• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5. Ringkasan. Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 5. Ringkasan. Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 5 Ringkasan

Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai tradisionalnya. Walaupun kini bangsa Jepang merupakan bangsa yang sudah sangat modern dan maju, namun mereka tetap menjaga dan melestarikan nilai-nilai tradisional sebagai ciri khas dan identitas bangsa mereka.

Ciri khas bangsa Jepang tersebut dapat terlihat dari kekayaan sejarah, sastra dan budaya yang mereka miliki. Salah satu kesusastraan yang menjadi ciri khas bangsa Jepang adalah manga. Melalui cerita-cerita dalam manga tersebut kita dapat melihat nilai-nilai tradisional bangsa Jepang baik pada jaman dahulu maupun jaman modern sekarang ini.

Salah satu manga yang dibahas dalam skripsi ini adalah manga untuk anak-anak yang berjudul Kocchi Muite ! Miiko karya Ono Eriko. Manga tersebut menceritakan kehidupan sehari-hari seorang anak yang tidak berbeda dengan kehidupan anak-anak seusianya. Namun tokoh utama dalam manga ini yang bernama Miiko mempunyai orang tua yang sibuk bekerja. Walaupun manga ini menceritakan kehidupan pada jaman modern sekarang ini, namun kita tetap dapat melihat nilai-nilai yang menjadi prinsip bangsa Jepang sejak jaman dahulu.

Peranan orang tua khususnya ibu merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk perilaku seorang anak. Pola asuh yang diberikan ibu tersebut sekalipun ia sibuk bekerja akan menentukan bagaimana anak tersebut menerima dan menerapkan apa yang diajarkan oleh ibunya.

(2)

ia tetap memprioritaskan keluarga. Memang terkadang kesibukannya membuat ia terlihat seperti kurang memperhatikan dan meluangkan waktu untuk keluarga, namun jika dilihat lebih dalam lagi, ia tetap berusaha untuk menyediakan waktu bersama keluarga.

Ibu Miiko memiliki gaya pengasuhan otoritatif seperti teori yang dikemukakan oleh Diana Baumrind (2002). Gaya pengasuhan otoritatif mendorong anak–anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas–batas dan pengendalian atas tindakan–tindakan mereka. Musyawarah verbal yang ekstensif dimungkinkan, dan orang tua memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak. Orang tua memberi penalaran, nasehat moral, dan memberi atau tidak memberi hak-hak khusus. Pengasuhan yang otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial anak–anak. Anak – anak yang mempunyai orang tua yang otoritatif berkompeten secara sosial, percaya diri, dan bertanggung jawab secara sosial.

Namun terkadang pola asuh yang diberikan ibu Miiko juga tidak sepenuhnya sesuai dengan gaya pengasuhan otoritatif tersebut. Hal tersebut dapat terjadi karena berbagai kemungkinan seperti kesibukan ibunya dalam pekerjaan sehingga terkadang ia melakukan beberapa kesalahan dan memberikan teladan yang kurang baik.

Kemudian bagaimana Miiko menerima pola asuh yang diberikan oleh ibunya itulah yang akan menentukan perilakunya. Pembentukan perilaku Miiko tersebut merupakan hasil dari proses belajar sebagaimana teori belajar sosial yang diungkapkan oleh Albert Bandura (1993). Albert Bandura mengungkapkan bahwa proses belajar tersebut dapat melalui proses imitasi, perkuatan sosial dan perkuatan diri dan pemonitoran.

(3)

Miiko yang mengingkari janji merupakan hasil dari proses belajar melalui imitasi. Imitasi terjadi dengan mengamati atau meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain model bagi dirinya. Subjek-subjek yang dibiarkan mengamati serangkaian respon tak lazim yang dilakukan oleh orang lain (model) cenderung melakukan respon-respon yang sama ini apabila ditempatkan dalam situasi yang sama.

Hal tersebut menunjukkan bahwa belajar dapat terjadi tanpa harus memiliki kesempatan untuk melakukan sendiri respon itu, dan tanpa modelnya ataupun mereka sendiri harus dihadiahi atau diperkuat untuk tingkah laku yang bersangkutan.

