• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aljabar Linear dan Matriks (Transformasi Linier dan Matriks) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aljabar Linear dan Matriks (Transformasi Linier dan Matriks) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs."

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs.

Aljabar Linear dan Matriks

(2)

2.1 Penjumlahan, Perkalian Skalar,

dan Perkalian Matriks

• aij: unsur dari matriks A di baris i dan kolom j.

Definisi

Dua matriks adalah sama jika keduanya mempunyai ukuran yang sama dan jika unsur terkaitnya juga sama.

(3)

Penjumlahan Matriks

Definisi

Untuk A dan B berupa matriks dengan ukuran yang sama.

sum A + B adalah matriks diperoleh dari penjumlahan unsur A dan B. Matriks A + B akan berukuran sama sebagai A dan B.

Jika A dan B tidak sama ukurannya, maka kedua matriks tersebut tidak dapat dijumlahkan.

.

maka

,

jika

Lalu

C

A

B

c

ij

a

ij

b

ij

i,j

(4)

Contoh

.

7

2

4

5

dan

,

8

1

3

6

5

2

,

3

2

0

7

4

1

Untuk



B

C

A

Tentukan A + B dan A + C, jika dapat dijumlahkan. Solusi

.

11

1

3

1

9

3

8

3

1

2

3

0

6

7

5

4

2

1

8

1

3

6

5

2

3

2

0

7

4

1

)

1

(

















B

A

(5)

Perkalian Skalar dari matriks

Definisi

Untuk A berupa matriks dan c berupa skalar. Perkalian skalar dari A oleh c, didenotasikan cA, merupakan matriks yang didapatkan dari perkalian setiap unsur dari A oleh c. Matrix cA akan mempunyai ukuran yang sama sebagai A.

Contoh . 0 2 7 4 2 1 Untuk         A

.

0

9

21

12

6

3

0

3

)

3

(

3

7

3

4

3

)

2

(

3

1

3

3









A

Amati bahwa A dan 3A keduanya merupakan matriks 2  3.

. , maka , jika Lalu BcA bijcaiji j

(6)

Negasi dan Pengurangan

Definisi

Matriks (1)C dituliskan –C dan disebut negatif dari C.

Contoh

.

6

4

0

1

8

2

dan

5

6

3

2

0

5

Diketahui

B

A

.

1

8

3

)

1

(

2

8

0

2

5









B

A

Definisi pengurangan dalam penjumlahan dan perkalian adalah :

A – B = A + (–1)B Contoh

2

6

3

7

0

1

lalu

,

2

6

3

7

0

1

C

C

.

,

,

maka

,

jika

Lalu

C

A

B

c

ij

a

ij

b

ij

i

j

(7)

Perkalian Matriks

26

12

)

5

4

(

)

2

3

(

)

5

2

(

)

2

1

(

5

2

4

3

5

2

2

1

5

2

4

3

2

1

Contoh

 

 

 

2

0

10

19

6

14

6

1

0

2

2

0

0

2

3

5

0

2

6

1

3

1

2

0

3

1

3

5

3

1

6

2

3

1

0

5

0

2

3

1

(8)

Contoh 1

ada.

tidak

produk

bahwa

n

Menunjukka

.

3

6

2

7

,

5

1

4

2

1

3

Untuk

AB

B

A

3

6

2

7

5

1

4

2

1

3

AB

3

2

5

1

4

6

7

5

1

4

3

2

2

1

3

6

7

2

1

3

AB tidak ada. Solusi 

(9)

i j i j in nj nj j j in i i ij

a

b

a

b

a

b

b

b

b

a

a

a

c

2 1 1 2 2 1 2 1

Definisi

Untuk jumlah kolom dalam matriks A berupa sama sebagaimana jumlah dari baris di matriks B. Produk AB ada.

Jika jumlah kolom dalam A tidak sama dengan jumlah baris B, Untuk A: matriks mn , B: matriks nk ,

Matriks produk C=AB mempunyai unsur

(10)

Contoh 2

ada.

produk

jika

,

dan

Tentukan

.

6

2

3

1

0

5

,

0

2

3

1

Untuk

BA

AB

B

A









6

2

3

1

0

5

0

2

3

1

AB

.

2

0

10

9

1

6

14

Solusi Catatan. Umumnya, ABBA. BA tidak ada.

