya untuk mendapatkan hadiah upah berupa uang Aures itulah sebabnya mereka biasa disebut Aures Hunter. Sebagian besar dari para Aures hanter adalah mereka pemilik kemapuan khusus (Tatem) yang luar biasa.

Flynn dan Serphine adalah salah satunya. mereka termasuk Aures Hunter yang sudah memiliki nama besar. Mereka biasa dipanggil Chess Brother karena warna rambut keduanya yang menjadi ciri khas mereka.

Sebagai pemburu hadiah yang cukup punya nama, mereka kadang menjadi sasaran bagi para pemburu lainnya. Kini mereka tinggal disebuah tempat yang tersembunyi ditengah-tengah derasnya air terjun yang tinggi meluncur dengan gemuruh yang deras yang dapat menyembunyikan keberadaan mereka dari dunia luar.

(7)

Mereka hanya akan keluar jika ada target yang mereka incar. Biasanya mereka hanya memerlukan waktu yang singkat untuk mengalahkan target dan mendapatkan uang hadiah, dan setelah itu mereka akan menunggu. Bukan hanya menunggu target baru tapi mereka juga harus menunggu jangka waktu tidur sang adik, Serphine yang bisa menghabiskan sampai berhari-hari untuk tidurnya.

Tidak ada yang tahu kenapa hal itu selalu terjadi padanya, tapi yang pasti adalah Flynn tak pernah ingin menjelaskan hal itu padanya. Dia hanya selalu berkilah itu masalah saat kelahirannya. Hanya itu yang bisa dikatakan oleh Flynn jika Serphine bertanya tentang kebiasaan anehnya.

Hari kian cepat berganti, mentari mulai tergelincir menuju tempatnya untuk menghilang sementara waktu disaat malam menjelang. Flynn dan Serphine mulai bergerak berlari menembus alam tanpa cahaya, hanya sesekali terlihat kilatan rambut putih Serphine diantara gelapnya hari.

“Hei… Kakak…! Kira-kira target kita itu berada dimana…?” Tanya Serphine tanpa menghentikan ayuhan

(8)

kakinya menerjang bebatuan padat dan tajam diantara kegelapan.

“Tenang saja…! Tidak akan lama…!” Jawab Flynn tersenyum tipis dibalik baju hitamnya yang semakin menyembunyikan dirinya dari pandangan mata.

Tanpa aba-aba, Flynn menghentikan langkahnya dengan cepat dan tenang yang diikuti terhentinya pula kaki Serphine tepat dibelakangnya.

“Sudah sampai…?” Serphine melongokan setengah badannya kedepan.

“Ya…! Kita tunggu sebentar disini…!” Flynn mendudukan badannya ditengah jalan begitu saja seolah sedang menunggu sesuatu yang telah pasti akan datang.

Serphine berjalan beberapa langkah kedepan dengan angin yang menyibakan rambut panjangnya tak beraturan. Lalu kembali berbalik pada saudaranya yang masih duduk santai.

“Sepertinya ada yang mendekat…!” Katanya yang disambut anggukan dan senyuman singkat Flynn yang masih diposisi duduknya.

Dari kejauhan tampak kepulan asap berhamburan semakin mendekat pada mereka yang baru saja tiba, dan

(9)

masih belum terlalu lama menunggu target yang mereka incar.

“Jumlah mereka lumayan banyak…! Kau ingin melawan mereka sendirian…? Atau perlukah aku turun tangan…?” Tanya Flynn masih enggan meninggalkan posisinya saat ini.

“Aku ingin mencobanya sendirian kak…!” Jawab Serphine diikuti senyuman lebarnya dan juga langkah kakinya kedepan yang semakin lama semakin kencang menuju kepulan asap dari rombongan orang yang datang mendekat.

Melihat Serphine melaju kencang kearah mereka, beberapa orang dari rombongan itu yang berada dibarisan paling depan segera menarik senjata mereka, namun belum sempat mereka bergerak mengayunkannya, tubuh mereka telah terpotong-potong seolah ditebas sebuah pedang tajam tak terlihat.

“Mereka harus lebih cepat dari pada berfikir untuk bisa melawan Serphine…!” Kata Flynn menyaksikan saudaranya beraksi seorang diri menyerang rombongan dimana targetnya berada.

Satu persatu dari rombongan itu jatuh berantakan memenuhi tanah berbatu yang gelap tanpa bisa

(10)

menghindar dari apa yang tak terlihat, yang mencabik-cabik anggota tubuh mereka dalam sekejap mata.

“Rambut putih…!” Dari kereumunan orang-orang itu muncul sosok seorang pria dengan mantel bulu tebal dan wajah tertutup lilitan kain.

“Muncul…!” Hanya itu yang dikatakan Flynn sambil tersenyum menandakan dia semakin asik menonton peristiwa didepannya bagai menonton sebuah pertunjukan teater ditengah malam.

Sementara Serphine tak berkomentar sedikit pun. Perlahan kakinya mulai berbalik menatap lurus kedepan. menghadap dengan percaya diri pada lawan yang merupakan targetnya.

“Chess…! Salah satu Aures Hunter yang ditakuti…!” Kata Fluta melepas mantel bulu yang dikenakannya. “Sebenarnya aku lebih berharap untuk melawan sang kakak terlebih dahulu…! Tapi seperti ini juga tidak apa-apa…!” Lanjutnya sembari meremas otot jari-jari tangannya hingga berbunyi cukup keras.

Serphine terlihat sangat santai dan tak menunjukan gerak-gerik sedikitpun untuk memasang sebuah jurus guna melawan Fluta yang sepertinya serius ingin melawan dirinya.

Referensi

Dokumen terkait

Tentunya para pemuda dan pemudi AIESEC UNSRI merupakan orang-orang yang sangat haus akan informasi, apalagi mereka dituntut untuk mengetahui isu-isu di negara Indonesia guna

Adapun hasil jawaban kuesioner kepuasan masyarakat pengguna layanan pengadilan, ruang lingkup produk spesifikasi jenis pelayanan disajikan pada tabel berikut ini... SKM

Uraikan penilaianmu terhadap keragaman corak dan warna yang terdapat pada kain songket dari kedua daerah tersebut. Ungkapkan perasaanmu tentang keragaman corak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh perceived ease to use dan subjective norm terhadap intention to use dengan perceived usefulness

Pada tahap awal akusisi citra gigi ini merupakan proses perekaman citra radiograf yang dilakukan secara offline menggunakan scanner canon khusus film diubah menjadi

Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perubahan skor tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta tingkat kecukupan energi,

Kondisi geografis Desa Mahak Baru letak cukup jauh dari pusat kota, dapat digolongkan sebagai pedesaan. Dimana penduduk Desa Mahak Baru tersebut bermata

Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur antarmuka Sistem Informasi Kebencanaan Kabupaten Magelang berbasis perangkat mobile untuk mengetahui sejauh mana