Dalam perilaku lain, karena ibu Miiko melupakan ulang tahun Miiko maka Miiko juga secara tidak sadar melupakan Hari Ibu yang dianggap penting oleh ibunya. Kemudian Miiko juga mengingkari janjinya pulang ke rumah untuk makan malam Natal bersama karena seperti sebelumnya, ibu Miiko juga mengingkari janjinya pulang ke rumah untuk makan malam bersama pada Natal sebelumnya.

Kemudian perilaku Miiko seperti bekerja sama dengan orang tuanya mengerjakan pekerjaan rumah sementara orang tuanya bekerja lembur atau murah hati untuk memberikan sesuatu yang dapat diberikan kepada temannya juga merupakan hasil dari proses belajar imitasi karena ibu Miiko memperlihatkan perilaku yang sama.

Perilaku Miiko juga terbentuk dengan proses belajar melalui perkuatan sosial seperti perilakunya dalam menghargai pekerjaan ibunya yang semula dianggapnya terlalu sibuk sehingga Miiko menganggap ibunya telah menelantarkan dirinya atau saat ia menganggap Natal menyebalkan karena ibunya tetap sibuk bekerja saat Natal tiba. Proses belajar melalui perkuatan sosial dilakukan dengan sekedar menyaksikan tingkah laku orang-orang lain dan memperhatikan akibat-akibat dari tingkah laku model.

(4)

Apabila tingkah laku model itu sebelumnya dihadiahi, maka kemungkinan terjadinya imitasi akan lebih besar daripada jika dihukum. Dengan demikian perkuatan yang dialami orang lain juga merupakan faktor penting penentu tingkah laku individu, yakni akibat-akibat yang disaksikan oleh individu telah mengikuti tingkah laku orang lain. Selain itu, atribut-atribut seperti usia, status sosial, jenis kelamin, sifat seperti kehangatan dan kompetensi mereka juga menentukan sejauh mana mereka akan diimitasi. Sifat-sifat pengamat juga menentukan berapa banyak tingkah laku imitatif akan terjadi dalam situasi tertentu. Suatu penelitian sangat informatif memperlihatkan bahwa anak-anak perempuan lebih cenderung untuk meniru ibunya.

Karena teman ibunya memuji pekerjaan ibunya tersebut maka akhirnya Miiko menganggap pekerjaan ibunya sangat hebat. Kemudian dengan usaha ibunya membangun suasana yang menyenangkan saat Natal membuat Miiko pada akhirnya juga dapat merasakan keindahan Natal.

Perilaku Miiko yang lain juga terbentuk melalui proses belajar lain yakni perkuatan diri dan pemonitoran. Perkuatan diasumsikan sebagai pengaruh apa yang dilakukan dan bukan apa yang dipelajari. Dengan mengetahui akibat-akibat yang bersifat menghadiahi atau menghukum dari tindakan mereka sendiri atau tindakan-tindakan orang lain, orang mengembangkan harapan-harapan kognitif tentang hasil-hasil tingkah laku dan tentang apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan atau menghindari hasil-hasil yang tidak menyenangkan.

Perkuatan membimbing tingkah laku terutama lewat antisipasi terjadinya perkuatan itu di waktu mendatang, individu-individu mengatur tingkah laku mereka menurut hasil-hasil yang mereka harapkan akan ditimbulkannya.

(5)

sumber perkuatan. Banyak tindakan diatur oleh akibat-akibat yang ditimbulkan oleh diri sendiri. Manusia mengembangkan nilai-nilainya sendiri mengenai kegiatan-kegiatan mana yang penting dilakukan serta norma-norma tingkah laku pribadinya. Norma-norma yang diinternalisasikan ini menyebabkan manusia menilai tindakan-tindakannya sendiri dan menghadiahi atau menghukum dirinya lewat peneguhan diri dan kritik diri. Apabila individu-individu gagal memenuhi norma-norma yang dipancangkannya sendiri, biasanya mereka melakukan tindakan korektif untuk menyempurnakan tingkah laku mereka agar dapat diterima.

Lewat proses pemonitoran ini, tingkah laku menjadi bersifat mengatur diri dan tidak terus-menerus bergantung pada belas kasihan kekuatan-kekuatan dari luar. Dengan demikian, tingkah laku orang menjadi ajek dan orang tidak akan secara otomatis mengubah tingkah laku mereka untuk mendapatkan persetujuan atau menghindari celaan dari faktor luar.