3

4

2

(

3

2

)

(

4

1

)

2





c



1

0

5

2

3

7

dan

4

3

1

2

B

A

Contoh3 Untuk C = AB, Tentukan c23.

(11)

Ukuran dari Matriks Produk

Jika A merupakan matriks m  r dan B merupakan matriks r  n, maka AB akan berupa matriks m  n. A m  r B r  n = AB m  n Contoh

Jika A merupakan matriks 5  6 dan B merupakan matriks 6  7.

Karena A mempunyai enam kolom dan B mempunyai enam baris, maka AB

ada.

(12)

Definisi

Matriks nol merupakan matriks yang semua unsurnya nol.

Matriks diagonal merupakan matriks bujur sangkar yang semua unsurnya yang tidak ada di bagian diagonalnya adalah nol.

Matriks identitas merupakan matriks diagonal yang setiap unsur diagonalnya adalah 1.

nol

matriks

0

0

0

0

0

0

0

0

0

mn

0

A

diagonal

matriks

0

0

0

0

0

0

22 11

nn

a

a

a

A

identitas

matriks

1

0

0

0

1

0

0

0

1

n

I

Matriks Khusus

(13)

Teorema 2.1

Untuk A adalah matriks m  n dan Omn adalah matriks nol m  n. Untuk B adalah matriks bujur sangkar n  n. On dan In adalah matriks nol dan n  n matriks

identitas. Maka, A + Omn = Omn + A = A BOn = OnB = On BIn = InB = B Contoh 4

.

4

3

1

2

dan

8

5

4

3

1

2

Untuk

B

A

A

O

A

                       

8

5

4

3

1

2

0

0

0

0

0

0

8

5

4

3

1

2

23 2 2

0

0

0

0

0

0

0

0

3

3

1

2

O

O

B

2

1



1

0

 

2

1

(14)

(a) A: mn, B: nr

Untuk kolom B adalah matriks B1, B2, …, Br. Tulis B=[B1 B2 … Br]. Lalu AB=A[B1 B2 … Br]=[AB1 AB2 … ABr].

1

2

0

3

1

4

dan

5

1

0

2

B

A

Perkalian matriks dalam kolom

Contoh

1

3

,

2

1

,

0

4

3 2 1

B

B

B

2

11

4

6

2

8

AB

dan

2

6

,

11

2

,

4

8

3 2 1

AB

AB

AB

(15)

(b) A: mn, B: n1, dimana A=[A1 A2 … An] dan . Didapatkan,

5

2

3

dan

5

8

4

1

3

2

B

A

Perkalian Matriks terkait dengan kolom

Contoh

5

1

,

8

3

,

4

2

3 2 1

A

A

A

3

5

5

1

5

8

3

2

4

2

3

AB

n

b

b

B

1

n n n n

b

A

b

A

b

A

b

b

A

A

A

AB

1 1 2 2 1 2 1 

(16)

Partisi Matriks

Matriks dapat disub-bagikan menjadi jumlah sub-matriks.

Contoh

S

R

Q

P

A

1

5

2

4

1

3

2

1

0

dimana

,

 

2

dan

5

1

4

1

2

1

,

3

0



Q

R

S

P

SN

RM

QN

PM

N

M

S

R

Q

P

AB

Contoh



N

M

B

S

R

Q

P

A

4

5

1

2

0

1

dan

2

3

4

2

0

3

1

2

1

(17)

Contoh 5

Untuk

SJ

RH

QJ

PH

J

H

S

R

Q

P

AB

.

1

3

1

1

2

1

dan

4

2

0

3

1

1

B

A

Sebagaimana dengan matriks A.

S

R

Q

P

A

4

2

0

3

1

1

Partisi matriks A diinterpretasikan sebagai matriks 22. Untuk produk AB sehingga ada, maka B harus dipartisi menjadi matriks yang mempunyai dua baris.

Untuk

.

1

3

1

1

2

1

J

H

B

 

                                        2 16 6 3 6 3 2 1 0 1 3 1 4 1 2 1 2 1 3 1 0 1 1 2 1 3 1

(18)

2.2 Sifat-sifat Aljabar Operasi

Matriks

Teorema 2.2 -1

Untuk A, B, dan C berupa matriks dan a, b, dan c berupa skalar. Asumsikan bahwa ukuran matriks merupakan operasi yang dapat ditampilkan.

Sifat-sifat penjumlahan matriks dan perkalian skalar

1. A + B = B + A Sifat komutatif dari penjumlahan

2. A + (B + C) = (A + B) + C Sifat asosiatif dari penjumlahan

3. A + O = O + A = A (dimana O merupakan matriks nol yang sesuai) 4. c(A + B) = cA + cB Sifat distributif darri penjumlahan

5. (a + b)C = aC + bC Sifat distributif dari penjumlahan

(19)

Untuk A, B, dan C berupa matriks dan a, b, dan c berupa skalar. Asumsikan bahwa ukuran matriks merupakan suatu operasi yang dapat ditampilkan.

Sifat-sifat perkalian matriks

1. A(BC) = (AB)C Sifat asosiatif dari perkalian

2. A(B + C) = AB + AC Sifat distributif dari perkalian

3. (A + B)C = AC + BC Sifat distributif dari perkalian

4. AIn = InA = A (dimana In merupakan matriks nol yang sesuai) 5. c(AB) = (cA)B = A(cB)

Catatan:AB BA umumnya, perkalian matriks bukan komutatif.

(20)

3

1

2

0

5

1

2

7

3

3

5

4

3

1

2

. 25 11 10 21 6 0 9 2                         

B

C

A

3

5

2

.

1

3

2

0

and

,

1

2

7

3

,

5

4

3

1

Let

B

C

A

Contoh 1 BuktikanThm 2.2 (A+B=B+A)

.

)

(

)

(

A

B

ij

a

ij

b

ij

b

ij

a

ij

B

A

ij

Menurut unsur (i,j)th dari matriks A+B dan B+A:

(21)

Contoh 2

.

11

3

1

1

1

2

2

0

1

3

1

0

1

3

2

1













AB

.

1

9

0

1

4

11

3

1

1

1

2

)

(











C

AB

.

0

1

4

dan

,

2

0

1

3

1

0

,

1

3

2

1

Untuk

B

C

A

Hitung ABC. Solusi A B C = D 22 23 31 21 ABC = (AB)C = A(BC)

(22)

Dalam aljabar diketahui bahwa hukum pembatalan berlaku.

Jika

ab

=

ac

dan

a

0 maka

b

=

c

.

Jika

pq

= 0 maka

p

= 0 atau

q

= 0.

Bagaimanapun hasil yang sesuai tidak benar untuk matriks.

AB

=

AC

tidak berimplikasi

dengan

B

=

C

.

PQ

=

O

tidak berimplikasi

dengan

P

=

O

atau

Q

=

O

.

Perhatian

Contoh

.

tetapi

,

8

6

4

3

bahwa

Amati

.

2

3

8

3

dan

,

1

2

2

1

,

4

2

2

1

matriks

a

Sebagaiman

(1)

C

B

AC

AB

C

B

A



.

3

1

6

2

dan

,

4

2

2

1

matriks

a

Sebagaiman

(2)

P

Q

(23)

Pangkat Matriks

Teorema 2.3

Jika A merupakan sebuah matriks bujur sangkar n  n dan r dan s

merupakan integer bukan negatif, maka 1. ArAs = Ar+s.

2. (Ar)s = Ars. 3. A0 = I

n (secara definisi)

Definisi

Jika A merupakan matriks bujur sangkar, maka



 

kali k k

A

AA

A

(24)

Contoh 3

.

hitung

,

0

1

2

1

Jika

A

A

4

2

1

2

3

0

1

2

1

0

1

2

1

2

A

.

6

5

10

11

2

1

2

3

2

1

2

3

4

A

Solusi 2 2 2 2 2 2 2

4

6

3

5

7

3

6

2

5

7

)

2

(

3

)

2

(

B

BA

AB

AB

B

A

B

BA

AB

A

AB

B

A

B

A

B

B

A

A

Contoh 4 Sederhanakan ungkapan matriks berikut

AB

B

A

B

A

B

B

A

A

(

2

)

3

(

2

)

2

7

2

5

Solusi

(25)

Sistem Persamaan Linear

Sistem persamaan linear m dalam n variabel sebagaimana berikut

m n mn m n n

b

x

a

x

a

b

x

a

x

a

1 1 1 1 1 11

Untuk

m n mn m n

b

b

B

x

x

X

a

a

a

a

A

1 1 1 1 11

dan

,

,

Dapat dituliskan sistem persamaan dalam bentuk matriks

(26)

Solusi Persamaan Linear

Sesuai dengan sistem persamaan linear homogen AX=0. Untuk X1 dan X2 berupa solusi. Maka

AX1=0 and AX2=0

 A(X1 + X2) = AX1 + AX2 = 0  X1 + X2 juga merupakan solusi

Catatan.