Pengaruh timbal-balik yang menurut deskripsi Bandura terdapat antara pribadi dan lingkungan dijelaskan dalam pernyataannya bahwa sistem-sistem perkuatan diri tersebut diperoleh lewat prinsip-prinsip belajar sama seperti yang berlaku bagi pemerolehan tipe-tipe tingkah laku lain. Dengan demikian, apa yang dihadiahi dan dihukum oleh individu-individu dalam diri mereka sendiri mencerminkan reaksi-reaksi yang pernah mereka peroleh atas tingkah laku mereka dari orang lain.

Orang lain menetapkan norma-norma tingkah laku, serta menghadiahi individu karena menaatinya dan mengungkapkan ketidaksenangan mereka jika individu alpa. Norma-norma yang ditentukan dari luar ini akan diambil-alih oleh individu dan menjadi dasar bagi aneka sistem perkuatan dirinya di kemudian hari. Norma-norma penilaian diri juga dapat diperoleh lewat perantara, yakni dengan mengamati orang lain.

(6)

Seperti yang terlihat dalam perilaku Miiko saat mengirim gambar ke pojok penggemar Hono Heriko, semula Miiko meminta bantuan ibunya untuk bicara dengan Hono Heriko, namun nasihat ibunya meyakinkan Miiko bahwa ia mampu mengerjakannya sendiri. Kemudian saat Miiko harus berjalan-jalan sendiri di kota yang tidak dikenalnya. Ia mampu melakukannya sendiri karena kepercayaan ibunya. Sama halnya ketika Miiko menjadi mandiri untuk tinggal di rumah sendiri. Hal tersebut dapat terjadi karena kepercayaan ibunya yang membangun nilai-nilai positif dalam diri Miiko kemudian menjadi nilai yang dipegang oleh Miiko.

Hasil dari proses belajar tersebut adalah perilaku yang merupakan respon yang dapat terlihat baik secara instrumental berupa tindakan-tindakan Miiko maupun secara emosional berupa pikiran atau perasaan Miiko. Baik tindakan maupun perasaan Miiko merupakan tindakan dan perasaan yang sama yang diperlihatkan dan diajarkan oleh ibunya baik.

Maka dapat disimpulkan bahwa semua perilaku Miiko tersebut terbentuk dari proses belajar terhadap pola asuh yang diberikan ibunya. Maka baik negatif atau positif pola asuh tersebut, seorang anak akan menerima pola asuh tersebut, menanamkan dalam dirinya untuk kemudian dilakukan dalam kondisi yang memungkinkan yang sesuai seperti saat ibunya melakukan perilaku tersebut. Baik meniru perilaku ibunya seutuhnya, memilahnya dengan meniru perilaku yang positif maupun mengolahnya menjadi perilaku baru yang sesuai dengan nilai yang ada dalam dirinya.

Referensi

Dokumen terkait

 Membantu pasien untuk mengurangi jam tidur siang pasien dengan meningkatkan aktivitas yang dapat menjaga pasien tetap terjaga.  Memberikan tindakan yang memberi

yang disebut dengan Bantuan Operasional Pendidikan, ketiga sumber keuangan dari usaha lembaga sekolah, usaha lembaga sekolah ini merupakan usaha yang dimiliki oleh RA Al Muttaqin

Larangan melakukan perkawinan sesuku tersebut bagi masyarakat Minangkabau adalah karena masyarakat Minangkabau memandang bahwa hubungan sesuku itu

Kesesuaian Topik, Kelengkapan data, Kecukupan Referensi, Analisis data, Bebas Plagiarisme, Tata tulis serta Sistematika penyusunan laporan Presentasi:.. Penguasaan materi,

Dalam rangka mendukung hal tersebut, maka salah satu instrumen kebijakan yang akan dilaksanakan untuk meningkatkan pemanfaatan teknologi di industri adalah

Dari hasil percobaan pembuatan pernis dari damar abu dan asalan menunjukan bahwa pernis yang dihasilkan mempunyai sifat yang baik dan sama dengan contoh pernis kualitas pasaran

Penelitian deskriptif adalah suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan perusahaan secara sistematis, aktual dan akurat dengan cara mengumpulkan

Pada zona ini masyarakat Blambangan sudah berani mengeksplorasi motif batik milik Mataram Islam menjadi karya motif batik milik Blambangan maka di letakkan RUANG