Himpunan solusi untuk sistem persamaan linear merupakan himpunan tertutup dari penjumlahan dan perkalian skalar, yang merupakan sub-ruang.

Jika c merupakan skalar,

(27)

Contoh 5

Sesuai sistem persamaan linear homogen berikut.

0

5

0

3

0

8

2

3 2 1 3 2 3 2 1

x

x

x

x

x

x

x

x

Dapat ditunjukkan bahwa ada banyak solusi,

x

1

=2

r

,

x

2

=3

r

,

x

3

=

r

.

Solusi merupakan vektor dalam R

3

dari bentuk (2

r

, 3

r

,

r

) or

r

(2, 3, 1).

Solusi membentuk sub-ruang R

3

dari

dimensi 1.

Catatan.

x

1

=0,

,

x

n

= 0, merupakan

solusi sampai setiap sistem homogen.

Himpunan solusi untuk setiap sistem

melewati asalnya.

(28)

Solusi untuk sistem Nonhomogen

Untuk AX=Y berupa sistem persamaan linear, sehingga Y0. Untuk X1 dan X2 berupa dua solusi, maka

AX1=Y dan AX2=Y

 A(X1 + X2) = AX1 + AX2 = 2Y  X1 + X2 bukan sebuah solusi. Jika c adalah skalar,

 A(cX1) = cAX1 = cY  cX1 bukan solusi.

Latihan 41

Tunjukkan bahwa himpunan solusi untuk sistem persamaan linear nonhomogen tidak tertutup pada penjumlahan dan perkalian skalar, dan bahwa bukan sub-ruang dari Rn..

Bukti

(29)

Contoh

6

5

2

3

8

8

2

3 2 1 3 2 3 2 1

x

x

x

x

x

x

x

x

Menurut sistem persamaan linear nonhomogen berikut.

Solusi umum dari sistem ini adalah (2

r+

4, 3

r+

2,

r

).

(2

r+

4, 3

r+

2,

r

) =

r

(2, 3, 1)+(4, 2, 0)

Catatan bahwa

r

(2, 3, 1)

merupakan solusi umum

dari sistem homogen

terkait. Vektor (4, 2, 0)

merupakan solusi khusus

untuk sistem nonhomogen

terkait dengan

r

=0.

(30)

Matriks Idempotent dan Nilpotent

Definisi

(1) Matriks bujur sangkar A dikatakan idempotent jika A2=A.

(2) Matriks bujur sangkar A dikatakan nilpotent jika ada integer positif p

dimana Ap=0. Integer terendah p pada Ap=0 disebut derajat nilpotency

dari matriks.

.

2

1

6

3

,

2

1

6

3

(1)

A

A

2

A

Contoh

2

:

nilpotency

derajat

.

0

0

0

0

,

3

1

9

3

(2)

2

B

B

(31)

2.3 Matriks Simetris

Definisi

Transpose matriks A, didenotasikan At, merupakan matriks yang mempunyai kolom dari baris matriks A.

Contoh

1

3

4

.

dan

,

6

5

4

7

2

1

,

0

8

7

2

B

C

A





0

7

8

2

t

A

6

7

5

2

4

1

t

B

.

4

3

1



t

C

j

i

A

A

m

n

A

n

m

A

:

t

:

,

(

t

)

ij ji

,

.

yaitu,

(32)

Teorema 2.4 Sifat-sifat transpos

Untuk A dan B berupa matriks dan c berupa skalar. Asumsikan bahwa ukuran matriks merupakan matriks yang dapat ditampilkan.

1. (A + B)t = At + Bt Transpos dari penjumlahan 2. (cA)t = cAt Transpos dari perkalian skalar 3. (AB)t = BtAt Transpos dari produk

(33)

ni jn i j i j ni i i jn j j ji ij t

b

a

b

a

b

a

b

b

b

a

a

a

AB

AB

2 2 1 1 2 1 2 1

)

(

)

(

Teorema 2.4 Sifat-sifat Transpos

Buktikan nomor 3. (AB)t= BtAt

j i j i jn ni j j ni i i t t t t ij t t

b

a

b

a

b

a

a

a

a

b

b

b

A

j

B

i

A

j

B

i

A

B

2 1 1 2 2 1 2 1

]

dari

[baris

]

dari

kolom

[

]

dari

[kolom

]

dari

baris

[

)

(

(34)

Matriks Simetris





6

3

9

4

3

2

3

2

9

3

7

0

4

2

0

1

3

8

4

8

7

1

4

1

0

4

5

5

2

sesuai sesuai

Definisi

Matriks simetris merupakan matriks yang sama dengan transpos-nya.

j

i

a

a

A

A

t

,

i.e.,

ij

ji

,

Contoh

(35)

Contoh 3

UntukC = aA+bB, dimana a dan b merupakan skalar.

Ct = (aA+bB)t

= (aA)t + (bB)t Teorema 2.4 (1)

= aAt + bBt Teorema 2.4 (2)

= aA+ bB karena A dan B adalah simetris

= C

Lalu C adalah simetris.

Buktikan

Untuk A dan B berupa matriks simetris dari ukuran yang sama. Untuk C berupa kombinasi linear dari A dan B. Buktikan bahwa produk C adalah simetris.

(36)

Contoh 4

*Harus menunjukkan (a) AB merupakan simetris  AB = BA, dan sebaliknya, (b) AB merupakan simetris  AB = BA.

() Untuk AB berupa simetris, maka

AB= (AB)t definisi dari matriks simetris = BtAt Teorema 2.4 (3)

= BA karena A dan B merupakan simetris

() Untuk AB = BA, maka (AB)t = (BA)t

= AtBt Teorema 2.4 (3)

= AB karena A dan B merupakan simetris Buktikan

Untuk A dan B berupa matriks simetris dari ukuran yang sama. Buktikan bahwa produk AB merupakan simetris jika dan hanya jika AB = BA.

(37)

Contoh 3

Buktikan

Untuk A berupa matriks simetris. Buktikan bahwa A2 merupakan simetris.

t

A )

(38)

Definisi

Untuk A berupa matriks bujur sangkar. Trace dari A, didenotasikan tr(A)

merupakan jumlah unsur diagonal dari A. Lalu jika merupakan matriks n x n. tr(A) = a11 + a22 + … + ann

Contoh 5

Tentukan trace dari matriks

.

0

3

7

6

5

2

2

1

4

A

Solusi Sehingga,

.

1

0

)

5

(

4

)

(

A

tr

Trace matriks

(39)

Teorema 2.5 Sifat-sifat Trace

UntukA dan B berupa matriks dan c berupa skalar. Asumsikan bahwa ukuran dari matriks merupakan operasi yang dapat ditampilkan.

1. tr(A + B) = tr(A) + tr(B) 2. tr(AB) = tr(BA)

3. tr(cA) = c tr (A) 4. tr(At) = tr(A)

Karena unsur diagonal dari A + B are (a11+b11), (a22+b22), …, (ann+bnn), maka

tr(A + B) = (a11 + b11) + (a22 + b22) + …+ (ann + bnn)

= (a11 + a22 + … + ann) + (b11 + b22 + … + bnn) = tr(A) + tr(B).

(40)

Contoh (2) tr(AB)=tr(BA)

1

0

1

1

2

3

,

2

1

0

2

3

1

B

A

5

2

11

8

,

1

2

1

2

4

6

2

2

0

BA

AB

)

(

3

)

(

AB

tr

BA

tr

(41)

Matriks dengan unsur-unsur kompleks

Unsur matriks dapat berupa bilangan kompleks. Bilangan kompleks berbentuk

z = a + bi

Dimana a dan b merupakan bilangan real dan a disebut bagian real dan b

bagian imajiner dari z.

.

1

i

(42)

Contoh 7

.

3

2

1

2

3

dan

5

4

2

3

2

Untuk

i

i

i

B

i

i

i

A

Hitung A + B, 2A, dan AB. Solusi

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

B

A

8

2

5

3

5

3

2

5

1

4

2

2

3

3

2

3

2

1

2

3

5

4

2

3

2

i

i

i

i

i

i

A

10

8

4

6

2

4

5

4

2

3

2

2

2

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

i

AB

9

10

4

11

)

3

2

)(

2

3

(

)

2

)(

2

(

)

1

)(

2

3

(

3

)

2

(

3

2

1

2

3

5

4

2

3

2

(43)

Definisi

(i) Istilah konjugasi dari matriks A didenotasikan A dan diperoleh dengan mengambil konjugasi setiap unsur matriks.

(ii) Transpos konjugasi dari A sditulis dan didefinisikan oleh A*=At. (iii) Matriks bujur sangkar C dikatakan hermitian jika C=C*.

i

i

i

A

7

6

4

1

3

2

Contoh (i), (ii)

i

i

i

A

7

6

4

1

3

2

i

i

i

A

A

t

7

4

1

6

3

2

* Contoh (iii) *

4

3

2

C

i

C

(44)

2.4 Invers Matriks

Definisi

Untuk A berupa matriks n  n . Jika matriks B ditemukan pada AB = BA = In, maka

A dikatakan invertible dan B disebut invers dari A. Jika suatu matriks B tidak ada, maka A tidak mempunyai invers. (didenotasikan B = A1, dan Ak=(A1)k )





4

3

2

1

A

Contoh 1

Buktikan bahwa matriks mempunyai invers

.

1

2

2

1

2

3



B

Bukti 2 2 1 2 3

1

0

0

1

1

2

4

3

2

1

I

AB













2 2 1 2 3

1

0

0

1

4

3

2

1

1

2

I

BA













(45)

Teorema 2.7

Jika matriks mempunyai invers, maka invers-nya unik.

Bukti

Untuk B dan C berupa invers dari A. Lalu AB = BA = In, dan AC = CA = In.

Kalikan kedua sisi persamaan AB = In dengan C.

C(AB) = CIn

(CA)B = C InB = C

B = C

Lalu matriks dapat diinvers hanya mempunyai satu invers.

(46)

Untuk A berupa matriks n

n yang

dapat diinvers, Cari A

-1

?

,

.

Untuk

A

1

X

1

X

2

X

n

I

n

C

1

C

2

C

n Pencarian A1 dengan mencari X

1, X2, …, Xn. Karena AA1 =I n, maka

 

.

2 1 2 1

X

X

n

C

C

C

n

X

A

.

,

,

,

yaitu,

AX

1

C

1

AX

2

C

2

AX

n

C

n

Selesaikan sistem tersebut dengan menggunakan Eliminasi Gauss-Jordan

:

.

:

:

penambahan

matriks

2 1 2 1 n n n

X

X

X

I

C

C

C

A

:

:

1

.

A

I

n

I

n

A

(47)

Eliminasi Gauss-Jordan untuk

mencari Invers Matriks

UntukA berupa matriks n  n.

1. Adjoin matriks identitas In n  n dari A untuk membentuk matriks [A : In]. 2. Hitung bentuk baris tereduksi dari [A : In].

Jika bentuk barisam tereduksi berupa [In : B], maka B adalah invers dari A. Jika bentuk barisan tereduksi tidak berupa [In : B], pada sub-matriks n  n

tidak In, maka A tidak mempunyai invers.

Matriks A n  n dapat diinvers jika dan hanya jika direduksi bentuk barisannya, yaitu In.

(48)

Contoh 2

Tentukan invers matriks

5

3

1

5

3

2

2

1

1

A

Solusi

1

0

0

5

3

1

0

1

0

5

3

2

0

0

1

2

1

1

]

:

[

A

I

3

1

0

1

3

2

0

0

1

2

1

1

0

0

0

1

2

1

1

1

R

R1

R3

2)

(

R2

1

0

1

3

2

0

0

1

2

1

1

0

0

0

1

2

1

1

R2

)

1

(

1

2

3

1

0

0

0

1

2

1

1

0

0

1

3

1

0

1

R2

)

2

(

R3

R2

R1

.

1

3

5

1

1

0

Lalu,

1

A

1

2

3

1

0

0

1

3

5

0

1

0

0

1

0

0

0

1

R3

)

1

(

R2

R3

R1

1

(49)

1

3

5

0

0

0

0

1

1

2

1

0

0

1

2

3

0

1

3R2

R3

R2

)

1

(

R1

Contoh 3

Tentukan invers matriks berikut, jika ada.

4

1

2

7

2

1

5

1

1

A

Solusi

1

0

0

4

1

2

0

1

0

7

2

1

0

0

1

5

1

1

]

:

[

A

I

3

1

0

2

6

3

0

0

1

1

2

1

0

0

0

1

5

1

1

R1

)

2

(

R3

1)R1

(

R2

Tidak diperlukan untuk meneruskan lebih lanjut.

Bentuk barisan tereduksi tidak dapat mempunyai satu di lokasi (3, 3). Bentuk barisan tereduksi tidak dapat berbentuk [In : B].

(50)

Sifat-sifat Invers Matriks

Untuk A dan B dapat diinvers matriksnya dan c merupakan skalar bukan nol, Lalu

A

A

1

)

1

(

1.

1 1

1

)

(

.

2

A

c

cA

1 1 1

)

(

.

3

AB

B

A

n n

A

A

)

(

)

(

.

4

1

1 t t

A

A

)

(

)

(

.

5

1

1 Buktikan 1. Dengan definisi, AA1=A1A=I.

)

)(

(

)

)(

(

.

2

cA

1

c

A

1

I

1

c

A

1

cA

)

)(

(

)

(

)

)(

(

.

3

AB

B

1

A

1

A

BB

1

A

1

AA

1

I

B

1

A

1

AB

n n n n n n

A

A

I

A

A

A

A

A

A

(

)

(

)

.

4

1 kali 1 1 kali 1    



 



,

)

(

)

(

,

.

5

AA

1

I

AA

1 t

A

1 t

A

t

I

(51)

Contoh 4

.

)

(

menghitung

untuk

tersebut

informasi

Gunakan

.

4

3

1

1

bahwa

diperoleh

maka

,

1

3

1

4

Jika

1 1  

t

A

A

A

Solusi

.

)

(

)

(

4

1

3

1

4

3

1

1

1 1









  t t t

A

A

(52)

Teorema 2.8

Untuk AX = Y berupa sistem persamaan linear dalam n variabel. Jika A–1 ada, solusinya unik dan diberikan oleh X = A–1Y.

Buktikan

(X = A–1Y merupakan solusi.)

Substitusikan X = A–1Y menjadi persamaan matriks.

AX = A(A–1Y) = (AA–1)Y = InY = Y.

(Solusinya unik.)

Untuk X1 merupakan suatu solusi, maka AX1 = Y. Kalikan kedua sisi persamaan tersebut dengan A–1 sehingga,

A–1AX1= A–1Y InX1 = A–1Y

(53)

Contoh 5

Selesaikan sistem persamaan

2

5

3

3

5

3

2

1

2

3 2 1 3 2 1 3 2 1

x

x

x

x

x

x

x

x

x

Solusi

Sistem tersebut dapat dituliskan dalam bentuk matriks :

2

3

1

5

3

1

5

3

2

2

1

1

3 2 1

x

x

x

Jika matriks koefisien dapat diinvers, solusi uniknya berupa

2

3

1

5

3

1

5

3

2

2

1

1

1 3 2 1

x

x

x

Inversnya dapat ditemukan di contoh 2, sehingga didapatkan,

1

2

1

2

3

1

1

2

3

1

3

5

1

1

0

2 1

x

x

x

Referensi

Dokumen terkait

Uji disolusi invitro dilakukan untuk mengetahui profil disolusi zat aktif dari sediaan tablet sustained release natrium diklofenak yang dibuat dengan metode

Evaluasi tablet vitamin C sebelum penyimpanan pada puskesmas Kampung Bali, Alianyang dan Pal Tiga menunjukkan tablet vitamin C tidak memiliki kualitas yang baik

Pada penelitian ini pola asuh orang tua yang baik dalam mendidik dan memberikan pola asuh yang baik terhadap anak atau remaja ditujukan pada item soal yang menunjukkan

Pengisian item dalam Risalah Pembahasan, Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir telah sesuai dengan data Wajib Pajak atau

Isolasi senyawa triterpenoid yang juga merupakan metabolit sekunder banyak dilakukan terhadap tumbuhan genus Artocarpus, tetapi pada spesies.. Artocarpus rigida belum

Setelah melihat sistem kerja di lapangan menunjukkan bahwa, untuk mengejar omset perusahaan dan memuaskan konsumen, karyawan sering kerja lembur 3 s.d 4 jam sehari tanpa

Hukuman nasihat ini didasarkan pada firman Allah dalam surat al- Nisa>’ ayat 34, yang artinya sebagai berikut: ‚...Wanita-wanita yang kamu khwatirkan nusyuznya maka

Faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan dan kesuksesan informasi antara lain sumber daya manusia yang terlibat, teknik perancangan yang baik, komplesitas